Laporan Kasus Kandidiasis Kutis

47
PRESENTASI KASUS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RUMAH SAKIT HAJI SURABAYA KANDIDIASIS KUTIS PEMBIMBING: dr. Benny Abdullah Sp.KK PENYUSUN: Febriendo Vanni DJ 201020401011114 1

description

kulkel

Transcript of Laporan Kasus Kandidiasis Kutis

Page 1: Laporan Kasus Kandidiasis Kutis

PRESENTASI KASUS

ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

RUMAH SAKIT HAJI SURABAYA

KANDIDIASIS KUTIS

PEMBIMBING:

dr. Benny Abdullah Sp.KK

PENYUSUN:

Febriendo Vanni DJ

201020401011114

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2012

1

Page 2: Laporan Kasus Kandidiasis Kutis

KATA PENGANTAR

Assalamu ’alaikum Wr.Wb.

Segenap puji syukur penulis panjatkan hanya kepada ALLAH SWT yang telah

melimpahkan segala rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan tugas responsi kasus yang berjudul ”Kandidiasis

Kutis”.

Penulis tak lupa mengucapkan terima kasih kepada seluruh pembimbing, terutama

kepada dr. Benny Abdullah Sp.KK, terima kasih atas bimbingan, saran, petunjuk dan

waktunya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas responsi ini.

Penulis menyadari bahwa hasil penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu penulis terbuka untuk menerima kritik dan saran yang membangun demi

perbaikan penulisan selanjutnya.

Akhir kata, penulis mengharapkan tugas ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu ’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, September 2012

Penulis

2

Page 3: Laporan Kasus Kandidiasis Kutis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pendahuluan 5

1.2 Definisi 5

1.3 Sinonim 6

1.4 Epidemiologi 6

1.5 Etiologi 6

1.6 Klasifikasi ........................................................................ 6

1.7 Patogenesis 7

1.8 Gejala klinis 8

1.9 Diagnosis banding 11

1.10 Diagnosis 13

1.11 Penatalaksanaan 15

1.12 Prognosis 16

BAB 2 LAPORAN KASUS

2.1 Identitas 17

2.2 Anamnesis 17

2.3 Status generalis 18

3

Page 4: Laporan Kasus Kandidiasis Kutis

2.4 Status dermatologi 19

2.5 Resume 19

2.6 Diagnosis 19

2.7 Diagnosis banding 19

2.8 Pemeriksaan penunjang 20

2.9 Penatalaksanaan 20

2.10 Prognosis 21

2.11 Foto kasus 21

BAB 3 PEMBAHASAN .........................................................................

Bab 4 KESIMPULAN ........................................................................

DAFTAR PUSTAKA 22

4

Page 5: Laporan Kasus Kandidiasis Kutis

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

I . Pendahuluan

Kadidiasis adalah penyakit jamur, yang bersifat akut atau subakut

disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh spesies Candida albicans dan

dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronkus dan paru, kadang-kadang

dapat menyebabkan septicemia, endokarditis, maupun meningitis.(1,9).

Spesies Candida merupakan microflora normal pada kulit manusia,

namun dapat berubah menjadi pathogen bila faktor penjamu terutama status imun

berubah, atau terganggu. Lesi dapat terjadi pada beberapa tempat pada tubuh,

terutama pada tempat yang lembab dan hangat biasanya sering terinfeksi. C.

albicans merupakan penyebab tersering. (2)

II. Definisi

Kandidiasis kutis merupakan infeksi spesies Candida yang biasa terjadi pada

lipatan kulit atau tempat yang tertutup pakaian atau prosedur dressing medis pada

tempat yang lembab. Tempat yang dekat denga orificium dan jari, dimana sering

terkena saliva juga merupakan risiko terkena kandidiasis kutis. Gejala yang

tersering adalah kemerahan dan adanya eksudat yang basah yang pertama terjasi

pada lipatan kulit yang dalam.(2)

5

Page 6: Laporan Kasus Kandidiasis Kutis

III. Sinonim

Kandidosis, moniliasis.

IV. Epidemiologi

Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik

laki-laki maupun perempuan. Jamur penyebabnya terdapat pada orang sehat

sebagai saprofit. Faktor resiko yang pemicu hal ini adalah kondisi

imunocompromise, diabetes militus, obesitas, hyperhidrosis, demam,

polyendocrinophaties, terapi steroid topikal maupun sistemik, dan penyakit

kronik.(3) Gambaran klinisnya bermacam-macam sehingga tidak diketahui data-

data penyebarannya dengan tepat.(4)

V. Etiologi

Sebagian besar dari spesies C. albicans tidak bersifat menguntungkan maupun

merugikan. Kolonisasi C. albicans dapat diisolasi dari kulit, mulut, selaput

mukosa vagina dan feses orang normal. (3)

VI. Klasifikasi

Berdasarkan tempat yang terkena CONANT dkk.(1971), membaginya sebagai

berikut: (1)

1. Kandidiasis selaput lendir:

- Kandidosis oral (thrush)

- Perleche

6

Page 7: Laporan Kasus Kandidiasis Kutis

- Vulvovaginitis

- Balanitis atau balanopostitis

- Kandidosis mukokutan kronik

- Kandidosis bronkopulmonar dan paru

2. Kandidiasis kutis:

- Lokalisata: daerah intertriginosa dan daerah perianal

- Generalisata

- Paronikia dan onikomikosis

- Kandidosis kutis granulomatosa

3. Kandidiasis sistemik:

- Endokarditis

- Meningitis

- Pielonefritis

- Septikemia

4. Reaksi id

VII. Patogenesis

Infeksi kandida dapat terjadi, apabila ada faktor predisposisi baik endogen

maupun eksogen. (1)

Faktor endogen:

1. Perubahan fisiologik

a. Kehamilan

7

Page 8: Laporan Kasus Kandidiasis Kutis

b. Obesitas

c. Debilitas

d. Iatrogenik

e. Endokrinopati

f. Penyakit kronik dengan keadaan umum yang buruk.

2. Umur: usia tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi ini karena status

imunologi yang tidak sempurna.

3. Imunologik: penyakit genetik.

Faktor eksogen:

1. Iklim, panas, dan kelembaban.

2. Kebersihan kulit.

3. Kebiasaan merendam kaki dalam air yang lama.

4. Kontak langsung dengan penderita, misalnya pada thrush, balanopostitis. (1)

VIII. Gejala Klinis

1. Kandidiasis kutis :

1.1 Kandidosis intertriginosa

Gambar 1.1 Kandidiasis Intertriginosa

8

Page 9: Laporan Kasus Kandidiasis Kutis

Lesi mengenai daerah pelipatan-pelipatan badan, umbilikus,

pannikulus (lipatan lemak badan). Lesi berupa bercak yang berbatas tegas,

bersisik, basah, dan eritematosa dikelilingi oleh vesikel-vesikel dan

pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah erosi,

dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer. (1)

Kandidiasis mengenai sela jari tangan (tersering) pada sela jari ketiga dan

keempat, yang sering kena air. (9)

1.2 Kandidosis perianal

Lesi berupa maserasi seperti infeksi dermatofit tipe basah. Penyakit ini

menimbulkan pruritus ani. (1)

1.3 Kandidosis kutis generalisata

Lesi mengenai daerah pelipatan-pelipatan badan, umbilikus,

pannikulus (lipatan lemak badan). Kulit nyeri, inflamasi, eritematus dan

ada satelit vesikel/pustul, bula atau papulopustular yang pecah

meninggalkan permukaan yang kasar dengan tepi erosi. (10)

1.4 Paronikia dan onikomikosis

Lesi berupa kemerahan, bengkak yang tidak bernanah, kuku menjadi

tebal, mengeras, dan berlekuk-lekuk, kadang-kadang berwarna kecoklatan,

tidak rapuh, tetap berkilat dan tidak terdapat sisa jaringan di bawah kuku

seperti pada tine unguium.(1)

9

Page 10: Laporan Kasus Kandidiasis Kutis

Gambar 1.2 Onikomikosis

1.5 Kandidosis napkin (Diaper Rash)

Gambar 1.3 Diaper Rash

Sering terdapat pada bayi yang popoknya selalu basah dan jarang

diganti yang dapat menimbulkan dermatitis iritan, juga sering diderita

neonatus sebagai gejala sisa dermatitis oral dan perianal.(1)

1.6 Kandidosis granulomatosa

Penyakit ini sering menyerang anak-anak lesi berupa papul kemerahan

tertutup krusta tebal berwarna kuning kecoklatan dan melekat erat pada

dasarnya. Krusta ini dapat menimbul seperti tanduk sepanjang 2 cm,

lokasinya sering terdapat di wajah, kepala, kuku, badan dan tungkai. (1)

10

Page 11: Laporan Kasus Kandidiasis Kutis

IX. Diagnosis

1. Anamnesis dan gejala klinik yang khas.

Kandidiasis kutis biasanya terja di pada lipatan kulit yang lembab

dan termaserasi. Keluhan yang sering terjadi adalah gatal, kemerahan,

dan daerah yang termaserasi.(6) Kulit nyeri, inflamasi, eritematous, dan

ada satelit vesikel/pustula, bula atau papulopustular yang pecah

meninggalkan permukaan yang kasar dengan tepi yang erosi. (7)

2. Pemeriksaan penunjang dengan pemeriksaan dengan KOH 10-20% dan

pengecatan gram.

Pada pemeriksaan dengna KOH 10% menunjukan adanya spora

dan pseudohifa, namun pada kandidiasis kutis tidak selalu tampak.(7,8)

Pada pengecetan gram, yeast akan menjadi dense, gram positif, oviod

bodies, diameter 2-5µm. Kombinasi antara Gomori Methanemine

Silver (GMS) dan Congo Red dapat bermanfaat untuk mendiagnosa

banding infeksi fungi. Pada Blastomyces dan Pityrosporum

memberikan hasil positif pada hasil pengecetan, sedangkan pada

Candida dan Hitoplasma negatif.(8)

11

Page 12: Laporan Kasus Kandidiasis Kutis

Gambar 1.4 Species Candida pada pemeriksaan KOH 10%

3. Kultur.

Gambar 1.5 Hasil kultur Species Candida

Pada kultur C. albicans harus dibedakan dengan jenis kandida

yanng lain, yang biasanya jarang menjadi patogen. Seperti C. krusei,

C. stellatoidea, C. tropicalis, C. pseudotropicans, dan C.

guilliermondii. Kultur pada Sabouraud glucose agar yang dibubuhi

antibiotik (kloramfenikol) menunjukan hasil biakan yang seperti krim,

keabu-abuan, dan koloni basah dalam waktu 4 hari. (8)

4. Histo PA bila diagnosis meragukan.

12

Page 13: Laporan Kasus Kandidiasis Kutis

Dengan pengecetan PAS (Periodic Acid-Schiff) atau GMS . pilihan

untuk kandida leukoplakia dan bila diperlukan pada kandidiasis kutis.

(7)

5. Glukosa darah dan reduksi urine untuk melihat diabetes mellitus.(7)

X. Diagnosis Banding

KeteranganPenyakit

Tinea kruris Dermatitis Eritrasma

Definisi

Penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk pada lipatan paha, daerah perineum, dan sekitar anus, yang bersifat akut atau menahun.(10)

Peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh endogen dan atau eksogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal.(11)

Penyakit bakteri kronik pada stratum korneum yang disebabkan corynebacterium minitussismum, ditandai dengan adanya lesi berupa eritema dan skuama halus terutama di daerah ketiak dan lipatan paha. (12)

Etiologi

Tinea kruris biasanya disebabkan oleh T.rubrum, T.mentagrophytes, atau E.flocossum.(6)

Penyebab eksogen (bahan kimia, fisik, mikroorganisme)dan penyebab endogen ( atopik), sebagiannya tidak diketahui etiologinya yang pasti.(11)

Disebabkan oleh bakteri Corynebacterium minissusmum. (12)

Lesi Lesi berbatas tegas, peradangan pada tepi lebih nyata daripada daerah

Pada stadium akut kelainan kulit berupa eritema, edem, vesikel atau bula,

Lesi kulit dapat berukuran sebesar miliar sampai plakat. Lesi eritroskuamosa,

13

Page 14: Laporan Kasus Kandidiasis Kutis

tengahnya. Efloresensi terdiri atas macam-macam bentuk yang primer dan sekunder (polimorf). (10)

erosi dan eksudasi, sehingga tampak basah (madidans). Stadium subakut, eritema dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi krusta. Pada stadium kronis lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan likenifikasi, mungkin juga terdapat erosi atau eksoriasi karena garukan.(11)

berskuama halus kadang-kadang dapat terlihat merah kecoklat-coklatan. Variasi ini rupanya tergantung pada daerah area lesi dan warna kulit penderita Tempat predileksi di daerah ketiak dan lipat paha, kadang berlokasi di daerah intertriginosa lain terutama pada penderita gemuk.Perluasan lesi terlihat pada pinggir yang eritematosa dan serpiginosa. Lesi tidak menimbul dan tidak terlihat vesikulasi. Skuama kering yang halus menutupi lesi dan pada perabaan terasa lemak. (12)

Pemeriksaan

penunjang

– Pemeriksaan KOH 10%, akan tampak elemen jamur.(4)

– Kultur sediaan pada Sabouround Dextrose Agar (SDA) atau Dermatophyt Test Medium (DTM). (4)

– Dermatitis atopik Prick Test. (13)

– Dermatitis kontak Patch Test. (14)

– Dermatitis seboroik – Pemeriksaan

KOH 10 %, akan tampak spora atau blastokonidia tanpa hifa

– Pemeriksaan Wood Lamp ,

– Pemeriksaan Wood Lamp, tampak merah membara (coral red).(16)

– Pemeriksaan pengecetan gram atau giemsa gram positif. (16)

14

Page 15: Laporan Kasus Kandidiasis Kutis

negatif (warna violet). (15)

Gambar

XI. Penatalaksanaan

- Umum

- Mengurangi dan mengobati faktor-faktor predisposisi.

- Mengobati infeksi sekunder dengan kompre sol. Sodium chlorida

0,9% selama 3 hari dan antibiotika yang tidak berspektrum luas

(erytrhomycine, cotrimoxazole, lincomycine dan clindamycine)

selama 5-7 hari.

- Topical

15

Page 16: Laporan Kasus Kandidiasis Kutis

- Nystatin: oral suspensi, suppositoria

- Solutio gentian violet 1%

- Mikonazole cream

- Sistemik

Indikasi:

- Bila lesi luas

- Penderita imunokompromais berat.

- Paronikia yang gagal dengan obat topikal/ berat/ kronis.

Tablet oral:

- Tablet Ketokonazole (200 mg) 1 tablet selama 1-2 minggu.

- Kapsul Itraconazole (100 mg) 2 kapsul selama 7 hari. (7)

XII. Prognosis

Umumnya baik, bergantung pada berat ringannya faktor predisposisi. (1)

BAB 2

16

Page 17: Laporan Kasus Kandidiasis Kutis

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas

• Nama : Ny. Munjianah

• Umur : 37 thn

• Jenis kelamin : Wanita

• Alamat: Pucangan III / 63

• Agama: Islam

• Pekerjaan : Ibu rumah tangga

• Tanggal pemeriksaan : 3 September 2012

2.2 Anamnesis

• KU : Gatal pada paha kanan

RPS : Penderita datang ke poli kulit RS Haji Surabaya dengan

keluhan kulit didaerah lipat paha kanan dan kiri terasa sangat gatal sejak 2

bulan yang lalu. Rasa gatal dirasakan semakin bertambah hebat bila

penderita berkeringat. Penderita juga mengeluh tidak tahan terhadap gatal

karena mengganggu aktifitas. Biasanya penderita menggaruk daerah lipat

paha untuk mengurangi rasa gatal sehingga kulitnya menjadi kemerahan dan

mengelupas. Penderita telah mencoba memberikan salep BENASON dan

bedak salisil, namun rasa gatal tidak berkurang, justru semakin melebar.

Penderita mengatakan sekitar 1 minggu yang lalu melakukan perjalanan ke

Tuban dengan menggunakan bis dengan menempuh ± 4 jam, pada saat itu

penderita mengaku mengenakan pakaian celana leging yang ketat. Penderita

mengaku kalau sehari mandi minimal 2 kali dan mengganti baju setiap kali

mandi. Penderita mengaku bahwa sudah pernah mengenai penyakit ini

sebelumnya.

17

Page 18: Laporan Kasus Kandidiasis Kutis

• RPD :

• pasien pernah menderita penyakit seperti ini

• Diabetes millitus: disangkal

• Riw. Alergi : -

• RPK:

Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit seperti ini

• R.Psikososial

• Mandi 2 kali sehari dengan air PDAM

• Rajin mengganti pakaian, 2 hari sekali

• Penderita adalah ibu rumah tangga

2.3 Status Generalis

– Keadaan umum : Baik

– Kesadaraan : Compos Mentis

– Kepala : Dalam Batas Normal

– Leher : Dalam Batas Normal

– Thorax : Dalam Batas Normal

– Abdomen : Dalam Batas Normal

– Ekstermitas : Lihat Status Dermatologis

2.4 Status Dermatologi

18

Page 19: Laporan Kasus Kandidiasis Kutis

– Pada regio anterior superior terdapat Gambar 2.3 Pada regio femoris

dextra terdapat lesi warna kulit plaque eritematosa, terdapat satelit

nodul dikelilingi vesikel-vesikel, terdapat erosi dan squama.

2.5 Resume

Penderita datang ke poli kulit RS Haji Surabaya dengan keluhan kulit

diregio femoris anterior superior terasa sangat gatal sejak 2 bulan yang lalu.

Rasa gatal dirasakan semakin bertambah hebat bila penderita berkeringat.

Penderita juga mengeluh tidak tahan terhadap gatal karena mengganggu

aktifitas. Biasanya penderita menggaruk untuk mengurangi rasa gatal

sehingga kulitnya menjadi kemerahan dan mengelupas. Penderita telah

mencoba memberikan salep BENASON dan bedak salisil, namun rasa gatal

tidak berkurang, justru semakin melebar. Penderita mengatakan sekitar 1

minggu yang lalu melakukan perjalanan ke Tuban dengan menggunakan bis

dengan menempuh ± 4 jam, pada saat itu penderita mengaku mengenakan

pakaian celana leging yang ketat. Penderita mengaku kalau sehari mandi

minimal 2 kali dan mengganti baju setiap kali mandi. Penderita mengaku

bahwa sudah pernah mengenai penyakit ini sebelumnya. Status dermatologis

pada regio femoris anterior superior didapatkan warna kulit plaque

eritematosa, terdapat satelit nodul dikelilingi vesikel-vesikel, terdapat erosi

dan squama

2.6 Diagnosis

Suspek kandidiasis kutis

2.7 Diagnosis Banding

19

Page 20: Laporan Kasus Kandidiasis Kutis

- Tinea cruris

- Eritrasma

- Dermatitis kontak

- Tinea dengan candidiasis

2.8 Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan dengan Wood Lamp

Gambar 2.1 Pemeriksaan Wood Lamp

2. Pemeriksaan langsung dengan KOH 10-20 %

Gambar 2.2 Pemeriksaan KOH 10%

2.9 Penatalaksanaan

20

Page 21: Laporan Kasus Kandidiasis Kutis

a. Medikamentosa

- Topikal: mikonazole cream 2% (dioles 2 X sehari sehabis mandi).

- Oral : ketokonazole tab 200mg 1x1 tab

b. Non Medikamentosa

- Memakai pakaian yang longgar.

- Mengurangi berat badan.

- Menjaga kebersihan badan.

- Kontrol 1 minggu lagi.

2.10 Prognosis

Baik, bila cara pengobatan benar dan sesuai ajuran serta melaksanakan

terapi non medikamentosa.

2.11 Foto kasus

Gambar 2.3 Pada regio femoris anterior superior tampak lesi warna kulit plaque eritematosa, terdapat satelit nodul dikelilingi vesikel-vesikel, terdapat erosi dan

skuama.

BAB 3

21

Page 22: Laporan Kasus Kandidiasis Kutis

PEMBAHASAN

Wanita, usia 37 tahun datang ke poli kulit kelamin dengan keluhan gatal pada

lipatan paha kanan dan kiri sejak 2 bulan yang lalu. Rasa gatal dirasakan semakin

bertambah hebat bila penderita berkeringat. Penderita juga mengeluh tidak tahan

terhadap gatal karena mengganggu aktifitas. Biasanya penderita menggaruk daerah

lipat paha untuk mengurangi rasa gatal sehingga kulitnya menjadi kemerahan dan

mengelupas.

Penderita telah mencoba memberikan salep BENASON dan bedak salisil,

namun rasa gatal tidak berkurang, justru semakin melebar. Penderita mengatakan

sekitar 1 minggu yang lalu melakukan perjalanan ke Tuban dengan menggunakan bis

dengan menempuh ± 4 jam, pada saat itu penderita mengaku mengenakan pakaian

celana leging yang ketat. Penderita mengaku kalau sehari mandi minimal 2 kali dan

mengganti baju setiap kali mandi. Penderita mengaku bahwa sudah pernah mengenai

penyakit ini sebelumnya.

Dari identitas didapatkan wanita, 37 tahun, dari jenis kelamin dan usia

menunjukkan kesesuaian dengan teori, dimana berdasarkan teori menunjukkan bahwa

kandidiasis dapat menyerang semua umur, baik laki-laki maupun perempuan

(Kuswadji).

Dari anamnesa pasien mengeluhkan rasa gatal, dan semakin gatal jika berkeringat dan

sudah sering mengalami keluhan seperti ini. 2 minggu yang lalu juga melakukan

22

Page 23: Laporan Kasus Kandidiasis Kutis

perjalanan jauh dan lama dengan manggunakan pakaian yang ketat, selain itu pada

daerah yang dikeluhkan terdapat riwayat diberikan kortikosteroid topikal. pada

anamnesa tersebut kita sudah dapat mendapat faktor resiko dari pasien ini, bahwa

beberapa faktor memegang peranan terjadinya kandidiasis, yaitu iklim yang panas,

higiene yang masih kurang, adanya penularan di sekitarnya, penggunaan obat-obatan

kortikosteroid, antibiotik dan sitostatika yang meningkat, adanya penyakit kronik dan

penyakit sistemik seperti diabetes.

Pada regio femoris anterior superior tampak lesi warna kulit plaque

eritematosa, terdapat satelit nodul dikelilingi vesikel-vesikel, terdapat erosi dan

skuama. Gambaran lesi yang ditemukan ini sangat khas untuk penyakit yang

disebabkan oleh jamur, yaitu kandidiasis, dengan gejala objektif yaitu efloresensi

terlihat plaque eritematous, dan ada satelit vesikel/pustula, bula atau papulopustular

yang pecah meninggalkan permukaan yang kasardengan tepi yang erosi.

Kandidiasis kutis adalah Kandidiasis kutis merupakan infeksi spesies Candida yang

biasa terjadi pada lipatan kulit atau tempat yang tertutup pakaian atau prosedur

dressing medis pada tempat yang lembab. Tempat yang dekat denga orificium dan

jari, dimana sering terkena saliva juga merupakan risiko terkena kandidiasis kutis.

Gejala yang tersering adalah kemerahan dan adanya eksudat yang basah yang

pertama terjasi pada lipatan kulit yang dalam.(2)

Untuk mendiagnosis sebagai suatu kandidiasis kutis diperlukan anamnesis,

efflorosensi, dan pemeriksaan penunjang seperti yang telah disebutkan di atas. Dari

23

Page 24: Laporan Kasus Kandidiasis Kutis

anamnesis dan efflorosensi saja harusnya sudah bisa mendiagnosis sebagai

kansdidiasis kutis, akan tetapi ada beberapa penyulit dalam mendiagnosis sehingga

muncul beberapa diagnosis banding untuk kandidiasis kutis. Beberapa diagnosis

banding kandidiasis kutis adalah, tinea kruris, eritrasma, dermatitis.

Tinea kruris merupakan Penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk

pada lipatan paha, daerah perineum, dan sekitar anus, yang bersifat akut atau menahun ,

yang disebabkan oleh T.rubrum, T.mentagrophytes, atau E.Flocossum . Lesi berbatas tegas,

peradangan pada tepi lebih nyata daripada daerah tengahnya. Efloresensi terdiri atas

macam-macam bentuk yang primer dan sekunder (polimorf).

Dermatitis meriupakan Peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon

terhadap pengaruh endogen dan atau eksogen, menimbulkan kelainan klinis berupa

efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan

gatal . dengan penyebab eksogen , penyebab endogen , sebagiannya tidak diketahui

etiologinya yang pasti

24

Page 25: Laporan Kasus Kandidiasis Kutis

Eritrama merupakan penyakit bakteri kronik pada stratum korneum yang

disebabkan corynebacterium minitussismum, ditandai dengan adanya lesi berupa eritema

dan skuama halus terutama di daerah ketiak dan lipatan paha. Yang disebabkan bakteri

Corynebacterium minissusmum.

Ada beberapa cara untuk membantu menegakkan diagnosis kandidiasis kutis9

pemeriksaan kerokan KOH, sediaan dari bahan kerokan (kulit, rambut dan kuku)

tambahkan dengan larutan KOH 10-30% atau pewamaan Gram. Dengan pemeriksaan

mikroskopis terlihat pada sediaan kulit dan kukubudding yeaast cells (2 spora seperti

angka 8) dengan atau tanpa pseudo hifa atau hifa. Pseudo hifa (gambaran seperti

untaian sosis) pada infeksi membrana mukosa adalah pathognomonis, sedangkan

pada kandidiasis kutis tidak selalu ada.

25

Page 26: Laporan Kasus Kandidiasis Kutis

Dapat juga dilakukan pembiakan dengan tujuan untuk mengetahui

spesies jamur penyebab, dilakukan bila perlu. Pada kultur C. albicans

harus dibedakan dengan jenis kandida yanng lain, yang biasanya

jarang menjadi patogen. Seperti C. krusei, C. stellatoidea, C.

tropicalis, C. pseudotropicans, dan C. guilliermondii. Bahan sediaan

kerokan ditanam dalam agar Sabouroud dekstrose; untuk mencegah

pertumbuhan bakteri dapat ditambahkan antibiotika (misalnya

khloramfenikol) ke dalam media tersebut. menunjukan hasil biakan

yang seperti krim, keabu-abuan, dan koloni basah dalam waktu 4 hari.

(8). Namun pada pasien ini perlu dilakukan karena dari anamnesis dan

status dermatologisnya dan pemeriksaan penunjang dengan KOH

sudah dapat menegakkan diagnosis pasien ini yaitu tinea corporis.

Pengobatan untuk jamur kulit ini bekerja dengan cara menghambat jamur

dengan mengganggu aktivitas sel jamur sehingga menjadi rusak. Ada dua macam

cara terapi jamur, yang bersifat fungistatik (melemahkan) yang diberikan antara 3 –

minggu dan yang bersifat fungisidal (mematikan) yang diberikan 1 – 2 minggu.6 Obat

jamur kulit diberikan pada pasien ini berupa krim yang dioleskan langsung pada

daerah yang terinfeksi jamur yaitu mikokonazole 2% yang dengan pemakaian 2 kali

sehari setelah mandi. Pada pasien ini diberkan suatu obat jamur secara sistemik

karena infeksi bersifat rekuren. Sebagai terapi suportif pasien harus jaga kebersihan

badan dengan mandi bersih. Sering mengganti pakaian bila berkeringat, jangan

memakai pakaian yang basah atau lembab. Jangan memakai peralatan bersama-sama,

untuk menghindari anggota keluarga terinfeksi. Untuk pasien dengan hiperhidrosis

dianjurkan agar memakai kaos dari bahan katun yang menyerap keringat. Diusahakan

agar tidak memakai bahan yang terbuat dari wool atau bahan sintetis. Pakaian dan

handuk agar sering diganti dan dicuci bersih.2,3,4

26

Page 27: Laporan Kasus Kandidiasis Kutis

Pengobatan pada kandidiasis kutis dilakukan secara penanganan umum, yaitu dengan

cara mengurangi dan mengobati faktor-faktor predisposisi, mengobati infeksi

sekunder dengan kompre sol. Sodium chlorida 0,9% selama 3 hari dan antibiotika

yang tidak berspektrum luas (erytrhomycine, cotrimoxazole, lincomycine dan

clindamycine) selama 5-7 hari. Selain itu jugan dilakukan penanganan topikal;

mikonazole cream dan penaganan secara sistemik, indikasi : bila lesi luas, penderita

imunokompromais berat.Tablet oral yang dapat diberikan Tablet Ketokonazole (200

mg) 1 tablet selama 1-2 minggu, apsul Itraconazole (100 mg) 2 kapsul selama 7 hari.

(7)

Pasien juga dianjurkan kontrol seminggu kemudian untuk mengetahui respon

terhadap terapi dan mengevaluasi keluhan subyektif maupun tanda obyektif yang

masih ada.

Prognosis pasin ini baik. Penyakit ini dapat sembuh tetapi perlu adanya

edukasi bahwa penyakit ini dapat kambuh kembali jika imunitas penderita menurun,

higiene sanitasi yang jelek. Sehingga penderita diharuskan menjaga kesehatan dan

kebersihan kulitnya. Selain penting itu memberi edukasi kepada pasien tentang

adanya komplikasi yang mungkin timbul, diantaranya infeksi sekunder, dan lesi

hiperpigmentasi.

27

Page 28: Laporan Kasus Kandidiasis Kutis

BAB 4

KESIMPULAN

Telah dilaporkan wanita, 37 tahun, datang ke poli kulit dan kelamin dengan

keluhan gatal pada lipatan paha kanan dan kiri, sejak 2 bulan yang lalu. Rasa gatal

dirasakan semakin bertambah hebat bila penderita berkeringat. Penderita juga

mengeluh tidak tahan terhadap gatal karena mengganggu aktifitas. Biasanya

penderita menggaruk daerah lipat paha untuk mengurangi rasa gatal sehingga

kulitnya menjadi kemerahan dan mengelupas. Penderita telah mencoba memberikan

salep BENASON dan bedak salisil, namun rasa gatal tidak berkurang, justru semakin

melebar. Penderita mengatakan sekitar 1 minggu yang lalu melakukan perjalanan ke

Tuban dengan menggunakan bis dengan menempuh ± 4 jam, pada saat itu penderita

mengaku mengenakan pakaian celana leging yang ketat. Penderita mengaku bahwa

sudah pernah mengenai penyakit ini sebelumnya.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada regio femoris anterior superior

didapatkan warna kulit plaque eritematosa, terdapat satelit nodul dikelilingi vesikel-

vesikel, terdapat erosi dan squama. Pada pemeriksaan Wood Lamp tidak didapatkan

perubahan warna, (-) negatif. Pemeriksaan KOH tidak didapatkan gambaran hifa

maupun spora, (-) negatif.

Diagnosis pasien ini adalah pasien mengalami penyakit kandidiasis kutis, dan

terapi yang diberikan adalah mikonazole cream 2% dan ketokonazole tab 200mg.

28

Page 29: Laporan Kasus Kandidiasis Kutis

DAFTRA PUSTAKA

29

Page 30: Laporan Kasus Kandidiasis Kutis

1. Kuswadji. Kandidosis. Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin Edisi VI. Balai

Penerbit FKUI. Jakarta : 2011. Hal 106-109

2. Hay R J, Ashbee H R. Mycology. In:Rook’s Textbook of Dermatology. Vol II.

Blackwell Punlishing, UK: 2010. p 36.56-36.69

3. Harahap, Marwali . Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates: Jakarta. 2000. Hal 81

4. Abdullah, Benny. Dermatologi-Pengetahuan Dasar dan Kasus di Rumah

Sakit. Airlangga University Press, Surabaya. 2009. Hal 108-112

5. Murtiastutik, Dwi (2000). Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin-edisi 2. Dep/SMF

FK Unair/RSUD Dr Soetomo.

6. Gupta Aditya K, Lynch Lindsay E. Fungal and Yeast Infection.

In:Dematology for Skin of Color. McGraw-Hill: UK. 2009. p. 429

7. Suyoso Sunarso, Ervianti Evy, Barakbah Jusuf. Kandidiasis Superfisialis.

Pedoman Diagnosis dan Terapi-edisi III. Bag/ SMF Ilmu Kulit dan Kelamin.

RSU Dokter Soetomo: Surabaya. 2005. Hal 72-77

8. William D James, Timothy G Berger, Dirk M Elston. Editors. Diseases

Resulting from Fungi and Yeast, In:Andrews’ Disease of the Skin: Clinical

Dermatology, Tenth Edition. Philadelphia: W.B Saunders Company. 2006. p

297-301

9. Janik Matthew P, Heffernan Michael P. Yeast Infections:Candidiasis and

Tinea (Pityriasis) Versicolor. In:Fitzpatrick Dermatology in General

Medicine. McGraw-Hill : USA. 2008. p 1822-1828

10. Budimulja,Unandar. Mikosis. Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin Edisi VI. Balai

Penerbit FKUI. Jakarta : 2011. Hal 94

30

Page 31: Laporan Kasus Kandidiasis Kutis

11. Sularsito Sri Adi, Djuanda Suria. Dermatitis. Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin

Edisi VI. Balai Penerbit FKUI. Jakarta : 2011. Hal 129

12. Budimulja,Unandar. Eritrasma. Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin Edisi VI.

Balai Penerbit FKUI. Jakarta : 2011. Hal 334-335

13. Hutomo M Marsudi, Pohan Saut Sahat, Agusni Indropo. Dermatitis Atopik.

Pedoman Diagnosis dan Terapi-edisi III. Bag/ SMF Ilmu Kulit dan Kelamin.

RSU Dokter Soetomo: Surabaya. 2005. Hal 1-4

14. Pohan Saut Sahat, Hutomo M Marsudi, Sukanto Hari. Dermatitis Kontak.

Pedoman Diagnosis dan Terapi-edisi III. Bag/ SMF Ilmu Kulit dan Kelamin.

RSU Dokter Soetomo: Surabaya. 2005. Hal 5-8

15. Pohan Saut Sahat, Hutomo M Marsudi, Suyoso Sunarso. Dermatitis Seboroik.

Pedoman Diagnosis dan Terapi-edisi III. Bag/ SMF Ilmu Kulit dan Kelamin.

RSU Dokter Soetomo: Surabaya. 2005. Hal 11-14

16. Hay R J, Adriaans B M. Bacterial Infections. In:Rook’s Textbook of

Dermatology.Vol II. Blackwell Punlishing, UK: 2010. p 30.37-30.38

31