Irritable Bowel Syndrome Pada AnakIrritable Bowel Syndrome Pada Anak
-
Author
ayu-ningtiyas-nugroho -
Category
Documents
-
view
27 -
download
5
Embed Size (px)
description
Transcript of Irritable Bowel Syndrome Pada AnakIrritable Bowel Syndrome Pada Anak

IRRITABLE BOWEL SYNDROME PADA ANAK
Ayu Ningtiyas Nugroho
030.08.049
Kepaniteraan Dasar Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo
Jakarta, 20 Oktober 2013

Bab I
Pendahuluan
Irritable bowel syndrome (IBS) merupakan gangguan fungsional pada sistem
gastrointestinal. Hal ini berarti bahwa usus besar pada pasien dengan IBS tidak
berfungsi dengan sebagaimana seharusnya dan hal ini menyebabkan terjadinya
berbagai macam dari simptom-simptom IBS. Simptom yang paling sering dari IBS
adalah nyeri abdominal bawah, perubahan kebiasaan pada garakan usus, iritasi
abdomen yang hilang jika defekasi, rasa kembung yang berasal dari perubahan
motilitas usus.
Pada kenyataanya, ada beberapa tipe dari IBS yang mencerminkan simptom yang
paling dominan, antara lain: predominan diare ( IBS-D ), predominan konstipasi
( IBD-C ), post-infeksi IBS ( IBS-PI ), dan IBS yang terdapat konsistensi dari feses
( IBS-A ). Semua tipe IBS ini dapat disertai dengan gejala demam, muntah, sakit
kepala, banyak gas pada perut, dll. Juga terdapat malaise menyeluruh, lemah, lemas,
kegelisahan, stress, gangguan emosiaonal, dan nyeri pinggang juga dapat terjadi pada
pasien IBS. Menurut statistik, penyakit gastrointestinal lebih sering menyerang wanita
daripada laki-laki.
Kesulitan yang sekarang dihadapi adalah tidak adanya pemahaman tentang mengapa
IBS terjadi dan dengan tidak adanya pemeriksaan spesifik yang dapat dilakukan untuk
mendiagnosa keadaan ini. Itulah mengapa IBS sering dibingungkan dengan chronic
functional abdominal pain ( CFAP ), inflammatory bowel disease ( IBD ) dan
beberapa penyakit gastrointestinal lainnya. Masalah dari IBS adalah adanya spasme
otot pada dinding usus, tetapi penyebab biokimianya belum diketahui. Simptom dari
IBS dapat meringan bahkan hilang sama sekali untuk waktu yang lama, kemudian
tiba-tiba terjadi lagi. Hal ini membuat diagnosis dari IBS menjadi sulit.
IBS adalah sindrom kronik, mengganggu dan tidak nyaman, IBS adalah sindrom yang
tidak fatal dan dapat di ringankan dan di hilangkan dengan terapi yang tepat. Pada
umumnya pelembek feses dan laksatif dapat digunakan pada IBS dengan predominan
konstipasi. Berbagai macan obat antidiare ( opioid atau loperamide, diphenoxylate,
dan codein ) dapat digunakan untuk pasien dengan predominan diare. Obat

antispasmodic, seperti antikolinergik, dapat digunakan untuk menolong
menghilangkan simpton dari kram atau diare.
Pengobatan yang paling baik untuk irritable bowel syndrome adalah diet sehat, atasi
stress dan depresi, dan pengobatan IBS dengan bahan-bahan natural.1

Bab II
Tinjauan pustaka
A. Definisi
Menurut New England Journal of Medicine, irritable bowel syndrome (IBS)
adalah gangguan fungsional sistem pencernaan yang ditandai dengan adanya
perubahan peristalsis usus, nyeri abdomen, dan dengan tidak ditemukannya
penyebab patologis yang spesifik.2
Menurut Mayoclinic, irritable bowel syndrome (IBS) adalah penyakit yang
sering ditemukan dan menyangkut gangguan pada colon. IBS menyebabkan
kram, nyeri abdomen, kembung, diare, dan konstipasi. Disamping dari
simptom yang tidak nyaman ini, IBS tidak menyebabkan kerusakan permanen
pada colon.
Kebanyakan pasien dengan simptom IBS sudah dapat mengkontrol kondisinya,
hanya sebagian kecil yang mengalami IBS dengan simptom yang parah.
IBS tidak menyebabkan inflamasi pada jaringan usus, ataupun meningkatkan
resiko terhadap kanker usus. Pada banyak kasus, pasien sudah dapat mengatasi
IBS dengan mengubah pola makan, gaya hidup dan mengurangi stress.3
B. Epidemiologi
Simptom dari irritable bowel syndrome ( IBS ) harus dilihat dari adanya
gangguan pencernaan sejak masa anak-anak, karena diperkirakan IBS pada
anak dan dewasa adalah 2:1 pada sebagian besar dari populasi sampel, dan
angka tinggi pada orang-orang yang berobat. Simptom yang mirip IBS timbul
pada kira-kira 10 % pasien dewasa setelah terjangkit infeksi saluran cerna yang
disebabkan oleh bakteri ataupun virus.
Faktor resiko terjadinya IBS setelah infeksi saluran cerna lebih besar pada
keadaan: jenis kelamin perempuan, lamanya durasi gastroenteritis, dan adanya
faktor psikososial ( termasuk stress pada saat infeksi ataupun somatisasi ).

Presentasi dan eksaserbasi dari IBS seringkali dicetuskan oleh stress psikologis
dan fisik.2
C. Penyebab
Penyebab dari irritable bowel syndrome sangat sulit untuk diketahui, tetapi
banyak ahli yang telah melakukan penelitian tentang IBS dan hasilnya adalah
sebagai berikut:
Hipotesa etiologi dari irritable bowel syndrome:4
o Adanya transit profile yang tidak normal dan hiper persepsi dari
pergerakan usus normal mungkin didapatkan
o Kira-kira 1/3 pasien dengan irritable bowel syndrome memiliki
gangguan transit pada colon. Keterlambatan motilitas colon lebih
sering pada tipe IBS-C dibandingkan dengan kontrol sehat.
Kenaikan motilitas colon lebih sering terjadi pada IBS-D.
o Sensitisasi local histamine pada neuron afferent menyebabkan
depolatisasi awal terjadi.
o Penyebab dari IBS memiliki hubungan dengan infeksi enterik.
o Hipereaktivitas dari colon dan gangguan immunologik dari colon
dan usus halus dapat terus berlangsung setelah gastroenteritis.
o Peranan dari psikologis secara independen mempengaruhi
perjadinya IBS pada pasien dengan post-infeksi irritable bowel
syndrome.5
o Gangguan psikologis dapat membentuk proinflammatory cytokine
milieu, yang mencetuskan IBS dengan mekanisme yang belum
diketahui yang terjadi setelah infeksi akut.
o Mekanisme neurohormonal sentral dapat mencetuskan IBS.
Aktivasi abnormal dari reseptor N- methyl-D- aspartate (NMDA),
aktivasi dari sintesis nitric oxide, aktivasi neurokinin reseptor, dan
induksi dari gene-related peptide juga diduga dapat menyebabkan
terjadinya IBS.
o Mediasi dari sistem limbic dan respons autonomic memediasi
terjadinya kenaikan motilitas usus dan lambung. Limbic sistem

yang abnormal telah dibuktikan merupakan salah satu pencetus IBS
dan pada orang-orang dengan gangguan depresi. Hal ini telah di tes
dengan positron emission tomography.
o Aksis hipotalamik-pituitari disangkan sangat berkaitan dengan
gangguan motilitas karena adanya gangguan dari respons usus
dengan hipotalamus. Hipotalamus mensekresi 6ejuna6trophin-
releasing factor (CRF) pada keadaan stress, sehingga terapi dengan
CRF antagonis dapat menghilangkan gangguan motilitas yang
terjadi.
o Pimentel mengemukakan bahwa berkembangbiaknya mikroba pada
usus kecil menyebabkan banyak gas dan distensi pada pasien
dengan IBS.
o Rasa kembung dan distensi dapat terjadi karena intoleransi dari
lemak dari makanan yang dikomsumsi. Reflex yang memperantarai
pembuangan gas pada usus kecil lebih terganggu pada pasien yang
memiliki intoleransi lipid.
o Eliminasi dan perubahan diet sangat dianjurkan pada penderita
IBS, karena short-chain carbohydrates seperti fruktosa dan fruktans
dapat menimbulkan gejala-gejala IBS.
Penyebab dari irritable bowel syndrome masih belum jelas diketahui. Dinding
usus dilapisi oleh lapisan otot yang berkontraksi dan relaksasi dengan irama
yang terkoordinasi untuk mendorong makanan dari lambung hingga ke
rectum. Jika seseorang memiliki IBS, kontraksi dari otot usus akan lebih kuat
dan berlangsung lebih lama daripada normal. Makanan didorong lebih cepat
dan menyebabkan gas, kembung, dan diare.
Pada kasus lain, kebalikannya. Makanan dipindahkan perlahan, dan feces
menjadi kering dan keras. Abnormalitas dari sistem saraf dan colon dapat
menyebabkan perasaan tidak enak ketika abdomen teregang karena gas.
Makanan. Banyak orang menyadari bahwa gejala IBS dapat memburuk jika
mereka memakan makanan tertentu. Seperti coklat, susu, dan alcohol dapat
menyebabkan konstipasi atau diare. Minuman bersoda dan sayuran dapat
menimbulkan kembung dan rasa tidak enak pada beberapa orang dengan IBS.

Peranan dari alergi makanan dan intoleransi pada IBS masih belum diketahui
secara pasti.7
Stress. Orang dengan IBS mungkin dapat merasakan bahwa simptom dari IBS
dapat bertambah buruk pada keadaan stress, seperti perubahan rutinitas,
ataupun perdebatan dalam keluarga. Stress tidak menimbulkan IBS, tetapi
memperparah simptom dari IBS yang sudah ada.
Hormon. Karena wanita 2 kali lebih besar untuk terkena IBS daripada laki-
laki, peneliti percaya bahwa perubahan hormonal berperan penting dalam IBS.
Banyak wanita yang mendapati bahwa IBS bertambah parah pada sekitar masa
menstruasi.
Penyakit lainnya. Terkadang penyakit lain, seperti gastroenteritis dapat
memicu IBS.
Banyak orang memiliki gejala-gejala seperti IBS, tetapi jika ada hal-hal seperti
dibawah ini, lebih mengarah ke irritable bowel syndrome:
Muda. IBS mulai sebelum umur 35 tahun untuk 50% populasi.
Wanita. Secara keseluruhan, wanita memiliki kemungkinan mendapat IBS
2 kali daripada laki-laki.
Memiliki riwayat keluarga IBS. Penelitian telah menunjukkan bahwa jika
memiliki keluarga kandung ( ayah, ibu atau saudara kandung ) yang
terdiagnosa IBS, kemungkinan besar ia terdiagnosa IBS juga.
Peneliti mempelajari bahwa riwayat keuarga dengan IBS sangat berkaitan
dengan gen, faltor lingkungan dalam keluarga dan atau keduanya.
D. Patofisiologi
Teori tentang irritable bowel syndrome dibagi menjadi 3 bagian, yaitu tentang
motilitas gastrointestinal, hiperalgesia visceral, dan psikopatologi.
1. Perubahan motilitas gastrointestinal, termasuk pada usus halus dan usus
besar.

Perubahan myoelektrik dari colon terdiri dari gelombang lambat dengan
beberapa spike potensial. Dismotilitas colon pada IBS menunjukkan
adanya variasi dari gelombang lambat dan perlambatan dari puncak
spike pada saat postprandial. Pasien yang lebih rentan terhadap diare
lebih menunjukkan hal ini dibandingkan dengan pasien yang lebih
rentan terhadap konstipasi.
Dismotilitas dari usus kecil bermanifestasi pada terhambatnya transit
makanan pada pasien yang rentan konstipasi, sehingga menunjukkan
adanya interval yang lebih pendek antara migratory motor complex.
2. Hiperalgesia visceral.
Perasaan berlebih dari motilitas normal dan nyeri visceral merupakan
karakteristik dari IBS. Inflasi dari rectosigmoid dan distensi dari usus
halus mempruduksi rasa sakit pada pasien dengan IBS.
Hipersensitivitas lebih terlihat pada distensi usus yang cepat, bukan
pada yang gradual. Sensitisasi dari jaras afferent nociceptor yang
bersinaps di sorsal horn dari medulla spinalis membuat sensasi yang
berlebih.
3. Psychopatology.
Hubungan antara gangguan psikis dan IBS belum sangat jelas. Pasien
dengan gangguan psikis lebih sering mngeluhkan simptom IBS
dibandingkan dengan orang normal. Pasien yang datang berobat
biasanya ditemuakan adanya dapresi mayor, gangguan cemas, dan
hipokondriasis. Orang yang memiliki gangguan pada aksis I lebih
banyak mengalami IBS. Orang-orang yang memiliki riwayat kekerasan
seksual atau fisik juga dapat memiliki simptom-simptom yang menjurus
kearah IBS. Tetapi patofisiologi dari gangguan psikologi dan IBS masih
belum jelas diketahui.
Inflamasi mikroskopik juga ditemukan pada beberapa pasien. Konsep ini
sangat mengagetkan karena IBS sebelumnya selalu dikaitkan dengan tidak

adanya gangguan patologis. Inflamasi colon dan usus halus telah ditemukan
pada subset pasien dengan IBS post infeksius enteritis. Faktor resiko post
infeksius IBS adalah jenis kelamin wanita, panjangnya masa sakit, tipe
pathogen yang menginfeksi, dan umur muda. Pada biopsy, ditemukan limfosit
yang menginfiltrasi pleksus mesenterika. Pasien dengan post infeksius IBS8
mungkin ditemukan kenaikan jumlah limfosit dan sel enteroendokrin. Sel
enteroendokrin pada post infeksius IBS tampaknya mensekresi serotonin, yang
menyebabkan naiknya sekresi colon yang menyebabkan diare.
Pertumbuhan bakteri merupakan salah satu mekanisme yang menyebabkan
rasa kembung dan distensi dan sangat sering ditemukan pada pasien IBS.
Terapi yang paling baik untuk hal ini dalah probiotik dan antibiotic.
Mikroflora di feses juga dapat membedakan pasien IBS. Pada pasien IBS
ditemukan adanya gangguan dari banyaknya dan konten dari mikroba usus.
E. Gambaran klinis
Gejala klinis dari IBS sangat bervariasi dari orang ke orang dan sering juga
gejalanya mirip dengan penyakit lain. Gejala yang paling sering ditemukan
adalah:6
Nyeri abdomen atau kram
Rasa kembung
Buang angin ( flatulence )
Diare atau konstipasi ( kadang bergantian antara konstipasi dan diare )
Lendir di feces
IBS adalah kondisi yang kronik dan pada waktu-waktu tertentu simptom IBS
dapat memburuk ataupun dapat hilang seluruhnya.
Simptom-simptom dari IBS antara lain:
Perubahan peristalsis usus

Konstipasi merupakan komplain dari feses yang keras dan sakit pada
saat defekasi, biasanya tidak berpengaruh bila diberi laksatif. Diare
biasanya diseskripsikan sebagai BAB lembek dan dan sedikit, dan
adanya urgensi dan frekuensi untuk ingin BAB. Urgensi postprandial
merupakan hal yang sering ditemui pada IBS, dan perubahan
peristalsis usus sering terjadi.
Nyeri abdomen
Nyeri abdomen dideskripsikan sebagai sakit yang difus tanpa
penhalaran. Daerah yang sakit biasanya di kuadran kiri bawah. Episode
sakit tajam dan akut biasanya menutupi sakit yang lebih tumpul.
Makanan dapat membuat nyeri dan buang air besar memperingan
nyeri. Tetapi defekasi belum tentu menghilangkan nyeri seluruhnya.
Distensi abdominal
Pasien dengan IBS biasanya mengeluh adanya rasa kembung karena
gas. Orang dengan IBS mungkin mengalami kenaikan lingkar
pinggang dalam 1 hari jika dilihat dari CT-scan. Mereka juga
sepertinya terbiasa dengan distensi abdominal yang ringan.
Mucorrhea jernih yang berasal dari sumber noninflamatorik.
Noncolonic dan extraintestinal simptom
Adanya hubungan dengan dyspepsia, heartburn, mual, muntah, dan
disfungsi seksual ( dispareunia dan kurangnya libido ), frekuensi dan
urgensi untuk buang air kecil juga didapatkan. Simptom ini memburuk
di periode perimenstruasi dan comorbidibitas yang sering adalah
fibromyalgia.
Simptom yang berhubungan dengan stress
Simptom ini dapat diketahui dengan anamnesa yang menyeluruh, dan
menekankan keadaan-keadaan yang sepertinya menimbulkan stress.
Simptom yang inkonsisten adalah tanda bahaya untuk kemungkinan
adanya patologi organik. Simptom yang tidak konsisten untuk IBS
adalah sebagai berikut:
o Onset di umur pertengahan atau tua

o Simptom akut: IBS ditegakkan karena kronisitasnya
o Simptom yang progresif
o Anoreksia dan kehilangan berat badan
o Demam
o Perdarahan rectal
o Diare yang tidak sakit
o Steatorrhea
o Laktosa da fruktosa intoleran
o Intoleransi gluten
Pada pemeriksaan fisik pasien dengan irritable bowel syndrome didapatkan:
Pasien secara keseluruhan tampak sehat
Pasien mungkin tampak tegang atau gelisah
Pasien mungkin memiliki nyeri tekan pada sigmoid cord
F. Diagnosis
Anamnesa untuk pasien dengan suspek IBS adalah sebagai berikut:3
Apa yang anda rasakan?
Kapan pertama kali anda merasakan gejala-gejala ini?
Kapan simptom ini hilang, atau tetap sama sepanjang hari?
Apakah ada sesuatu yang memperparah keadaan ini? Seperti makanan
tertentu, stress atau ( pada wanita ) kapan anda terakhir kali haid?
Apakah anda kehilangan berat badan?
Apakah ada darah pada BAB anda?
Apakah anda muntah, disamping gejala-gejala tadi yang telah anda
sebutkan?
Apakah anda demam?
Apakah anda merasa stress, emosi, ataupun kesusahan atau kehilangan?
Apakah yang sehari-hari anda konsumsi?
Apakah anda ada alergi makanan atau intoleransi laktosa?
Apakah anda pernah didiagnosa penyakit tertentu?

Apakah yang telah ada konsumsi? Obat-obatan, vitamin, herbal, atau
suplemen?
Apakah ada anggota keluarga anda yang memiliki riwayat gangguan usus
besar atau kanker colon?
Apakah simptom yang ada rasakan mempengaruhi quality of life, termasuk
hubungan nterpersonal, dan kemampuan pada di tempat kerja atau
sekolah?
Diagnosis IBS ditegakkan berdasarkan Kriteria Rome, sebagai berikut:2
Berulangnya nyeri abdomen atau ketidak nyamanan perut sekurang-
kurangnya 3 hari dalam 3 bulan terakhir, dengan 2 atau lebih gejala
berikut:
o Membaik dengan defekasi
o Adanya perubahan dari banyaknya BAB
o Adanya perubahan dari bentuk dan fisik feses

G. Diagnosis banding
Diagnosis banding dari irritable bowel syndrome adalah sebagai berikut:2
Angina abdominal
Hipotiroid
Gangguan cemas
Inflammatory bowel disease
Intoleransi laktosa
Bacterial overgrowth syndrome
Kolik bilier

Neoplasma ganas pada usus halus
Thrombosis arteri mesenterika
Celiac sprue
Kanker pankreas
Pankreatitis kronik
Ca kolon, adenokarsinoma
Alergi makanan
Endometriosis
Gastroenteritis bakterial
Lead toxicity
Gastroenteritis viral
Giardiasis
Ulcerative colitis
Hypercalcemia
Hipertiroid
Intoleransi fruktosa
Gastrinoma
Infectious colitis
Efek samping obat-obatan
Diare sekretorik
H. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Darah lengkap - dapat membandingkan anemia, inflamasi, ataupun infeksi.
Metabolik – dapat membedakan gangguan metabolik, untuk
menyingkirkan kemungkinan dehidrasi, dan gangguan elektrolit pada
pasien dengan diare.
Hemmocult – untuk menyingkirkan kemungkinan perdarahan
gastrointestinal.
Feces – untuk mengetahui apakah adanya giardia, pathogen usus, laukosit,
ova da parasit, clostridium difficile toksin.
Breath testing – untuk screening intoleransi laktosa/fruktosa.

Fungsi tiroid – untuk menyingkirkan hipertiroid atau hipotiroid.
Serum kalsium – menyingkirkan kemungkinan hiperparatiroid.
Sedimentasi eritrosit dan C-reactive protein – nonspesifik tes untuk
inflamasi.
Serologi dan biopsy – khususnya pada penderita IBS dengan dominasi
diare.
H2 breath test – untuk menyingkirkan pertumbuhan bakteri dan sebaiknya
dilakukan pada pasien dengan dominasi diare.
Radiologi
Saluran cerna atas dengan barium: untuk screening tumor, inflamasi,
obstruksi, dan chrohn’s disease.
Souble contrast barium enema: untuk screening tumor dan inflamasi.
USG kandung empedu: untuk melihat apakah pasien ada nyeri
postprandial atau dispepsia berulang.
CT-scan abdomen: untuk screening tumor, obstruksi, dan penyakit
pancreas.
Pemeriksaan tambahan lainnya:
Diet makanan bebas laktosa selama 1 minggu dengan penambahan
konsumsi suplemen lactase. Jika terjasi perbaikan simptom berarti terdapat
intoleranis laktosa. Tetapi dari hasil penelitian dan praktek klinis sehari-
hari dapat tidak sejalan. Beberapa ahli gastroenterologi melakukan tes
hydrogen breath test. Jika test ini positif, dapat dipertimbangkan bahwa
pasien memiliki intoleransi fruktosa.
Puasa selama 48 jam. Jika diare masih ada, dapat disimpulkan diare
berasal dari penyebab sekretorik.
Manometri usus dapat mengetahui ada atau tidaknya response spasme
karena distensi rectal dan penyebab lainnya.
Prosedur lain yang digunakan:

Endoskopi: untuk melihat apakah ada obstruksi distal pada pasien dengan
irritable bowel syndrome.
Beberapa studi dibawah ini dilakukan berdasarkan riwayat pasien.
o Esophagogastroduodenoscopy dengan biopsy, diindikasikan unruk
pasien dengan dyspepsia persisten, atau dengan simptom-simptom
yang menunjukkan adanya malabsorbsi atau kecurigaan kearah
celiac disease.3
o Colonoscopy: diindikasikan untuk pasien dengan tanda-tanda
bahaya, seperti perdarahan, anemia, diare kronik, umur tua, riwayat
terdapat polip colon, dan riwayat keluarga dekat yang memiliki
kanker. Dapat juga gajala-gejala seperti kehilangan berat badan
atau anoreksia. Screening colonoscopy karus dilakukan karena
telah tercantum dalam tatalaksana internasional.
Penemuan histologik
Para peneliti menyatakan bahwa adanya degenerasi dan limfositosis dari
pleksus myenterik dan hal ini terjadi di daerah jejunum proksimal. Adanya
limfositosis colon dan enteroendocrine cell hyperplasia telah ditemukan pada
sebagian pasien.
I. Komplikasi
Diare dan konstipasi, merupakan tanda dari IBS yang dapat menjadi faktor
pencetus hemoroid. Jika pasien dengan IBS menghindari beberapa makanan
tertentu, maka dapat menjadi malnutrisi. Tetapi, komplikasi yang paling
signifikan adalah terganggunya dari kualitas hidup. IBS membatasi
kemampuan pasien untuk:
Adanya kesulitan untuk bergaul dengan teman-teman karena IBS
membuat kecenderungan untuk menghindari kontak sosial.
IBS membuat kegiatan seksual menjadi tidak menarik dan
menyakitkan.

Orang dengan IBS kurang potensial dengan pekerjaannya karena sering
merasa sakit dan tidak masuk kerja.
Hal-hal ini yang menyebabkan hidup menjadi kurang menyenangkan dan jika
dibiarkan, IBS dapat menimbulkan kurang semangat dan depresi.
J. Penatalaksanaan
Pada banyak kasus, perubahan diet dan gaya hidup dapat mengurangi simptom
dari IBS. Tetapi tubuh tidak dapat langsung meresponterhadap perubahan ini,
sehingga tujuan dari perubahan diet dan gaya hidup haru dipertahankan dalam
waktu jangka panjang.
Mengkonsumsi makanan yang mengandung serat dapat mengurangi konstipasi,
tetapi dapat membuat kram dan gas didalam usus semakin memburuk. Cara
yang paling baik adalah mengkonsumsi serat tinggi secara bertahap selama
beberapa minggu. Contohnya: makanan yang mengandung serat adalah
gandum, buah, sayur, dan kacang-kacangan. Jika simptom IBS tetap buruk,
segera periksa ke dokter.
Bebrapa jenis makanan dapat memperburuk gejala IBS. Hindari memakan
makanan tersebut. Makanan yang biasanya membuat gejala memburuk adlah
alcohol, coklat, dan minuman berkafein seperti kopi dan minuman bersoda,
pemanis sugar-free seperti sorbitol dan mannitol. Jika gas dalam usus yang
merupakan masalah utama, hindari memakan kacang-kacangan, kubis, kol, dan
brokoli. Makanan berlemak juga dapat menjadi problem untuk orang-orang
tertentu. Permen karet dan minum melalui sedotan dapat menyebabkan
bertambahnya gas dalam usus karena menelan gas lebih banyak.
Makan pada jam yang teratur. Jaga pola makan agar makan pada jam-jam yang
sama setiap hari untuk membantu meregulasi fungsi usus. Jika simptom utama
adalah diare, makan dalam jumlah sedikit tetapi sering dapat membantu
mengurangi gejala diare. Jika konstipasi merupakan masalah utama, makanlah
makanan yang mengandung banyak serat.

Jika memiliki intoleransi laktosa, cobalah untuk mengganti susu dengan yogurt.
Atau mengkonsumsi ensim untuk membantu memecah laktosa. Mengkonsumsi
susu dalan jumlah kecil dan mengkombinasi dengan makanan lain dapat
membantu. Pada beberapa kasus, pasien harus tidak mengkonsumsi produk-
produk ternak sama sekali.
Minumlah banyak-banyak, karena air putih adalah yang terbaik. Minum
minuman beralkohol ataupun bersoda akan mensntimulasi usus dan
memproduksi lebih banyak gas.
Olah raga yang teratur, karena dapat mengurangi depresi dan stress, sehingga
menstimulasi kontraksi normal dari usus dan membuat pasien merasa lebih
baik terhadap dirinya. Olah raga harus dimulai secara bertahap. Jika pasien
memiliki penyakit lain yang menyertai, harus disesuaikan dengan keadaan
klinisnya.
Gunakan obat-obatan antidiare dan laksatif secara hati-hati. Jika menggunakan
Imodium, gunakan dosis paling kecil yang berpengaruh. Konsumsilah imodiun
20 sampai 30 menit sebelum memakan makanan yang sering mencetuskan
diare. Obat-obatan ini dapat berpengaruh buruk jika dipakai dalam jangka
waktu yang panjang dan tidak secara bertanggungjawab.3
Beberapa terapi tambahan dibawah ini dapat membantu untuk meringankan
simptom dari irritable bowel syndrome:
Akupunktur.
Studi tentang efektivitas dari akupunktur terhadap simptom IBS masih
belum pasti. Beberapa orang menggunakan akupunktur untuk membantu
dalam relaksasi spasme otot dan memperbaiki fungsi peristalsis usus.
Herbal.
Salah satu bahan antispasmodic natural adalah peppermint. Peppermint
dapat merelaksasi spasme otot halus pada dinding usus. Peppermint juga
dapat meredakan simptom iBS dalam jangka waktu yang pendek. Jika
ingin mengkonsumsi peppermint, haruslah memilih yang terbungkus
dengan enteric-coated capsule. Peppermint dapat menyebabkan heartburn,

dan sebaiknya konsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum memulai
terapi degan peppermint agar tidak mengganggu kerja obat lain yang telah
diberikan.
Hipnosis.
Hipnosis dapat mengurangi rasa nyeri abdomen dan rasa kembung.
Hipnoterapist yang professional dapat membantu untuk membantu
merelaksasikan otot abdomen dan membuat pasien masuk ke dalam
keadaan relaksasi penuh.
Probiotik.
Probiotik merupakan bakteri baik yang hidup didalam usus. Probiotik
ditemukan pada makanan seperti yougurt, dan supplement lainnya. Orang
dengan IBS sebaiknya mengkonsumsi probiotik, karena pasien dengan IBS
memiliki jumlah flora normal yang lebih sedikit dibandingkan orang yang
normal. Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa probiotik dapat
meringankan simptom seperti nyeri abdomen dan perasaan kembung.
Olah raga teratur. Olah raga teratur, seperti yoga dan meditasi ataupun
massage dapat menjadi salah satu pilihan yang efektif untuk
menghilangkan stress.
K. Pencegahan
Setiap orang dapat terkena simptom-simptom seperti IBS karena cemas atau
depresi. Tetapi jika seseorang terkena sindrom IBS yang berhubungan dengan
stress, seperti nyeri abdomen dan diare lebih menonjol dan parah pada
frekuensi dan intensitasnya. Beberapa cara yang dapat menolong untuk
mencegah dan mengurangi simptom IBS adalah sebagai berikut:
Konseling. Pada beberapa kasus, psikiatri dapat menolong pasien dalam
mempelajari untuk mengurangi stress degnan cara mengubah cara
pandang bagaimana pasien merespon terhadap suatu kejadian.
Biofeedback. Teknik ini merupakan teknik untuk mengurangi stress
yang berefek dalam mengurangi ketegangan otot dan memperlambat
detak jantung, sehingga pasien dapat belajar bagaimana cara untuk
mengatasi stress dan bagaimana berelaksasi.

Progressive relaxation exercise. Latihan ini membantu otot-otot tubuh
satu per satu. Mulai dari mengencangkan otot kaki, kemudian
konsentrasi untuk melepaskan ketegangan pada kaki tersebut, kemudian
perlahan melepaskan semua tegangan pada otot. Latihan diteruskan
hingga semua otot dalam tubuh berelaksasi.
Nafas dalam. Kebanyakan orang dewasa bernapas dengan
menggunakan dada, tetapi jika kita bernapas dengan menggunakan
abdomen, kita akan terasa lebih rileks. Ketika kita menghirup nafas,
biarkan perut kita untuk membesar. Ketika menghembuskan nafas,
perut kita aka berkontraksi dengan sendirinya. Nafas dalam juga dapat
membantu merilekskan otot abdomen, yang akan juga menghasilkan
aktvitas usus yang normal.
Teknik lainnya. Luangkan waktu minimal 20 menit sehari untuk rileks,
atau melakukan aktivitas yang membuat rileks, seperti mendengarkan
musik, membaca, bermain game ataupun berendam di air hangat.
L. Terapi
Terapi farmakologik
Terapi simptomatik ( biasanya bertujuan untuk menormalisir peristalsis usus
dan mengurangi nyeri abdomen ) untuk menghilangkan gejala IBS untuk
pasien yang datang dengan simptom IBS ringan. Penanganan pasien yang
datang dengan simptom yang berat lebih sulit, karena hanya sedikit obat-obatan
yang telah melalui penelitian dan kontrol terhadap pasien dengan IBS. Terapi
IBS dengan obat-obatan yang ada biasanya ditergetkan untuk menangani gejala
individual, seperti kontipasi, diare, dan nyeri abdomen.3
Konstipasi
Pada praktek klinik, laksatif sering berguna untuk mengatasi konstipasi, tetapi
penggunaannya untuk pasien dengan IBS belum diteliti secara spesifik. Serat
dan bahan-bahan lainnya juga berguna sebagai terapi awal untuk konstipasi.

Tetapi efeksamping dari serat antara lain, bertambahnya rasa kembung, dan
mulas, menyebabkan berkurangnya penggunaan fiber untuk para penderita
IBS.
Tegaserod adalah partial 5-hydroxytryptamine4 (5-HT4 )–receptor agonist,
telah terbukti dari sebuar penelitian memiliki efek yang moderat dalam
menghilangkan simptom dari pasien IBS. 20% pasien yang diterapi dengan
tegaserod memiliki angka perbaikan yang baik dari simptom IBS. Tetapi
karena efek sampingnya yang berupa myocardial iskemia, stroke dan unstable
angina, maka tegaserod dilarang untuk dikonsumsi oleh perempuan yang lebih
muda dari usia 55 tahun.
Diare
Data penelitian tentang penggunaan antidiare sangatlah kurang, tetapi dalam
praktek sehari-hari obat-obatan antidiare sangatlah efektif. Dosis rendah,
sepserti 2 mg loperamide, sangat efektif untuk diare yang tak terkontrol, dan
juga dapat mengurangi kecemasan terhadap urgensi BAB.
Pasien dengan diare yang diterapi dengan 5-HT3–receptor antagonist alosetron
I mg 2 kali sehari selama 12 minggu menunjukkan perbaikan dari urgensi dan
frekuensi dari usus besar, mengurangi nyeri abdomen, dan memperbaiki
kualitas kesehatan. Olansetron telah diakui oleh FDA dan diindikasikan
terutama untuk wanita dengan simptom diare yang berat sekurang-kurangnya 6
bulan dan tidak merespon dengan obat-obatan antidiare biasa. Tetapi
penggunaannya dibatasi karena adanya efek samping yang serius seperti ileus,
obstruksi bowel, impaksi feses dan perforasi.
Nyeri abdomen
Agen antispasmodik (hyoscyamine atau mebeverine ) telah digunakan untuk
penatalaksanaan dari nyeri abdomen pada pasien IBS. Data dari penelitian
tentang efektivitas oba-obatan tersebut masih kurang. Tricyclic antidepressant
sering digunakan untuk menanggulangi simptom IBS dengan dosis rendah (10

to 75 mg amitriptyline ) dapat mengurangi hiperalgesia, memperbaiki tidur,
dan normalisasi dari transit makanan pada gastrointestinal. Jika digunakan pada
dosis 100 mg sebelum tidur, dapat mengobati depresi dan gangguan cemas
juga. Efek dari tricyclic antidepressant baik untuk menanggulangi nyeri
somatic dan pasien dengan IBS dengan gangguan tidur.
Serotonin-norepinephrine reuptake inhibitor6 ( duloxetine dan vanlafaxine )
telah dibuktikan efektif dalam mengurangi nyeri pada keadaan kronik lainnya
selain IBS, termasuk fibromyalgia. Tetapi data mengenai peran SNRI pada IBS
masih kurang. Ada prevalensi yang tinggi antara gangguan cemas dan terapi
jangka panjang dan resiko dependensi.
Terapi kognitif dan behavioral
Terapi cognitive dan behavioral telah diteliti sebagai terapi psikososial untuk
IBS. Terapi cognitive bertujuan untuk mengubah cara pandang dan persepsi
yang salah perhadap simptom somatik. Terapi behavioral bertujuan untuk
teknik relaksasi dan menumbuhkan kebiasaan yang sehat. Beberapa penelitian
yang dilakukan menghasilkan kesimpulan bahwa adanya reduksi pada simptom
IBS dengan menggunakan gut-directed hypnosis, yang terdiri dari relaksasi,
perubahan cara pandang dan kepercayaan, dan self-management.
Data perbandingan antara psikoterapi dan farmakoterapi untuk IBS sangat
kurang. Perbaikan dengan menggunakan terapi psikologis dan farmakologis
sepertinya terlihat memiliki kesamaan hasil untuk IBS. Pasien yang diterapi
dengan terapi cognitive-behavioral mendapatkan hasil yang signifikan untuk
mendapatkan reduksi pada simptom gastrointestinal sekurang-kurangnya 50%.


Bab III
Kesimpulan
Irritable bowel syndrome ( IBS ) merupaka kumpulan gejala dari rasa tidak nyaman
pada saluran cerna dan gejala-gejalanya meliputi rasa nyeri abdomen, rasa kembung,
diare, konstipasi, distensi abdomen, dan bab disertai lender yang berlangsung kronik
dan berulang.
Diagnosis dari IBS ditegakkan menurut Kriteria Rome dan IBS sangat sulit untuk di
diagnosa karena simptomnya yang tidak khas dan pasien biasanya tidak mengingat
gejala-gejala IBS yang pernah dialaminya pada waktu anak-anak. IBS juga sulit di
diagnosa karena IBS dapat timbul setelah post bacterial infection ( IBS-PI ).
Terapi untuk IBS bertujuan untuk menanggulangi gejala simptomatik dari IBS.
Seperti antispasmodik, antihistamin, probiotik, menjaga diet, dan antidiare. Karena
IBS lebih sering ditemukan pada orang-orang dengan gangguan cemas dan depresi,
maka obat-obatan seperti SNRI antidepressant dapat digunakan. Penanggulangan dari
stress dan depresi, perubahan pola diet dan olah raga yang teratur dapat membantu
untuk mengurangi derajad keparahan dari simptom IBS.

Bab IV
Daftar pustaka
1. Irritable Bowel Syndrome [ dari halaman internet ]. Dari: http://about-irritable-bowel-syndrome.net/
2. Emeran A. Mayer. Dalam: Irritable Bowel Syndrome. n engl j med 358;16. 17 April 2008. Diakses tanggal 18 November 2010; dari: http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMcp0801447
3. Irritable Bowel Syndrome [ dari halaman internet ]. Dari: http://www.mayoclinic.com/health/irritable-bowel-syndrome/DS00106
4. Irritable Bowel Syndrome [ dari halaman internet ]. Dari: http://emedicine.medscape.com/article/180389-overview
5. Cudahman Manan, Ari Faisal Syam. Irritable Bowel Syndrome. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.
6. Chung Owyang. Irritable Bowel Syndrome. Dalam: Harrison’s Principle of Internal Medicine. Edisi 16. United States of America: McGraw Hill; 2005.
7. Irritable Bowel Syndrome [ dari halaman internet ]. Dari: http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/ibs/
8. Bacterial Diarrhea [ dari halaman internet ]. Dari: http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMcp0904162