Laporan Kegiatan Field Lab Tb Anak

26
LAPORAN KEGIATAN FIELD LAB KETERAMPILAN PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS PUSKESMAS JATEN I, KARANGANYAR OLEH : KELOMPOK 18 1. Amarisanti G0011018 2. Angga Suryawinata G0011024 3. Bima Kusuma Jati G0011054 4. Deyona Annisa Putri G0011072 5. Esty Jayanti G0011086 6. Indah Purnama Sari G0011114 i

description

Field Lab TB pada anak

Transcript of Laporan Kegiatan Field Lab Tb Anak

Page 1: Laporan Kegiatan Field Lab Tb Anak

LAPORAN KEGIATAN FIELD LAB

KETERAMPILAN

PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS

PUSKESMAS JATEN I, KARANGANYAR

OLEH :

KELOMPOK 18

1. Amarisanti G0011018

2. Angga Suryawinata G0011024

3. Bima Kusuma Jati G0011054

4. Deyona Annisa Putri G0011072

5. Esty Jayanti G0011086

6. Indah Purnama Sari G0011114

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

i

Page 2: Laporan Kegiatan Field Lab Tb Anak

LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan laporan Field Lab dengan topik ”Keterampilan

Penanggulangan Tuberkulosis” dengan keterangan di bawah ini :

Kelompok : 18

Tempat : Puskesmas Jaten 1, Karanganyar

Waktu : - Senin, 5 November 2012 (Survey)

- Senin, 12 November 2012

- Senin, 19 November 2012

- Senin, 26 November 2012

Mengesahkan,

Mengesahkan,

Kepala Puskesmas Jaten I, Instruktur Lapangan,

drg. Ririn Nurliyani BR, M.Kes dr. Handayani Tri Wardani

NIP. 197012262005012007 NIP. 197809022010012012

ii

Page 3: Laporan Kegiatan Field Lab Tb Anak

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN INSTRUKTUR LAPANGAN........................ ii

DAFTAR ISI................................................................................................ iii

BAB I. Pendahuluan dan Tujuan Pembelajaran........................................... 1

BAB II. Kegiatan yang Dilakukan............................................................... 3

BAB III. Pembahasan.................................................................................. 7

BAB IV. Penutup......................................................................................... 12

Daftar Pustaka

iii

Page 4: Laporan Kegiatan Field Lab Tb Anak

BAB I

PENDAHULUAN DAN TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Pendahuluan

Sejak akhir 1990-an, terutama di negara maju, telah dilakukan

deteksi beberapa penyakit yang kembali muncul dan menjadi masalah (re-

emerging disease), salah satunya tuberkulosis. (Kartasasmita, CB. dan

Darfioes Basir, 2008).

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan

Mycobacterium tuberculosis. (Price dan Wilson, 2005).

World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa 1/3

penduduk dunia (dua miliar orang), telah terinfeksi Mycobacterium

tuberculosis, dengan angka tertinggi di Afrika, Asia, dan Amerika Latin.

(Kartasasmita, CB. dan Darfioes Basir, 2008)

Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat.

Indonesia masih menjadi negara ke-3 terbanyak kasus TB setelah India dan

China, dengan jumlah pasien 10% dari jumlah pasien dunia. Diperkirakan

pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000

orang. Insidensi kasus TB BTA (+) sekitar 110/100.000 penduduk. (Field Lab

FK UNS dan Tim UPTD Puskesmas Sibela Surakarta, 2009)

Sedangkan untuk kasus anak di negara berkembang, termasuk di

Indonesia, kasus TB anak mengalami kenaikan setiap tahun. Di Indonesia,

dalam mengatasi kasus TB yang semakin meningkat, telah dilaksanakan

program Pemberantasan Penyakit Tuberkulosis Paru dengan strategi DOTS

(Directly Observed Treatment, Shortcourse chemotherapy) sejak tahun 1995,

yang direkomendasikan oleh WHO. Bank Dunia juga menyatakan bahwa

strategi DOTS merupakan strategi kesehatan yang paling cost-effective.

(Depkes RI, 2002)

Untuk kasus TB anak, dikarenakan kesulitan dalam penegakan

diagnosa TB anak, WHO berupaya untuk membuat konsensus sehingga dapat

iv

Page 5: Laporan Kegiatan Field Lab Tb Anak

mengurangi overdiagnosis atau underdiagnosis dalam penegakan diagnosa

TB anak. (Kartasasmita, CB. dan Darfioes Basir, 2008)

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah melakukan kegiatan laboratorium lapangan, diharapkan mahasiswa

mampu:

1. Menjelaskan standar diagnostik TB yang mengacu International

Standard for Tuberculosis Care (ISTC).

2. Menjelaskan penatalaksanaan TB yang mengacu International Standard

for Tuberculosis Care (ISTC).

3. Mendemonstrasikan cara penemuan suspek dan kasus TB dengan

strategi DOTS.

4. Mendemonstrasikan cara pencatatan dan pelaporan kasus TB dengan

strategi DOTS.

5. Melakukan perhitungan angka keberhasilan pengobatan kasus TB.

6. Mendemonstrasikan cara monitoring dan evaluasi pengobatan kasus

TB dengan strategi DOTS.

v

Page 6: Laporan Kegiatan Field Lab Tb Anak

BAB IIKEGIATAN YANG DILAKUKAN

Pelaksanaan field lab diawali survei ke Puskesmas Jaten I, Karanganyar,

pada senin, 5 November 2012, untuk melakukan persiapan rute menuju

puskesmas dan pengenalan diri dengan pihak puskesmas. Berdasarkan tahap

survey, diperoleh kesepakatan bahwa field lab akan dilaksanakan 3 kali pertemuan

dengan rincian :

1. Senin, 12 November 2012 : Tahap I2. Senin, 19 November 2012 : Tahap II3. Senin, 26 November 2012 : Tahap III

A. Tahap I (12 November 2012)

Pada tahap I, dilaksanakan bimbingan dari para petugas puskesmas,

disampaikan oleh drg. Ririn Nurliyani BR, M.Kes (Kapuskes Jaten I), dr.

Handayani Tri Wardani (Instruktur FL), dan pemegang program

penanggulangan TB di Puskesmas Jaten I, yaitu Bu Nur Cahyaningsih.

Bimbingan yang dimaksud yaitu :

1) Teori dasar mengenai tuberkulosis (pengertian, penyebab, cara penularan,

gejala, standar diagnostik, cara penemuan suspek dan kasus, cara pencatatan

dan pelaporan, upaya penanggulangan dengan pencegahan menggunakan

strategi DOTS, tujuan terapi, serta penatalaksanaan)

2) Program TB di UPK, meliputi penemuan penderita, pengobatan, pelayanan

jaminan logistik, pengelolaan laboratorium, serta penjaminan mutu.

Kemudian sesi tanya jawab tentang materi yang telah diberikan,

observasi sediaan obat tuberkulosis, serta pemberian form Program TB

Nasional (TB-01, TB-02, TB-04, TB-05, TB-06, TB-09, TB 10) dari petugas

puskesmas. Pada field lab tahap I juga dibicarakan field lab tahap II. Instruktur

mengarahkan untuk mempelajari materi TB lebih lanjut agar pada field lab

tahap II mahasiswa dapat bertanya tentang hal yang belum dimengerti. Selain

itu mahasiswa diberi kesempatan untuk mengamati proses pembuatan &

vi

Page 7: Laporan Kegiatan Field Lab Tb Anak

pewarnaan preparat sputum BTA (+). Kemudian juga direncanakan bahwa

kelompok besar dibagi menjadi 2 kelompok kecil, dengan fokus kelompok 1,

yaitu TB anak, dan kelompok 2 yaitu TB dewasa.

B. Tahap II (19 November 2012)

Pada field lab tahap II, observasi pembuatan preparat & pewarnaan

preparat dengan metode Ziehl Nielssen, dimana pelaksanaan oleh petugas

Puskesmas Jaten I, Ibu Suratmi, Amd.Ak. Dari hasil observasi ini diperoleh

pengetahuan tentang pembuatan preparat dan pewarnaan BTA yang baik dan

benar. Selain observasi tersebut, dilakukan praktek penghitungan indikator

dalam penanggulangan TB selama 1 tahun di Puskesmas Jaten I sebagai

latihan, dengan menggunakan data pada tahun 2011, sementara pada laporan,

menggunakan data pada tahun 2012.

Indikator- Indikator dalam Penanggulangan TB Tahun 2012

1. Angka Penemuan Suspek (Triwulan 1)Diketahui : Jumlah suspek yang diperiksa = 35

CDR

=107100 . 000

x Jumlah Penduduk

=107100 . 000

x 36. 680

= 39,25 Angka perkiraan Suspek = 10% X CDR

= 10% X 39,25= 3,925

Angka Penemuan Suspek

=Jumlah suspek yang diperiksaJumlah perkiraan suspek

x 100%

=353,925

x 100% = 8,91%

Angka Penemuan Suspek (Triwulan II)Diketahui : Jumlah suspek yang diperiksa = 51

CDR

=107100 . 000

x Jumlah Penduduk

vii

Page 8: Laporan Kegiatan Field Lab Tb Anak

=107100 . 000

x 36. 680

= 39,25 Angka perkiraan Suspek = 10% X CDR

= 10% X 39,25= 3,925

Angka Penemuan Suspek=Jumlah suspek yang diperiksa

Jumlah perkiraan suspek x 100%

=513,925

x 100% = 12,9%

2. Angka Penemuan BTA (+) diantara Suspek (Triwulan I)Angka Penemuan BTA (+) = 4 orangJumlah Seluruh Suspek = 35 orangAngka Penemuan TB BTA (+)

=Jumlah pasien TB BTA (+) yang ditemukanJumlah seluruh suspek TB yang diperiksa

x 100%

= 435

x 100%

= 11,4 %Simpulan : Angka ini sesuai target, yaitu 5-15%Angka Penemuan BTA (+) diantara suspek (Triwulan II)Angka Penemuan BTA (+) = 6 orangJumlah Seluruh Suspek = 51 orangAngka Penemuan TB BTA (+)

=Jumlah pasien TB BTA (+) yang ditemukanJumlah seluruh suspek TB yang diperiksa

x 100%

= 651

x 100%

= 11,7 %Simpulan : Angka ini sesuai target angka minimal, yaitu >80%

3. Angka KonversiData tahun 2012 tidak lengkap, sehingga tidak dapat dilakukan penghitungan. Maka, untuk indikator ini, digunakan data pada tahun 2011 dengan perhitungan selama 1 tahun, bukan perhitungan triwulan.

Angka Konversi =

Jumlah pasien TB BTA (+) yang konversiJumlah seluruh suspek TB yang diobati

x 100%

=1415

x 100%

viii

Page 9: Laporan Kegiatan Field Lab Tb Anak

= 93,3%

Simpulan : Angka ini sesuai target angka minimal, yaitu >80%4. Angka Kesembuhan

Data tahun 2012 tidak lengkap, sehingga tidak dapat dilakukan penghitungan. Maka, untuk indikator ini, digunakan data pada tahun 2011 dengan perhitungan selama 1 tahun, bukan perhitungan triwulan.Jumlah pasien baru BTA (+) yang sembuh = 13Jumlah pasien baru TB BTA (+) yang diobati = 15

Angka Pengobatan `=

Jumlah pasien TB BTA (+) yang sembuhJumlah seluruh suspek TB yang diobati

x 100%

=1315

x 100%

= 87%

Simpulan : Angka ini sesuai target angka minimal, yaitu >85%5. Proporsi pasien TB paru BTA (+) diantara semua pasien TB paru

tercatat/diobati (Triwulan I)Jumlah seluruh pasien = 5BTA (+) = 5Kambuh = 0Anak = 0BTA (+), Rontgen (+) = 0Proporsi Pasien TB Paru (+)

=Jumlah pasien TB BTA (+)( baru )Jumlah seluruh pasien (semua tipe )

x 100%

=5

5 x 100%

= 100%Simpulan : Angka ini sesuai target angka minimal, yaitu tidka kurang dari 65%

Proporsi pasien TB paru BTA (+) diantara semua pasien TB paru tercatat/diobati (Triwulan II)Jumlah seluruh pasien = 8BTA (+) = 7Kambuh = 0Anak = 1BTA (+), Rontgen (+) = 0

ix

Page 10: Laporan Kegiatan Field Lab Tb Anak

Proporsi Pasien TB Paru (+)

=Jumlah pasien TB BTA (+)( baru )Jumlah seluruh pasien (semua tipe )

x 100%

=7

8 x 100%

= 87,5%Simpulan : Angka ini sesuai target angka minimal, yaitu tidka kurang dari

65%

Pada field lab tahap II ini, mahasiswa juga diberi sample form TB-01

(Kartu Pengobatan TBC) dengan kasus TB pada anak, untuk kemudian

dipelajari.

C. Tahap III (26 November 2012)

Tahap ini direncanakan sebagai rangkaian kegiatan field lab

terakhir, yaitu pada Senin, 26 November 2012, dimana akan dilakukan

presentasi hasil kegiatan dan penyerahan laporan kegiatan kepada

instruktur lapangan untuk disetujui/disahkan.

Kegiatan ini dilakukan secara terpisah, yaitu oleh masing- masing

kelompok kecil dengan pembahasan yang telah ditentukan. Kemudian

setelah presentasi selesai, dilanjutkan evaluasi, baru kemudian laporan

kedua kelompok digabungkan.

x

Page 11: Laporan Kegiatan Field Lab Tb Anak

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1 MATERI DASAR TUBERKULOSIS PADA ANAK

1. Tuberkulosis

Tuberkulosis merupakan penyakit yang sudah sangat lama

dikenal. Kuman Mycobacterium tuberculosis, penyebab tuberkulosis

ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882. Di Indonesia, tuberkulosis

masih merupakan masalah yang menonjol, dimana Indonesia menduduki

peringkat ketiga kasus terbanyak di dunia. TB anak mempunyai

permasalahan khusus yang berbeda dengan orang dewasa. Pada TB anak,

masalah yang dihadapi adalah masalah diagnosis, pengobatan,

pencegahan, serta TB pada infeksi HIV. Karena sulitnya diagnosis TB

anak, sering terjadi overdiagnosis sehingga terjadi overtreatment. Dilain

pihak juga ditemukan underdiagnosis dan undertreatment. Hal itu terjadi

karena sumber penyebaran TB pada umunya adalah orang dewasa dengan

sputum BTA (+), sehingga penanggulangan TB ditekankan pada

pengobatan TB dewasa. Akibatnya penanganan TB anak kurang

diperhatikan. (Depkes, 2008)

2. Diagnosis TB pada Anak

Diagnosis pasti TB ditegakkan dengan ditemukannya

M.Tuberculosis pada pemeriksaan sputum atau bilasan lambung, cairan

serebrospinal, cairan pleura, atau biosi jaringan. Pada anak, kesulitan

menegakkan diagnosis pasti disebabkan oleh sedikitnya jumlah kuman

(paucbacillary) dan sulitnya pengambilan spesimen (sputum). Karena itu,

diagnosis TB anak bergantung pada penemuan klinis dan radiologis, yang

keduanya sering tidak spesifik. Kadang TB anak ditemukan karena

ditemukannya TB dewasa di sekitarnya. Diagnosis TB ditentukan berdasar

gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang (uji tuberkulin, pemeriksaan

lab, foto rontgen dada). Adanya riwayat kontak dengan pasien TB dewasa

xi

Page 12: Laporan Kegiatan Field Lab Tb Anak

BTA (+), uji tuberculin (+), dan foto paru yang mengarah pada TB

(sugestif TB) adalah bukti kuat, menyatakan anak sakit TB.

Karena gejala yang tidak khas, diagnosis TB anak menjadi sulit.

Maka dibuatlah suatu sistem skoring untuk memudahkan penanganan TB

anak.

Pada sarana yang memadai, sistem skoring di atas digunakan sebagai

screening. Bila perlu, dilakukan pemeriksaan penunjang lain seperti

bilasan lambung (BTA dan kultur), patologi anatomi, pungsi pleura,

pungsi lumbal, CT-scan, funduskopi, atau foto rontgen tulang dan sendi.

3. Pemeriksaan Penunjang TB pada Anak

a. Uji Tuberkulin (Mantoux)xii

Page 13: Laporan Kegiatan Field Lab Tb Anak

Uji tuberkulin secara Mantoux (penyuntikan intrakutan)

dengan semprit tuberkulin 1 cc jarum nomor 26. Tuberkulin yang

dipakai : tuberkulin PPD RT 23 kekuatan 2 TU. Pembacaan pada 48-72

jam setelah penyuntikan. Diukur diameter transveral dari indurasi yang

terjadi, Uji tuberkulin (+) bila indurasi >10 mm pada gizi baik, >5 mm

pada gizi buruk. Bila uji tuberkulin (+), menunjukkan infeksi TB dan

kemungkinan TB aktif pada anak. Namun uji tuberkulin dapat (-) pada

anak TB dengan anergi (malnutrisi, penyakit sangat berat, pemberian

imunosupresif, dll). Jika uji tuberkulin meragukan dilakukan uji ulang.

(Depkes RI, 2002)

b. Foto Rontgen Dada

Gambar rontgen TB paru pada anak tidak khas dan interpretasi

foto biasanya sulit. Paling mungkin jika ditemukan infiltrat. Gejala lain

dari foto rontgen yang mencurigai TBC adalah milier, atelektasis

/kolaps konsolidasi, infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau

paratrakeal, konsolidasi (lobus), reaksi pleura dan atau efusi pleura,

kalsifikasi, bronkiektasis, kavitas, destroyed lung. Jika ada

diskongruensi antara gambar klinis dan gambar rontgen harus dicurigai

TB. Foto rontgen dada sebaiknya dilakukan PA dan lateral, tetapi kalau

tidak mungkin PA saja. (Depkes RI, 2002)

c. Pemeriksaan Mikrobiologi dan Serologi

Pemeriksaan BTA mikroskopis langsung pada anak biasanya

dilakukan dari bilasan lambung karena dahak sulit didapat. Pemeriksaan

BTA secara biakan (kultur) memerlukan waktu lama. Cara baru

mendeteksi kuman TBC dengan cara PCR (Polymery chain Reaction)

atau Bactec masih belum dapat dipakai dalam klinis praktis.

Pemeriksaan serologis seperti Elisa, Pap, Mycodot dll. masih

memerlukan penelitian lebih lanjut. (Depkes RI, 2002)

4. Penatalaksanaan pada TB anak

Beberapa hal penting dalam tatalaksana TB anak adalah :

Obat TB dalam paduan obat, tidak boleh diberikan sebagai monoterapi

xiii

Page 14: Laporan Kegiatan Field Lab Tb Anak

Pemberian gizi yang adekuat

Mencari penyakit penyerta dan jika ada ditatalaksana secara simultan.

Penatalaksanaan medikamentosa TB terdiri dari terapi dan profilaksis.

a. PENGOBATAN TB PADA ANAK

Prinsip dasar pengobatan TB anak tidak berbeda dengan TB

dewasa tetapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :

Pemberian obat baik (tahap intensif & tahap lanjutan) diberikan

setiap hari

Dosis obat harus disesuaikan dengan berat badan anak

Obat TB anak tersedia dalam bentuk kombipak. Susunan

paduan obat TB anak adalah 2HRZ/4HR

Tabel Jenis Dan Dosis Obat TB Anak berdasarkan Rekomendasi

IDAI

Catatan: Penderita dengan BB <5 kg harus dirujuk.

Pemantauan kemajuan pengobatan pada anak dapat dilihat dengan

terjadinya perbaikan klinis, naiknya BB dan anak menjadi lebih aktif dibanding

sebelum pengobatan. (Depkes RI, 2002)

b. Pengobatan Pencegahan untuk anak

Semua anak yang tinggal serumah/ kontak erat dengan

penderita TB BTA positif berisiko lebih besar untuk terinfeksi. Infeksi

pada anak dapat berlanjut menjadi penyakit TB, sebagian menjadi

penyakit yang lebih serius (misalnya meningitis dan milier) dan dapat

menimbulkan kematian. Profilaksis TB anak berupa :

Bila anak mempunyai gejala seperti TB harus dilakukan

pemeriksaan lebih lanjut sesuai dengan alur deteksi dini TB anak.

xiv

Jenis Obat BB <10 kg BB 10-20 Kg BB 20-33 Kg

Isoniazid 50 mg 100 mg 200 mg

Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg

Pirazinamid 150 mg 300 mg 600 mg

Page 15: Laporan Kegiatan Field Lab Tb Anak

Bila anak balita tidak mempunyai gejala seperti TB, harus diberikan

pengobatan pencegahan : Isoniasid (INH) 5 mg/kgBB per hari

selama 6 bulan Bila anak belum pernah mendapat imunisasi BCG

perlu diberi BCG setelah pengobatan pencegahan dengan INH

selesai. (Depkes RI, 2002)

3.2 MANAJEMEN PROGRAM TUBERKULOSIS PADA ANAK DI UPK

Secara umum,manajemen program adalah sebagai berikut :

Penemuan pasien TB dilakukan sesuai metode DOTS, yaitu metode pasif

dengan promosi aktif melalui penyuluhan dengan peran dari kader- kader

puskesmas, juga pemeriksaan terhadap kontak pasien TB terutama mereka

yang BTA positif dan keluarga anak penderita TB yang menunjukkan gejala

sama. Jika batuk lebih dari 2 minggu maka disebut suspek dan dicatat pada

Form TB-06 (Daftar tersangka Pasien (Suspek) TB yang diperiksa Dahak

SPS. Setelah dicatat pada form TB-06, suspek TB dengan batuk >2 minggu

menjadi indikasi untuk dilakukan pemeriksaan sputum di Lab dengan Form

TB-05 (Formulir Permohonan Laboratorium TBC untuk Pemeriksaan Dahak)

kemudian di laboratorium dilakukan regristrasi dengan Form TB-04 (Register

Laboratorium). Apabila hasil dari laboratorium positif maka pasien

merupakan pasien TB aktif . Lalu dilakukan cek kontak dengan pasien TB,

mencatat jumlah suspek dan BTA yang diperiksa, menetapkan pengobatan

(jenis paduan obat), kemudian dicatat di Form TB-01 (Kartu Pengobatan TB)

yang dipegang oleh puskesmas, lalu menentukan PMO, melakukan

penyuluhan kepada pasien dan PMO. Selain itu diisi juga Form TB-02 (Kartu

Identitas Pasien) dibawa pasien, dibawa setiap mengambil obat, konsultasi

dokter, dan periksa ulang dahak. Perlu diingat adanya pemantauan keteraturan

minum obat (follow-up) pengobatan yaitu FU-1 pada 2 bulan pengobatan

(akhir tahap intensif). Apabila BTA(+) menjadi BTA (-) disebut konversi.

Apabila tetap BTA (+), maka diberikan OAT sisispan. Kemudia FU-2 pada

bulan kelima, serta FU -3 pada akhir pengobatan. Pasien dikatakan sebuh

apabila BTA (-) pada 3 kali follow-up.

xv

Page 16: Laporan Kegiatan Field Lab Tb Anak

Pada pasien TB anak, apabila ada batuk >2 minggu dilakukan tes

scoring, apabila meragukan dilakukan tes tuberkulin, sementara apabila

hasilnya 6, diberikan OAT anak, dilakuakan pengobatan lengkap.

Kemudian di form ditulis pengobatan lengkap.

Selain form- form yang telah dijelaskan di atas, masih ada beberapa

form terkait menajemen program penanggulangan TB, yaitu : Form TB-03

Register TB Kabupaten, Form TB-07 Laporan tribulan Penemuan Kasus Baru

dan Kambuh, Form TB-08 Laporan Tribulan Hasil Terapi TB Paru yang

Terdaftar 12-15 Bulan Lalu, Form TB-09 Formulir Rujukan/Pindah Penderita

TBC, Form TB-10 Formulir Hasil Akhir Pengobatan dari Penderita TBC

Pindahan, Form TB-11 Laporan Tribulan Hasil Pemeriksaan Akhir Tahap

Intensif untuk Penderita yang Terdaftar 3-6 bulan yang lalu, Form TB-12

Formulir Penemuan Dahak Untuk Cross Check Hasil Pemeriksaan, Form TB-

13 Laporan Penerimaan dan Pemakaian Obat di Kabupaten.

Monitoring dan evaluasi program adalah melalui indikator-

indikator yang telah dijelaskan sebelumnya.

xvi

Page 17: Laporan Kegiatan Field Lab Tb Anak

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Pelaksanaan kegiatan Field Lab topik Penanggulangan Penyakit Menular

Tuberkulosis di Puskesmas Jaten, Karanganyar berjalan dengan baik dan

edukatif.

2. Pelaksanaan Field Lab di Puskemas Jaten dilakukan selama 1 kali survey

beserta penyerahan surat tugas dan 3 kali pertemuan.

3. Hal-hal yang dilakukan dalam pelaksanaan Field Lab ini berupa review

materi TB, belajar cara memeriksa sampel dahak pasien, baik pembuatan

preparat serta melihat preparat dibawah mikroskop, dikenalkan dengan

macam obat-obat yang diberikan kepada pasien TBC BTA (+),

dikenalkan dengan macam-macam form program TB Nasional dan

belajar cara perhitungan indikator-indikator dalam program penanganan

TB.

B. SARAN

1. Peran aktif masyarakat dan keluarga penderita/suspect TB dengan

melapor ke Unit Pelayanan Kesehatan seharusnya lebih ditingkatkan,

agar penemuan suspek dan pasien dengan TB BTA (+) oleh Unit

Pelayanan Kesehatan dapat optimal.

2. Kader-kader kesehatan sebagai perpanjangan tangan dari Puskesmas

mempunyai peran aktif dalam penemuan suspect TB, disamping dengan

mendapat laporan dari masyarakat sekitar suspect TB.

3. Peningkatan kuantitas edukasi/penyuluhan mengenai Penyakit TB dapat

meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bagaimana cara

melakukan upaya-upaya preventif tehadap penyakit TB, sesuai dengan

paradigma sehat yang sedang digalakkan oleh pemerintah.

xvii

Page 18: Laporan Kegiatan Field Lab Tb Anak

4. Edukasi tentang bagaimana gejala, cara-cara diagnosis dan

penatalaksanaan pasien TB kepada masyarakat terkait dapat

meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya peran aktif

masyarakat dalam Program Penanganan TB.

xviii

Page 19: Laporan Kegiatan Field Lab Tb Anak

DAFTAR PUSTAKA

Depkes-IDAI. 2008. Diagnosis dan Tatalaksana Tuberkulosis Anak. Kelompok

Kerja TB Anak Depkes-IDAI.

Depkes RI. 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Cetakan ke-

8. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Field Lab FK UNS dan Tim UPTD Puskesmas Sibela Surakarta. 2012.

Pengendalian Penyakit Menular: Tuberculosis. Surakarta: Field Lab FK

UNS

Price, Sylvia Anderson & Lorraine McCarty Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep

Klinik Proses-proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC

Kartasasmita, CB. dan Darfioes Basir. 2008. Epidemiologi Tuberkulosis. dalam:

Rahajoe, et al. (ed.). Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi Pertama.

Jakarta: Badan Penerbit IDAI

Siregar Zakaria H, Lubis Chairuddin P, Lubis Helmi M, Daulay Ridwan M. 2004.

Survei Tuberkulosis pada Anak di Pedesaan. Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

xix