Laporan Kegiatan Field Lab Tb Anak
-
Upload
indah-purnama-sari -
Category
Documents
-
view
85 -
download
8
description
Transcript of Laporan Kegiatan Field Lab Tb Anak
LAPORAN KEGIATAN FIELD LAB
KETERAMPILAN
PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS
PUSKESMAS JATEN I, KARANGANYAR
OLEH :
KELOMPOK 18
1. Amarisanti G0011018
2. Angga Suryawinata G0011024
3. Bima Kusuma Jati G0011054
4. Deyona Annisa Putri G0011072
5. Esty Jayanti G0011086
6. Indah Purnama Sari G0011114
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2012
i
LEMBAR PENGESAHAN
Telah disahkan laporan Field Lab dengan topik ”Keterampilan
Penanggulangan Tuberkulosis” dengan keterangan di bawah ini :
Kelompok : 18
Tempat : Puskesmas Jaten 1, Karanganyar
Waktu : - Senin, 5 November 2012 (Survey)
- Senin, 12 November 2012
- Senin, 19 November 2012
- Senin, 26 November 2012
Mengesahkan,
Mengesahkan,
Kepala Puskesmas Jaten I, Instruktur Lapangan,
drg. Ririn Nurliyani BR, M.Kes dr. Handayani Tri Wardani
NIP. 197012262005012007 NIP. 197809022010012012
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN INSTRUKTUR LAPANGAN........................ ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB I. Pendahuluan dan Tujuan Pembelajaran........................................... 1
BAB II. Kegiatan yang Dilakukan............................................................... 3
BAB III. Pembahasan.................................................................................. 7
BAB IV. Penutup......................................................................................... 12
Daftar Pustaka
iii
BAB I
PENDAHULUAN DAN TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan
Sejak akhir 1990-an, terutama di negara maju, telah dilakukan
deteksi beberapa penyakit yang kembali muncul dan menjadi masalah (re-
emerging disease), salah satunya tuberkulosis. (Kartasasmita, CB. dan
Darfioes Basir, 2008).
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan
Mycobacterium tuberculosis. (Price dan Wilson, 2005).
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa 1/3
penduduk dunia (dua miliar orang), telah terinfeksi Mycobacterium
tuberculosis, dengan angka tertinggi di Afrika, Asia, dan Amerika Latin.
(Kartasasmita, CB. dan Darfioes Basir, 2008)
Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat.
Indonesia masih menjadi negara ke-3 terbanyak kasus TB setelah India dan
China, dengan jumlah pasien 10% dari jumlah pasien dunia. Diperkirakan
pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000
orang. Insidensi kasus TB BTA (+) sekitar 110/100.000 penduduk. (Field Lab
FK UNS dan Tim UPTD Puskesmas Sibela Surakarta, 2009)
Sedangkan untuk kasus anak di negara berkembang, termasuk di
Indonesia, kasus TB anak mengalami kenaikan setiap tahun. Di Indonesia,
dalam mengatasi kasus TB yang semakin meningkat, telah dilaksanakan
program Pemberantasan Penyakit Tuberkulosis Paru dengan strategi DOTS
(Directly Observed Treatment, Shortcourse chemotherapy) sejak tahun 1995,
yang direkomendasikan oleh WHO. Bank Dunia juga menyatakan bahwa
strategi DOTS merupakan strategi kesehatan yang paling cost-effective.
(Depkes RI, 2002)
Untuk kasus TB anak, dikarenakan kesulitan dalam penegakan
diagnosa TB anak, WHO berupaya untuk membuat konsensus sehingga dapat
iv
mengurangi overdiagnosis atau underdiagnosis dalam penegakan diagnosa
TB anak. (Kartasasmita, CB. dan Darfioes Basir, 2008)
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan kegiatan laboratorium lapangan, diharapkan mahasiswa
mampu:
1. Menjelaskan standar diagnostik TB yang mengacu International
Standard for Tuberculosis Care (ISTC).
2. Menjelaskan penatalaksanaan TB yang mengacu International Standard
for Tuberculosis Care (ISTC).
3. Mendemonstrasikan cara penemuan suspek dan kasus TB dengan
strategi DOTS.
4. Mendemonstrasikan cara pencatatan dan pelaporan kasus TB dengan
strategi DOTS.
5. Melakukan perhitungan angka keberhasilan pengobatan kasus TB.
6. Mendemonstrasikan cara monitoring dan evaluasi pengobatan kasus
TB dengan strategi DOTS.
v
BAB IIKEGIATAN YANG DILAKUKAN
Pelaksanaan field lab diawali survei ke Puskesmas Jaten I, Karanganyar,
pada senin, 5 November 2012, untuk melakukan persiapan rute menuju
puskesmas dan pengenalan diri dengan pihak puskesmas. Berdasarkan tahap
survey, diperoleh kesepakatan bahwa field lab akan dilaksanakan 3 kali pertemuan
dengan rincian :
1. Senin, 12 November 2012 : Tahap I2. Senin, 19 November 2012 : Tahap II3. Senin, 26 November 2012 : Tahap III
A. Tahap I (12 November 2012)
Pada tahap I, dilaksanakan bimbingan dari para petugas puskesmas,
disampaikan oleh drg. Ririn Nurliyani BR, M.Kes (Kapuskes Jaten I), dr.
Handayani Tri Wardani (Instruktur FL), dan pemegang program
penanggulangan TB di Puskesmas Jaten I, yaitu Bu Nur Cahyaningsih.
Bimbingan yang dimaksud yaitu :
1) Teori dasar mengenai tuberkulosis (pengertian, penyebab, cara penularan,
gejala, standar diagnostik, cara penemuan suspek dan kasus, cara pencatatan
dan pelaporan, upaya penanggulangan dengan pencegahan menggunakan
strategi DOTS, tujuan terapi, serta penatalaksanaan)
2) Program TB di UPK, meliputi penemuan penderita, pengobatan, pelayanan
jaminan logistik, pengelolaan laboratorium, serta penjaminan mutu.
Kemudian sesi tanya jawab tentang materi yang telah diberikan,
observasi sediaan obat tuberkulosis, serta pemberian form Program TB
Nasional (TB-01, TB-02, TB-04, TB-05, TB-06, TB-09, TB 10) dari petugas
puskesmas. Pada field lab tahap I juga dibicarakan field lab tahap II. Instruktur
mengarahkan untuk mempelajari materi TB lebih lanjut agar pada field lab
tahap II mahasiswa dapat bertanya tentang hal yang belum dimengerti. Selain
itu mahasiswa diberi kesempatan untuk mengamati proses pembuatan &
vi
pewarnaan preparat sputum BTA (+). Kemudian juga direncanakan bahwa
kelompok besar dibagi menjadi 2 kelompok kecil, dengan fokus kelompok 1,
yaitu TB anak, dan kelompok 2 yaitu TB dewasa.
B. Tahap II (19 November 2012)
Pada field lab tahap II, observasi pembuatan preparat & pewarnaan
preparat dengan metode Ziehl Nielssen, dimana pelaksanaan oleh petugas
Puskesmas Jaten I, Ibu Suratmi, Amd.Ak. Dari hasil observasi ini diperoleh
pengetahuan tentang pembuatan preparat dan pewarnaan BTA yang baik dan
benar. Selain observasi tersebut, dilakukan praktek penghitungan indikator
dalam penanggulangan TB selama 1 tahun di Puskesmas Jaten I sebagai
latihan, dengan menggunakan data pada tahun 2011, sementara pada laporan,
menggunakan data pada tahun 2012.
Indikator- Indikator dalam Penanggulangan TB Tahun 2012
1. Angka Penemuan Suspek (Triwulan 1)Diketahui : Jumlah suspek yang diperiksa = 35
CDR
=107100 . 000
x Jumlah Penduduk
=107100 . 000
x 36. 680
= 39,25 Angka perkiraan Suspek = 10% X CDR
= 10% X 39,25= 3,925
Angka Penemuan Suspek
=Jumlah suspek yang diperiksaJumlah perkiraan suspek
x 100%
=353,925
x 100% = 8,91%
Angka Penemuan Suspek (Triwulan II)Diketahui : Jumlah suspek yang diperiksa = 51
CDR
=107100 . 000
x Jumlah Penduduk
vii
=107100 . 000
x 36. 680
= 39,25 Angka perkiraan Suspek = 10% X CDR
= 10% X 39,25= 3,925
Angka Penemuan Suspek=Jumlah suspek yang diperiksa
Jumlah perkiraan suspek x 100%
=513,925
x 100% = 12,9%
2. Angka Penemuan BTA (+) diantara Suspek (Triwulan I)Angka Penemuan BTA (+) = 4 orangJumlah Seluruh Suspek = 35 orangAngka Penemuan TB BTA (+)
=Jumlah pasien TB BTA (+) yang ditemukanJumlah seluruh suspek TB yang diperiksa
x 100%
= 435
x 100%
= 11,4 %Simpulan : Angka ini sesuai target, yaitu 5-15%Angka Penemuan BTA (+) diantara suspek (Triwulan II)Angka Penemuan BTA (+) = 6 orangJumlah Seluruh Suspek = 51 orangAngka Penemuan TB BTA (+)
=Jumlah pasien TB BTA (+) yang ditemukanJumlah seluruh suspek TB yang diperiksa
x 100%
= 651
x 100%
= 11,7 %Simpulan : Angka ini sesuai target angka minimal, yaitu >80%
3. Angka KonversiData tahun 2012 tidak lengkap, sehingga tidak dapat dilakukan penghitungan. Maka, untuk indikator ini, digunakan data pada tahun 2011 dengan perhitungan selama 1 tahun, bukan perhitungan triwulan.
Angka Konversi =
Jumlah pasien TB BTA (+) yang konversiJumlah seluruh suspek TB yang diobati
x 100%
=1415
x 100%
viii
= 93,3%
Simpulan : Angka ini sesuai target angka minimal, yaitu >80%4. Angka Kesembuhan
Data tahun 2012 tidak lengkap, sehingga tidak dapat dilakukan penghitungan. Maka, untuk indikator ini, digunakan data pada tahun 2011 dengan perhitungan selama 1 tahun, bukan perhitungan triwulan.Jumlah pasien baru BTA (+) yang sembuh = 13Jumlah pasien baru TB BTA (+) yang diobati = 15
Angka Pengobatan `=
Jumlah pasien TB BTA (+) yang sembuhJumlah seluruh suspek TB yang diobati
x 100%
=1315
x 100%
= 87%
Simpulan : Angka ini sesuai target angka minimal, yaitu >85%5. Proporsi pasien TB paru BTA (+) diantara semua pasien TB paru
tercatat/diobati (Triwulan I)Jumlah seluruh pasien = 5BTA (+) = 5Kambuh = 0Anak = 0BTA (+), Rontgen (+) = 0Proporsi Pasien TB Paru (+)
=Jumlah pasien TB BTA (+)( baru )Jumlah seluruh pasien (semua tipe )
x 100%
=5
5 x 100%
= 100%Simpulan : Angka ini sesuai target angka minimal, yaitu tidka kurang dari 65%
Proporsi pasien TB paru BTA (+) diantara semua pasien TB paru tercatat/diobati (Triwulan II)Jumlah seluruh pasien = 8BTA (+) = 7Kambuh = 0Anak = 1BTA (+), Rontgen (+) = 0
ix
Proporsi Pasien TB Paru (+)
=Jumlah pasien TB BTA (+)( baru )Jumlah seluruh pasien (semua tipe )
x 100%
=7
8 x 100%
= 87,5%Simpulan : Angka ini sesuai target angka minimal, yaitu tidka kurang dari
65%
Pada field lab tahap II ini, mahasiswa juga diberi sample form TB-01
(Kartu Pengobatan TBC) dengan kasus TB pada anak, untuk kemudian
dipelajari.
C. Tahap III (26 November 2012)
Tahap ini direncanakan sebagai rangkaian kegiatan field lab
terakhir, yaitu pada Senin, 26 November 2012, dimana akan dilakukan
presentasi hasil kegiatan dan penyerahan laporan kegiatan kepada
instruktur lapangan untuk disetujui/disahkan.
Kegiatan ini dilakukan secara terpisah, yaitu oleh masing- masing
kelompok kecil dengan pembahasan yang telah ditentukan. Kemudian
setelah presentasi selesai, dilanjutkan evaluasi, baru kemudian laporan
kedua kelompok digabungkan.
x
BAB IIIPEMBAHASAN
3.1 MATERI DASAR TUBERKULOSIS PADA ANAK
1. Tuberkulosis
Tuberkulosis merupakan penyakit yang sudah sangat lama
dikenal. Kuman Mycobacterium tuberculosis, penyebab tuberkulosis
ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882. Di Indonesia, tuberkulosis
masih merupakan masalah yang menonjol, dimana Indonesia menduduki
peringkat ketiga kasus terbanyak di dunia. TB anak mempunyai
permasalahan khusus yang berbeda dengan orang dewasa. Pada TB anak,
masalah yang dihadapi adalah masalah diagnosis, pengobatan,
pencegahan, serta TB pada infeksi HIV. Karena sulitnya diagnosis TB
anak, sering terjadi overdiagnosis sehingga terjadi overtreatment. Dilain
pihak juga ditemukan underdiagnosis dan undertreatment. Hal itu terjadi
karena sumber penyebaran TB pada umunya adalah orang dewasa dengan
sputum BTA (+), sehingga penanggulangan TB ditekankan pada
pengobatan TB dewasa. Akibatnya penanganan TB anak kurang
diperhatikan. (Depkes, 2008)
2. Diagnosis TB pada Anak
Diagnosis pasti TB ditegakkan dengan ditemukannya
M.Tuberculosis pada pemeriksaan sputum atau bilasan lambung, cairan
serebrospinal, cairan pleura, atau biosi jaringan. Pada anak, kesulitan
menegakkan diagnosis pasti disebabkan oleh sedikitnya jumlah kuman
(paucbacillary) dan sulitnya pengambilan spesimen (sputum). Karena itu,
diagnosis TB anak bergantung pada penemuan klinis dan radiologis, yang
keduanya sering tidak spesifik. Kadang TB anak ditemukan karena
ditemukannya TB dewasa di sekitarnya. Diagnosis TB ditentukan berdasar
gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang (uji tuberkulin, pemeriksaan
lab, foto rontgen dada). Adanya riwayat kontak dengan pasien TB dewasa
xi
BTA (+), uji tuberculin (+), dan foto paru yang mengarah pada TB
(sugestif TB) adalah bukti kuat, menyatakan anak sakit TB.
Karena gejala yang tidak khas, diagnosis TB anak menjadi sulit.
Maka dibuatlah suatu sistem skoring untuk memudahkan penanganan TB
anak.
Pada sarana yang memadai, sistem skoring di atas digunakan sebagai
screening. Bila perlu, dilakukan pemeriksaan penunjang lain seperti
bilasan lambung (BTA dan kultur), patologi anatomi, pungsi pleura,
pungsi lumbal, CT-scan, funduskopi, atau foto rontgen tulang dan sendi.
3. Pemeriksaan Penunjang TB pada Anak
a. Uji Tuberkulin (Mantoux)xii
Uji tuberkulin secara Mantoux (penyuntikan intrakutan)
dengan semprit tuberkulin 1 cc jarum nomor 26. Tuberkulin yang
dipakai : tuberkulin PPD RT 23 kekuatan 2 TU. Pembacaan pada 48-72
jam setelah penyuntikan. Diukur diameter transveral dari indurasi yang
terjadi, Uji tuberkulin (+) bila indurasi >10 mm pada gizi baik, >5 mm
pada gizi buruk. Bila uji tuberkulin (+), menunjukkan infeksi TB dan
kemungkinan TB aktif pada anak. Namun uji tuberkulin dapat (-) pada
anak TB dengan anergi (malnutrisi, penyakit sangat berat, pemberian
imunosupresif, dll). Jika uji tuberkulin meragukan dilakukan uji ulang.
(Depkes RI, 2002)
b. Foto Rontgen Dada
Gambar rontgen TB paru pada anak tidak khas dan interpretasi
foto biasanya sulit. Paling mungkin jika ditemukan infiltrat. Gejala lain
dari foto rontgen yang mencurigai TBC adalah milier, atelektasis
/kolaps konsolidasi, infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau
paratrakeal, konsolidasi (lobus), reaksi pleura dan atau efusi pleura,
kalsifikasi, bronkiektasis, kavitas, destroyed lung. Jika ada
diskongruensi antara gambar klinis dan gambar rontgen harus dicurigai
TB. Foto rontgen dada sebaiknya dilakukan PA dan lateral, tetapi kalau
tidak mungkin PA saja. (Depkes RI, 2002)
c. Pemeriksaan Mikrobiologi dan Serologi
Pemeriksaan BTA mikroskopis langsung pada anak biasanya
dilakukan dari bilasan lambung karena dahak sulit didapat. Pemeriksaan
BTA secara biakan (kultur) memerlukan waktu lama. Cara baru
mendeteksi kuman TBC dengan cara PCR (Polymery chain Reaction)
atau Bactec masih belum dapat dipakai dalam klinis praktis.
Pemeriksaan serologis seperti Elisa, Pap, Mycodot dll. masih
memerlukan penelitian lebih lanjut. (Depkes RI, 2002)
4. Penatalaksanaan pada TB anak
Beberapa hal penting dalam tatalaksana TB anak adalah :
Obat TB dalam paduan obat, tidak boleh diberikan sebagai monoterapi
xiii
Pemberian gizi yang adekuat
Mencari penyakit penyerta dan jika ada ditatalaksana secara simultan.
Penatalaksanaan medikamentosa TB terdiri dari terapi dan profilaksis.
a. PENGOBATAN TB PADA ANAK
Prinsip dasar pengobatan TB anak tidak berbeda dengan TB
dewasa tetapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
Pemberian obat baik (tahap intensif & tahap lanjutan) diberikan
setiap hari
Dosis obat harus disesuaikan dengan berat badan anak
Obat TB anak tersedia dalam bentuk kombipak. Susunan
paduan obat TB anak adalah 2HRZ/4HR
Tabel Jenis Dan Dosis Obat TB Anak berdasarkan Rekomendasi
IDAI
Catatan: Penderita dengan BB <5 kg harus dirujuk.
Pemantauan kemajuan pengobatan pada anak dapat dilihat dengan
terjadinya perbaikan klinis, naiknya BB dan anak menjadi lebih aktif dibanding
sebelum pengobatan. (Depkes RI, 2002)
b. Pengobatan Pencegahan untuk anak
Semua anak yang tinggal serumah/ kontak erat dengan
penderita TB BTA positif berisiko lebih besar untuk terinfeksi. Infeksi
pada anak dapat berlanjut menjadi penyakit TB, sebagian menjadi
penyakit yang lebih serius (misalnya meningitis dan milier) dan dapat
menimbulkan kematian. Profilaksis TB anak berupa :
Bila anak mempunyai gejala seperti TB harus dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut sesuai dengan alur deteksi dini TB anak.
xiv
Jenis Obat BB <10 kg BB 10-20 Kg BB 20-33 Kg
Isoniazid 50 mg 100 mg 200 mg
Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg
Pirazinamid 150 mg 300 mg 600 mg
Bila anak balita tidak mempunyai gejala seperti TB, harus diberikan
pengobatan pencegahan : Isoniasid (INH) 5 mg/kgBB per hari
selama 6 bulan Bila anak belum pernah mendapat imunisasi BCG
perlu diberi BCG setelah pengobatan pencegahan dengan INH
selesai. (Depkes RI, 2002)
3.2 MANAJEMEN PROGRAM TUBERKULOSIS PADA ANAK DI UPK
Secara umum,manajemen program adalah sebagai berikut :
Penemuan pasien TB dilakukan sesuai metode DOTS, yaitu metode pasif
dengan promosi aktif melalui penyuluhan dengan peran dari kader- kader
puskesmas, juga pemeriksaan terhadap kontak pasien TB terutama mereka
yang BTA positif dan keluarga anak penderita TB yang menunjukkan gejala
sama. Jika batuk lebih dari 2 minggu maka disebut suspek dan dicatat pada
Form TB-06 (Daftar tersangka Pasien (Suspek) TB yang diperiksa Dahak
SPS. Setelah dicatat pada form TB-06, suspek TB dengan batuk >2 minggu
menjadi indikasi untuk dilakukan pemeriksaan sputum di Lab dengan Form
TB-05 (Formulir Permohonan Laboratorium TBC untuk Pemeriksaan Dahak)
kemudian di laboratorium dilakukan regristrasi dengan Form TB-04 (Register
Laboratorium). Apabila hasil dari laboratorium positif maka pasien
merupakan pasien TB aktif . Lalu dilakukan cek kontak dengan pasien TB,
mencatat jumlah suspek dan BTA yang diperiksa, menetapkan pengobatan
(jenis paduan obat), kemudian dicatat di Form TB-01 (Kartu Pengobatan TB)
yang dipegang oleh puskesmas, lalu menentukan PMO, melakukan
penyuluhan kepada pasien dan PMO. Selain itu diisi juga Form TB-02 (Kartu
Identitas Pasien) dibawa pasien, dibawa setiap mengambil obat, konsultasi
dokter, dan periksa ulang dahak. Perlu diingat adanya pemantauan keteraturan
minum obat (follow-up) pengobatan yaitu FU-1 pada 2 bulan pengobatan
(akhir tahap intensif). Apabila BTA(+) menjadi BTA (-) disebut konversi.
Apabila tetap BTA (+), maka diberikan OAT sisispan. Kemudia FU-2 pada
bulan kelima, serta FU -3 pada akhir pengobatan. Pasien dikatakan sebuh
apabila BTA (-) pada 3 kali follow-up.
xv
Pada pasien TB anak, apabila ada batuk >2 minggu dilakukan tes
scoring, apabila meragukan dilakukan tes tuberkulin, sementara apabila
hasilnya 6, diberikan OAT anak, dilakuakan pengobatan lengkap.
Kemudian di form ditulis pengobatan lengkap.
Selain form- form yang telah dijelaskan di atas, masih ada beberapa
form terkait menajemen program penanggulangan TB, yaitu : Form TB-03
Register TB Kabupaten, Form TB-07 Laporan tribulan Penemuan Kasus Baru
dan Kambuh, Form TB-08 Laporan Tribulan Hasil Terapi TB Paru yang
Terdaftar 12-15 Bulan Lalu, Form TB-09 Formulir Rujukan/Pindah Penderita
TBC, Form TB-10 Formulir Hasil Akhir Pengobatan dari Penderita TBC
Pindahan, Form TB-11 Laporan Tribulan Hasil Pemeriksaan Akhir Tahap
Intensif untuk Penderita yang Terdaftar 3-6 bulan yang lalu, Form TB-12
Formulir Penemuan Dahak Untuk Cross Check Hasil Pemeriksaan, Form TB-
13 Laporan Penerimaan dan Pemakaian Obat di Kabupaten.
Monitoring dan evaluasi program adalah melalui indikator-
indikator yang telah dijelaskan sebelumnya.
xvi
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pelaksanaan kegiatan Field Lab topik Penanggulangan Penyakit Menular
Tuberkulosis di Puskesmas Jaten, Karanganyar berjalan dengan baik dan
edukatif.
2. Pelaksanaan Field Lab di Puskemas Jaten dilakukan selama 1 kali survey
beserta penyerahan surat tugas dan 3 kali pertemuan.
3. Hal-hal yang dilakukan dalam pelaksanaan Field Lab ini berupa review
materi TB, belajar cara memeriksa sampel dahak pasien, baik pembuatan
preparat serta melihat preparat dibawah mikroskop, dikenalkan dengan
macam obat-obat yang diberikan kepada pasien TBC BTA (+),
dikenalkan dengan macam-macam form program TB Nasional dan
belajar cara perhitungan indikator-indikator dalam program penanganan
TB.
B. SARAN
1. Peran aktif masyarakat dan keluarga penderita/suspect TB dengan
melapor ke Unit Pelayanan Kesehatan seharusnya lebih ditingkatkan,
agar penemuan suspek dan pasien dengan TB BTA (+) oleh Unit
Pelayanan Kesehatan dapat optimal.
2. Kader-kader kesehatan sebagai perpanjangan tangan dari Puskesmas
mempunyai peran aktif dalam penemuan suspect TB, disamping dengan
mendapat laporan dari masyarakat sekitar suspect TB.
3. Peningkatan kuantitas edukasi/penyuluhan mengenai Penyakit TB dapat
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bagaimana cara
melakukan upaya-upaya preventif tehadap penyakit TB, sesuai dengan
paradigma sehat yang sedang digalakkan oleh pemerintah.
xvii
4. Edukasi tentang bagaimana gejala, cara-cara diagnosis dan
penatalaksanaan pasien TB kepada masyarakat terkait dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya peran aktif
masyarakat dalam Program Penanganan TB.
xviii
DAFTAR PUSTAKA
Depkes-IDAI. 2008. Diagnosis dan Tatalaksana Tuberkulosis Anak. Kelompok
Kerja TB Anak Depkes-IDAI.
Depkes RI. 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Cetakan ke-
8. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Field Lab FK UNS dan Tim UPTD Puskesmas Sibela Surakarta. 2012.
Pengendalian Penyakit Menular: Tuberculosis. Surakarta: Field Lab FK
UNS
Price, Sylvia Anderson & Lorraine McCarty Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep
Klinik Proses-proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC
Kartasasmita, CB. dan Darfioes Basir. 2008. Epidemiologi Tuberkulosis. dalam:
Rahajoe, et al. (ed.). Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi Pertama.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI
Siregar Zakaria H, Lubis Chairuddin P, Lubis Helmi M, Daulay Ridwan M. 2004.
Survei Tuberkulosis pada Anak di Pedesaan. Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
xix