Laporan Kasus PEB

24
LAPORAN KASUS PREEKLAMSIA BERAT Disusun Oleh : Yusuf Ali Quddusi 1210221057 Pembimbing : dr. Puji Tri Harsono, SpOG Kepaniteraan Klinik Departemen Obstetri dan Ginekologi RS WIJAYA KUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN 1

description

ucup punya

Transcript of Laporan Kasus PEB

LAPORAN KASUS

PREEKLAMSIA BERAT

Disusun Oleh :

Yusuf Ali Quddusi1210221057

Pembimbing :

dr. Puji Tri Harsono, SpOG

Kepaniteraan Klinik Departemen Obstetri dan Ginekologi

RS WIJAYA KUSUMA PURWOKERTO

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN

JAKARTA2013

PERIODE 12 Agustus 19 OktoberLEMBAR PENGESAHAN

PREEKLAMSIA BERATDisusun Oleh :

Yusuf Ali Quddusi

1210221057Tugas telah disahkan sebagai salah satu syarat ujian di Bagian Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Wijaya Kusuma Purwokerto

Purwokerto, September 2013

Pembimbing,

dr. Puji Tri Harsono, SpOG

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan laporan ini dapat diselesaikan. Laporan ini berjudul Preeklamsia Berat.Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dari berbagai pihak sehingga penyusunan laporan ini dapat berjalan dengan lancar dan dengan rendah hati disampaikan rasa terima kasih kepada :

1. dr. Puji Tri Harsono,SpOG sebagai pembimbing.2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.Penulis menyadari bahwa hasil laporan yang dituliskan di dalam laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mohon maaf apabila terdapat banyak kekurangan pada pada laporan ini. Untuk itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun ke arah penyempurnaan dalam penulisannya dan berharap kiranya laporan ini dapat bermanfaat.

Purwokerto, September 2013

Yusuf Ali QuddusiDAFTAR ISI

HALAMAN JUDULi

LEMBAR PENGESAHANii

KATA PENGANTARiii

DAFTAR ISIiv

BAB I

I.1 IDENTITAS PASIEN1

I.2 ANAMNESIS2I.3 PEMERIKSAAN FISIK3I.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG6I.5 DIAGNOSIS KERJA6I.6 SIKAP6I.7 PENATALAKSANAAN6I.8 PROGNOSIS8I.9 FOLLOW UP9BAB II

PEMBAHASAN10BAB III

TINJAUAN PUSTAKA11BAB IV

KESIMPULAN16DAFTAR PUSTAKA17BAB I

DATA PASIEN

I.1 IDENTITAS PASIEN

Nama

: Ny. E Usia

: 28 tahun

Agama

: Islam Suku

: Jawa Pendidikan

: DIII Pekerjaan

: Tenaga Sukarela RSWK Alamat

: Bobosan RT 08/RW 03 Purwokerto Utara Nomor RM

: 242292 Tanggal/ Jam Masuk: 8 September 2013/ pukul 12.30I.2 ANAMNESIS

1. Keluhan Utama

Pusing sejak dua hari yang lalu 2. Keluhan Tambahan

Nyeri didaerah perut bagian kanan atas. 3. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang via IGD dengan keluhan pusing sejak dua hari yang lalu, pusing hingga mengganggu aktivitas. Pasien sedang hamil G1P0A0, HPHT : 12-12-2012, HPL : 19-9-13. Pusing dirasakan terus-menerus dan ketika melakukan aktivitas sehari-hari.4. Riwayat Penyakit Dahulu

- Penyakit Jantung

: disangkal

- Penyakit Paru

: disangkal

- Penyakit Kencing Manis: disangkal

- Penyakit Ginjal

: disangkal

- Penyakit Hipertensi

: disangkal

- Riwayat Operasi

: disangkal

5. Riwayat Penyakit Keluarga

- Penyakit Jantung

: disangkal

- Penyakit Paru

: disangkal

- Penyakit Kencing Manis: disangkal

- Penyakit Ginjal

: disangkal

- Penyakit Hipertensi

: disangkal6. Riwayat Obstetrik

G1P0A07. Riwayat Pernikahan

Menikah 1 kali, 3 tahun.8. Riwayat Menstruasi

Tidak ada kelainan, lama haid 5 hari, siklus haid teratur, dismenorrhea (-), jumlah darah haid normal (sehari ganti pembalut 2-3 kali).

9. Riwayat KB

Tidak pernah.

10. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien bekerja sebagai tenaga sukarela di RSWK, sedangkan suami pasien bekerja sebagai pegawai swasta.Kesan : Sosial ekonomi menengah.I.3. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Baik, kooperatif

Kesadaran

: Compos mentis

Vital Sign

Tekanan darah

: 160/120 mmHg

Nadi

: 82 kali/ menit

Pernapasan

: 22 kali/ menit

Suhu

: 36,4 C

Tinggi badan

: 155 cm

Berat Badan

: 60 kg

Status Generalis :

Mata: Konjungtiva palpebra mata kanan dan kiri tidak anemis, tidak ada sklera ikterik pada mata kanan dan kiri.

Telinga: Tidak ada otorrhea, tidak ada nyeri tekan mastoid.

Hidung: Tidak ada deviasi septum, tidak keluar sekret.

Mulut: Tidak ada gusi berdarah, bibir tidak sianosis.

Tenggorokan: Tidak ada pembesaran tonsil, faring tidak hiperemis.

Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfonodi, tidak teraba massa.

Thorax

Paru: Bentuk dada simetris, pergerakan dada simetris (tidak ada gerakan napas yang tertinggal), suara dasar napas vesikuler, tidak terdapat ronkhi basah kasar di parahiler dan tidak terdapat ronkhi basah halus di basal pada kedua lapang paru, tidak ditemukan wheezing.

Jantung: Tidak terlihat pulsasi ictus cordis pada dinding dada, teraba ictus cordis, S1 > S2 reguler, tidak ditemukan murmur, tidak ditemukan gallop.Abdomen

Inspeksi: Dinding perut , cembung gravid.

Palpasi: Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-).Perkusi: Timpani, nyeri ketok (-)Auskultasi: Bising usus (+) normal.

Ekstremitas

SuperiorInferior

Edema-/--/-

MotorikNormalNormal

Refleks fisiologis+normal/+normal+normal/+normal

Refleks patologis-/--/-

Status Obstetri

Pemeriksaan luar : TFU : 31 cm

DJJ : 133x/menit

His : 2/10/20Leopold I : Teraba bagian bulat keras simetris Leopold II : Teraba bagian keras memanjang di sebelah kiri dan bagian kecil-kecil di sebalah kanan.

Leopold III : Teraba bagian bulat lunak asimetris..

Leopold IV : DivergenPemeriksaan Dalam: Vulva/Vagina normal, pembukaan 2, effesment 20%, kulit ketuban (+), presentasi bokong, penurunan kepala 5/5 , spina ischiadika tidak teraba, tidak ada bagian yang menumbung, lendir/darah tidak ada.I.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium Darah Lengkap

Hasil Laboratorium tanggal 9 september 2013

Darah Lengkap

Hb

:

11,8(12-16g/dl)

Leukosit:

9.600 (4800-10.800/ul)

Ht

:

35.4(37-47%)

Trombosit :

210.000 (150.000-450.000/ul)

PT

:

4.29 (2-6)

APTT:

2.33 (1-3)

VDRL:

negatif

Kimia Klinik

Glukosa sewaktu :

130 (200 mg/dl) Urin Proteinuria : (+++) I.5 PENATALAKSANAAN

Rencana operasi sectio cesarea

I.6 JALANNYA OPERASI Penderita terlentang di meja operasi dalam keadaan narkose. Desinfeksi lapangan operasi dengan betadin, dibilas dengan alkohol. Tutup seluruh tubuh penderita kecuali lapangan operasi. Insisi midline 10 cm perdalam secara tajam dan tumpul hingga peritoneum. Buka peritoneum, tampak uterus gravid. Bebaskan plica vesicouterina., insisi SBR 4 c, perluas secara tumpul, kemudian luksir kepala lahir berturut-turut kepala, bahu, badan, kaki. Bayi jenis kelamin perempuan, BB 2900 gram , Apgar score 8/10. Injeksi oksitosin : metergin = 1 : 1intramural. Plasenta lahir dengan tarikan lembut. Jahit uterus lapis demi lapis. Jahit dinding abdomen lapis demi lapis. Jahit dengan crhomik cut gut kulit 3/0 intrakutan. Tutup luka dengan kassa betadin. Selesai.I.7 DIAGNOSA PRE OPERASI G1P0A0, hamil 38 minggu dengan PEBI.8 DIAGNOSA POST OPERASI

- Partus Matur dengan PEBFollow Up

Catatan Perkembangan Pasien Pasca Operasi

TanggalSubjektifObjektifAssesmentPlanning

Senin, 9-09-2013Pusing.KU/KES : TSB/CM

TD : 162/102 mmHg

Nadi : 80x/menit.

RR : 20x/menit

Suhu : 36 C

BAB: (+)BAK: (+)Hamil aterem PEB + post SC H+1 Infus RL 28 tpm. Inj. Cefotaxime 1 gr/8 jam/i.v

Neurotropik : Alinamine

Kaltrofen sup- nifedipin

- captopril 25 mg 2x1

- amlodipin 5 mg

Selasa, 10-09-2013Pusing.KU/KES : TSB/CM

TD : 150/100 mmHg

Nadi : 85x/menit.

RR : 22x/menit

Suhu : 36 C

BAB: (+)

BAK: (+)Hamil aterem PEB + post SC H+2- lasix 2x1

- Albumin / RL

- Cefotaxim / RL

- inj albumin

- Spironolakton 25 mg

- nifedipin

- captopril 25 mg 2x1

- amlodipin 5 mg

Rabu, 11-09-2013PusingKU/KES : TSB/CM

TD : 140/80 mmHg

Nadi : 80x/menit.

RR : 23x/menit

Suhu : 36 C

BAB: (+)

BAK: (+)Hamil aterem PEB + post SC H+3- Furosemid

- Spinorolakton 25 mg 1x1

- Captopril 25 mg 2x1

- Amlodipin 5 mg 1x1

Kamis, 12-09-2013-KU/KES : TSB/CM

TD : 140/80 mmHg

Nadi : 88x/menit.

RR : 23x/menit

Suhu : 36 C

BAB: (+)

BAK: (+)Hamil aterem PEB + post SC H+4Boleh pulang.

I.9 PROGNOSISDubia ad bonam.

BAB II

PEMBAHASAN

Pada kasus ini, Ny. E, 28 tahun didapatkan diagnosis pre operasi G1P0A0, hamil 38 minggu dengan PEB dan diagnosis post operasi Partus Matur dengan PEB. PEB (Preeklamsia Berat) merupakan keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria, edema atau keduanya, yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke-20. Pada penderita hasil dari pemeriksaan vital sign tensi didapatkan 160/120 mmHg, hal ini sesuai dengan literature yang mengatakan bahwa klasifikasi PEB yaitu Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau tekanan darah diastolik > 110mmHg dan Proteinuria (> 5 g/L/24 jam) atau positif 3 atau 4 pada pemeriksaan kuantitatif.Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Namun belum ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang sekarang ini dipakai sebagai penyebab preeklamsia adalah teori iskemia plasenta. Namun teori ini belum dapat menerangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit ini. Beberapa faktor risiko pada PEB yaitu Kelainan Kromosom, kelainan multifetus, kelainan struktur kongenital.Klasifikasi preeklamsia adalah preeklamsia ringan dan berat. Patofisiologi yaitu peningkatan tekanan darah dapat ditimbulkan oleh peningkatan cardiac output dan resistensi sistem pembuluh darah. Cardiac output pada pasien dengan preeklamsia/eklamsia tidak terlalu berbeda pada kehamilan normal di trimester terakhir kehamilan yang disesuaikan dari usia kehamilan. Penurunan aliran darah renal oleh konstriksi di pembuluh darah afferen yang dapat mengakibatkan kerusakkan membran glomerulus dan kemudian meningkatkan permeabilitas terhadap protein yang berakibat proteinuria.Resistensi vaskular cerebral selalu tinggi pada pasien preeklamsia/eklamsia. Pada pasien hipertensi tanpa kejang, aliran darah cerebral mungkin bertahan sampai batas normal sebagai hasil fenomena autoregulasi. Pada pasien dengan kejang, aliran darah cerebral dan konsumsi oksigen lebih sedikit dibandingkan dengan wanita hamil biasa dan terdapat penurunan aliran darah dan peningkatan tahanan vaskuler pada sirkulasi uteroplasental pada pasien preeklamsia/eklamsia.Gejala dan tanda Diastole > 110 mmHg, proteinuria > +2, oliguria, edema paru, nyeri epigastrium, Gangguan penglihatan, nyeri kepala hebat, pertumbuhan janin terhambat (PJT), Gagal jantung, Gangguan pembekuan darah yaitu DIC, Gangguan hepar yaitu HELLP syndrom. Pada pasien ditemukan gejala, sakit kepala hebat dan pusing, nyeri epigastrium, dan hasil pemeriksaan fisik pada tekanan darah 160/120 mmHg.Diagnosis preeklamsia berat pada pasien berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis, didapatkan penderita mengeluh kepala pusing sampai mengaggu aktivitas dan nyeri didaerah perut atas bagian tengah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah pasien 160/120 mmHg dan pada pemeriksaan abdomen terdapat nyeri epigastrium. Ini merupakan hasil pemeriksaan pendukung untuk mendiagnosis preeklamsia berat. Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan lab darah lengkap yaitu proteinuria (+++). Pada pemeriksaan obstetri dilakukan pemeriksaan luar terdiri dari tinggi fundus uteri yaitu 31 cm, Denyut Jantung Janin 133x/menitdan pemeriksaan His yaitu 2/10/20. Dilakukan juga pemeriksaan leopold I yaitu teraba bagian bulat keras simetris, leopold II yaitu teraba bagian keras memanjang di sebelah kiri dan bagian kecil-kecil di sebalah kanan, leopold III yaitu teraba bagian bulat lunak asimetris, leopold IV yaitu Divergen.

Sebelum dilakukan tindakan operasi yang direncanakan esok hari pukul 10.00 pasien diberikan MGS04 15 ml dalam larutan 500 RL, diberikan untuk mengatasi kejang pada pasien preeklamsia. Nifedipin 3x10 mg, kaptopril supp 2x untuk mengatasi tekanan darah pasien yang tinggi. Pasien juga diberikan Infus RL 28 tpm., Injeksi Cefotaxime 1 gr/8 jam/i.v, sebagai terapi antibiotic untuk mencegah terjadinya infeksi yang mungkin timbul. Alinamine sebagai neurotropik dan Kaltrofen sup diberikan pada pukul 21.00. Pada pukul 23.00 terjadi ketupan pecah dini dan direncanakan SC Cyto pada pukul 02.00 WIB.Terapi yang dilakukan SC (Sectio Caesarea). Saat ini prosedur operasiSectio Caesarea merupakan salah satu alternatif yang sering dilakukan di bidang kedokteran dalam proses persalinan, terutama bila terdapat komplikasi, misalnya ibu dengan penyakit Pre-eklampsia/Eklampsia, kelainan letak janin, dan cephalo pelvic disproportion(CPD),. Sedangkan pada kasus pasien ini mengalami preeklamsia dan kelainan letak janin dengan presentasi bokong maka terapi persalinan yang dilakukan yaitu SC.Terapi yang dilakukan post operasi berupa pemberian infus RL untuk mengganti cairan tubuh, Cefotaxime sebagai terapi antibiotic untuk mencegah terjadinya infeksi, alinamine untuk neurotropic, pemberian nifedipin dan captopril kombinasi untuk menurunkan tekanan darah pada pasien yang masih dianggap tinggi yaitu 162/100. Nifedipine adalah golongan calcium-channel blockers yang bekerja sebagai relaksasi pembuluh darah sehingga menyebabkan kerja jantung tidak terlalu berat. Nifedipine juga bekerja meningkatkan suplai darah dan oksigen ke jantung. Captopril adalah golongan ACE inhibitor untuk mengobati tekanan darah yang tinggi. Pada kasus ini diberikan terapi kombinasi antihipertensi nifedipin dan captoprile. Amlodipine juga termasuk golongan calcium channel blockers yang juga berfungsi untuk relaksasi pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah pada pembuluh darah. Lasix (furosemide) adalah loop diuretic (water pill) yang berfungsi untuk mengobati oedem pada pasien, yang dikeluarkan lewat peningkatan rangsangan produksi urin pada tubuh. Obat ini juga berfungsi untuk menurunkan tekanan darah pada kasus hipertensi. Spironolactone juga berfungsi sebagai menghilangkan oedem pada tubuh dengan meningkatkan produksi urin. Setelah dirawat 3 hari dan dipastikan pasien kondisi sudah membaik maka pasien diperbolehkan pulang.BAB IIIKESIMPULANPEB (Preeklamsia Berat) merupakan keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria, edema atau keduanya, yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke-20.Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Namun belum ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang sekarang ini dipakai sebagai penyebab preeklamsia adalah teori iskemia plasenta. Namun teori ini belum dapat menerangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit ini. Beberapa faktor risiko pada PEB yaitu Kelainan Kromosom, kelainan multifetus, kelainan struktur kongenital.Klasifikasi preeklamsia adalah preeklamsia ringan dan berat. Patofisiologi yaitu peningkatan tekanan darah dapat ditimbulkan oleh peningkatan cardiac output dan resistensi sistem pembuluh darah. Cardiac output pada pasien dengan preeklamsia/eklamsia tidak terlalu berbeda pada kehamilan normal di trimester terakhir kehamilan yang disesuaikan dari usia kehamilan. Penurunan aliran darah renal oleh konstriksi di pembuluh darah afferen yang dapat mengakibatkan kerusakkan membran glomerulus dan kemudian meningkatkan permeabilitas terhadap protein yang berakibat proteinuria.Gejala dan tanda Diastole > 110 mmHg, proteinuria > +2, oliguria, edema paru, nyeri epigastrium, Gangguan penglihatan, nyeri kepala hebat, pertumbuhan janin terhambat (PJT), Gagal jantung, Gangguan pembekuan darah yaitu DIC, Gangguan hepar yaitu HELLP syndrom. Diagnosis preeklamsia berat pada pasien berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.Penanganan pada PEB yaitu memantau dan menurunkan tekanan darah dan menghilangkan oedem (jika ada) serta mengobati gejala-gejala yang dikeluhkan pasien. Tekanan darah dapat diturunkan dengan obat-obatan seperti nifedipin, captorile, Amlodipine. Menghilangkan oedem dengan obat-obatan seperti Lasix (furosemide) dan Spironolactone dimana obat bekerja dengan meningkatkan produksi urin.DAFTAR PUSTAKA 1. Pernoll, Martin. Benson & Pernoll Handbook of Obstetrics and Gynecology. Edisi 10, The McGraw-Hill Companies. 2001.2. Errol Norwitz, John Schrorge. At a Glance Obstetri & Gynecology, Edisi 2, Penerbit EMS. 2002.3. Saifidin, Abdul Bari,dkk. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo & JNKKR-POGI. Jakarta4. Bagian Obstetri & Ginekologi FK. Unpad. 1993. Ginekologi. Elstar. Bandung.5. http://dokterblog.wordpress.com/2009/05/17/pengelolaan-preeclampsia-dan-eclampsia/7