laporan lengkap

download laporan lengkap

of 42

Transcript of laporan lengkap

42

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPengujian kekerasan atau hardness tester adalah satu dari sekian banyak pengujian yang dipakai, karena dapat dilaksanakan pada benda uji yang kecil tanpa kesukaran mengenai spesifikasi.Kekerasan (Hardness) adalah salah satu sifat mekanik (Mechanical properties) dari suatu material. Kekerasan suatu material harus diketahui khususnya untuk material yang dalam penggunaanya akan mangalami pergesekan (frictional force) dan dinilai dari ukuran sifat mekanis material yang diperoleh dari deformasi plastis (deformasi yang diberikan dan setelah dilepaskan, tidak kembali ke bentuk semula akibat indentasi oleh suatu menda sebagai alat uji. Dalam hal ini bidang keilmuan yang berperan penting mempelajarinya adalah Ilmu Bahan Teknik (Metallurgy Engineering). Mengapa diperlukan hardness tester atau pengujian kekerasan? Di dalam aplikasi manufaktur, material terutama semata diuji untuk dua pertimbangan: yang manapun ke riset karakteristik suatu material baru dan juga sebagai suatu cek mutu untuk memastikan bahwa contoh material tersebut menemukan spesifikasi kualitas tertentu .Pengujian yang paling banyak dipakai adalah dengan menekankan penekan tertentu kepada benda uji dengan beban tertentu dan dengan mengukur ukuran bekas penekanan yang terbentuk diatasnya, cara ini dinamakan cara kekerasan dengan penekanan.Dalam dunia industri logam, penentuan kekeraan logam sangat bermanfaaat untuk menentukan jenis- jenis logam untuk berbagai macam keperluan. Pada umumnya yang dimaksud dengan logam adalah unsur- unsure yang memiliki sifat yang kuat, ulet, keras, mengkilap, penghantar listrik dan panas. Karena sifat- sifat tersebut maka logam banyak digunakan orang untuk berbagai keperluan. Sebagai akibat dari penggunaan logam, maka timbullah pengetahuan yang semakin luas dan mendalam.1

Kekerasan dari suatu logam sangat menentukan apakah loga itu sudah dapat digunakan karena kadang- kadang logam bersifat sangat keras tapi rapuh dan getas. Kekerasan suatu bahan/ logam menunjukkan sifat logam tahan terhadap deformasi plastik atau perubahan bentuk yang tetap. Didorong oleh kebutuhan-kebutuhan akan logam dan paduannya, maka muncullah pengetahuan logam yang lebih luas lagi, misaldalam mikroskop electron, dan ion pemotongan dan penyambungan dengan sinar laser.Untuk menentukan sifat- sifat keras dari logam yang merupakan tambahan/ pelengkap pengetahuan mahasiswa yang diperolehnya secara teoretis. Oleh karena itu, pada percobaan kekerasan penting untuk dilakukan oleh mahasiswa.

A. Tujuan dan Manfaat Pengujian

1. Tujuan dari Percobaan ini meliputi:

a. Mengetahui distribusi kekerasan pada bahan mampu kerasb. Memberikan contoh aplikasi di lapangan.c. Menjelaskan definisi, tujuan dan prosedur pengujian kekerasan. d. Menentukan nilai kekerasan logam dengan cara penekanane. Membua grafik hasil pengujian kekerasanf. Mengetahui hubungan kekerasan pada setiap proses perlakuan panas.

2. Manfaat pengujian bagi praktikan:

a. Mengetahui hasil pengerasan logam yang telah mengalami pengujian kekerasan.b. Mengetahui perbedaan antara pengujian kekerasan Brinell dengan Vickers.c. Dapat melakukan perhitungan pada suatu bahan yang telah melakukan pengujian kekerasan.

3. Manfaat pengujian bagi dunia industri:

a. Dapat menentukan tingkat kekerasan suatu produk yang digunakan dalam industri b. Dapat menentukan unsur dari logam untuk digunakan dalam pembuatan produk.c. Memudahkan dalam pemliharaan bahan yang akan digunakan pada proses pemeliharaan.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori Kekerasan (Hardness) adalah salah satu sifat mekanik (Mechanical properties) dari suatu material. Kekerasan suatu material harus diketahui khususnya untuk material yang dalam penggunaanya akan mangalami pergesekan (frictional force) dan deformasi plastis. Deformasi plastis sendiri suatu keadaan dari suatu material ketika material tersebut diberikan gaya maka struktur mikro dari material tersebut sudah tidak bisa kembali ke bentuk asal artinya material tersebut tidak dapat kembali ke bentuknya semula. Lebih ringkasnya kekerasan didefinisikan sebagai kemampuan suatu material untuk menahan beban identasi atau penetrasi (penekanan).1. Brinnel (HB / BHN)Pengujian kekerasan dengan metode Brinnel bertujuan untuk menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap bola baja (identor) yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut (spesimen). Idealnya, pengujian Brinnel diperuntukan untuk material yang memiliki permukaan yang kasar dengan uji kekuatan berkisar 500-3000 kgf. Identor (Bola baja) biasanya telah dikeraskan dan diplating ataupun terbuat dari bahan Karbida Tungsten.Uji kekerasan brinnel dirumuskan dengan :

HB =

4

Gambar 1 Pengujian Brinnel

Dimana :D = Diameter bola (mm)d = impression diameter (mm)F = Load (beban) (kgf)HB = Brinell result (HB)

Gambar 2 Perumusan untuk pengujian Brinell2. Rockwell (HR / RHN)Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell bertujuan menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap indentor berupa bola baja ataupun kerucut intan yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut.

Gambar 3 Pengujian Rockwell

Untuk mencari besarnya nilai kekerasan dengan menggunakan metode Rockwell dijelaskan pada gambar 4, yaitu pada langkah 1 benda uji ditekan oleh indentor dengan beban minor (Minor Load F0) setelah itu ditekan dengan beban mayor (major Load F1) pada langkah 2, dan pada langkah 3 beban mayor diambil sehingga yang tersisa adalah minor load dimana pada kondisi 3 ini indentor ditahan seperti kondisi pada saat total load F yang terlihat pada Gambar 4.Besarnya minor load maupun major load tergantung dari jenis material yang akan di uji, jenis-jenisnya bisa dilihat pada Tabel 1.

Gambar 4 Prinsip kerja metode pengukuran kekerasan Rockwell

Dibawah ini merupakan rumus yang digunakan untuk mencari besarnya kekerasan dengan metode Rockwell.HR = E - eDimana :F0 = Beban Minor(Minor Load) (kgf)F1 = Beban Mayor(Major Load) (kgf)F = Total beban (kgf)e = Jarak antara kondisi 1 dan kondisi 3 yang dibagi dengan 0.002 mmE = Jarak antara indentor saat diberi minor load dan zero reference line yang untuk tiap jenis indentor berbeda-beda yang bias dilihat pada table 1HR = Besarnya nilai kekerasan dengan metode hardnessTabel dibawah ini merupakan skala yang dipakai dalam pengujian Rockwell skala dan range uji dalam skala Rockwell.

Tabel 1 Rockwell Hardness ScalesScaleIndentorF0(kgf)F1(kgf)F(kgf)EJenis Material Uji

ADiamond cone105060100Exremely hard materials, tugsen carbides, dll

B1/16" steel ball1090100130Medium hard materials, low dan medium carbon steels, kuningan, perunggu, dll

CDiamond cone10140150100Hardened steels, hardened and tempered alloys

DDiamond cone1090100100Annealed kuningan dan tembaga

E1/8" steel ball1090100130Berrylium copper,phosphor bronze, dll

F1/16" steel ball105060130Alumunium sheet

G1/16" steel ball10140150130Cast iron, alumunium alloys

H1/8" steel ball105060130Plastik dan soft metals seperti timah

K1/8" steel ball10140150130Sama dengan H scale

L1/4" steel ball105060130Sama dengan H scale

M1/4" steel ball1090100130Sama dengan H scale

P1/4" steel ball10140150130Sama dengan H scale

R1/2" steel ball105060130Sama dengan H scale

S1/2" steel ball1090100130Sama dengan H scale

V1/2" steel ball10140150130Sama dengan H scale

3. Vikers (HV / VHN)Pengujian kekerasan dengan metode Vickers bertujuan menentukan kekerasan suatu material dalam yaitu daya tahan material terhadap indentor intan yang cukup kecil dan mempunyai bentuk geometri berbentuk piramid seperti ditunjukkan pada gambar 3. Beban yang dikenakan juga jauh lebih kecil dibanding dengan pengujian rockwell dan brinel yaitu antara 1 sampai 1000 gram.Angka kekerasan Vickers (HV) didefinisikan sebagai hasil bagi (koefisien) dari beban uji (F) dengan luas permukaan bekas luka tekan (injakan) dari indentor(diagonalnya) (A) yang dikalikan dengan sin (136/2). Rumus untuk menentukan besarnya nilai kekerasan dengan metode vikers yaitu :

Gambar 3 Pengujian Vikers

Gambar 4 Bentuk indentor Vickers

HV = x Sin .. ..(1)

HV ....(2)HV = 1,854 ..(3)

Dimana:HV = Angka kekerasan VickersF = Beban (kgf)d = diagonal (mm)

4. Micro Hardness (knoop hardness)Mikrohardness test tahu sering disebut dengan knoop hardness testing merupakan pengujian yang cocok untuk pengujian material yang nilai kekerasannya rendah. Knoop biasanya digunakan untuk mengukur material yang getas seperti keramik.

Gambar 5 Bentuk indentor Knoop

Dimana : Keterangan :

HK = Angka kekerasan KnoopF = Beban (kgf)l = Panjang dari indentor (mm)

Nah, setelah kita mengetahui macam-macam pengujian untuk uji kekerasan maka kita harus memikirkan apa yang harus kita ketahui untuk menentukan metode uji kekerasan yang digunakan, untuk itu kita harus memperhatikan hal-hal dibawah ini :a. Permukaan materialb. Jenis dan dimensi materialc. Jenis data yang diinginkand. Ketersedian alat uji2.2Sifat Sifat Dan Mekanis Bahan Sebagaimana yang dinyatakan sebelumnya nilai tegangan di peroleh dari uji tarik adalah seperti yang diterangkan di atas. Nilai nilai ini mendefinisiakan sifat mekanis yang sangat berguna dakam penerapan kekeuatan bahan.Ada beberapa sifat mekanis bahan lain yang dapat menjelaskan bagaimana bahan merespons benda yang bekerja dalam deformasiyang terjadi:1. Kekeakuan (stiffness) adalah sifat bahan mampu meregang pada tegangan tinggi tanpa diikuti regangan yang besar.2. Kekuatan (strength) sifat bahan yang ditentukan oleh tegangan paling besar material mampu regang sebelum rusak.3. Elastisitas (elasticity) sifat material yang dapat kembali kebentuk semula setlah beban dihilangkan.4. Keuletan (ductility) adalah sifat bahan yang mampu deformasi terhadap beben tarik sebelum benar-benar patah.5. Kegetasan (brittleness) menunjukan tidak adanya deformasiplastis sebelum rusak.6. Kelunakan (malleability) sifat bahan yang mengalami deformasi plastis terhadap beben tekan yang bekerja sebelum benar-benar patah.7. Ketangguhan (toughness) sifat material yang mampu menahan beban impak tinggi atau beban kejutan.8. Kelenturan (resilience) sifat material yang mampu menerima beban impak tinggi tanpa menimbulkan tegangan lebih pada batas elastis.

2.3MACAM-MACAM PENGERASAN

A. . Pengerasan Permukaan1. KarburasiBesi dipanakan pada suhu AC dalam lingkungan yang mengandung karbon baik dalam bentuk padat, cair ataupun gas. Macam-macam karburasia. karburasi padatb. karburasi cairc. karburasi gas2. Karbo NitridingCara pengerasan permukaan, dimana baja dipanaskan di atas suhu kritis di dalam lingkungan gas dan terjadi penyerapan karbon dan Nitrogen.3. CyenadingPada proses ini terjadi absorbsi karbon dan nitrogen untuk memperoleh permukaan yang keras pada baja karbon rendah yang sulit dikeraskan.4. NitridingDisini digunakan bahan dan suhu yang berlainan. Logam dipanaskan sampai 510C dalam lingkungan gas amonia selama beberapa menit.

B. . Pengerasan InduksiProses pengerasan ini menggunakan arus induksi bolak balik yang berfrequensi tinggi yang berasal dari pembangkit konvektor merkury, osilator spack atau isolator tabung. Frekuensi umumnya tidak melebihi 5.105 Hz. Untuk yang tipis digunakan frekuensi rendah.C. Pengerasan Nyala1. Pengerasan stationer, Baik nyala atau benda yang akan dikeraskan keduanya berada dalam keadaan diam.2. Pengerasan Progresif, Nyala dari benda yang akan dikeraskan bergerak satu sama lain.2.4 MACAM-MACAM PENGERJAAN

1. . Pengukuran Kekerasan Metoda BrinellSebuah peluru baja yang dikeraskan ditekankan pada permukaan benda uji yang licin dengan suatu gaya tertentu. Benda uji itu harus didukung secara merata oleh bidang pendukung yang cukup tebal, sebab kalau tidak demikian kekerasan bidang pendukung itu ikut terukur. Kekerasan HB (Brinell) di hitung dari perbandingan antara gaya penekanan ( F ) dan luas segmen desakan bola ( A )2. Pengukuran Kekerasan Metoda Vickers ( VHN atau HV )Pada pengukuran kekerasan menurut vickers suatu benda penekan intan, dengan bentuk piramida lurus dengan alas bujur sangkar dan dengan sudut puncak 136 o, ditekan kedalam kedalam bahan dengan gaya F tertentu selama waktu tertentu. Kekerasan vickers dapat diperoleh dengan membagi gaya penekan dengan luas bekas tekanan pada permukaan bahan.3. Rockwell (HR / RHN)Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell bertujuan menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap indentor berupa bola baja ataupun kerucut intan yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut.2.5 KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN METODE PENEKANAN1. BrinellKeuntungan:a. Tidak mungkin untuk mengukur bahan yang keras, hanya mampu mengukur efektif kekerasan bahan hingga 4300 HB.b. Tidak bisa digunakan untuk mengukur kekerasan bahan yang kecilKerugian:a. Tidak mungkin untuk mengukur bahan yang keras, hanya mampu mengukur efektif kekerasan bahan hingga 4300 HB.b. Tidak bisa digunakan untuk mengukur kekerasan bahan yang kecil2. Rokwell

Keuntungan:a. Dengan kerucut intan dapat diukur kekerasan baja yang disebuk keras.b. Dengan bekas tekanan yang kecil kerusakan benda kerja lebih kecil. Kerugian:a. Dengan bekas penekanan yang kecil maka kekerasan rata-rata tidak dapat ditentukan untuk bahan yang tidak homogen. 3. Vickers Keuntungan:a. Dengan benda penekan yang sama kekerasan dapat dtentukan tidak saja untuk bahan lunak akan tetapi juga untuk bahan kerasb. Dengan bekas tekanan yang kecil bahan percobaan dirusak lebih sedikitc. Hasil pengukuran kekerasan lebih telitid. Kekerasan benda kerja yang tipis dapat diukur dengan memilih gaya yang kecil Kerugian:a. Dengan bekas tekanan yang kecil kekerasan rata-rata bahan yang tidak homogen tidak dapat ditentukan, misalnya besi tuangb. Penentuan kekerasan membutuhkan banyak waktu2.6 CARA MENINGKATKAN KEKERASAN

Ada beberapa cara yang digunakan untuk meningkatkan kekerasan suatu logam, antara lain:a. Perlakuan PanasKekerasan dapat diperoleh dengan melakukan perlakuan panas yang disertai perdinginan yang cepat. Pemanasan diatas suhu kritis kemudian disusul pendinginan yang cepat akan membentuk fasa Martensit yang bersifat sangat keras dan getas.

b. Penambahan Unsur PaduanUnsur paduan karbon paling banyak digunakan untuk meningkatkan kekerasan baja. Unsur karbon memiliki sifat sebagai pengikat molekul logam, sehingga penambahan karbon dapat meningkatkan ikatan antar molekul sehingga mengakibatkan baja tersebut kuat, tetapi menurunkan keuletan.

2.7 UNSUR-UNSUR PADUAN

a. Karbon (C)Pada baja karbon biasanya kekerasan dan kekuatannya meningkat sebanding dengan kekuatan karbonnya, tetapi keuletannya menurun dengan naiknya kadar karbon. Persentase kandungan karbon akan memberikan sifat lain pada baja karbon

b. Mangan (Mn)Mangan berfungsi untuk memperbaiki kekuatan tariknya dan ketahanan ausnya. Unsur ini memberikan pengerjaan yang lebih mengkilap atau bersih dan menambah kekuatan dan ketahanan panas.

c. Silikon (Si)Silikon untuk memperbaiki homogenitas pada baja. Selain itu, dapat menaikkan tegangan tarik dan menurunkan kecepatan pendinginan kritis sehingga baja karbon lebih elastis dan cocok dijadikan sebagai bahan pembuat pegas.d. Posfor (P)

Posfor dalam baja dibutuhkan dalam persentase kecil yaitu maksimum 0,04 % yang berfungsi untuk mempertinggi kualitas serta daya tahan material terhadap korosi. Penambahan posfor dimaksudkan pula untuk memperoleh serpihan kecil-kecil pada saat permesinan.e. Belerang (S) Sulfur dimaksudkan untuk memperbaiki sifat-sifat mampu mesin. Keuntungan sulfur pada temperatur biasa dapat memberikan ketahanan pada gesekan tinggi.f. Khrom (Cr)Khrom dengan karbon membentuk karbida dapat menmbah keliatan, menaikkan daya tahan korosi dan daya tahan terhadap keausan yang tinggi, keuletan berkurang.g. Nikel (Ni)Sebagai unsur paduan dalam baja konstruksi dan baja mesin, nikel memperbaiki kekuatan tarik, sifat tahan panas dan sifat magnitnya.h. Molibden (Mo)Molibden mengurangi kerapuhan pada baja karbon tinggi, menstabilkan karbida, serta memperbaiki kekuatan bajai. Wolfram/Tungsten (W/T)Paduan ini dapat membentuk karbida yang stabil yang sangat keras, menahan suhu pelumasan dan mengembalikan perubahan bentuk/struktur secara perlahan-lahan.

2.8 PENGARUH UNSUR PADUAN TERHADAP KEKERASAN

1. Untuk menaikkan sifat mekanik baja (kekerasan, keliatan, kekuatan tarik dan sebagainya)2. Untuk menaikkan sifat mekanik pada temperatur rendah3. Untuk meningkatkan daya tahan terhadap reaksi kimia (oksidasi dan reduksi) untuk membuat sifat-sifat spesial Baja paduan yang diklasifikasikan menurut kadar karbonnya dibagi menjadi:1. Low alloy steel, jika elemen paduannya 2,5 %2. Medium alloy steel, jika elemen paduannya 2,5 10 %3. High alloy steel, jika elemen paduannya > 10 %

2.9 HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI KEKERASAN

1. Kadar KarbonBaja merupakan hasil paduan antara Fe (Besi) dengan karbon yang relatif lebih lunak. Semakin tinggi kadar karbon yang dikandung maka baja tersebut akan semakin keras dan getas. Namun dibalik tingginya kadar karbon yang dimiliki akan menyebabkan keuletan suatu logam akan menurun.2. Media PendinginMedia pendingin sangat berpengaruh terhadap struktur mikro suatu logam. Pada saat logam telah mengalami pemanasan, media pendingin dengan kecepatan pendingin yang cepat akan menghasilkan kerja yang keras. Namun baja yang keras akan menyebabkan turunnya keuletan baja tersebut.3.Temperatur PemanasanTemperatur pemanasan dalam tungku akan mempengaruhi struktur yang terbentuk, dimana tinggi suhu pemanasan akan menyebabkan terbentuknya strukturil yang lunak karena jaraj antara molekul semakin renggang sehingga menjadi lunak.4.DebitSemakin besar volume massa media pendingin, amak semakin cepat proses pendinginannya, begitu pula sebaliknya. Hal ini disebabkan karena panas yang dapat diserap oleh media pendingin atau fluida akan lebih banayk dibandingkan volume yang kecil.2.10 UJI KEKERASAN MIKROPada pengujian ini identor nya menggunakan intan kasar yang di bentuk menjadi piramida. Bentuk lekukan intan tersebut adalah perbandingan diagonal panjang dan pendek dengan skala 7:1. Pengujian ini untuk menguji suatu material adalah dengan menggunakan beban statis. Bentuk idento yang khusus berupa knoop meberikan kemungkinan membuat kekuatan yang lebih rapat di bandingkan dengan lekukan Vickers. Hal ini sangat berguna khususnya bila mengukur kekerasan lapisan tipis atau mengukur kekerasan bahan getas dimana kecenderungan menjadi patah sebanding dengan volume bahan yang ditegangkan.Hardenability adalah sifat yang menentukan dalamnya daerah logam yang dapat dikeraskan. Pendinginan yang terlalu cepat dapat dihindarkan karena dapat menyebabkan permukaan logam (baja) retak..

2.11 KEKERASAN MEYERMeyer engajukan definisi kekerasan yang lebih rasional ibandingkan dengan yang diajarkan Brinell yang didasarkan pada luas proyeksi retak, buakn keras permukaannya. Tekanan rata-rata antara luas penumbuk atau lekukan adalah sama beban luas proyeksi lekukan.Meyer mengemukakan bahwa kekerasan/tekanan rata-rata ini dapat diambil sebagai ukuran kekerasan dan dinamakan kekerasan Meyer.Kekerasan Meyer mempunyai satuan Kg/mm2, kekerasan kurang peka terhadap bahan yang diterapkan dibanding kekerasan Brinell. Untuk bahan-bahan yang mengalami pekerjaan dingin kekerasan Meyer pada dasarnya tetap, sedangkan kekerasan Brinell akan mengecil bila beban bertambah. Karena lekukan yang terjadi mengakibatkan kekerasan renggang.2.12. JOMINY TESTSebuah metode untuk menentukan hardenability baja. Uji Jominy ditutupi oleh BS 4437:1987. Sebuah uji standar 25mm x 100mm sepotong dipanaskan sampai suhu yang sudah ditentukan dan dipadamkan oleh jet air disemprotkan pada salah satu ujungnya. Ketika spesimen dingin, pengukuran kekerasan dilakukan pada interval sepanjang potongan uji dari ujung dipadamkan dan hasil diplot pada grafik standar dari yang diturunkan kurva hardenability.BS 970 berisi kurva hardenability untuk banyak baja dalam Standar. Benar dilakukan, tes ini akan menggambarkan pengaruh massa pada baja dipilih bila panas dirawat dan menunjukkan apakah baja adalah tipe pengerasan dangkal, menengah atau mendalam.2.13. JENIS JENIS KARBURASI 1. Paket karburasi: Dalam proses ini, bagian yang akan carburized dikemas dalam wadah baja sehingga benar-benar dikelilingi oleh butiran arang. arang ini diobati dengan bahan pengaktif kimia seperti Barium Karbonat (Babo 3) yang mempromosikan pembentukan Karbon Dioksida (CO 2). Gas ini pada gilirannya bereaksi dengan kelebihan karbon dalam arang untuk menghasilkan karbon monoksida, CO.Carbon Monoksida bereaksi dengan permukaan baja karbon rendah untuk membentuk atom karbon yang berdifusi ke dalam baja. Karbon Monoksida memasok gradien karbon yang diperlukan untuk difusi. Proses karburasi tidak mengeras baja. 2. Gas karburasi: Dapat dilakukan dengan gas karbon, seperti metana, etana, propana, atau gas alam. gas carburizing Kebanyakan mudah terbakar dan kontrol yang dibutuhkan untuk menjaga gas carburizing pada 1700 o F dari menghubungi udara (oksigen). Keuntungan dari proses ini lebih dari pack carburizing adalah meningkatkan kemampuan untuk memuaskan dari suhu karburasi. Tungku perapian Konveyor membuat quenching dalam suasana terkendali mungkin.3. Cair karburasi: Dapat dilakukan di internal maupun eksternal pot garam dipanaskan cair. Carburizing garam mengandung senyawa sianida seperti sodium sianida (NaCN). Siklus kali untuk cyaniding cair jauh lebih pendek (1 sampai 4 jam) dari proses gas dan pack carburizing. Kerugian adalah pembuangan garam. (Masalah lingkungan) dan biaya (pembuangan yang aman adalah sangat mahal).

BAB IIIJURNAL PRAKTIKUM

A. Maksud dan Tujuan1. Untuk menentukan angka kekerasan bahan2. Untuk membandingkan beberapa metode pengfukuran kekerasan

B. Alat dan Bahana) Alat :1. Mesin Rockwell

b) Bahan1. Alumunium2. Besi

C. Langkah Kerja1. Permukaan benda uji dibersihkan sehingga permukaan tersebut rata dan sejajar terhadap permukaan masa uji2. Tentukan metode pengujian kekerasan dan skala yang digunakan, di dasarkan atas kebutuhan3. Ambil titik referensi nol dengan memberikan beban minor (minor lood) sebesar 10kg4. Aplikasikan beban mayor (mayor lood)5. Lepaskan beban setelah jarum petunjuk berhenti6. Catat angka kekerasan yang ditunjuk oleh jarum7. Pengukuran kekerasan dilakukan pada beberapa titik pada permukaan benda uji22

D. Tabel

Metode RockwellJenis Mesin: RockwellTanggal Pengujian : 07-04-2014Beban: 150 kgPenguji : DiegoIndentor:Ass.Pengawas :

BahanSkala PengujianNoAngka Kekerasan

Alumunium1254

2175

3110

420

5139

Besi125

2111

327

496

5140

E. KesimpulanUntuk menentukan kekerasan bahan atau material dapat menggunakan metode Rockwell yang digunakan untuk menguji material dari yang lunak sampai yang keras. MEtode Rockwell digunakan untuk menguji yang cepat dan tepat sehingga dapat digunakan untuk pengujian atau pengerasan kekerasan bahan secara mssal dan bekas tekananya kecil sehingga tidak merusak permukaan material.

BAB IV PERTANYAAN DAN JAWABAN

Pertanyaan :

1. Mengapa kekerasan suatu bahan menurun jika bahan tersebut dipanaskan ?2. Buatlah grafik hubungan antara kekuatan tarik dengan kekerasan Brinell, serta tuliskan rumus hubungan tersebut dan batasan pemakaiannya ?3. Apa pengaruh perbandingan P/d2 terhadap hasil pengujian kekerasan Brinell ?4. Jelaskan metoda pengukuran kekerasan menurut Brinell, Rockwell, Vickers, Meyer dan Microhardness Tester ?5. Apa kelebihan dan kekurangan dari masing masing metoda pengujian kekerasan yang tersebut pada soal no. 4 ?6. Apakah kekerasan suatu logam dapat ditingkatkan ? jika dapat, jelaskan cara caranya ?

24

Jawaban :1. Perlakuan panas dengan pendinginan udara merupakan proses softening yaitu proses normalizing. Normalizing adalah proses di mana material dipanaskan dahulu sampai suhu austenit kemudian dilakukan pendinginan dengan medium udara secara perlahan. Proses ini terjadi pada suhu 55-650C diatas daerah austenite murni. Pendinginan ini mencegah timbulnya segregasi praeutektoid sehingga struktur mikro yang terbentuk adalah perlit halus dan tidak ada ferit praeutektoid dalam jumlah banyak. Dengan demikian akan dihasilkan material yang kekerasannya lebih kecil dari sebelumnya. Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa kekerasan material dengan perlakuan panas dengan pendinginan udara lebih kecil daripada bahan uji dengan tanpa perlakuan panas

2. Uji Tarik rekayasa banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan (Dieter, 1987). Pada uji Tarik, benda uji diberi beban gaya tarik sesumbu yang bertambah secara kontinyu, bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan terhadap perpanjangan yang dialami benda uji (Davis, Troxell, dan wiskocil, 1955). Kurva tegangan regangan rekayasa diperoleh dari pengukuran perpanjangan benda uji. Teganganyang dipergunakan pada kurva adalah tegangan membujur rata rata dari pengujian tarik yang diperoleh dengan membagi beban dengan luas awal penampang melintang benda uji.Regangan yang digunakan untuk kurva tegangan regangan rekayasa adalah regangan linier rata rata yang diperoleh dengan membagi perpanjangan panjang ukur (gage length) benda uji, , dengan panjang awalnya, Lo

Grafik hubungan antara kekuatan tarik dengan kekerasan Brinell :

Kurva tegangan regangan hasil pengujian tarik umumnya tampak seperti pada gambar 5. Dari gambar tersebut dapat dilihat :1. AR garis lurus pada bagian ini pertambahan panjang sebanding dengan pertambahan beban yang diberikan pada bagian ini, berlaku hokum Hookex

Keterangan : L = pertambahan panjang benda kerja (mm)Lo = panjang benda kerja awal (mm)P = beban yang bekerja (N)A = luas penampang benda kerja (mm2)E = modulus elastisitas bahan (N/mm2)

2. Y disebut titik luluh (yield point) atas3. Y disebut titik luluh bawah 4. Pada daerah YY benda kerja seolah olah mencair dan beban naik turun disebut daerah luluh5. Pada titik B beban mencapai maksimum dan titik ini biasa disebut tegangan Tarik maksimum atau kekuatan tarik bahan ( B) pada titik ini terlihat jelas benda kerja mengalami pengecilan penampang (necking)6. Setelah titik B, beban mulai turun dan akhir patah pada titik F (failure)7. Titik R disebut batas proposional, yaitu batas daerah elastis dan daerah AR disebut daerah elastis,. Renggangan yang diperoleh pada daerah ini disebut regangan elastis8. Melewati batas proposional sampai dengan benda kerja putus, biasa dikenal dengan daerah plastis dan regangannya disebut regangan plastis9. Jika setelah benda kerja putus dan disambungkan kembali (dijajarkan) kemudian diukur pertambahan panjangan (L) , maka renggangan yang diperoleh dari hasil pengukuran ini adalah renggangan plastis (AF)Hubungan Tegangan Tarik Dengan Kekerasan BrinellKekuatan tarik dan kekerasan merupakan indicator ketahanan logam terhadap plastis. Konsekuensinya adalah terdapat korelasi secara pasar untuk kekuatan tarik (B) sebagai fungsi kekerasan brinell untuk besi tuang, baja, dan kuningan. Untuk sebagian besar baja hubungan HB dengan (B) adalah (Callister, 1997 : 135) :B = 0,345 x HBKeterangan :B = dalam MPa (N/mm2)HB = dalam (N/mm2)3. Metode uji kekerasn yang diajukan oleh J.A Brinell pada tahun 1900 ini merupakan uji kekerasan lekukan yang pertama kali banyak digunakan serta disusun pembakuanya(dieter, 1987). Uji kekerasan ini berupa pembentukan lekukan pada permukaan logam memakai bola baja yang dikeraskan kemudian ditekan dengan beban tertentu. Beban diterapkan pada wktu tertentu, biasanya 30 detik, dan diameter lekukan diukur dengan mikroskop, setelah beban dihilangkan. Permukaan harus relatif halus, rata, bersih dari debu atau kerak.

Angak kekerasan brinell (BHN) dinyatakan sebagai beban P dibagi luas permukaan lekukan. Pada prakteknya, luas ini dihitung dari pengukuran mikroskopik panjang diameter jejak. BHN dapat ditentukan dari persamaan berikut :

Dengan :P = beban yang digunakan (kg)

D = diameter bola baja (mm)

d = diameter lekukan (mm)

jejak penekanan yang relatif besar pada uji kekerasan brinell memberikan keuntungan dalam membagikan secara pukul rata ketidak seragaman lokal. Selain itu, uji brinell tidak begitu dipengaruhi oleh goresan dan kekerasan permukaan dibandingkan dengan uji kekerasan yang lain. Di sisi lain jejak penekanan yang besar ukuranya, dapat menghalangi pemakaian uji ini pada benda uji yang kecil atau tipis.

4. Brinnel (HB / BHN)Pengujian kekerasan dengan metode Brinnel bertujuan untuk menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap bola baja (identor) yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut (spesimen). Idealnya, pengujian Brinnel diperuntukan untuk material yang memiliki permukaan yang kasar dengan uji kekuatan berkisar 500-3000 kgf. Identor (Bola baja) biasanya telah dikeraskan dan diplating ataupun terbuat dari bahan Karbida Tungsten.

Uji kekerasan brinnel dirumuskan dengan :

Gambar 1 Pengujian Brinnel

Dimana :D = Diameter bola (mm)d = impression diameter (mm)F = Load (beban) (kgf)HB = Brinell result (HB)

Gambar 2 Perumusan untuk pengujian BrinellB) Rockwell (HR / RHN)Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell bertujuan menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap indentor berupa bola baja ataupun kerucut intan yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut.

Gambar 3 Pengujian Rockwell

Untuk mencari besarnya nilai kekerasan dengan menggunakan metode Rockwell dijelaskan pada gambar 4, yaitu pada langkah 1 benda uji ditekan oleh indentor dengan beban minor (Minor Load F0) setelah itu ditekan dengan beban mayor (major Load F1) pada langkah 2, dan pada langkah 3 beban mayor diambil sehingga yang tersisa adalah minor load dimana pada kondisi 3 ini indentor ditahan seperti kondisi pada saat total load F yang terlihat pada Gambar 4.Besarnya minor load maupun major load tergantung dari jenis material yang akan di uji,.

Gambar 4 Prinsip kerja metode pengukuran kekerasan Rockwell

Dibawah ini merupakan rumus yang digunakan untuk mencari besarnya kekerasan dengan metode Rockwell.HR = E - eDimana :F0 = Beban Minor(Minor Load) (kgf)F1 = Beban Mayor(Major Load) (kgf)F = Total beban (kgf)e = Jarak antara kondisi 1 dan kondisi 3 yang dibagi dengan 0.002 mmE = Jarak antara indentor saat diberi minor load dan zero reference line yang untuk tiap jenis indentor berbeda-beda yang bias dilihat pada table 1HR = Besarnya nilai kekerasan dengan metode hardnessC) Vikers (HV / VHN)Pengujian kekerasan dengan metode Vickers bertujuan menentukan kekerasan suatu material dalam yaitu daya tahan material terhadap indentor intan yang cukup kecil dan mempunyai bentuk geometri berbentuk piramid seperti ditunjukkan pada gambar 3. Beban yang dikenakan juga jauh lebih kecil dibanding dengan pengujian rockwell dan brinel yaitu antara 1 sampai 1000 gram.Angka kekerasan Vickers (HV) didefinisikan sebagai hasil bagi (koefisien) dari beban uji (F) dengan luas permukaan bekas luka tekan (injakan) dari indentor(diagonalnya) (A) yang dikalikan dengan sin (136/2). Rumus untuk menentukan besarnya nilai kekerasan dengan metode vikers yaitu :

Gambar 3 Pengujian Vikers

Gambar 4 Bentuk indentor VickersD) .Micro Hardness (knoop hardness)Mikrohardness test tahu sering disebut dengan knoop hardness testing merupakan pengujian yang cocok untuk pengujian material yang nilai kekerasannya rendah. Knoop biasanya digunakan untuk mengukur material yang getas seperti keramik.

Gambar 5 Bentuk indentor Knoop

Dimana :

HK = Angka kekerasan KnoopF = Beban (kgf)l = Panjang dari indentor (mm)

Nah, setelah kita mengetahui macam-macam pengujian untuk uji kekerasan maka kita harus memikirkan apa yang harus kita ketahui untuk menentukan metode uji kekerasan yang digunakan, untuk itu kita harus memperhatikan hal-hal dibawah ini :a. Permukaan materialb. Jenis dan dimensi materialc. Jenis data yang diinginkand. Ketersedian alat uji5. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN METODE PENEKANAN2. BrinellKeuntungan:a. Tidak mungkin untuk mengukur bahan yang keras, hanya mampu mengukur efektif kekerasan bahan hingga 4300 HB.b. Tidak bisa digunakan untuk mengukur kekerasan bahan yang kecilKerugian:a. Tidak mungkin untuk mengukur bahan yang keras, hanya mampu mengukur efektif kekerasan bahan hingga 4300 HB.b. Tidak bisa digunakan untuk mengukur kekerasan bahan yang kecil

2. Rokwell

Keuntungan:a. Dengan kerucut intan dapat diukur kekerasan baja yang disebuk keras.b. Dengan bekas tekanan yang kecil kerusakan benda kerja lebih kecil. Kerugian:a. Dengan bekas penekanan yang kecil maka kekerasan rata-rata tidak dapat ditentukan untuk bahan yang tidak homogen. 3. Vickers Keuntungan:a. Dengan benda penekan yang sama kekerasan dapat dtentukan tidak saja untuk bahan lunak akan tetapi juga untuk bahan kerasb. Dengan bekas tekanan yang kecil bahan percobaan dirusak lebih sedikitc. Hasil pengukuran kekerasan lebih telitid. Kekerasan benda kerja yang tipis dapat diukur dengan memilih gaya yang kecil Kerugian:a. Dengan bekas tekanan yang kecil kekerasan rata-rata bahan yang tidak homogen tidak dapat ditentukan, misalnya besi tuangb. Penentuan kekerasan membutuhkan banyak waktu6. Pengerasan yang mendalam Pada pengerasan mendalam, benda yang sudah terbentuk, dipanaskan dengan temperatur yang cukup tinggi. Kemudian dengan cepat didinginkan; tindakan ini disebut mengejutkan baja. Pendinginan ini bisa dilakukan di dalam air, minyak atau di udara. Benda itu menjadi keras bukan hanya bagian luar saja, tetapi juga intinya menjadi keras benar. Dengan cara ini baja menjadi cepat rapuh; berarti baja itu dapat cepat patah. Beberapa peralatan dikeraskan dengan cara ini. Kita semua paham betapa mudah patahnya ulir mata bor dari baja yang berukuran kecil. Pengerasan permukaan. Untuk peralatan-peralatan tertentu hanya bagian luarnya saja yang harus diperkeras. Untuk dapat menerima tekanan yang besar, inti benda itu harus tetap lentur. Hal ini dapat dicapai dengan hanya mengeraskan bagian permukaan dari benda tersebut. Pengerasan permukaan dipakai pada poros engkol (crankshaft), kopling cakar, cacing, roda cacing, dan gigi cacingTemperingTempering adalah memanaskan baja yang sudah diperkeras dengan temperatur yang cukup rendah (180C), diikuti dengan pendinginan secara perlahan-lahan. Tempering dilakukan dengan tujuan memberikan struktur yang lebih merata pada bahan itu. Lewat proses ini maka baja yang telah diperkeraskan tadi hanya sedikit saja diperlunak, tetapi baja itu menjadi tidak begitu rapuh. Karena tempering, produk tersebut menjadi terhindar dari perubahan bentuk (pertambahan isi) sebagai akibat proses pengerasan. Hal ini, terutama ukuran akhir dan semacamnya sangat penting untuk alat pengukur yang tepat seperti kaliber.

Meningkatkan mutu Meningkatkan mutu adalah suatu proses di mana baja pertama-tama dikeraskan dahulu, kemudian ditempering dengan suhu yang tinggi. Apabila baja yang diperkeras itu dipanaskan lebih lama dan pada suhu yang lebih tinggi (300 sampai 650C) dari tempering pada umumnya, maka struktur bahan itu makin merata. Sejalan dengan pertambahan masa pemanasan dan peninggian suhu, kekerasan baja itu menjadi berkurang, akan tetapi kealotan, kemudahan untuk digarap dan terutama ketahanan terhadap benturan menjadi lebih besar. Dengan meningkatkan mutu baja, maka sifat-sifat baja itu bisa disesuaikan dengan tujuan penggunaannya. Baja dengan mutu yang sudah ditingkatkan biasanya dipakai untuk asesoris mesin yang dikenai beban berganti-ganti, misalnya pr (spring).

PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT)Adalah proses pemanasan dan pendinginan logam dalam keadaan padat untuk mengubah sifat-sifat fisis logam tersebut.Perlakuan panas berdasarkan tujuannya dapat dibagi menjadi empat:1. Normalizing. Untuk memperkecil dan menyelamatkan butiran-butiran logam sehingga sifatnya dapat ditingkatkan. Cara logam dipanaskan hingga mencapai suhu tertentu dan ditahan selama waktu yang ditentukan kemudian didinginkan dalam udara terbuka.2. Annealing. Untuk menghilangkan teganggan dalam dan melunakkan logam sehingga elastisitas dapat ditingkatkan dan memudahkan pemesinan lanjut. Caranya logam dipanaskan hingga mencapai suhu tertenu dan ditahan selama waktu yang ditentukan kemudian didinginkan dalam dapur/ tanur.3. Quenching. Untuk mengeraskan dan menambahkekuatan logam. Caranya logam dipanaskan hingga mencapai suhu tertentu dan ditahan selama waktu yang ditentukan kemudian didinginkan dengan cepat dengan dimasukkan kedalam air atau minyak.4. Tampering.dilakukan setelah proses quenching, untuk meningkatkan keuletan logam yang keras dan mudah patah karena proses quenching caranya logam dipanaskan mencapai suhu tertentu dan ditahan selama waktu yang ditentukan kemudian didinginkan dalam udara terbuka.Perlakuan panas pada baja1. Normalizing. Baja dipanaskan hingga mencapai suhu 40-50C diatas Acm, sehingga terbentuk austenite, kemudian didinginkan perlahan lahan dalam suhu udara ruang. Tujuannya untuk memperkecil dan menyamakan butiran-butiran logam sehingga sifanya dikatkan.2. Annealinga. Full anneling. Baja dipanaskan hingga mencapai suhu 30-50C diats titik A3(untuk hypo-eutectoid) atau A1 (untuk hyper-eutcorid), setelah didiamkan pada suhu tersebut selama waktu yang cukup didinginkan perlahan didalam dapur. Tujuannya untuk melunakkan baja dan menghilangkan tegangan dalam agar mudah dipemesinan.b. Spheroidizing. Proses dimanna dihasilkan struktur dengan cementite berbentuk sperodial (sperodial cementite). Baja dipanaskan perlahan sampai mencapai suhu sedikit dibawah, disekitar, atau diatas titik transmormasi A1, kemudian didinginkan perlahan. Digunakan untuk baja 0.5-1.5 % C, dengan tujuan meningkatkan kemampuan pemesinan dan mencegah retak setelah perlakuan panas dan meningkatkan keuletan serta ketahanan aus setelah quenching.c. Stress relief annealing. Baja dipanaskan sampai mencapai sedikit dibawah titik transformasai kemudian didinginkan perlahan dengan tujuan untuk menghilangkan tegangan dalam.d. Process annealing. Baja dipanaskan sampai suhu diatas suhu pengkristalan kembali dan dibawah suhu titik A1 ( 600-650 C). kemudian didinginkan perlahan. Tujuanya untuk melunakkan setelah pemesinan.3. Quenching. Baja dipanaskan hingga mencapai suhu 30-50 C diatas titik A3 untuk (hypo-eutectoid) atau A1 (untuk hyper-eutectoid), setelah didiamkan pada suhu tersebut selama waktu yang cukup didinginkan dengan cepat didalam minyak atau air.a. Normal quenching. Setelah dipanaskan, baja didinginkan secara cepat dengan memasukkan ke dalam air (water quenching) atau minyak (oil quenching). Akan bias didapatkan kekerasan yang tinggi, tapi mudah terjadi keretakan dan renggangan dalam.b. Time quenching. Setelah dipanaskan, baja didinginkan dengan dicelupkan ke dalam air atau minyak selama waktu tertentu (belum mencapai suhu ruang), kemudian diangkat dan didinginkan perlahan dalam suhu ruang. Untuk mrncegah retakan dan regangan.c. Isothermal quenching/hot bath quenching. Setelah dipanaskan, baja dicelupkan ke dalam larutan logam atau garam yang memiliki suhu tertentu selama waktu tertentu, kemudian didinginkan perlahan dalam suhu udara ruang. Ada beberapa jenis proses ini : 1. Marquenching. Baja setelah dipanaskan, dicelupkan ke dalam larutan garam atau minyak yang memiliki suhu titik MS (titik martensite, 200-300 C) dan didiamkan sehingga seluruh bagian memiliki suhu yang sama kemudian didinginkan perlahan dalam suhu udara ruang, sehingga perlahan terjadi transformasi martensite. Tujuannya untuk mencegah retakan dan regangan dan mendapakan efek pengerasan yang sempurna.2. Austempering. Baja setelah dipanaskan, dicelupkan ke dalam larutan garam atau seng yang memiliki suhu diatas titik MS (250-450 C) dan didiamkan sehinggan seluruh bagian memiliki suhu yang sama kemudian didinginkan perlahan dalam suhu udara ruang, sehingga didapatkan struktur bainite yang lebih lunak dan ulet dibanding martensite. Tujuannya untuk mencegah retakan dan regangan dan meningkatkan keuletan. 3. Martempering. Baja setelah dipanaskan, dicelupkan ke dalm larutan garam atau seng yang memiliki suhu antara titik MS dan Mf (100-200 C) dan didiamkan sehingga seluruh bagian memiliki suhu yang sama kemudian didinginkan perlahan dalam suhu udara ruang, sehingga didapatkan dtruktur campuran martensite dan bainite. Tujuannya untuk mendapatkan baja yang keras namun ulet. 4. Tempering. Setelah proses quenching, baja dipanaskan kembali hingga mencapai suhu sedikit titik A1 kemidian didinginkan. Tujuannya untuk meningkatkan keuletan (ductility) baja setelah quenching. Pengerasan Permukaan1. Karburisasi (Carburizing). Besi dipanaskan diatas suhu Ac1 dalam lingkungan mengandung karbon, baik dalam bentuk padat, cair, ataupun gas. Besi pada suhu kriti ini mempunyai affinity (daya tarik) terhadap karbon. Karbon diabsorpsi ke dalam logam membentuk larutan padat dengan besi dan lapisan luar memiliki kadar karbon tinggi. Tebal lapisan kabon tergantung pada waktu dan suhu perlakuan panas.a. Karburasi padat (pack carburising). Bahan dimasukkan dalam kotak tertutup dan ruangan diisi dengan kayu atau kokas. Proses perlu waktu cukup lama dan untuk lapisan 0.75 -4 mmb. Karburasi gas (gas carburizing). Untu mendapat lapisan 0.1- 0.75 mm. digunakan gas atau hidro-karbon atau propan (gas karbit)c. Karburasi cair (liquid carburizing). Baja dipanaskan di atas suhu Ac1 dalam dapur garam cyanide dan sedikit nitrogen dapat berdifusi ke dalam lapisan luar. Mirip dengan proses cyanide hanya mempunyai kadar karbon yang lebih tinggi dan kadar nitrogen lebih rendah. Ketebalan lapisan sekitar 0.64 mm, tapi dapat untuk 6.35 mm2. Carbonitriding. Disebut juga, dry cyaniding atau nircabing, adalah proses penerasan permukaan dimana baja dipanaskan diatas suhu kritis didalam lingkungan gas dan terjadi penyarapan karbon dan nitrogen. Dapat digunakan gas ammonia atau gas yang kaya akan karbon. Lapisan tanah aus mempunyai ketebalan 0.08- 0.75 mm. keuntungannya kemampuan pengerasan luar meningkat bila ditambahkan dengan nitrogen sehingga dapat dimanfaatkan baja yang murah3. Cyaniding atau liquid carbonitriding merupakan proses dimana terjadi absorpsi karbon dan nitrogen untuk memperoleh permukaaan yang keras pada baja karbon rendah yang sulit dikeraskan. Bahan dimasukkan kedalam dapur yang mengandung garam cyanide natrium, suhunya sedikit diatas Ac1. Kemudian dicelup dalam air atau minyak. Tebal lapisan 0.10 0.40 mm.4. Nitriding. Digunakan bahan dan suhu yang berlainan. Logam dipanaskan hingga 510 C dalam lingkungan gas amonia selama beberapa waktu. Nitrogen yang diserap logam akan membentuk nitrida yang keras tersebar merata pada permukaan logam. Pada nitridinag cair (liquid nitriding ) digunakan garam cynida cair sedang suhu dipertahankan dibawah daerah transformasi. Penyerapan nitrogen lebih mudah, karbon yang diserap lebih sedikit dibanding proses cyanide atau karburasi. Ketebalam 0.03 0.3 mm.kekerasan sangat tinggi : 900 -1000 brinell.

BAB VPENUTUP

Bahwa besi memiliki banyak karakteristik atau sifat mekanis diantaranya ulet, getas dan lain. ini sudah dibuktikan pada pengujian tarik yang dilakukan. Yang pertama pada pengujian besi kita tahu bahwa besi tersebut bersifat ulet sehingga tidak mudah patah sedangkan pada aluminium bersifat getas atau mudah patah dan tidak terlalu banyak perubahan deformasi yang signifikan ,serta pada plat bersifat liat dan mempunyai nilai maxcimal load tang tinggi jadi dari ketiga spesimen yang telah di coba plat merupakan yang terbaik. Dan waktu pengujian tekan berpengaruh pada nilai tekan

41

DAFTAR PUSTAKA

1. Zaenuri ,muhib ahmad .ST,2008, kekuatan bahan.,bangkalan madura.indonesia2. www.sciece_howstuffworks.com

42