Laporan Field Lab Topik Pemantauan Status Gizi November 2012 - Kelompok B-6

46
LAPORAN FIELD LAB PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA DAN IBU HAMIL DI POSYANDU “TERATAI IV” DESA SUMBERAN, KELURAHAN JAPOH, KECAMATAN JENAR, KABUPATEN SRAGEN KELOMPOK B-16 ADI PURNOMO G0012004 ANNISA RAUDHOTUL JANNAH G0012020 BARA TRACY LOVITA G0012040 MADE GIZHA WAGISWARI G0012084 MUHAMMAD MARDHIYA A. G0012138 OKI SARASWATI UTOMO G0012156 PRATIWI INDAH PALUPI G0012162 RADEN RORO ANINDYA P. G0012170 YASYFIE ASYKARI G0012234 YUNITA DESI WULANSARI G0012238 LES YASIN G0012244 PEMBIMBING/INSTRUKTUR LAPANGAN: dr. Susana Novi R. PRODI PENDIDIKAN DOKTER

description

nn

Transcript of Laporan Field Lab Topik Pemantauan Status Gizi November 2012 - Kelompok B-6

LAPORAN FIELD LABPEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA DAN

IBU HAMIL DI POSYANDU TERATAI IV DESA SUMBERAN, KELURAHAN JAPOH, KECAMATAN JENAR, KABUPATEN SRAGEN

KELOMPOK B-16

ADI PURNOMO

G0012004

ANNISA RAUDHOTUL JANNAH

G0012020

BARA TRACY LOVITA

G0012040

MADE GIZHA WAGISWARI

G0012084

MUHAMMAD MARDHIYA A.

G0012138OKI SARASWATI UTOMO

G0012156

PRATIWI INDAH PALUPI

G0012162

RADEN RORO ANINDYA P.

G0012170

YASYFIE ASYKARI

G0012234

YUNITA DESI WULANSARI

G0012238

LES YASIN

G0012244PEMBIMBING/INSTRUKTUR LAPANGAN:dr. Susana Novi R.PRODI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan dengan judul :PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA DAN

IBU HAMIL DI POSYANDU TERATAI IV DESA SUMBERAN, KELURAHAN JAPOH, KECAMATAN JENAR, KABUPATEN SRAGENYang disusun oleh :

Kelompok B-16, Mahasiswa Prodi S-1 Pendidikan Dokter, Angkatan 2012, Universitas Sebelas Maret Surakarta

Telah disetujui dan disahkan oleh pejabat terkait dan pembimbing/instruktur lapangan di Puskesmas Jenar, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen. Sebagai syarat memenuhi salah satu tugas kelompok FIELD LAB dengan topik : Pemantauan Status Gizi Balita dan Ibu Hamil.

Pada hari : Selasa, 20 November 2012

Sragen, 20 november 2012

Mengetahui

Kepala Puskesmasdr. SugengNIP. 19650401 200112 1 00Pembimbing/Instruktur Lapangandr. NoviNIP. 19770315 200604 2 007DAFTAR ISI

Halaman Judul iLembar Pengesahan iiDaftar Isi ..iiiBAB I : Pendahuluan ..1BAB II : Kegiatan Yang DilakukanKegiatan field lab pada hari pertama (Selasa, 13 Nopember 2012) .5Kegiatan pada field lab pada hari kedua (Selasa, 20 Nopember 2012) 12BAB III : PembahasanInterpretasi hasil Pengukuran pada Balita .13Interpretasi hasil Pengukuran pada Ibu Hamil ..18BAB IV : Penutup 20Daftar Pustaka .22Lampiran ..23BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakangSejak Pelita I hingga sekarang, masalah gizi masih berdomisili di Indonesia. Saat ini di Indonesia masalah gizi bercabang menjadi dua, yaitu kekurangan gizi dan kelebihan gizi. Masalah gizi kurang pada umumnya di sebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan, kuranngnya pengetahuan masyarakat mengenai gizi, menu seimbang dan kesehatan, serta adanya daerah yang miskin gizi (iodium). Terdapat empat masalah gizi kurang atau buruk di Indonesia yang masih ada hingga sekarang, yaitu : Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi (AGM), Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI), dan Kurang Vitamin A (KVA). (Sunita Almaitser, 2001).Masalah gizi di atas adalah masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi disamping merupakan sindroma kemiskinan yang erat kaitannya dengan masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga juga menyangkut aspek pengetahuan dan perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat. (Sururi, 2006). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Rinkesdas) 2007, 21 provinsi dan 216 kabupaten/kota, tingkat prevalensi gizi buruknya masih berada di atas rata-rata nasional yakni 5,4%. (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2007).Menurut WHO pada tahun 2000 balita yang kurang gizi mempunyai risiko meninggal lebih tinggi dibandingkan balita yang tidak kurang gizi. Setiap tahun kurang lebih 11 juta balita di seluruh dunia meninggal oleh karena penyakit-penyakit infeksi seperti ISPA, diare, malaria, campak, dan lain-lain. Ironisnya, 54% dari kematian tersebut berkaitan dengan adanya kurang gizi.Adapun saat ini, kasus gizi buruk menjadi salah satu sorotan utama di Indonesia. Gizi kurang dan gizi buruk perlu mendapat perhatian khusus karena

dapat menimbulkan the lost generation. Kualitas bangsa di masa depan akan sangat dipengaruhi oleh keadaan atau status gizi pada saat ini, terutama balita karena akibat gizi kurang dan gizi buruk akan mempengaruhi kualitas kehidupannya kelak. Gizi buruk pada anak dipengaruhi oleh banyak factor yang saling terkait. Secara langsung dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu; anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang, anak tidak mendapat asuhan gizi yang memadai dan anak mungkin menderita penyakit infeksi. (Field Lab FK UNS, 2010).Anemia gizi juga merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia. Sebagaian besar anemia gizi ini adalah anemia gizi besi. Penyebab utama gizi besi adalah makanan yang dimakan kurang mengandung besi, terutama dalam bentuk besi-hem. Di samping itu pada wanita juga bisa disebabkan karena kehilangan darah ketika haid dan persalinan. (Sunita Almatsier. 2001)

Status kesehatan ibu hamil di Indonesia juga tergolong buruk jika dibandingkan negara ASEAN lainnya, apalagi dibandingkan negara maju. Resiko kematian ibu karena melahirkan di Indonesia adalah 1 : 65. Angka kematian ibu menurut SDKI adalah 390 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1995 dan sekarang angka kematian ibu melahirkan masih 228 per 100.000 jiwa. Masalah kesehatan dan gizi ibu hamil yang umum di Negara berkembang adalah anemia gizi. Ibu hamil yang menderita KEK dan Anemia cenderung melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBRL). Risiko kesakitan lebih besar terutama pada trisemester III. Resiko meninggal 5 kali lebih besar dan 6 kali lebih besar bila menderita infeksi. (Hadi, Hamam. 2005)Krisis ekonomi di Indonesia yang terjadi pada tahun 1998-2000 telah menjadikan asupan zat gizi ibu hamil dari masyarakat kurang mampu khususnya,menurun secara signifikan dan menjadikan mereka mengalami Kurang Energi Kronis (KEK) yang didefinisikan dengan Lingkar Lengan Atas (LILA) < 23,5 cm (HKI, 2000).Berangkat dari masalah-masalah tersebut, pemantauan status gizi balita dan ibu hamil dirasa sangat perlu dilakukan. Pengukuran gizi sangat penting untuk mengetahui status gizi seseorang. Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan jumlah asupan (intake) zat gizi (nutrients) dan jumlah yang dibutuhkan (requirement) oleh tubuh (Sunita, 2001) untuk berbagai fungsi biologis (pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya). Status gizi seseorang dapat dikategorikan menjadi gizi buruk, gizi normal, atau gizi lebih. Salah satu cara yang sering digunakan dalam mengukur status gizi seseorang adalah antropometri karena penggunaanya relatif mudah, murah, dan praktis. Adapun Status Gizi Anak pada dasarnya adalah keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antroppometri (Suharjo, 1996), dan dikategorikan berdasarkan standar baku WHO-NCHS dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB.Pada keterampilan pemantauan kali ini, dilakukan dengan pengukuran antopometri, yang terdiri dari, berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar lengan atas (LILA), dan juga body mass index (BMI). Selanjutnya data yang telah diperoleh melalui pengukuran antopometri dikategorikan berdasarkan baku rujukan sehingga dapat diperoleh gambaran keadaan status gizibalita dan ibu hamil.Karena pentingnya keterampilan pemantauan ini, mahasiswa kedokteran dituntut untuk menguasai semua keterampilan antopometri yang berkaitan dengan pemantauan status gizi dan anemia gizi ibu hamil. Kegiatan field lab yang ada pada semester ini diharapkan mampu menjadi wadah para mahasiswa untuk mempelajari dan mempraktekkan secara langsung kegiatan pemantauan status gizi balita dan ibu hamil.B. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti kegiatanfield lab ini, diharapkan mahasiswa mampu melakukan pemantauan status gizi balita dan ibu hamil di Puskesmas. Adapun learning outcome (Tujuan Pembelajaran) pembelajaran ini adalah diharap mahasiswa : Mampu melakukan pemantaun status gizi balita (screening status gizibalita), yang terdiri dari :1. Mampu melakukan pengukuran berat badan (BB), tinggi badan (TB), atau panjang badan (PB), dan umur (U) balita.2. Mampu mengkategorikan hasil pengukuran BB, TB, atau PB, dan U dalamstatus gizi balita menurut aturan WHO.3. Mampu mengisi dan membaca Kartu Menuju Sehat Balita (KMS-Balita).

4. Mampu melakukan tindakan berdasar keadaan balita pada KMS-Balita.

Mampu melakukan pemantauan status gizi dan anemia gizi besi ibu hamil,yang terdiri dari :1. Mampu melakukan pengukuran antropometri ibu hamil baik dengan indikator BB/TB atau body mass index (BMI) atau menggunakan lingkar lengan atas (LILA).2. Mampu mengkategorikan derajat anemia dari hasil pengukuran kadar hemoglobin (Hb) menurut WHO.

3. Mampu mengisi dan membaca Kartu Menuju Sehat Ibu Hamil (KMS-IbuHamil).

4. Mampu melakukan tindakan berdasar status gizi dan status anemia padaibu hamil menurut KMS-Ibu Hamil.

5. Mampu melakukan tindakan standar pelayanan antenatal minimal 5T,yaitu: timbang berat dan ukur tinggi badan; ukur tekanan darah; pemberianimunisasi TT lengkap; ukur tinggi fundus uteri; dan pemberian tablet zatbesi minimal 90 tablet selama kehamilanBAB II

KEGIATAN YANG DILAKUKANKegiatan field lab dilaksanakan pada tanggal 13 dan 20 Nopember 2012 bertempat di Puskesmas Jenar, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen. Pada hari pertama, setelah pembekalan/briefing oleh pembimbing, dilakukan praktik langsung di lapangan untuk pengukuran antropometri sebagai dasar untuk menentukan status gizi. Kegiatan ini tepatnya dilaksanakan di Posyandu Teratai IV yang terletak di Desa Sumberan Sumberan, RT/RW 02/06, Kelurahan Japoh, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen yang merupakan Posyandu di bawah binaan Puskesmas Jenar. Hal ini dilakukan karenak program pemantauan status gizi balita dan ibu hamil sudah banyak diserahkan kepada ranting-ranting dari Puskesmas berupa posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), sehingga dengan adanya posyandu ini diharapkan pemantauannya bisa lebih efektif.

Berikut adalah penjelasan kegiatan field lab yang telah dilakukan :

1. Kegiatan field lab pada hari pertama (Selasa, 13 Nopember 2012) Pada hari pertama field lab, dijadwalkan kami harus datang sekitar jam 8 atau 9 pagi. Sehingga pukul 6 pagi kelompok kami sudah berkumpul dan bersiap melakukan pemberangkatan. Hal ini mengingat perjalanan yang cukup jauh antara Puskesmas Jenar dengan tempat kuliah kami berada (Universitas Sebelas Maret, kampus Kentingan, Surakarta) yang ditempuh selama sekitar 1 jam 30 menit.

Setelah segalanya dirasa sudah cukup, pada jam 6.30 kami melakukan pemberangkatan. Sekitar pukul 8.00 rombongan mobil pertama sampai di puskesmas, sedang mobil kedua baru bisa datang sekitar pukul 9.00 dikaenakan ada sedikt masalah kecil. Sesuai rencana, pada hari pertama field lab, kami akan langsung diterjunkan ke Posyandu untuk mengambil data baik balita maupun ibu hamil. Namun sebelumnya, diadakan briefing terlebih dahulu oleh dr. Novi selaku Kepala Puskesmas Jenar sebagai bekal awal ketika akan terjun

langsung ke Posyandu. Briefing diadakan sekitar pukul 11.00, sedang kegiatan di posyandu akan dimulai pukul 12.00.

Dalam briefing yang bertopik pemantauan gizi balita dan ibu hamil, kami diberikan bekal yang sekiranya akan digunakan ketika nanti melakukan pengukuran antopometri sebagai dasar penentuan status gizi. Mulai dari berat badan (BB), tinggi badan (TB), atau panjang badan (PB), dan umur (U) untuk balita. Kemudian Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB) untuk penentuan body mass index (BMI) juga Lingkar Lengan Atas (LILA) untuk ibu hamil. Kami juga dikenalkan dengan buku KIA sebagai pengganti KMS, sekaligus diajarkan bagaimana cara pengisiannya. Jadi mulai dari ibu hamil hingga melahirkan data dimasukkan pada buku tersebut. KMS untuk balitapun sudah terdapat di dalamnya.Selain diajarkan teori dasar, kami juga dibekali dengan praktik secara langsung. Jadi tenaga kesehatan di Puskesmas Jenar juga membekali kami dengan melihat dan mengajarkan pula bagaimana cara menggunakan alat-alat yang akan digunakan nanti. Mulai dari microtoise untuk mengukur tinggi, pita untuk mengukur lingkar lengan dan lingkar kepala, dacin untuk mengukur berat balita, timbangan untuk mengukur berat anak dan dewasa, dan linen untuk mengukur panjang badan balita.

Setelah dirasa cukup, kami istirahat sebentar, menyantap beberapa makanan yang tersedia di kantin puskesmas, sembari bersiap untuk menuju ke posyandu. Pukul 12.15 kamipun berangkat. Didampingi juga oleh dr. Novi dan seorang tenaga kesehatan dari Puskesmas Jenar.Sesampai di posyandu Teratai IV kami sudah disambut dengan kumpulan anak-anak dan balita yang akan melakukan pemeriksaan rutin di posyandu tersebut. Oleh dr. Novi, kami dipersilahkan untuk terjun langsung melihat dan melakukan pengukuran antropometri terhadap balita-balita tersebut. Dari 11 orang anggota, kami dibagi menjadi 5 kelompok. Yang mana masing-masing kelompok diberikan kesempatan untuk melakukan antropometri kepada 1 orang balita. Mulai dari pengukuran berat badan dengan menggunakan dacin atau alat pengukur timbangan yang biasa, juga tinggi/panjang badan dengan menggunakan microtoise atau papan pengukur.

Untuk pengukuran pada ibu hamil, kebetulan ada satu orang yang berada di puskesmas tersebut. Sehingga bisa kami manfaatkan untuk menimba ilmu melakukan penentuan status gizinya, tentunya berdasarkan tuntunan dan bimbingan dari suster yang lain.Dalam melakukan pengukuran antropometri pada balita, kami rasa kami tidak mendapat banyak kesulitan. Sebelum melakukan antropometri ini sendiri, dilakukan anamnesis singkat. Tentunya untuk mengetahui apa dan bagaimana yang dihadapi anak selama sebulan pertumbuhannya. Adapun beberapa kendala ringan yang kami hadapi misalnya balita yang mungkin agak rewel dan susah sekali untuk diajak bekerja sama ketika melakukan pengukuran. Dalam hal ini, keterampilan berkomunikasi sangat diperlukan untuk membuat balita-balita tersebut merasa nyaman dan akhirnya mau untuk dilakukan pengukuran. Kendala yang serupa utamanya terjadi pada seorang bayi. Setiap kami menyentuh atau melakukan apapun selalu saja tangis yang terdengar keluar dari mulutnya.

Adapun kegiatan pengukuran BB dan TB/PB pada balita, dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada di buku manual field lab, yaitu:

Pengukuran berat badan dengan Dacin. 1)Mengantung dacin di tempat yang kokoh.

2)Atur posisi batang dacin sejajar dengan mata penimbang.

3)Atur bandul geser agar berada pada posisi angka nol dan posisi paku tegak lurus.

4)Gantung kotak timbang yang kosong pada dacin.

5)Beri kantung plastik berisi pemberat (misalnya batu) untuk menyeimbangkan dacin sampai kedua jarum tegak lurus.

6) Tanyakan berat badan balita satu atau dua bulan sebelumnya karena untuk menentukan status pertumbuhan perlu 3 titik pengukuran.

7) Taruh balita ke dalam kotak timbangan dengan pakaian seminimal mungkin dan geser bandul sampai paku tegak lurus.

8) Baca angka yang ditunjuk pada ujung bandul geser.

9) Catat hasil penimbangan pada kertas/ buku catatan dalam kg dan ons.

10) Langsung kembalikan bandul ke angka nol dan keluarkan balita dari kotak timbang.

Pengukuran panjang badan dengan microtoise. 1) Letakkan microtoise dilantai yang rata dan menempel pada dinding yang tegak lurus.

2)Tarik pita meteran tegak lurus ke atas sampai angka pada jendela baca menunjukkan angka nol. Paku ujung pita atas pada dinding.

3)Tarik kepala microtoise ke atas sampai paku.

4)Posisikan balita berdiri tegak lurus dibawah microtoise membelakangi dinding, pandangan lurus ke depan, bagian belakang kepala, tulang belikat, pantat dan tumit menempel di dinding, kedua lutut dan tumit rapat.

5)Tarik kepala microtoise sampai puncak kepala balita

6)Baca angka pada jendela baca dari angka kecil ke angka besar dan catat hasilnya.Setelah dilakukan pengukuran, didapatkan hasil sebagai berikut:NoNama BalitaJenis KelaminTTLUmur (bulan)BB (kg)TB/PB (cm)

1.Dicky OctavianL8-11-201110.780

2.Aulia Dian NP5-1-20128.270

3.AfanL15-3-20127.462

4.RezaL6 -5-20128.570

5.SaniaP26-7-20126.763

6.Elisa PutriP11-5-20101086

7.Sabrina AlyaP14-5-201010.486

8.NitaP3-2-20118.578

9.Fesa Ogy A.L12-10-201010.186

10.Rava ArdianL25-1-20111081

11.FeliP13-2-20119.174

12.Nabila DeaP18-4-201110.483

13.SakaL18-5-201110.180

14.Adila FebiyantiP27-2-200816.2102

15.Nova AzizahP24-7-200912.491

16.Salma N.P5-5-20091492

17.Yulia WahyuP24-7-200916.998

18.Muh. DaupaL24-12-200812.893

Tabel: Hasil Pengukuran Antropometri pada BalitaDalam pemeriksaan ibu hamil kami ditemani salah satu tenaga kesehatan dari Puskemas. Kami diajarkan teknik-teknik penting dalam pemeriksaan ibu hamil. Mulai dari ilmu dasar seperti mengukur lingkar lengan atas (LILA), juga bagaimana cara menentukan umur kehamilan. Berikut adalah hasil pengukuran pada ibu hamil.Adapun prosedur pengukuran LILA pada ibu hamil, yaitu:

1. Mempersiapkan alat pengukur, yaitu pita pengukur lingkar lengan atas.

2. Memperkenalkan diri dan menerangkan prosedur pengukuran serta manfaatnya.

3. Memilih lengan yang akan diukur, yaitu yang jarang dipakai bekerja (lengan kiri, jika kidal yang diukur lengan kanan).

4. Membebaskan lengan ibu hamil dari pakaian.

5. Mengukur panjang lengan, dengan titik pengukuran dari pangkal (acromion) hinggga siku (olecranon). Lengan ibu membentuk sudut 90.

6. Merelaksasikan lengan ibu hamil.

7. Mengukur lingkar lengan atas pada titik tengah panjang dengan pita pengukur LILA.

8. Membaca hasil pengukuran LILA.Berikut hasil antropometri dan data lain pada ibu hamil yang kami dapatkan:NoNama BumilU (th)BB (kg)TB (cm)BMIHbLILANama Suami

1Ny. Sumiati235215621,410,226,0Bp. Sugeng

Tabel: Hasil Pengukuran antopometri pada ibu hamil.Dari kesemua hasil pemeriksaan di atas, data-data dimasukkan ke dalam satu buku yang mana dalam buku tersebut semua data pada bulan-bulan sebelumnya sudah dikumpulkan, yaitu buku KIA seperti yang telah dijelaskan di atas. Kami juga diajarkan bagaimana mengisi KMS tersebut sekaligus menentukan bagaimana status gizi balita-balita yang hari itu datang untuk periksa. Dari keterangan yang kami dapat, menurut salah seorang suster di posyandu tersebut, untuk anak-anak yang dibawahi Posyandu Teratai IV rata-rata status gizinya baik, bahkan ada beberapa yang berlebih.Adapun pengisian KMS pada balita, dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada di buku manual field lab, yaitu:

Pengisian KMS

Balita Datang Pertama Kali:1.Mengisi nama anak dan nomor pendaftaran.

2.Mengisi kolom identitas yang tersedia pada halaman dalam KMS balita:

l Kolom posyandu diisi nama Posyandu tempat anak didaftar.

l Kolom tanggal pendaftaran diisi tanggal anak didaftar pertama kali.

l Kolom nama anak diisi nama jelas anak.

l Kolom jenis kelamin diisi tanda ceklis (V) yang sesuai.

l Kolom anak yang ke diisi nomor urut kelahiran anak dalam keluarga (termasuk anak yang meninggal).

l Kolom tanggal lahir diisi bulan dan tahun lahir anak.

l Kolom berat badan lahir diisi angka penimbangan berat badan anak saat dilahirkan dalam satuan gram berat badan lahir.

l Kolom nama ayah dan nama ibu beserta pekerjaannya diisi sesuai nama dan pekerjaan ayah dan ibu anak tersebut.

l Kolom alamat diisi alamat anak menetap.

3.Mengisi kolom bulan lahir.

4.Meletakkan titik berat badan pada grafik KMS balita.

5.Mencatat keadaan kesehatan, makanan dan keadaan lainnya.

6.Mengisi kolom pemberian imunisasi.

7.Mengisi kolom pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi.

8.Mengisi kolom periode pemberian ASI Ekslusif.

Balita Datang Kedua Kali dan Seterusnya:1. Jika ibu tidak membawa KMS, maka harus menanyakan hasil penimbangan 2 bulan sebelumnya agar dapat ditentukan status pertumbuhannya.

2. Melakukan langkah 4, kemudian menghubungkan titik berat badan bulan ini dengan bulan lalu dalam bentuk garis lurus.

3. Melakukan langkah 5. Mencatat semua kejadian yang dialami anak pada garis tegak sesuai bulan yang bersangkutan. Apabila anak mendapat imunisasi melakukan langkah keenam.

4. Apabila anak ditimbang pada bulan kapsul vitamin A (Februari dan Agustus) dan diberi kapsul vitamin A, melakukan langkah 7.

5. Apabila umur bayi masih dibawah 6 bulan, melakukan langkah 8.

Sekitar pukul 13.30 semua acara yang diadakan di Posyandu Teratai IV-pun selesai. Tak lupa kami mendokumentasikan kegiatan kami hari itu. Sebagai penutup kami semua berfoto bersama dokter Novi, dokter sugeng, beberapa orang suster dan pegawai yang ada di posyandu tersebut, serta balita-balita serta ibu yang hari itu datang ke posyandu. Setelah itu, kami dipersilahkan pulang. Acara field lab pada hari pertamapun selesai.

2. Kegiatan field lab pada hari kedua (Selasa, 20 Nopember 2012) Pada hari keduaa, dilakukan presentasi mengenai hasil pemantauan status gizi yang telah dilakukan pada field lab sebelumnya. Presentasi dilakukan di Puskesmas Jenar, dengan dihadiri oleh Kepala Puskesmas, pembimbing, serta para tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Jenar.

BAB III

PEMBAHASANUntuk mengetahui apakah balita atau pun ibu hamil termasuk ke dalam gizi baik ataupun gizi buruk, maka perlu dilakukan penginterpretasian data yang telah diperoleh. Penginterpretasian data didasarkan pada baku rujukan yang telah ditetapkan. Untuk pengukuran antopometri balita digunakan baku rujukan grafik z-scores dari WHO dan grafik yang ada pada KMS-Balita. Z-scores dapat membandingkan beberapa komponen, diantaranya, BB/U, PB/U, BB/PB, dan BMI/U. Sedangkan KMS-Balita memberikan gambaran mengenai status gizi balita dengan pemantauan berat badan pada bulan penimbangan dan bulan-bulan sebelumnya.

Untuk hasil pengukuran ibu hamil, pengintepretasian data didasarkan pada hasil pengukuran lingkar lengan atas (LILA). LILA normal menurut WHO yaitu >23,5 cm. Apabila ibu hamil memiliki LILA