Lapsus TB Veruka Kutis

24
LAPORAN KASUS Tuberculosis Verrucosa Cutis oleh Ami Septia Hardiyanti H1A 009 034 Pembimbing dr. Yunita Hapsari, M.Sc, Sp.KK DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

description

TB

Transcript of Lapsus TB Veruka Kutis

Page 1: Lapsus TB Veruka Kutis

LAPORAN KASUS

Tuberculosis Verrucosa Cutis

oleh

Ami Septia Hardiyanti

H1A 009 034

Pembimbing

dr. Yunita Hapsari, M.Sc, Sp.KK

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK

MADYA BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTB

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

TAHUN 2014

Page 2: Lapsus TB Veruka Kutis

Laporan Kasus

Tuberculosis Verrucosa Cutis

Ami Septia Hardiyanti

Bagian/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram – Rumah Sakit Umum Provinsi NTB

Abstrak

Pendahuluan: infeksi Mycobacterium dapat mengenai berbagai organ, salah satunya adalah kulit. Metode inokulasi dapat secara langsung dari luka ataupun dari organ yang berdekatan. Manifestasi kulit akibat penyakit ini tergantung rute infeksi, status imunitas dan riwayat sensitisasi terhadap kuman mycobacterium tuberkulosa. Salah satu tuberculosis kutis adalah jenis tb verucosa cutis yang ujud kelainan kulitnya berupa papul atau papulopustul yang menjadi hiperkeratotic sehingga selanjutnya dapat menjadi plak verukosa. Kelainan tersebut harus dibedakan dengan infeksi jamur yang memilki ujud kelainan kulit yang mirip, seperti blastomikosis dan kromoblastomikosis. Pemeriksaan Ziehl Nelson menjadi pemeriksaan sederhana tetapi penting untuk menemukan basil tahan asam (penyebab tuberculosis verukosa kutis) pada kulit yang terinfeksi. Terapi yang digunakan adalah obat anti tuberculosis kategori pertama selama 2 bulan fase intensif dan 4 bulan fase lanjutan

Kasus: Wanita usia 62 tahun mengeluh luka tidak menyembuh pada tangan kanan sejak 4 bulan yang lalu. Awalnya luka terkena percikan minyak panas dan kemudian timbul luka yang makin lama makin meluas. Pasien bertempat tinggal di pemukiman padat penduduk dan terdapat riwayat tetangga disekitar rumah menderita TB paru yang sedang menjalani pengobatan. Lesi pada dorsum nanus dekstra ditemukan plak eritematosa, bulat, soliter, berbatas tegas, bentuk bulat dengan diameter sekitar 6 cm. Lesi tertutup krusta tebal kuning-kecoklatan. Pada pemeriksaan Zeihl Nelson ditemukan Basil tahan asam. Pemeriksaan rontgen thorax dan sputum BTA tidak ditemukan kelainan. Pasien diberikan terapi Obat anti tuberculosis kategori pertama serta urea 10% dan asam fusidat sebagai terapi topikal.

Pembahasan: menitikberatkan pada berbagai manifestasi tuberculosis kulit dan upaya penyingkiran diagnosis infeksi fungi berupa kromoblastomikosis dan blastomikosis.

Kata kunci: warty papule, tuberculosis kutis, tuberculosis verukosa kutis, kromoblastomikosis, dan blastomikosis

1

Page 3: Lapsus TB Veruka Kutis

Abstract

Background: Mycobacterium infection can affect many organ, including skin. Inoculation method can be direct from skin wound or from the adjacent organ. Skin manifestation is depend on immunological status and whether or not there has been previous sensitization with tuberculosis. One type of tuberculosis skin infection if is Tuberculosis verucosa cutis which its eforecence is papul or papulopustule which become hyperkeratotic and then become verucose plaque. Its important to differentiate them with blastomycosis and chromoblastomycosis which has similar skin manifestatation. Ziehl-Nelson staining is simple important procedure to find acid-fast bacilli (that cause tuberculosis verucosa cutis) on the infected skin. Tuberculosis verucosis cutis is treated with first category of anti tuberculous treatment for 2 months intensive phase and followed with 4 months of continuation phase.

Case: A 62-years old woman has complained about wound which never heal on her right back hand. At first, the skin exposed to hot oil and become a wound that expand day by day. Patient live in densely populated village and there is history of neighbors that have a pulmonary tuberculosis and on a treatment antituberculosis. Lesion on dorsum manus dextra is eritematous plaque, round, soliter, well-demarcated, the diameter about 2,5cm and plaque is covered with yellow-brownish crust.

Point of view: focus on the manifestation of skin tuberculosis and ways for exclude fungal infection as chromoblastomycosis and blastomycosis

Keywords: Key words: warty papule, skin tuberculosis, tuberculosis verrucosa cutis, chromoblastomycosis and blastomycosis.

2

Page 4: Lapsus TB Veruka Kutis

PENDAHULUAN

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium tuberculosis. Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah

terinfeksi oleh mycobacterium tuberkulosis. Di indonesia, TB merupakan masalah

utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan ke-3

terbanyak di dunia setelah India dan Cina, dengan jumlah pasien sekitar 10% dari

total jumlah pasien di dunia 1. Tuberculosis dapat menyerang berbagai organ

tubuh manusia, salah satunya adalah kulit.

Tuberkulosis pada kulit lebih sering terjadi pada daerah tropis. Di negara-

negara amerika dan eropa utara, insidensi penyakit ini menurun dalam dekade

terakhir, sejalan dengan penurunan angka tuberkulosis paru 2. Meskipun 1 dari 3

individu di dunia terinfeksi, insiden TB kulit rendah. Di RS Dr Cipto

Mangunkusumo, sklofuroderma merupakan bentuk TB kutis tersering (84%),

kemudian disusul TB kutis verukosa (13%), sisanya bentuk-bentuk lain yang

jarang ditemukan 3.

Tuberkulosis pada kulit dapat diakibatkan oleh M. tuberculosis, M. bovis,

dan pada beberapa kondisi dapat disebabkan oleh bacille Calmettte-Guering

(BCG) 2. Gambaran TB kulit bervariasi tergantung dari rute infeksi dan status

imun pasien dan ada tidaknya infeksi atau sensitisasi kuman TB sebelumnya.

Salah satu bentuk TB kutis, yakni tuberkulosis verukosis kutis misalnya, dapat

terdapat pada area-area yang terekspose untuk trauma dan untuk infeksi dari

sputum atau materi-materi yang sudah terinfeksi TB. Di eropa, lesi biasanya

muncul di tangan, tetapi di Asia, lesi biasanya muncul pada pergelangan kaki dan

bokong. Lesi pada awalnya muncul sebagai papul seperti kutil, lama kelamaan

menjadi lebih luas. Di daerah tenggahnya dapat menjadi involusi, dapat menjadi

skar atrofi. Warna lesi dapat keungu-unguan, kemerahan dan atau kecoklatan.

Konsistensi biasanya keras/padat tetapi kadang terdapat area lunak. Kadang-

kadang, terdapat banyak terdapat krusta dan eksudasi 4.

Pemeriksaan bakteriologik penting dalam kasus TB kutis. Pemeriksaan

sederhana seperti membuaat sediaan mikroskopis dari bahan pus atau jaringan

3

Page 5: Lapsus TB Veruka Kutis

kulit atau jaringan getah bening dapat dilakukan. Pewarnaan dilakukan dengan

cara Ziehl Nelson dan memberi hasil positif jika ditemukan bakteri basil tahan

asam yang terpulas merah pada dasar berwarna biru 3.

Penyakit tuberkulosis kutis, berbagai bentuknya berespon terhadap terapi anti

tuberkulosis, tanpa pengobatan anti tuberkulosis, perluasannya biasanya lambat.

TB aktif yang menyerang organ lain sebaiknya juga diperiksa 4. Anti tuberkulosis

yang digunakan adalah Rifampisin, isoniazid, pirazinamid, etambutol atau

streptomisin 2,3,4.

Berikut akan dijabarkan sebuah laporan kasus pasien dari Poli Kulit dan

Kelamin RSUP NTB dengan diagnosis TB kulit dalam bentuk Tuberculosis

Verrucosa Cutis.

LAPORAN KASUS

Pasien wanita usia 62 tahun seorang ibu rumah tangga datang ke poli kulit &

kelamin RSUP NTB dengan keluhan luka borok pada tangan kanan. muncul luka

borok di tangan (punggung tangan) sejak 4 bulan belakangan. Luka tersebut

kadang terasa gatal dan terkadang pula nyeri. Luka tersebut awalnya terkena

percikan minyak panas dan berukuran sekitar satu sentimeter kemudian luka

tersebut menggelembung berisi cairan dan pecah. Setelah pecah muncul benjolan

kecil pada luka tersebut yang lama-kelamaan menjadi meluas seperti sekarang.

sejak munculnya luka pasien sering menggaruh pinggir luka, terkadang gampang

mengelupas dan bernanah. Luka tersebut juga kadang sedikit berdarah jika

dikelupas. Riwayat batuk lama dan kencing manis tidak didapatkan. Tidak ada

anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa. Riwayat batuk lama di

keluarga tidak didapatkan. Pasien telah mencoba berobat ke puskesmas 1 minggu

sebelum ke rumah sakit dan ia mendapatkan terapi salep antibiotik Bacitrasin-

Polymyxin B dan obat oral dexamethason. Pasien merupakan ibu rumah tangga

yang tinggal hanya berdua dengan anaknya. Tempat tinggal pasien di rumah semi

permanen di pemukiman padat penduduk. Di sekitar tempat tinggal pasien,

4

Page 6: Lapsus TB Veruka Kutis

terdapat 3 tetangga pasien yang memiliki riwayat batuk lama dan sedang dalam

pengobatan.

Pemeriksaan tanda vital di dapatkan tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 92

kali/menit, pernapasan 20 kali/menit, T 36,9C. Pemeriksaan status gizi BB 45 kg,

tinggi badan 155 cm. Indeks Masssa Tubuh 18,7. Pada pemeriksaan fisik, di

dorsum manus dekstra, ditemukan sebuah plak eritematosa, soliter, berbatas

tegas, bentuk bulat dengan diameter sekitar 6 cm. Lesi tertutup krusta tebal

kuning-kecoklatan. Selain itu terdapat massa palpabel berupa nodul soliter 1 buah,

konsistensi lunak, permukaan licin, mobile, terletak pada aksila kanan dengan

ukuran sekitar 2,5cm dan tidak terasa nyeri saat penekanan.

Gambar 1. Regio

dorsum manus

dekstra. Terlihat plak

eritematosa, bulat,

soliter, verukosa,

tertutup krusta

kuning-kecoklatan.

Pada pasien kemudian dilakukan pemeriksaan bakteriologis berupa

pemeriksaan mikroskopis spesimen dari jaringan lesi yang diwarnai dengan

metode Ziehl Nelson. Dari pemeriksaan tersebut didapatkan bakteri basil tahan

asam pada spesimen dengan indeks bakteri (IB) 4+ dan indeks morfologi (IM)

5

Page 7: Lapsus TB Veruka Kutis

73%. Pemeriksaan biopsi kulit tidak dilakukan karena keterbatasan biaya dan

sarana.

Gambar 2. Pemeriksaan

Ziehl Nelson. Tampak

bakteri basil tahan asam.

Selanjutnya pada pasien juga dilakukan evaluasi bagian paru. Dilakukan

pemeriksaan sputum BTA SPS dan foto rontgen thorax. Hasil pemeriksaan

sputum BTA negatif dan pada foto thorax tidak ditemukan kelainan.

Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, pasien

didiagnosa menderita Tuberculosis verucosa cutis. Pasien diberikan obat anti

tuberkulosis kategori pertama yakni: isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan

etambutol setiap hari selama 2 bulan sebagai tahap intensif. Kemudian dilanjutkan

tahap lanjutan, diberikan rifampisin dan isoniazid sebanyak 3 kali seminggu,

selama 4 bulan. Pasien diberikan obat Obat yang dberikan yaitu (dengan berat

badan pasien 45kg) KDT 3 tablet 4KDT (@ HRZE 75/150/400/275) selama 2

bulan kemudian diikuti 3 tablet 2KDT (@ HR 150/150). Selain itu pasien

diberikan terapi topikal yakni urea 10% dan asam fusidat.

Pasien diberikan edukasi mengenai penyakit yang dideritanya dan terapi

yang akan dijalaninya. Pasien diberitahukan bahwa penyakit yang dideritanya ini

disebabkan oleh bakteri yang hanya dapat dihilangkan melalui pengobatan

antituberkulosis selama 6 bulan dan harus teratur. Keluarganya juga diedukasi

untuk menjadi pengawas menelan obat untuk pasien. Pasien jangan menggaruk

atau mengeropengi luka yang mengering dan jaga kebersihan tangan.

6

Page 8: Lapsus TB Veruka Kutis

Prognosis pasien qua ad vitam dubia ad bonam, qua ad sanationam dubia

ad bonam dan qua ad kosmetikam dubia ad bonam.

PEMBAHASAN

Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, pasien tersebut

didiagnosis menderita Tuberkulosis Verukosa Cutis. Pasien datang mengeluhkan

adanya suatu luka yang tak menyembuh pada tangan yang berawal dari terkena

minyak panas dan melepuh, setelah lepuh, muncul benjolan seperti kutil yang

makin hari makin meluas dan tidak sembuh setelah pemberian salep antibiotik

yang didapatkan pasien dari puskesmas.

Dari keterangan pasien menunjukkan adanya suatu trauma yang

mengawali keluhan sekarang. Kulit merupakan organ tubuh yang salah satu

fungsinya adalah sebagai proteksi dari gangguan fisis, mekanis, termal, zat kimia

serta infeksi luar terutama kuman/ bakteri maupun jamur 3. Saat fungsi proteksi

kulit teranggu seperti adanya trauma, hal itu dapat memudahkan bakteri masuk

dan terjadi inokulasi bakteri di tempat trauma. Pasien juga bertempat tinggal di

pemukiman padat penduduk dengan riwayat beberapa tetangga pasien ada yang

menderita batuk lama (didiagnosa TBC) dan sedang dalam pengobatan. Hal

tersebut menjurus pada pasien memiliki resiko karena paparan/kontak dengan

penderita infeksi tuberkulosis.

Manifestasi tuberkulosis pada kulit dapat bermacam-macam tergantung

dari status imunitas dan riwayat sensitisasi terhadap kuman mycobacterium. Pada

pasien dalam laporan kasus ini misalnya, kemungkinan sebelumnya ia pernah

terkena infeksi atau sensitisasi terhadap mycobacterium tuberculosa. Hal ini

terjadi pada kasus-kasus Tuberkulosis Verukosa Cutis. Sedangkan pada pasien

yang belum terinfeksi/tersensitisasi sebelumnya disebut tuberkulosis inokulasi

primer atau tuberculous chancre atau tuberculous primary complex. Sama hal-nya

seperti tuberculosis verukosa kutis, basil tersebut dapat masuk ke kulit melalui

abrasi atau luka kecil. Lesi pada tuberkulosis inokulasi primer ini dapat berupa

papul, nodul atau ulkus dengan dasar hemoragik granuler serta beberapa waktu

7

Page 9: Lapsus TB Veruka Kutis

kemudian, krusta dapat terbentuk (Burns dkk., 2010). Bentuk lain tuberculosa

kutis yakni lupus vulgaris yang muncul sebagai infeksi hematogen , limfatik atau

dari sclofuroderma (salah satu bentuk tuberkulosis). Selain itu terdapat juga

bentuk lain seperti orificial, perioral atau perianal tuberculosis yang muncul akibat

ingesti kuman mycbacterium 3,4.

Klasifikasi tuberkulosis kulit berdasarkan imunitas host dan metode

inokulasi4:

Tabel 1. Klasifikasi tuberkulosis kulit

Imunitas host Metode inokulasi Penyakit

Naïve host Inokulasi langsung Tuberculosis chance

Bentuk multibasiler Penyebaran dari lokasi berdekatan

Sclofuroderma

Host dengan imunitas rendah Autoinokulasi Orificial tuberculosis

Penyebaran hematogen Acute miliary tuberculosis

Tuberculous gumma

Bentuk Pausibasiler Inokulasi langsung Warty tuburculosis (veruca cutis)

Host dengan imunitas tinggi Lupus vulgaris

Penyebaran hematogen Lupus vulgaris

Tuberculids Lichen scrofurosum

Papulonecrotic tuberculid

Erytema induratum

Nodular tuberculid

Manifestasi klinis berbagai jenis tuberkulosis kutis seperti gambar dibawah ini 4:

8

Page 10: Lapsus TB Veruka Kutis

Gambar 3. Warty tuberculosis pada jari

disertai dengan reaksi tuberkulin yang

kuat

Gambar 4. Periorificial tuberculosis

dengan pembesaran bibir atas

meluas ke hidung. Pada lidah

terdapat erosi eritematosa dan

ulserasi.

Gambar 5. Scrofuloderma dengan

tuberkulosis pada kelenjar aksiler

pada laki-laki usia 74 tahun sebelum

terapi OAT

9

Page 11: Lapsus TB Veruka Kutis

Gambar 6. (a) plak soliter lupus vulgaris pada pipi kiri (b) lupus vulgaris pada

wajah mirip lesi diskoid lupus eritematosa. Reaksi tuberkulin yang kuat (c)

lupus vulgaris menunjukkan atrofi sentral dan tepi serpinogenosa (d) lupus

vulgaris menunjukkan tepi menebal dan hipertrofi.

Untuk membantu penegakan diagnosis tuberkulosis kutis, terdapat

beberapa cara seperti pemeriksan LED (biasanya meningkat dan lebih berguna

dalam follow up pasien), pemeriksaan bakteriologik yang penting untuk

menentukan etiologi, pemeriksaan histopatologi, serta tes tuberkulin 3.

Dari manifestasi klinis, pasien dapat didiagnosa banding dengan infeksi

jamur yakni blastomycosis dan kromoblastomikosis.

Blastomycosis adalah infeksi jamur Blastoyces dermatitidis. Infeksi

tersebut dapat berupa infeksi paru ataupun ekstraparu. Kelainan ekstraparu jarang

ditemukan yakni hanya sekitar 20% kasus blastomycosis (kulit, tulang, prostas

dan organ-organ genitourinary, meninges dan otak) dan biasanya pada pasien-

pasien yang mengalami penyakit paru kronis atau imunocompromise 5.

Gambar 7. Blastomikosis kutan4

B. dermatitidis didapatkan dari inhalasi debu dari tanah, vegetasi yang

membusuk atau dari kayu. Setelah itu dapat terjadi infeksi paru yang

asimptomatik dan biasanya sembuh spontan. Kemudian terjadi penyebaran secara

hematogen ke kulit, tulang, prostat, epididimis, atau mukosa hidung, mulut atau

laring. Resiko penyebaran tersebut adalah disfungsi sel T, pada penyakit HIV

lanjut 2.

Lesi pada kulit, awalnya dapat berupa nodul yang mengalami inflamasi

dan membesar serta ber-ulkus. Selanjutnya dapat berupa nodul subkutan yang

10

Page 12: Lapsus TB Veruka Kutis

terdapat banyak pustul pada permukaannya. Kemudian terdapat plak verukosa,

terdapat eksudat jika krusta diatasnya terangkat 2.

Untuk penegakan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan dengan KOH

dimana spesimen didapatkan dari pus atau scraping jaringan. Dapat ditemukan sel

bertunas dengan dinding double contour. Diagnosis spesifik dapat dengan

pemeriksaan antibodi terhadap antigen B. dermatitidis. Kultur dari sputum atau

dari kulit terinfeksi juga dapat dilakukan. Pada pemeriksaan histopatologi terdapat

pseudoepiteliomatous hiperplasia. Tunas jamur dengan dinding tebal dan tunas

berdasar luas dalam mikroabses di dermis divisualisasikan dengan perwarnaan

perak atau PAS 2.

Kromoblastosis juga dapat dijadikan diagnosis banding terkait ujud

kelainan kulit yang serupa dengan tuberkulosis verukosis kutis. Kromoblastosis

merupakan infeksi jamur kronik yang diakibatkan implantasi jamur ke dermis dari

lingkungan. Lesi bervariasi, pada awalnya terbentuk papul mirip kutil yang

meluas lambat, berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Lesi lainnya dapat berupa

plak dengan atrofi di tengahnya. Lesi tunggal biasanya sangat tebal dan dapat

disertai infeksi bakteri sekunder. Penegakan diagnosis dapat dibantu dengan

scraping permukaan lesi dan dilakukan pemeriksaan KOH dan ditemukan sel

jamur berbentuk bulat, sklerotik, pigmen coklat. Biopsi jaringan juga dapat

membantu. Dengan pulasan hematoksilin-eosin didapatkan gambaran reaksi

granulomatosa dengan abses neutrofil kecil dengan hiperplasi epidermis. Pada

kultus ditemukan koloni hitam dengan permukaan berbulu halus 2.

Gambar 8. Kromoblastomikosis.

Plak verukosa soliter, luas dengan

halo eritem 2.

11

Page 13: Lapsus TB Veruka Kutis

Pada pasien dalam laporan kasus ini dilakukan pemeriksaan mikrobiologis

berupa pemeriksaan ada tidaknya bakteri tahan asam dan juga pemeriksaan KOH

10%. Pada pemeriksaan KOH tidak ditemukan jamur dan pada pengambilan

sampel lesi kulit dengan pewarnaan Ziehl Nelson memberikan hasil postif

terdapat basil tahan asam. Tampakan berupa bakteri bentuk batang yang terpulas

warna merah, ada yang berbentuk solid dan fragmented.

Terapi pada tuberkulosis kutis sama seperti terapi untuk pasien-pasien

tuberkulosis ekstra paru lainnya, yakni dapat diberikan obat anti tuberkulosis

(OAT) kategori 1 yaitu 2HRZE/4H3R3. H untuk INH atau isoniazid. R untuk

rifampisin. Z untuk pirazinamid dan E untuk etambutol 2,6.

Tabel . Panduan terapi infeksi Mycobacterium tuberculosis 2

OAT

Pilihan 1 Pilihan 2 Pilihan 3

Terapi

inisial 8

minggu

Terapi

lanjutan

16

minggu

Terapi

inisial 2

minggu

Terapi

lanjutan 6

minggu

Terapi

lanjutan

16

minggu

9 bulan

Rifampisin 10

mg/kg

Setiap

hari

2-3x/

minggu

Setiap

hari

Setiap

hari

Setiap

hari

3x/

minggu

Isoniazid 5

mg/kg

Setiap

hari

2-3x/

minggu

Setiap

hari

Setiap

hari

Setiap

hari

3x/

minggu

Pyrazinamide 30

mg/kg

Setiap

hari

Setiap

hari

Setiap

hari

3x/

minggu

Etambutol

15mg/kg, atau

Streptomisin

15mg/kg

Setiap

hari

Setiap

hari

2-3x/

minggu

3x/

minggu

Durasi terapi adalah 6 bulan kecuali pada pasien dengan infeksi Human Imunodeficiency Virus,

dimana terapinya minimal 9 bulan. Bukti konversi kultus tidak dapat diharapkan pada sebagian

12

Page 14: Lapsus TB Veruka Kutis

besar kasus tuberkulosis kulit.

Untuk memudahkan kepatuhan minum obat pada pasien, tersedia OAT

dalam bentuk paket yakni KDT kombinasi dosis tetap. KDT memiliki beberapa

keuntungan dalam pengobatan tuberkulosis yakni 6:

- Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin

efektivitas obat dan mengurangi efek samping

- Mencegah penggunaan obat tunggal sehingga menurunkan resiko terjadinya

resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep

- Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi

sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien.

Obat topikal berupa asam fusidat dan urea 10% diberikan pada pasien.

Asam fusidat merupakan anti bakteri yang memiliki spektrum yang sempit. Ia

memiliki aktivitas tinggi pada S. aureus. Tidak terdapat resistensi silang terhadap

antibmikroba lain dan diperkirakan hal tersebut karena struktur unik yang dimiliki

asam fusidat. Strukturnya menyerupai steroid tetapi tidak memiliki aktivitas

seperti yang steroid miliki. Ia bekerja dengan menghambat sintesis prootein

bakteri dengan mengintervensi elongasi faktor G pada langkah translokasi gen 7.

Keefektifan obat ini untuk M. tuberculosis belum dapat di pertanggungjawabkan,

tetapi pada beberapa sumber mengatakan terdapat keefektifan asam fusidat

terhadap Mycobacterium tuberkulosis yang didapatkan secara in vitro 8,9,10.

Urea merupakan senyawa organik yang digunakan dalam bidang

dermatologi sebagai emolien potent dan agen keratolitik sehingga urea digunakan

pada kondisi-kondisi yang terkait kulit yang kering dan berskuama. Selain itu

terdapat efek antipruritus urea topikal, tetapi bukti-buktinya masih kurang banyak 11.

Simpulan

13

Page 15: Lapsus TB Veruka Kutis

Dilaporkan satu kasus tuberkulosis kulit dalam bentuk tuberkulosis

verukosa kutis pada wanita 62 tahun yang diagnosisnya ditegakkan berdasarkan

anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pasien mendapatkan

terapi OAT kategori I dan obat topikal urea 10% dan asam fusidat.

DAFTAR PUSTAKA

14

Page 16: Lapsus TB Veruka Kutis

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional

Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2. Jakarta. Depkes. 2007

2. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, dan Jeffell DJ.

Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, Seventh Edition, Chapter

184: Tuberculosis and Infection with Atypical Mycobacteria. Newyork.

McGraw-Hill. 2008

3. Djuanda A, Hamzah M, dan Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi

keenam. Badan Penerbit FKUI. Jakarta. 2010

4. Burns T, Breathnach S, Cox N, and Griffiths. Rook’s Textbook of

Dermatology. Chapter 31: Mycobacterial Infection. Willey-Blackwell. 2010

5. Varkey B dan Mosenifar Z. Blastomycosis. Emedicine. 2013. Diunduh dari

http://emedicine.medscape.com/article/296870

6. Kementerian kesehatan republik indonesia. Pedoman nasional pengendalian

tuberkulosis. Jakarta. 2011

7. Rigopoulos Dimitris dan Larios Georgios. Assesing the value of fuccidic acid

in dermatology. Acta Derm Venereol 2008; suppl 216: 1-39

8. Saydam CC, cavusoglu C, Burhanoglu D, Hilmioglu S, Ozkalay N, Bilgic A.

in vitro susceptibility of mycobacterium tuberculosis to fucidic acid. Clin

Microciol infect 2001 Dec: 7(12): 700-2

www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/11843915/

9. Fuursted K, Askgaard D, Faber V. Susceptibility of strains of the

mycobacterium tuberculosis complex to fucidic acid. APMIS 1992 Jul; 100

(7): 663-7 terdapat pada www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/1642855/?

i=5&from=/11843915/related

10. Hoffner, Olsson, Rydgard KJ, Svenson SB dan Kalleneus G. susceptibility of

mycobacteria to fucidic acid. Eur J Clin Microbiol Infect Dis 1990 Apr; 9(4):

294-7 terdapat pada www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/2112466/?

i=2&from=/11843915/related

15

Page 17: Lapsus TB Veruka Kutis

11. Pan M, Heineche G, Bernardo S, Tsui C, dan Levit J. Urea: a comprehensive

review of the clinical literature. Dermatology online journal 2013, Nov: vol 19

no 11 diunduh dari www.escholarship.org/uc/item/11x463rp

16