Laporan Field Lab KIELansia

43
LAPORAN KELOMPOK KEGIATAN FIELD LAB KIE : PEMBINAAN POSYANDU LANSIA GUNA PELAYANAN KESEHATAN LANSIA DI PUSKESMAS JATINOM Disusun oleh : KELOMPOK B6 Muhammad Hilmy L (G0012136) Rosi Dwi Mulyono (G0012194) Purnomo Andimas E (G0012166) Ariyadi Budi Setyoaji (G0012028) Faris Budiyanto (G0012074) Risna Annisa M (G0012188) Itsna Ulin Nuha (G0012098) Denalia Aurika (G0012054) Raden Roro Anindya P (G0012170) 1

description

hjhj

Transcript of Laporan Field Lab KIELansia

LAPORAN KELOMPOK

KEGIATAN FIELD LAB

KIE : PEMBINAAN POSYANDU LANSIA GUNAPELAYANAN KESEHATAN LANSIA

DI PUSKESMAS JATINOM

Disusun oleh :

KELOMPOK B6

Muhammad Hilmy L (G0012136)

Rosi Dwi Mulyono (G0012194)

Purnomo Andimas E (G0012166)

Ariyadi Budi Setyoaji (G0012028)

Faris Budiyanto (G0012074)

Risna Annisa M (G0012188)

Itsna Ulin Nuha (G0012098)

Denalia Aurika (G0012054)

Raden Roro Anindya P (G0012170)

Khilyat Ulin Nur Z. (G0012108)

Emillya Sari (G0012070)

Shinta Retno W. (G0012210

1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2015

LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan laporan Field Lab dengan topik ” KIE : PEMBINAAN POSYANDU

LANSIA GUNA PELAYANAN KESEHATAN LANSIA” dengan keterangan di bawah ini:

Kelompok : B6

Jumlah anggota : 12

Tempat : Puskesmas Jatinom

Waktu : 20 dan 27 Mei 2015

Surakarta, 3 Juni 2015

Menyetujui, Menyetujui,

Kepala Puskesmas Jatinom Instruktur Field Lab

Hj. Evy Kusumawati,dr.Mkes Nikmah Nur Fajrini Kusuma, dr

2

NIP. 196804161997032003 NIP. 19760322010012010

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

BAB I :PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Tujuan Pembelajaran................................................................... 2

BAB II KEGIATAN YANG DILAKUKAN................................................ 3

BAB III PEMBAHASAN .............................................................................5

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................ 16

B. Saran.................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 17

LAMPIRAN

1. Form Geriatric Depression Scale...................................................... 18

2. Foto pelaksanaan field lab MTBS di Puskesmas Pedan..... ............ 19

3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penduduk usia lanjut merupakan bagian masyarakat yang tidak bisa

dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut data pusat statistik, jumlah

lansia di Indonesia pada tahun 1980 adalah sebanyak 7,7 juta jiwa atau hanya 5,2

% dari jumlah penduduk. Sedangkan data pada tahun 2010 menunjukkan bahwa

jumlah lansia sejumlah 23,9 juta jiwa atau meningkat secara signifikan sebesar

9,77%. Hal ini berkorelasi positif dengan peningkatan kesejahteraan yang dialami

oleh masyarakat Indonesia khususnya di bidang kesehatan yang ditunjukkan

dengan semakin tingginya angka harapan hidup masyarakat Indonesia.

Isu sentral masalah kependudukan yaitu masih rendahanya kualitas sumber

daya manusia usia lanjut yang dipengaruhi langsung oleh beberapa faktor diantara

lain konsumsi makanan dan gizi, tingkat kesehatan, tingkat pendidikan serta

pengakuan masyarakat bahwa mereka masih mempunyai kemampuan kerja dan

pendapatan dari pensiunan yang masih rendah. Konsumsi makanan dan gizi

kurang masih dialami oleh beberapa lansia di Indonesia yang tersebar di beberapa

desa dan daerah pinggiran kota. Kondisi demikian yang mengakibatkan masih

rendahnya derajat kesehatan masyarakat lansia.

Permasalahan penduduk lansia perlu ditangani dengan strategi antara lain

melalui pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi bersama-sama dengan

peningkatan prasarana dan pelayanan kesehatan yang dipusatkan pada posyandu.

Strategi peningkatan kesehatan lansia ini ditempuh melalui penurunan angka

kesakitan dan jumlah jenis keluhan lansia. Penurunan Angka Kesakitan Lansia

(AKL) tidak hanya merupakan tanggungjawab sektor kesehatan tapip merupakan

tangggungjawab semua sektor terkait.

Agar program penurunan AKL dapat dicapai secara efektif dan efisien

perlu didukung adanya dara. Posyandu lansia merupakan sarana pelayanan

kesehatan dasar untuk meningkatkan kesehatan para lansia.

4

Berbagai kemitraan anatara Pemda Kabupaten sebagai pelaksana

pembangunan daerah dengan pihak swasta maupun universitas ikut berpartisipasi

secara aktif dan bekerja sama dalam gerakan sadar pangan dan gizi yang

dikhususkan bagi lansia.

Untuk itu keterlibatan mahasiswa untuuk terjun langsung ke masyarakat

dengan memberikan penyuluhan kepada para lansia merupakan salah satu bentuk

nyata dari mahasiswa dalam usaha mencapai cita-cita pembangunan agar lansia

tetap sehat, aktif, dan produktif.

B. Tujuan Pembelajaran

Adapun tujuan pembelajaran pada topik Pembinaan Posyandiu Lansia

ini adalah diharapkan mahasiswa:

1. Mampu memahami peran dan fungsi posyandu lansia.

2. Mampu menjelaskan cara pengisian dan penggunaan KMS lansia.

3. Mampu menjelaskan kelainan-kelainan yang sering terjadi pada lansia

beserta pencegahan dan pengobatannya.

4. Memahami tatalaksana Diet Lansia dan Pola Hidup sehat Lansia

5. Melakukan penyuluhan kesehatan komunitas tentang manfaat Posyandu

Lansia dalam menningkatkan kesehatan Lansia.

6. Melakukan pengumpulan dan analisis data tentang program posyandu,

prevalensi penyakit yang diderita lansia, serta upaya kuratif dan

rehabilitatif.

7. Melakukan penilaian status depresi lansia dengan menggunakan Geriatric

Deppresion Scale dan MMSE (Mini Mental State Examination)

8. Mampu melakukan pengamatan dan penilaian posyandu lansia setempat

dengan standar program posyandu lansia.

5

BAB II

KEGIATAN YANG DILAKUKAN

1. Kegiatan Pra-Lapangan

a. Mahasiswa mengikuti kuliah pengantar kegiatan Field Lab sebelum

melakukan kegiatan lapangan. Kuliah ini sedikit memberikan gambaran

mengenai pelaksanaan Posyandu Landia dan dasar teori mengenai

pembinaan posyandu lansia. Mahasiswa juga mengikuti kegiatan pre-test

tertulis yang dilaksanakan di FK UNS. Soal yang dikerjakan bersumber

dari buku manual Field Lab yang telah diberikan sebelumnya. Pre-test

tersebut dilaksanakan untuk menguji seberapa jauh materi yang telah

dipahami oleh mahasiswa. Mahasiswa juga membuat Buku Rencana Kerja

(BRK) yang berisi tentang tujuan dan prosedur kegiatan.

b. Pada Rabu, 13 Mei 2015 mahasiswa melakukan survey lapangan di

Puskesmas Jatinom. Kegiatan survey dilakukan oleh perwakilan kelompok.

Tujuan kelompok kami melakukan survey adalah untuk mengetahui lokasi

puskesmas yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan Field Lab,

sekaligus beramah tamah dan memohon bantuan serta ijin dari Kapuskes

Jatinom beserta staff. Selain itu, perwakilan kelompok kami juga

menyerahkan surat ijin dan berkas–berkas dari fakultas dan Buku Rencana

Kerja (BRK). Pada saat melakukan survey, perwakilan kelompok kami

bertemu dengan dr. Ni’mah Nur Fajarini selaku instruktur untuk melakukan

koordinasi untuk kegiatan selanjutnya.

2. Kegiatan Lapangan I (20 Mei 201 5 )

Pada pertemuan hari Rabu, 20 Mei 2015, kami tiba di Puskesmas

Jatinom pukul 08.00 WIB. Setibanya di Puskesmas Jatinom kami disambut

oleh dr. Efy, dr. Ni’mah, selaku penanggung jawab program Posyandu Lansia,

dan Ibu bidan. Setelah itu kami mendapakan penjelasan tentang materi

Posyandu beserta cara mengisi dan cara menggunakan Kartu Menuju Sehat

(KMS) lansia yang baik dan benar. Kami juga dibekali pengetahuan tentang

6

kelainan-kelainan serta penyakit yang paling sering muncul pada lansia di

wilayah kerja Puskesmas Jatinom. Kemudian kami merencanakan kegiatan

lapangan II dengan membagi kelompok menjadi dua kelompok besar yaitu

kelompok penyuluhan dan kelompok senam lansia.

3. Kegiatan Lapangan II (2 7 M ei 201 5 )

Pada kegiatan lapangan kali ini, kegiatan lapangan di lakukan di

Posyandu Lansia. Kegiatan pertama yang dilakukan adalah kegiatan posyandu

lansia yang menggunakan sistem 5 meja namun pada partiknya menggunakan

3 meja. Meja pertama yaitu pendaftaran dan pengukuran berat badan, tinggi

badan, serta tekanan darah yang di. Meja kedua yaitu anamnesis sesuai dengan

form Geriatric Depression Scale (GDS) dan Mini Mental State Examination

(MMSE) serta penyuluhan. Meja ketiga merupakan meja pelayanan medis

yang dijaga oleh tenaga professional dari Puskesmas Jatinom. Tentunya

kegiatan ini kami lakukan dengan pantauan dan bimbingan langsung oleh

instruktur dan petugas kesehatan lain dari Puskesmas Jatinom. Setelah

dilakukan pemeriksaan vital sign, pengisian KMS, penyuluhan dan pelayanan

kesehatan, mahasiswa melakukan penyuluhan kepada peserta Posyandu

Lansia mengenai manfaat mengikuti posyandu Lansia kemudian penyakit-

penyakit yang sering dialami oleh lansia seperti diabetes mellitus, asam urat,

hipertensi, dan arthritis gout. Setelah melakukan penyuluhan, mahasiswa

mengajak peserta Posyandu Lansia untuk mengikuti senam lansia yang

diinstrukturi oleh mahasiswa sendiri. Selanjutnya, mahasiswa melakukan

pemeriksaan gula darah gratis kepada peserta posyandu Lansia. Sebelum acara

ditutup, mahasiswa meminta data peserta Posyandu Lansia sebagai bahan

dalam laporan yang akan disampaikan di pertemuan ketiga. Kegiatan lapangan

II ini berakhir pada pukul 11.30 siang. Setelah kegiatan selesai, mahasiswa

dipersilahkan untuk pulang.

4. Kegiatan Lapangan III ( 3 Mei 201 5 )

7

Kegiatan lapangan ketiga adalah kegiatan yang di agendakan untuk

mengumpulkan laporan yang telah kami buat dan mempresentasikan kegiatan

yang telah kami lakukan.

8

BAB III

PEMBAHASAN

Kegiatan posyandu lansia pada tanggal 27 Mei 2015 dilaksanakan di Desa

Kedaren. Beberapa hal yang dilakukan di posyandu antara lain senam lansia,

penyuluhan, pemeriksaan, dan pengukuran Geriatric Depression Scale (GDS).

A. Posyandu Lansia di Desa Kedaren

Pada posyandu lansia yang dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2015

kemarin, ada beberapa hal yang dilakukan di Posyandu Lansia Kedaren, yaitu:

pendataan, penyuluhan, dan senam lanisa. Selain itu dilakukan juga pengobatan

gratis untuk para lansia di Desa Kedaren dari pihak Puskesmas Jatinom

1. Pendataan

Pendataan yang dilakukan oleh mahasiswa berupa pencatatan nama dan

umur, berat badan, tekanan darah, gula darah, dan hasil wawancara dengan

menggunakan pertanyaan Geriatric Depression Scale. Namun terjadi kekurangan

pada pendataan yaitu pada pengukuran gula darah dikarenakan keterbatasan

jumlah alat untuk pengukur gula darah, sehingga para lansia harus lama mengantri

dan sebagian memilih untuk pulang. Pengukuran tinggi badan tidak dilakukan,

dikarenakan tidak tersedianya alat untuk mengukur tinggi badan di posyandu

lansia Desa Kedaren.

Berikut merupakan keseluruhan pencatatan yang dilakukan pada Psyandu

Lansia di Desa Kedaren:

Nama Usia Tensi Gula Darah GDS Interpretasi GDS MMSE

bp. Waluyo 68 140/90 120 5 mungkin depresi baik

bp. Darmo 75 170/100   2 normal baik

bu ratno 60 150/100 77 1 normal baik

bu warni 54 160/80   1 normal baik

9

bu rukini 50 120/60 132 1 normal baik

bu suwarti 52 120/90 87 6 mungkin depresi baik

bu mulatsih   160/110 88 5 mungkin depresi baik

mbah marto 80 150/70        

bu sugik   160/100 91 2 normal

Gangguan intelek

ringan

bu wira   120/90   1 normal baik

bu praja 75 120/80 160 3 normal baik

bu sukiran 65 120/70   3 normal baik

bu juminah 67 230/100 88 3 normal baik

bu prapto 70 100/70   4 normal

Gangguan intelek

ringan

bu sunarti   170/90 111      

bu ratna 72 140/100        

bu siti utari 57 140/80 109 3 normal

Gangguan intelek

ringan

pak pardi   160/90 118 1 normal

Gangguan intelek

ringan

pak wakijan 80 130/70 97 1 normal baik

bu tuminem   140/80        

mbah wiro 86 160/90   3 normal

Gangguan intelek

sedang

bu suminem   140/90 140 13 depresi baik

bu semi   140/80   1 normal

Gangguan intelek

ringan

bu warno   130/70   3 normal

Gangguan intelek

sedang

bu ratmi   130/70 82      

bu sulastri   160/100   6 mungkin depresi baik

bu wagiyem   130/70   0 normal baik

bu darmo   120/80        

10

bu gito   140/80 138 7 mungkin depresi baik

bapak harso 77 160/80   0 normal baik

bu daryanti   160/90 120 1 normal baik

a. Tekanan Darah

Berdasarkan hasil screening tekanan darah dan disesuaikan dengan pengelompokan

berdasarkan JNC 8 (sistol<150, diastol<90), diperoleh hasil bahwa 13 orang dari 31 peserta

KIE Posyandu Lansia menderita Hipertensi.

Tekanan darah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah usia.

Pada manusia terjadi perubahan fisiologis seiring bertambahnya usia seperti perubahan-

perubahan fungsi berupa peningkatan tekanan darah sistolik, berkurangnya vasodilatasi

yang dimediasi beta-adrenergik, dan penebalan dan berkurangnya elastisitas pada pembuluh

darah. Gaya hidup yang buruk berupa makan-makannan yang banyak mengandung Natrium

dan jarang berolahraga dapat menjadi faktor resiko hipertensi.

Kegiatan penghitungan Tekanan Darah pada Posyandu Lansia bernilai baik, karena

dapat menjaring peserta yang mengalami hipertensi dan membantu mengontrol tekanan

darah pada lansia sekaligus untuk memberikan penatalaksanaan pada pasien dengan

hipertensi. Penatalaksanaan hipertensi pada lanjut usia dapat dibedakan menjadi modifikasi

pola hidup dan terapi farmakologis. Pola hidup yang harus diperbaiki antara lain

menurunkan berat badan jika ada kegemukan, mengurangi minum alkohol, meningkatkan

aktivitas fisik aerobik, mengurangi asupan garam, mempertahankan asupan kalium yang

adekuat, mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat, menghentikan

merokok, serta mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol.

b. Gula Darah

Pemeriksaan gula darah dilakukan setelah pelaksanaan penyuluhan. Dari 32 peserta posyandu

hanya 16 yang mengikuti pemeriksaan gula darah. Hal tersebut dikarenakan, pemeriksaan ini

dilakukan terkahir setelah senam lansia, sehingga beberapa lansia tidak sabar menunggu dan

pulang. Berikut adalah hasil pemeriksaan gula darah di Posyandu:

No. Nama Gula darah

11

1.

bp. Waluyo 120

2.

bu ratno 77

3.

bu rukini 132

4.

bu suwarti 87

5.

bu siti mulatsih 88

6.

bu sugik 91

7.

bu praja 160

8.

bu juminah 88

9.

bu sunarti 111

10.

siti utari 109

11.

pak pardi 118

12.

pak wakijan 97

13.

bu suminem 140

14.

bu ratmi 82

15.

bu gito 138

12

16.

bu daryanti 120

Dari 16 yang melakukan pemeriksaan, hasilnya semua normal. Semuanya tergolong

gula darah sewaktu dengan nilai gula darah sewaktu adalah < 200 mg/dl. Sedangkan, gula

darah puasa terhitung jika puasa 8 jam sebelum dilakukan pemeriksaan gula darah dengan

nilai normal < 126mg/dl.

Sebenarnya, pemeriksaan gula darah tidak termasuk dalam 10 tahap pelayanan

Posyandu Lansia. Namun, pada kegiatan posyandu ini, kami melakukan pemeriksaan gula

darah untuk skrinning ada atau tidaknya lansia yang menderita Diabetes Melitus.

Diabetes melitus (DM) atau penyakit kencing manis adalah penyakit yang ditandai

dengan kadar gula darah yang tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin

atau gangguan kerja insulin atau keduanya. Tanda klasiknya adalah polifagia, polidipsi,

poliuria dan penurunan berat badan yang tidak diketahui secara pasti. Namun, kami tidak

dapat melakukan skrinning melalui tanda klasik tersebut dikarenakan kami tidak

mendampingi saat anamnesis di pos pemeriksaan. Sedangkan untuk kriteria diagnostik DM

adalah GDS ≥ 200 mg/dl, tanda klasik, GDP> 126 mg/dl, 2 jam PP ≥200 mg/dl, Hb1ac

≥6,5%, TTGO ≥ 200mg/dl.

Faktor- faktor resiko DM ada dua yaitu yang dapat diubah dan tidak dapat diubah.

Faktor resiko yang tidak dapat diubah antara lain adalah usia, jenis kelamin, etnik, riwayat

diabetes gestasional, riwayat melahirkan bayi > 4000gr. Faktor risiko yang dapat diubah

yaitu obesitas, tekanan darah tinggi, aktivitas fisik yang kurang, pola makan yang salah,

stress, alkohol, dan penyakit pada pankreas.

Penatalaksanaan pada DM yaitu penyuluhan kesehatan, diit, olahraga, Obat

Hipoglikemik Oral atau Insulin, transplantasi pankreas. Diit disesuaikan dengan pola diit

masyarakat, diberikan tiap jam dan kalori berdasar BBR/ IMT dan olahraga untuk

meningkatkan afinitas insulin. Dengan penyuluhan mengenai Diabetes Melitus pada

Posyandu Lansia diharapkan mampu mendorong Lansia untuk mengubah pola diit dan mau

melakukan olahraga, rutin melakukan pemeriksaan di Posyandu untuk skrinning awal, dan

mau melakukan pemeriksaan gula darah di Puskesmas untuk diagnostik pasti dan

13

pengobatan lanjutan yang tidak bisa dilakukan melalui Posyandu.

c. Geriatric Depression Scale

Skrining depresi pada lansia sangat penting untuk dilakukan. Kegiatan penghitungan dan

pencatatan GDS perlu dilakukan kerena frekuensi depresi pada lansia sangat tinggi. Depresi

yang terjadi pada lansia meningkatkan risiko untuk bunuh diri. Depresi yang terjadi dapat

disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya adalah adanya penyakit-penyakit kronis yang

diderita oleh lansia sebelumnya, gejala yang tidak jelas, isolasi sosial, ataupun lingkungan

sekitar yang tidak mendukung (Sharp, 2002; Taylor, 2014).

Geriatric Depression Scale (GDS) adalah tes untuk skrining depresi yang mudah untuk

dinilai dan dikelola. Skrining ini bukan alat untuk diagnosa, namun dapat menunjukkan

adanya indikasi beratnya gejala. Geriatric Depression Scale memiliki format yang

sederhana, dengan pertanyaan-pertanyaan dan respon yang mudah dibaca. Geriatric

Depression Scale telah divalidasi pada berbagai populasi lanjut usia, termasuk di Indonesia.

Penggunaan geriatric Depression Scale dianjurkan untuk lansia di atas 65 tahun dengan

fungsi kognitif yang baik (Sharp, 2002).

Geriatric Depression Scale terdiri dari 15 pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak yang

akan terjawab bila mewawancarai pasien secara personal yang kemudian dikategorikan

menjadi normal, depresi ringan, depresi sedang, dan depresi berat. Keadaan normal tercapai

bila diperoleh skor 0-4. Keadaan depresi ringan diperoleh bila skor 5-8. Keadaan depresi

sedang diperoleh bila skor 9-11. Sedangkan untuk depresi berat apabila skor antara 12-15

(Greenberg, 2012). Berdasarkan wawancara personal, mahasiswa dapat membuat tabel

kategori sebagai berikut:

14

Kegiatan

penghitungan GDS

bermanfaat untuk puskesmas karena dapat mengetahui tingkat depresi pada lansia dan dapat

merencanakan kegiatan untuk mengurangi tingkat depresi lansia di posyandu tersebut.

Berdasarkan tabel kita dapat mengetahui bahwa terdapat 16,13% dari lansia yang hadir

pada posyandu Susuhan, Kedaren mempunyai skala depresi ringan dan 61,29% lansia

memiliki skala depresi yang normal atau tidak depresi. Dari hasil wawancara, didapatkan

satu lansia dengan kategori berat. Untuk lansia depresi ringan maupun berat, diperlukan

adanya anamnesis lanjutan, konseling, dan tatalaksana lebih lanjut. Anamnesis lanjutan

diperlukan untuk mengetahui faktor apa sajakah yang memicu terjadinya depresi pada lansia

tersebut. Selain itu, konseling dan tatalaksana lebih lanjut, seperti olahraga, mengobati

penyakit-penyakit yang menjadi faktor risiko dan obat antidepresan jika diperlukan, juga

15

dibutuhkan sehingga lansia dapat kembali sehat dan produktif.

Terdapat enam orang lansia dengan tanpa hasil pemeriksaan GDS. Hal ini dapat

disebabkan oleh terlewatnya lansia saat dilakukan pemeriksaan GDS. Selain itu, keterbatasan

jumlah dan kemampuan anggota kelompok juga dapat menjadi salah satu faktor,karena saat

di posyandu selain pemeriksaan GDS, ada anggota kelompok yang bertugas untuk mengukur

berat badan dan tekanan darah. Keterbatasan waktu juga menjadi kendala karena untuk

pemeriksaan GDS ternyata membutuhkan waktu cukup lama sedangkan selanjutnya akan

dilaksanakan penyuluhan.

Saran untuk kegiatan selanjutnya adalah diperlukan pemeriksa dengan pengalaman dan

kemampuan baik untuk melakukan pemeriksaan GDS sehingga dapat mempersingkat waktu

pemeriksaan. Selain itu, jumlahnya pun harus cukup dan perbandingan antara pemeriksa

dengan lansia yang datang saat hari posyandu tersebut sesuai.

d. MMSE

Pemeriksaan MMSE dilakukan untuk mengetahui fungsi kognitif pada Lansia. Prosedur

pemeriksaan MMSE dilakukan dengan menanyakan 10 pertanyaan seperti yang terdapat

pada tabel diatas.

No. Nama Usia (Tahun) Interpretasi MMSE

1 Bapak Waluyo 68 Baik

2 Bapak Darmo 75 Baik

3 Ibu Ratno 60 Baik

4 Ibu Warni 54 Baik

5 Ibu Rukini 50 Baik

6 Ibu Suwarti 52 Baik

7 Ibu Siti Mulatsih  - Baik

8 Mbah Marto 80  -

9 Ibu Sugik  - Gangguan intelek ringan

10 Ibu Wira  - Baik

11 Ibu Praja 75 Baik

16

12 Ibu Sukiran 65 Baik

13 Ibu Juminah 67 Baik

14 Ibu Prapto 70 Gangguan intelek ringan

15 Ibu Sunarti  -  -

16 Ibu Ratna 72  -

17 Ibu Siti Utari 57 Gangguan intelek ringan

18 Bapak Pardi  - Gangguan intelek ringan

19 Bapak Wakijan 80 Baik

20 Ibu Tuminem  -  -

21 Mbah Wiro 86 Gangguan intelek sedang

22 Ibu Suminem  - Baik

23 Ibu Semi  - Gangguan intelek ringan

24 Ibu Warno  - Gangguan intelek sedang

25 Ibu Ratmi  -  -

26 Ibu Sulastri  - Baik

27 Ibu Wagiyem  - Baik

28 Ibu Darmo  -  -

29 Ibu Gito  - Baik

30 Bapak Harso 77 Baik

31 Ibu Daryanti  - Baik

Kriteria penilaian MMSE yaitu:

0-2 kesalahan = Baik

3-4 kesalahan = Gangguan intelek ringan

5-7 kesalahan = Gangguan intelek sedang

8-10 kesalahan = Gangguan intelek berat

Bila penderita tak pernah sekolah, nilai kesalahan diperbolehkan +1 dari nilai di atas.

Bila penderita sekolah lebih dari SMA, kesalahan yang diperbolehkan -1 dari nilai di

atas.

17

Pemeriksaan MMSE dilakukan terhadap 25 Lansia dari 31 Lansia yang datang ke Posyandu

Lansia Puskesmas Jatinom. Diantara 25 penduduk Lansia yang diskrining dengan

pemeriksaan MMSE didapatkan: 18 Lansia dengan fungsi kognitif baik, 5 Lansia dengan

gangguan intelek ringan dan 2 Lansia dengan gangguan intelek sedang. Jika dituliskan

dengan prosentase maka 72% Lansia masih memiliki fungsi kognitif baik, 20% Lansia

dengan gangguan intelek ringan dan 8% Lansia dengan gangguan intelek sedang.

Pemeriksaan MMSE tidak sempat dilakukan ke enam Lansia lainnya dikarenakan

ketidaktersediaan waktu dan tempat tunggu sehingga lansia yang sudah diperiksa dengan

yang belum diperiksa menunggu di satu tempat. Hal ini menyulitkan pemeriksa untuk

menskrining semua Lansia. Hasil pemeriksaan MMSE dipengaruhi oleh tingkat pendidikan

pasien, etnis pasien, dan kemampuan pemeriksa berkomunikasi dengan pasien.

2. Penyuluhan

Kegiatan penyuluhan lansia dilakukan di Posyandu Lansia di Desa

Susuhan. Mahasiswa datang di Posyandu dan melakukan persiapan. Posyandu

Lansia yang akan dilakukan mahasiswa meliputi penyuluhan, pemeriksaan GDS

dan MMSE, pemeriksaan berat badan dan tinggi badan, pemeriksaan gula darah,

serta senam lansia.

Materi penyuluhan yang akan diberikan pada lansia meliputi tentang pentingnya

posyandu lansia serta penyakit-penyakit yang sering terjadi pada lanjut usia

seperti diabetes, hipertensi, asam urat, dan osteoarthritis.

Penyuluhan pentingnya posyandu pada lanjut usia dilakukan karena bertujuan

untuk meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat,

sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia.

Seperti yang kita tahu, akses pelayanan kesehatan dan kondisi fisik lansia

berkorelasi satu sama lain. Kondisi fisik lansia yang semakin melemah ditambah

dengan akes pelayanan kesehatan semacam Puskesmas, klinik kesehatan, ataupun

18

rumah sakit yang jauh menyulitkan para lansia untuk melakukan pemeriksaan

kesehatan. Untuk itulah di bentuk adanya posyandu lansia di desa setempat

sehingga memudahkan lansia mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik.

Tujuam lain diadakannya lansia adalah mendekatkan pelayanan dan

meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan

disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut. Seperti yang

diketahui, di masa lansia, lansia mengalami enurunan kondisi fisik sehingga

menyebabkan penurunan dalam peran sosial di masyarakat. Melalui posyandu

lansia ini, menjadikan peran lansia di masyarakat tetap utuh sehingga masyarakat

dapat menghargai lansia dari aspek sosial maupun psikososial sehingga dapat

menjadikan masa tua lansia tidak bergantung pada orang lain, mandiri, serta sehat.

Penyuluhan lansia dilakukan dari pukul 10.30 – 11.00. Disini, mahasiswa

memberikan penyuluhan tentang pentingnya posyandu bagi lansia bukan hanya

untuk aspek kesehatan saja, tapi supaya lansia lebih mandiri tanpa bergantung

pada orang lain. Selain itu, mahasiswa mengajak agar para lansia termotivasi

memeriksakan dirinya ke Puskesmas apabila ditemukan gejala-gejala yang

mengarah ke keparahan saat skrining di Posyandu lansia. Manfaat dari posyandu

lansia adalah pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar

pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk

selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia sehingga lebih percaya diri dihari

tuanya.

Setelah dilakukan penyuluhan tentang pentingnya posyandu lansia untuk hari tua

kemudian dilajutkan oleh penyuluhan khusus tentang diabetes mellitus (DM),

hipertensi, asam urat, dan osteoarhritis (OA). Materi yang disampaikan

mahasiswa meliputi pengertian penyakit, gejala, serta makanan-minuman yang

sebaiknya di kurangi untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut. Selain gizi

yang disarankan untuk lansia, mahasiswa juga menambahkan tentang pentingnya

olahraga serta istirahat cukup untuk memelihara kesehatan lansia.

19

Peserta penyuluhan mendengarkan dengan seksama materi yang disampaikan

mahasiswa. Antusiasme peserta penyuluhan terlihat ketika dibuka sesi pertanyaan.

Beberapa peserta penyuluhan mengajukan pertanyaan tentang gejala-gejala yang

terjadi pada dirinya, seperti pertanyaan yang diajukan Bapak X (tidak

menyebutkan nama), sering mengeluh pegel serta lemas di tungkai kaki. Selain itu

ada juga Ibu Y mengajukan pertanyaan keluhan tangan seperti kram di pagi hari

bangun tidur, kram terjadi di telapak tangan. Mahasiswa menjawab semua

pertanyaan yang diajukan oleh bapak-ibu di Posyandu Desa Susuhan.

Penyuluhan kesehatan Posyandu Lansia di desa Susuhan, Jatinom, Klaten

berlangsung lancar dan baik, peserta penyuluhan antusias mendengarkan

penyuluhan yang dilakukan mahasiswa.

3. Senam Lansia

Pada saat pelaksanaan kegiatan Posyandu Lansia kali ini juga dilaksanakan

kegiatan senam lansia. Senam lansia tersebut diikuti oleh 30 bapak/ibu lansia

dengan instruktur senam dari anggota kelompok kami. Para bapak/ibu lansia

mengikuti gerakan senam lansia dengan penuh semangat dan antusiasme tinggi.

Senam lansia tersebut berlangsung + 10 menit.

Adapun tujuan dari senam lansia ini adalah untuk menjaga tubuh agar

tetap dalam keadaan sehat serta aktif baik secara jasmani maupun rohani. Tujuan

lain dari senam lansia adalah sebagai berikut :

1. Memperbaiki proses metabolisme serta pasokan oksigen dalam tubuh

2. Membangun daya tahan serta kekuatan tubuh

3. Menghilangkan lemak

4. Meningkatkan kondisi sendi dan otot

Manfaat Senam

Semua senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat bermanfaat

untuk menghambat proses degeneratif/penuaan. Senam ini sangat dianjurkan

untuk mereka yang memasuki usia pralansia (45 thn) dan usia lansia (65 thn ke

atas). Orang melakukan senam secara teratur akan mendapatkan kesegaran

20

jasmani yang baik yang terdiri dari unsur kekuatan otot, kelentukan persendian,

kelincahan gerak, keluwesan, cardiovascular fitness dan neuromuscular fitness.

Apabila orang melakukan senam, peredarah darah akan lancar dan meningkatkan

jumlah volume darah. Selain itu 20% darah terdapat di otak, sehingga akan terjadi

proses indorfin hingga terbentuk hormon norepinefrin yang dapat menimbulkan

rasa gembira, rasa sakit hilang, adiksi (kecanduan gerak) dan menghilangkan

depresi. Dengan mengikuti senam lansia efek minimalnya adalah lansia merasa

berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran tetap segar.

Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi

organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh

manusia setelah latihan teratur. Tingkat kebugaran dievaluasi dengan

mengawasikecepatan denyut jantung waktu istirahat yaitu kecepatan denyut nadi

sewaktu istirahat. Jadi supaya lebih bugar, kecepatan denyut jantung sewaktu

istirahat harus menurun.

Manfaat senam lainnya yaitu terjadi keseimbangan antara osteoblast dan

osteoclast. Apabila senam terhenti maka pembentukan osteoblast berkurang

sehingga pembentukan tulang berkurang dan dapat berakibat pada pengeroposan

tulang. Senam yang diiringi dengan latihan stretching dapat memberi efek otot

yang tetap kenyal karena ditengah-tengah serabut otot ada impuls saraf yang

dinamakan muscle spindle, bila otot diulur (recking) maka muscle spindle akan

bertahan atau mengatur sehingga terjadi tarik-menarik, akibatnya otot menjadi

kenyal. Orang yang melakukan stretching akan menambah cairan sinoval

sehingga persendian akan licin dan mencegah cedera (Suroto, 2004). Olahraga

yang bersifat aerobik seperti senam merupakan usaha-usaha yang akan

memberikan perbaikan pada fisik atau psikologis. Faktor fisiologi dan metabolik

yang dikalkulasi termasuk penambahan sel-sel darah merah dan enzim fosforilase

(proses masuknya gugus fosfat kedalam senyawa organik), bertambahnya aliran

darah sewaktu latihan, bertambahnya sel-sel otot yang mengandung mioglobin

dan mitokondria serta meningkatnya enzim-enzim untuk proses oksigenasi

jaringan (Kusmana, 2006). Sedangkan menurut Depkes (2003) olahraga dapat

21

memberi beberapa manfaat, yaitu: meningkatkan peredaran darah, menambah

kekuatan otot, dan merangsang pernafasan dalam. Selain itu dengan olahraga

dapat membantu pencernaan, menolong ginjal, membantu kelancaran

pembuangan bahan sisa, meningkatkan fungsi jaringan, menjernihkan dan

melenturkan kulit, merangsang kesegaran mental, membantu mempertahankan

berat badan, memberikan tidur nyenyak, memberikan kesegaran jasmani.

Senam lansia terdiri dari beberapa tahapan, yaitu :

A. Persiapan Sebelum Senam

1. Pastikan keadaan tubuh sehat dengan berjalan secepat-cepatnya 5

menit dan istirahat 10 menit

2. Periksa denyut nadi (jika lebih dari 100 jangan lanjutkan aktivitas

fisik)

3. Intensitas senam diukut dengan denyut nadi, lamanya senam + 20-

30 menit, dan frekuensi senam + 3-4 kali dalam seminggu

B. Tahapan Senam

1. Tahap Pemanasan :

- Pengaturan napas 2 x 8 (bermanfaat untuk memperbaiki sistem

kerja jantung)

2. Tahap Inti :

- Jalan di tempat (angkat kaki secara aktif) 2 x 8

- Lebarkan kaki sejajar (diam di tempat)

- Bertepuk tangan (lengan sejajar bahu) 2 x 8

- Tepuk jari tangan (rentangkan tangan sejajar bahu) 2 x 8

- Silangkan antar jari tangan (rentangkan tangan sejajar bahu) 2

x 8

- Silangkan jempol tangan kanan (rentangkan tangan sejajar

bahu) 1 x 8

- Silangkan jempol tangan kiri (rentangkan tangan sejajar bahu)

1 x 8

22

- Tepuk antar jari kelingking tangan (rentangkan tangan sejajar

bahu) 2 x 8

- Tepuk antar jari telunjuk tangan (rentangkan tangan sejajar

bahu) 2 x 8

- Ketok pergelangan tangan kanan (lengan tangan sejajar bahu) 1

x 8

- Ketok pergelangan tangan kiri (lengan tangan sejajar bahu) 1 x

8

- Ketok nadi tangan kanan (lengan tangan sejajar bahu) 1 x 8

- Ketok nadi tangan kiri (lengan tangan sejajar bahu) 1 x 8

- Tekan antar telapak tangan (tangan sejajar dada atas) 1 x 8

- Tekan putar telapak tangan (atas ke bawah sejajar dada) 1 x 8

- Buka dan remas jari tangan 2 x 8

- Tepuk punggung tangan kanan (tangan sejajar dada atas) 1 x 8

- Tepuk punggung tangan kiri (tangan sejajar dada atas) 1 x 8

- Tepuk punggung lengan kanan (tangan sejajar dada atas) 1 x 8

- Tepuk punggung bahu kanan (tangan sejajar dada atas) 1 x 8

- Tepuk punggung lengan kiri (tangan sejajar dada atas) 1 x 8

- Tepuk punggung bahu kiri (tangan sejajar dada atas) 1 x 8

- Tepuk pinggang (bungkuk badan 45 derajat) 2 x 8

- Tepuk paha samping (gerakan menggenjot lutut naik turun) 2 x

8

- Tepuk betis kaki (bungkuk badan sejajar 90 derajat) 2 x 8

- Peregangan otot lengan, bahu, punggung, lutut, betis 2 x 8

- Tepuk perut bagian bawah (samping kanan-kiri) 2 x 8

- Sikap tegak tangan simpul ke perut (tutup kaki, diam di tempat)

- Jinjit kaki (kaki lurus, diam di tempat)

3. Tahap Pendinginan :

- Tarik dan tahan napas (kedua tangan naik ke atas kepala) 1 x 8

- Hembuskan napas (kedua tangan turun ke depan dada) 1 x 8

23

- Tarik dan tahan napas (kedua tangan naik ke atas kepala) 1 x 8

- Hembuskan napas (kedua tangan turun ke samping) 1 x 8

- Tarik dan tahan napas (tangan kanan naik ke atas kepala) 1 x 8

- Hembuskan napas (tangan kanan turun ke samping) 1 x 8

- Tarik dan tahan napas (tangan kiri naik ke atas kepala) 1 x 8

- Hembuskan napas (tangan kiri turun ke samping) 1 x 8

- Tarik, tahan, dan hembuskan napas (angkat kedua tangan dan

turunkan perlahan) 2 x 4

Adapun kendala pada saat pelaksanaan senam lansia adalah tempat senam

yang kurang memadai, sehingga para bapak/ibu lansia kurang leluasa untuk

bergerak. Selain itu musik yang dimainkan untuk senam lansia kurang sesuai

dengan gerakan. Senam lansia akan efektif jika dilakukan dengan lama + 20-30

menit dan frekuensi senam + 3-4 kali dalam seminggu.

BAB IV

PENUTUP

A.    Simpulan

Secara keseluruhan, kegiatan- kegiatan di Posyandu Lansia berlangsung

lancar, para lansia antusias mengikuti pemeriksaan tensi, gula darah, GDS,

MMSE dan penyuluhan penyakit – penyakit yang sering dialami lansia. Ada

beberapa hambatan tetapi masih bisa diatasi sehingga kegiatan dapat berjalan

dengan baik. Target cakupan peserta sudah tercapai yaitu 80 – 100 %

menunjukkan target cakupan yang baik.

Posyandu lansia merupakan wadah terpadu untuk para lansia dimasa

tuanya karena pada usia lanjut seperti ini, kondisi para lansia umumnya

mempunyai fisik yang relatif lemah dan kesepian, perlu berkumpul dan saling

mengawasi sehingga tidak merasa kesepian dan terabaikan.

24

Dengan adanya Posyandu Lansia dapat meningkatkan jangkauan

pelayanan kesehatan lansia dan terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan

kebutuhan lansia.

Posyandu Lansia juga bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan

kesehatan dan mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti

kegiatan posyandu lansia sehingga lebih percaya diri dihari tuanya dan

menurunkan tingkat stres pada lansia.

Manfaat yang dirasakan dengan adanya posyandu lansia ini bukan hanya

dirasakan oleh lansia tetapi juga oleh keluarga dan lingkungan dimana lansia

tersebut tinggal. Posyandu lansia dapat membantu lansia untuk menyesuaikan diri

dalam perubahan fase kehidupannya sehingga menjadi pribadi yang mandiri

sesuai dengan keberadaannya.

B.     Saran

Sebaiknya dilakukan himbauan lebih kepada para lansia agar mau

mengikuti atau hadir di posyandu lansia. Karena kegiatan posyandu lansia tersebut

sangat bermanfaat bagi lansia untuk menjaga kesehatan dihari tua.

Mengingat jumlah dan presentase lansia yang terus bertambah sejalan

dengan meningkatnya taraf kesehatan, maka peningkatan pelayanan medis bagi

para lansia juga sangat dibutuhkan.

Meningkatkan komunikasi dan motivasi kepada lansia untuk mengikuti

kegiatan-kegiatan yang berlangsung di lingkungan sosialnya karena hal ini sangat

baik terhadap keadaan jiwa lansia.

Perlu dilakukan kegiatan tambahan seperti senam lansia atau kegiatan

yang lain untuk meningkatkan komunikasi antar lansia. Diperlukan kerjasama dari

berbagai pihak untuk meningkatkan manfaat dan efektifitas program dan

diperlukan evaluasi program secara rutin. Mengoptimalkan peran kader-kader

posyandu lansia agar kegiatan berjalan lebih baik.

25

DAFTAR PUSTAKA

Tim Field Lab FK UNS Surakarta. 2013. Modul Field Lab KIE: Pembinaan

Posyandu lansia Guna Pelayanan Kesehatan Lansia. Surakarta: FK UNS

Taylor WD (2014). Depression in the elderly. The New England Journal of

Medicine, 371: 1228-1236.

Sharp LK, Milsky MS (2002). Screening for depression across the lifespan: a

review of measures for use in primary care settings. American Family Physician,

66(6):1001-1007.

Greenberg SA (2012). The geriatric depression scale. New York: Hatford

Institute for Geriatric Nursing.

26

LAMPIRAN

Geriatric Depression Scale (GDS)

No. Pertanyaan ya tidak

1. Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda?

2. Apakah anda mengurangi banyak aktivitas da hobi anda?

3. Apakah anda merasa kehidupan anda terasa hampa?

4. Apakah anda sering merasa bosan?

5. Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat?

6. Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda?

7. Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda?

8. Apakah anda sering merasa tidak berdaya?

9. Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada pergi ke luar dan mengerjakan sesuatu yang baru?

10. Apakah anda merasa punya banyak masalah dengan daya ingat anda dibandingkan dengan kebanyakan orang?

11. Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan?

12. Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini?

13. Apakah anda merasa penuh semangat?

14. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan?

15. Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya dari anda?

TOTAL

Dari total jumlah nilai yang diperoleh dapat digolongkan tingkat depresi sebagai

berikut :

1. Nilai 0-5 : Normal 3. Nilai >10: Depresi

2. Nilai 6 -10: Pre Depresi

27

28