Laporan Kasus Mola

26
LAPORAN KASUS MOLA HIDATIDOSA Disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik SMF Obsteri dan Ginekologi RSD dr. Soebandi Jember Oleh: Nuriayu Primita Sani 112011101032 Pembimbing: 1

description

laporan kasus mola nuriayu

Transcript of Laporan Kasus Mola

LAPORAN KASUS

MOLA HIDATIDOSA

Disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik

SMF Obsteri dan GinekologiRSD dr. Soebandi JemberOleh:

Nuriayu Primita Sani112011101032Pembimbing:

dr. Yonas Hadisubroto, Sp. OGSMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSD DR SOEBANDI

2015BAB 1

PENDAHULUAN

Mola hidatidosa merupakan salah satu penyakit trofoblas. Dimana suatu kehamilan tidak berkembang secara wajar ditandai dengan tidak ditemukannya janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan hidropik menjadi massa gelembung-gelembung bening. Dalam hal demikian disebut mola hidatidosa atau complete mole, sedangkan bila perubahan mola hanya fokal dan tidak berlanjut disertai janin atau bagian dari janin deisebut mola parsialis atau partial mole.Mola hidatidosa adalah massa besar dari vili korionik yang mengalami pembengkakan. Kadang menglami dilatasi kistik yang dilapisi oleh epitel korion dalam jumlah yang berbeda-beda dari jinak sampai yang ganas. Mola dibagi dalam 2 subtipe yang berbeda, yaitu mola hidatidosa komplet, tidak pernah mengandung janin, umbilicus atau selaput amnion. Semua jonjot korion dalam bentuk abnormal dan sel epitel korion biasanya memiliki kariotip 46 XX. Mola hidatidosa parsial mengandung janin, umbilicus dan selaput amnion, memiliki jonjot korion yang normal. Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika dan Amerika latin dibanding dengan egara-negara barat. Di Negara barat dilaporkan 1:200 atau 2000 kehamilan. Di Negara berkembang: 100 atau 600 kehamilan. Di RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta 1:31 persalinan dan 1:9 kehamilan. Biasanya dijumpai lebih sering pada umur reproduktid (14-45 tahun) dan multipara. Jadi, dengan meingkatnya paritas kemungkinan menderita mola akan lebih besar. (fitriani, 2009)BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana seluruh villi korialisnya mengalami perubahan hidrofobik. Sebagian dari villi berubah menjadi gelembung gelembung berisi cairan jernih yang merupakan kista kista kecil seperti anggur dan dapat mengisi seluruh cavum uteri. Secara histopatologi, jaringan mola kadang ditemukan pada plasenta dengan bayi normal dan bisa juga terjadi kehamilan ganda mola, yaitu satu jenis tumbuh dan yang satu lagi menjadi mola hidatidosa (fitriani,2009)

2.2 klasifikasi

Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai yang berdiameter lebih dari 1 cm. Mola hidatidosa terbagi menjadi: 1. Mola Hidatidosa Komplit Villi korionik berubah menjadi suatu massa vesikel vesikel jernih. Ukuran vesikel bervariasi dari yang sulit dilihat, berdiameter sampai beberapa sentimeter dan sering berkelompok kelompok menggantung pada tangkai kecil. Temuan Histologik ditandai oleh: - Degenerasi hidrofobik dan pembengkakan Stroma Vilus - Tidak adanya pembuluh darah di vilus yang membengkak - Proliferasi epitel tropoblas dengan derajat bervariasi - Tidak adanya janin dan amnion. 2. Mola Hidatidosa Parsial Apabila perubahan hidatidosa bersifat fokal dan kurang berkembang, dan mungkin tampak sebagai jaringan janin. Terjadi perkembangan hidatidosa yang berlangsung lambat pada sebagian villi yang biasanya avaskular, sementara villi villi berpembuluh lainnya dengan sirkulasi janin plasenta yang masih berfungsi tidak terkena.

2.2 EtiologiPenyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor resiko yang dapat menyebabkan antara lain:

1. faktor ovum: ovum patologik yang terlambat dikeluarkan2. usia dibawah 20 th dan diatas 40 th

3. imunoselektif dari trofoblas

4. keadaan sosio-ekonomi rendah dan defisiensi gizi. (mola hidatidosa banyak ditemukan pada ibu dengan status ekonomi yang rendah serta diet rendah protein)

5. paritas tinggi

6. infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas2.3 patofisiologiTeori yang menerangkan pathogenesis dari penyakit trofoblas adalah teori sitogenetik yang terjadi karena sebuah ovum tidak berinti atau tidak berfungsi dibuahi oleh sperma haploid 23x, terjadilah hasil konsepsi dengan kromosom 23x. kromosom ini kemudian menggadakan diri sendiri menjadi 46xx. Jadi, kromosom mola hidatidosa itu speerti wanita, namun kedua x-nya berasal dari aya. Tidak ada unsure ibu sehingga disebut diploid androgenetik (martaadisoebrata, 2005)2.4 gejala klinis

Amenorrhoe dan tanda tanda kehamilan Perdarahan pervaginam dari bercak sampai perdarahan berat Tidak dirasakan tanda tanda adanya gerakan janin maupun ballotement Hiperemesis, Pasien dapat mengalami mual dan muntah cukup berat. Preklampsi dan eklampsi sebelum minggu ke 24 Keluar jaringan mola seperti buah anggur, yang merupakan diagnosa pasti Tirotoksikosis

2.5 tanda klinis

1. Pemeriksaan fisik Inspeksi : muka dan kadang-kadang badan kelihatan kekuningan yang

disebut muka mola (mola face) Palpasi : Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek - Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotement dan gerakan janin. Auskultasi : tidak terdengar bunyi denyut jantung janin Pemeriksaan dalam : Memastikan besarnya uterus, uterus terasa lembek. Terdapat perdarahan dalam kanalis servikalis. 2. LaboratoriumPengukuran kadar Hormon Karionik Ganadotropin (HCG)1. kualitatif:

dengan memakai HPT (Home Pregnancy Test), kehamilan ditandai dengan 2 strip merah pada stik indikator

2. semikuantitatif

pemeriksaan darah dengan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Tes melalui darah ini lebih cepat disbanding dengan pemeriksaan urine karena kadar HCG sudah ada dalam darah sejak implantasi terjadi.

3. kuantitatif3. Radiologik - Plain foto abdomen-pelvis : tidak ditemukan tulang janin - USG : ditemukan gambaran honey comb. 4. Histopatologik Dari gelembung-gelembung yang keluar, ditemukan pembengkakan stroma vili, avaskuler vili, proliferasi trofoblas. 2.5 Diagnosa Banding

- Kehamilan ganda - Abortus iminens - Hidroamnion - Kario Karsinoma2.6 Komplikasi

- Perdarahan yang hebat sampai syok - Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia - Infeksi sekunder - Perforasi karena tindakan atau keganasan2.7 Penatalaksanaan A. evakuasi mola hidatidosa1. MRS2. persiapan pre-evakuasi (pemeriksaan fisik, foto rontgen thorax, pemeriksaan darah tepi, fungsi hati, ginjal faal hemostasis, T3 dan T4)

B. Evakuasi

1. Besar uterus kurang dari 20 minggu, dilakukan evakuasi satu kali2. Besar uterus lebih dari. 20 minggu dilakukan evakuasi dua kali dengan interval satu minggu3. Osteum uterus belum terbuka dan serviks kaku dilakukan pemasangan stif laminaria selama 12-24 jam4. Pada saat evakuasi dipasang venous line dengan drip oksitosin 10-40 IU/500cc dektrosa 5%:28 tetes/menit dan cairan fisiologis. Evakuasi dilakukan dengan kuret isap dilanjutkan dengan kuret tumpul, diakhiri dengan kuret tajam5. Diambil spesimen pemeriksaan Patologi Anatomi yang dibagi atas dua sampel yaitu:

PA1 adalah jaringan dan gelembung mola PA2 adalah kerokan endometrial uterus yaitu jaringan mola hidatidosa yang melekat pada dinding uterus6. Penderita dipulangkan satu hari pasca evakuasi, kecuali diperlukan perbaikan keadaan umum7. Evakuasi yang kedua dilakukan dengan kuret tajam dan dilakukan pemeriksaan Patologi Anatomi8. Histerektomi:

Indikasi umur > 40 tahun dan anak cukup Dapat dilakukan langsung atau 7-10 hari pasca kuret pertama/satuB. Pengawasan Lanjut.

1) Kasus mola hidatidosa dengan kuret 2 kali maka yang dimaksud dengan pasca evakuasi adalah pasca kuret kedua2) Pemeriksaan -hCG urine semi kuantitatif:

a. Setiap minggu untuk kasus mola hidatidosa risiko tinggi, setiap 2 minggu untuk kasus mola hidatidosa risiko rendahb. Pemeriksaan dimulai dari tes dengan kepekaan paling rendah: PPT (kepekaan: 1.500} 400 SI/L), hCG slide test (kepekaan} 800 SI/L),dan test pack (kepekaan 25-50 SI/L).

c. Pemeriksaan -hCG serum kuantitatif dilakukan untuk konfirmasi diagnostik yaitu mengetahui kadar hCG normal atau sebaliknya terjadi Penyakit Trofoblas Ganas3) Batas akhir penilaian:

a. PPT harus negatif pada minggu ke-4, atau -hCG kurang dari 1.000m IU/ml).

b. -hCG slide test harus negatip pada minggu ke-8 atau -hCG serum kurang dan 500 mUl/ml.

c. Test Pack harus negatif pada minggu ke-12 atau kadar -hCG serum adalah normal (ELISA: 0-15 mlU/ml).

4) Pengawasan lanjut setelah -hCG serum normal, atau Test pack negative dua kali berturut-turut dengan interval dua minggu.

a. Pemeriksaan meliputi:

Keluhan.

Fisik dan Ginekologik.

hCG urin dengan Test Pack atau -hCG serum, dan

Lain-lain kalau diperlukan misalnya: foto toraks.

b. Jadwal Pemeriksaan:

Satu tahun pertama setiap bulan.

Satu tahun kedua setiap 3 bulan.

Selanjutnya sewaktu-waktu apabila ditemukan keluhan.

5) Kontrasepsi.

a. Sebelum tercapai -hCG serum normal atau Test Pack 2 kali berturut-turut interval dua minggu negatif, dianjurkan memakai alat kontrasepsi kondom.

b. Setelah tercapai -hCG serum normal atau Test Pack negatif, dianjurkan memakai kontrasepsi dengan ketentuan:

Satu tahun untuk pasien yang belum mempunyai anak.

Dua tahun atau lebih untuk pasien yang sudah mempunyai anak.

Kontap untuk pasien yang tidak menginginkan tambahan anak.BAB 3

LAPORAN KASUSIDENTITAS PASIEN

Nama

: Ny. UUmur

: 27 tahun

Alamat

: Danci kemiri panti, Jember

Pekerjaan

: Ibu Rumah TanggaNo. RM

: 06.03.35Tanggal Pemeriksaan: 06 Januari 2015 (pkl 09.30 wib)MRS

: 11 januari 2015 (pkl 17.00 wib)HPHT

: 13 September 2014HPL

: 20 Mei 2015A. Anamnesis

1. Keluhan UtamaKeluar darah dari jalan lahir

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien merasa hamil 4 bulan, pasien mengeluhkan keluar darah dari jalan lahir disertai gumpalan-gumpalan kecil berwarna kehitaman dan disertai nyeri perut sejak 2 minggu yang lalu (24-12-2014), darah keluar semakin benyak 4 hari yang lalu kemudian periksa ke bidan dan diberi obat namun perdarahan masih ada. 2 hari kemudian pasien periksa ke poli kandungan, pada periksaan USG ditemukan hamil anggur.Hipertensi (-), Diabetes Melitus (-), Asma (-), Riwayat Penyakit Keluarga (-)

3. Riwayat Pengobatan

(-)4. Riwayat Menarche

Usia 14 tahun5. Riwayat Menstruasi

6 hari/ tidak teratur/ dismenhorea (-)6. Riwayat Marital

Menikah selama 8 tahun sejak usia 19 tahun7. Riwayat Obstetri

I. Perempuan/6 tahun/ aterm/ dukun8. Riwayat KB

Suntik 3 bulan. Selama 2 tahun, berhenti 4 tahun yang lalu

9. Riwayat ANC

Pasien tidak rutin control ke bidan. 1x selama kehamilanB. Pemeriksaan FisikKeadaan Umum

Cukup

Kesadaran

Composmentis

Vital Sign TD : 120/80 mmHgNadi : 88 x/menit RR: 20 x/menit Suhu : 36,0 oC Pemeriksaan FisikKepala/leher

: anemis (-) ikterik (-) cyanosis (-) dyspneu (-)Thorax

: Cor : S1 S2 Tunggal

Pulmo: Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/- Pemeriksaan Khusus

Abdomen:

Inspeksi : Cembung, bekas operasi (-) Auskultasi: DJJ -, BU +Perkusi: Redup Palpasi

: TFU setinggi pusat (22cm), balotemen (-)Genital :

VT : pembukaan 1 cm, keluar jaringan seperti jaringan molaEkstremitas :

akral hangat pada keempat ekstremitas, oedema (-) pada keempat ekstremitas

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium 11 januari 2015PEMERIKSAANHASILNILAI NORMAL

Hematologi Lengkap

Leukosit12,44,5-11,0

Faal Hati

Trombosit0,10,2-0,4

hasil USG

C. Diagnosis Kerja

Mola Hidatidosa pro kuretaseD. Planning

Diagnostik Lab DLMonitoringObservasi TTVObservasi perdarahanTerapi Medikamentosa: asam traneksamat 3x500 mg FOLLOW UP(12 januari 2015, 06.00)Subjektif: nyeri perut bagian bawahObjektif:

Keadaan umum: cukup

Kesadaran: composmentis

Tekanan darah: 120/80 mmHg

Nadi: 77x/menit

RR: 18x/menit

Tax: 35,8Thorax:cor ( s1 s2 tunggal

Pulmo (vesikuler +/+ Wheezing -/- rhonki -/-

Abdomen :

Inspeksi : Cembung, bekas operasi (-) Auskultasi: BU +Perkusi: Redup Palpasi: TFU setinggi pusat (22 cm)Genitalia: perdarahan (+) sedikitEkstremitas: akral hangat dikeempat ekstremitas dan tidak didapatkan edema di keempat ekstremitas

Assesment:

Mola Hidatidosa pro kuretasePlanning:

Asam mefenamat 3x500 mgFOLLOW UP DAY 2

(13 januari 2015, 06.00)Subjektif: nyeri perut bagian bawahObjektif:

Keadaan umum: cukup

Kesadaran: composmentis

Tekanan darah: 120/70 mmHg

Nadi: 80x/menit

RR: 24x/menit

Tax: 35,1Thorax:cor ( s1 s2 tunggal

Pulmo (vesikuler +/+ Wheezing -/- rhonki -/-

Abdomen :

Inspeksi : Cembung, bekas operasi (-) Auskultasi: BU +Perkusi: Redup Palpasi: TFU setinggi pusat (22cm)Genitalia: perdarahan (-)

Ekstremitas: akral hangat dikeempat ekstremitas dan tidak didapatkan edema di keempat ekstremitas

Assesment:

Mola hidatidosa pro kuretasePlanning:

Asam mefenamat 3x500 mg

TINDAKAN

Telah dilakukan kuretase oleh dr. Kadek, sp.OG. ditemukan jaringan mola hidatidosa.GAMBAR JARINGAN MOLA

FOLLOW UP DAY 3

(14 januari 2015, 06.00)Subjektif: tidak ada keluhanObjektif:

Keadaan umum: cukup

Kesadaran: composmentis

Tekanan darah: 120/80 mmHg

Nadi: 78x/menit

RR: 21x/menit

Tax: 35,3Thorax:cor ( s1 s2 tunggal

Pulmo (vesikuler +/+ Wheezing -/- rhonki -/-

Abdomen :

Inspeksi : Cembung Auskultasi: BU +Perkusi: timpani Palpasi: TFU 2 jari dibawah pusatGenitalia: perdarahan (-)

Ekstremitas: akral hangat dikeempat ekstremitas dan tidak didapatkan edema di keempat ekstremitas

Assesment:

Post kuretase H1 a/i mola hidatidosaPlanning:

Asam mefenamat 3x500 mg

BAB 4PEMBAHASAN

Pasien Ny. U usia 27 tahun datang ke poli kandungan RSUD dr. Soebandi 06 januari 2015 pukul 09.30 dengan keluhan utama keluar darah dari jalan lahir. Setelah melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka didapatkan diagnosis mola hidatidosa. Diagnosis mola hidatidosa didapatkan dari pemeriksaan fisik berupa TFU yang tidak sesuai dengan kehamilan dan pemeriksaan penunjang USG yang memperlihatkan gambaran honey combPada pemeriksaan fisik secara umum dalam batas normal, baikpemeriksaan tanda vital, maupun status generalisata dari pasien. Pada pasien tidakdidapatkan adanya tanda-tanda infeksi. Suhu pasien normal yaitu 36,00C. Pada pasien mola hidatidosa didapatkan kadar HCG yang tinggi diakibatkan oleh jaringan trofoblas pada vili berproliferasi mengeluarkan hormon human chorion gonadotrophin dalam jumlah yang besar (dalam urin: 100.000mIU/ml, serum: 40.000 IU/ml). Pemeriksaan USG pada kehamilan 8-10 minggu dapat memperlihatkan bentukan snow storm. Perdarahan disebabkan oleh sel-sel trofoblas dengan vili korealis yang menyusup ke dalam miometrium kemudian mengadakan perforasi pada dinding uterus dan menyebabkan perdarahan.Kadar tiroksin plasma pada kehamilan mola sering meningkat. Peningkatan ini merupakan efek primer estrogen dan efek thyrotropin-like korionik.Penatalaksanaan

Pada kasus ini, keadaan umum pasien masih baik dan tidak anemis sehingga tidak diperlukan penambahan darah. Pasien diterapi dengan infuse RL, asam traneksamat 3x500 mg untuk menghentikan perdarahan dan asam mefenamat 3 x 500 mg untuk mengurangi nyeri perut. Serta dilakukan kuretase pada tgl 13 januari 2015DAFTAR PUSTAKA

1. Fitriani, Rini. Mola hidatidosa. Jurnal kesehatan, vol II no.4 tahun 2009: 2-52. KADAR b-hCG PENDERITA MOLA HIDATIDOSA SEBELUM DAN SESUDAH KURETASE. Aprianti, dkk. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, Vol. 13, No. 1, Nov. 2006: 1-33. Martaadisoebrata, djamhoer. BUKU PEDOMAN PENGELOLAAN PENYAKIT TROFOBLAS GESTASIONAL. EGC. 2005. Hal 14-154. POGI. Mola Hidatidosa. 2014. www.edutenagakesehatan.org 5. Protap lab/SMF OBSGYN. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. 2003. Hal 95-97 Mola parsialis

Mola komplit

17