Laporan Kasus RM

39
BAB I PENDAHULUAN Sindrom low back pain (LBP) adalah suatu sindrom klinik yang ditandai dengan gejala utama rasa nyeri atau perasaan lain yang tidak enak di daerah tulang punggung bagian bawah dan sekitarnya. Sindrom ini begitu sering didengar oleh karena angka kesakitan LBP di dalam masyarakat masih sangat tinggi. Di dalam masyarakat tampaknya LBP tidak memandang umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial, tingkat pendidikan dan sebagainya. Sebanyak 80% dari umat manusia dalam hidupnya pernah mengalami LBP. Para antropolog mengemukakan teorinya yang sangat mengesankan tentang kejadian LBP ini, yaitu bahwa LBP adalah suatu konsekuensi logis dari perkembangan manusia dari keadaan quadripedal menjadi bipedal. Pada saat manusia hidup dalam keadaan quadripedal, maka berat badan disangga oleh keempat ekstremitas, yaitu dua di bagian belakang dan dua di bagian depan. 1

description

Low back pain ec spondilosis lumbalis

Transcript of Laporan Kasus RM

Page 1: Laporan Kasus RM

BAB I

PENDAHULUAN

Sindrom low back pain (LBP) adalah suatu sindrom klinik yang ditandai

dengan gejala utama rasa nyeri atau perasaan lain yang tidak enak di daerah tulang

punggung bagian bawah dan sekitarnya. Sindrom ini begitu sering didengar oleh

karena angka kesakitan LBP di dalam masyarakat masih sangat tinggi. Di dalam

masyarakat tampaknya LBP tidak memandang umur, jenis kelamin, pekerjaan,

status sosial, tingkat pendidikan dan sebagainya. Sebanyak 80% dari umat

manusia dalam hidupnya pernah mengalami LBP. Para antropolog

mengemukakan teorinya yang sangat mengesankan tentang kejadian LBP ini,

yaitu bahwa LBP adalah suatu konsekuensi logis dari perkembangan manusia dari

keadaan quadripedal menjadi bipedal.

Pada saat manusia hidup dalam keadaan quadripedal, maka berat badan

disangga oleh keempat ekstremitas, yaitu dua di bagian belakang dan dua di

bagian depan. Akibatnya, beban berat yang diterima oleh tulang punggung tidak

besar dan tersebar merata. Tetapi pada saat manusia berevolusi ke arah bipedal,

maka tulang punggung akan menerima beban lebih besar sebagai konsekuensi

tugasnya untuk menjaga posisi tegak tubuh, dan beban ini akan lebih banyak

LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara

industri. Diperkirakan 70-85% dari seluruh populasi pernah mengalami episode

ini selama hidupnya. Prevalensi tahunannya bervariasi dari 15-45%, dengan point

prevalence rata-rata 30%.  Di AS nyeri ini merupakan penyebab yang urutan

paling sering dari pembatasan aktivitas pada penduduk  dengan usia <45 tahun,

1

Page 2: Laporan Kasus RM

urutan ke 2 untuk alasan paling sering berkunjung ke dokter, urutan ke 5 alasan

perawatan di rumah sakit, dan alasan penyebab yang paling sering untuk tindakan

operasi.

Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun

diperkirakan 40% penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah

menderita nyeri pinggang, prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita

13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di

Indonesia berkisar antara 3-17%. Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya

low back pain antara lain adalah akibat proses degeneratif yaitu spondilosis.

Spondilosis (spinal osteoarthritis) merupakan suatu keadaan dimana

terjadi proses degeneratif yang menyebabkan kerusakan/berkurangnya struktur

dan fungsi normal dari tulang punggung seseorang, dimana proses degeneratif

dari spondilosis ini dapat mengenai daerah servikal, thorakal, atau lumbal.  Faktor

yang banyak berperan didalam terjadinya spondilosis adalah umur, dimana

penderita spondilosis meningkat pada usia pertengahan yaitu 40-60 tahun.

Low back pain yang diakibatkan oleh spondilosis di Amerika merupakan

angka terbanyak kedua sesudah gangguan pernapasan yang menyebabkan orang

datang ke dokter untuk diperiksa dan di obati.

2

Page 3: Laporan Kasus RM

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Tulang Belakang 4-6

1. Columna Vertebralis

a. 7 vertebra cervicalis

b. 12 vertebra thoracicus

c. 5 vertebra lumbalis

d. 5 vertebra sacralis

e. 4 vertebra coccygis

Dari 33 vertebra tersebut, hanya 24 vertebra, yaitu 7 vertebra

cervicalis, 12 vertebra thoracicus, dan 5 vertebra lumbalis yang dapat

digerakkan pada orang dewasa. Pada orang dewasa kelima vertebra

sacralis melebur untuk membentuk os coccygis.

Gambar 1. Columna Vertebralis

3

Page 4: Laporan Kasus RM

Fungsi columna vertebralis yaitu sebagai berikut.

a. Menyangga berat kepala dan batang tubuh

b. Memungkinkan pergerakan kepala dan batang tubuh

c. Melindungi medulla spinalis

d. Memungkinkan keluarnya nervus spinalis dari kanalis spinalis

e. Tempat untuk perlekatan otot-otot

Vertebra yang khas terdiri dari korpus vertebra dan arkus vertebra.

Korpus vertebra adalah bagian ventral yang member kekuatan pada

columna vertebralis dan menanggung berat tubuh. Arkus vertebra adalah

bagian dorsal vertebra yang terdiri dari pedikulus arkus vertebra dan

lamina arkus vertebra. Pedikulus arkus vertebra adalah taju pendek yang

kokoh dan menghubungkan lengkung pada korpus vertebra; incisura

vertebralis merupakan torehan pada pedikulus arkus vertebra. Incisura

vertebralis superior dan inferior pada vertebra yang berdekatan

membentuk sebuah foramen intervertebrale. Foramen vertebra berurutan

pada columna vertebralis yang utuh membentuk kanalis vertebralis yang

berisi medulla spinalis, meninges, jaringan lemak, akar saraf, dan

pembuluh.

4

Page 5: Laporan Kasus RM

2. Ligamentum Columna Vertebralis

Ligamentum longitudinale anterior dan posterior berjalan turun

pada permukaan anterior dan posterior columna vertebralis dari cranium

sampai sacrum. Ligamentum longitudinale anterior lebar dan melekat

dengan kuat pada pinggir depan di samping korpus vertebra dan pada

discus intervertebralis. Ligamentum longitudinale anterior membantu

mencegah hiperekstensi columna vertebralis. Ligamentum longitudinale

posterior lemah, sempit dan melekat pada pinggir posterior discus.

Ligamentum longitudinale posterior membantu mencegah terjadinya

hiperfleksi columna vertebralis dan menonjolnya discus intervertebralis ke

dorsal. Ligamentum-ligamentum ini mengikat dengan kuat seluruh

vertebra, tetapi tetap memungkinkan sedikit pergerakan di antaranya.

Gambar 2. Ligamen-ligamen pada Vertebra

5

Page 6: Laporan Kasus RM

3. Discus Intervertebralis

Sendi-sendi korpus vertebra termasuk jenis sendi kondral sekunder

(simfisis) yang dirancang untuk menanggung beban dan kekuatan.

Permukaan vertebra-vertebra berdekatan memperoleh hubungan melalui

sebuah discus intervertebralis dan ligamentum.

Discus intervertebralis menyusun seperempat dari panjang

columna vertebralis. Discus ini paling tebal di daerah cervical dan lumbal,

tempat banyak terjadinya gerakan columna vertebralis. Discus bersifat

semielastis. Ciri fisik ini memungkinkannya untuk berfungsi sebagai

peredam benturan bila beban pada columna vertebralis mendadak

bertambah dan kelenturan memungkinkan vertebra yang kaku dapat

bergerak satu dengan yang lainnya. Daya pegas ini berangsur menghilang

dengan bertambahnya usia. Discus intervertebralis tidak ditemukan di

antara vertebra C1-C2, di dalam os sacrum, dan di dalam os coccygeus.

Discus intervertebralis antara lain terdiri dari:

a. Annulus fibrosus

Terdiri dari jaringan fibrokartilago, di dalamnya serabut-serabut

kolagen tersusun dalam lamel-lamel yang konsentrism dimana lamel-

lamel yang lain berjalan dalam arah sebaliknya. Serabut-serabut yang

lebih perifer melekat erat pada ligamentum longitudinale anterior dan

posterior columna vertebralis.

6

Page 7: Laporan Kasus RM

b. Nukleus pulposus

Pada anak-anak dan remaja terdiri dari zat gelatin yang banyak

mengandung air, sedikit serabut kolagen, dan sedikit tulang rawan.

Biasanya berada dalam tekanan dan terletak sedikit lebih dekat ke

pinggir posterior daripada pinggir anterior discus. Sifat nukleus

pulposus yang setengah cair memungkinkan berubah bentuk dan

vertebra dapat menjungkit ke depan dan ke belakang di atas yang lain,

seperti gerakan fleksi dan ekstensi columna vertebralis. Permukaan

atas dan bawah korpus vertebra yang berdekatan dan menempel pada

discus diliputi oleh cartilage hialin yang tipis.

Gambar 3. Struktur Vertebra

Peningkatan beban kompresi yang mendadak pada columna

vertebralis menyebabkan nukleus pulposus yang semi cair menjadi

gepeng. Dorongan keluar nukleus ini dapat ditahan oleh daya pegas

annulus fibrosus di sekelilingnya. Kadang, dorongan ini terlalu kuat

bagi annulus, sehingga annulus menjadi robek dan nukleus pulposus

keluar dan menonjol ke dalam kanalis vertebralis serta dapat menekan

radiks saraf spinalis, nervus spinalis, atau bahkan medulla spinalis.

7

Page 8: Laporan Kasus RM

Dengan bertambahnya usia, kandungan air di dalam nukleus

pulposus berkurang dan digantikan oleh fibrokartilago. Serabut-serabut

kolagen annulus berdegenerasi dan sebagai akibatnya annulus tidak

lagi berada dalam tekanan. Pada usia lanjut, discus ini tipis, kurang

lentur, dan tidak dapat dibedakan lagi antara nukleus dengan annulus.

4. Susunan Saraf Spinal

Sepanjang medulla spinalis melekat 31 pasang nervus spinalis

melalui radiks anterior atau motorik dan radiks posterior atau sensorik.

Masing-masing radiks melekat pada medulla spinalis melalui sederetan

radices (radiks kecil), yang terdapat di sepanjang segmen medulla spinalis

yang sesuai. Setiap radiks mempunyai sebuah ganglion radiks posterior,

yang axon sel-selnya memberikan serabut-serabut saraf perifer dan pusat.

Gambar 4. Saraf Spinal

8

Page 9: Laporan Kasus RM

Radiks nervus spinalis berjalan dari masing-masing segmen

medulla spinalis ke foramen intervertebralis yang sesuai, tempat keduanya

menyatu membentuk nervus spinalis. Di sini serabut-serabut motorik dan

sensorik bercampur, sehingga setiap saraf spinal terdiri atas campuran

serabut motorik dan sensorik. Karena pertumbuhan memanjang columna

vertebralis tidak sebanding dengan pertumbuhan medulla spinalis, panjang

radiks n. Spinalis bertambah dari atas ke bawah.

Di daerah cervical atas, radiks nervus spinalis pendek dan berjalan

hamper horizontal, tetapi di bawah ujung medulla (pada orang dewasa

setinggi pinggir bawah vertebra L1) membentuk seberkas saraf vertikal di

sekitar filum terminale. Berkas saraf vertikal ini disebut cauda equina.

Setelah keluar dari foramen intervertebrale, masing-masing nervus

spinalis segera bercabang dua menjadi ramus anterior yang besar dan

ramus posterior yang lebih kecil, tang keduanya mengandung serabut-

serabut motorik dan sensorik.

B. Klasifikasi Low Back Pain

1. LBP oleh faktor mekanik

a. LBP oleh mekanik akut

Biasanya timbul bila tubuh melakukan gerakan secara mendadak,

melakukan gerakan melampaui batas kemampuan sendi dan otot, atau

melakukan sesuatu untuk jangka waktu terlampau lama.

9

Page 10: Laporan Kasus RM

b. LBP oleh mekanik kronik

Paling sering disebabkan oleh sikap tubuh yang jelek. Sikap tubuh

yang jelek yang dimaksudkan adalah sikap tubuh membungkuk ke

depan, kepala menunduk, perut membuncit, dan dada kempis

mendatar. Sikap tubuh yang demikian tentunya akan mendorong titik

berat badan tergeser ke arah depan. Sebagai kompensasi agar

keseimbangan tubuh tetap terjaga, punggung dan bahu harus ditarik ke

arah belakang, sehingga timbul hiperlordosis lumbal. Hal ini tentunya

dimungkinkan bila otot-otot paravertebra melakukan kontraksi terus-

menerus. Di samping itu hiperlordosis mengakibatkan pendekatan

selaput sendi artikulasio posterior hingga timbul iritasi dan inflamasi.

2. LBP oleh faktor organik

Proses patologi primer terjadi di tulang vertebra, discus intervertebra atau

dalam kanalis spinalis.

a. LBP osteogenik

1) Radang

2) Trauma

3) Keganasan

4) Kongenital

10

Page 11: Laporan Kasus RM

b. LBP diskogenik

Dalam hal ini, proses primer terletak pada discus intervertebral.

Bentuk gangguan yang sering dijumpai ialah:

1) Spondilosis

Spondylosis adalah suatu penyakit degenerasi dari spine yaitu

degenerasi intervertebral discus. Ketika degenerasi discus terjadi, elastisitas

serabut dari annulus menurun dan berubah menjadi jaringan fibrous

menyebabkan fleksibilitas dan gerakan menjadi kaku. Spondylosis ini

termasuk penyakit degenerasi yang proses terjadinya secara umum

disebabkan oleh berkurangnya kekenyalan discus yang kemudian

menipis dan diikuti dengan lipatan ligamen di sekeliling korpus

vertebra, seperti ligamentum longitudinal. Selanjutnya pada lipatan

ini terjadi pengapuran dan terbentuk osteofit.

2) Hernia nukleus pulposus (HNP)

3) Spondilitis ankilosa

Gambar 5. Kelainan pada Discus Intervertebralis

11

Page 12: Laporan Kasus RM

c. LBP neurogenik

1) Neoplasma

2) Arakhnoiditis

3) Stenosis kanal

3. Nyeri rujukan

4. Nyeri psikogenik

C. Diagnosis Low Back Pain

1. Anamnesis 1, 2, 7

Anamnesis dilakukan secara terarah dan terbimbing mengenai hal-

hal sebagai berikut:

a. Lama dan frekuensi serangan, nyeri punggung bawah akibat sebab

mekanik berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan. Herniasi

discus bisa membutuhkan waktu 8 hari sampai resolusinya.

Degenerasi discus dapat menyebabkan rasa tidak nyaman kronik

dengan eksaserbasi selama 2-4 minggu.

b. Lokasi dan penyebaran, kebanyakan nyeri punggung bawah akibat

gangguan mekanis atau medis terutama terjadi di daerah lumbosakral.

Nyeri yang menyebar ke tungkai bawah atau hanya di tungkai bawah

mengarah ke iritasi akar saraf. Nyeri yang menyebar ke tungkai juga

dapat disebabkan peradangan sendi sakroiliaka. Nyeri psikogenik

tidak mempunya pola penyebaran yang tetap.

12

Page 13: Laporan Kasus RM

c. Faktor yang memperberat/memperingan. Pada lesi mekanis keluhan

berkurang saat istirahat dan bertambah saat aktivitas. Pada penderita

HNP duduk agak bungkuk memperberat nyeri. Batuk, bersin atau

manuver valsava akan memperberat nyeri. Pada penderita tumor, nyeri

lebih berat atau menetap jika berbaring.

d. Kualitas/intensitas. Penderita perlu menggambarkan intensitas nyeri

serta dapat membandingkannya dengan berjalannya waktu. Harus

dibedakan antara nyeri punggung bawah dengan nyeri tungkai, mana

yang lebih dominan dan intensitas dari masing-masing nyerinya, yang

biasanya merupakan nyeri radikuler. Nyeri pada tungkai yang lebih

banyak dari pada nyeri punggung bawah dengan rasio 80-20%

menunjukkan adanya radikulopati dan mungkin memerlukan suatu

tindakan operasi. Bila nyeri nyeri punggung bawah lebih banyak

daripada nyeri tungkai, biasanya tidak menunjukkan adanya suatu

kompresi.

Gejala nyeri punggung bawah yang sudah lama dan intermiten,

diselingi oleh periode tanpa gejala merupakan gejala khas dari suatu

nyeri punggung bawah yang terjadinya secara mekanis. Walaupun

suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat, yang biasanya

berhubungan dengan pekerjaan, bisa menyebabkan suatu nyeri

punggung bawah, namun sebagian besar episode herniasi discus

terjadi setelah suatu gerakan yang relatif sepele, seperti membungkuk

atau memungut barang yang enteng.

13

Page 14: Laporan Kasus RM

e. Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan

bertambahnya nyeri punggung bawah, yaitu duduk dan mengendarai

mobil dan nyeri biasanya berkurang bila tiduran atau berdiri, dan

setiap gerakan yang bisa menyebabkan meningginya tekanan intra-

abdominal akan dapat menambah nyeri, juga batuk, bersin dan

mengejan sewaktu defekasi.

f. Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-mekanik.

Nyeri pada malam hari bisa merupakan suatu peringatan, karena bisa

menunjukkan adanya suatu kondisi terselubung seperti adanya suatu

keganasan ataupun infeksi.

2. Observasi Umum dan Pemeriksaan Fisik

Perhatikan cara penderita berdiri, berjalan, dan duduk. Penderita

HNP biasanya tertatih-tatih, tungkai yang sakit dalam posisi fleksi lutut

dan panggul untuk mengurangi nyeri. Selanjutnya, perhatikan bagian

belakang tubuh, apakah terdapat gibbus, ataupun skoliosis. Bagaimana

bentuk lordosis, apakah normal, mendatar, atau hiperlordosis. Perhatikan

pula apakah terdapat kemiringan pelvis yang biasanya disebabkan oleh

panjang tungkai yang tidak sama. Apakah terdapat atrofi tungkai. 7, 8

14

Page 15: Laporan Kasus RM

3. Pemeriksaan Tambahan 2, 8

a. Pemeriksaan motorik.

Dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi untuk

menemukan abnormalitas motoris yang seringan mungkin dengan

memperhatikan miotom yang mempersarafinya.

b. Pemeriksaan sensorik

Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan

perhatian dari penderita dan tak jarang keliru, tapi tetap penting arti

diagnostiknya dalam membantu menentukan lokalisasi lesi HNP

sesuai dermatom yang terkena. Gangguan sensorik lebih bermakna

dalam menunjukkan informasi lokalisasi dibanding motoris.

c. Pemeriksaan refleks fisiologis dan patologis

d. Tanda perangsangan meningeal

Tanda Laseque dan modifikasinya (Tanda Laseque kontralateral,

Femoral Nerve Stretch Test, Tes Bragard, Tes Sicard).

e. Uji Valsava

4. Pemeriksaan Radiologik

Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau

kadang-kadang dijumpai penyempitan ruangan intervertebral,

spondilolistesis, perubahan degeneratif,  dan tumor spinal. Penyempitan

ruangan intervertebral kadang-kadang terlihat bersamaan dengan suatu

posisi yang tegang dan melurus dan suatu skoliosis akibat spasme otot

paravertebral.

15

Page 16: Laporan Kasus RM

5. Pemeriksaan EMG merupakan diagnosis pasti untuk membuktikan

keterlibatan radiks.

D. Penatalaksanaan Low Back Pain 1, 2

1. Medikamentosa

Pemberian obat-obatan untuk mengurangi nyeri tanpa menghiraukan

penyebab dasar LBP. Obat yang diberikan berupa golongan analgetika.

2. Penanganan rehabilitasi medik

a. LBP oleh faktor mekanik akut

Tirah baring total disertai pemanasan setempat seperti infra merah,

kompres air hangat. Biasanya kesembuhan sekitar 4-5 hari.

b. LBP oleh faktor mekanik kronik

Pada keadaan ini, hiperlordosis mendasari patofisiologi nyeri.

Tatalaksana ditujukan pada latihan-latihan untuk menghilangkan

hiperlordosis tersebut. Tujuan pemberian latihan adalah:

1) Mengurangi hiperlordosis/memperbaiki postur tubuh.

2) Membiasakan diri untuk melakukan gerakan-gerakan yang sesuai

dengan biomekanik tulang punggung.

Latihan-latihan yang diberikan pada prinsipnya adalah untuk:

1) Latihan penguatan dinding perut, dan otot gluteus maksimus.

2) Latihan peregangan untuk otot yang memendek, terutama otot

punggung dan hamstring.

16

Page 17: Laporan Kasus RM

c. LBP oleh karena fraktur kompresi

Tirah baring dan penggunaan korset.

d. Osteoporosis

Latihan-latihan, pemasangan korset, pemanasan dangkal.

e. Keganasan

Terhadap fraktur patologik yang mungkin terjadi atau instabilitas

tulang belakang dapat diberi korset.

f. Hernia nukleus pulposus

Tirah baring, terapi fisik, traksi pelvis, serta latihan-latihan.

3. Pembedahan

17

Page 18: Laporan Kasus RM

BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identitas

Nama : F. T.

Umur : 53 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen protestan

Pekerjaan : PNS

Alamat : Malalayang II lingk. V

Suku : Minahasa

Kebangsaan : Indonesia

Tanggal periksa : 03 Desember 2012

B. Anamnesis

Keluhan Utama : Nyeri punggung bawah

Nyeri punggung bawah dirasakan penderita sejak +10 hari yang

lalu karena sering menggendong keponakan penderita yang berat badannya

+12 Kg. Nyeri terasa menusuk dan bersifat hilang timbul. Timbul terutama

saat penderita duduk lama (+30 menit), berjalan jauh (+10 menit), batuk

atau mengedan dan hilang saat penderita tidur telentang. Riwayat trauma

disangkal oleh penderita. Sebelum datang ke poliklinik RM, penderita

sudah mengkonsumsi obat penghilang rasa sakit. BAB dan BAK biasa.

18

Page 19: Laporan Kasus RM

Riwayat Penyakit Dahulu

Pada tahun 2007, saat penderita sedang mengangkat motor vespa-

nya untuk dibersihkan (dalam posisi membungkuk) terdengar bunyi “klik”

dari punggung bawah dan terasa sangat nyeri. Saat itu penderita langsung

tidak bisa berdiri lagi sehingga penderita di rehabilitasi dengan

menggunakan sinar merah dan getaran (TENS).

Riwayat kolesterol sejak tahun 2003-2004 tapi saat ini tidak lagi.

Polisitemia vera diketahui sejak 3 tahun yang lalu.

Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga penderita tidak pernah mengalami sakit seperti ini.

Riwayat Psikologi

Penderita cemas dengan penyakit yang diderita karena terancam

tidak bisa melakukan rutinitas sehari-hari, seperti berjalan jauh atau duduk

lama.

Riwayat Kebiasaan

Penderita lebih dominan menggunakan tangan kanan dalam

melakukan aktivitas sehari-hari. Penderita merupakan perokok sejak usia

27 tahun dan merupakan alkoholik sejak +31 tahun, namun telah berhenti

merokok dan mengkonsumsi alkohol pada usia 45 tahun. Penderita biasa

bekerja sebagai PNS rata-rata 8 jam per hari dan lebih sering duduk.

Penderita sering menggendong keponakan yang berat badannya +12 Kg.

19

Page 20: Laporan Kasus RM

3

Riwayat sosial ekonomi

Penderita merupakan anak ke-8 dari 9 bersaudara, sudah menikah,

memiliki 1 istri, dan saat ini sudah memiliki 2 orang anak. Penderita

tinggal di rumah permanen, tidak bertingkat, atap seng, dinding beton,

lantai ubin, dan memiliki 3 kamar tidur. Kamar mandi/WC berada di dalam

rumah, WC duduk. Di rumah, penderita tinggal bersama 2 orang lainnya,

yaitu 1 istri dan 1 anak kandung yang belum menikah. Sumber air minum

yang digunakan berasal dari sumur. Sumber penerangan listrik dari PLN.

Biaya hidup penderita tercukupi karena di samping penderita, istrinya juga

merupakan PNS. Biaya kesehatan penderita ditanggung oleh Askes.

Visual Analogue Scale (VAS)

C. Pemeriksaan Fisik

Status Generalisata

Keadaan umum

Kesadaran

:

:

Baik

Compos mentis

Tanda vital

Tekanan darah : 130/70 mmHg

Nadi : 72 x/menit, regular

Respirasi : 22 x/menit

Suhu badan : 36,50C

20

Page 21: Laporan Kasus RM

Kepala : Bentuk normocephal

Mata : Pupil bulat isokor 3mm/3mm, reflex cahaya +/+,

reflex cahaya tidak langsung +/+

Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-)

Mulut : Sianosis (-)

Telinga : Sekret (-)

Leher : Trachea letak tengah, pembesaran KGB (-)

Thorax : Simetris kiri dan kanan

Jantung : Inspeksi

Palpasi

Perkusi

Auskultasi

: Pulsasi iktus kordis tidak tampak

: Pulsasi iktus kordis tidak teraba

: Batas jantung normal

: Bunyi jantung normal, bising (-)

Paru-paru : Inspeksi

Palpasi

Perkusi

Auskultasi

: Simetris kiri dan kanan

: Stem fremitus kiri = kanan

: Sonor kiri = kanan

: Suara pernapasan vesikuler,

Rh -/-, Wh-/-

Abdomen : Datar, lemas, bising usus normal.

Hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), fraktur (-)

21

Page 22: Laporan Kasus RM

Status Gizi

Berat badan : 72 Kg

Tinggi badan : 165 cm

IMT

Kesan

:

:

26,4 m2

Overweight (preobes)

Status Lokalis Regio Lumbalis

Inspeksi : Edema (-), tanda radang (-), deformitas (-)

Palpasi : Spasme otot (+), nyeri tekan (-)

Lingkup Gerak Sendi (LGS)

LGS Trunkus Nilai pada pasien Normal

Fleksi – ekstensi

Laterofleksi dextra – sinistra

Rotasi dextra – sinistra

800 – 0 – 300

300 – 0 – 300

450 – 0 – 450

1100 – 0 – 300

300 – 0 – 300

450 – 0 – 450

Status Motorik

Ekstremitas Inferior

Dextra Sinistra

Gerakan Normal Normal

Tonus otot Normal Normal

Refleks fisiologis Normal Normal

Refleks patologis - -

Kekuatan otot Ekstremitas Inferior

22

Page 23: Laporan Kasus RM

Dextra Sinistra

L2 (m. Iliopsoas) 5 5

L3 (m. Kuadriceps femoris) 5 5

L4 (m. Tibialis anterior)

L5 (m. Ekstensor halusis longus)

S1 (m. Gastroknemius soleus)

5

5

5

5

5

5

Status Sensorik

Lokasi Dextra Sinistra

L2 (pertengahan anterior paha)

L3 (kondilus femoralis medialis)

L4 (maleolus medialis)

L5 (dorsum pedis, sendi metacarpofalangeal III)

S1 (lateral tumit)

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

Status Otonom

BAB dan BAK : Normal

Uji Provokasi

Provokasi Dextra Sinistra

Valsava

Tes Lasegue/Straight Leg Rising

Tes Bragard

Tes Sicard

Tes Patrick

Tes Contra Patrick

Femoral Nerve Stretch Test

-

-/700

-

-

-

-

-

-/700

-

-

-

-

-

D. Pemeriksaan Penunjang

23

Page 24: Laporan Kasus RM

X-Foto lumbosacral

Gambar 6. X-Foto Lumbosacral

Pemeriksaan Laboratorium

Hemoglobin : 16,9 gr/dL

Leukosit : 24.000 /mm3

Eritrosit : 4,97 x 106 /mm3

Trombosit : 574.000 /mm3

Hematokrit : 49,4 %

GDP : 76 mg/dL

Ureum : 18 mg/dL

Kreatinin : 1,6 mg/dL

SGOT : 37 U/L

SGPT : 39 U/L

Kolesterol total : 131 mg/dL

HDL : 20 mg/dL

LDL : 92 mg/dL

Trigliserida : 118 mg/dL

24

Page 25: Laporan Kasus RM

Calcium : 9,5 mg/dL

Fosfor : 3,82 mg/dL

E. Resume

Penderita laki-laki, 53 tahun datang ke poli RM pada tanggal 3

Desember 2012 dengan keluhan nyeri punggung bawah karena sering

menggendong keponakannya. Penderita memiliki riwayat nyeri yang sama

3 tahun lalu karena mengangkat motor dalam posisi membungkuk

Pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum baik, pada regio

lumbosacral ditemukan spasme otot, LGS trunkus ditemukan keterbatasan

fleksi trunkus (0-800). Pemeriksaan radiologis lumbosacral tampak

spondilosis lumbalis.

F. Diagnosis

Diagnosis klinis : Low Back Pain

Diangnosis topis : Vertebra lumbal

Diagnosis etiologi : Spondilosis lumbalis

Fungsional : Gangguan AKS seperti berjalan, duduk, dan

jongkok.

G. Sikap/Tatalaksana

1. Medikamentosa

25

Page 26: Laporan Kasus RM

2. Non-medikamentosa

- Fisioterapi

Evaluasi : Nyeri punggung bawah dengan VAS 3

Program : a) Microwave Diathermy regio lumbosacral

b) Proper Back Mechanism

c) William’s Flexion Exercise

d) Masase lower back

- Okupasi dan Terapi

Evaluasi : Gangguan AKS seperti saat duduk lama dan

berjalan jauh.

Program : Latihan AKS seperti duduk, cara tidur, dan

cara berdiri yang benar sesuai dengan proper

back mechanism.

- Ortotik Prostetik

Evaluasi : Nyeri punggung bawah dengan VAS 3

Program : Lumbo-Sacral Orthosis

- Psikologi

Evaluasi : Penderita cemas dengan penyakit yang

diderita karena terancam tidak bisa

melakukan rutinitas sehari-hari, seperti

berjalan jauh atau duduk lama.

Program : Memberikan motivasi (mental support) pada

penderita agar melanjutkan terapi dan terus

berusaha menjalani aktivitas kehidupan

26

Page 27: Laporan Kasus RM

sehari-hari.

- Sosial Medik

Evaluasi : Pekerjaan sebagai PNS, istri sebagai PNS.

Tinggal di rumah permanen. Biaya kesehatan

ditanggung oleh Askes.

Program : Evaluasi kondisi sosio-ekonomi pasien.

- Home Program

Menghindari mengangkat beban yang berat, menghindari duduk

lama, back exercise, proper back mechanism.

H. Prognosis

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

Quo ad fungtionam : Dubia ad bonam

27