Laporan kasus OK Angga.doc
Click here to load reader
-
Upload
anggamizul -
Category
Documents
-
view
13 -
download
3
Transcript of Laporan kasus OK Angga.doc
LAPORAN KASUS KAMAR OPERASI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny M
Umur : 25 th
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Magelang
Diagnosis Pre-Op : APP
Tindakan Op : Apendictomy
Jenis anestesi : Anestesi Regional Spinal
Tanggal masuk : 27 Mei 2013
Tanggal Operasi : 28 Mei 2013
II. KONDISI PRE OPERASI
Anamnesa
Keluhan Utama : Nyeri pada perut bawah kanan
Keluhan Tambahan : Nyeri pada perut bawah kanan sejak 1 minggu yang lalu dan
bertambah Sakit jika dibawa berjalan, nyeri berkurang ketika pasien
tiduran. Nyeri menjalar sampai ke bagian pinggang dan punggung, pasien
sering merasakan sakit seperti ini sebelumnya namun hilang ketika
meminum obat penahan rasa nyeri, mual muntah dibantah, pasien juga
merasakan demam.
BB : 60 Kg
TB : 171 cm (BMI = 20,54)
Sistem Saraf Pusat : GCS : 15, Kompos mentis
riwayat operasi (-) riwayat alergi obat (-), pupil isokor +/+
Sistem Pernapasan : pernapasan 23x/mnt, nafas spontan
teeth : tidak ada kelainan
toungue: tidak ada kelainan
tonsil : T2-T1
tumor : tidak ada
tiroid : tidak ada kelainan
tempuro mandibula joint : tidak ada kelainan
tiromental distance : tidak ada kelainan
trakea : tidak ada kelainan
Sistem Sirkulasi : Tekanan darah 110/65 mmHg
Nadi 80x/mnt Hb : 14 g/dl, Leukosit : 120000
Cappilary refill dalam batas normal
Conjunctiva anemis -/-
Sistem Perkemihan : Buang air kecil lancar, kateter (-)
Sistem Pencernaan : Bising usus 5x/mnt
Buang air besar lancar GDS : 112
Hepatomegali (-)
Splenomegali (-)
Sistem Muskuloskeletal: Terasa nyeri pada perut bagian kanan bawah jika di tekan
Kesimpulan : pasien perempuan 25 tahun dengan diagnosis apendicitis
III. PERMASALAHAN
Daftar Permasalahan
Permasalahan Medis Tidak ada
Permasalahan Bedah Tidak ada
Permasalahan Anestesi Tidak ada
IV. PENGELOLAAN ANESTESI
1) Persiapan pasien :
Informed consent
Pasien puasa 6 jam pre-op
Infus RL 20 tpm
2) Persiapan alat anestesi :
Peralatan monitor
Tekanan darah, nadi, EKG
Spinal set :
Jarum spinal dengan ujung tajam/jarum spinal dengan ujung tumpul beserta
stilet
Kassa, betadine dan alcohol
Spuit 5 cc
3) Persiapan obat
Anestesi :
Lidocain 2%
Bupivacain 0,5%
Emergensi :
Epinefrin, Efedrin, Sulfas Atropine
4) Jenis Anestesi : Regional Spinal Anestesi
5) Pengecekan pasien
a. Periksa persetujuan operasi dan identitas penderita.
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital :
T : 110/65 mmHg N : 61 x/menit
R : 23 X/menit S : 38 ºC
c. Kelancaran IV-line
6) Di Ruang Operasi
a. Jam 09.00 pasien masuk kamar operasi, ditidurkan terlentang di atas meja operasi,
manset dan monitor dipasang
b. Jam 09.30 : dilakukan anestesi spinal dengan prosedur sebagai berikut :
1. Pasien diposisikan duduk tegak dan kepala ditundukkan
2. Dilakukan identifikasi di inter space L3-L4,
3. Desinfeksi lokal dan lakukan anestesi di daerah tusukan dan diperluas.
4. Dengan menggunakan jarum no. 27 G yang menembus sampai ruang
subarachnoid, ditandai keluarnya LCS, dilakukan barbotage positif,
dimasukkan induksi obat bupivacain 3 mL
5. Pasien diposisikan tidur terlentang kembali dan dipasangkan kanul nasal O2
3L/menit
6. nilai level blok sensorik hasilnya blok setinggi Th10
c. Monitoring tanda vital tiap lima menit
d. Jam 10.0 operasi selesai
e. Selama operasi dan sesudahnya pasien tetap sadar, dan penderita dipindahkan ke
ruang recovery room.
Monitoring selama operasi.
Jam Tensi Nadi Keterangan
09.00 Terpasang infus RL 500cc 20 tpm
09.25 Posisikan pasien untuk tindakan anestesi
09.30 Induksi dengan bupivacain 3 mL, Fentanyl
0,5mg dengan sebelumnya diberi lidocain
terlebih dahulu.
Pemasangan kanul nasal 3L/menit
09.35 100/70 58 Pelaksanaan operasi
Pemberian ondansetron 4 mg
09.40 110/65 58 Pelaksanaan operasi
09.45 90/60 60 Pelaksanaan operasi
09.50 110/60 62 Pelaksanaan operasi
09.55 112/70 59 Pemberian ketorolac 30 mg dan tramadol 50
mg
10.00 120/70 63 Operasi selesai, pasien dipindahkan ke
recovery room
Terapi Cairan
Pasien sudah puasa makan dan minum ± 6 jam, namun sudah di pelihara kekurangan
cairannya dengan memberikan cairan infus selama di bangsal.
Untuk kebutuhan selama operasi berlangsung:
BB = 60 kg
a. Maintenance = 4 x 10kg = 40
= 2 x 10kg = 20
= 1 x 40kg =40 total 100cc/jam
b. Stress operasi = 4cc/kgBB/jam = 4 x 60 = 240 cc/jam
c. Perdarahan = 30 cc
EBV = 70 x 60 = 4200 ml
Perdarahan <20 % EBV tidak perlu transfusi, cukup diganti dengan kristaloid
Pemberian Cairan :
Kebutuhan cairan selama operasi sedang 1 jam
= perdarahan + maintenance + stress operasi
= 30 + 100 + 240
= 370 cc
Cairan yang sudah diberikan saat operasi = 500 cc + 350 cc
Balance cairan : 850cc – 370cc = + 480cc
7) Evaluasi di Ruang Pemulihan
Jam 10.10 : pasien dipindahkan ke recovery room dalam keadaan sadar, posisi
terlentang
Di Ruang PemulihanKriteria pemindahan pasien berdasarkan Aldrette Score :
Point Nilai Pada Pasien
Motorik 4 ekstermitas 2 √
2 ekstremitas 1
- 0
Respirasi Spontan+batuk 2 √
Nafas kurang 1
- 0
Sirkulasi Beda <20% 2 √
20-50% 1
>50% 0
Kesadaran Sadar penuh 2
Ketika dipanggil 1
- 0
Kulit Kemerahan 2 √
Pucat 1
Sianosis 0
Total 10
Monitoring Pasca Anestesi
Jam Tensi Nadi RR Keterangan
10.00 120/70 64 22 O2 2 L/menit, Monitoring tanda vital
10.30 120/80 62 20 Monitoring tanda vital
11.00 120/80 64 22 Monitoring tanda vital
Aldrette score 10, pasien pindah ke
bangsal Seruni
Jam 11.00 : pasien stabil baik, dipindahkan ke Bangsal Seruni
8) Instruksi Pasca Anestesi
a. Rawat pasien posisi terlentang, kontrol vital sign. Bila tensi turun dibawah 90/60
mmHg, berikan cairan kristaloid 250 cc. Bila muntah diberikan injeksi Ondansetron 4
mg IV. Bila kesakitan berikan injeksi Ketorolac 30 mg IV.
b. Lain-lain
Boleh makan dan minum biasa.
Kontrol balance cairan.
Monitor vital sign
V. MASALAH SELAMA OPERASI
Selama dilakukan operasi Hernioraphy ini tidak terdapat masalah dan penyulit saat
operasi maupun setelah operasi dilakukan.
VI. DISKUSI
Anestesi spinal (subaraknoid) adalah anestesi regional dengan tindakan penyuntikan obat
anestetik local kedalam ruang subaraknoid. Anestesi ini disebut juga sebagai analgesi/blok
intradural atau blok intratekal. Anestesi spinal merupakan teknik anestesi regional yang baik
untuk tindakan-tindakan bedah, obstetrik, operasi bagian bawah abdomen dan ekstremitas
bawah. Pertama kali dikemukakan oleh J Leonard Corning yang menyuntikkan kokain ke dalam
ruangan subaraknoid pada tahun 1885. Kemudian Bier pertama mencoba untuk pembedahan
pada tahun1899 dan Kreis melakukan tehnik ini untuk menghilangkan nyeri pasca persalinan
pada tahun 1900.
Hal-hal yang mempengaruhi anestesi spinal ialah jenis obat , dosis obat yang digunakan ,
efek vasokontriksi, berat jenis obat, posisi tubuh , tekanan intraabdomen , lengkung tulang
belakang , operasi tulang belakang , usia pasien , obesitas , kehamilan dan penyebaran obat.
Spinal anesthesia punya banyak keuntungan seperti kesederhanaan teknik, onset yang
cepat, resiko keracunan sistemik yang lebih kecil, blok anestheti yang baik. Pada penyuntikan
intratekal, yang dipengaruhi dahulu ialah saraf simpatis dan parasimpatis, diikuti dengan saraf
untuk rasa dingin, panas, raba, dan tekan. Yang mengalami blokade terakhir yaitu serabut
motoris, rasa getar (vibrator sense) dan propioseptif. Blokade simpatis ditandai dengan adanya
kenaikan suhu kulit tungkai bawah. Setelah anestesi selesai, pemulihan terjadi dengan urutan
sebaliknya, yaitu fungsi motoris yang pertama kali akan pulih. Di dalam cairan serebrospinal,
hidrolisis anestetik lokal berlangsung lambat. Sebagian anestetik lokal meninggalkan ruang
subaraknoid melalui aliran darah vena,sedangkan sebagian kecil melalui aliran getah bening.
Lamanya anestesi tergantung dari kecepatan obat meninggalkan cairan serebrospinal.
Secara anatomis dipilih segmen L2 ke bawah pada penusukan oleh karena ujung bawah
daripada medula spinalis setinggi L2 dan ruang interegmental lumbal ini relatif lebih lebar dan
lebih datar dibandingkan dengan segmen-segmen lainnya.
Lokasi interspace ini dicari dengan menghubungkan crista iliaca kiri dan kanan. Maka
titik pertemuan dengan segmen lumbal merupakan processus spinosus L4 atau L4 – 5.
INDIKASI
Anestesi spinal dapat di berikan pada tindakan yang melibatkan tungkai bawah , panggul,
dan perineum. Anestesi ini juga digunakan pada keadaan khusus separti bedah endoskopi ,
urologi, bedah rektum, perbaikan fraktur tulang punggung ,bedah obstetric dan bedah
anak.Anestesi spinal pada bayi dan anak kecil dilakukan setelah bayi ditidurkan dengan anestesi
umum.
KONTRAINDIKASI
Kontraindikasi mutlak meliputi infeksi kulit pada tempat dilakukan pungsi lumbal,
bakteremia, hipovolemia berat (syok) , koagulapati, dan peningkatan tekanan intracranial.
Kontraindikasi relatif meliputi neuropati , prior spine surgery, nyeri punggung, penggunaan obat-
obat preoperasi golongan AINS , heparin subkutan dosis rendah , dan pasien yang tidak stabil
serta a resistant surgeon.
PERSIAPAN ANALGESIA SPINAL
Pada dasarnya persiapan untuk analgesia spinal seperti pada persiapan pada anestesia
umum. Daerah sekitar tempat tusukan diteliti apakah akan menimbulkan kesulitan , misalnya ada
kelainan anatomis tulang punggung atau pasien gemuk sekali sehingga tak teraba tonjolan
prosesus spinosus. Selain itu perlu diperhatikan hal-hal di bawah ini :
1. Informed consent (izin dari pasien). Kita tidak boleh memaksa pasien untuk menyetujui
anestesia spinal
2. Pemeriksaan fisik . Tidak dijumpai kelainan spesifik seperti kelainan tulang punggung
dan lain-lainnya.
3. Pemeriksaan laboratorium anjuran. Hemoglobin , hematokrit, PT (Protombin Time) dan
PTT ( Partial Thromboplastine Time)
PERALATAN ANALGESIA SPINAL
Tindakan anestesi spinal harus diberikan dengan persiapan perlengkapan operasi yang
lengkap untuk monitor pasien, pemberian anestesi umum, dan tindakan resusitasi.
Jarum spinal dan obat anestetik spinal disiapkan. Jarum spinal memiliki permukaan
yang rata dengan stilet di dalam lumennya dan ukuran 16G sampai dengan 30G. obat anestetik
lokal yang digunakan adalah prokain, tetrakain, lidokain, atau bupivakain. Berat jenis obat
anestetik lokal mempengaruhi aliran obat dan perluasan daerah teranestesi. Pada anestesi spinal
jika berat jenis obat lebih besar dari berat jenis CSS (hiperbarik), maka akan terjadi perpindahan
obat ke dasar akibat gravitasi. Jika lebih kecil (hipobarik), obat akan berpindah dari area
penyuntikan ke atas. . Bila sama (isobarik), obat akan berada di tingkat yang sama di tempat
penyuntikan.Pada suhu 30 derajat celcius cairan cerebro spinal memiliki berat jenis 1,003-1,008.
Perlengkapan lain berupa kain kasa steril, povidon iodine, alcohol, dan duk steril juga
harus disiapkan.
Jarum spinal. Dikenal 2 macam jarum spinal, yaitu jenis yang ujungnya runcing seperti
ujung bamboo runcing (Quincke-Babcock atau Greene) dan jenis yang ujungnya seperti ujung
pensil (whitacre).
TEHNIK ANESTESI SPINAL
Berikut langkah-langkah dalam melakukan anestesi spinal, antara lain:
Posisi pasien duduk atau dekubitus lateral. Posisi duduk merupakan posisi termudah
untuk tindakan punksi lumbal. Pasien duduk di tepi meja operasi dengan kaki pada kursi,
bersandar ke depan dengan tangan menyilang di depan. Pada posisi dekubitus lateral
pasien tidur berbaring dengan salah satu sisi tubuh berada di meja operasi.
Posisi permukaan jarum spinal ditentukan kembali, yaitu di daerah antara vertebrata
lumbalis (interlumbal).
Lakukan tindakan asepsis dan antisepsis kulit daerah punggung pasien.
Lakukan penyuntikan jarum spinal di tempat penusukan pada bidang medial dengan
sudut 10o-30o terhadap bidang horizontal ke arah cranial. Jarum lumbal akan menembus
ligamentum supraspinosum, ligamentum interspinosum, ligamentum flavum, lapisan
duramater, dan lapisan subaraknoid.
Cabut stilet lalu cairan serebrospinal akan menetes keluar.
Suntikkan obat anestetik local yang telah disiapkan ke dalam ruang subaraknoid. Kadang-
kadang untuk memperlama kerja obat ditambahkan vasokonstriktor seperti adrenalin.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah:
Hipotensi berat
Akibat blok simpatis , terjadi ’venous pooling’. Pada dewasa dicegah dengan
memberikan infus cairan elektrolit 1000 ml atau koloid 500 ml sebelum tindakan.
Bradikardi
Dapat terjadi tanpa disertai hipotensi atau hipoksia ,terjadi akibat blok sampai T-2
Hipoventilasi
Akibat paralisis saraf frenikus atau hipoperfusi pusat kendali napas
Trauma pembuluh darah
Trauma saraf
Mual muntah
Gangguan pendengaran
Blok spinal tinggi, atau spinal total.
KOMPLIKASI PASCA TINDAKAN
Nyeri tempat suntikan
Nyeri punggung
Nyeri kepala karena kebocoran liquor
Retensio urin
Meningitis
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
Pasien perempuan 25 tahun dengan apendicitis dilakukan tindakan apendictomy
menggunakan anestesi regional spinal. Kebutuhan cairan total selama operasi adalah 370cc
sedangkan cairan yang sudah diberikan adalah 480 cc sehingga balance cairan +110 cc.
Selama operasi berlangsung tidak didapatkan penyulit ataupun masalah hemodinamik. Saat
diruang pemulihan tanda vital pasien baik dan memiliki Aldrette skor 10 sehingga pasien
dapat dipindahkan ke bangsal.
b. Saran
Persiapan preoperatif pada pasien perlu dilakukan untuk mengetahui keadaan fisik pasien
sebelum operasi dimulai.
Pemberian terapi cairan pada pasien selama operasi harus diperhatikan, perhitungan cairan
yang tepat dibutuhkan untuk maintenence dan untuk menggantikan perdarahan saat operasi
Pemantauan tanda-tanda vital per 5 menit selama operasi penting untuk diperhatikan selama
operasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Grace PA, Borley NR. At a glance: ilmu bedah. Ed. III.
Jakarta: Erlangga. 2002. h118-119.
2. Latief AS, Suryadi KA, Dachlan MR. 2002. Petunjuk Praktis Anestesiologi Ed.2. Jakarta:
Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UI
3. Sjamsuhidayat.R & Wim de jong. Buku ajar ilmu bedah. Edisi
revisi. Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC, 1997. h523-538
4. Sulistia editor. 2008. Farmakologi dan Terapi ed.5. Jakarta :
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI