LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

66
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Selain itu air meliputi kira- kira ¾ dari permukaan bumi. Sumber air dipermukaan bumi atau dikenal sebagai hidrosfera mencangkup air laut, es dan salju pada kawasan kutub dan gunung gleiser. Air pada permukaan bawah bumi meliputi air tanah, air hujan, air dalam flora dan fauna. Berdasarkan salinitasnya, ekosistem perairan yang ada di dunia ini terbagi dua, yaitu perairan asin dan perairan tawar. Dalam lymnology, ekosistem air tawar dibagi menjadi dua yaitu ekosistem lentik dan ekosistem lotik . Air tergenang atau habitat lentik (berasal dari kata lenis yang berarti tenang) , arusnya cenderung relative tenang, contohnya adalah danau, kolam, rawa, atau pasir terapung. Sedangkan yang termasuk air mengalir atau habitat lotik (berasal dari kata lotus yang berarti 1

Transcript of LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

Page 1: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Air

merupakan kebutuhan utama bagi proses kebutuhan utama bagi proses

kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya di bumi tidak

ada air. Selain itu air meliputi kira-kira ¾ dari permukaan bumi. Sumber air

dipermukaan bumi atau dikenal sebagai hidrosfera mencangkup air laut, es

dan salju pada kawasan kutub dan gunung gleiser. Air pada permukaan bawah

bumi meliputi air tanah, air hujan, air dalam flora dan fauna.

Berdasarkan salinitasnya, ekosistem perairan yang ada di dunia ini

terbagi dua, yaitu perairan asin dan perairan tawar. Dalam lymnology,

ekosistem air tawar dibagi menjadi dua yaitu ekosistem lentik dan ekosistem

lotik . Air tergenang atau habitat lentik (berasal dari kata lenis yang berarti

tenang) , arusnya cenderung relative tenang, contohnya adalah danau, kolam,

rawa, atau pasir terapung. Sedangkan yang termasuk air mengalir atau habitat

lotik (berasal dari kata lotus yang berarti tercuci) antara lain mata air, aliran air

(brook-creek) atau sungai (Odum, 1993).

Pada perairan yang luas dan dalam, fitoplankton memegang peranan

penting sebagai penyedia materi organik. Di dalam perairan ini tumbuhan

makrofita yang hidup di daerah litoral menjadi kurang berperan dalam hal

produktivitas primer dibandingkan dengan fitoplankton yang menempati aerah

limnetik yang lebih luas.

Kajian tentang struktur dan kelimpahan plankton sangat menarik, karena

pentingnya kedudukan masing-masing organisme tersebut dalam komunitas

perairan. Zooplankton merupakan makanan ikan, baik yang masih juvenil

maupun yang sudah dewasa. Zooplankton juga memegang peranan penting

1

Page 2: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

dalam mengendalikan populasi fitoplankton, sehingga dapat mengurangi

eutrofikasi danau.

Ekosistem perairan, termasuk ekosistem air tawar, dipengaruhi oleh

berbagai faktor. Dalam ekosistem ini, faktor-faktor tersebut akan saling

mempengaruhi melalui hubungan timbal balik dan membentuk suatu

karakteristik perairan. Faktor-faktor tersebut adalah kimia, fisika, dan biologi.

Faktor Kimia terdiri dari Alkalinitas, Biochemical Oxygen Demand (BOD),

Dissolved Oxygen (DO), Keasaman (pH). Faktor Fisika terdiri dari Suhu,

Kejernihan, Arus, Daya Hantar Listrik. Faktor biologis yang mempengaruhi

keadaan perairan tawar adalah bentos dan plankton. Oleh karena itu, dengan

mempelajari dan mengetahui keadaan parameter kimia, fisika dan biologis kita

bisa membedakan ekosistem lentik dan lotik.

Dewasa ini, air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang

serius. Untuk mendapat air yang baik sesuai dengan standar tertentu, saat ini

menjadi sesuatu yang mahal, karena air sudah banyak tercemar oleh

bermacam-macam limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia. Sehingga

secara kualitas, sumberdaya air telah mengalami penurunan. Selain secara

kualitas, hal ini juga terjadi secara kuantitas, yang sudah tidak mampu

memenuhi kebutuhan yang terus meningkat.

Kehidupan organisme air sangat dipengaruhi oleh kualitas air. Kualitas

air sungai merupakan hasil merupakan hasil interaksi berbagai factor, baik

berasal dari dalam maupun dari luar badan sungai. Faktor-faktor tersebut

antara lain iklim, tanah dasar sungai, arus air, kegiatan budidaya, kegiatan

industri dan kegiatan penerbangan hutan yang ada di sepanjang daerah

aliransungai. Diantara faktor-faktor iklim yang dapat mempengaruhi secara

langsung maupun tidak langsung terdapat perubahan kualitas air sungai adalah

penyinaran cahaya matahari dan hujan. Cahaya matahari berpengaruh terhadap

temperatur air dan aktivitas organisme fotosintetik yang ada disungai. Cahaya

matahari yang kurang, akan menyebabkan proses fotosintesis berlangsung

lambat, sehingga produksi oksigen dalam air secara alami akan berkurang.

2

Page 3: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

Pengkajian kualitas perairan dapat dilakukan dengan berbagai cara,

seperti dengan analisis fisika, kimia dan biologi. Untuk perairan yang dinamis,

analisis fisika dan kimia air kurang memberikan gambaran tentang kualitas

perairan, dan dapat memberikan penyimpangan-penyimpangan yang kurang

menguntungkan, karena kisaran nilai-nilai peubahnya sangat dipengaruhi

keadaaan sesaat.Lingkungan perairan mempunyai kekhasan tertentu yang

berbeda dari lingkungan terrestrial dengan biota di dalamnya dari mulai yang

hidup melayang di permukaan sampai yang menempati dasar perairan telah

teradaptasi dengan medium air. Habitat perairan tawar dapat dibedakan

menjadi dua bagian yaitu perairan lentik (habitat air tetap) seperti danau, kolan

dan rawa serta perairan lotik (habitat air mengalir) seperti sungai, mata air dan

selokan. Meskipun keduanya merupakan lingkungan akuatik, tetapi dari segi

ekosistem mempunyai perbedaan yang mendasar dalam hal masukan dan

aliran energi, sirkulasi serta masukan mineral.

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

Maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui keanekaan dan

populasi bentos dan plankton di lokasi pengamatan.

1.2.2 Tujuan

Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui kualitas air cekdam

Arboretum Unpad dan sungai Cikuda secara biologi, fisika dan kimia.

Hasil dari praktikum ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai keadaan umum kolam dan sungai dalam upaya pemanfaatan

dan pengelolaannya secara optimal.

3

Page 4: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

1.3 Waktu dan Tempat

Praktikum “Ekosistem Lotik, Penentuan Stasiun Pengamatan dan

Pengambilan Sampel” dilakukan pada hari Sabtu tanggal 4 Desember 2010

pukul 09.00-11.00 WIB di Sungai Cikapundung Babakan Siliwangi, Bandung.

4

Page 5: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ekologi

Inti permasalahan ekologi adalah hubungan makhluk hidup, khususnya

manusia dengan lingkungan hidupnya. Ilmu tentang hubungan timbal balik antara

makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya disebut ekologi. Istilah ekologi

pertama kali diperkenalkan oleh Enerst Haeckel, seorang ahli biologi bangsa

Jerman. Ekologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Oikos yang berarti rumah dan

logos yang berarti ilmu/telaah. Oleh karena itu ekologi berarti ilmu tentang rumah

(tempat tinggal) makhluk hidup. Dengan demikian ekologi biasanya diartinya

sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup

dengan lingkungannya.

Berdasarkan arti harfiah dari asal katanya ekologi dan ekonomi sama.

Ekologi (Oikos dan logos) sedang ekonomi (Oikos dan nomos) sehingga kedua

ilmu itu banyak persamaannya. Namun dalam ekologi, mata uang yang dipakai

dalam transaksi bukan rupiah atau dolar, melainkan materi, energi, dan informasi.

Arus materi, energi, dan informasi dalam suatu komunitas atau beberapa

komunitas mendapat perhatian utama dalam ekologi, seperti uang dalam ekonomi.

Oleh karena itu transaksi dalam ekologi berbentuk materi, energi dan informasi.

2.1 Ekosistem Perairan

Ekosistem merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat komponen

biotik dan komponen abiotik sebagai penyusunnya dan kedua komponen ini saling

berinteraksi membentuk satu kesatuan. Ekosistem merupakan tatanan kesatuan

secara kompleks yang di dalammya terdapat habitat, tumbuhan, dan binatang

dipertimbangkan sebagai unit kesatuan secara utuh, sehingga semuanya akan

menjadi bagian mata rantai siklus materi dan aliran energi. Ekosistem juga dapat

5

Page 6: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

didefinisikan sebagai tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap

unsure lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem merupakan suatu

sistem yang di dalamnya terdapat komponen biotik dan komponen abiotik sebagai

penyusunnya dan kedua komponen ini saling berinteraksi membentuk satu

kesatuan.

Menurut Nybakken (1992), suatu komunitas atau serangkaian komunitas

beserta lingkungan fisik dan kimia di sekelilingnya secara bersama-sama

membentuk suatu ekosistem. Terdapat dua macam ekosistem yang kita kenal,

yaitu ekosistem darat dan ekosistem perairan. Lingkungan perairan mempunyai

kekhasan tertentu yang berbeda dari lingkungan terrestrial dengan biota di

dalamnya dari mulai yang hidup melayang di permukaan sampai yang menempati

dasar perairan telah teradaptasi dengan medium air. Dalam lymnology, ekosistem

air tawar dibagi menjadi dua yaitu ekosistem lentik dan ekosistem lotik. Air

tergenang atau habitat lentik (berasal dari kata lenis yang berarti tenang) , arusnya

cenderung relative tenang, contohnya adalah danau, kolam, rawa, atau pasir

terapung. Sedangkan yang termasuk air mengalir atau habitat lotik (berasal dari

kata lotus yang berarti tercuci) antara lain mata air, aliran air (brook-creek) atau

sungai (Odum, 1996).

Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat dan

ekosistem perairan. Ekosistem perairan merupakan ekosistem terbesar yang

menutupi bumi ini. Ekosistem perairan dibedakan atas perairan ekosistem air

tawar dan ekosistem air laut.

Berikut ini merupakan ciri-ciri habitat air laut (Godam, 2006):

1. Variasi temperatur atau suhu tinggi

2. Kadar garam / salinitas / tingkat keasinan tinggi

3. Penetrasi dan cahaya matahari tinggi

4. Ekosistem tidak terpengaruh iklim dan cuaca alam sekitar

5. Aliran atau arus air laut terus bergerak karena perbedaan iklim,

temperature dan rotasi bumi

6

Page 7: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

6. Habitat di laut saling berhubungan / berkaitan satu sama lain

7. Komunitas air asin terdiri dari produsen, konsumen, zooplankton dan

decomposer.

2.2.1 Parameter Pencemaran

Pencemaran air adalah penambahan unsur atau organisme laut ke dalam

air, sehingga pemanfaatannya dapat terganggu (Salmin, 2005). Berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, pencemaran air adalah masuknya

atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam

air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu

yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya.

Dengan mengetahui beberapa parameter yang ada pada daerah atau

kawasan penelitian akan dapat diketahui tingkat pencemaran atau apakah

lingkungan itu sudah terkena pencemaran atau belum. Parameter-parameter

tersebut merupakan indikator terjadinya pencemaran (Srikini, dkk., 2000). Dalam

mengontrol suatu parameter dilakukan pula pengaturan terhadap parameter yang

lain karena parameter-parameter ini saling berhubungan satu sama lain. Yang

dimaksud dengan parameter-parameter tersebut antara lain, parameter fisika,

kimia dan biologi.

2.2.2 Parameter Fisika

1. Suhu

Dalam setiap penelitian ekosistem air, pengukuran temperatur air

merupakan hal yang mutlak dilakukan. Hal ini disebabkan karena kelarutan

berbagai jenis gas didalam air serta semua aktivitas biologis-fisiologis di dalam

ekosistem air sangat dipengaruhi temperatur. Menurut Van’t Hoffs dalam Barus

(2002), kenaikan temperatur sebesar 10°C (hanya pada kisaran temperatur yang

masih ditolerir) akan meningkatkan laju metabolisma dari organisme sebesar 2-3

kali lipat.

7

Page 8: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

Suhu air berpengaruh terhadap sifat fisik, kimiawi dan biologis perairan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu antara lain musim, cuaca, waktu

pengukuran, kedalaman air dan kegiatan manusia di sekitar perairan (Nybakken,

1988). Suhu berguna dalam memperlihatkan kecenderungan aktivitas-aktivitas

kimiawi dan biologis, pengentalan, tekanan uap, tegangan permukaan dan nilai-

nilai penjenuhan dari benda-benda padat dan gas.

Terdapat organisme yang mempunyai kisaran toleransi yang luas

(euryterm) dan ada jenis yang mempunyai kisaran toleransi yang sempit

(stenoterm). Satu hal yang pasti bahwa tidak ada satu jenispun organisma air yang

mampu hidup dalam kisaran temperatur yang sangat luas. Dengan demikian maka

dapat dimaklumi bahwa terdapat perbedaan spesies yang signifikan pada

ekosistem air di wilayah georgrafis yang berbeda

2. Kedalaman

Kedalaman adalah parameter fisika yang mendasar dan berpengaruh pada

aspek lainnya. Dengan meningkatnya kedalaman air menyebabkan penurunan

nilai p atau tekanan parsial.

3. Kecerahan

Kecerahan perairan berhubungan erat dengan jumlah intensitas matahari

yang masuk ke suatu perairan. Cahaya sangat penting dalam proses fotosintesis

pada tumbuhan, dan beberapa jenis hewan memerlukan cahaya dalam mencari

makan. Penetrasi cahaya pada suatu perairan dipengaruhi oleh kelimpahan dan

komposisi plankton, turbidity dan tingkat pencemaran di perairan tersebut. Faktor

cahaya matahari yang masuk ke dalam air akan mempengaruhi sifat-sifat optis

dari air. Sebagian cahaya matahari tersebut akan diabsorbsi dan sebagian lagi akan

dipantulkan ke luar dari permukaan air. Kondisi optik dalam air selain

dipengaruhi oleh oleh intensitas cahaya matahari, juga dipengaruhi oleh berbagai

substrat dan benda lain yang terdapat di dalam air

8

Page 9: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

Kecerahan perairan dapat diukur dengan alat yang dinamakan Keping

Secchi < 3m adalah tipe perairan yang subur (eutrofik), antara 3-6m kesuburan

sedang (mesotrofik) dan > 6m digolongkan pada tipe perairan kurang subur

(oligotrofik).

4. Arus

Arus atau paliran air adalah parameter fisika yang dapat di jadikan

pembeda beberapa ekosistem perairan tawar. Ini dapat menjadi pembeda utama

dalam akosistem lentik dan lotik.

5. Debit Air

Debit air adalah parameter fisika yang dipengaruhi oleh arus dan badan air

(kedalaman dan lebar melintang). Debit juga menjadi ciri pembeda ekosisitem

perairan tawar.

2.2.3 Parameter kimiawi

1. Derajat Keasaman (pH)

Derajat Keasaman adalah logaritma negatif konsentrasi ion hidrogen

(Goldman & Horne, 1983). Besarnya pH suatu perairan adalah besarnya

konsentrasi ion hidrogen yang terdapat dalam perairan tersebut. Nilai pH suatu

perairan akan menunjukkan air akan bereaksi asam atau basa. Perairan disebut

asam jika nilai pH < 7, netral pH = 7, dan basa pH > 7. pH sangat penting sebagai

parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi

beberapa bahan di dalam air.

Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH

berkisar antara 6,5-7,5. pH asam mematikan ikan kurang dari 4 dan pH basa yang

mematikan sebesar 11 (Boyd, 1990). Pescod (1973) mengemukakan bahwa batas

toleransi organisme perairan terhadap pH bervariasi dan dipengaruhi antara lain

suhu, oksigen terlarut, alkalinitas, kandungan kation dan anion, maupun jenis dan

tempat hidup organisme.

9

Page 10: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

2. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen /DO)

Oksigen terlarut adalah parameter kimia perairan yang menunjukkan

banyaknya oksigen yang terlarut dalam suatu ekosistem perairan. Oksigen terlarut

(Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan

proses metabolisme atau pertukaran zat yang menghasilkan energi. Sumber utama

oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan

hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin, 2000).

Oksigen merupakan komponen penting dan menjadi faktor pembatas bagi

organisme perairan. Hal ini karena daya larut oksigen di perairan rendah serta

dipengaruhi oleh suhu dan salinitas. Makin tinggi suhu dan salinitas maka

kelarutan oksigen makin rendah. Kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti suhu, salinitas, pergerakan air, lias daerah permukaan yang

terbuka, tekanan atmosfir dan persentase oksigen disekelilingnya.

Oksigen terlarut dalam perairan dapat berkurang oleh proses respirasi

organisme akuatik, penguraian atau perombakan bahan organik sehingga

peningkatan konsentrasi bahan organik dapat menurunkan O2 terlarut dan

kecerahan perairan. Oksigen dalam perairan bersumber dari difusi udara maupun

hasil proses fotosintetis organisme produsen. Oksigen dikonsumsi secara terus

menerus oleh tumbuhan dan hewan dalam aktivitas respirasi.

Teknik yang digunakan dalam pengujian dissolved oxygen dalam larutan

air, diperkenalkan beberapa dekade yang lalu oleh Winkler. Metode yang

dilakukan pun relatif mudah (Cole, 1994).

3. Biochemical Oxygen Demand (BOD)

Biological Oxygen Demand, atau kebutuhan oksigen biologis, adalah

jumlah oksigen yang dibutuhkan mikroorganisme dalam air untuk memecah

(mendegradasi) bahan buangan organik yang ada di dalam air lingkungan tersebut.

Sebenarnya peristiwa penguraian bahan buangan organik melalui proses alamiah

yang mudah terjadi apabila air lingkungan mengandung oksigen yang cukup

10

Page 11: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

( Wardhana, 1995). Mikroorganisme yang memerlukan oksigen untuk memecah

bahan buangan organik sering disebut dengan bakteri aerobik. Sedangkan

mikroorganisme yang tidak memerlukan oksigen disebut dengan bakteri

anaerobik (Wardhana, 2004).

Biochemical Oxygen Demand adalah suatu analisis empiris yang mencoba

mendekati secara global proses-proses mikrobiologis yang terjadi dalam air.

Angka BOD adalah jumlah O2 yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan

hampir semua zat organik yang terlarut dan tersuspensi dalam air. Bila suatu

badan air dicemari oleh bahan organik maka bakteri dapat menghabiskan oksigen

terlarut dalam air dan dapat menjadikan kondisi perairan menjadi anaerob,

sehingga mengakibatkan kematian ikan. Nilai BOD yang terbaik untuk perikanan

adalah tidak boleh lebih dari 20 mg/liter. Nilai BOD menunjukkan banyaknya

oksigen yang digunakan mikroorganisme terutama baktri untuk merombak bahan

organik dalam air. Bahan organik yang terbawa aliran air mempunyai peranan

penting dalam rantai makanan jasad perairan terutama bagi organisme akuatik

pemakan detritus.

Tabel 1. Klasifikasi Derajat Pencemaran Bahan Organik

Derajat Pencemar DO (mg/L) BOD (mg/L)

Belum tercemar > 6,5 < 3,0

Tercemar ringan 4,5 - 6,5 3,0 – 4,9

Tercemar sedang 2,0 – 4,4 5,0 - 15

Tercemar berat < 2,0 > 15

Sumber Lee et al (1978)

4. Salinitas

Kadar garam dalam air bervariasi, dari kadar garam yang rendah di sungai,

kadar garam di muara, dan kadar garam yang tinggi di laut. Hal ini menyebabkan

11

Page 12: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

keterbatasan penyebaran plankton. Beberapa plankton yang hidup terbatas pada

air tawar dan pada saat berpindah ke laut akan menyebabkan kematian.

Banyaknya zat terlarut dinamakan salinitas. Zat terlarut meliputi garam-

garam anorganik, senyawa-senyawa organik yang berasal dari organisme hidup,

dan gas-gas terlarut. Perbedaan salinitas terjadi karena perbedaan dalam

penguapan dan presipitasi. Salinitas dapat ditentukan dengan mengukur satu

parameter, misalnya klorinitas, konduktivitas atau indeks refraktif yang juga

bergantung pada kandungan garam (Nybakken, 1992). Salinitas pada umumnya

dinyatakan sebagai berat jenis (specific gravity), yaitu, rasio antara berat larutan

terhadap berat air murni dalam volume yang sama. Rasio ini dihitung berdasarkan

kondisi suhu 15° C.

5. Daya Hantar Listrik (DHL)

Daya hantar listrik adalah parameter yang dipengaruhi oleh salinitas.

Tinggi rendahnya nilai dhl ini berkaitan erat dengan nilai salinitas.

6. Karbondioksida

Karbon merupakan unsur primer dalam sintesis bahan organik. Karbon

dalam bentuk karbondioksida berguna sebagai bahan dasar fotosintesis tumbuh-

tumbuhan. Karbondioksida bersenyawa dengan air membentuk senyawa karbonat

yang akan menghasilkan kondisi asam pada perairan melalui disosiasi H+ dan

HCO3-. Karbondioksida yang bebas yang dianalisa adalah karbondioksida yang

berada dalam bentuk gas yang terkandung dalam air. Karbondioksida yang

terdapat dalam air merupakan hasil proses difusi CO2 dari hasil proses respirasi

organisme akuatik. Di dasar perairan CO2 juga dihasilkan oleh proses

dekomposisi.

Kandungan karbondioksida di suatu perairan merupakan faktor penentu

derajat keasaman perairan yang bersangkutan. Kandungan karbondioksida bebas

yang terlalu tinggi akan membahayakan bahkan mungkin mematikan ikan.

Menurut Alabaster dan Lloyd (1982) pada pH rendah kandungan karbondioksida

12

Page 13: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

sebesar 5 – 6 mg/lt akan mematikan ikan. Kandungan karbondioksida yang masih

bisa ditolerir oleh ikan sebesar 10 mg/L apabila kandungan oksigennya dalam air

cukup tinggi. Kebanyakan spesies biota akuatik masih dapat hidup pada perairan

yang memiliki kandungan CO2 bebas 60 mg/L (Wardhana, 1995).

2.2.4 Parameter biologi

Dalam mempelajari dan mengamati kualitas air di suatu perairan umum

telah diterapkan cara pengukuran parameter biologis yaitu dengan menggunakan

indeks hayati. Parameter biologi dapat ditentukan dengan adanya organisme yang

hidup di wilayah perairan. Untuk perairan yang dinamis, pengkajian kualitas

perairan melalui analisis fisika dan kimia kurang memberikan gambaran

sesungguhnya dan dapat memberikan penyimpangan-penyimpangan yang kurang

menguntungkan, karena kisaran nilai-nilai peubahnya sangat dipengaruhi keadaan

sesaat. Dalam lingkungan yang dinamis, analisis biologi dapat memberikan

gambaran yang jelas tentang kualitas perairan (Ardi, 2002)..Berikut beberapa

parameter biologis yang umum digunakan dalan penelitian.

1. Plankton

Plankton ialah organisme mengapung yang pergerakannya kira-kira

tergantung pada arus. Walaupun beberapa zooplankton menunjukkan gerakan

berenang yang aktif yang membantu dalam mempertahankan posisi vertikal,

plankton secara keseluruhan tidak dapat bergerak melawan arus. Secara praktis,

net plankton adalah plankton yang tertangkap di dalam jaringan yang sangat halus

yang ditarik dengan perlahan-lahan di dalam air; nanoplankton terlalu kecil untuk

dapat ditangkap dengan jaring dan harus disarikan dari air yang diambil dengan

botol atau dengan pompa (Odum, 1993). Selain itu pengertian plankton yang

lainnya ialah hewan dan tumbuhan renik yang hidup terapung di laut, danau atau

rawa. Terdiri dari : phytoplankton (bakteri dan ganggang) dan zooplankton

(protozoa, larva dari berbagai Phyla hewan rendah berikut: Coelenterata,

Echinodermata, Mollusca, Vermes, dan Anthropoda)

13

Page 14: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

Klasifikasi plankton:

1. Berdasarkan kualitas:

a. Phytoplankton – plankton tumbuhan

Phytoplankton sebenarnya, yaitu phytoplankton berklorofil

Saproplankton, yaitu phytoplankton yang tidak berklorofil seperti

bakteri dan fungi.

b. Zooplankton, yaitu plankton hewan

2. Berdasarkan ukuran:

a. Makroplankton, yaitu plankton yang ukurannya besar dan dapat dilihat

langsung.

b. Net plankton (Mesoplankton), yaitu plankton yang tertangkap oleh

plankton net. 25, dimana air masih dapat keluar dari saringan tersebut.

c. Nanno plankton (Mesoplankton), yaitu plankton yang sangat kecil, tidak

bisa tertangkap oleh plankton net no.25.

3. Berdasarkan distribusi, tempat dan keadaan lingkungan:

a. Limnoplankton, yaitu plankton yang hidup di danau

b. Rheoplankton, yaitu plankton yang hidup di sungai

c. Heleoplankton, yaitu plankton yang hidup di laut

d. Heliplankton, yaitu plankton yang hidup di air payau

4. Berdasarkan asal:

a. Autogenik, yaitu plankton yang dihasilkan pada habitat tertentu

b. Allogenik, yaitu plankton yang datang dari luar habitat tertentu

14

Page 15: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

5. Berdasarkan komposisinya:

a. Euplankton, yaitu plankton sejati

b. Pseudoplankton, yaitu plankton semu

6. Berdasarkan sejarah hidupnya:

a. Holoplankton, yaitu plankton yang seluruh hidupnya sebagai plankton

b. Meroplankton, yaitu plankton yang hidupnya sebagai plankton hanya

sementara, pada fase tertentu dari fase hidupnya.

Individu-individu plankton sangat berbeda dalam ukuran. Umumnya

plankton binatang (zooplankton) lebih besar, sedangkan plankton tumbuhan

(fitoplankton) lebih kecil. Beberapa fitoplankton, sedikit protozoa, dan bakteri

besarnya kurang dari 1/100 mm dan dapat lolos meskipun melalui jaring-jaring

plankton yang terhalus.

2. Bentos

Bentos adalah organisme yang hidup pada dasar perairan. Keberadaannya

pada ekosisitem perairan banyak dipengaruhi oleh parameter fisika-kimia seperti

tipe substrat, kecerahan, arus, dan suhu.

2.3 Lokasi pengambilan Sampel

DAS Cikapundung yang berada pada ketinggian 650-2.067 m dpl

merupakan sub-DAS Citarum, luasnya 15.386,5 ha. Sungai ini hulunya di Bukit

Tunggul dan bermuara di Citarum. Cikapundung membelah Kota Bandung

melewati sembilan kecamatan yang mencakup 13 kelurahan. Hulu sungai

cikapundung terletak antara kecamatan Lembang dan Kecamatan Cilengkrang.

Sungai Cikapundung adalah sungai yang membelah Kota Bandung. Dari kawasan

utara menuju selatan yang bermuara di Citarum. Sungai ini berhulu di utara Kota

Bandung tepatnya di daerah Lembang yang airnya berasal dari Curug Ciomas.

15

Page 16: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

Sepanjang aliran sungai ini penuh dengan pemukiman, perdagangan, dan lain-lain

yang memanfaatkan fungsi dari sungai tersebut.

Seperti fungsi sungai lainnya, Cikapundung pun berfungsi sebagai

1. Drainase utama pusat kota,

2. Penggelontor kotoran dan sampah kota, 

3. Objek wisata, Maribaya, Hutan Juanda, Curug Dago, Hutan kota, Kebun

Binatang, dan lain-lain,

4. Penyedia air baku PDAM, debit kapasitas terpakai, Retribusi yang

terserap/terpakai.

PLTA, yang saat ini debit bulanannya telah menurun hingga 30% dari

debit normal.Ini merupakan salah satu ciri yang tampak bahwa bagian hulu-

tengah-hilir sungai merupakan satu kesatuan ekosistem yang saling berhubungan

dan berkaitan.

Aliran sungai Cikapundung bersebelahan dengan beberapa perguruan

tinggi terkemuka di kota Bandung, seperti Institut Teknologi Bandung ( ITB ),

Universitas Islam Bandung ( UNISBA ), Universitas Pasundan ( UNPAS ),

dengan daerah – daerah yang dilewati adalah Taman Hewan, Kebon Bibit, Kebon

Kembang, Plesiran dan termasuk kelurahan Lebak Siliwangi dan Kelurahan

Tamansari, Kecamatan Coblong. Dan hal ini menjadi sebuah objek dan daya tarik

tersendiri untuk berkembangnya pemukiman dan gerakan ekonomi.

Adanya beberapa perguruan tinggi tersebut, otomatis akan menimbulkan

gerakan ekonomi di bidang persewaan kamar/kost ataupun persewaan rumah,

yang kemudian diikuti dengan adanya warung makan, warung sembako dan

kebutuhan-kebutuhan alat tulis serta beberapa sektor usaha ekonomi. Akan tetapi

laju pertumbuhan ekonomi tidak sepenuhnya dilakukan dan dirasakan seluruh

masyarakat di empat daerah yang dilewati aliran sungi Cikapundung meski

berdekatan dengan perguruan tinggi tersebut. Banyaknya masyarakat kelas

16

Page 17: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

menengah kebawah masih mendominasi daripada masyarakat kelas menengah

keatas, hal ini terlihat dari jumlah rumah kost yang banyak dan kebanyakan

dimiliki orang yang mempunyai kekuatan modal yang besar. Hal ini juga masih

terlihat dengan adanya pemukiman padat, yaitu daerah kelurahan Tamansari

masih tergolong kawasan kumuh dan Kelurahan Lebak Siliwangi termasuk

kawasan kumuh sedang.

17

Page 18: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

Alat Bahan

Plankton - Plankton net

- Gayung

- Botol film

- Botol semprot

- Pipet tetes

- Mikroskop

- Sampel air sungai

Cikapundung (3 kali

pengambilan)

- Akuades

- Larutan formalin 40%

Benthos - Jala surber

- Baskom

- Saringan

- Pinset

- Lup

- Kantong plastik

- Sampel tanah

- Larutan formalin 40%

- Akuades

Kualitas air - Sechi disk

- Botol winkler

- Pipet tetes

- Gelas Erlenmeyer

- Alat titrasi

- Sampel air sungai

Cikapundung

- O2 reagen 1 mL

- Larutan MnSO4 1 mL

- Larutan H2SO4, 2 mL

- Larutan Na-tiosulfat 0,01

N

- Larutan NaOH

- Larutan amilum

- akuades

18

Page 19: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

3.2 Prosedur kerja

a. Parameter Biologi

Plankton

Siapkan plankton net no. 25, gayung dan botol film.

Ambil sampel air sungai sebanyak 3 kali pengambilan sampel,

masing-masing sebanyak 30 L (30 gayung) untuk pengambilan

sampel di perairan lotik . Bilas seluruh permukaan plankton net

dengan botol semprot yang berisi akuades.

Masukkan sample yang diperoleh ke dalam botol film.

Tambahkan larutan formalin sebanyak 1 tetes ke dalam botol berisi

sampel.

Lakukan pengamatan dan identifikasi dengan menggunakan

mikroskop

Benthos

Siapkan jala surber, saringan, baskom, pinset, dan lup.

Ambil sample dengan menggunakan jala surber, sample yanag

diperoleh ditampung di dalam baskom dan dibersihkan dari

Lumpur dan kotoran-kotoran dengan menggunakan saringan.

Sampel bentos yang diperoleh ditampung didalam kantong plastic.

Lakukan pengamatan dan identifikasi sampel benthos yang

diperoleh di laboratorium.

b. Parameter Fisika

Temperatur air

Diukur dengan menggunakan thermometer air raksa yang

dicelupkan pada sampel air dengan tidak menyentuh dasar air sampai

menunjukkan nilai konstan.

19

Page 20: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

Penetrasi cahaya (Transparansi)

Diukur dengan menggunakan Sechi disk yang dicelupkan ke

dalam badan air sampai warna hitam-putih pada lempeng tidak

terlihat. Saat itu, ukur kedalaman kejernihan air.

Kecepatan arus dan debit

styrofoam diikat pada tali sepanjang ± 60 cm

siapkan stopwatch untuk menghitung waktu yang ditempuh

syrofoam

lepaskan syrofoam pada satu titik bersamaan dengan mulainya

penghitungan waktu dengan stopwatch

hitung waktu yang ditempuh syrofoam untuk hanyut mengikuti

arus pada bentangan tali sepanjang 2 meiosis

hitun kecepatan arus dan debit

c.Parameter Kimia

Salinitas, pH dan DHL

siapkan SCT meter

lakukan kalibrasi terlebih dahulu (sampai jarum skala berada di

garis merah/ red line)

celupkan elemen pengukur pada air

tunggu hingga muncul angka pada layar untuk tiap parameter yang

diamati

catat angka yang tertera pada layar

Kadar Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO)

Metode yang digunakan adalah metode titrasi cara Winkler.

Sampel air diambil menggunakan botol winkler searah arus

air, kemudian ditutup, usahakan tidak ada gelembung udara.

20

Page 21: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

Tambahkan 1 mL O2 reagen dan 1 mL MnSO4, botol ditutup

kemudian kocok dan biarkan selama 15 menit.

Terjadi endapan, kemudian tambahkan 2 mL H2SO4 pekat,

kemudian dikocok sampai endapan tersebut larut.

Ambil 50 mL larutan dari botol winkler lalu masukkan ke

dalam botol elenmeyer, larutan dititrasi dengan larutan Na-tiosulfat

0,01 N sampai berwarna kuning bening.

Tambahkan indicator amilum 1% sampai terjadi perubahan

warna dari kuning bening ke biru (karena ditambahkan indicator)

lalu menjadi jernih.

Banyaknya larutan Na-tiosulfat yang digunakan dicatat.

Rumus kadar O2 (mg/L) = 8000 x mL Na-tiosulfat x N Na-tiosulfat

50 x (V – 2)

V

Biological Oxygen Demand (BOD)

Sampel air diambil ± 100 mL, kemudian ambil sebanyak 50 mL

lalu tambahkan akuades sebanyak 200 mL dan masukkan ke dalam

botol winkler.

Kadar BOD pada botol pertama ditentukan pada saat itu uga (DO 0

hari), sedangkan botol hari kedua simpan dalam tempat gelap

(incubator), dan kadar oksigennya ditentukan lima hari kemudian

(DO 5hari).

Rumus kadar BOD (mg/L) = factor pengenceran x (DO 0 hari -

DO 5hari)

21

Page 22: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

Kadar Karbondioksida (CO2)

Ambil sample air sebanyak 50 mL kemudian masukkan ke dalam

Erlenmeyer. Tambahkan kedalam labu tersebut indikator

fenolftalein 0,05% sebanyak 3 tetes. Kemudian lakukan titrasi

dengan NaOH 0,1 N lalu catat jumLah volume yang digunakan

pada saat terjadi perubahan warna.

Kadar HCO3-

Ambil sample air sebanyak 50 mL dengan menggunakan volume

pipet, masukkan kedalam Erlenmeyer.

Tambahkan kedalam Erlenmeyer larutan methyl orange 0,025%.

Teteskan larutan HCL 0,01 N lalu catat berapa volume yang

digunakan pada saat terjadi perubahan warna.

3.3 Analisis Data

3.3.1 Indeks diversitas

Secara kuantitatif, kondisi lingkungan secara biologis

ditentukan dengan nilai indeks diversitas (keanekaragaman).

Penggunaan indeks diversitas ini didasarkan pada konsep bahwa

struktur komunitas yang normal diperkirakan akan berubah dengan

adanya gangguan (perturbasi) lingkungan. Derajat perubahan dari

struktur komunitas ini dapat digunakan untuk memperkirakan

intensitas stress di lingkungan yang terjadi.

1. Indeks Diversitas Simpson

22

Page 23: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

Indeks diversitas ini biasanya digunakan untuk plankton,

yaitu dengan anggapan bahwa nilai diversitas Simson yang lebih

besar dari 0,6 merupakan ekosistem yang belum mengalami

pencemaran oleh bahan organik.

Rumus indeks diversitas Simpson:

I = 1 – D D = Σ(n/N)2

Dimana:

I = indeks diversitas Simpson

D = resiprok Indeks Diversitas Simpson

ni = jumlah individu jenis ke-1

N = jumlah total individu

Berdasarkan indeks Diversitas Simpson, tingkat

pencemaran perairan diklasifikasikan dalam tiga tingkatan,

seperti terlihat pada tabel berikut.

Hubungan Indeks Diversitas Simpson dengan Tingkat Pencemaran

Perairan

Indeks Diversitas

Simpson

Tingkat Pencemaran

Perairan

>0,8

0,6-0,8

<0,6

Tercemar ringan

Tercemar sedang

Tercemar berat

2. Indeks Diversitas Shannon-Wiener

23

Page 24: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

Indeks ini digunakan untuk mengetahui keanekaragaman

jenis biota perairan, biasanya makroinvertebrata seperti benthos.

Persamaan yang digunakan untuk menghitung indeks ini adalah

persamaan Shannon-Wiener:

H’ = - Σ ( ni / N ) ln (ni / N )

Dimana : H’ = indeks diversitas

ni = jumlah individu untuk masing-masing spesies

N = jumlah individu untuk semua spesies

Kriteria:

H’ < 1 = komunitas biota tidak stabil atau kualitas air

tercemar berat

1 < H’ < 3 = Stabilitas komunitas biota sedang atau

kualitas air tercemar sedang

H’ > 3 = stabilitas komunitas biota dalam kondisi

prima (stabil) atau kualitas air bersih

Komponen lingkungan, baik biotic maupun abiotik, akan

mempengaruhi kelimpahan dan keanekaragaman biota air yang

ada pada suatu perairan, sehingga tingginya kelimpahan

individu tiap jenis dapat dipakai untuk menilai kualitas suatu

perairan. Perairan yang berkualitas baik biasanya memiliki

keanekaragaman jenis yang tinggi dansebaliknya. Beberapa

criteria kualitas air berdasarkan Indeks Diversitas Shanon-

wiener dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Kriteria Kualitas Air Berdasarkan Indeks Diversitas Shanon-Wiener

24

Page 25: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

N Indeks Diversitas Kualitas Pustaka

I

I

>3

1-3

<1

Air bersih

Setengah tercemar

Tercemar berat

Wilha (1975)

I

II

3,0 – 4,0

2,0 – 3,0

1,0 – 2,0

Tercemar sangat ringan

Tercemar ringan

Setengah tercemar

Wilha (1975)

I

III

2,0

2,0 – 1,0

1,5 – 1,0

<1,0

Tidak tercemar

Tercemar ringan

Tercemar sedang

Tercemar berat

Lee, dkk(1975)

BAB IV

25

Page 26: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Catatan Lapangan

Nama badan air : Sungai Cikapundung, Bandung

Lokasi : Sungai Cikapundung

Tanggal dan Waktu : 4 Desember 2010, 09.00-11.00

WIB

Nomor dan jenis sample air : -

Temperatur air dan udara : 210 C dan 250 C

Tinggi muka air / debit kedalaman : 0,252 meter

Keadaan Cuaca : Cerah berawan

Keadaan Fisik sumber air : Arus tenang

Vegetasi di sekitar lokasi : Bambu, Malvaviscus arborea,

nangka, singkong, Araceae,

Asteraceae

Keadaan lingkungan lokasi : Daerah pemukiman warga,

penggalian pasir, banyak sampah

yang dibuang ke sungai,

pinggiran sungai berpasir dan

berbatu, serta sungai terletak di

bawah jalan raya.

Keadaan lokasi : Dekat pemukiman warga dan

penggalian pasir pengambilan

sampel

Hasil pemeriksaan : Sedikit benthos dan plankton di

lapangan

Nama pengambil sampel : Kelompok 1

4.2 Parameter Fisika-Kimia

26

Page 27: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

No. Parameter St. 1 St.2 St.3 Rata-rata

1. Kedalaman (m) 0,52 0,495 0,56 0,525

2. Kecerahan (m) 0,52 0,495 0,56 0,525

3. Suhu air (oC) 21 21 21 21

4.Kecepatan arus

(m/s)

1,04 0,79 0,400,74

5. Debit air (m/s2) 3,12 3,72 4,21 3,68

6. pH 6,66 6,70 6,63 6,66

7. Konduktivitas (µ) 101,9 121,6 89,5 104,3

8. Salinitas (o/oo) 0,04 0,05 0,03 0,04

9. DO 1,3 1,3 1,14 1,25

10. BOD 6,1 6,1 5,3 5,83

11. HCO3- -6,1 -12,2 -12,2 -10,17

12. CO2 13,2 13,2 4,4 10,27

13. Tipe substratpasir pasir pasir Pasir dan banyak

batu

DO (Dissolved Oxygen)

27

Page 28: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

Kadar O2 (mg/L) =

DO0hari

Stasiun I

Kadar O2 (mg/L) = = 1,3 ml/L

Stasiun II

Kadar O2 (mg/L) = = 1,3 ml/L

Stasiun III

Kadar O2 (mg/L) = = 1,14 ml/L

DO5hari

Stasiun I

Kadar O2 (mg/L) = = 0,08 ml/L

Stasiun II

Kadar O2 (mg/L) = = 0,08 ml/L

Stasiun III

28

Page 29: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

Kadar O2 (mg/L) = = 0,08 ml/L

BOD (Biological Oxygen Demand)

Kadar BOD (mg/L) = Faktor pengenceran × (DO0hari – DO5hari)

Faktor Pengenceranm1.v1 = m2.v2

1 . 75 = x . 375

x =

x = 5

Stasiun I

Kadar BOD (mg/L) = 5 × (1,3 U 0,08) = 6,1

Stasiun II

Kadar BOD (mg/L) = 5 × (1,3 U 0,08) = 6,1

Stasiun III

Kadar BOD (mg/L) = 5 × (1,14 U 0,08) = 5,3

Kadar CO2

Kadar CO2(mg/L) =

29

Page 30: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

Stasiun I

Kadar CO2(mg/L) = = 13,2 ml/L

Stasiun II

Kadar CO2(mg/L) = = 13,2 ml/L

Stasiun III

Kadar CO2(mg/L) = = 4,4 ml/L

Kadar HCO3-

Kadar HCO3- (mg/L) =

Stasiun I

Kadar HCO3- (mg/L) = = -6,1 mg/L

Stasiun II

Kadar HCO3- (mg/L) = = -12,2 mg/L

Stasiun III

Kadar HCO3- (mg/L) = = -12,2 mg/L

30

Page 31: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

4.3 Parameter Biologi

No. Biota Species GambarJumlah

St.1 St.2 St.3

1.

Plankton

Spesies A 1 - -

2. Gomphonema sp. 2 - -

31

Page 32: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

3. Gomphospaeria sp. 2 - -

4. Spesies B 4 - -

5. Zooplankton bersilia 5 28 -

32

Page 33: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

6. Spesies C 1 - -

7. Cladophora sp. 1 - -

33

Page 34: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

8. Spirogyra sp. - 1 -

9. Ankistrodesmus sp. - 1 13

10. Agmenellum sp. - 1 -

11. Hidrodictyon sp. - - 1

34

Page 35: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

12. Benthos Achatina fulica

4.4 Analisis Data

4.5.1 Indeks Diversitas

4.5.1.1 Indeks Diversitas Simpson

I = 1 – D D = Σ(ni/N)2

= 0,32

Maka, I = 1 – D = 1- 0,32 = 0,68

4.5.1.2 Indeks Diversitas Shannon-Wiener

H’ = - Σ ( ni / N ) ln (ni / N )

= -1 ln 1

= 0

4.5 Pembahasan

Praktikum Ekologi Perairan dilaksanakan pada hari Sabtu, 4

Desember 2010. Praktikum dilaksanakan pukul 09.00-11.00 WIB. 35

Page 36: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

Praktikum ini berlokasi di Sungai Cikapundung Bandung. Praktikum ini

bertujuan untuk mengetahui kualitas air Sungai Cikapundung Bandung

secara biologi, fisika, dan kimia. Hasil dari praktikum ini diharapkan dapat

memberikan informasi mengenai keadaan umum sungai dalam upaya

pemanfaatan dan pengelolaannya secara optimal.

Pada praktikum ini dilakukan pengambilan sampel air yang

dimaksudkan untuk memperoleh data yang diperlukan untuk analisis.

Sungai Cikapundung termasuk ke dalam ekosistem lotik yang merupakan

ekosistem air mengalir dengan arus yang tidak terlalu deras. Keadaan

lingkungan lokasi pengamatan merupakan lokasi yang dekat dengan

pemukiman warga, dan banyak warga yang membuang limbah rumah

tangga ke aliran sungai. Lokasi ini juga dijadikan tempat penggalian pasir

oleh warga.

Idealnya, lokasi pengambilan sampel di sungai dibagi menjadi tiga

stasiun, yaitu di hulu, tengah dan hilir. Namun karena lokasi pengamatan

berada di tengah sungai, maka seharusnya stasiun terdapat di pinggir

sungai, tengah sungai, dan pinggir sungai yang ada di seberangnya.

Karena lokasi pengambilan sampel kelompok 1 semakin ke seberang

sungai semakin dalam, maka pembagian stasiun untuk pengambilan

sampel ada di pinggir sungai. Stasiun terdiri dari stasiun I, II, dan III.

Stasiun I berada di daerah yang dekat dengan jalan yang sering dilalui.

Stasiun pertama ini memiliki arus yang cukup deras yaitu 1,04 m/s2,

kedalaman 0,52 m, suhu 210C dan memiliki tipe substrat yang berpasir.

Vegetasi yang ada di sekitar stasiun I adalah pohon pisang, bambu,

Malvaviscus arborea serta beberapa Asteraceae. Stasiun II letaknya lebih

ke tepi sungai dibandingkan dengan stasiun I. Stasiun II memiliki arus yan

lebih tenang yaitu 0,79 m/s2, kedalaman 0,495 m, suhu 210C dan substrat

yang sama dengan stasiun I yaitu pasir. Vegetasi yang ada di sekitar

stasiun ini adalah Araceae, Asteraceae, pohon pisang dan pohon singkong.

Stasiun III berada di daerah yang lebih ke bagian tengah sungai

36

Page 37: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

dibandingkan dengan kedua stasiun sebelumnya, tetapi stasiun III

memiliki arus yang lebih tenang daripada arus stasiun I dan II yaitu 0,40 m

karena lokasi stasiun III merupakan belokan sungai sehingga arus yang

berasal dari atas akan menabrak dinding sungai yang berada di

seberangnya. Selain itu, stasiun III memiliki kedalaman 0,56 m, suhu 210C

dan tipe substratnya adalah pasir dan batu, Vegetasi di sekitar stasiun

adalah bambu dan nangka.

Pengambilan sampel air untuk mengetahui kualitas air dari Sungai

Cikapundung dilihat dari berbagai parameter yaitu parameter fisika, kimia

dan biologi. Parameter fisika yang dihitung meliputi kedalaman sungai,

kecerahan sungai, temperatur air dan udara, arus air, konduktivitas,

salinitas, dan tipe substrat. Parameter kimia meliputi derajat keasaman

(pH), DO (Dissolved Oxygen), BOD (Biochemical Oxygen Demand), CO2

dan HCO3- . Sedangkan parameter biologi yang dihitung hanya plankton

dan benthos. Ketiga parameter ini saling berkaitan karena agar parameter

biologi (dalam hal ini plankton dan benthos) memiliki kadar maksimum

dan minimum terhadap parameter fisika dan kimia.

Parameter fisika dapat dijadikan ciri pembeda beberapa macam

ekosistem perairan. Perhitungan terhadap parameter fisika yaitu kedalaman

dan kecerahan menyatakan bahwa sungai ini memiliki tingkat kekeruhan

yang tinggi karena dari ketiga stasiun yang letaknya berada di tepi sungai

dengan rata-rata kedalaman hanya 0,525 meter, warna lempeng Secchi

sebagai alat ukur kecerahan sudah tidak bisa terlihat. Hasil ini akan

berpengaruh terhadap temperatur dan daya tembus cahaya matahari ke

dalam perairan. Bila temperatur air berubah maka kelarutan berbagai jenis

gas didalam air serta semua aktivitas biologis-fisiologis di dalam

ekosistem air akan berubah pula. Menurut Van’t Hoffs dalam Barus

(2002), kenaikan temperatur sebesar 10°C (hanya pada kisaran temperatur

yang masih ditolerir) akan meningkatkan laju metabolisma dari organisme

sebesar 2-3 kali lipat. Selain itu, daya tembus cahaya matahari akan

37

Page 38: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

berkurang bila perairan keruh. Cahaya matahari ini sangat dibutuhkan oleh

organisme yang melakukan fotosintesis, bila cahaya matahari yang masuk

ke dalam perairan berkurang maka banyak organisme air yang mati. Hal

ini terlihat dari jumlah plankton yang bertugas sebagai produsen seperti

Cladophora sp. , Spirogyra sp. hanya sedikit, sehingga plankton dan

organisme lain yang bersifat konsumen pun hanya ditemukan dalam

jumlah yang sedikit. Selain itu, parameter fisika yang berpengaruh

terhadap kehadiran plankton dan benthos adalah deras tidaknya arus

karena tidak banyak plankton dan benthos hidup di perairan dngan arus

yang deras.

Seperti parameter fisika, parameter kimia pun dapat dijadikan ciri

pembeda beberapa macam ekosistem perairan. Pengukuran parameter

kimia perairan terdiri dari pH atau derajat keasaman. Dari hasil pegukuran

menggunakan pH meter didapatkan pH sebesar 6,66. Hasil ini menunjukan

bahwa air yang ada di Sungai Cikapundung merupakan air normal karena

memiliki pH yang netral. Menurut Boyd (1990), air normal yang

memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH berkisar antara

6,5-7,5. pH asam mematikan ikan kurang dari 4 dan pH basa yang

mematikan sebesar 11.

Namun, hasil pengukuran pH saja tidak dapat dikatakan secara

langsung bahwa air sungai tersebut berkualitas baik karena ada beberapa

parameter lain yang dijadikan sebagai acuan kualitas perairan. Salah

satunya adalah kadar CO2. Karbondioksida bersenyawa dengan air

membentuk senyawa karbonat yang akan menghasilkan kondisi asam pada

perairan melalui disosiasi H+ dan HCO3-. Kandungan karbondioksida bebas

yang terlalu tinggi akan membahayakan bahkan mungkin mematikan ikan.

Hasil yang didapat adalah bahwa rata-rata kadar CO2 di 3 stasiun

pengamatan adalah sebesar 10,27 dan kadar HCO3- sebesar -10,17. Ini

berarti perairan Sungai Cikapundung merupakan peraikan tercemar.

38

Page 39: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

Salah satunya adalah DO (Dissolved Oxygen) yang merupakan

parameter kimia perairan yang menunjukkan banyaknya oksigen yang

terlarut dalam suatu ekosistem perairan. Oksigen terlarut (Dissolved

Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan

proses metabolisme atau pertukaran zat yang menghasilkan energi.

Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses

difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam

perairan tersebut. Selain itu, ada pula BOD (Biochemical Oxygen Demand)

yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan mikroorganisme dalam air untuk

memecah (mendegradasi) bahan buangan organik yang ada di dalam air

lingkungan tersebut.

DO diukur sebanyak 2 kali yaitu DO 0 hari dan DO 5 hari yang

dilakukan di laboratorium dengan cara mentitrasi air sampel dengan Na-

Thiosulfat 0,01N, sedangkan BOD diukur dari hasil DO 0 hari dikalikan DO

5 hari. Pertama-tama air sampel di masukkan ke dalam botol Winkler dan

dituutup tanpa ada gelembung di dalam botol karena bila ada gelembung

akan mempengaruhi kadar O2 yang akan dihitung. Kemudian air sampel

ditetesi MnSO4 dan reagen O2 yang masing-masing sebanyak 20 tetes atau

kurang lebih 1ml agar oksigen yang terlarut di dalam air dapat terikat

dengan sempurna. Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya endapan

setelah air sampel didiamkan selama 15 menit, endapan ini adlah MnO2.

Kemudian air sampel ditetesi H2SO4 pekat sebanyak 40 tetes atau kurang

lebih 2ml sehingga endapan larut kembali dan air sampel menjadi

berwarna kuning pekat. Larutan yang mengandung banyak O2 akan

berwarna kuning pekat dan semakin transparan bila kadar O2 semakin

sedikit dalam larutan. Air sampel Sungai Cikapundung berwarna kuning

tidak pekat. Air sampel kemudian dititrasi hingga berwarna kuning

transparan, lalu ditetesi amilum 1% sebanyak 3 tetes sehingga berwarna

biru pekat. Amilum 1% ini digunakan sebagai indikator titrasi, bila warna

39

Page 40: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

biru telah berubah menjadi biru transparan maka telah berada pada titik

kesetimbangan.

Hasil yang didapat setelah dilakukan perhitungan menyatakan

bahwa rata-rata DO dari ketiga stasiun adalah sebesar 1,25 sedangkan rata-

rata BOD dari ketiga stasiun adalah sebesar 5,83. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa daya larut oksigen di perairan rendah. Daya larut

oksigen yang rendah akan berpengaruh kepada suhu dan salinitas. Makin

tinggi suhu dan salinitas maka kelarutan oksigen makin rendah. Oksigen

terlarut dalam perairan dapat berkurang oleh proses respirasi organisme

akuatik, penguraian atau perombakan bahan organik sehingga peningkatan

konsentrasi bahan organik dapat menurunkan O2 terlarut dan kecerahan

perairan. Bila suatu badan air dicemari oleh bahan organik maka bakteri

dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air dan dapat menjadikan

kondisi perairan menjadi anaerob, sehingga mengakibatkan kematian ikan.

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa air Sungai Cikapundung

Bandung telah tercemar oleh bahan organik dengan tingkatan tercemar

sedang hingga berat.

Perairan Sungai Cikapundung Bandung memiliki kadar garam atau

salinitas sebesar 0,04 atau 4%. Artinya perairan sungai ini cukup asin

untuk perairan tawar karena air tawar biasanya memiliki kadar garam di

bawah 1%. Tingginya kadar garam di sungai ini disebabkan oleh

banyaknya limbah yang masuk ke dalamnya. Hal ini menyebabkan daya

hantar listrik (DHL) atau konduktivitas pun tinggi yaitu 104,3 karena

kadar garam dengan DHL berbanding lurus, bila kadar garam tinggi maka

DHL pun tinggi dan sebaliknya.

Parameter biologi merupakan parameter yang dapat menganalisis

interaksi yang terjadi pada ekosistem, mencirikan ekosistem, dan

menganalisis kondisi perairan. Organisme yang diamati dalam praktikum

ini adalah plankton dan benthos. Plankton yang ditemukan antara lain

40

Page 41: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

adalah Gomphonema sp. , Gomphospaeria sp. , zooplankton bersilia,

Cladophora sp. , Spirogyra sp. , Ankistrodesmus sp. , Agmenellum sp. ,

dan Hidrodictyon sp., serta Spesies A, Spesies B,danSpesies C.

Gomphospaeria berkoloni bebas, bentuknya bulat atau oval. Mereka

memiliki sistem pusat tangkai mucilaginous tebal. Sel memiliki kandungan

pucat atau biru hijau terang, zaitun hijau, atau merah homogen.

Cladophora adalah algae yang berbentuk seperti benang bercabang

hijau. Ganggang ini bersifat kering dan tidak berlendir. Bentuk benang

atau jaring nya sangat kuat dan sangat tipis. Tumbuh pada batu dan kayu

yang terendam dan terkena cahaya secara langsung, dalam kasus yang

sangat buruk akan tumbuh pada tanaman juga. Biasanya cenderung tinggal

di satu titik, yang membuatnya mudah untuk dihilangkan.

Spirogyra adalah genus dari ganggang hijau dari ordo

Zygnematales yang biasa ditemukan di air tawar. Spirogyra mampu

berfotosintesis, memiliki sel eukariotik, memiliki klorofil. Tubuhnya

berbentuk filamen yang tidak bercabang. Panjang tubuhnya mencapai 1

kaki (30,48 cm). Pada kloropas yang berbentuk pita terdapat pirenoid.

Pirenoid tersebut dikelilingi oleh butiran tepung. Pada siang hari,

fotosintesis berlangsung cepat dan oksigen yang dihasilkan disimpan

diantara filamen. Pada saat itu, Spirogyra akan naik ke permukaan air.

Pada malam hari, oksigen dilarutkan kembali ke dalam air. Spirogyra

bereproduksi dengan cara konjugasi, fragmentasi (pemutusan talus).

Benthos yang ditemukan adalah bekicot atau Achatia fulica

adalah siput darat yang tergolong dalam suku Achatinidae. Berasal

dari Afrika Timur dan menyebar ke hampir semua penjuru dunia akibat

terbawa dalam perdagangan, moluska ini sekarang menjadi salah

satu spesies invasif terburuk di bumi.

41

Page 42: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

Secara kuantitatif, kondisi lingkungan dilihat dari parameter

biologis ditentukan dengan nilai diversitas (keanekaragaman). Penggunaan

indeks diversitas ini didasarkan pada konsep bahwa struktur komunitas

yang normal diperkirakan akan berubah dengan adanya gangguan

(perturbasi) lingkungan. Derajat perubahan dari struktur komunitas ini

dapat digunakan untuk memperkirakan intensitas stress di lingungan

tersebut.

Indeks diversitas yang dihitung dalam praktikum ini adalah indeks

diversitas Simpson dan indeks diversitas Shannon-Wiener. Indeks

diversitas ini biasanya digunakan untuk plankton sedangkan indeks

diversitas Shannon-Wiener digunakan untuk menghitung keragaman jenis

biota perairan seperti makroinvertebrata (benthos). Nilai indeks diversitas

Simpson untuk perairan Sungai Cikapundung Bandung adalah sebesar

0,68. Nilai tersebut menunjukan bahwa perairan tercemar dengan

tingkatan sedang. Nilai indeks diversitas Shannon-Wiener yang didapat

adalah 0. Jika dilihat dari indeks Shannon-Wiener, didapatkan hasil analisa

yaitu perairan Sungai Cikapundung Bandung tercemar berat.

BAB V

KESIMPULAN

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan di Sungai Cikapundung

Bandung diperoleh kesimpulan bahwa beberapa parameter seperti

parameter fisika, biologi, dan kimia harus diukur dan dihitung agar

kualitas suatu perairan dapat diketahui. Parameter fisika yang diukur

meliputi kedalaman sungai, kecerahan sungai, temperatur air dan udara,

arus air, konduktivitas, salinitas, dan tipe substrat. Parameter kimia yang

dihitung meliputi derajat keasaman (pH), DO (Dissolved Oxygen), BOD

(Biochemical Oxygen Demand), CO2 dan HCO3- . Sedangkan parameter

42

Page 43: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

biologi yang dihitung hanya plankton dan benthos. Ketiga parameter

tersebut berkaitan karena mempengaruhi daya hidup parameter biologi

(plankton dan benthos) yang memiliki kadar maksimum dan minimum

terhadap parameter fisika dan kimia.

Berdasarkan data pengukuran dan perhitungan yang diperoleh

terhadap parameter fisika, kimia, dan biologi didapatkan hasil bahwa

perairan Sungai Cikapundung Bandung telah tercemar dengan derajat

pencemaran sedang hingga tinggi. Nilai indeks diversitas Simpson dan

Shannon-Wiener yang diperoleh menunjukkan bahwa Sungai

Cikapundung telah tercemar berat dan semakin memperkuat hasil analisa

yang diperoleh dari pengukuran dan perhitungan parameter.

Pencemaran yang terjadi di aliran Sungai Cikapundung Bandung

ini karena lokasi sungai yang dekat dengan pemukiman warga sehingga

banyak warga sekitar sungai yang membuang limbah rumah tangganya

langsung ke aliran sungai. Selain itu, lokasi sungai ini berada di bawah

Jalan Siliwangi Bandung yang merupakan jalan yang cukup padat dilewati

oleh kendaraan sehingga banyak senyawa yang akan terakumulasi di

dalam air sungai ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Profil Daerah. http://www.cikapundung.net/index.php?

option=com_content&view=article&id=2&Itemid=3. Diakses pada

tanggal 23 Desember 2010

Ardi. 2002. Pemanfaatan Makrozoobentos Sebagai Indikator Kualitas Perairan

Pesisir. www.lapanrs.com/BINUS/hotnews/BUDIDAYA2005. Diakses

pada tanggal 19 Desember 2010.

43

Page 44: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

Cole, Gerald A. 1994. Textbook of Limnology. Fourth edition. Waveland Press,

Inc. United States of America.

Godam. 2006. Ciri Habitat dan Ekosistem di Air Tawar dan Air Laut.

http://www.organisasi.org/ciri_ciri_habitat_dan_ekosistem_di_air_tawar_

dan_air_laut_ilmu_sains_biologi. Diakses pada tanggal 19 Desember

2010.

Lu&Lu. 2009. Das Cikapundung Sehat, Bersih dan Aman.

http://radenluki23.comxa.com/1_9_Sungai-Cikapundung.html. diakses

pada tanggal 23 Desember 2010

Nybakken, J.W.1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia.

Jakarta.

Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. W. B. Saunder COM. Philadelphia

125pp.

Riberu, P. 2002. Pembelajaran Ekologi.

http://www.bpkpenabur.or.id/files/Hal.125-132%20Pembelajaran

%20Ekologi.pdf . Diakses pada tanggal 23 Desember 2010

Salmin.2005. Oksigen terlarut (DO) dan kebutuhan oksigen biologi (BOD)

sebagai salah satu indikator untuk menentukan kualitas perairan. Oseana,

Volume XXX, Nomor 3, 2005 : 21 –

26.www.oseanografi.lipi.go.id/volxxxno33.pdf. [30.01.2007]

______2000. Kadar Oksigen Terlarut di Perairan Sungai Dadap, Goba, Nuara

Karang, adan Teluk Banten. Dalam: Foraminifera Sebagai

BioindikatorPencemaran, Hasil Studi di Perairan Estuarin di Sungai

Dadap, Tangerang (Djoko P. Praseno, Ricky Rositasari dan S. Hadi

Riyono, eds.) P3O-LIPI hal 42-46.

44

Page 45: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

Srikini, dkk.2000. Buku Penuntun Biologi. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Wardhana. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan.Penerbit Andi. Yogyakarta.

LAMPIRAN

Gambar 1. Vegetasi Sekitar Stasiun Gambar 2. Stasiun I

45

Page 46: LAPORAN KEL.1 EKPER[1]

Gambar 3. Stasiun II Gambar 4. Stasiun III

Gambar 5. Pengambilan Data Arus Gambar 6. Pemukiman Warga di Seberang Lokasi

46