Laporan Kasus Kejang Demam

27
LAPORAN KASUS KEJANG DEMAM Disusun oleh : Agnes Cecilia Anggoman 0661050096 Pembimbing : dr. Tri Yanti, Sp.A Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi Universitas Kristen Indonesia

Transcript of Laporan Kasus Kejang Demam

Page 1: Laporan Kasus Kejang Demam

LAPORAN KASUS

KEJANG DEMAM

Disusun oleh :

Agnes Cecilia Anggoman

0661050096

Pembimbing :

dr. Tri Yanti, Sp.A

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak

Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi

Universitas Kristen Indonesia

Jakarta

2013

Page 2: Laporan Kasus Kejang Demam

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien

• MR No. : 03.34.64.27

• Nama : An. R

• Umur : 3 tahun

• Jenis kelamin : laki-laki

• Agama : islam

• Alamat : Jl. Tanjakan Auri Gempol RT/RW 11/02

II. Identitas Orang Tua

Ayah Ibu

Nama Tn. H Ny. S

Umur 32 thn 33 thn

Pekerjaan Wiraswasta Ibu rumah tangga

Agama Islam Islam

Perkawinan 1 1

Hubungan dengan orang tua : anak kandung

III. Anamnesa

Keluhan Utama :

Kejang

Keluhan tambahan :

Demam dan batuk

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dibawa oleh orang tuanya ke UGD RSUD Bekasi dengan keluhan

kejang sejak kurang lebih 8 jam sebelum masuk RS. Kejang yang terjadi

sebanyak 1 kali. Lamanya kejang sekitar 10 menit. Saat kejang tangan pasien

kanan dan kiri mengepal dan kedua lengan atas dan kedua tungkai bawah bergetar

Page 3: Laporan Kasus Kejang Demam

seperti orang menggigil. mata tidak mendelik keatas, pasien seperti menyeringai,

tidak keluar busa dari mulut pasien dan lidah tidak tergigit. Saat kejang pasien

tidak sadar dan setelah kejang pasien sadar tapi badannya menjadi lemes. Ibu

pasien mengaku sebelum kejang pasien mengalami demam tetapi tidak terlalu

tinggi. Dan ini merupakan serangan kejang yang kedua, serangan pertama waktu

umur pasien 1 tahun setengah.

Demam terjadi sejak kurang lebih 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam

muncul tiba-tiba dan dirasakan terus menerus tetapi tidak terlalu tinggi. Tetapi

pasien tetap membawa anaknya berobat ke klinik dan diberi obat penurun panas

namun tidak ada perbaikan. Setelah itu pasien ke dokter umum lagi yang biasa

diberi obat panas tetapi di suruh minum obatnya 5 jam lagi karena pasien baru

minum obat panas dari klinik. Tetapi tidak lama kemudian pasien kejang dan di

bawa ke klinik dekat rumah dan kemudian setelah sadar baru pasien di bawa ke

RS.

Pasien juga batuk sejak kurang lebih 1 hari sebelum masuk RS bersamaan dengan

demam. Batuknya tidak berdahak. batuknya jarang dan tidak menentu. Tidak ada

pilek, sakit telinga maupun cairan yang keluar dari telinga. Buang air besar dan

air kecil tidak ada keluhan.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah mengalami kejang yang didahului demam pada umur 1 tahun

setengah dan pernah sakit campak waktu umur 1 tahun.

Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur

Alergi - Difteri - Peny. Jantung -

Cacingan - Diare - Peny. Ginjal -

Demam berdarah - Kejang demam 1.5 thn Peny. Darah -

Demam tifoid - Kecelakaan - Radang Paru -

Otitis - Morbili 1 thn Tuberculosis -

Parotitis - Operasi - Asma -

Page 4: Laporan Kasus Kejang Demam

Riwayat Penyakit Keluarga

Kedua orangtua pasien tidak memiliki riwayat kejang demam pada masa kanak

kanaknya. Tetapi kakak perempuan dari ibu memunyai riwayat kejang demam

waktu umur 1 tahun.

Riwayat Kehamilan :

Ibu pasien memeriksakan kehamilannya kebidan, namun tidak setiap bulan.

Sakit selama hamil (-), demam (-), kuning (-), keputihan (-), perut tegang (-),

BAK sakit dan anyang-anyangan (-), kencing manis (-), dan darah tinggi (-).

Riwayat Kelahiran :

Cara lahir : spontan

Tempat lahir : rumah bersalin

Ditolong oleh : bidan

Masa gestasi : cukup bulan

Berat lahir : 3400 gram

Panjang lahir : 50 cm

Lahir normal, langsung nangis, sianosis (-), kejang (-)

Kelainan bawaan :

(-)

Riwayat imunisasi :

Ibu pasien mengaku rutin membawa anaknya untuk imunisasi sesuai jadwal.

Vaksin Umur

0 bulan 1 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan 9 bulan 18 bulan

BCG √

DPT √ √ √ √

Polio √ √ √ √ √

Campak √

Page 5: Laporan Kasus Kejang Demam

Hepatitis B √ √

Riwayat tumbuh kembang:

• Pertumbuhan gigi pertama : 6 bulan

• Gangguan perkembangan mental : Tidak ada

• Psikomotor :

* Duduk : 8 bulan

* Berdiri : 9 bulan

* Berjalan : 13 bulan

Riwayat makanan :

ASI sejak lahir sampai umur 20 bulan

Frekuensi 4-6 kali perhari

Makan pisang sejak umur 1 bulan

Frekuensi 2 hari sekali

Makan nasi tim umur 6 bulan

Frekuensi 2 kali sehari

Kesimpulan : kualitas dan kuantitas cukup

Data Perumahan

Kepemilikan rumah adalah rumah sendiri. Keadaan rumah adalah dinding rumah

tembok, kamar mandi di dalam rumah. Sumber air bersih dari sumur. Terdapat

jamban keluarga. Limbah buangan ke saluran atau selokan yang ada. Keadaan

lingkungan jarak antara rumah berdekatan, cukup padat. Penyinaran matahari,

pertukaran udara dan kebersihan rumah kurang. Terdapat penerangan listrik.

IV. PEMERIKSAAN FISIK

Tanggal 20 Februari 2013

Keadaan umum : Tampak sakit sedang, tidak sesak

Page 6: Laporan Kasus Kejang Demam

Kesadaran : kompos mentis

Frekwensi Nadi : 103 x/menit (reguler,kuat angkat)

Frekwensi Pernafasan : 26 x/menit (reguler)

Suhu tubuh : 36,2 °C

Data Antropoemetri

√ Berat Badan : 18 kg

√ Tinggi Badan : tidak diketahui

Kepala

• Kepala : bulat, normocephli

• Rambut : Hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut

• Mata : Konjungtiva tidak pucat,

sklera tidak ikterik, pupil isokor, simetris,

refleks cahaya +/+, edem palpebra -/-

• Telinga : Normotia,liang telinga lapang/lapang, serumen -/-,

sekret -/-

• Hidung : Lapang, sekret -/-, deviasi septum (-),

pernafasan cuping hidung (-)

• Bibir : Mukosa bibir kering, sianosis (-)

• Gigi geligi : tidak ada kelainan

• Lidah : tidak kotor

• Tonsil : T1 – T1, tenang : tenang, tidak hiperemis

• Faring : tidak hiperemis

• Leher : Kelenjar Getah bening tidak teraba membesar

Toraks

• Inspeksi : Pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris

Retraksi (-)

• Palpasi : Vokal fremitus kiri dan kanan sama

• Perkusi : Perkusi perbandingan kiri dan kanan sama sonor

• Auskultasi : Bising napas dasar vesikuler

Ronki -/-, Wheezing -/-

Page 7: Laporan Kasus Kejang Demam

Bunyi Jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

• Inspeksi : Perut tampak datar

• Auskultasi : Bising usus (+) normal : 4x/menit

• Palpasi : supel, nyeri tekan (-), undulasi (-), turgor kembali cepat,

limpa dan hepar tidak teraba membesar

• Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-), pekak alih (-)

Kulit : ikterik (-), petechie (-)

Ekstremitas : Bentuk biasa, deformitas (-),Akral hangat,

sianosis tidak ada, capillary refill < 2 detik

IV. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium 20 Februari 2013

Jenis Pemeriksaan Hasil

Leukosit

HB

Hematokrit

Trombosit

5.1

9.5

28.5

234

V. RESUME

Pasien datang dibawa oleh orang tuanya dengan keluhan kejang yang terjadi sebanyak 1

kali. Lamanya kejang sekitar 10 menit. Saat kejang tangan pasien kanan dan kiri

mengepal dan kedua lengan atas dan kedua tungkai bawah bergetar seperti orang

menggigil. mata tidak mendelik keatas, pasien seperti menyeringai, tidak keluar busa dari

mulut pasien dan lidah tidak tergigit. Saat kejang pasien tidak sadar dan setelah kejang

pasien sadar tapi badannya menjadi lemes. Ibu pasien mengaku sebelum kejang pasien

mengalami demam tetapi tidak terlalu tinggi. Dan ini merupakan serangan kejang yang

Page 8: Laporan Kasus Kejang Demam

kedua, serangan pertama waktu umur pasien 1 tahun setengah. ± 1 hari SMRS pasien

demam dan batuk. Demam

VI. Diagnosa Kerja

• Kejang demam sederhana

• ISPA

• Anemia

VII. Diagnosa Banding

• Kejang demam kompleks

VIII. Penatalaksanaan

- Rawat inap

• Diet : biasa

• IVFD : KA EN 3 B 12 tetes per menit

• MM : - paracetamol 10 mg/kgBB/kali

- Diazepam 0,3 mg/kgbb/8 jam

- Ambroxol

IX. PEMERIKSAAN ANJURAN

Elektrolit ulang

H2TL

EEG setelah 1 minggu bebas demam untuk mencari penyebab lain dari kejang

X. PROGNOSIS

Ad Vitam : Dubia ad bonam

Ad Fungsionam : Dubia ad bonam

Ad Sanationam : Dubia ad bonam

Page 9: Laporan Kasus Kejang Demam

TINJAUAN PUSTAKA

KEJANG DEMAM

DEFINISI

Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi. Suhu

badan yang tinggi ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial.(1) Kejang demam dapat juga

didefinisikan sebagai kejang yang disertai demam tanpa bukti adanya infeksi intrakranial,

kelainan intrakranial, kelainan metabolik, toksin atau endotoksin seperti neurotoksin

Shigella.(7) Kejang demam pertama kali pada anak biasanya dihubungkan dengan suhu

yang lebih dari 38ºC, usia anak kurang dari 6 tahun, tidak ada bukti infeksi SSP maupun

ganguan metabolic sistemik akut.(3)

Pada umumnya kejang demam terjadi pada rentang waktu 24 jam dari awal mulai

demam(1). Pada saat kejang anak kehilangan kesadarannya dan kejang dapat bersifat fokal

atau parsial yaitu hanya melibatkan satu sisi tubuh, maupun kejang umum di mana

seluruh anggota gerak terlibat. Bentuk kejang dapat berupa klonik, tonik, maupun tonik-

klonik. Kejang dapat berlangsung selama 1-2 menit tapi juga dapat berlangsung lebih dari

15 menit (1,8).

EPIDEMIOLOGI

Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang terjadi pada 2-4 % populasi

anak berusia 6 bulan-5 tahun dan 1/3 dari populasi ini akan mengalami kejang berulang

Page 10: Laporan Kasus Kejang Demam

(4). Kejang demam dua kali lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan dengan

anak perempuan (1).

ETIOLOGI

Etiologi dan patogenesis kejang demam sampai saat ini belum diketahui, akan

tetapi umur anak, tingginya dan cepatnya suhu meningkat mempengaruhi terjadinya

kejang (1). Faktor hereditas juga mempunyai peranan yaitu 8-22 % anak yang mengalami

kejang demam memiliki orangtua yang memiliki riwayat kejang demam pada masa

kecilnya (1).

Kejang demam biasanya diawali dengan infeksi virus atau bakteri. Penyakit yang

paling sering dijumpai menyertai kejang demam adalah penyakit infeksi saluran

pernapasan, otitis media, dan gastroenteritis (6).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. dr. Lumantobing pada 297

anak penderita kejang demam, infeksi yang paling sering menyebabkan demam yang

akhirnya memicu serangan kejang demam adalah tonsillitis/faringitis yaitu 34 %.

Selanjutnya adalah otitis media akut (31 %) dan gastroenteritis (27%) (1).

PATOFISIOLOGI (1,5)

Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion

kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh natrium (Na+). Akibatnya konsentrasi K+ dalam

sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah. Keadaan sebaliknya terjadi di luar sel

neuron. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka

terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk

menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi yang berasal dari

glukosa yang melalui proses oksidasi oleh oksigen.

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan

metabolisme basal 10%-15% dan meningkatnya kebutuhan oksigen sebanyak 20%.

Akibatnya terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel otak dan dalam waktu

Page 11: Laporan Kasus Kejang Demam

singkat terjadi difusi dari ion kalium dan ion natrium melalui membran, sehingga terjadi

lepasnya muatan listrik. Lepasnya muatan listrik yang cukup besar dapat meluas ke

seluruh sel maupun membran sel di dekatnya dengan bantuan neurotransmiter dan

menyebabkan terjadinya kejang.

Setiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda tergantung dari tinggi

rendahnya ambang kejang seorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu.

Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38oC,

sedangkan pada anak dengan ambang kejang tinggi kejang baru dapat terjadi pada suhu

40oC atau lebih.

Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya. Tetapi

pada kejang yang berlangsung lama biasanya disertai terjadinya apnoe sehingga

kebutuhan oksigen untuk otak meningkat dan menyebabkan terjadinya kerusakan sel

neuron otak yang berdampak pada terjadinya kelainan neurologis.

MANIFESTASI KLINIS

Kejang demam dapat dimulai dengan kontraksi yang tiba-tiba pada otot kedua sisi

tubuh anak. Kontraksi pada umumnya terjadi pada otot wajah, badan, tangan dan kaki.

Anak dapat menangis atau merintih akibat kekuatan kontraksi otot. Kontraksi dapat

berlangsung selama beberapa detik atau beberapa menit. Anak akan jatuh apabila sedang

dalam keadaan berdiri, dan dapat mengeluarkan urin tanpa dikehendakinya (1).

Anak dapat muntah atau menggigit lidahnya. Sebagian anak tidak bernapas dan

dapat menunjukkan gejala sianosis (1).

Pada akhirnya kontraksi berhenti dan digantikan oleh relaksasi yang singkat.

Kemudian tubuh anak mulai menghentak-hentak secara ritmis (pada kejang klonik),

maupun kaku (pada kejang tonik). Pada saat ini anak kehilangan kesadarannya dan tidak

dapat merespon terhadap lingkungan sekitarnya (8).

KLASIFIKASI

Page 12: Laporan Kasus Kejang Demam

Klasifikasi kejang demam menurut Livingstone (1)

A. Kejang Demam Sederhana:

1. Kejang bersifat umum

2. Lamanya kejang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit)

3. Usia saat kejang demam pertama muncul kurang dari 6 tahun

4. Frekuensi serangan 1-4 kali dalam 1 tahun

5. Pemeriksaan EEG normal

B. Epilepsi yang Dicetuskan oleh Demam:

1. Kejang berlangsung lama atau bersifat fokal

2. Usia penderita lebih dari 6 tahun saat serangan kejang demam yang pertama

3. Frekuensi serangan kejang melebihi 4 kali dalam 1 tahun

4. Pemeriksaan EEG yang dibuat setelah anak tidak demam lagi hasilnya

abnormal

Sedangkan menurut Fukuyama kejang demam dibagi menjadi (1):

A. Kejang Demam Sederhana:

1. Riwayat penyakit keluarga penderita tidak ada yang mengidap epilepsi

2. Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyebab apapun

3. Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan-6 tahun

4. Lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20 menit

5. Kejang tidak bersifat fokal

6. Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang

7. Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologis atau abnormalitas

perkembangan

8. Kejang tidak berulang dalam waktu singkat

Page 13: Laporan Kasus Kejang Demam

B. Kejang Demam Kompleks

Kejang demam yang tidak memenuhi kriteria di atas digolongkan sebagai kejang

demam kompleks

Sekitar 80-90 % dari keseluruhan kasus kejang demam adalah kejang demam sederhana (1).

1. Kejang demam sederhana

- Kejang berlangsung singkat < 15 menit

- Kejang umum tonik dan atau klonik

- Akan berhenti sendiri

- Tanpa gangguan fokal atau berulang dalam waktu 24 jam

2. Kejang demam kompleks

- Kejang lama > 15 menit

- Kejang fokal atau parsial 1 sisi (kejang umum didahului kejang

parsial)

- Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

DIAGNOSIS

Diagnosis kejang demam hanya dapat ditegakkan dengan menyingkirkan

penyakit-penyakit lain yang dapat menyebabkan kejang, di antaranya: infeksi susunan

saraf pusat, perubahan akut pada keseimbangan homeostasis air dan elektrolit, dan

adanya lesi struktural pada sistem saraf misalnya epilepsy(4). Diperlukan anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang menyeluruh untuk menegakkan

diagnosis ini.

Anamnesis (5)

1. Kesadaran sebelum dan sesudah kejang (menyingkirkan diagnosis meningitis

encephalitis)

2. Riwayat gangguan neurologis (menyingkirkan diagnosis epilepsi)

Page 14: Laporan Kasus Kejang Demam

3. Riwayat demam (sejak kapan, timbul mendadak atau perlahan, menetap atau naik

turun)

4. Menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam (infeksi saluran napas,

otitis media, gastroenteritis)

5. Waktu terjadinya kejang, durasi, frekuensi, interval antara 2 serangan kejang

6. Sifat kejang (fokal atau umum)

7. Bentuk kejang (tonik, klonik, tonik-klonik)

8. Riwayat kejang sebelumnya (kejang disertai demam maupun tidak disertai

demam atau epilepsi)

9. Riwayat keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan

10. Trauma

Pemeriksaan Fisik (5)

1. Temperature tubuh

2. Pemeriksaan untuk menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam

(infeksi saluran napas, otitis media, gastroenteritis)

3. Pemeriksaan reflex patologis

4. Pemeriksaan tanda rangsang meningeal (menyingkirkan diagnosis meningitis,

encephalitis)

Pemeriksaan Penunjang (5,6)

1. Pemeriksaan elektrolit, pemeriksaan fungsi hati dan ginjal untuk menyingkirkan

gangguan metabolisme yang menyebabkan perubahan homeostasis apabila pada

anamnesis ditemukan riwayat muntah, diare, gangguan asupan cairan, dan gejala

dehidrasi.

2. Pemeriksaan Cerebro Spinal Fluid (CSF) untuk menyingkirkan diagnosis

meningitis encephalitis apabila anak berusia kurang dari 12 bulan, memiliki tanda

rangsang meningeal positif, dan masih mengalami kejang beberapa hari setelah

demam

Page 15: Laporan Kasus Kejang Demam

3. CT Scan cranium pada umumnya tidak diperlukan pada kejang demam sederhana

yang terjadi pertama kali, akan tetapi dapat dipertimbangkan pada pasien yang

mengalami kejang demam kompleks untuk menentukan jenis kelainan struktural

berupa kompleks tunggal atau multipel.

4. EEG pada kejang demam tidak dapat mengindentifikasi kelainan yang spesifik

maupun memprediksikan terjadinya kejang yang berulang, tapi dapat

dipertimbangkan pada kejang demam kompleks.

TATALAKSANA (1,10)

A. Antipiretik dan Antibiotik

Antipiretik diberikan sebagai pengobatan simptomatis terhadap demam. Dapat

diberikan paracetamol dengan dosis untuk anak yang dianjurkan 10-15 mg/kgBB/hari

tiap 4-6 jam atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/hari tiap 4-6 jam. Antibiotik untuk

mengatasi infeksi yang menjadi etiologi dasar demam yang terjadi.

B. Penanganan Kejang pada Neonatus

Hal pertama yang harus diperhatikan adalah tersumbat atau tidaknya jalan napas.

Selanjutnya dilakukan pemberian oksigen, dan menghentikan kejang dengan cara:

KEJANG

30 menit Luminal IM 20 mg/kg/BB dalam 5 menit

KEJANG (+)

Ulangi luminal IM 10 mg/kg/BB. Dapat

diulangi lagi jarak 30 menit bila masih

kejang.

KEJANG (+)

Fenitoin bolus IV 20 mg/kgBB dalam 15 ml

NaCl, berikan dalam 30 menit (kecepatan

0.5-1 mg/kgBB/menit)

Page 16: Laporan Kasus Kejang Demam

KEJANG (-)

Bila kejang berulang dalam 2 hari, berikan luminal 5 mg/kg/hari per oral sampai bebas

kejang 7 hari. Bila kejang berulang setelah bebas kejang 2 hari, ulangi pemberian luminal

dari awal.

C. Penanganan Kejang pada Anak

Hal pertama yang harus diperhatikan adalah tersumbat atau tidaknya jalan napas.

Selanjutnya dilakukan pemberian oksigen, dan menghentikan kejang dengan cara:

KEJANG

5 menit Diazepam rectal 0.5 mg/kgBB atau:

Berat badan ≤ 10 kg: 5 mg

Berat badan > 10 kg: 10 mg

KEJANG (+)

Ulangi diazepam rektal seperti sebelumnya.

DI RS

Cari akses vena

Periksa laboratorium (darah tepi, Na, Ca, Mg, Ureum, Kreatinin)

KEJANG (+)

Diazepam IV dosis 0.3-0.5 mg/kgBB

(kecepatan 0.5-1 mg/menit)

KEJANG (-) KEJANG (+)

Berikan terapi rumatan bila

penyebab kejang diperkirakan

infeksi intrakranial. Berikan

fenobarbital 8-10

mg/kgBB/hari, dibagi 2 dosis.

Fenitoin bolus IV 10-20 mg/kgBB (dengan

kecepatan 0.5-1 mg/menit)

Page 17: Laporan Kasus Kejang Demam

.

Koreksi Hipokalemia (FCCS)

Kadar K Koreksi

3-3,5 mEq/L KCL per oral 75 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis (1-3mEq.kg.hari) atau 0,25 mEq/kg IV

KCL dalam 1 jam

2,5-3 mEq/L 0,5 mEq/kg IV KCL dalam 2 jam (rogers: dalam 1 jam)

<2,5 mEq/L 0,75 mg/kg IV KCL dalam 3 jam

PROGNOSIS

Penelitian yang dilakukan Tsunoda mendapatkan bahwa dari 188 penderita kejang

demam yang diikutinya selama sekurang-kurangnya 2 tahun dan tanpa pengobatan

dengan antikonvulsan, 97 penderita mengalami kekambuhan (1).

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. dr. Lumantobing, dari 83

penderita kejang demam yang dapat diikuti selama rata-rata 21.8 bulan (berkisar dari 6

bulan-3.5 tahun) dan tidak mendapatkan pengobatan antikonvulsan rumatan, kejang

demam kambuh pada 27 penderita (1).

Secara umum dapat dikatakan bahwa sekitar 1/3 penderita kejang demam akan

mengalami kekakmbuhan 1 kali atau lebih. Kemungkinan kambuh lebih besar bila kejang

demam pertama pada usia kurang dari 1 tahun. 3/4 dari kekambuhan ini terjadi dalam

kurun waktu 1 tahun setelah kejang demam pertama, dan 90 % dalam kurun waktu 2

tahun setelah kejang demam pertama. 1/2 dari penderita yang mengalami kekambuhan

akan mengalami kekambuhan lagi. Pada sebagian terbesar penderita kambuh terbatas

Berikan terapi rumatan bila

penyebab kejang diperkirakan

infeksi intrakranial. Berikan

fenobarbital 8-10

mg/kgBB/hari, dibagi 2 dosis.

KEJANG (+)Transfer ke ICU

KEJANG (-)Rumatan fenitoin IV 5-7 mg/kgBB/hari 12 jam kemudian

Page 18: Laporan Kasus Kejang Demam

pada 2-3 kali. Hanya sekitar 10 % kejang demam yang akan mengalami lebih dari 3 kali

kekambuhan (1,9).

Anak yang mengalami kejang demam pertama pada usia sebelum 1 tahun

kemungkinan kekambuhan ialah 50 %, dan bila berusia lebih dari 1 tahun kemungkinan

kekambuhannya 28 % (1).

Kejang demam sederhana pada umumnya tidak menyebabkan kerusakan otak

yang permanen dan tidak menyebabkan terjadinya penyakit epilepsi pada kehidupan

dewasa anak tersebut. Sedangkan pada anak-anak yang memiliki riwayat kejang demam

kompleks, riwayat penyakit keluarga dengan kejang yang tidak didahului dengan demam,

dan memiliki riwayat gangguan neurologis maupun keterlambatan pertumbuhan,

memiliki resiko tinggi untuk menderita epilepsi pada kehidupan dewasa mereka (1).

Page 19: Laporan Kasus Kejang Demam

DAFTAR PUSTAKA

1. Lumbantobing SM. Kejang Demam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007.

2. Behrman RE, Kliegman RM, Jensen HB, Nelson Text book of pediatrics, 17 th

edition. Philadelphia: WB Sauders company. 2004. Page 1813- 1829.

3. Rudolph AM. Febrile Seizures. Rudolph Pediatrics. 20th Edition. Appleton &

Lange. 2002. Page 1994.

4. Behrman RE, Kliegman RM, Arvio, Nelson Ilmu Kesehatan anak, volume 3, edisi

15. Jakarta: EGC 2005. Page 2059- 2066.

5. Tejani NR. Pediatrics, Febrile Seizures. Accessed on Dec 10th 2010. Available at:

http://emedicine.medscape.com/article/801500-overview

6. W Hay, William. Current Diagnosis and Treatment of Pediatrics. 19th edition.

United States of America: McGrawHill. 2009. Page 697-698.

7. R Strange, Gary. Pediatric Emergency Medicine. 3rd edition. United States:

McGrawHill Companies. 2009. Page 46-47.

8. Anonym. Kejang Demam. Accessed on Dec 10th 2010. Available at:

http://kedokteran.ums.ac.id/kejang-demam.html

9. Maharani. Kejang Demam pada Anak. Accessed on Dec 10th 2010. Available at:

http://dr-anak.com/kejang-demam-pada-anak.html

10. Anonym. Kejang Demam pada Anak. Accessed on Dec 10th 2010. Available at:

http://bayikita.wordpress.com/2008/08/16/kejang-demam-pada-anak/