Laporan Kasus Panjang Ok

26
BAB I LAPORAN KASUS PANJANG 1. IDENTITAS 1.1. Identitas Penderita Nama penderita : An. Umur : 11 Tahun Jenis kelamin : Laki-laki No. CM : 479924 Bangsal : Dahlia / III5 Tanggal Masuk : 2/09/15 Tanggal keluar : 5/09/15 Alamat : Turunrejo 01/02 Brangsong Kendal 1.2. Identitas Orang Tua Penderita Nama Ayah : Tn. M Umur : 39 tahun Pekerjaan : Tani Agama : Islam Alamat : Turunrejo 01/02 Brangsong Kendal Nama Ibu : Ny. S Umur : 35 tahun Pekerjaan : Ibu rumah tangga Agama : Islam Alamat : Turunrejo 01/02 Brangsong Kendal 2. DATA DASAR

description

asma

Transcript of Laporan Kasus Panjang Ok

Page 1: Laporan Kasus Panjang Ok

BAB I

LAPORAN KASUS PANJANG

1. IDENTITAS

1.1. Identitas Penderita

Nama penderita : An.

Umur : 11 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

No. CM : 479924

Bangsal : Dahlia / III5

Tanggal Masuk : 2/09/15

Tanggal keluar : 5/09/15

Alamat : Turunrejo 01/02 Brangsong Kendal

1.2. Identitas Orang Tua Penderita

Nama Ayah : Tn. M

Umur : 39 tahun

Pekerjaan : Tani

Agama : Islam

Alamat : Turunrejo 01/02 Brangsong Kendal

Nama Ibu : Ny. S

Umur : 35 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Agama : Islam

Alamat : Turunrejo 01/02 Brangsong Kendal

2. DATA DASAR

2. 1. Anamnesis ( Alloanamnesis )

Autoanamnesis dan aloanamnesis dengan pasien dan ibu pasien dilakukan

pada tanggal 3 September 2015 pukul 13.15 WIB di ruang Dahlia dan didukung

dengan catatan medis.

Page 2: Laporan Kasus Panjang Ok

Keluhan utama : Nafas sesak.

2.2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke IGD RSUD dr. H soewondo Kendal tanggal 2 September

2015 pukul : 13 30 dengan keluhan sesak napas. Tiga hari SMRS, pasien memiliki

banyak aktivitas fisik di luar rumah. Pasien memiliki aktivitas bermain lebih dari

biasanya.

Satu hari SMRS Pasien juga mengeluhkan tidak enak badan sejak semalam.

Pasien juga mengalami batuk berdahak. Ketika dahak dikeluarkan berwarna

kuning.

Hari ketika pasien masuk rumah sakit, pasien mengalami sesak secara tiba–

tiba setelah pasien berlatih taekwondo. Sesak bertambah ketika pasien kelelahan

dan pada malam hari. Pasien juga mengalami muntah demam, dengan muntahan

berupa lendir. Ibu pasien telah memberikan minyak angin pada badan pasien, serta

kaki dan tangan tetapi tidak ada perubahan.

Sehari setelah masuk rumah sakit pasien masih merasa agak sesak. Pasien

sudah merasa tidak demam lagi, akan tetapi pasien masih mengeluhkan batuk-

batuknya.

Saat ini pasien tidak ada riwayat berak encer. Riwayat nyeri kencing tidak ada

dan riwayat kencing darah tidak ada. Pasien belum BAB sejak 1 hari lalu, tetapi

tidak ada keluhan diare encer. Riwayat kejang tidak ada, riwayat batuk lama dan

dahak dengan darah disangkal.

2.3. Riwayat Penyakit Dahulu :

Sebelumnya pasien mengakui pernah menderita penyakit serupa sekitar 8

tahun yang lalu dan terus berlanjut hingga pasien berusia 10 tahun. Keluhan

serupa terjadi hilang timbul. Keluhan dapat terjadi 2 kali dalam setahun. Riwayat

batuk pilek diakui penderita. Pasien mengaku bila setelah bepergian ke tempat

yang dingin, sesak akan kambuh. Sesak yang dirasakan pasien juga timbul ketika

kelelahan atau minum es.

2.4. Riwayat Penyakit Keluarga :

Page 3: Laporan Kasus Panjang Ok

Tidak ada keluarga yang mengalami hal seperti ini.

2.5. Riwayat Sosial ekonomi :

Pasien adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Pasien tinggal bersama bapak

dan ibu. Pembayaran ditanggung dengan jamkesmas.

Kesan Sosial Ekonomi : kurang.

2.6. Riwayat Persalinan dan Kehamilan :

Anak ketiga dari ibu G2P2A0 hamil aterm, riwayat ketuban pecah dini

disangkal, riwayat perdarahan pervaginam disangkal, lahir secara spontan

ditolong oleh bidan, anak lahir langsung menangis, berat badan lahir 2970 gram,

panjang badan 50 cm.

2.7. Riwayat Pemeliharaan Prenatal :

Ibu pasien periksa kandungan secara teratur ke bidan terdekat. Mulai saat

mengetahui kehamilan hingga usia kehamilan 8 bulan pemeriksaan dilakukan

1x / bulan. Riwayat perdarahan saat hamil disangkal. Riwayat trauma saat hamil

disangkal. Riwayat minum obat tanpa resep dokter ataupun minum jamu

disangkal. Obat – obat yang diminum selama kehamilan adalah vitamin dan

tablet tambah darah.

2.8. Riwayat Pemeliharaan Postnatal :

Pemeliharaan postnatal dilakukan di bidan dan anak dalam keadaan sehat

2.9. Riwayat Imunisasi :

BCG : 1x umur 1 bulan

DPT : 3 x ( 2,4,6) bulan

Polio : 5 x (0,2,4,6,18) bulan

Hepatitis B : 3x umur (0,1,5) bulan

Campak : 2x umur 9 bulan dan 6 tahun

DT : 1x umur 6 tahun

TT : 2x umur 7 dan 8 tahun

Page 4: Laporan Kasus Panjang Ok

Kesan : Imunisasi dasar lengkap tepat bulan

2.10. BMI

Usia : 12 tahun

Berat badan : 36,5 kg

Tinggi badan : 145 cm

BMI : BB/TB2

: 36.5/(1,45x1,45)

: 17,36

Kesan : normoweight

WAZ (BBU )=36,5−39,6

10,0=−0,31(normal)

HAZ (TBU )=145−149,7

7,60=−0,61(normal)

WHZ (BBTB )=36,5−36,9

0,8=0,5 (normal)

Kesan: gizi baik, perawakan normal

2.11. Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak

Pertumbuhan :

Berat badan lahir 2700 gram , panjang badan lahir 50 cm, berat badan

sekarang 36,5 kg, panjang badan sekarang 145 cm.

Perkembangan :

o 3 bulan : tertawa

o 4 bulan : tengkurap dan miring

o 7 bulan : duduk dengan dibantu

o 9 bulan : merangkak

Page 5: Laporan Kasus Panjang Ok

o 1 tahun : berdiri dan berjalan, bicara dalam kata-kata pendek

o 18-24 bulan : menyusun 2 kata, bersosialisasi, belajar makan

minum sendiri

o 2-3 tahun : belajar meloncat, memanjat, dan menyusun kalimat.

o 4 tahun : masuk tk.

o 6 tahun : masuk SD.

o 12 tahun : masuk SMP.

Pasien tidak pernah tinggal kelas dan dapat menerima pelajaran dengan

baik.

Kesan : Pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan umurnya.

3. PEMERIKSAAN FISIK

Tanggal 3 September 2015 jam 13.150 WIB di bangsal Dahlia / Kelas III RSUD Dr.

H. Soewondo Kendal.

Status Present

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 12 tahun

Berat Badan : 36,5 kg

Tinggi Badan : 145 cm

Tanda Vital

Nadi : 96 x / menit, irama regular, isi cukup, equalitas sama pada

keempat ekstremitas.

Tekanan Darah : 110/80 mmHg

Suhu : 36,1 ºC (aksila)

Frekuensi Nafas : 24 x / menit

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Lemah, tampak sakit.

Kesadaran : Kompos Mentis

Kepala : Mesocephal

Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut.

Page 6: Laporan Kasus Panjang Ok

Mata : Palpebra simetris, cekung (-/-), konjungtiva anemis

(-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor Ø 3mm,

reflek cahaya pupil (N). Mata cowong (-), air mata (-), edema

palpebra (+).

Telinga : Serumen (-/-), tidak nyeri, tidak bengkak.

Hidung : Simetris, sekret (-/-), nafas cuping hidung (-/-)

Mulut : Lidah kotor (-), tonsil bengkak (-), bibir kering

(-), sianosis (-), caries (-), gusi tidak mengalami perdarahan

Leher : Simetris, pembesaran kelenjar (-/-)

Tenggorokan : Tonsil hiperemis (-), faring hiperemis (-)

Thorax

Paru-paru

Inspeksi : Simetris, dalam keadaan statis dan dinamis, ada retraksi.

Palpasi : Stem fremitus kanan dan kiri sama.

Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru

Auskultasi : Suara dasar : vesikuler

Suara tambahan : wheezing (+/+), ronkhi (+/+)

Jantung

Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak

Palpasi : Iktus kordis teraba di sela iga ke V, linea midclavicularis

sinistra, tidak kuat angkat, tidak melebar.

Perkusi : Redup

Batas atas : ICS II linea parasternalis kiri

Pinggang : ICS III linea parasternalis kiri

Batas kiri : ICS V linea midclavicularis kiri

Batas kanan : ICS IV linea sternalis kanan

Auskultasi : Reguler, Suara jantung murni, gallop (-), bising (-)

Abdomen

Inspeksi : Datar

Palpasi : Nyeri tekan (-) , turgor normal, massa (-), hepar dan lien tidak

teraba.

Page 7: Laporan Kasus Panjang Ok

Perkusi : Pekak, pekak sisi (-), pekak alih (-)

Auskultasi : Peristaltic (+) normal

Genitalia : laki-laki, normal

Ekstremitas

4. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah Rutin (tanggal 02/09/15)

Hb : 13,0 gr/dl

Leukosit : 12,0 / µL

Trombosit : 246.000 / µL

Ht : 39,5

Kimia klinik (tanggal 02/09/15)

Natrium : 141,1 mmol/dl

Kalium : 4,48 mmol/dl

Calcium : 1,12 mg/dl

Serologi (tanggal 02/09/15)

Widal :

o S. Typhi O : 1/160

o S. Typhi H : 1/160

o S. Paratyphi A H : Negatif

Foto rontgen (tanggal 03/09/15)

Pemeriksaan Superio

r

Inferior

Akral dingin -/- -/-

Reflek fisiologis +/+ N +/+ N

Reflek patologis -/- -/-

Sianosis -/- -/-

Oedem -/- -/-

Capillary refill <2” <2”

Page 8: Laporan Kasus Panjang Ok

Cor : CTR < 50%

o Bentuk dan letak normal

o Retrocardiac dan retrosternal space tidak menyempit

Pulmo : Corakan vaskular tampak meningkat

o Tak tampak bercak pada kedua lapang paru

o Tak tampak penebalan hillus

Kesan : cor tak tampak membesar

o Gambaran bronchitis

5. DIAGNOSIS BANDING

o Asma bronchiale

o TB paru

o Bronkitis

o Bronkopneumoni

o GER

6. DIAGNOSIS SEMENTARA

Asma bronchiale

7. PENATALAKSANAAN Non Medikamentosa

Page 9: Laporan Kasus Panjang Ok

o Menghindari faktor pencetus

o Fisioterapi dada

Medikamentosa

o O2 2L/m,

o Inf. 2A 15tpm,

o Inj.Cefotaxim 3x1 g IV,

o dexamethason 3 x 5 mg

o p.o pct 250 (k/p)

o nebulizer ventolin 2x1 amp,

8. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium darah

Pemeriksaan spirometri

X-foto thorak PA

Px sputum

9. PROGNOSIS

Qua ad vitam = ad bonam

Qua ad sanam = ad bonam

Qua ad fungsional = ad bonam

10. PERJALANAN PENYAKIT

Hari ke 1

(26/05/12)

Hari ke 2

(27/05/12)

Hari ke 3

(28/05/12)

Hari ke 4

(29/05/12)

Keluhan Panas (+), sesak (+),

batuk (+), dahak (+),

pilek (+), ma/mi

(+/+), BAK (-) BAB

(-)

Panas (-), sesak (+),

batuk (+), dahak (+),

pilek(+), ma/mi

(+/+), BAK (-) BAB

(-)

Panas (-), sesak (-),

batuk (+), dahak (+),

pilek (+), ma/mi

(+/+), BAK (+) BAB

(-)

Panas (-), sesak (-)

batuk (+), dahak (+),

pilek (+), ma/mi

(+/+), BAK (+) BAB

(-)

K U Sadar,lemah, status

gizi baik

Sadar, lemah, status

gizi baik

Sadar, aktif, status

gizi baik

Sadar, aktif, status

gizi baik

Page 10: Laporan Kasus Panjang Ok

Vital

sign

HR = 100 x/mnt

RR = 28 x/mnt

T = 37,3 º C

HR = 108 x/mnt

RR = 23 x/mnt

t = 36,1 º C

HR = 92 x/mnt

RR = 24 x/mnt

t = 36,3 º C

HR = 110 x/mnt

RR = 25 x/mnt

t = 36,5 º C

Px.Fisik Kepala : Mesocephal

Mata : CA (-/-), SI

(-/-)

Hidung : sekret

(+/+), NCH (-/-)

Telinga : serumen

(-/-), bengkak (-/-),

nyeri (-/-)

Mulut : sianosis (-),

Leher : simetris,

pembesaran kel.

limfe (-)

Thorax

Pulmo :

vesiculer, R

(+/+), W

(+/+)

Cor :

reguler,

bising (-)

Abd :

datar, supel,

peristaltik (+)

normal, nyeri

tekan (-)

Ekst :

akral dingin

(-), nadi

kaki (+)

kuat.

Kepala mesocephal

Mata : CA (-/-), SI

(-/-)

Hidung : sekret

(+/+), NCH (-/-)

Telinga : serumen

(-/-), bengkak (-/-),

nyeri (-/-)

Mulut : sianosis (-),

Leher : simetris,

pembesaran

kel.limfe (-)

Thorax

Pulmo :

vesiculer, R

(+/+), W

(+/+)

Cor :

reguler,

bising (-)

Abd :

datar, supel,

peristaltik (+)

normal, nyeri

tekan (-)

Ekst :

akral dingin

(-), nadi kaki

kuat (+)

Kepala : mesocephal

Mata : CA (-/-), SI

(-/-)

Hidung : sekret

(+/+), NCH (-/-)

Telinga : serumen

(-/-), bengkak (-/-),

nyeri (-/-)

Mulut : sianosis (-),

Leher : simetris,

pembesaran kel.

limfe (-)

Thorax

Pulmo :

vesiculer, R

(+/+), W

(+/+)

Cor :

reguler,

bising (-)

Abd :

datar, supel,

peristaltik (+)

normal, nyeri

tekan (-)

Ekst :

akral dingin

(-), nadi

kaki kuat (+).

Kepala : mesocephal

Mata : CA (-/-), SI

(-/-)

Hidung : sekret

(+/+), NCH (-/-)

Telinga : serumen

(-/-), bengkak (-/-),

nyeri (-/-)

Mulut : sianosis (-),

Leher : simetris,

pembesaran kel.

limfe (-)

Thorax

Pulmo :

vesiculer, R

(-/-), W (-/-)

Cor :

reguler,

bising (-)

Abd : datar,

supel,

peristaltik (+)

normal, nyeri

tekan (-)

Ekst :

akral dingin

(-), nadi kaki

kuat. (+)

Assesem Asma Bronchiale Asma Bronchiale Asma Bronchiale Asma Bronchiale

Page 11: Laporan Kasus Panjang Ok

ent

Terapi O2 2L/m,

Inf.RL 16 tpm,

Inj. Cefotaxim

3x750 mg IV,

dexa 3 x 1 mg

p.o pct 250 (k/p)

O2 2L/m,

Inf. 2A 15tpm,

Inj.Cefotaxim

3x1 g IV,

dexa 3 x 5 mg

ranitidin 3 x ½

amp

p.o pct 250 (k/p)

nebulizer ventolin

2x1 amp,

flexolide 2 x 1

amp,

O2 2L/m,

Inf. 2A 15tpm,

Inj.Cefotaxim

3x500 mg IV,

dexa 3 x 5 mg

ranitidin 3 x ½

amp

p.o pamol 250

(k/p)

nebulizer ventolin

2x1 amp,

flexolide 2 x 1 amp

+ NACL 0,9 cc

O2 2L/m,

Inf. 2A 15tpm,

Inj.Cefotaxim

3x500 mg IV,

dexa 3 x 5 mg

ranitidin 3 x ½

amp

p.o pamol 250

(k/p)

nebulizer ventolin

2x1 amp,

flexolide 2 x 1

amp + NACL 0,9

cc

Prognosi

s

Quo ad vitam : ad

bonam

Quo ad sanam: ad

bonam

Quo ad fungsional :

ad bonam

Quo ad vitam : ad

bonam

Quo ad sanam: ad

bonam

Quo ad fungsional :

ad bonam

Quo ad vitam : ad

bonam

Quo ad sanam: ad

bonam

Quo ad fungsional :

ad bonam

Quo ad vitam : ad

bonam

Quo ad sanam: ad

bonam

Quo ad fungsional :

ad bonam

Page 12: Laporan Kasus Panjang Ok

BAB II

PEMBAHASAN

ASMA BRONCHIALE

Definisi

Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA) menggunakan batasan operasional asma

yaitu mengi berulang dan/atau batuk persisten dengan karakteristik sebagai berikut: timbul

secara episodik, cenderung pada malam hari/dini hari (nokturnal), musiman, adanya faktor

pencetus diantaranya aktivitas fisik, dan bersifat reversibel baik secara spontan maupun

dengan pengobatan, serta adanya riwayat asma atau atopi lain pada pasien/keluarganya.

Epidemiologi

Prevalensi total asma di dunia diperkirakan 7,2% (6% pada dewasa dan 10% pada

anak). Prevalensi pada anak menderita asma meningkat 8-10 kali di negara berkembang

dibanding negara maju. Prevalensi tersebut sangat bervariasi. Di Indonesia, prevalensi asma

pada anak berusia 6-7 tahun sebesar 3% dan untuk usia 13-14 tahun sebesar 5,2%.

Patofisiologi

Inflamasi saluran napas yang ditemukan pada pasien asma diyakini merupakan hal

yang mendasari gangguan fungsi. Respon terhadap inflamasi pada mukosa saluran napas

pasien asma ini menyebabkan hiperreaktifitas bronkus yang merupakan tanda utama asma.

Pada saat terjadi hiperreaktivitas saluran napas sejumlah pemicu dapat memulai gejala asma.

Pemicu ini meliputi respon hipersensitivitas tipe 1 (dimediasi IgE) terhadap alergen debu

rumah dan serbuk sari yang tersensitisasi, iritan seperti udara dingin, polutan atau asap rokok,

infeksi virus, dan aktivitas fisik/olahraga. Hiperreaktivitas saluran napas akan menyebabkan

obstruksi saluran napas menyebabkan hambatan aliran udara yang dapat kembali secara

spontan atau setelah pengobatan. Proses patologis utama yang mendukung obstruksi saluran

napas adalah edema mukosa, kontraksi otot polos dan produksi mukus. Obstruksi terjadi

selama ekspirasi ketika saluran napas mengalami volume penutupan dan menyebabkan gas di

Page 13: Laporan Kasus Panjang Ok

saluran napas terperangkap. Bahkan, pada asma yang berat dapat mengurangi aliran udara

selama inspirasi. Sejumlah karakteristik anatomi dan fisiologi memberi kecenderungan bayi

dan anak kecil terhadap peningkatan risiko obstruksi saluran napas antara lain ukuran saluran

napas yang lebih kecil, recoil elastic paru yang lebih lemah, kurangnya bantuan otot polos

saluran napas kecil, hiperplasia kelenjar mukosa relatif.

Manifestasi Klinis dan Diagnosis

Batuk berulang dan mengi adalah gejala utama asma pada anak. Pada anak yang lebih

besar dan dewasa, gejala juga dapat berupa sesak napas dada terasa berat gejala biasanya

akan memburuk pada malam hari yang dipicu dengan infeksi pernapasan dan inhalasi

alergen. Gejala lainnya dapat tersembunyi dan tidak spesifik seperti keterbatasan aktivitas

dan cepat lelah. Riwayat penggunaan bronkodilator dan atopi pada pasien atau keluarganya

dapat menunjang penegakan diagnosis.

Page 14: Laporan Kasus Panjang Ok

GINA, konsensus Internasional dan PNAA menekankan diagnosis asma didahului

batuk dan atau mengi. Gejala awal tersebut ditelusuri dengan algoritme kemungkinan

diagnosis asma. Pada algoritme tampak bahwa batuk dan/atau mengi yang berulang

(episodik), nokturnal, musiman, setelah melakukan aktivitas, dan adanya riwayat atopi pada

penderita maupun keluarganya merupakan gejala atau tanda yang patut diduga suatu asma.

Sehubungan dengan kesulitan mendiagnosis asma pada anak kecil, khususnya anak di

bawah 3 tahun, respons yang baik terhadap obat bronkodilator dan steroid sistemik (5 hari)

dan dengan penyingkiran penyakit lain diagnosis asma menjadi lebih definitif. Untuk anak

yang sudah besar (>6 tahun) pemeriksaan faal paru sebaiknya dilakukan. Uji fungsi paru yang

sederhana dengan peak flow meter, atau yang lebih lengkap dengan spirometer. Uji provokasi

bronkus dengan histamin, metakolin, latihan (exercise), udara kering dan dingin atau dengan

NaCl hipertonis, sangat menunjang diagnosis.

Page 15: Laporan Kasus Panjang Ok

Klasifikasi

Klasifkasi asma sangat diperlukan karena berhubungan dengan tatalaksana lanjutan

(jangka panjang). GINA membagi asma berdasarkan gejala dan tanda klinis, uji fungsi paru,

dan pemeriksaan laboratorium.menjadi 4 klasifikasi yaitu asma intermiten, asma persisten,

ringan, asma persisten sedang, dan asma persisten berat.

Page 16: Laporan Kasus Panjang Ok

Selain pembagian berdasarkan GINA, PNAA membagi asma menjadi 3 yaitu asma

episodik jarang, asma episodik sering dan asma persisten. Berikut ini tabel klasifikasi asma

berdasarkan PNAA:

Page 17: Laporan Kasus Panjang Ok

Penatalaksanaan

Tatalaksana serangan asma dilakukan dengan tujuan untuk meredakan penyempitan

jalan nafas secepat mungkin, mengurangi hipoksemia, mengembalikan fungsi paru ke

keadaan normal secepatnya, dan merenacanakan tatalaksana mencegah kekambuhan.

Tatalaksana Serangan

1. Tatalaksana di rumah

Untuk serangan ringan dapat digunakan obat oral golongan beta 2 agonis atau teofilin.

Bila tersedia, lebih baik digunakan obat inhalasi karena onsetnya lebih cepat dan efek

samping sistemiknya minimal. Obat golongan beta 2 agonis inhalasi yang dapat

digunakan yaitu MDI dengan atau tanpa spacer atau nebulizer.

Bila dalam waktu 30 menit setelah inhalasi tidak ada perbaikan atau bahkan terjadi

perburukan harus segera dibawa ke rumah sakit.

2. Tatalaksana di ruang emergency

Penderita yang datang dalam keadaan serangan langsung dinilai derajat serangannya.

Tatalaksana awal adalah pemberian beta agonis secara nebulisasi. Garam fisiologis dapat

ditambahkan dalam cairan nebulisasi. Nebulisasi serupa dapat diulang dengan selang 20

menit. Pada pemberian ketiga dapat ditambahkan obat antikolinergik. Tatalaksana awal

ini sekaligus berfungsi sebagai penapis yaitu untuk penentuan derajat serangan, karena

penilaian derajat secara klinis tidak selalu dapat dilakukan dengan cepat dan jelas.

Berikut ini pentalaksanaan serangan asma sesuai derajat serangan:

1. Serangan Asma ringan

Pada serangan asma ringan dengan sekali nebulisasi pasien dapat menunjukkan respon

yang baik. Pasien dengan derajat serangan asma ringan diobservasi 1-2 jam, jika

respon tersebut bertahan pasien dapat dipulangkan dan jika setelah observasi selama 2

jam gejala timbul kembali, pasien diperlakukan sebagai serangan asma derajat sedang.

Sebelum pulang pasien dibekali obat ß2-agonis (hirupan atau oral) yang harus

diberikan tiap 4-6 jam dan jika pencetus serangannya adalah infeksi virus, dapat

ditambahkan steroid oral jangka pendek selama 3-5 hari. Pasien juga dianjurkan

kontrol ulang ke klinik rawat jalan dalam waktu 24-48 jam untuk evaluasi ulang

Page 18: Laporan Kasus Panjang Ok

tatalaksana dan jika sebelum serangan pasien sudah mendapat obat pengendali, obat

tersebut diteruskan hingga evaluasi ulang yang dilakukan di klinik rawat jalan.

2. Serangan Asma sedang

Pada serangan asma sedang dengan pemberian nebulisasi dua atau tiga kali pasien

hanya menunjukkan respon parsial (incomplete response) dan pasien perlu diobservasi

di ruang rawat sehari (One day care) dan walaupun belum tentu diperlukan, untuk

persiapan keadaan darurat, pasien yanga akan diobservasi di ruang rawat sehari

langsung dipasang jalur parenteral sejak di unit gawat darurat (UGD).

Pada serangan asma sedang diberikan kortikosteroid sistemik oral metilprednisolon

dengan dosis 0,5-1 mg/kgbb/hari selama 3-5 hari.

3. Serangan Asma berat

Pada serangan asma berat dengan 3 kali nebulisasi berturut-turut pasien tidak

menunjukkan respon yait gejala dan tanda serangan masih ada. Pada keadaan ini

pasien harus dirawat inap dan jika pasien menunjukkan gejala dan ancaman henti

napas pasien harus langsung dirawat diruang intensif. Pasien diberikan oksigen 2-4

L/menit sejak awal termasuk saat dilakukan nebulisasi, dipasang jalur parenteral dan

dilakukan foto toraks. Jika ada dehidrasi dan asidosis, diatasi dengan pemberian

cairan intravena dan koreksi terhadap asidosis dan pada pasien dengan serangan berat

dan ancaman henti napas, foto toraks harus langsung dibuat untuk mendeteksi

kemungkinan pneumotoraks dan pneumomediastinum. Pada ancaman henti napas

hipoksemia tetap terjadi walaupun sudah diberi oksigen (kadar PaO2<60 mmHg dan

atau PaCO2>45 mmHg). Pada ancaman henti napas diperlukan ventilsi mekanik.

Nebulisasi dengan β- agonis+antikolinergik dengan oksigen dilanjutkan tiap 1-2 jam,

jika dengan 4-6 kali pemberian mulai terjadi perbaikan klinis jarak pemberian dapat

diperlebar menjadi 4-6 jam.

Pasien juga diberikan kortikosteroid intravena 0,5-1 mg/kg/BB/hari per bolus setiap 6-

8 jam dan aminofilin intravena dengan beberapa ketentuan sebagai berikut:

Jika pasien belum mendapat minofilin sebelumnya, diberikan aminofilin dosis awal

sebesr 6-8 mg/kgBB dilarutkan dlam dekstros 5% atau gram fisiologis sebanyak 20

ml diberikan dalm 20-30 menit.

Jika pasien telah mendapat aminofilin sebelumnya (kurang dari 4 jam), dosis yng

diberikan adalah setengah dari dosis inisial.

Sebaiknya kadar aminofilin dalam darah diukur dan dipertahankan sebesar 10-20μ/ml.

Selanjutnya, aminofilin dosis rumatan diberikan sebesar 0,5-1 mg/kgBB/jam.

Page 19: Laporan Kasus Panjang Ok

Jika terjadi perbaikan klinis nebulisasi diteruskan tiap 6 jam hingga 24 jam dan

pemberian aminofilin dan kortikosteroid diganti oral, jika dalam 24 jam stabil pasien

dapat dipulangkan dengan dibekali β2-agonis (hirupan atau oral) yang diberikan tiap

4-6 jam selama 1-2 hari. Selain itu, steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke

klinik rawat jalan dalam 1-2 hari untuk evalasi ulang tatalaksana.