Laporan Kasus Nephrotic Syndrome Tulungagung(1)
-
Upload
erwin-kurniawan -
Category
Documents
-
view
16 -
download
0
description
Transcript of Laporan Kasus Nephrotic Syndrome Tulungagung(1)
Laporan Kasus Nephrotic Syndrome
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn Teguh/48 tahun/R. Virtual-Dahlia/ 0733070 /RS dr Iskak T. Agung
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 48 tahun
Alamat : Surenlor RT13 RW2 Bendungan Trenggalek
Pekerjaan : Petani
Status : Menikah
Etnis/suku : Jawa
Agama : Islam
Tanggal MRS : 1/9/2015
Tanggal diperiksa : 2/9/2015
Keluhan utama: Kaki bengkak 3 bln yg lalu,
Pasien datang ke poli penyakit dalam untuk kontrol, Pasien rutin kontrol untuk
memeriksakan hipertensi, kolesterol, dan asam urat. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak
lama dan rutin minum obat. Pasien terakhir kontrol kolesterol dan asam urat di suatu klinik di
trenggalek. Pasien diminta tidak makan buah selama 1 bulan. Dalam 5 hari terakhir pasien
susah BAB dan mengkonsumsi pepaya hingga bisa BAB. Setelah makan pasien merasa perut
kembung sejak 5 hari yang lalu, diikuti bengkak di kedua kaki. Riwayat DM -.
Kaki bengkak 3 bln yg lalu, Darah tinggi 6 bulan 150/100mmhg, diobati di klinik
trenggalek, kolesterol 3 bulan yang lalu 345 mg/dl, asam urat, usg ginjal hasil normal. awal
gejala gatal seluruh tubuh, perut terasa sebah, susah buang air besar, pekerjaan petani, rokok
-, kopi 1x per hari, alkohol -, riwayat keluarga ayah darah tinggi 250/x, tensi terendah 130/80
mmHg.
1
2. HASIL PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Fisik:
GCS 456 Penampilan umum nampak sakit sedang, normoweight
Berat badan 60kg, tinggi badan 170 cm, BMI 20,7 kg/m2
Blood Pressure
140/80mmHg
PR 100 tpm RR 20 tpm Tax 36o C
Head Anemic (+), Icteric (+)
Neck JVP R +0 cm H2O 30o, pembesaran KGB (-)
Thoraks
Cor Ictus invisible, palpable at ICS V MCL S, thrill (-), heaves (-)
RHM - SLD
LHM - ictus
S1 – S2 single reguler, murmur (–) gallop (-)
Lung Simetric, Chest Expansion D=S, Stem Fremitus D=S, Perkusi sonor,
suara napas v/v, rhonki - /-, wheezing - /-.
Abdomen Abdomen: Distended, Soefl, Bowel Sound (+) N, liver span 8 cm,
Traube space timpani, Shifting Dullness + minimal, Nyeri ketok ginjal
- /-.
Ekstermities akral hangat, kering, edema tungkai bawah +/+. Pitting oedem
tungkai bawah +/+.
Pemeriksaan Penunjang: (29 Juli 2015)
Lab Value (Normal) Lab Value
(Normal)
Leucocyte 11610 3.500-10.000/µL BUN 64,8 10-50 mg/dL
Haemoglobine 10,4 11,0-16,5 g/dl Creatinine 3,5 0,7-1,5 mg/dL
MCV 85,3 80-93fl Protein total 4,7 6,6-8,7g/dl
MCH 28,8 27-31 pg Albumin 2,4 3,5-5,2g/dl
2
MCHC 33,8 33-37 g/L
Trombocyte 339.000 150.000-
390.000/µL
Eo/bas/neu/lim/
mon
2,6/0,3/72,7
/20,3/4,1%
<4/1/50-70/20-
40/2-8 %
Natrium 125 135-145 mmol/L
Kalium 6,5 3,1-5,1 mmol/L
Clorida 100 <96-106 mmol/L
Lipid profile (13/8/15):
Lab Value (Normal)
Kolesterol total 311 140-230 mg/dL
HDL 83 45-50 mg/dL
LDL 230 100-150 mg/dL
TG 189 100-150 mg/dL
Urinanalisis (2/9/15):
Lab Value (Normal)
Laktat Esterase Neg Neg
Keton Neg Neg
Nitrit Neg Neg
Urobilinogen Normal Normal (<1.0)
Bilirubin Neg Neg
Protein +2 Neg
Glukosa +2 Neg
Berat jenis 1.015 1.000-1.030
pH <=5.0 4.5-8.0
Occult blood +3
Eritrosit 28 0-3 /hpf
3
Leukosit 8 0-5 /lpb
SQEP 17 0-82 /LPF
Kristal 0 0-28 / lpb
Bakteri 15 0-7
BYST 0 0-1 / uL
HYAL 0 0-1 / LPF
UNCC 7 0-1 /LPF
NSE 0 0-18 /LPF
Mucus urin 3 0-28 /uL
SPRM 0 0-6 /Ul
WBC Clump 1 / uL
USG Doppler: Ginjal kanan dan kiri dalam batas normal, nampak ascites.
Assessment:
1. Nephrotic syndrome
2.Azotemia Renal
3.Hypercalemia
4.Konstipasi
5. HT st. 1
Planning Diagnosa: Urin Lengkap, darah lengkap, biopsi ginjal
Planning Treatment:
Bed rest semifowler position
Diet ginjal 1900 kcal/hari, restriksi garam (<2g/hari), restriksi lemak.
Drip furosemid 5 mg/jam
Valsartan 0-0-160mg PO
Adalat oros (nifedipin) 30mg - 0-0 PO
Simvastatin 0-0-20mg po
4
Metilprednisolon 3x16 mg PO
Dulcolax supp 0-0-1c PO
Planning monitoring: DL ulang, BB/hari, UOP/hari, lipid profile, albumin serum.
3. POMR (Problem Oriented Medical Record)
Cue and Clue PL IDX PDX PTX PMO /
PEdu
Male/ 48 y.o
Anamnesa:
Kaki bengkak 3
bln yg lalu, ,
kolesterol 3
bulan yang lalu
345 mg/dl
Pem. Fisik:
edema tungkai
bawah +/+.
Pitting oedem
tungkai bawah
+/+
Pem.
Penunjang:
Protein urin +2
1. Proteinuria
masif
1.1 Nephrotic
syndrome
Urin
Lengkap,
darah
lengkap,
biopsi
ginjal
Bed rest
semifowler position
Diet ginjal 1900
kcal/hari, restriksi
garam (<2g/hari),
restriksi lemak.
Drip furosemid 5
mg/jam
Valsartan 0-0-
160mg PO
Adalat oros
(nifedipin) 30mg -
0-0 PO
Simvastatin 0-0-
20mg po
Metilprednisolon
3x16 mg PO
Subjektif
Vital sign,
BB/hari,
UOP/hari,
lipid
profile,
albumin
serum,
faktor
penyebab
Male/ 48 y.o
Pem.
Penunjang:
BUN 64,8
mg/dl
2. Electrolyte
imbalance
2.2 Azotemia
Renal
2.3
USG
ginjal
Valsartan 0-0-
160mg PO
Adalat oros
(nifedipin) 30mg -
0-0 PO
Subjektif
Vital sign
5
Kreatinin
serum 3,5
mg/dl
Kalium 6,5
mmol/L
Hypercalemia Metilprednisolon
3x16 mg PO
Drip furosemid 5
mg/jam
Male / 48 y.o
Anamnesa: Dalam 5 hari terakhir pasien susah BAB dan mengkonsumsi pepaya hingga bisa BAB
3. Konstipasi Dulcolax supp 0-0-
1c
Subjective
Vital sign
Clinical
features
Male/48 y.o
Anamnesa: Pasien rutin kontrol untuk memeriksakan hipertensi, riwayat keluarga ayah darah tinggi 250/x mmHgPem. Fisik: TD 140/80mmHg
4. Essential
hypertension
4.1 HT st. 1 Valsartan 0-0-
160mg PO
Adalat oros
(nifedipin) 30mg -
0-0 po
S, VS
4. DISKUSI KASUS
Pembahasan:
Sindrom nefrotik (SN) merupakan salah satu manifestasi klinik glomerulonefritis (GN)
ditandai dengan edema anasarka, proteinuria masif >3,5g/hari, hipoalbuminemia <3,5 g/dl,
hiperkolesterolemia, dan lipiduria. Pada proses awal atau SN ringan untuk menegakkan
diagnosis tidak semua gejala tersebut harus ditemukan. Proteinuria masif merupakan tanda
khas SN, tetapi pada SN berat yang disertai kadar albumin serum rendah ekskresi protein
dalam urin juga berkurang. Proteinuria juga berkontribusi terhadap berbagai komplikasi yang
terjadi pada SN.
6
Pada kasus ini pasien didiagnosa dengan sindroma nefrotik karena didapatkan edema
anasarka, proteinuria, hipoalbuminemia, dan hiperkolesterolemia. Sindroma nefrotik
berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi 2 penyebab yaitu penyebab primer (Minimal
change disease, membranous nefropati, focal segmental glomerulosklerosis (FSGS),
mesangiocapillari GN (MCGN) dan sekunder (hepatitis B/C, SLE, diabetik nefropati, amiloidosis,
paraneoplastik, NSAID-induced). Untuk mengklasifikasikan lebih lanjut maka diperlukan
pemeriksaan histopatologi jaringan ginjal untuk dilakukan renal biopsi.
Patofisiologi sindroma nefrotik merupakan perlukaan dari podosit yang menyebabkan
proteinuria, karena podosit ginjal mengelilingi kapiler glomerulus dan menjaga barrier filtrasi
yang mencegah molekul berukuran besar untuk lolos keluar bersama urin.
Hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan lipiduria, gangguan keseimbangan nitrogen,
hiperkoagulabilitas, gangguan metabolisme kalsium dan tulang, serta hormon tiroid sering
dijumpai pada SN. Umumnya pada SN fungsi ginjal normal kecuali sebagian kasus yang
berkembang menjadi penyakit ginjal tahap akhir (PGTA). Pada beberapa episode SN dapat
sembuh sendiri dan menunjukkan respons yang baik terhadap terapi steroid, tetapi sebagian
lain dapat berkembang menjadi kronik.
Pengobatan Sindroma nefrotik terdiri dari 4 tahap yaitu mengurangi edema (loop
diuretik), mengurangi proteinuria (ACE-I atau ARB), mengurangi resiko tromboemboli (Statin),
dan mengobati penyebab utama. Pengobatan SN terdiri dari pengobatan spesifik yang
ditujukan terhadap penyakit dasar dan pengobatan non spesifik untuk mengurangi proteinuria,
mengontrol edema, dan mengobati komplikasi. Diuretik disertai diet rendah garam dan tirah
baring dapat membantu mengontrol edema. Furosemid oral dapat diberikan dan bila resisten
dapat dikombinasi dengan tiazid, metalazon, dan atau asetazolamid. Kontrol proteinuria dapat
memperbaiki hipoalbuminemia dan mengurangi risiko komplikasi yang ditimbulkan.
Pembatasan asupan protein 0,8- 1,0 g/kg berat badan/hari dapat mengurangi proteinuria. Obat
penghambat enzim konversi angiotensin (angiotensinconverting enzyme inhibitors) dan
antagonis reseptor angiotensin II (angiotensin II receptor antagonis) dapat menurunkan tekanan
darah dan kombinasi keduanya mempunyai efek aditif dalam menurunkan proteinuria.
Risiko tromboemboli pada SN meningkat dan perlu mendapat penanganan. Walaupun
pemberian antikoagulan jangka panjang masih kontroversial tetapi pada satu studi terbukti
memberikan keuntungan. Dislipidemia pada SN belum secara meyakinkan meningkatkan risiko
penyakit kardiovaskular, tetapi bukti klinik dalam populasi menyokong pendapat perlunya
7
mengontrol keadaan ini. Obat penurun lemak golongan statin seperti simvastatin, pravastatin,
dan lovastatin dapat menurunkan kolesterol LDL, trigliserid, dan meningkatkan kolesterol HDL.
8