Laporan Kel 3 Fluida

34
FDM – 04 FENOMENA ALIRAN FLUIDA INKOMPRESIBEL PADA SISTEM PEMIPAAN I. TUJUAN PRAKTIKUM Untuk memahami sifat-sifat fluida inkompresibel dalam pipa Memahami pengaruh bentuk-bentuk fisik pipa terhadap aliran fluida inkompresibel ddi dalam pipa II. TEORI DASAR II.1 Teori Dasar Aplikasi penggunaan sistem pemipaan banyak digunakan untuk industri, pengambilan sumber daya alam (minyak dan gas) dan lain-lain. Untuk dapat memahami penggunaan aplikasi sistem pemipaan maka harus dilakukan pemahaman dasar perancangan sistem pemipaan, faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah : 1. Jenis fluida kerja yang dipakai 2. Kondisi operasi fluida kerja (Temperatur kerja, tekanan kerja) 3. Sifat-sifat fluida kerja bila dikenakan kondisi operasi kerja 4. Kondisi lapangan (kondisi daerah yang akan dipasang instalasi) 5. Meterial pipa-pipa yang dipakai

Transcript of Laporan Kel 3 Fluida

Page 1: Laporan Kel 3 Fluida

FDM – 04

FENOMENA ALIRAN FLUIDA INKOMPRESIBEL PADA SISTEM

PEMIPAAN

I. TUJUAN PRAKTIKUM

Untuk memahami sifat-sifat fluida inkompresibel dalam pipa

Memahami pengaruh bentuk-bentuk fisik pipa terhadap aliran fluida

inkompresibel ddi dalam pipa

II. TEORI DASAR

II.1 Teori Dasar

Aplikasi penggunaan sistem pemipaan banyak digunakan untuk

industri, pengambilan sumber daya alam (minyak dan gas) dan lain-lain.

Untuk dapat memahami penggunaan aplikasi sistem pemipaan maka harus

dilakukan pemahaman dasar perancangan sistem pemipaan, faktor-faktor

yang harus diperhatikan adalah :

1. Jenis fluida kerja yang dipakai

2. Kondisi operasi fluida kerja (Temperatur kerja, tekanan kerja)

3. Sifat-sifat fluida kerja bila dikenakan kondisi operasi kerja

4. Kondisi lapangan (kondisi daerah yang akan dipasang instalasi)

5. Meterial pipa-pipa yang dipakai

6. Jenis instalasi yang dipakai

7. Kerugian energi yang terjadi dari pemasangan instalasi

8. Ekonomi

Pada pengujian ini, jenis fluida yang dipakai adalah fluida

inkompresibel. Pada pengujian ini diharapkan para praktikan memahami

fenomena aliran fluida jenis inkompresibel yang terjadi dalam sistem

pemipaan sederhana. Dengan pemahaman terhadap sistem pemipaan

sederhana ini, para praktikan diharapkan mampu mengembangkan ilmu

pengetahuan yang telah didapat untuk aplikasi sebenarnya didunia kerja

kelak.

Page 2: Laporan Kel 3 Fluida

Jenis aliran fluida, terdapat 3 jenis, yaitu :

1. Aliran Laminer adalah dimana kondisi pergerakan partikel dari fluida

seragam dan beraturan (Re < 2300)

2. Aliran Transisi adalah dimana kondisi partikel fluida berada pada

peralihan dari kondisi seragam menuju kondisi acak (Re = 2300)

3. Aliran Turbulen adalah dimana kondisi pergerakan partikel fluida

adalah acak dan tidak beraturan ( Re > 2300)

Untuk mencari bilangan Reynold digunakan persamaan :

Keterangan ( Satuan dalam SI ) :

Re = Belangan Reynold

= Massa Jenis Fluida (kg/m3)

D = Diameter dalam pipa (m)

V = Kecepatan aliran fluida (m/s)

μ = Viskosotas dinamik fluida (kg/m.s)

Pada aliran fluida inkompresibel didalam pipa terdapat dua buah

kerugian utama, yaitu:

1. Kerugian Mayor (Head Losses Meyor)

Kerugian mayor diakibatkan oleg gesekan yang terjadi antara fluida

yang mengalir dengan permukaan pipa bagian dalam. Kerugian ini tidak

dapat dihindari pada suatu sistem pemipaan, tetapi kerugian ini dapat

dianalisa dan diketahui besarnya dengan menggunakan persamaan :

Dimana :

Hl = Head Losses Mayor (m)

f = Faktor gesekan (dicari dari diagram moody)

V = kecepatan aliran fluida (m/s)

Re = ρ.V.Dμ

Hl mayor = f .LD

. V 2

2.g

Page 3: Laporan Kel 3 Fluida

L = panjang pipa (m)

D = Diameter dalam pipa (m)

g = Gravitasi bumi (9,81) (m/s2)

2. Kerugian minor (Head Losses Minor)

Kerugian minor diakibatkan oleh perubahan dimensi dan bentuk

pipa. Karena akibat perubahan bentuk dan dimensi pipa selain mengalami

kerugian gesekan, fluida akan menumbuk permukaan dan berubah

dimensinya yang menyebabkan kerugian energi pada aliran. Kerugian ini

dapat dianalisis dan diketahui besarnya dengan menggunakan persamaan :

Dimana :

Hl minor= Head losses minor (m)

k = kostanta kerugian minor (dari tabel kerugian minor)

V = kecepatan aliran fluida (m/s)

g = Gravitasi bumi (9,81) (m/s2)

II.2 Definisi Fluida

Fluida adalah suatu zat yang akan berubah bentuk secara kontinu

apabila menerima beban geser, dengan kata lain fluida adalah suatu zat

yang tidak mampu menahan beban geser sekecil apapun.

II.3 Jenis-Jenis Fluida

Fluida dibedakan menjadi dua, yaitu Fluida Newtonian dan fluida

Non Newtonian.

Fluida Newtonian adalah (istilah yang diperoleh dari nama Isaac

Newton) dimana fluida Newtonian adalah suatu fluida yang memiliki

kurva tegangan/regangan yang linier. Contoh umum dari fluida yang

memiliki karakteristik ini adalah air. Keunikan dari fluida newtonian

adalah fluida ini akan terus mengalir sekalipun terdapat gaya yang bekerja

pada fluida. Hal ini disebabkan karena viskositas dari suatu fluida

Hl minor = k . V2

2.g

Page 4: Laporan Kel 3 Fluida

newtonian tidak berubah ketika terdapat gaya yang bekerja pada fluida.

Viskositas dari suatu fluida newtonian hanya bergantung pada temperatur

dan tekanan.

Perbedaan karakteristik akan dijumpai pada fluida non newtonian.

Pada fluida jenis ini, viskositas fluida akan berubah bila terdapat gaya

yang bekerja pada fluida (seperti pengadukan). bila fluida non-Newton

diaduk, akan tersisa suatu "lubang". Lubang ini akan terisi seiring dengan

berjalannya waktu. Sifat seperti ini dapat teramati pada material-material

seperti puding. Peristiwa lain yang terjadi saat fluida non-Newtonian

diaduk adalah penurunan viskositas yang menyebabkan fluida tampak

"lebih tipis" (dapat dilihat pada cat). Ada banyak tipe fluida non-

Newtonian yang kesemuanya memiliki properti tertentu yang berubah

pada keadaan tertentu.

Berdasarkan sifatnya Fluida dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

Fluida kompresibel

Fluida Kompresibel adalah suatu zat yang akan berubah bentuk

secara kontinu apabila menerima beban geser, atau tidak mampu menahan

beban geser sekecil apapun. Selalu menempati ruangnya betapapun

besarnya, volumenya dapat berubah sesuai dengan tekanan dan

temperaturnya. Fluida kompresibel berupa zat gas.

Fluida inkompresibel

Fluida Inkompresibel adalah suatu zat yang akan berubah bentuk

secara kontinu apabila menerima beban geser, atau tidak mampu menahan

beban geser sekecil apapun. yang memiliku volume tertentu dan dapat

berubah bentuk mengikuti bentuk ruang yang ditempatkan. Fluida

inkompresibel berupa zat cair.

Page 5: Laporan Kel 3 Fluida

II.4 Jenis-Jenis Aliran

Secara mendasar aliran fluida itu dapat di bagi menjadi 3 jenis:

1. Aliran Laminar 

yaitu aliran dengan fluida yang bergerak didalam suatu lapisan-

lapisan dimana satu lapisan meluncur secara lancar. Dalam aliran laminar

ini viskositas berfungsi untuk meredam kecendrungan terjadinya gerakan

relatif antara lapisan. Aliran laminar dapat diketahui dari bilangan

Reynolds dimana berada dibawah 2300.

Sehingga aliran laminar memenuhi hukum viskositas Newton yaitu

: τ = μ du/dy

2. Aliran Transisi

Aliran Transisi yaitu aliran ini merupakan aliran peralihan dari

aliran laminar ke aliran turbulen., ciri aliran ini adalah berada diantara

bilangan Reynolds adalah 2300.

Persamaan umum pada aliran fluida berhubungan dengan hukum

dasar fisika, yaitu:

Hukum konservasi massa

keseimbangan massa elemen fluida :

peningkatan massa pada elemen fluida = jumlah massa yang mengalir

pada elemen fluida.

Hukum Newton II

Hukum newton II menjelaskan tentang hubungan tingkat

perubahan momentum pada partikel fluida dan jumlah gaya pada partikel

tingkat perubahan momentum pada partikel fluida = jumlah gaya yang

bekerja pada partikel fluida.

terdapat dua tipe gaya pada partikel fluida :

1.gaya pada permukaan : gaya tekan dan gaya viskositas

2. gaya pada body : gaya gravitasi, gaya sentrifugal, gaya coriolis

dan gaya elektromagnetik

Page 6: Laporan Kel 3 Fluida

Hukum termodinamika 1

Sebelum memasuki pembahasan persamaan dasar fluida, maka baiknya

kita sedikit mengetahui tentang karakteristik fluida, yang berarti propertis

dasar fluida. Karakteristik dasar fluida bisanya dilihat dari masa jenis,

specific gravity (SG), volume spesifik,viskositas, tegangan permukaan,dan

kompresibilitas. karakteristik fluida dengan aliran fluida berkitan erat,

misal fluida dengan masa jenis lebih besar akan memilki Re yang lebih

besar pada kecepatan yang sama, yang berarti lebih mudah terjadi

turbulensi.

Seperti yang telah  dijelaskan oleh Dalah bahwa pada dasarnya aliran

dibagi kedalam 3 keadaan yaitu aliran laminar,aliran transisi, dan aliran

turbulensi. untuk mengetahui jenis aliran ini digunakan metode visualisasi,

biasanya dilakukan dengan high speed camera untuk merekam suatu zat

warna yang dialirkan bersama-sama fluida.

Untuk mengamati aliran ada 2 jenis yang digunakan,metode laggrangian

dan metode eulerian. Untuk metod lagrangian aliran diamati dengan

mengikuti suatu partikel acak pada interval jarak tertentu,sedangkan

metode eulerian aliran diamati pada suatu posisi yang fix.

Re: Fenomena dan persamaan dasar aliran fluida

Jika terdapat suatu aliran yang memiliki kecepatan dan menumbuk

bagian depan suatu bola ideal dengan fluida invicid maka akan terjadi

penurunan tekanan pada permukaannya (bernoulli). Hal yang berkebalikan

terjadi di bagian belakang dari bola, yaitu penurunan kecepatan dan terjadi

peningkatan tekanan (adverse pressure)

terbentuk dan bentuk aliran mengikuti pola dari bola dengan jarak yang

dekat dengan permukaan bola, namun pada saat memasuki daerah

belakang bola yang terdapat adverse pressure gradient akan membuat

terjadinya separasi. Pada aliran bola dapat dibagi menjadi empat kondisi;

subcritical, critical, supercritical dan transcritical sesuai dengan Re dan CD

(drag) dari bola tersebut seperti gambar di bawah ini.

Page 7: Laporan Kel 3 Fluida

Gambar 2.1 Reynold vs Drag Coeficient

Gambar 2.2 Smooth ball keadaan laminar

Gambar aliran bola golf ada dimple Pada aliran laminar, saat aliran

melewati bola maka akan cepat terjadi separasi sedangkan pada aliran

turbulen, separasi dapat ditunda. Dapat kita lihat dari gambar 3 bahwa

daerah separasi di belakang bola pada aliran turbulen lebih kecil dari pada

aliran laminar, daerah separasi yang besar akan menyebabkan nilai

pressure drag yang besar pula. Permukaan yang kasar (roughness) akan

menyebabkan aliran bertransisi dari laminar menjadi turbulen. Pada aliran

turbulen memiliki energi yang lebih besar dari aliran laminar, oleh karena

itu aliran pada turbulen dapat attached lebih jauh.Pada bola dimple juga

diperhatikan nilai dari Recr (Critical Reynold Number). Dengan adanya

Page 8: Laporan Kel 3 Fluida

dimple maka akan dapat diperoleh nilai critical reynold number yang

rendah dan drag cenderung konstan untuk reynold number yang lebih

besar dari nilai kritikal reynoldnya (liat gambar awal).

3.Aliran Turbulen

yaitu Aliran dimana pergerakan dari partikel – partikel fluida sangat tidak

menentu karena mengalami percampuran serta putaran partikel antar

lapisan, yang mengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian

fluida kebagian fluida yang lain dalam skala yang besar.

Dalam keadaan aliran turbulen maka turbulensi yang terjadi

membangkitkan tegangan geser yang merata diseluruh

fluida sehingga menghasilkan kerugian – kerugian aliran.

Aliran turbulen merupakan salah satu fenomena aliran fluida yang banyak

ditemukan dalam aplikasi praktek dunia keteknikan. Misalnya pada analisa

aliran jet dua dimensi, aliran dalam pipa, aliran pada plat sejajar, dan

banyak analisa aliran lain yang lebih kompleks. 

 

Gambar 2.3 Aliran laminar dan turbulen

Page 9: Laporan Kel 3 Fluida

II.5 Istilah – Istilah Tentang Fluida

1. Head yaitu energi yang dibutuhkan untuk mengalirkan fluida

dalam pipa.

2. Head Losses yaitu kerugian energi akibat adanya gesekan atau

tumbukan fluida dalam pipa.

3. Head Losses Minor yaitu kerugian energi akibat tumbukan

fluida dengan pipa yang disebabkan oleh perubahan dimensi

pipa seperti: belokan, pembesaran diameter, pengecilan

diameter, venturi, sambungan T.

4. Head Losses Mayor yaitu kerugian energi akibat gesekan fluida

dengan permukaan pipa lurus panjang vertical maupun

horizontal.

5. Fluida yaitu suatu zat yang akan berubah bentuk secara

kontinu apabila menerima beban geser, dengan kata lain fluida

adalah suatu zat yang tidak mampu menahan beban geser sekecil

apapun.

6. Fluida kompresibel, yaitu suatu zat yang akan berubah bentuk

secara kontinu apabila menerima beban geser, atau tidak mampu

menahan beban geser sekecil apapun. Selalu menempati ruangnya

betapapun besarnya, volumenya dapat berubah sesuai dengan

tekanan dan temperaturnya. Fluida kompresibel berupa zat gas.

7. Fluida inkompresibel: yaitu suatu zat yang akan berubah

bentuk secara kontinu apabila menerima beban geser, atau tidak

mampu menahan beban geser sekecil apapun. yang memiliku

volume tertentu dan dapat berubah bentuk mengikuti bentuk

ruang yang ditempatkan. Fluida inkompresibel berupa zat cair.

8. Massa jenis Massa per satuan volum (kg/m3)

9. Tekanan Stagnasi Tekanan yang terjadi akibat adanya

penurunan kecepatan aliran fluida hingga kecepatan sama

dengan nol dengan tidak adanya proses gesekan.

Page 10: Laporan Kel 3 Fluida

10. Bilangan Reynolds Yaitu perbandingan antara gaya inersia

terhadap gaya viskos. Yang juga menentukan apakah aliran

fluida termasuk aliran laminar, aliran transisi, atau aliran

turbulen.

11. Kavitasi adalah perubahan fasa uap akibat penurunan tekanan

sehingga mencapai tekanan uap jenuh fluida tersebut, sehingga

menimbulkan gelembung.

Dampak kavitasi antara lain:

1. Terjadinya suara bising dan getaran

2. Dapat mengakibatkan lubang pada pipa akibat adanya

gelembung

3. Efisiensi pompa menurun

4. Kapasitas pompa berkurang

5. Pompa tidak membangkitkan head

6. Dapat menyebabkan kerusakan pada impeller.

Cara mengatasi kavitasi:

1. Menambah kekuatan hisap dengan cara:

Menambah level fluida

Meninggikan posisi tangki

Member tekanan pada tangki

Menurunkan posisi pompa

Mengurangi head losses.

2. Mengurangi temperature fluida, dengan cara:

Mendinginkan suction dengan fluida pendingin

Mengisolasi pompa.

3. Mengurangi NPSH dengan cara:

Menggunakan double suction

Guanakan pompa yang lebih kecil dan banyak, susun secara seri

maupun parallel.

Page 11: Laporan Kel 3 Fluida

II.6 Bilangan Reynold

Bilangan Reynold dilambangkan dengan angka Re, bilangan

reynold adalah suatu bilangan yang digunakan untuk mengetahui aliran

yang terjadi pada aliran suatu fluida.

Rumus bilngan reynold :

Keterangan ( Satuan dalam SI ) :

Re = Belangan Reynold

= Massa Jenis Fluida (kg/m3)

D = Diameter dalam pipa (m)

V = Kecepatan aliran fluida (m/s)

μ = Viskosotas dinamik fluida (kg.m/s)

II.7 Bentuk – Bentuk Pipa

beberapa bentuk - bentuk yang banyak digunakan pada sistim

pemipaan, yaitu:

Elbow: adalah jenis fitting yang dipasangkan pada pipa pada saat pipa

akan berobah arah perjalanannya. Misalnya pipa yang sedang menuju

kearah barat, selanjutnya akan berbelok menuju arah selatan, maka

diantara kedua pipa tersebut, yang sedang menuju arah barat dan pipa

yang akan menuju ke selatan, dipasangkan “Elbow” sebagai

penyambungnya. Perubahan arah tersebut bisa dalam bentuk sudut

45o atau 90o. Elbows tersedia dalam dua tipe yaitu tipe Short Radius,

yaitu tipe dimana jarak dari pusat elbow ke ujungnya (B) sama dengan

NPS nya, dan tipe Long Radius, dimana jaraknya (A) adalah 1.5 kali

NPS. Umumnya diameter pipa pada sisi masuk akan sama dengan sisi

keluar. Namun pada kasus tertentu, bisa saja terjadi perbedaan

diameter tersebut, dan untuk itu komponen ini dinamakan dengan

“Reducing Elbow”.

Re = ρ . V . Dμ

Page 12: Laporan Kel 3 Fluida

Gambar 2.4.Elbow 90o

Gambar 2.5. Elbow 45o

Tee

Tee adalah sebuah komponen yang mempunyai tujuan untuk

membagi aliran fluida dalam pipa menjadi dua arah atau sebaliknya

menggabungkan dua aliran fluida menjadi satu didalam pipa selanjutnya.

Tipe tee yang paling umum adalah tee yang mempunyai ukuran diameter

yang sama antara masuk (inlet) dan keluar (outlet), dengan demikian

dimensi C pun akan sama untuk semua arah.

Page 13: Laporan Kel 3 Fluida

Gambar 2.6. Equal Tee

Cap

Cap adalah tipe komponen dari pipa yang berfungsi sebagai

penutup akhir sebuah sistim pemipaan. Fungsinya kurang lebih sama

dengan plug.

Gambar 2.7. Cap

Reducer

Reducer adalah komponen pipa yang mengalami pengurangan atau

penambahan diameter dari diameter kecil ke yang lebih besar atau

sebaliknya, sesuai dengan persyaratann dari process engineering.

Ada dua jenis Reducer yang umum dikenal, yaitu tipe yang mempunyai

perbedaan garis tengah (center line) antara pipa dengan reducer. Tipe ini

disebut dengan Eccentric Reducer. Pola peletakanya bisa dua cara, yaitu

Flat-Bottom, yaitu bagian ratanya berada dibawah, atau sebaliknya, bagian

ratanya diatas yang disebut juga dengan Flat-Top. Cara mana yang akan

digunakan tergantung dari dimana Eccentric Reducer ini akan

ditempatkan. Secara umum, Flat-Bottom Reducer biasanya ditempatkan di

Page 14: Laporan Kel 3 Fluida

Piperack, sedangkan yang Flat-Top banyak diaplikasikan didekat nozzle

pompa.

Gambar 2.8. Centrik Reducer

Adapun jeniss Reducer yang ke dua adalah Concentric Reducer.

Jenis ini adalah reducer yang mempunyai garis tengah (center line)

yang sama baik antara garis tengah pipa maupun garis tengah reducer.

Jenis ini bisa dipakai dimana saja, sesuai dengan keinginan Piping

Designer, yang tentu saja sudah memperhitungkan aspek konstruksi dan

persyaratan prosesnya.

Gambar 2.9. Concentric

Flanges

Page 15: Laporan Kel 3 Fluida

Flanges adalah jenis komponen pipa yang banyak digunakan untuk

menyambung antara satu pipa dengan pipa lain yang tidak menginginkan

adanya proses pengelasan karena perbedaan material misalnya, atau

menyambungkan antara pipa dengan komponen lain, seperti Valve,

Orifice, Spectacle Blind dan lain-lainnya, Jika Elbow, Tee, Reducer, Cap

adalah komponen yang terbuat dari bahan yang sama dengan material pipa

tempat dia akan tersambung, maka flanges mempunyai perbedaan karena

umumnya Flange terbuat dari bahan logam melalui proses forging yaitu

proses pembentukan logam dengan cara pemberian tekanan. Disamping itu

Flange juga mengalami proses apa yang disebut dengan “machined

surface”. Ada beberapa jenis “muka” flange seperti:

Flat face: biasanya sering mengunakan material besi tuang (cast

iron) dengan class 125 dan 250. Salahs atu alsanya adalah untuk

mendistribusikan compressive stress ke are yang lebih luas dan

menghindari terjadinya momen lentur yang bisa meretakkan besi

tuang tersebut.

Raised Face: ini adalah tipe flange yang umum dan biasa

digunakan. Permukaan flange akan naik 0.06 inchi untuk class 150

dan 300, sedangkan untuk class400 naik 0.25 inchi. Karena ada

permukaan yang naik, maka gasket nya pun lebih kecil dari

lingkaran baut.

Lap Joint: mempunyai muka seperti “raised face” tapi didapat

dengan menggunakan pipa.

Ring Face: cincin metal akan diselipkan dimuka flange dnegan

tujuan menghindari terjadinya kebocoran. Disainnya pun bisa

bermacam-macam seperti welding neckj, slip-on, lap joint, socket

weld, threaded dan satu lagi blind flange, seperti gambar disebelah

ini.

Page 16: Laporan Kel 3 Fluida

Gambar 2.10. Weldneck Flanges

Gambar 2.11. Slip-on Flanges

Gambar 2.12. Socket Weld Flangs

Gambar 2.13. Threaded Weld Flanges

Page 17: Laporan Kel 3 Fluida

III. INSTALASI PENGUJIAN

Alat yang dipergunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1 set pompa motor

Katup-katup

Tap manometer

Venturi meter

Instalasi pengujian aliran fluida inkompresibel pada sistem pemipaan dapat

dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.14. Sistem Pemipaan Percobaan

IV. PROSEDUR PRAKTIKUM

IV.1. Prosedur sebelum pengujian

1. Mencatat data ruangan beserta tempretur ruangannya.

2. Katup manometer yang menuju manometer berada pada posisi

tertutup dan katup pembuangan udara pada posisi terbuka.

3. Tap – tap manometer berada pada posisi tertutup 100 %

Page 18: Laporan Kel 3 Fluida

IV.2. Prosedur Mengoperasikan Instalasi Pengujian

1. Memasang kabel untuk hubungan listrik PLN dan

mengoprasikan pompa set dengan saklar yang tersedia pada

manometer board.

2. Mendiamkan pompa beroprasi secara stabil dan perhatikan

apakah ada udara yang terjebak di dalam selang manometer.

Jika terdapat udara yang terjebak pada selang manometer

segera lakukan pembuangan udara tersebut. ( ikuti intruksi

asisten ).

3. Pada saat pengukuran berlangsung katup-katup yang berada

pada instalasi semuanya dalam keadaan terbuka, ( kecuali katup

pada manometer ).

4. Lakukan pengujian ( ikuti intruksi asisten ).

V. DATA PENGAMATAN

Data Pengamatan Fluida

No

Pipa LurusVenturimeter

Pengecilan pembesaran Elbow T Branch

Tap Tap Tap Tap Tap Tap

01__02 05__06 09__10 11__12 13__14 4 08__09 14__15 10__11 12__13 04__05 06__07

1 8 2 4 2 12 4 5 6 4 2 3 2

2 4 4 3 5 8 7 7 2 4 5 7 5

3 2 4 3 6 9 6 2 4 2 3 5 3

4 4 4 3 6 5 4 4 5 2 6 5 4

Data Pengamatan Pompa

Page 19: Laporan Kel 3 Fluida

n = 2530 Rpm Fauzan

KatupQ (Lt/Menit) P1 (Bar) P2 (Bar)

Q=m3/s Cari harga Elrougnes

s tiap bahan

1 (Pvc) 50 0,24 0,282 (Almunium) 50 0,2 0,223(Akrilik) 50 0,26 0,24(Pvc) 50 0,18 0,2Terbuka semua 50 0,12 0,2

n = 2430 Rpm Nendi M. E

KatupQ (Lt/Menit) P1 (Bar) P2 (Bar)

1 (Pvc) 20 0,12 0,182 (Almunium) 20 0,14 0,183(Akrilik) 20 0,16 0,164(Pvc) 20 0,12 0,16Terbuka semua 20 0,12 0,22

n = 2330 Rpm Hadi

KatupQ (Lt/Menit) P1 (Bar) P2 (Bar)

1 (Pvc) 18 0,08 0,162 (Almunium) 18 0,1 0,143(Akrilik) 18 0,2 0,164(Pvc) 18 0,1 0,14Terbuka semua 18 0,08 0,16

n = 2530 Rpm Fauzan

KatupQ (Lt/Menit) P1 (Bar) P2 (Bar)

1 (Pvc) 15 0,08 0,142 (Almunium) 15 0,1 0,123(Akrilik) 18 0,12 0,124(Pvc) 18 0,1 0,16Terbuka semua 50 0,06 0,16

VIII. GRAFIK

Page 20: Laporan Kel 3 Fluida

Pipa Lurus

10.0890305938714

4.79075970180385

5.99028543591827

6.91882692431947

7.2437815531285102468

1012

HL teori vs V

Tap 1-2

Tap 5-6

Tap 9-10

Tap 11-12

Tap 13-14

V (m/s)

HL T

eori

(m)

10.08903059...

4.952374076...

5.990285435...

6.918826924...

7.243781553...0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

HL Praktek vs V

Tap 1-2Tap 5-6Tap 9-10Tap 11-12Tap 13-14

V (m/s)

HL P

rakt

ek (

m)

Page 21: Laporan Kel 3 Fluida

0.0404061017820884

0.0606091526731326

0.0808122035641769

0.101015254455221

0.1616244071283540

4

8

12

HL Teori vs HL Praktek

Tap 1-2Tap 5-6Tap 9-10Tap 11-12Tap 13-14

HL Praktek (m)

HL T

eori

(m)

3.0385501011125

4.86972294339868

5.6760257912196

6.5433148471988496.5

97

97.5

98

98.5

Error Vs HL teori

Tap 1-2Tap 5-6Tap 9-10Tap 11-12Tap 13-14

HL teori (m)

Erro

r (%

)

Page 22: Laporan Kel 3 Fluida

0.0606 0.1212 0.2020 0.3637 0.404198

98.1

98.2

98.3

98.4

98.5

98.6

98.7

Error vs HL Praktek

Tap 1-2Tap 5-6Tap 9-10Tap 11-12Tap 13-14

HL Praktek (m)

Erro

r (%

)

Venturi Meter

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

HL Praktek vs V

Tap 17-18

V (m/s)

HL

Prak

tek

(m)

Page 23: Laporan Kel 3 Fluida

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

HL Praktek vs V

Tap 17-18

V (m/s)

HL P

rakt

ek (

m)

7.30523100...

9.66391225...

8.94704420...

7.30523100...0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

∆P Vs V

Tap 17-18

V (m/s)

∆P

Page 24: Laporan Kel 3 Fluida

Pengecilan

1 2 3 40

2

4

6

8

10

12

14

16

HL Teori vs V

Tap 8-9Tap 14-15

V (m/s)

HL T

eori

(m)

1 2 3 40

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

0.14

0.16

HL Praktek vs V

Tap 8-9Tap 14-15

V (m/s)

HL P

rakt

ek (

m)

Page 25: Laporan Kel 3 Fluida

0.0404061017820884

0.0808122035641769

0.101015254455221

0.1414213562373102468

101214

HL Teori vs HL Praktek

Tap 8-9Tap 14-15

HL Praktek (m)

HL T

eori

(m)

0.0373147329275529

0.102818868919359

0.682155680033409

0.102818868919359

0.682155680033409

0.682155680033409

0.915293439268681

11.56171757915250

20406080

100120140

Error vs HL Teori

Tap 8-9Tap 14-15

HL Teori (m)

Erro

r (%

)

Page 26: Laporan Kel 3 Fluida

0.0404061017820884

0.0808122035641769

0.101015254455221

0.141421356237310

20406080

100120140

Error vs HL Praktek

Tap 8-9Tap 14-15

HL Praktek (m)

Erro

r (%

)

Pembesaran