MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN ...MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN...

28
MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) Tim Revisi : Annang Giri Moelyo, dr, SpA, MKes. Widardo, Drs, MSc. Galih Herlambang, SKed. FIELD LAB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2011

Transcript of MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN ...MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN...

Page 1: MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN ...MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) Tim Revisi : Annang Giri Moelyo, dr, SpA, MKes. Widardo,

MODUL FIELD LAB

EDISI REVISI II

KETERAMPILAN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS)

Tim Revisi :

Annang Giri Moelyo, dr, SpA, MKes.

Widardo, Drs, MSc.

Galih Herlambang, SKed.

FIELD LAB

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2011

Page 2: MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN ...MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) Tim Revisi : Annang Giri Moelyo, dr, SpA, MKes. Widardo,

1

TIM REVISI

1. Annang Giri Moelyo, dr, SpA, MKes.

2. Widardo, Drs, MSc.

3. Galih Herlambang, SKed.

Ucapan terima kasih kepada :

Dr. Diffah Hanim, Dra, MSi.

Page 3: MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN ...MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) Tim Revisi : Annang Giri Moelyo, dr, SpA, MKes. Widardo,

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Azza

wa jalla, karena atas berkah dan karunia-Nya Modul Field

lab : Ketrampilan Managemen Terpadu Balita Sakit

(MTBS) ini dapat tersusun. Modul ini disusun oleh tim

revisi modul Field lab FK UNS dimana diawali oleh

koordinator Field lab FK UNS. Modul ini sudah

mengalami revisi ke-2 dimana revisi pertama dilakukan

pada tahun 2010.

Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS diharapkan

nantinya akan dapat melayani masyarakat luas, dengan

tuntutan kompetensi profesi dokter yang sudah berbeda

dibandingkan jaman dulu. Dokter masa depan diharapkan

adalah seorang dokter yang mumpuni, dalam menangani

masalah terutama masalah kesehatan individu maupun

masyarakat terutama anak-anak. Dalam melaksanakan

KIPDI III Fakultas Kedokteran UNS melaksanakan

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Salah satu

kompetensi yang harus dimiliki adalah kedokteran

komunitas, dengan demikian perlu dilakukan bentuk

pembelajaran yang mendukung tercapainya kompetensi

tersebut melalui kegiatan laboratorium lapangan.

Akhir kata, tim Field Lab mengucapkan

terimakasih sebesar-besarnya pada pihak yang telah

membantu tersusunnya manual dengan topic Managemen

Terpadu Balita Sakit (MTBS). Semoga pelaksanaan

laboratorium lapangan topik MTBS ini dapat berjalan

lancar.

Surakarta, September 2011

Tim Penyusun

Page 4: MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN ...MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) Tim Revisi : Annang Giri Moelyo, dr, SpA, MKes. Widardo,

3

DAFTAR ISI

BAB I. Pendahuluan ..................................................... 4

BAB II. Tinjauan Pustaka ............................................. 7

BAB III. Program Kemenkes dalam MTBS ................. 18

BAB IV. Strategi Pembelajaran .................................... 21

BAB V. Skala Penilaian ................................................ 25

Daftar Pustaka ............................................................... 27

Page 5: MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN ...MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) Tim Revisi : Annang Giri Moelyo, dr, SpA, MKes. Widardo,

4

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap tahun, lebih dari sepuluh juta anak di dunia

meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun. Lebih dari

setengahnya disebabkan dari 5 kondisi yang sebenarnya

dapat dicegah dan diobati antara lain: pneumonia, diare,

malaria, campak dan malnutrisi dan seringkali kombinasi

beberapa penyakit (Soenarto, 2009). Selain itu, lima

kondisi di atas menyebabkan 10,8 juta kematian balita di

negara berkembang tahun 2005. Hal di atas dapat

disebabkan oleh rendahnya kualitas pelayanan kesehatan.

Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan dapat

dipengaruhi oleh masalah dalam ketrampilan petugas

kesehatan, sistem kesehatan dan praktek di keluarga dan

komunitas. Perlu adanya integrasi dari ketiga faktor di atas

untuk memperbaiki kesehatan anak tersebut sehingga

tercipta peningkatan derajat kesehatan anak. Perbaikan

kesehatan anak dapat dilakukan dengan memperbaiki

manajemen kasus anak sakit, memperbaiki gizi,

memberikan imunisasi, mencegah trauma, mencegah

penyakit lain dan memperbaiki dukungan psikososial

(Soenarto, 2009). Berdasarkan alasan tersebut, muncullah

program Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).

MTBS merupakan suatu manajemen melalui

pendekatan terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita

sakit yang datang di pelayanan kesehatan, baik mengenai

beberapa klasifikasi penyakit, status gizi, status imunisasi

maupun penanganan balita sakit tersebut dan konseling

yang diberikan. (Wijaya, 2009). MTBS mengintegrasikan

perbaikan sistem kesehatan, manajemen kasus, praktek

kesehatan oleh keluarga dan masyarakat, dan hak anak

Page 6: MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN ...MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) Tim Revisi : Annang Giri Moelyo, dr, SpA, MKes. Widardo,

5

(Soenarto, 2009). Penilaian balita sakit dengan MTBS

terdiri atas klasifikasi penyakit, identifikasi tindakan,

pengobatan, perawatan di rumah dan kapan kembali.

Kegiatan MTBS memiliki tiga komponen khas yang

menguntungkan, yaitu: meningkatkan ketrampilan petugas

kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit,

memperbaiki sistem kesehatan, dan memperbaiki praktek

keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan

upaya pertolongan kasus balita sakit (Wijaya, 2009;

Depkes RI, 2008).

Pelaksanaan MTBS tidak terlepas dari peran

petugas pelayanan kesehatan. Pengetahuan, keyakinan dan

ketrampilan petugas pelayanan kesehatan dalam

penerapan MTBS perlu ditingkatkan guna mencapai

keberhasilan MTBS dalam meningkatkan derajat

kesehatan anak khususnya balita. Dokter sebagai salah

satu petugas pelayanan kesehatan perlu memiliki

pemahaman di atas. Oleh karena itu, penting bagi

mahasiswa FK UNS sebagai calon dokter untuk

mempelajari pelaksanaan MTBS di tempat pelayanan

kesehatan dalam hal ini puskesmas.

B. Tujuan Pembelajaran

Adapun tujuan pembelajaran pada topik

keterampilan MTBS ini adalah diharapkan mahasiswa :

1. Mampu melakukan penilaian balita sakit dengan

menggunakan pedoman MTBS.

2. Mampu menentukan klasifikasi masalah balita sakit

dengan menggunakan pedoman MTBS.

3. Mampu menilai status gizi balita (klinis dan

antropometris) menurut aturan WHO (2005) dan

memeriksa adanya penyakit penyerta.

Page 7: MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN ...MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) Tim Revisi : Annang Giri Moelyo, dr, SpA, MKes. Widardo,

6

4. Mampu melakukan dan menyarankan tindakan

berdasarkan klasifikasi balita sakit pada pedoman

MTBS.

5. Mampu melakukan pendampingan konseling balita

sakit berdasarkan pedoman MTBS berupa perawatan

di rumah.

6. Mampu melakukan pendampingan konseling berupa

kapan kembali untuk tindak lanjut.

Page 8: MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN ...MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) Tim Revisi : Annang Giri Moelyo, dr, SpA, MKes. Widardo,

7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dalam

bahasa Inggris yaitu Integrated Management of Childhood

Illness (IMCI) adalah suatu manajemen melalui

pendekatan terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita

sakit yang datang di pelayanan kesehatan, baik mengenai

beberapa klasifikasi penyakit, status gizi, status imunisasi

maupun penanganan balita sakit tersebut dan konseling

yang diberikan (Surjono et al, ; Wijaya, 2009; Depkes RI,

2008). Materi MTBS terdiri dari langkah penilaian,

klasifikasi penyakit, identifikasi tindakan, pengobatan,

konseling, perawatan di rumah dan kapan kembali untuk

tindak lanjut. MTBS bukan merupakan suatu program

kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana

balita sakit. Sasaran MTBS adalah anak umur 0-5 tahun

dan dibagi menjadi dua kelompok sasaran yaitu kelompok

usia 1 hari sampai 2 bulan dan kelompok usia 2 bulan

sampai 5 tahun (Depkes RI, 2008). Kegiatan MTBS

merupakan upaya yang ditujukan untuk menurunkan

angka kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan

dasar seperti puskesmas. World Health Organization

(WHO) telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat

cocok diterapkan negara-negara berkembang dalam

upaya menurunkan kematian, kesakitan dan

kecacatan pada bayi dan balita. MTBS telah digunakan di

lebih dari 100 negara dan terbukti dapat:

1. Menurunkan angka kematian balita,

2. Memperbaiki status gizi,

3. Meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan,

Page 9: MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN ...MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) Tim Revisi : Annang Giri Moelyo, dr, SpA, MKes. Widardo,

8

4. Memperbaiki kinerja petugas kesehatan,

5. Memperbaiki kualitas pelayanan dengan biaya

lebih murah.

(Soenarto, 2009)

Materi MTBS terdiri dari langkah penilaian,

klasifikasi penyakit, identifikasi tindakan, pengobatan,

konseling, perawatan di rumah dan kapan kembali. Bagan

penilaian anak sakit terdiri dari petunjuk langkah untuk

mencari riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik.

Klasifikasi dalam MTBS merupakan suatu keputusan

penilaian untuk penggolongan derajat keparahan penyakit.

Klasifikasi bukan merupakan diagnosis penyakit yang

spesifik. Setiap klasifikasi penyakit mempunyai nilai suatu

tindakan sesuai dengan klasifikasi tersebut. Tiap

klasifikasi mempunyai warna dasar, yaitu merah

(penanganan segera atau perlu dirujuk), kuning

(pengobatan spesifik di pelayanan kesehatan), dan hijau

(perawatan di rumah) sesuai dengan urutan keparahan

penyakit (Depkes RI, 2008; Surjono, et al, 1998). Tiap

klasifikasi menentukan karakteristik pengelolaan balita

sakit. Bagan pengobatan terdiri dari petunjuk cara

komunikasi yang baik dan efektif dengan ibu untuk

memberikan obat dan dosis pemberian obat, baik yang

harus diberikan di klinik maupun obat yang harus

diteruskan di rumah. Alur konseling merupakan nasihat

perawatan termasuk pemberian makan dan cairan di

rumah dan nasihat kapan harus kembali segera maupun

kembali untuk tindak lanjut (Surjono et al, 1998).

Page 10: MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN ...MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) Tim Revisi : Annang Giri Moelyo, dr, SpA, MKes. Widardo,

9

Gambar 1. Alur Bagan Pendekatan MTBS

Kegiatan MTBS memiliki 3 komponen khas yang

menguntungkan, yaitu:

§ Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan

dalam tatalaksana kasus balita sakit (selain dokter,

petugas kesehatan non-dokter dapat pula

memeriksa dan menangani pasien apabila sudah

dilatih);

§ Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan

terintegrasinya banyak program kesehatan dalam 1

kali pemeriksaan MTBS);

§ Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat

dalam perawatan di rumah dan upaya pencarian

pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan

pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan

kesehatan).

(Wijaya, 2009; Depkes RI, 2008)

Berikut ini gambaran singkat penanganan balita

sakit memakai pendekatan MTBS. Seorang balita sakit

dapat ditangani dengan pendekatan MTBS oleh petugas

kesehatan yang telah dilatih. Petugas memakai tool yang

disebut Algoritma MTBS untuk melakukan

penilaian/pemeriksaan dengan cara: menanyakan kepada

orang tua/wali, apa saja keluhan-keluhan/masalah anak

Page 11: MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN ...MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) Tim Revisi : Annang Giri Moelyo, dr, SpA, MKes. Widardo,

10

kemudian memeriksa dengan cara 'lihat dan dengar' atau

'lihat dan raba'. Setelah itu petugas akan

mengklasifikasikan semua gejala berdasarkan hasil tanya-

jawab dan pemeriksaan. Berdasarkan hasil klasifikasi,

petugas akan menentukan jenis tindakan/pengobatan,

misalnya anak dengan klasifikasi pneumonia berat atau

penyakit sangat berat akan dirujuk ke dokter puskesmas,

anak yang imunisasinya belum lengkap akan dilengkapi,

anak dengan masalah gizi akan dirujuk ke ruang

konsultasi gizi, dst.

Di bawah ini adalah gambaran pendekatan MTBS

yang sistematis dan terintegrasi tentang hal-hal yang

diperiksa pada pemeriksaan. Ketika anak sakit datang ke

ruang pemeriksaan, petugas kesehatan akan menanyakan

kepada orang tua/wali secara berurutan, dimulai dengan

memeriksa tanda-tanda bahaya umum seperti:

§ Apakah anak bisa minum/menyusu?

§ Apakah anak selalu memuntahkan semuanya?

§ Apakah anak menderita kejang?

Kemudian petugas akan melihat/memeriksa apakah anak

tampak letargis/tidak sadar?

Setelah itu petugas kesehatan akan menanyakan keluhan

utama lain:

§ Apakah anak menderita batuk atau sukar bernafas?

§ Apakah anak menderita diare?

§ Apakah anak demam?

§ Apakah anak mempunyai masalah telinga?

§ Memeriksa status gizi

§ Memeriksa anemia

§ Memeriksa status imunisasi

§ Memeriksa pemberian vitamin A

§ Menilai masalah/keluhan-keluhan lain (Depkes RI,

2008)

Page 12: MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN ...MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) Tim Revisi : Annang Giri Moelyo, dr, SpA, MKes. Widardo,

11

Berdasarkan hasil penilaian hal-hal tersebut di atas,

petugas akan mengklasifikasi keluhan/penyakit anak,

setelah itu melakukan langkah-langkah tindakan/

pengobatan yang telah ditetapkan dalam penilaian/

klasifikasi. Tindakan yang dilakukan antara lain:

§ Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah;

§ Mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di

rumah;

§ Menjelaskan kepada ibu tentang aturan-aturan

perawatan anak sakit di rumah, misal aturan

penanganan diare di rumah;

§ Memberikan konseling bagi ibu, misal: anjuran

pemberian makanan selama anak sakit maupun

dalam keadaan sehat;

§ Menasihati ibu kapan harus kembali kepada

petugas kesehatan, dan lain-lain.

Selain itu di dalam MTBS terdapat penilaian dan

klasifikasi bagi Bayi Muda berusia kurang dari 2 bulan,

yang disebut juga Manajemen Terpadu Bayi Muda

(MTBM). Penilaian dan klasifikasi bayi muda di dalam

MTBM terdiri dari:

§ Menilai dan mengklasifikasikan untuk

kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi

bakteri;

§ Menilai dan mengklasifikasikan diare;

§ Memeriksa dan mengklasifikasikan ikterus;

§ Memeriksa dan mengklasifikasikan kemungkinan

berat badan rendah dan atau masalah pemberian

Air Susu Ibu (ASI). Di sini diuraikan secara

terperinci cara mengajari ibu tentang cara

meningkatkan produksi ASI, cara menyusui yang

baik, mengatasi masalah pemberian ASI secara

sistematis dan terperinci, cara merawat tali pusat,

menjelaskan kepada ibu tentang jadwal imunisasi

Page 13: MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN ...MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) Tim Revisi : Annang Giri Moelyo, dr, SpA, MKes. Widardo,

12

pada bayi kurang dari 2 bulan, menasihati ibu cara

memberikan cairan tambahan pada waktu bayinya

sakit, kapan harus kunjungan ulang, dll;

§ Memeriksa status penyuntikan vitamin K1 dan

imunisasi;

§ Memeriksa masalah dan keluhan lain.

(Wijaya, 2009; Depkes RI, 2008)

B. Strategi Promosi MTBS

Untuk meningkatkan penemuan penderita

tuberkulosis, ISPA, Malaria, DBD secara dini pada anak

Balita diperlukan puskesmas dan Dinas Kesehatan

Kabupaten (DKK) setiap daerah menerapkan suatu

metode yang bersifat aktif selektif, yaitu MTBS. Aspek

positif dari data yang ada adalah walaupun Case Detection

Rate (CDR) rendah (karena penemuan pasif) tetapi target

cure rate tercapai, ini menunjukkan bahwa 85% dari yang

ditemukan sembuh berarti ada pemutusan rantai penularan

dengan sekitarnya. Dengan CDR yang masih rendah

walaupun yang ditemukan 85% sembuh ternyata masih

banyak anak Balita penderita TB di lapangan belum

ketemu dan diobati yang merupakan sumber penularan.

Dengan cara sekarang (berdasarkan hasil penelitian) akan

sulit untuk meningkatkan CDR. Sebaiknya dinas

kesehatan kabupaten dan Puskesmas menerapkan metode

penemuan penderita tuberkulosis dengan cara aktif selektif

yang terintegrasi dengan pelayanan gizi dan kesehatan

dasar di Posyandu maupun di Polindes, yaitu dengan

MTBS. Alasan yang dapat menjelaskan mengapa dinas

kesehatan kabupaten dan Puskesmas tidak dapat membuat

kebijakan dalam penemuan penderita tuberkulosis dan

penyakit infeksi anak Balita lainnya karena tidak adanya

pendanaan yang cukup untuk melakukan modifikasi serta

Page 14: MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN ...MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) Tim Revisi : Annang Giri Moelyo, dr, SpA, MKes. Widardo,

13

pendanaan program penurunan angka kesakitan dan

kematian anak Balita. Oleh karena itu perlu promosi

MTBS yang dapat membantu mencegah penularan

berbagai penyakit pada anak dan menolong penyembuhan

anak balita sakit di kota maupun di perdesaan. Sampai

saat ini strategi yang dikembangkan seperti terlihat pada

Gambar 2.

Gambar 2. Strategi Promosi MTBS di Negara

berkembang

C. MTBS Pilihan terbaik bukan yang lainnya

Dilihat dari cost-effective child health strategy

included in the basic package of essential health services

maka model MTBS yang dikembangkan di hampir seluruh

negara berkembang maka pilihan termurah dari aspek

Ministry of Health - different MoH departments and technical programmes

work together with professional societies, universities and others to plan and

implement the strategy

Families and Communities - promote appropriate home care

and safe and supportive environments for healthy growth

and development

Health Care Providers - attend one training course,

rather than an array of disease

-specific courses, and provide

integrated care

Health Facilities - provide support and

essential resources for the prevention

and treatment of major childhood illnesses

Children - receive holistic

care

Page 15: MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN ...MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) Tim Revisi : Annang Giri Moelyo, dr, SpA, MKes. Widardo,

14

pembiayaan kesehatan anak adalah MTBS pada pelayanan

kesehatan dasar seperti di Puskesmas dan beberapa

Posyandu yang sudah maju dan rutin melakukan kegiatan

pemantauan status gizi dan kesehatan anak balita.

Selanjutnya MTBS juga mampu sebagai emphasizes

capacity building at district level - facilitates

decentralization di hampir seluruh Puskesmas di setiap

Kecamatan. Di samping itu MTBS juga potential cost

savings through (rational use of drugs, reduces missed

opportunities, and pooling of resources). Artinya MTBS

mampu menghemat pembelian obat, menurunkan tingkat

kesalahan pemeriksaan dan dapat merupakan

penggabungan sumberdaya pelayanan kesehatan anak

balita sakit di Puskesmas.

Menurut Lesley Bamford dari National Department of

Health tahun 2008 yang mengatakan bahwa

Comprehensive approach to the care of the ill child, which

attempts to ensure appropriate and combined treatment of

the five major diseases. Artinya MTBS di hampir seluruh

Negara berkembang merupakan pelayanan kesehatan anak

balita sakit secara komprehensif karena dapat

mengkombinasikan pemeriksaan lima penyakit yang

dominant diderita anak balita. Namun dalam

perkembangannya ada sembilan penyakit yang harus

dicegah pada anak balita. Gambaran penyakit tersebut

dapat dilihat pada Gambar 3.

Page 16: MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN ...MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) Tim Revisi : Annang Giri Moelyo, dr, SpA, MKes. Widardo,

15

Gambar 3. Lima penyebab kematian anak balita

D. ASI sebagai makanan dan obat dalam MTBS

Dari aspek imunologik, ASI mengandung zat anti

infeksi, bersih dan bebas kontaminasi. Immunoglobulin A

(IgA) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi.

Sekretori IgA tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan

bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada saluran

pencernaan. Laktoferin yaitu sejenis protein yang

merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat

besi di saluran pencernaan. Lisosim, enzim yang

melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan Salmonella)

dan virus. Jumlah lisosim dalam ASI 300 kali lebih

banyak daripada susu sapi. Sel darah putih pada ASI pada

2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari

3 macam yaitu: Bronchus-Asociated Lympocyte Tissue

(BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocyte

All other (18%) HIV/AIDS (3%)) Congenital (4%)) Injuries (6%) Malaria (7%) Measles (8%) Diarrhoeal diseases (17%) Respiratory diseases (17%) Perinatal (20%)

Malnutrition is estimated to contribute to around 50% of

49% of child deaths

all childhood deaths.

Page 17: MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN ...MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) Tim Revisi : Annang Giri Moelyo, dr, SpA, MKes. Widardo,

16

Tissue (GALT) antibodi saluran pencernaan, dan

Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi

jaringan payudara ibu. Bakteri ini menjaga keasaman

flora usus bayi dan berguna untuk menghambat

pertumbuhan bakteri yang merugikan. Namun sampai

saat ini belum ada data yang menunjukkan bahwa kualitas

kolostrum dan ASI pada ibu menyusui penderita TB-Paru

apakah masih sama dengan ibu menyusui yang memiliki

status gizi dan kesehatan yang baik. Oleh karena itu, perlu

penelitian tentang kualitas kolostrum ASI pada penderita

TB Paru hubungannya dengan status gizi bayinya.

Hasil penelitian Hanim, dkk (2009) menunjukkan

bahwa pemberian ASI eksklusif enam bulan merupakan

jaminan ketahanan pangan bagi bayi-bayi yang sehat

maupun sedang sakit. Tidak ada bahan makanan yang

selalu tersedia setiap saat, terjangkau dan bernilai gizi

tinggi selain ASI, karena ASI saja merupakan makanan

lengkap untuk bayi hingga berumur 6 bulan. Oleh karena

itu, disarankan untuk memberi ASI eksklusif (hanya diberi

ASI hingga berumur 6 bulan). Penelitian ini telah

mengkaji hal tersebut pada ibu menyusui yang menderita

tuberkulosis. Ternyata ada perbedaan psikologis dalam

pemberian ASI eksklusif enam bulan antara penderita TB

dan ibu menyusui yang sehat. Pemberian MP-ASI yang

terlalu dini mengganggu penyerapan zat besi dalam ASI.

Namun meskipun menderita anemi, ibu tetap dapat

memproduksi ASI yang cukup untuk bayi mereka (WHO,

2002). Begitu pula pada ibu menyusui penderita penyakit

kronis seperti tuberkulosis akan tetap dapat memproduksi

ASI yang cukup untuk bayi mereka. Berdasarkan hal

tersebut tidak ada alasan untuk tidak memberikan ASI

secara eksklusif selama enam bulan.

Selanjutnya MTBS pada bayi yang masih

mendapat ASI ternyata bayi lebih cepat berhasil sembuh

Page 18: MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN ...MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) Tim Revisi : Annang Giri Moelyo, dr, SpA, MKes. Widardo,

17

disbanding bayi yang tidak mendapat ASI secara

eksklusif. Adapun gambaran umum pelaksanaan MTBS

hubungannya dengan system pengembangan pelayanan

kesehatan anak dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Keterkaitan Pelayanan Kesehatan Anak

dalam MTBS

Case management guidelines and

training for individual diseases

Health education activities for

individual diseases

Drug supply and management

District level management of health services

Health system development

Integrated case management guidelines,

training and follow-up

Interventions to improve family

and community practices

Health worker

skills

Family and

commu

nity

Health

system

Page 19: MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN ...MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) Tim Revisi : Annang Giri Moelyo, dr, SpA, MKes. Widardo,

18

BAB III. PROGRAM KEMENKES UNTUK MTBS

DI PUSKESMAS

Rencana Aksi MTBS 2009-2014

n Component I: Improving case management skills of

first level workers through training and follow-up.

n Component II: Ensuring that health facility supports

required to provide effective IMCI care are in place.

n Component III: Household and Community

component – 16 key messages about child care at

household and community levels.

Gambar 5. Peran serta Masyarakat dalam MTBS

Appropriate infant

feeding

MTBS PMTCT

Plus EPI

Nutrition (Vitamin A)

Early diagnosis of HIV infection

Page 20: MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN ...MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) Tim Revisi : Annang Giri Moelyo, dr, SpA, MKes. Widardo,

19

Strategi Menuju MTBS:

1. Mengembalikan fungsi posyandu dan meningkatkan

kembali partisipasi masyarakat dan keluarga dalam

memantau tumbuh kembang balita, mengenali dan

menanggulangi secara dini balita yang mengalami

gangguan pertumbuhan melalui revitalisasi Posyandu

2. Meningkatkan kemampuan petugas, dalam manajemen

dan melakukan tatalaksana gizi buruk untuk

mendukung fungsi Posyandu yang dikelola oleh

masyarakat melalui revitalisasi Puskesmas

3. Menanggulangi secara langsung masalah gizi yang

terjadi pada kelompok rawan melalui pemberian

intervensi gizi (suplementasi), seperti kapsul Vitamin

A, MP-ASI dan makanan tambahan

4. Mewujudkan keluarga sadar gizi melalui promosi gizi,

advokasi dan sosialisasi tentang makanan sehat dan

bergizi seimbang dan pola hidup bersih dan sehat

5. Menggalang kerjasama lintas sektor dan kemitraan

dengan swasta/dunia usaha dan masyarakat untuk

mobilisasi sumberdaya dalam rangka meningkatkan

daya beli keluarga untuk menyediakan makanan sehat

dan bergizi seimbang

6. Meningkatkan Perilaku Sadar Gizi dengan :

• Memantau berat badan

• Memberi ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan

• Makan beraneka ragam

• Menggunakan garam beryodium

• Memberikan suplementasi gizi sesuai anjuran

7. Intervensi Gizi dan Kesehatan dalam MTBS

a. Memberikan perawatan/pengobatan di Rumah

Sakit dan Puskesmas pada anak balita gizi buruk

disertai penyakit penyerta

Page 21: MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN ...MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) Tim Revisi : Annang Giri Moelyo, dr, SpA, MKes. Widardo,

20

b. Pendampingan Pemberian Makanan Tambahan

(PMT) berupa MP-ASI bagi anak 6-23 bulan dan

PMT pemulihan pada anak 24-59 bulan kepada

balita gizi kurang baik yang memiliki penyakit

penyerta ataupun tidak ada penyakit penyerta

8. Advokasi dan pendampingan MTBS

a. Menyiapkan materi/strategi advokasi MTBS

b. Diskusi dan rapat kerja dengan DPRD secara

berkala tentang pelaksanaan dan anggaran MTBS

c. Melakukan pendampingan di semua Puskesmas di

setiap Kabupaten

Page 22: MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN ...MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) Tim Revisi : Annang Giri Moelyo, dr, SpA, MKes. Widardo,

21

BAB IV. STRATEGI PEMBELAJARAN

Strategi pembelajaran yang harus dilakukan mahasiswa

sebagai berikut :

1. Tahap persiapan :

• Satu kelompok dipandu 1 instruktur lapangan

(dokter/peyugas puskesmas).

• Lokasi: 6 DKK yang mempunyai kerjasama dengan

FK UNS (Sragen, Wonogiri, Sukoharjo, Klaten,

Karanganyar, Boyolali).

• Pembagian kelompok dilakukan oleh pengelola

Field Lab, konfirmasi dengan DKK, Puskesmas dan

kelompok mahasiswa.

• Pembekalan materi dan teknis pelaksanaan diberikan

pada kuliah pengantar field lab, sesuai jadwal dari

pengelola KBK FK UNS.

• Pada saat kuliah pengantar dilakukan pretest untuk

mahasiswa.

• Sebelum pelaksanaan, diharap mahasiswa

menghubungi instruktur lapangan (nomor telepon

instruktur lapangan tersedia di Field lab).

• Tiap mahasiswa membuat cara kerja, ditulis di buku

tulis, singkat dan jelas, sebelum pelaksanaan

diserahkan pada instruktur lapangan untuk diperiksa,

isi :

I. Tujuan Pembelajaran

II. Alat/Bahan yang diperlukan

III. Cara Kerja (singkat)

2. Tahap Pelaksanaan :

• Pelaksanaan di lapangan 2 hari, sesuai jadwal dari

tim pengelola KBK FK UNS.

Page 23: MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN ...MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) Tim Revisi : Annang Giri Moelyo, dr, SpA, MKes. Widardo,

22

Hari I : bimbingan oleh instruktur lapangan dan

pelaksanaan penerapan MTBS di

puskesmas

Hari II : pengumpulan laporan dan evaluasi

• Apabila waktu pelaksanaan kegiatan Field lab

dirasakan kurang,bisa dilakukan waktu lain diluar

jadwal yang sudah ditentukan atas kesepakatan

pihak puskesmas dengan mahasiswa tanpa

mengganggu kegiatan perkuliahan.

• Peraturan yang harus dipenuhi mahasiswa :

- Mahasiswa harus memakai jas laboratorium di

lapangan, jas lab dikancingkan dengan rapi.

- Mahasiswa datang sesuai jam kerja Puskesmas,

yaitu jam 07.30 menemui instruktur dan mengikuti

kegiatan sesuai arahan instruktur.

- Mengikuti kegiatan yang ada di wilayah kerja

puskesmas yang bersangkutan, untuk melakukan

penerapan MTBS dan didampingi instruktur atau

petugas puskesmas terkait.

3. Pembuatan Laporan

Tiap mahasiswa membuat laporan perorangan dua

eksemplar, 2-7 halaman (tidak termasuk cover dan

halaman pengesahan), hari ketiga kegiatan harus

diserahkan instruktur lapangan untuk disetujui/

disahkan, ditunjukkan dengan lembar tanda tangan

persetujuan instruktur lapangan Puskesmas dan

Fakultas. Jumlah laporan yang dikumpulkan untuk

Puskesmas sesuai kesepakatan dengan instruktur,

sedangkan untuk FK UNS selain laporan buku juga

diwajibkan menyerahkan laporan berupa:

- Laporan bentuk CD dibuat dengan isi laporan

individu dan kelompok

Page 24: MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN ...MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) Tim Revisi : Annang Giri Moelyo, dr, SpA, MKes. Widardo,

23

- CD dikumpulkan dengan diberi Label : Nama

Kelompok, Lokasi PKM dan tahun pelaksanaan.

Format Laporan :

Halaman cover : judul berbeda-beda tiap mahasiswa

Lembar pengesahan instruktur lapangan

Daftar Isi

I. Pendahuluan dan Tujuan pembelajaran

Uraikan secara singkat tentang program dan

penerapan MTBS di puskesmas

II. Kegiatan yang dilakukan

Mahasiswa menulis hasil pengamatan pelaksanaan

MTBS yang dilakukan.

III. Pembahasan

IV. Penutup

V. Daftar Pustaka

• Satu (1) eksemplar laporan diserahkan pada instruktur

lapangan, satu (1) laporan diserahkan pada pengelola

field lab setelah disahkan instruktur lapangan (laporan

diserahkan field lab paling lambat 1 minggu sesudah

pelaksanaan).

• Apabila ada mahasiswa yang membuat laporan sama

persis dengan temannya (baik sama atau beda

kelompok) akan dikembalikan.

Tata Cara Penilaian :

• Instruktur memberi penilaian terhadap mahasiswa

sesuai dengan skala penilaian yang ditetapkan dalam

buku panduan.

• Postes dilaksanakan di Fakultas Kedokteran sesuai

jadwal pengelola Field Lab.

Page 25: MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN ...MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) Tim Revisi : Annang Giri Moelyo, dr, SpA, MKes. Widardo,

24

• NILAI AKHIR MAHASISWA :

1 (rata-rata pretes + postes) + 4 lapangan

5

• Batas nilai yang dinyatakan lulus adalah 70 %.

• Bila ada mahasiswa mendapat nilai kurang dari 70 %,

akan dilakukan remidi yang akan dijadwalkan oleh

field lab. Bila remidi tidak lulus maka mengulang

semester depan.

Page 26: MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN ...MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) Tim Revisi : Annang Giri Moelyo, dr, SpA, MKes. Widardo,

25

BAB V. SKALA PENILAIAN

No. Keterangan 0 1 2 3 4

1. Persiapan

Membuat format rencana kerja sesuai

panduan

2. Sikap dan Perilaku

Menunjukkan kedisiplinan (datang

tepat waktu)

Menunjukkan penampilan rapi dan

sikap sopan terhadap staf puskesmas

dan atau masyarakat yang dilayani

3. Prosedur Pelaksanaan

Melakukan pengamatan pelaksanaan

MTBS di puskesmas

Melakukan penilaian anak balita sakit

berdasarkan keluhan dan

pemeriksaan sesuai bagan MTBS

Menentukan klasifikasi penyakit

sesuai bagan MTBS

Menentukan penanganan/tindakan

masalah berdasarkan bagan MTBS

Memberikan konseling perawatan di

rumah berdasar bagan MTBS

Memberikan konseling tentang

perawatan tindak lanjut berdasar

bagan MTBS

Menilai status gizi balita (klinis dan

antropometris) menurut aturan WHO

(2005) dan memeriksa adanya

penyakit penyerta

Melakukan pengisian form MTBS

dari puskesmas

3. Laporan

Page 27: MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN ...MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) Tim Revisi : Annang Giri Moelyo, dr, SpA, MKes. Widardo,

26

Keterangan

0 : tidak melakukan

1 : melakukan, 25% benar

2 : melakukan, 50% benar

3 : melakukan, 75% benar

4 : melakukan, 100% benar

Isi laporan sesuai kegiatan yang

dilakukan

Format laporan sesuai panduan

JUMLAH NILAI

Jumlah Nilai

NILAI : -------------------- X 100 % = ..................%

52

Page 28: MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN ...MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KETERAMPILAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) Tim Revisi : Annang Giri Moelyo, dr, SpA, MKes. Widardo,

27

Daftar Pustaka

Chaturvedi dan Kanupriya Chaturvedi. 2003. Adaptation

of the Integrated Management of Newborn and

Childhood Illness (IMNCI) Strategy for India.

Depkes RI. 2008. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita

Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Lesley Bamford. 2008. IMCI: new developments and

trends. National Department of Health.

Soenarto, Yati. MTBS: Strategi Untuk Meningkatkan

Derajat Kesehatan Anak. Disampaikan pada

Simposium Pediatri TEMILNAS 2009 Surakarta 01

Agustus 2009.

Surjono, Achmad. Endang DL, Alan R. Tumbelaka, et

al.1998. Studi Pengembangan Puskesmas Model

Dalam Implementasi Manajemen Terpadu Balita

Sakit (MTBS). Dalam: http://www.chnrl.net/

publikasi/pdf/MTBS.pdf (Diakses 1 Maret 2010).

WHO. 2002. Overview of IMCI strategy and

implementation. Department Child and Adolescent

Health and Development. Jeneva

Wijaya, Awi M. 2009. Manajemen Terpadu Balita Sakit

(MTBS).Diunduh dari : http://infodokterku.com/

index.php?option=com_content&view=article&id=37:ma

najemen-terpadu-balita-sakit-mtbs&catid=27: helath-

programs&Itemid=44 (Diakses 1 Maret 2010).