Cerebral Palsy RM

52
BAB I PENDAHULUAN Cerebral Palsy adalah suatu kelainan gerakan dan postur yang tidak progresif, oleh karena kerusakan/gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh/belum selesai pertumbuhannya. Manifestasi dari gangguan motorik dan postur tubuh dapat beruba spastisitas, rigiditas, atakisa, tremor, atonik/hipotonik, tidak adanya refleks primitif (pada fase awal) atau refleks primitif yang menetap (fase lanjut), dikinesia (sulit melakukan gerakan volunter). Gejala-gejala tersebut dapat timbul sendiri-sendiri ataupun kombinasi, selain itu gejala- gejala tersebut akan muncul pada beberapa tahun pertama kehidupan dan secara umum tidak akan bertambah memburuk pada usia selanjutnya. Usia terdiagnosa biasanya diatas 1 tahun sehingga anak gagal mencapai perkembangan yang semestinya. Cerebral palsy bukan merupakan satu penyakit dengan satu penyebab. Cerebral Palsy merupakan grup penyakit dengan masalah mengatur gerakan, tetapi dapat mempunyai penyebab yang berbeda. Penyebab Cerebral Palsy dapat dibagi menjadi tiga periode yaitu pranatal, perinatal dan postnatal. Untuk menentukan penyebab Cerebral Palsy, harus digali mengenai bentuk Cerebral 1

Transcript of Cerebral Palsy RM

Page 1: Cerebral Palsy RM

BAB I

PENDAHULUAN

Cerebral Palsy adalah suatu kelainan gerakan dan postur yang tidak

progresif, oleh karena kerusakan/gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf

pusat yang sedang tumbuh/belum selesai pertumbuhannya. Manifestasi dari

gangguan motorik dan postur tubuh dapat beruba spastisitas, rigiditas, atakisa,

tremor, atonik/hipotonik, tidak adanya refleks primitif (pada fase awal) atau

refleks primitif yang menetap (fase lanjut), dikinesia (sulit melakukan gerakan

volunter). Gejala-gejala tersebut dapat timbul sendiri-sendiri ataupun kombinasi,

selain itu gejala-gejala tersebut akan muncul pada beberapa tahun pertama

kehidupan dan secara umum tidak akan bertambah memburuk pada usia

selanjutnya. Usia terdiagnosa biasanya diatas 1 tahun sehingga anak gagal

mencapai perkembangan yang semestinya.

Cerebral palsy bukan merupakan satu penyakit dengan satu penyebab.

Cerebral Palsy merupakan grup penyakit dengan masalah mengatur gerakan,

tetapi dapat mempunyai penyebab yang berbeda. Penyebab Cerebral Palsy dapat

dibagi menjadi tiga periode yaitu pranatal, perinatal dan postnatal. Untuk

menentukan penyebab Cerebral Palsy, harus digali mengenai bentuk Cerebral

Palsy, riwayat kesehatan ibu dan anak, dan onset penyakit.

Rehabilitasi adalah suatu program yang disusun untuk memberi

kemampuan kepada penderita yang mengalami disabilitas fisik dan atau penyakit

kronis, agar mereka dapat hidup atau bekerja sepenuhnya sesuai dengan

kapasitasnya. Rehabilitasi medik dalam ilmu kedokteran adalah suatu disiplin

ilmu yang berperan dalam pemulihan gangguan fungsi baik secara fisik, psikologi,

edukasi dan sosial. Dalam penatalaksanaan Cerebral Palsy, dibutuhkan

keterlibatan rehabilitasi medik karena tujuan dari terapi pasien Cerebral Palsy

adalah untuk mambantu pasien dan keluarganya memperbaiki fungsi motorik dan

mencegah deformitas serta penyesuaian emosional dan pendidikan, sehingga

1

Page 2: Cerebral Palsy RM

diharapkan anak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain

atau dengan sedikit bantuan.

BAB II

STATUS PENDERITA

I. Identifikasi

Nama : Dirly Saputra

Umur : 1 tahun 10 bulan

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Kebangsaan : Indonesia

Alamat : Seberang Ulu, Palembang

Tanggal Pemeriksaan : 23 November 2013

II. Anamnesis

Alloanamnesis: Ibu pasien

a) Keluhan Utama

Belum bisa duduk, merangkak, berjalan dan berbicara.

b) Riwayat Perjalanan Penyakit

± 15 bulan SMRS, anak menjalani operasi “usus melilit” di RS

Swasta. 1 hari setelah operasi, anak mengalami demam tinggi, batuk (-),

pilek (-). Anak lalu mengalami kejang. Kejang sebanyak 1 kali, selama

± 15 menit, kejang tonik umum. Post ictal anak tidak sadar. Anak lalu

dirujuk ke RSMH dan dirawat di ICU selama 10 hari.

Setelah kejang sampai sekarang, anak mengalami keterlambatan

perkembangan. Saat ini anak belum bisa duduk, berjalan, dan berbicara.

Anak dibawa ke dokter spesialis bagian neurologi dan didiagnosis

menderita Cerebral Palsi. Anak lalu dibawa ke RSMH untuk menjalani

terapi guna memaksimalkan fungsi motorik.

2

Page 3: Cerebral Palsy RM

c) Riwayat Penyakit Terdahulu

Riwayat pernah menderita ileus paralitik pada umur 7 bulan

Riwayat pernah kejang sebelumnya (+)

Riwayat pernah trauma sebelumnya (-)

d) Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal

e) Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

Masa kehamilan : Aterm, G3P2A0

Persentasi : Kepala

Cara persalinan : Spontan (pervaginam), langsung menangis

KPSW : Tidak ada

Riwayat demam dalam kehamilan : Tidak ada

Riwayat ketuban kental, hijau, bau : Tidak ada

Ditolong oleh : Dokter

APGAR Score : Ibu tidak tahu

Keadaan bayi saat lahir

Jenis kelamin : Perempuan

Kelahiran : Tunggal

BB : 3000 kg

PB : 47 cm

f) Riwayat Perkembangan Fisik

Gigi Pertama : 6 bulan

Berbalik : 3 bulan

Tengkurap : 4 bulan

Merangkak : 7 bulan

3

Page 4: Cerebral Palsy RM

Duduk : Belum bisa

Berdiri : Belum bisa

Berjalan : Belum bisa

Berbicara : Belum bisa

Kesan: perkembangan belum sesuai dengan umur

g) Riwayat Imunisasi

BCG : (+)

DPT : DPT 1, 2, 3 (+)

Polio : Polio 1,2, 3 (+)

Hepatitis B : Hep B 0,1,2 (+)

Campak : (-)

Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai umur

h) Riwayat Sosial Ekonomi

Penderita adalah anak dari Tn.M, berusia 35 tahun, pendidikan

terakhir S1 yang bekerja sebagai PNS. Ibu penderita berusia 32 tahun

dengan pendidikan terakhir SMA, dan bekerja sebagai ibu rumah

tangga. Penghasilan per bulan ± Rp. 2 juta.

III. Pemeriksaan Fisik

A. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Tinggi Badan / Berat Badan : 80 cm/12 kg

Cara berjalan / Gait : belum dapat dinilai

Antalgik gait : belum dapat dinilai

Hemiparese gait : belum dapat dinilai

Steppage gait : belum dapat dinilai

Parkinson gait : belum dapat dinilai

Tredelenberg gait : belum dapat dinilai

4

Page 5: Cerebral Palsy RM

Waddle gait : belum dapat dinilai

Lain-lain : -

Bahasa / bicara

Komunikasi verbal : Tidak baik

Komunikasi nonverbal : Tidak baik

Tanda vital

Tekanan darah : 90/60 mmHg

Nadi : 102 x/menit

Pernafasan : 24 x/menit

Suhu : 36,7 0C

Kulit : Anemis (-), eritema (-), ulkus

dekubitus (-)

Status Psikis

Sikap : Kurang kooperatif

Orientasi : Tidak baik

Ekspresi wajah : Datar

Perhatian : Kurang baik

B. Saraf -saraf otak

Nervus Kanan Kiri

N.Olfaktorius belum bisa dinilai belum bisa dinilai

N.Opticus belum bisa dinilai belum bisa dinilai

N.Occulomotorius belum bisa dinilai belum bisa dinilai

N.Trochlearis belum bisa dinilai belum bisa dinilai

N.Trigeminus belum bisa dinilai belum bisa dinilai

N.Abducens belum bisa dinilai belum bisa dinilai

N.Fascialis belum bisa dinilai belum bisa dinilai

N.Vestibularis belum bisa dinilai belum bisa dinilai

N.Glossopharyngeus belum bisa dinilai belum bisa dinilai

5

Page 6: Cerebral Palsy RM

N.Vagus belum bisa dinilai belum bisa dinilai

N.Accesorius belum bisa dinilai belum bisa dinilai

N.Hypoglosus belum bisa dinilai belum bisa dinilai

C. Kepala

Bentuk : normal

Ukuran : normocephali

Posisi :

- Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-),

strabismus (-), exoftalmus (-)

- Hidung : deviasi septum (-)

- Telinga : serumen (-)

- Mulut : normal

- Wajah : normal

Gerakan abnormal : (-)

D. Leher

Inspeksi : dinamis, simetris, posisi trakea normal, pembesaran KGB

(-), kontrol terhadap kepala tidak baik

Palpasi : JVP tidak meningkat, kaku kuduk (-)

Luas Gerak Sendi

Ante / retrofleksi (n 65/50) : Tidak bisa dinilai

Laterofleksi (D/S) (n 40/40) : Tidak bisa dinilai

Rotasi (D/S) (n 45/45) : Tidak bisa dinilai

Test provokasi

Lhermitte test / Spurling : Tidak bisa dinilai

Test Valsalva : Tidak bisa dinilai

Distraksi test : Tidak bisa dinilai

Test Nafziger : Tidak bisa dinilai

E. Thorak

6

Page 7: Cerebral Palsy RM

Bentuk : Normal

Pemeriksaan Ekspansi Thoraks : Tidak dilakukan

Paru- paru

- Inspeksi : simetris statis dan dinamis

- Palpasi : tidak dilakukan

- Perkusi : tidak dilakukan

- Auskultasi : vesikuler (+) normal, ronki (-), wheezing (-)

Jantung

- Inspeksi : iktus kordis tak terlihat

- Palpasi : iktus kordis tak teraba

- Perkusi : tidak dilakukan

- Auskultasi : suara jantung normal, murmur (-), gallop (-)

F. Abdomen

- Inspeksi : datar

- Palpasi : lemas, hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan (-)

- Perkusi : timpani

- Auskultasi : bising usus (+) normal

G. Trunkus

Inspeksi : Simetris

- Deformitas : (-)

- Lordosis : (-)

- Scoliosis : (-)

- Gibbus : (-)

- Hairy spot : (-)

- Pelvic Tilt : (-)

Palpasi :

-Spasme otot-otot para vertebrae : (-)

7

Page 8: Cerebral Palsy RM

-Nyeri tekan : tidak bisa dinilai

Luas gerak sendi lumbosakral

-Ante /retro fleksi (95/35) : tidak bisa dinilai

-Laterofleksi (D/S) (40/40) : tidak bisa dinilai

-Rotasi (D/S) (35/35) : tidak bisa dinilai

Test provokasi

- Valsava test : tidak bisa dinilai

- Laseque : tidak bisa dinilai

- Test Baragard dan Sicard : tidak bisa dinilai

- Nafziger test : tidak bisa dinilai

- Test SLR : tidak bisa dinilai

- Test: O’Connell : tidak bisa dinilai

- FNST : tidak bisa dinilai

- Test Patrick : tidak bisa dinilai

- Test Kontra Patrick : tidak bisa dinilai

- Test Gaenslen : tidak bisa dinilai

- Test Thomas : tidak bisa dinilai

- Test Ober’s : tidak bisa dinilai

- Nachalas knee flexion test : tidak bisa dinilai

- Mc.Bride sitting test : tidak bisa dinilai

- Yeoman’s hyprextension : tidak bisa dinilai

- Mc.Bridge toe to mouth sitting test : tidak bisa dinilai

- Test Schober : tidak bisa dinilai

H. Anggota Gerak Atas

kanan kiri

Inspeksi

Deformitas : (-) (-)

8

Page 9: Cerebral Palsy RM

Edema : (-) (-)

Tremor : (-) (-)

Neurologi

Motorik Dextra

Sinistra

Gerakan kurang kurang

Kekuatan tidak bisa dinilai tidak bisa dinilai

- Abduksi lengan tidak bisa dinilai tidak bisa dinilai

- Fleksi siku tidak bisa dinilai tidak bisa dinilai

- Ekstensi siku tidak bisa dinilai tidak bisa dinilai

- Ekstensi wrist tidak bisa dinilai tidak bisa dinilai

- Fleksi jari tangan tidak bisa dinilai tidak bisa dinilai

- Abduksi jari tangan tidak bisa dinilai tidak bisa dinilai

Tonus meningkat meningkat

Tropi eutropi eutropi

Refleks Fisiologis

- Refleks tendon biseps meningkat meningkat

- Refleks tendon triseps meningkat meningkat

Refleks Patologis

- Hoffman (-) (-)

- Tromner (-) (-)

Sensorik

Protopatik : Sulit dinilai Sulit dinilai

Proprioseptik : Sulit dinilai Sulit dinilai

Vegetatif normal normal

Penilaian fungsi tangan kanan kiri

Anatomical Sulit dinilai Sulit dinilai

9

Page 10: Cerebral Palsy RM

Grips Sulit

dinilai Sulit dinilai

Spread Sulit dinilai Sulit dinilai

Palmar abduct Sulit dinilai Sulit dinilai

Pinch Sulit dinilai Sulit dinilai

Luas Gerak Sendi

Luas Gerak

Sendi

Aktif

Dextra

Pasif

Dextra

Aktif

Sinistra

Pasif

Sinistra

Abduksi Bahu Sulit dinilai 0-180° Sulit dinilai 0-180°

Adduksi Bahu Sulit dinilai 180°-0 Sulit dinilai 180°-0

Fleksi Bahu Sulit dinilai 0-180° Sulit dinilai 0-180°

Ekstensi Bahu Sulit dinilai 0-60° Sulit dinilai 0-60°

Endorotasi

Bahu

Sulit dinilai 90°-0 Sulit dinilai 90°-0

Eksorotasi

Bahu

Sulit dinilai 0-90° Sulit dinilai 0-90°

Fleksi Siku Sulit dinilai 0-150° Sulit dinilai 0-150°

Ekstensi Siku Sulit dinilai 150°-0 Sulit dinilai 150°-0

Ekstensi

pergelangan

tangan

Sulit dinilai 0-70° Sulit dinilai 0-70°

Fleksi

pergelangan

tangan

Sulit dinilai 0-80° Sulit dinilai 0-80°

Pronasi Sulit dinilai 0-90° Sulit dinilai 0-90°

Supinasi Sulit dinilai 0-90° Sulit dinilai 0-90°

Test Provokasi : tidak bisa dinilai

10

Page 11: Cerebral Palsy RM

Anggota Gerak Bawah

Inspeksi kanan kiri

Deformitas : (-) (-)

Edema : (-) (-)

Tremor : (-) (-)

Palpasi

Nyeri tekan : (-) (-)

Diskrepansi : (-) (-)

Neurologi

Motorik Kanan Kiri

Gerakan kurang kurang

Kekuatan tidak bisa dinilai tidak bisa dinilai

Fleksi paha tidak bisa dinilai tidak bisa dinilai

Ekstensi paha tidak bisa dinilai tidak bisa dinilai

Ekstensi lutut tidak bisa dinilai tidak bisa dinilai

Fleksi lutut tidak bisa dinilai tidak bisa dinilai

Dorsofleksi pergelangan tidak bisa dinilai tidak bisa dinilai

kaki

Dorsofleksi ibu jari kaki tidak bisa dinilai tidak bisa dinilai

Plantar fleksi pergelangan tidak bisa dinilai tidak bisa dinilai

Tonus meningkat meningkat

Tropi eutropi eutropi

Refleks Fisiologis

Refleks tendo patella meningkat meningkat

Refleks tendo achilles meningkat meningkat

Refleks patologi

Babinsky positif positif

11

Page 12: Cerebral Palsy RM

Sensorik

Protopatik : Sulit dinilai

Proprioseptik : Sulit dinilai

Vegetatif : tidak ada kelainan

Luas gerak sendi

Luas Gerak

Sendi

Aktif

Dextra

Pasif

Dextra

Aktif

Sinistra

Pasif

Sinistra

Abduksi Paha Sulit dinilai 0-90° Sulit dinilai 0-90°

Adduksi Paha Sulit dinilai 0o-10o-15o Sulit dinilai 0o-10o-15o

Fleksi Paha Sulit dinilai 0-45° Sulit dinilai 0-45°

Ekstensi Paha Sulit dinilai 45°-0 Sulit dinilai 45°-0

Fleksi Lutut Sulit dinilai 0-135° Sulit dinilai 0-135°

Ekstensi

Lutut

Sulit dinilai 0-120° Sulit dinilai 0-120°

Dorsofleksi

Pergelangan

Kaki

Sulit dinilai 0-20° Sulit dinilai 0-20°

Plantar fleksi

Pergelangan

Kaki

Sulit dinilai 0-50° 0-50° 0-50°

Inversi Kaki Normal Normal Normal Normal

Eversi Kaki Normal Normal Normal Normal

Test Provokasi sendi lutut kanan kiri

Stres test tidak bisa dinilai tidak bisa dinilai

Drawer’s test tidak bisa dinilai tidak bisa dinilai

12

Page 13: Cerebral Palsy RM

Test Tunel pada sendi lutut tidak bisa dinilai tidak bisa dinilai

Test Homan tidak bisa dinilai tidak bisa dinilai

III. Pemeriksaan- pemeriksaan lainnya

Bowel test / Bladder test

- Sensorik peri anal : tidak dilakukan

- Motorik sphincter ani eksternus : tidak dilakukan

- BCR (Bulbocavernosis Refleks) : tidak dilakukan

Fungsi luhur

- Afasia : ada

- Apraksia : tidak ada

- Agrafia : tidak ada

- Alexia : tidak ada

IV. Rencana Pemeriksaan

- CT Scan kepala

- Pemeriksaan EEG

- MRI kepala

V. Resume

Anamnesis :

Penderita ingin mendapatkan pelayanan rehabilitasi medik dengan

keluhan utama belum bisa duduk, merangkak, berjalan dan berbicara.

Riwayat perjalanan penyakit :

± 15 bulan SMRS, anak menjalani operasi “usus melilit” di RS

Swasta. 1 hari setelah operasi, anak mengalami demam tinggi, batuk (-),

pilek (-). Anak lalu mengalami kejang. Kejang sebanyak 1 kali, selama

± 15 menit, kejang tonik umum. Post ictal anak tidak sadar. Anak lalu

dirujuk ke RSMH dan dirawat di ICU selama 10 hari.

13

Page 14: Cerebral Palsy RM

Setelah kejang sampai sekarang, anak mengalami keterlambatan

perkembangan. Saat ini anak belum bisa duduk, berjalan, dan berbicara.

Anak dibawa ke dokter spesialis bagian neurologi dan didiagnosis

menderita Cerebral Palsi. Anak lalu dibawa ke RSMH untuk menjalani

terapi memaksimalkan fungsi motorik.

Pemeriksaan Fisik :

Pada pemeriksaan fisik umum, anak tampak sakit sedang. Anak

terlihat belum bisa berkomunikasi dengan orang-orang dilingkungan

sekitar baik verbal maupun non verbal. Sikap anak terlihat kurang

kooperatif, ekspresi wajah datar dan perhatian anak kurang baik. Dari

inspeksi didapatkan kontrol leher anak terhadap kepala tidak baik. Pada

pemeriksaan fisik neurologi, dari pemeriksaan motorik didapatkan pada

kedua ekstremitas adanya gerakan yang kurang aktif, kekuatan yang

tidak bisa dinilai, tonus yang meningkat, dan refleks fisiologis pada

kedua lengan dan tungkai juga meningkat serta pada kedua tungkai

didapatkan refleks babinski positif.

Pemeriksaan Penunjang :

Rencana pemeriksaan yang dapat dilakukan untun membantu

menegakkan diagnosis adalah dengan melakukan CT Scan,

pemeriksaan EEG dan MRI kepala.

VI. Diagnosa Klinis

Diplegia spastik et causa Cerebal Palsy

VII. Program Rehabilitasi Medik

Fisioterapi

Terapi panas : IRR ekstremitas kanan dan kiri

Terapi Latihan : ROM exercise (aktif dan pasif) dan latihan Bobath

(untuk melatih postural yang normal dan keseimbangan)

14

Page 15: Cerebral Palsy RM

Okupasi terapi

ADL exercise:

- Latihan keseimbangan: dimulai dengan keseimbangan saat duduk,

berdiri, dan saat berjalan

- Saat pasien sudah dapat berjalan dengan seimbang. Penderita

diperkenalkan dengan program ADL, seperti latihan mobilisasi (latihan

berpindah tempat dari tempat tidur menuju ke kursi), latihan fungsi

tangan untuk gerakan motorik halus dan koordinasi (latihan tata cara

makan, memakai baju, dll)

Terapi wicara:

Gangguan bicara dapat berupa disfonia, disritmia, disatria, disfasia dan

bentuk campuran. Terapi wicara dilakukan oleh ahli terapi wicara.

Edukasi:

Memberikan informasi umum untuk keluarga, yaitu dengan

menginformasikan  kepada keluarga untuk senantiasa melatih anak

dengan teratur dan penuh kasih sayang agar anak lebih cepat mandiri.

Keluarga atau orang tua diajarkan untuk menggerakkan sendi secara

penuh setiap hari sekitar 3 kali per sendi tanpa disertai dengan gerakan

paksaan. Hal ini untuk memelihara jarak gerak sendi anak dan untuk

mencegah kekakuan.

VIII. Terapi Medikamentosa

Pada kasus ini, tidak diberikan obat antispastisitas seperti diazepam,

karena anak akan tidur terus, sehingga tidak dapat dilatih.

IX. Prognosa

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad functionam : Dubia ad malam

15

Page 16: Cerebral Palsy RM

16

Page 17: Cerebral Palsy RM

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Definisi

Cerebral palsy adalah suatu kerusakaan yang permanent, tetapi bukan

berarti tidak mengalami perubahan sama sekali pada postur gerakan yang

terjadi karena kerusakan otak non progresif (tidak berkelanjutan), disebabkan

oleh faktor bawaan, masalah selama kandungan, proses kelahiran, dan masa

bayi atau sekitar dua tahun pertama kehidupan anak.

Secara definisi dapat diartikan kata cerebral itu sendiri adalah otak,

sedangkan palsy adalah kelumpuhan, kelemahan, atau kurangnya

pengendalian otot dalam setiap pergerakan atau bahkan tidak terkontrol.

Kerusakan otak tersebut mempengaruhi sistem dan penyebab anak

mempunyai koordinasi yang buruk, keseimbangan yang buruk, pola-pola

gerakan yang abnormal atau kombinasi dari karakter-karakter tersebut.

Kelainan yang muncul tergantung luasnya kerusakan otak yang dialami anak,

letak kerusakan di otak dan seberapa cepat penanganannya yang diberikan,

kerusakan yang dialami biasanya tidak akan bertambah parah, namun dengan

bertambahnya usia maka kemampuan anak yang dimilki dapat terlihat

semakin tertinggal.

Cerebral palsy adalah suatu kelainan gerakan dan postur yang tidak

progresif oleh karena suatu kerusakan atau gangguan pada sel-sel motorik

pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh atau belum selesai

pertumbuhannya. Cerebaral palsy merupakan gangguan pada otak yang

bersifat non progresif. Gangguan ini dapat disebabkan oleh adanya lesi atau

gangguan perkembangan pada otak Cerebaral palsy adalah akibat dari lesi

atau gangguan perkembangan otak bersifat non progresif dan terjadi akibat

bayi lahir terlalu dini (prematur). Defisit motorik dapat ditemukan pada pola

abnormal dari postur dan gerakan (Abduerrachman, dkk, 2002).

 

17

Page 18: Cerebral Palsy RM

3.2. Etiologi

Cerebral palsy dapat disebabkan oleh cedera otak yang terjadi pada saat:

1. Bayi masih berada dalam kandungan

2. Proses persalinan berlangsung

3. Bayi baru lahir

4. Anak berumur kurang dari 5 tahun.

Penyebabnya tidak diketahui, 10-15% kasus terjadi akibat cedera lahir dan

berkurangnya aliran darah ke otak sebelum, selama dan segera setelah bayi

lahir. Bayi prematur sangat rentan terhadap CP, kemungkinan karena

pembuluh darah ke otak belum berkembang secara sempurna dan mudah

mengalami perdarahan atau karena tidak dapat mengalirkan oksigen dalam

jumlah yang memadai ke otak.

Cedera otak bisa disebabkan oleh:

1. Kadar bilirubin yang tinggi di dalam darah (sering ditemukan pada bayi

baru lahir), bisa menyebabkan kernikterus dan kerusakan otak

2. Penyakit berat pada tahun pertama kehidupan bayi (misalnya ensefalitis,

meningitis, sepsis, trauma dan dehidrasi berat)

3. Cedera kepala karena hematom subdural

4. Cedera pembuluh darah

 

Penyebab CP secara umum dapat terjadi pada tahap prenatal, perinatal dan

post natal.

a. Prenatal

Potensi yang mungkin terjadi pada tahap prenatal diantaranya:

1) Kelainan perkembangan dalam kandungan, faktor genetik, kelainan

kromosom.

2) Usia ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 40 tahun.

3) Infeksi intrauterin : TORCH (Toxoplasma, Rubella atau campak Jerman,

Cytomegalovirus, Herpes simplexvirus) dan sifilis

4) Radiasi saat masih dalam kandungan

18

Page 19: Cerebral Palsy RM

5) Asfiksia intrauterin (abrubsio plasenta, plasenta previa, anoksia

maternal, kelainan umbilikus, perdarahan plasenta, ibu hipertensi, dan

lain–lain).

6) Keracunan saat kehamilan, kontaminasi air raksa pada makanan, rokok

dan alkohol.

7) Induksi konsepsi.

8) Riwayat obstetrik (riwayat keguguran, riwayat lahir mati, riwayat

melahirkan anak dengan berat badan < 2000 gram atau lahir dengan

kelainan morotik, retardasi mental atau sensory deficit).

9) Toksemia gravidarum, yaitu kumpulan gejala–gejala dalam kehamilan

yang merupakan trias HPE (Hipertensi, Proteinuria dan Edema), yang

kadang–kadang bila keadaan lebih parah diikuti oleh KK (kejang–

kejangataukonvulsi dan koma). Patogenetik hubungan antara toksemia

pada kehamilan dengan kejadian cerebral palsy masih belum jelas.

Namun, hal ini mungkin terjadi karena toksemia menyebabkan kerusakan

otak pada janin.

10) Disseminated Intravascular Coagulation oleh karena kematian prenatal

pada salah satu bayi kembar

b. Perinatal

Pada masa bayi dilahirkan ada beberapa resiko yang dapat menimbulkan CP,

antara lain:

1) Brain injury

Brain injury atau cidera pada kepala bayi dapat mengakibatkan:

a. Anoksia/hipoksia

Anoksia merupakan keadaan saat bayi tidak mendapatkan oksigen,

yang dapat terjadi pada saat kelahiran bayi abnormal, disproporsi

sefalo-pelvik, partus lama, plasenta previa, infeksi plasenta, partus

menggunakan bantuan instrumen tertentu dan lahir dengan bedah

caesar.

19

Page 20: Cerebral Palsy RM

b. Perdarahan otak

Perdarahan dapat terjadi karena trauma pada saat kelahiran misalnya

pada proses kelahiran dengan mengunakan bantuan instrumen tertentu.

Perdarahan dapat terjadi di ruang sub arachnoid. Perdarahan di ruang

subdural dapat menekan korteks serebri sehingga timbul kelumpuhan

spastik.

2) Ikterus

Ikterus pada masa neonatal dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak yang

permanen akibat masuknya bilirubin ke ganglia basalis, misalnya pada

kelainan inkompatibilitas golongan darah.

3) Meningitis purulenta

Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat

pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa CP.

4) Prematuritas

Pada cerebral palsy spastik diplegi biasanya terjadi pada kasus kelahiran

prematur, berat badan lahir rendah dan anoksia berat pada saat kelahiran.

c. Post natal

Misalnya pada trauma kapitis, meningitis, ensepalitis dan luka parut pada

otak pasca bedah dan bayi dengan berat badan lahir rendah.

3.3. Patofisiologi

Kompleksitas dan kerentanan otak selama masa perkembangan

menyebabkan otak sebagai subyek cedera dalam beberapa waktu. Cerebral

ischemia yang terjadi sebelum minggu ke–20 kehamilan dapat

menyebabkan defisit migrasi neuronal, antara minggu ke–24 sampai ke–34

menyebabkan periventricular leucomalacia atau PVL dan antara minggu

ke–34 sampai ke-40 menyebabkan focal atau multifocal cerebral injury.

Cedera otak akibat vascular insufficiency tergantung pada berbagai

faktor saat terjadinya cedera, antara lain distribusi vaskular ke otak, efisiensi

aliran darah ke otak dan sistem peredaran darah, serta respon biokimia

20

Page 21: Cerebral Palsy RM

jaringan otak terhadap penurunan oksigenasi. Kelainan tergantung pada

berat ringannya asfiksia yang terjadi pada otak. Pada keadaan yang berat

tampak ensefalomalasia kistik multipel atau iskemik yang menyeluruh. Pada

keadaan yang lebih ringan terjadi patchy necrosis di daerah paraventrikular

substansia alba dan dapat terjadi atrofi yang difus pada substansia grisea

korteks serebri. Kelainan dapat lokal atau menyeluruh tergantung tempat

yang terkena.

Stres fisik yang dialami oleh bayi yang mengalami kelahiran prematur

seperti imaturitas pada otak dan vaskularisasi cerebral merupakan suatu

bukti yang menjelaskan mengapa prematuritas merupakan faktor risiko yang

signifikan terhadap kejadian cerebral palsy. Sebelum dilahirkan, distribusi

sirkulasi darah janin ke otak dapat menyebabkan tendensi terjadinya

hipoperfusi sampai dengan periventrikular white matter. Hipoperfusi dapat

menyebabkan haemorrhage pada matrik germinal atau periventricular

leucomalacia, yang berhubungan dengan kejadian diplegia spastik.

Pada saat dimana sirkulasi darah ke otak telah menyerupai sirkulasi

otak dewasa, hipoperfusi kebanyakan merusak area batas dari

arterycerebral mayor, yang selanjutnya menyebabkan fenotip spastik

quadriplegia. Ganglia basal juga dapat terpengaruh dengan keadaan ini,

yang selanjutnya menyebabkan terjadinya koreoathetoid atau distonik.

Kerusakan vaskular yang terjadi pada saat perawatan seringkali terjadi

dalam distribusi artery cerebral bagian tengah, yang menyebabkan

terjadinya fenotip spastik hemiplegia.

Tidak ada hal–hal yang mengatur dimana kerusakan vaskular akan

terjadi, dan kerusakan ini dapat terjadi lebih dari satu tahap dalam

perkembangan otak janin. Autoregulasi peredaran darah cerebral pada

neonatal sangat sensitif terhadap asfiksia perinatal, yang dapat

menyebabkan vasoparalysis dan cerebral hyperemia. Terjadinya kerusakan

yang meluas diduga berhubungan dengan vaskular regional dan faktor

metabolik, serta distribusi regional dari rangsangan pembentukkan synaps.

21

Page 22: Cerebral Palsy RM

Pada waktu antara minggu ke-26 sampai dengan minggu ke-34 masa

kehamilan, area periventricular white matter yang dekat dengan lateral

ventricles sangat rentan terhadap cedera. Apabila area ini membawa fiber

yang bertanggungjawab terhadap kontrol motorik dan tonus otot pada kaki,

cedera dapat menyebabkan spastik diplegia.Saat lesi yang lebih besar

menyebar sebelum area fiber berkurang dari korteks motorik, hal ini dapat

melibatkan centrum semiovale dan corona radiata, yang dapat

menyebabkan spastisitas pada ekstremitas atas dan ekstremitas bawah.

3.4. Manifestasi Klinis

Gejala biasanya timbul sebelum anak berumur 2 tahun dan pada kasus

yang berat, bisa muncul pada saat anak berumur 3 bulan. Gejalanya

bervariasi, mulai dari kejanggalan yang tidak tampak nyata sampai kekakuan

yang berat, yang menyebabkan perubahan bentuk lengan dan tungkai

sehingga anak harus memakai kursi roda.

Cerebral palsy dibagi menjadi 4 kelompok:

a. Tipe Spastik (50% dari semua kasus CP)

Otot-otot menjadi kaku dan lemah. Kekakuan yang terjadi bisa berupa:

1)   Kuadriplegia (kedua lengan dan kedua tungkai)

2)   Diplegia (kedua tungkai)

3)   Hemiplegia (lengan dan tungkai pada satu sisi tubuh)

Spastic cerebral palsy merujuk pada kondisi dimana tonus otot

meningkat, menyebabkan postur yang kaku pada satu atau lebih anggota-

anggota tubuh.. Kekejangan menjurus pada keterbatasan penggunaan dari

anggota tubuh yang terlibat, sebagian besar disebabkan oleh ketidakmampuan

untuk mengkoordinasi gerakan-gerakan. Seringkali kekejangan terjadi pada

satu sisi tubuh (hemiparesis), namun ia juga dapat mempengaruhi keempat

anggota-anggota tubuh (quadriparesis) atau dibatasi pada kedua tungkai-

tungkai (spastic diplegia). Jika kondisi terjadi pada kedua tungkai-tungkai,

os seringkali mempunyai postur gunting, dimana tungkai-tungkai meluas dan

menyilang.

22

Page 23: Cerebral Palsy RM

Diluar tonus otot yang meningkat ada juga refleks-refleks tendon dalam

yang meningkat, koordinasi motor yang halus dan kasar yang terganggu,

kelemahan otot, dan kelelahan diantara persoalan-persoalan lain.

Kekejangan seringkali adalah akibat dari kerusakan pada area putih

otak, namun ia juga dapat disebabkan oleh kerusakan pada area abu-abu.

Derajat kekejangan dapat bervariasi, mencakup dari ringan sampai parah.

Anak-anak yang dipengaruhi secara ringan mungkin mengalami sedikit

keterbatasan-keterbatasan dari fungsi mereka sementara anak-anak yang

dipengaruhi secara parah mungkin mempunyai sedikit penggunaan sampai

penggunaan tidak berarti dari anggota-anggota tubuh yang terpengaruh.

Kekejangan, jika tidak dirawat secara benar, dapat berakibat pada

contractures, yang adalah keterbatasan-keterbatasan yang permanen pada

kemampuan dari gerakan sendi. Contractures dapat menjadi keterbatasan

yang sangat besar pada perawatan dari anak-anak dengan cerebral palsy.

Kekejangan (spasticity) dapat juga sangat menyakitkan, yang memerlukan

obat untuk mengendurkan tone otot.

Proses-proses dasar yang sama yang mempengaruhi kekejangan dari

anggota-anggota tubuh dapat juga berakibat pada kelainan-kelainan dari

gerakan dan tone otot pada sistim-sistim tubuh yang lain. Pada otot-otot dari

kepala dan muka, contohnya, cerebral palsy dapat secara besar membatasi

koordinasi dan produksi kemampuan bicara, bahkan jika anak itu secara

sempurna mampu mengerti pembicaraan. Juga ada keterbatasan-keterbatasan

dari mengunyah, menelan, dan gerakan-gerakan muka dan mata. Gejala-

gejala ini dapat terutama mengganggu untuk anak-anak yang terpengaruh dan

keluarga-keluarga mereka.

Banyak pasien-pasien dengan spastic cerebral palsy tidak dapat

mengontrol pengeluaran urin mereka. Ketidakmampuan ini bukan disebabkan

oleh persoalan-persoalan pada pemikiran namun disebabkan oleh refleks-

refleks yang meningkat dari kantong kemih. Ketika kantong kemih terisi pada

anak-anak ini, ia seperti mengetuk padanya dengan martil (palu) refleks, jadi

membuatnya berkontraksi dengan penuh semangat daripada normal dan

23

Page 24: Cerebral Palsy RM

menyebabkan tumpahnya urin. Incontinence (tidak dapat menahan kencing)

ini dapat sangat memalukan, terutama pada anak yang secara kognitif utuh.

b. Tipe Diskinetik (Koreoatetoid, 20% dari semua kasus CP)

Otot lengan, tungkai dan badan secara spontan bergerak perlahan,

menggeliat dan tak terkendali; tetapi bisa juga timbul gerakan yang kasar dan

mengejang. Luapan emosi menyebabkan keadaan semakin memburuk,

gerakan akan menghilang jika anak tidur.

Choreoathetoid cerebral palsy berhubungan dengan gerakan-gerakan

yang abnormal, tidak terkontrol, menggeliat dari lengan-lengan dan/atau

tungkai-tungkai. Berbeda dari spastic cerebral palsy, orang-orang dengan

choreoathetoid cerebral palsy mempunyai beragam tonus otot seringkali

dengan tonus otot yang berkurang (hypotonia). Kontraktur dari anggota-

anggota tubuh jarang terjadi. Gerakan-gerakan yang abnormal sering

dicetuskan oleh stres, serta oleh reaksi-reaksi emosi yang normal seperti

tertawa. Segala usaha untuk melakukan gerakan-gerakan yang sukarela,

misalnya menjulurkan lengan dalam usaha untuk menjangkau obyek mungkin

berakibat pada banyak gerakan-gerakan yang tidak sukarela pada lengan-

lengan, tungkai-tungkai, batang tubuh, dan bahkan muka. Ada tipe-tipe yang

berbeda dari gerakan-gerakan yang abnormal. Dua dari yang paling umum

adalah penyakit gerakan choreoathetotic dengan kontraksi-kontraksi yang

cepat, tidak teratur, tidak dapat diprediksi dari individu atau kelompok-

kelompok otot kecil dan dystonia dengan postur abnormal yang gigih namun

tidak permanen dari beberapa bagian-bagian tubuh (lengan-lengan, tungkai-

tungkai, batang tubuh) yang disebabkan oleh kontraksi-kontraksi otot yang

abnormal. Penyakit dystonic juga mempengaruhi otot dari ekspresi

(ungkapan) muka, menelan, deglutition dan kemampuan bicara, berakibat

pada kekurangan-kekurangan fungsional yang parah.

Lebih jauh, gerakan-gerakan serupa pada latihan yang konstan, dengan

demikian menyebabkan anak yang terpengaruh untuk memetabolisme jumlah

yang besar dari kalori-kalori. Choreoathetoid cerebral palsy seringkali

24

Page 25: Cerebral Palsy RM

berhubungan dengan kerusakan pada sturktur-struktur otak yang khusus yang

terlibat dalam kontrol gerakan -- basal ganglia. Seperti spastic cerebral palsy,

derajat dari keparahan gejala bervariasi, dari yang ringan sampai yang berat.

c. Tipe Ataksik, (10% dari semua kasus CP)

Terdiri dari tremor, langkah yang goyah dengan kedua tungkai terpisah

jauh, gangguan koordinasi dan gerakan abnormal.

d. Tipe Campuran (20% dari semua kasus CP)

Merupakan gabungan dari 2 jenis diatas, yang sering ditemukan adalah

gabungan dari tipe spastik dan koreoatetoid.

Banyak (kemungkinan kebanyakan) anak-anak dengan cerebral palsy

mempunyai banyak gejala-gejala dengan kombinasi-kombinasi dari beragam

bentuk cerebral palsy. Contohnya, anak-anak dengan spastic cerebral palsy

sering berlanjut menjadi head lag, yang merupakan gejala hypotonia. Anak-

anak dengan choreoathetoid atau hypotonic cerebral palsy seringkali

mempunyai refleks-refleks tendon dalam yang meningkat, yang

menyebabkan kekejangan (spasticity).

Gejala lain yang juga bisa ditemukan pada CP:

1. Kecerdasan di bawah normal

2. Keterbelakangan mental

3. Kejang/epilepsi (terutama pada tipe spastik)

4. Gangguan menghisap atau makan

5. Pernafasan yang tidak teratur

6. Gangguan perkembangan kemampuan motorik (misalnya menggapai

sesuatu, duduk, berguling, merangkak, berjalan)

7. Gangguan berbicara (disartria)

8. Gangguan penglihatan

9. Gangguan pendengaran

10. Kontraktur persendian dan gerakan menjadi terbatas

25

Page 26: Cerebral Palsy RM

3.5. Pengobatan

Cerebral palsy tidak dapat disembuhkan dan merupakan kelainan yang

berlangsung seumur hidup. Tetapi banyak hal yang dapat dilakukan agar anak

bisa hidup semandiri mungkin. Pengobatan yang dilakukan biasanya

tergantung kepada gejala dan bisa berupa:

1. terapi fisik

2. braces (penyangga)

3. kaca mata

4. alat bantu dengar

5. pendidikan dan sekolah khusus

6. obat anti-kejang

7. obat pengendur otot (untuk mengurangi tremor dan kekakuan)

8. terapi okupasional

9. bedah ortopedik

10. terapi wicara bisa memperjelas pembicaraan anak dan membantu

mengatasi masalah makan

11. perawatan (untuk kasus yang berat)

Jika tidak terdapat gangguan fisik dan kecerdasan yang berat, banyak anak

dengan cerebral palsy yang tumbuh secara normal dan masuk ke sekolah

biasa. Anak lainnya memerlukan terapi fisik yang luas, pendidikan khusus

dan selalu memerlukan bantuan dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari.

Pada beberapa kasus, untuk membebaskan kontraktur persendian yang

semakin memburuk akibat kekakuan otot, mungkin perlu dilakukan

pembedahan. Pembedahan juga perlu dilakukan untuk memasang selang

makanan dan untuk mengendalikan refluks gastroesofageal.

3.6. Prognosis

Beberapa faktor berpengaruh terhadap prognosis penderita cerebral

palsy seperti tipe klinis, keterlambatan dicapainya milestones, adanya reflek

patologik dan adanya defisit intelegensi, sensoris dan gangguan emosional.

26

Page 27: Cerebral Palsy RM

Anak dengan hemiplegi sebagian besar dapat berjalan sekitar umur 2 tahun,

kadang diperlukan short leg brace, yang sifatnya sementara. Didapatkannya

tangan dengan ukuran lebih kecil pada bagian yang hemiplegi, bisa

disebabkan adanya disfungsi sensoris di parietal dan bisa menyebabkan

gangguan motorik halus pada tangan tersebut. Lebih dari 50% anak tipe

diplegi belajar berjalan pada usia sekitar 3 tahun, tetapi cara berjalan sering

tidak normal dan sebagian anak memerlukan alat bantu. Aktifitas tangan

biasanya ikut terganggu, meskipun tidak tampak nyata. Anak dengan tipe

kuadriplegi, 25% memerlukan perawatan total, sekitar 33% dapat berjalan,

biasanya setelah umur 3 tahun. Gangguan fungsi intelegensi paling sering

didapatkan dan menyertai terjadinya keterbatasan dalam aktifitas.

Keterlibatan otot-otot bulber, akan menambah gangguan yang terjadi pada

tipe ini (Steven et all, 2004).

Sebagian besar anak yang dapat duduk pada umur 2 tahun dapat belajar

berjalan, sebaliknya anak yang tetap didapatkan reflek moro, asimetri tonic

neck reflex, extensor thrust dan tidak munculnya reflek parasut biasanya tidak

dapat belajar berjalan. Hanya sedikit anak yang tidak dapat duduk pada umur

4 tahun akan belajar berjalan (Steven et all, 2004).

Pada penderita Cerebral Palsy didapatkan memendeknya harapan

hidup. Pada umur 10 tahun angka kematian sekitar 10% dan pada umur 30

tahun angka kematian sekitar 13%. Penelitian didapatkan harapan hidup 30

tahun pada gangguan motorik berat 42%, gangguan kognitif berat 62% dan

gangguan penglihatan berat 38%. Hasil tersebut lebih buruk dibanding

gangguan yang ringan atau sedang.

Jenis pekerjaan yang bisa dilakukan oleh penderita Cerebral Palsy

bervariasi seperti sheltered whorkshops, home based program, pekerjaan

tradisional, pekerja pendukung. Hasil penelitian menunjukkan adanya

prediktor sukses atau tidak suksesnya bekerja pada penderita Cerebral Palsy.

Dimana yang dapat bekeja secara kompetitif bila mempunyai IQ>80, dapat

melakukan aktifitas dengan atau tanpa alat bantu, berbicara susah sampai

27

Page 28: Cerebral Palsy RM

normal dan dapat menggunakan tangan secara normal sampai membutuhkan

bantuan.

3.7. Penatalaksanaan Fisioterapi pada Cerebral Palsy

Rehabilitasi adalah suatu program yang disusun untuk memberi

kemampuan kepada penderita yang mengalami disabilitas fisik dan atau

penyakit kronis, agar mereka dapat hidup atau bekerja sepenuhnya sesuai

dengan kapasitasnya. Rehabilitasi medik dalam ilmu kedokteran adalah suatu

disiplin ilmu yang berperan dalam pemulihan gangguan fungsi baik secara

fisik, psikologi, edukasi dan sosial.

Fisioterapis memilih intervensi berdasarkan pada kompleksitas dan

tingkat keparahan. Fisioterapis memilih, mengaplikasikan atau memodifikasi

satu atau lebih prosedur intervensi berdasarkan pada tujuan akhir dan hasil

yang diharapkan yang telah dikembangkan terhadap pasien.

Metode tersebut meliputi metode Bobath atau Neuro Development

Treatment(NDT).

a. Konsep Neuro Development Treatment

Neuro Development Treatment (NDT) menekankan pada hubungan antara

normal postural reflex mechanism (mekanisme refleks postural normal),

yang merupakan suatu mekanisme refleks untuk menjaga postural normal

sebagai dasar untuk melakukan gerak. Mekanisme refleks postural normal

memiliki kemampuan yang terdiri dari: (1) normal postural tone, (2)

normal reciprocal innervations, dan (3) variasi gerakan yang mengarah

pada fungsional. Syarat agar mekanisme refleks postural normal dapat

terjadi dengan baik: (1) righting reaction yang meliputi labyrinthine

righting reaction, neck righting reaction, body on body righting reaction,

body on head righting reaction, dan optical righting reaction, (2)

equilibrium reaction, yang mempersiapkan dan mempertahankan

keseimbangan selama beraktivitas, (3) protective reaction, yang

merupakan gabungan antara righting reaction dengan equilibrium

reaction.

b. Prinsip Teknik Neuro Development Treatmentatau NDT

28

Page 29: Cerebral Palsy RM

Prinsip dasar teknik metode Neuro Development Treatment atau NDT

meliputi 3 hal:

1. Patterns of movement

Gerakan yang terjadi pada manusia saat bekerja adalah pada pola

tertentu dan pola tersebut merupakan representasi dari kontrol level

kortikal bukan kelompok otot tertentu. Pada anak dengan kelainan

sistem saraf pusat, pola gerak yang terjadi sangat terbatas, yang mana

dapat berupa dominasi refleks primitif, berkembangnya pola gerak

abnormal karena terbatasnya kemampuan bergerak, dan adanya

kompensasi atau adaptasi gerak abnormal. Akibat lebih lanjut anak atau

penderita akan menggunakan pola gerak yang abnormal dengan

pergerakan yang minim.

2. Use of handling

Handling bersifat spesifik dan bertujuan untuk normalisasi tonus,

membangkitkan koordinasi gerak dan postur, pengembangan

ketrampilan, dan adaptasi respon. Dengan demikian anak atau penderita

dibantu dan dituntun untuk memperbaiki kualitas gerak dan tidak

dibiarkan bergerak pada pola abnormal yang dimilikinya.

3. Prerequisites for movement

Agar gerak yang terjadi lebih efisien, terdapat 3 faktor yang mendasari

atau prerequisites yaitu (1) normal postural tone mutlak diperlukan

agar dapat digunakan untuk melawan gravitasi, (2) normal reciprocal

innervations pada kelompok otot memungkinkan terjadinya aksi

kelompok agonis, antagonis, dan sinergis yang terkoordinir dan

seimbang, dan (3) postural fixation mutlak diperlukan sehingga

kelompok otot mampu menstabilkan badan atau anggota gerak saat

terjadi gerakan/aktivitas dinamis dari sisa anggota gerak.

c. Teknik-Teknik Dalam Neuro Development Treatment (NDT)

29

Page 30: Cerebral Palsy RM

Metode Neuro Development Treatment (NDT) memiliki teknik-teknik

khusus untuk mengatasi pola abnormal aktivitas tonus refleks (Wahyono,

2008). Teknik-teknik tersebut meliputi:

1. Inhibisi

Inhibisi disini menggunakan Reflex Inhibiting Pattern (RIP) yang

bertujuan untuk menurunkan dan menghambat aktivitas refleks yang

abnormal dan reaksi asosiasi serta timbulnya tonus otot yang abnormal.

Sekuensis dalam terapi ini meliputi bagian tubuh dengan tingkat

affected terkecil didahulukan dan handling dimulai dari proksimal.

2. Fasilitasi

Fasilitasi bertujuan untuk memperbaiki tonus postural, memelihara dan

mengembalikan kualitas tonus normal, serta untuk memudahkan

gerakan-gerakan yang disengaja (aktivitas sehari-hari).

3. Propioceptive Stimulation

Merupakan upaya untuk memperkuat dan meningkatkan tonus otot

melalui propioseptive dan taktil. Berguna untuk meningkatkan reaksi

pada anak, memelihara posisi dan pola gerak yang dipengaruhi oleh

gaya gravitasi secara otomatis.

4. Key Points of Control (KPoC)

Key Points of Control (KPoC) adalah bagian tubuh (biasanya terletak di

proksimal) yang digunakan untuk handling normalisasi tonus maupun

menuntun gerak aktif yang normal. Letak Key Points of Control

(KPoC) yang utama adalah kepala, gelang bahu, dan gelang panggul.

5. Movement Sequences and Functional Skill

Teknik inhibisi dan fasilitasi pada dasarnya digunakan untuk

menumbuhkan kemampuan sekuensis motorik dan keterampilan

fungsional anak

d. Tujuan Pelaksanaan Neuro Development Treatment(NDT)

30

Page 31: Cerebral Palsy RM

Tujuan pelaksanaan metode Neuro Development Treatment (NDT) adalah

menghambat pola gerak abnormal, normalisasi tonus dan fasilitasi gerakan

yang normal, serta meningkatkan kemampuan aktivitas pasien.

BAB IV

ANALISIS KASUS

Anak, Dirly Saputra, usia 10 tahun 10 bulan, ± 15 bulan SMRS anak

menjalani operasi “usus melilit” di RS Swasta. 1 hari setelah operasi, anak

mengalami demam tinggi, batuk (-), pilek (-). Anak lalu mengalami kejang.

Kejang sebanyak 1 kali, selama ± 15 menit, kejang tonik umum. Post ictal anak

tidak sadar. Anak lalu dirujuk ke RSMH dan dirawat di ICU selama 10 hari.

Setelah kejang sampai sekarang, anak mengalami keterlambatan

perkembangan. Saat ini anak belum bisa duduk, berjalan, dan berbicara. Anak

dibawa ke dokter spesialis bagian neurologi dan didiagnosis menderita Cerebral

Palsi. Anak lalu dibawa ke RSMH untuk menjalani terapi guna memaksimalkan

fungsi motorik.

Dari pemeriksaan fisik umum ditemukan anak tampak sakit sedang. Anak

terlihat belum bisa berkomunikasi dengan orang-orang dilingkungan sekitar baik

verbal maupun non verbal. Sikap anak terlihat kurang kooperatif, ekspresi wajah

datar dan perhatian anak kurang baik. Dari inspeksi didapatkan kontrol leher anak

terhadap kepala tidak baik. Pada pemeriksaan fisik neurologi, dari pemeriksaan

motorik didapatkan pada keempat ekstremitas adanya gerakan yang kurang aktif,

kekuatan yang tidak bisa dinilai, tonus yang meningkat, dan refleks fisiologis

pada kedua lengan dan tungkai juga meningkat serta pada kedua tungkai

didapatkan refleks babinski positif.

Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan bahwa anak ini

mengalami keterlambatan perkembangan motorik, ditemukan gejala-gejala seperti

belum bisa duduk, berdiri dan berjalan yang seharusnya sudah dapat dilakukan

31

Page 32: Cerebral Palsy RM

oleh anak seusianya, spastisitas, dan refleks primitif yang menetap. Gejala-gejala

ini merupakan gejala yang timbul akibat adanya kerusakan pada sel-sel motorik

susunan saraf pusat yang dikenal dengan Cerebral Palsy.

Penyebab Cerebral Palsy dapat dibagi menjadi 3 periode yaitu prenatal,

perinatal dan postnatal. Pada kasus ini, anak mengalami Cerebral Palsy pada

periode postnatal. Hal ini diketahui dari hasil anamnesis yang menyimpulkan

bahwa tidak terdapat kelainan pada riwayat kehamilan dan kelahiran.

Cerebral palsy adalah suatu kelainan gerakan dan postur yang tidak

progresif oleh karena suatu kerusakan atau gangguan pada sel-sel motorik susunan

saraf pusat yang sedang tumbuh atau belum selesai pertumbuhannya.

Cerebral palsy tidak dapat disembuhkan dan merupakan kelainan yang

berlangsung seumur hidup. Tetapi banyak hal yang dapat dilakukan agar anak bisa

hidup semandiri mungkin. Dari segi rehabilitasi medik, pada anak ini dilakukan

IRR ekstremitas kanan dan kiri, terapi latihan dengan ROM exercise baik aktif

maupun pasif, latihan bobath untuk melatih postural yang normal dan seimbang,

okupasi terapi, serta terapi wicara. Terapi-terapi ini dilakukan untuk

memaksimalkan fungsi motorik yang sudah ada.

32

Page 33: Cerebral Palsy RM

DAFTAR PUSTAKA

Cerebral Palsy Alliance. 2011. Cerebral Palsy. Diunduh dari

https://www.cerebralpalsy.org.au/ , diakses 26 November 2013.

Desy, Vertilia. 2012. Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic

quadriplegic. Diunduh dari http://www.slideshare.net/penatalaksanaan-

fisioterapi-pada-kasus-cerebral-palsy-spastic-quadriplegic, diakses 26

November 2013.

Jalalin. 2006. Penuntun Pemeriksaan Fisik dan Fungsional Ilmu Kedokteran Fisik

dan Rehabilitasi.

National Institutes of Health. 2013. Cerebral Palsy. Diunduh dari

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000716.htm, diakses 27

November 2013.

Neurological Foundation. 2011. Cerebral Palsy. Diunduh dari

http://www.neurological.org.nz/disorders/cerebral-palsy, diakses 25

November 2013.

NHS. 2012. Cerebral Palsy. Diunduh dari http://www.nhs.uk/conditions/Cerebral-

palsy/Pages/Introduction.aspx, diakses 27 November 2013)

Sukarno. Terapi Latihan Bobath. Terjemahan dari The Western Cerebral Palsy

centre, London. UPF Rehabilitasi Medik RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak; Palsi Serebralis. Jakarta: EGC.

33