LAPORAN KASUS Kandidosis Kutis
-
Upload
selvieinandita -
Category
Documents
-
view
235 -
download
32
Transcript of LAPORAN KASUS Kandidosis Kutis
LAPORAN KASUS
TINEA PEDIS
Dibuat sebagai tugas kepaniteraan Klinik Kulit Kelamin
Disusun Oleh
Desy Indah Puspitasari
2006730017
Pembimbing Klinik :
Dr. Mahdar Johan , Sp.KK
PROGRAM STUDI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
1
STATUS KEPANITERAANILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
FKK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTARUMAH R.SYAMSUDIN SUKABUMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2012
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Laki- Laki
Pekerjaan : Guru
Alamat : Kp Cikeong rt 02/02, Sukabumi
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis
o Keluhan Utama : Gatal-gatal di daerah Sela jari ke 4 kaki
sebelah kiri sejak 3 hari
o Keluhan tambahan : Rasa nyeri disekitar daerah yang gatal
Riwayat Penyakit Dahulu
- Pasien belum pernah mengalami seperti ini sebelumnya.
- Riwayat alergi (-)
- Riwayat penyakit kulit lainnya disangkal.
- Riwayat penyakit sistemik disangkal
2
Riwayat Penyakit Keluarga
o Riwayat penyakit serupa disangkal.
o Riwayat alergi disangkal
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
o Keadaan Umum : Baik
o Kesadaran : Kompos mentis
o Tekanan Darah : tidak diperiksa
o Laju Nadi : 80 kali per menit, teratur, kuat, penuh
o Laju Napas : 18 kali per menit
o Suhu : afebris
Status Dermatologi
o Regio / Letak lesi : Sela jari 4 kaki sebelah kiri .
o Efloresensi Primer : Makula ,eritema
o Sekunder : Skuama halus
o Ukuran : Lentikular
o Susunan / bentuk : Berbatas tegas
o Penyebaran dan lokalisasi : sirkumskrip, regional
o Pembesaran KGB : tidak ada
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
3
V. RESUME
Laki – laki 38 tahun datang ke poli klinik kulit dan kelamin dengan keluhan
gatal-gatal di sela- keluhan gatal pada sela jari 4 kaki sebelah kiri disertai
gambaran agak lonjong dan sisik halus putih pada kaki bagian kiri sejak 1 minggu
yang lalu.Awalnya gatal dan lama kelamaan nyeri bila ditekan.Pasien sudah
mengobatinya dengan obat panu namun tidak ada perubahan.
VI. DIAGNOSIS KERJA
Kandidosis Kutis
VII. DIAGNOSIS BANDING
Kandidosis Kutis
Tinea Pedis
Dermatitis kontak iritan
VIII. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
o Krim mikonazol 2 % dioleskan 2 kali sehari, selama 2 minggu.
o Ketokonazol 200 mg 1x1 setelah makan, selama 14 hari.
o Interhistin 10 mg 1x1 setelah makan, selama 10 hari (jika gatal).
Non medikamentosa
o Hindari menggunakan sandal yang menggunakan bahan karet
o Menjaga daerah kaki agar tetap kering
4
IX. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan mikologik kerokan kulit dengan KOH 10%.
2. Biakan dengan medium agar dekstrosa Sabouraud
X. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad fungtionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
5
6
ANALISA KASUS
Diagnosis kerja:
Kandidosis Kutis
Keluhan pasien berupa gatal di sela jari kaki ke 4 dan 5 dan disertai rasa nyeri. Pasien
bekerja sebagai guru dimana pasien sering menggunakan sepatu
Kemudian dari pemeriksaan fisik ditemukan lesi didaerah interdigitalis 4 dan 5 terjadi erosi
dan maserasi berwarna putih ditengahnya,berbatas tegas,sifatnya basah dan difus.
Pemeriksaan langsung merupakan cara paling mudah dan metode yang paling efektif untuk
mendiagnosis tapi tidak cukup untuk menyinngkirkan bukti klinis yang lain. Pemeriksaan
dengan kerokan kulit dan penambahan KOH 20 % akan memperlihatkan elemen candida
berupa sel ragi, balastospora,pseudohifa. Pemeriksaan ini mempunyai spesifitas dan
sensitifitas sebesar 89,4% dan 83,90 %.
Pemeriksaan biakan yaitu bahan akan diperiksa ditanam dalam agar dekstrosa
glukosa Saboround dapat pula agar ini bibubuhi antibiotik untuk mencegah
bakteri.
Pengobatan dari kandidosis kutis adalah secara topikal bisa kita berikan Mikonazol 2% dan
secara sistemik bisa diberikan ketokonazole
Diagnosis banding : 1.Tinea Pedis
Keluhan berupa rasa gatal di celah – celah jari terutama ke 4-5.kelainan berupa maserasi,
skuamasi, erosi dan kulit terlihat putih, berbentuk fisura dan sering tercium bau yang tidak
enak. Lesi dapat meluas ke bawah jari dan telapak kaki.
Diagnosis tinea pada umumnya dapat ditegakkan berdasarkan gejala-gejala klinis yang khas
dan pemeriksaan sediaan langsung dengan KOH 10-20% dan biakan.
7
Untuk mendiagnosis diperlukan skuama dari bagian tepi lesi yang diambil dengan
menggunakan skalpel. Skuama tersebut ditaruh pada slide yang ditetesi oleh larutan kalium
hidroksida. Diagnosis dibuat dengan memeriksa skuama yang terinfeksi tersebut secara
mikroskopis dan mengisolasi mikroorganisme penyebab dalam media kultur
Terapi medikamentosa yang diberikan kepada pasien ini adalah Ketokonazol mg 200
diminum 1 x sehari selama 10 hari dan pengobatan topikal menggunakan salep Ketokonazol
dioleskan sehari 2 kali. Edukasi yang harus dilakukan kepada pasien adalah pasien harus
menjaga kebersihan badan terutama kaki, menghindarkan kaki dari air atau menggunakan
sepatu dan sandal, jangan bertukar sandal dengan orang lain dan pengobatan satu bulan
jangan terputus
2. Dermatitis kontak iritan
Kulit terasa pedih atau panas, eritema, vesikel, atau bula. Luas kelainan umumnya sebatas
daerah yang terkena, berbatas tegas. Pada umumnya kelainan kulit muncul segera, tetapi ada
sejumlah bahan kimia.
Menyingkirkan pajanan dan bahan iritan, baik yang bersifat mekanik, fisik maupun kimiawi.
Bila hal ini dapat dilakukan dengan sempurna, dermatitis akan sembuh dengan sempurna.
Pemakaian alat pelindung yang adekuat diperlukan bagi mereka yang bekerja dengan bahan
iritan, untuk mencegah kontak dengan bahan tersebut. Apabila diperlukan, untuk mengatasi
peradangan dapat diberikan kortikosteroid topikal, misalnya hidrokortison 0,5% 2-3x/hari,
atau untuk kelainan kronis bisa diawali dengan kortikosteroid yang lebih kuat, seperti
betametason salep 0,05% 1-3x sehari untuk dermatitis iritan kronik
8
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 4. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2006.
Gunawan, Sulistia Gan. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta : Departemen Farmakologi
dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007.
Harahap, Marwali. Ilmu Penyakit kulit. Jakarta : Hipokrates, 2000.
Siregar. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. Jakarta : EGC, 2005.
9