Laporan Kasus II Ika Caesarina - Ablasio Retina

30
LAPORAN KASUS II ABLASIO RETINA OD Ika Rahmawati Caesarina H1A 008 040 DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 1 | Case Presentation – Ablasio Retina

Transcript of Laporan Kasus II Ika Caesarina - Ablasio Retina

Page 1: Laporan Kasus II Ika Caesarina - Ablasio Retina

LAPORAN KASUS II

ABLASIO RETINA OD

Ika Rahmawati Caesarina

H1A 008 040

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA

BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MATARAM

2012

1 | C a s e P r e s e n t a t i o n – A b l a s i o R e t i n a

Page 2: Laporan Kasus II Ika Caesarina - Ablasio Retina

BAB I

PENDAHULUAN

Ablasio retina (retinal detachment) adalah pemisahan retina sensorik,

yakni lapisan fotoreseptor (sel kerucut dan batang) dan jaringan bagian dalam,

epitel pigmen retina dibawahnya. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih

melekat erat dengan membran Bruch. Antara sel kerucut dan sel batang retina

tidak terdapat suatu perlekatan struktural dengan koroid atau pigmen epitel,

sehingga merupakan titik lemah yang potensial untuk lepas secara embriologis.

Biasanya ablasio retina terjadi pada usia 40-70 tahun. Prevalensi

meningkat pada beberapa keadaan seperti miopi tinggi, afakia/pseudofakia dan

trauma. Traumatik ablasio retina lebih sering terjadi pada orang muda, dan ablasio

retina akibat miopia yang tinggi biasa terjadi pada usia 25-45 tahun.

Pemisahan retina sensoris dari lapisan epitel retina disebabkan oleh tiga

mekanisme dasar. Tiga mekanisme dasar pemisahan retina sensoris dari lapisan

epitel retina ialah :

1. Lubang atau robekan di lapisan saraf yang menyebabkan cairan

vitreous masuk dan memisahkan antara lapisan neuro retina dan

lapisan epitel pigmen (Ablasio retina regmatogenosa).

2. Traksi dari inflamasi dan membran fibrosa vaskular pada permukaan

retina, yang terikat pada vitreous (Ablasio retina traksional).

3. Pengeluaran eksudat kedalam ruang subretina. Eksudat ini berasal dari

pembulu darah retina, yang disebabkan oleh karena hipertensi, oklusi

vena retina setralis, vaskulitis, atau papiledema (Ablasio retina

eksudatif).

2 | C a s e P r e s e n t a t i o n – A b l a s i o R e t i n a

Page 3: Laporan Kasus II Ika Caesarina - Ablasio Retina

BAB II

LAPORAN KASUS

1. Identitas Pasien

Nama : Tn. J

Umur : 54 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Pegawai Negri Sipil

Agama : Islam

Suku : Sasak

Alamat : Batu Layar, lombok Barat

Tanggal Pemeriksaan : 21 Juli 2012

2. Anamnesis

A. Keluhan Utama:

Pengelihatan mata kanan kabur.

B. Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang ke poliklinik Mata RSUP NTB dengan keluhan

pengelihatan mata kanan kabur. Keluhan ini dirasakan sejak 1 bulan yang

lalu. Pasien mengeluh bahwa pengelihatan mata kanan kabur mendadak,

tanpa ada keluhan sebelumnya seperti nyeri maupun mata merah. Pasien

menyatakan bahwa pada pengelihatan mata kanan pasien tampak seperti

ada bagian dari pengelihatannya yang bergerak-gerak. Pasien mengaku

bahwa pengelihatan mata kanan menjadi semakin kabur sejak 1 minggu

yang lalu. Pasien merasakan pengelihatan mata kanan seperti melihat ada

kilatan cahaya silau berwarna-warni sekitar satu minggu yang lalu. Pasien

tidak mengeluhkan adanya pengelihatan kabur seperti tertutup kabut asap.

3 | C a s e P r e s e n t a t i o n – A b l a s i o R e t i n a

Page 4: Laporan Kasus II Ika Caesarina - Ablasio Retina

C. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit mata

Pasien mengaku belum pernah mengalami penyakit seperti ini

sebelumnya. Pasien menyangkal adanya riwayat trauma pada mata

dan riwayat memakai kacamata.

Riwayat penyakit sistemik

Pasien menyangkal memiliki riwayat diabetes mellitus dan hipertensi.

D. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarganya yang mengalami hal serupa dengan pasien. Pasien

mengaku bahwa empat anak pasien memiliki keluhan berupa pengelihatan

yang kurang pada sore dan malam hari.

E. Riwayat Alergi

Pasien menyangkal riwayat alergi obat.

F. Riwayat Pengobatan

Pasien belum pernah berobat untuk keluhan pengelihatan kabur pada mata

kanan yang dideritanya sekarang.

.

3. Pemeriksaan Fisik

A. Status Generalis

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran/GCS : Compos mentis / E4V5M6

B. Pemeriksaan Tanda Vital

Tekanan darah : 130/70 mmHg

Nadi : 68 kali/menit

Frekuensi Napas : 20 kali/menit

Suhu : 36 O C

4 | C a s e P r e s e n t a t i o n – A b l a s i o R e t i n a

Page 5: Laporan Kasus II Ika Caesarina - Ablasio Retina

C. Status Lokalis

No Pemeriksaan Mata Kanan Mata Kiri

1. Visus 1/ ∞ sc

Light projection baik

6/19 sc

6/18 cc

2. Posisi Bola Mata Ortoforia

3. Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah

4. Palpebra Superior

Edema (-) (-)

Hiperemi (-) (-)

Pseudoptosis (-) (-)

Entropion (-) (-)

Ektropion (-) (-)

5. Palpebra Inferior

Edema (-) (-)

Hiperemi (-) (-)

Entropion (-) (-)

Ektropion (-) (-)

6. Fissura palpebra + 10 mm + 10 mm

7. Konjungtiva Palpebra Superior

Hiperemi (-) (-)

Sikatrik (-) (-)

8. Konjungtiva Palpebra Inferior

Hiperemi (-) (-)

Sikatrik (-) (-)

9. Konjungtiva Bulbi

Injeksi Konjungtiva

(-) (-)

Injeksi Siliar (-) (-)

Massa (-) (-)

Edema (-) (-)

5 | C a s e P r e s e n t a t i o n – A b l a s i o R e t i n a

Page 6: Laporan Kasus II Ika Caesarina - Ablasio Retina

10. Kornea Bentuk Cembung Cembung

Kejernihan Jernih Jernih

Permukaan Kesan licin Kesan licin

Sikatrik (-) (-)

Benda Asing (-) (-)

11. Bilik Mata Depan

Kedalaman Kesan normal Kesan normal

Hifema (-) (-)

12. Iris Warna Coklat Coklat

Bentuk Bulat dan regular Bulat dan regular

13. Pupil Bentuk Bulat Bulat

Refleks cahaya langsung

(+) (+)

Refleks cahaya tidak langsung

(+) (+)

14. Lensa Kejernihan Jernih Jernih

Iris Shadow (-) (-)

Subluksasi (-) (-)

Dislokasi (-) (-)

15. TIO Palpasi Kesan lunak

Nyeri tekan (-)

Massa tumor (-)

Kesan normal

Tonometri Schiotz

<7 mmHg 17,3 mmHg

16. Funduskopi Refleks Fundus (+) (+)

6 | C a s e P r e s e n t a t i o n – A b l a s i o R e t i n a

Page 7: Laporan Kasus II Ika Caesarina - Ablasio Retina

Gambaran Funduskopi

Retinal detachment hampir total (dari arah pukul 3 hingga pukul 11).

Ada bagian retina yang berwarna biru keabu-abuan dan ada bagian retina yang berwarna pucat.

Papil N.II (nervus optikus) bulat dan batas tegas.

Gambaran vaskuler sulit dinilai.

Dalam batas normal

Gambaran Funduskopi OD

Keterangan :

a. Retinal detachment, dengan bagian retina yang berwarna biru keabu-abuan.

b. Gambaran vaskuler yang sulit dinilai.c. Papil NII yang bulat dan berbatas tegas.d. Bagian retina yang berwarna pucat.

7 | C a s e P r e s e n t a t i o n – A b l a s i o R e t i n a

a

b

c

d

Page 8: Laporan Kasus II Ika Caesarina - Ablasio Retina

4. Foto Mata Pasien

8 | C a s e P r e s e n t a t i o n – A b l a s i o R e t i n a

Gambar 1. Mata kanan dan mata kiri pasien

Gambar 2. Mata kanan pasien Gambar 2. Mata kiri pasien

Page 9: Laporan Kasus II Ika Caesarina - Ablasio Retina

BAB III

IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA KASUS

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan data medis pasien diatas, ditemukan beberapa permasalahan. Adapun

permasalahan medis yang terdapat pada pasien adalah:

SUBJECTIVE

a. Pengelihatan mata kanan kabur mendadak tanpa ada keluhan

sebelumnya seperti nyeri maupun mata merah, tanpa riwayat trauma

mata, dan riwayat hipertensi atau diabetes mellitus disangkal.

b. Pengelihatan mata kanan pasien tampak seperti ada bagian dari

pengelihatannya yang bergerak-gerak

c. Pasien merasakan pengelihatan mata kanan seperti melihat ada kilatan

cahaya silau berwarna-warni satu minggu yang lalu.

OBJECTIVE

a. Pemeriksaan status lokalis pada mata kanan didapatkan :

Visus 1/ ∞ sc dan light projection baik.

TIO per palpasi kesan lunak dan TIO dengan tonometri schiotz

sebesar <7mmHg.

Gambaran funduskopi adalah retinal detachment hampir total (dari

arah pukul 3 hingga pukul 11), ada bagian retina yang berwarna

biru keabu-abuan dan ada bagian retina yang berwarna pucat, papil

NII bulat dan batas tegas, gambaran vaskuler sulit dinilai.

b. Pemeriksaan status lokalis pada mata kiri didapatkan :

Visus 6/19 sc dan 6/18 cc.

2. Analisa Kasus

A. Penglihatan mata kanan kabur mendadak

Pengelihatan mata kanan kabur mendadak tanpa ada keluhan sebelumnya

seperti nyeri maupun mata merah, tanpa riwayat trauma mata, dan riwayat

9 | C a s e P r e s e n t a t i o n – A b l a s i o R e t i n a

Page 10: Laporan Kasus II Ika Caesarina - Ablasio Retina

hipertensi atau diabetes mellitus disangkal. Mata kabur secara mendadak

disebabkan oleh adanya gangguan pada vitreous, retina, atau nervus

optikus. Penurunan visus mendadak tanpa keluhan mata merah mengarah

kepada penyakit penyakit seperti neuritis optikus, ablasio retina, obstruksi

vena retina maupun arteri retina, uveitis posterior (koroiditis), kekeruhan

dan perdarahan badan kaca.

Pendekatan diagnosis pada pengelihatan mata yang kabur secara

mendadak dapat dilihat berdasarkan pengelihatan mata kabur

unilateral/bilateral dan pengelihatan kabur secara transient/persistent.

Pada sudden vision loss yang unilateral dan persisten dapat ditemukan

pada glaukoma akut sudut tertutup, oklusi arteri retina sentral, corneal

hydrops, giant cell arteritis, neoplasia, retinal detachment, trauma dan

vitreous hemorrhage.

Pada kasus ini, mata tenang dengan pengelihatan mata kabur mendadak

dapat disebabkan berbagai kemungkinan penyakit seperti yang telah

disebutkan sebelumnya. Pendekatan diagnosis pada kasus ini yang paling

mendekati dapat dijabarkan sebagai berikut :

Neuritis optik dapat disingkirkan oleh karena pasien tidak ada keluhan

berupa nyeri pada mata terutama pada pergerakan bola mata,

pengelihatan kabur intermitten dan tidak ditemukan adanya hiperemi

pada papil N.II (nervus optikus).

Uveitis posterior dapat disingkirkan karena biasanya pada uveitis

posterior didapatkan adanya keluhan fotofobia dan ditemukan

kekeruhan dalam badan kaca, infiltrat dalam retina dan koroid yang

disebabkan oleh proses peradangan.

Oklusi vena retina juga dapat disingkirkan, karena pada pasien tidak

ditemukan adanya gambaran perdarahan retina kecil dan bercak

cotton-wool.

Oklusi arteri retina dapat disingkirkan karena pasien tidak

mengeluhkan pengelihatan kabur yang hilang timbul (amaurosis

10 | C a s e P r e s e n t a t i o n – A b l a s i o R e t i n a

Page 11: Laporan Kasus II Ika Caesarina - Ablasio Retina

fugaks) dan pada pemeriksaan funduskopi tidak ditemukan gambaran

khas yaitu cherry red spot.

Kekeruhan dan perdarahan kaca dapat disingkirkan karena pada

pemeriksaan funduskopi karena tidak ditemukan gambaran bayangin

hitam yang menutupi retina.

Dari penjelasan di atas, diagnosis yang paling mendekati pada kasus ini

adalah ablasio retina. Hal ini sesuai dengan keluhan pasien yang

menyatakan bahwa pengelihatan mata kanan kabur mendadak tanpa rasa

nyeri dan mata merah sebelumnya dan keluhan bahwa ada bagian

pengelihatan mata kanan pasien yang bergerak-gerak. Walaupun dari

anamnesis diagnosa lebih mengarah ke ablasio retina, harus tetap

dilakukan permeriksaan status lokalis dan pemeriksaan penunjang untuk

memastikan diagnosa ablasio retina. Bentuk ablasio retina ada 3 macam

yaitu ablasio retina regmentosa, ablasio retina eksudatif, dan ablasio retina

retina traksi. Hanya berdasarkan anamnesis yang disampaikan pasien,

akan sulit mengarahkan diagnosa ablasio retina yang lebih spesifik ke

salah satu dari klasifikasi ablasio retina tersebut.

B. Ada bagian pengelihatan mata kanan pasien seperti bergerak-gerak

Keluhan bahwa ada bagian pengelihatan mata kanan pasien seperti

bergerak-gerak kemungkinan adalah floaters. Floaters merupakan

timbulnya gambaran yang dapat berupa seperti benang – benang, jaring

laba – laba, titik –titik atau benda yang berterbangan. Munculya gejala

floaters ini dapat terjadi akibat karena adanya kekeruhan di vitreous oleh

adanya darah atau lapisan sel kerucut dan sel batang yang lepas atau

degenerasi vitreus itu sendiri. Pada kasus ini, gambaran floaters yang di

alami pasien dapat diangap sebagai gambaran adanya lapisan sel kerucut

dan sel batang dari sel epitel pigmen, hal ini dapat dibuktikan dengan

pemeriksaan funduskopi. Gambaran floaters yang biasanya dikeluhkan

oleh pasien dengan ablasio retina adalah gambaran seperti gorden yang

bergerak-gerak yang menghalangi pengelihatan ( dark curtain).

11 | C a s e P r e s e n t a t i o n – A b l a s i o R e t i n a

Page 12: Laporan Kasus II Ika Caesarina - Ablasio Retina

C. Pengelihatan mata kanan seperti melihat ada kilatan cahaya silau

berwarna-warni satu minggu yang lalu

Pengelihatan mata kanan seperti melihat ada kilatan cahaya silau

berwarna-warni ini dapat diarahkan pada beberapa kemungkinan yaitu

halo atau photopsia. Halo merupakan keluhan seperti melihat warna

pelangi disekitar sumber sinar yang dilahat, hal ini biasanya dikeluhkan

oleh pasien dengan katarak. Sedangkan keluhan pada pasien ini lebih

sesuai diarahkan ke photopsia. Photopsia merupakan gambaran seperti

kilatan-kilatan cahaya pada pengelihatan pasien. Kejadian photopsia ini

dapat dihubungkan dengan retinal detachment, migrane aura, dan

opthalmopathic hallucinations. Pada ablasio retina, gambaran photopsia

ini disebabkan karena discharge impuls elekrik dari retina yang

disampaikan ke otak sehingga otak menginterpretasikannya sebagai suatu

gambaran kilatan.

D. Hasil pemeriksaan status lokalis pada mata kanan

Pemeriksaan status lokalis pada mata kanan pasien ditemukan visus 1/ ∞

sc dan light projection baik, TIO per palpasi kesan lunak dan TIO dengan

tonometri schiotz sebesar <7mmHg, gambaran funduskopi adalah retinal

detachment hampir total (dari arah pukul 3 hingga pukul 11), ada bagian

retina yang berwarna biru keabu-abuan dan ada bagian retina yang

berwarna pucat, papil NII bulat dan batas tegas, gambaran vaskuler sulit

dinilai.

Hasil pemeriksaan status lokalis visus visus 1/ ∞ sc dan light projection

baik ini disebabkan karena kemungkinan ada kelainan pada retina yaitu

sesuai dengan diagnosis utama yang disampaikan di atas adalah ablasio

retina. Adanya gambaran retinal detachment pada pemeriksaan

funduskopi mengisyaratkan telah terjadi pelepasan retina atau ablasio

retina. Gambaran tersebut nampak sebagai daerah berwarna pucat dengan

atau tanpa robekan retina. Pada kasus ini gambaran retinal detachment

hampir total (dari arah pukul 3 hingga pukul 11), gambaran yang

12 | C a s e P r e s e n t a t i o n – A b l a s i o R e t i n a

Page 13: Laporan Kasus II Ika Caesarina - Ablasio Retina

berwarna biru keabu-abuan pada pemeriksaan funduskopi merupakan

bagian retina yang diperkirakan mengalami ablasio. Dari gambaran

tersebut dapat diperkirakan bahwa apabila ada robekan, maka robekan

(tear) yang terjadi kemungkinan ada di daerah sekitar upper temporal

quadrant (di sekitar pukul 11). Karena cairan vitreous akan masuk ke

robekan tersebut dan mengikuti arah gravitasi dan retinal detachment

ditemukan lebih banyak di daerah lower quadrant pada pemeriksaan

funduskopi.

Tekanan intraokuler yang rendah juga merupakan tanda yang ditemukan

pada ablasio retina. Ocular hypotony ini dapat ditemukan pada berbagai

penyakit seperti post-operative endoftalmitis, giant cell arteritis, hifema,

laserasi kornea skleral, edema makula, retinal detachment, uveitis.

Berdasarkan anamnesis dan hasil pemeriksaan status lokalis, maka

diagnosa yang paling mendekati adalah ablasio retina.

E. Hasil pemeriksaan status lokalis pada mata kiri

Pemeriksaan status lokalis pada mata kanan pasien ditemukan visus 6/19

sc dan 6/18 cc. Hal ini menunujukan bahwa kemungkinan pasien

menderita kelainan refraksi pada mata kiri. Ada keungkinan bahwa mata

kanan pasien juga mengalami kelainan refraksi juga. Ada hubungan

anara kelainan refraksi dengan kejadian retinal detachment. Miopi

merupakan salah satu faktor predesposisi pada ablasio retina terutama

miopi aksial (miopi karena anatomi). Pada miopi anatomi biasanya

ukuran bola mata lebih lonjong. Hal ini yang menyebabkan lapisan retina

mudah terenggang dan menyebabkan retinal detachment.

F. Assessment

Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, tanda dan gejala yang terdapat

pada pasien mengarahkan pada Ablasio Retina. Diagnosa ini dipilih karena

sesuai dengan keluhan pasien Pengelihatan mata kanan kabur mendadak

tanpa ada keluhan sebelumnya seperti nyeri maupun mata merah, tanpa

riwayat trauma mata, dan riwayat hipertensi atau diabetes mellitus disangkal.

13 | C a s e P r e s e n t a t i o n – A b l a s i o R e t i n a

Page 14: Laporan Kasus II Ika Caesarina - Ablasio Retina

Keluhan lain yang menyatakan ada bagian dari pengelihatannya bergerak-

gerak dan melihat kilatan cahaya silau yang kemungkinan merupakan

photopsia. Selain itu, hal yang menguatkan adalah TIO yang rendah dan

gambaran retinal detachment pada pemeriksaan funduskopi.

Diagnosis Kerja:

- Ablasio Retina OD

G. Planning

A. Usulan Pemeriksaan Lanjutan

− Pemeriksaan Funduskopi Indirect, Scleral Indentation,

Goldmann three miror examination

Semua pemeriksaan di atas memiliki tujuan yang sama. Pemeriksaan

funduskopi indirect, scleral indentation, Goldmann three miror

examination ini dapat dilakukan untuk melihat gambaran retina yang

lebih luas dan retinal detachment yang lebih jelas, terutama untuk

mencari apakah terdapat robekan (tear) pada retina.

Funduskopi Indirek

Pemeriksaan funduskopi, salah satu cara terbaik untuk

mendiagnosis ablasio retina dengan menggunakan binokuler

indirek oftalmoskopi. Pada pemeriksaan ini ablasio retina dikenali

dengan hilangnya refleks fundus dan pengangkatan retina. Retina

tampak keabu-abuan yang menutupi gambaran vaskuler koroid.

Jika terdapat akumulasi cairan bermakna pada ruang subretina,

didapatkan pergerakkan undulasi retina ketika mata bergerak.

Suatu robekan pada retina terlihat agak merah muda karena

terdapat pembuluh koroid dibawahnya. Mungkin didapatkan

debris terkait pada vitreus yang terdiri dari darah dan pigmen atau

ruang retina dapat ditemukan mengambang bebas.

Prinsip funduskopi indirek adalah melihat sifat bayangan retina

secara terbalik, lapang pandang terhadap retina lebih luas, hasil

14 | C a s e P r e s e n t a t i o n – A b l a s i o R e t i n a

Page 15: Laporan Kasus II Ika Caesarina - Ablasio Retina

funduskopi akan melihat retina secara lebih luas dan

stereoskopik, dan dapat lebih jelas memperlihatkan gambaran

fundus walau media agak keruh. Hal ini menjadi pemeriksaan

yang penting dilakukan pada ablasio retina untuk mendapatkan

gambaran retina yang lebih jelas.

Scleral Indentation

Scleral indentation merupakan pemeriksaan yang menggunakan

funduskopi indirek untuk mendapatkan gambaran yang jelas pada

bagian perifer retina. Hal ini dilakukan dengan memberikan

tekanan sedikit pada bagian skleral dan menilai bagian retina

perifer dengan funduskopi indirek.

Goldmann three miror examination

Goldmann three miror examination merupakan pemeriksaan yang

lebih canggih untuk menilai keadaan retina menggunakan

peralatan khusus yang terdiri dari 3 kaca sehingga lapang

pandang terhadap retina lebih luas dan jelas.

− Pemeriksaan Electroretinogram (ERG)

Pemeriksaan ini dapat dilakukan untuk menilai dan memastikan

terjadinya retinal detachment. Alat ini mengukur respon elektronik

dari berbagai lapisan sel di retina. Jika didapatkan respon yang baik

setelah dilakukan ERG, maka retina kemungkinan sudah melekat,

tapi jika respon listrik dari retina lemah, kemungkinan masih ada

retinal detachment.

− Pemeriksaan USG

Pemeriksaan USG dilakukan untuk menilai anatomi mata hingga ke

segmen posterior. Pada kasus ini untuk melihat adanya retinal

detachment. Okular B-Scan ultrasonografi juga digunakan untuk

mendiagnosis ablasio retina dan keadaan patologis lain yang

15 | C a s e P r e s e n t a t i o n – A b l a s i o R e t i n a

Page 16: Laporan Kasus II Ika Caesarina - Ablasio Retina

menyertainya seperti proliverative vitreoretinopati, benda asing

intraokuler. Selain itu ultrasonografi juga digunakan untuk

mengetahui kelainan yang menyebabkan ablasio retina eksudatif

misalnya tumor dan posterior skleritis.

B. Tatalaksana

- Tatalaksana Non-operatif

Bedrest total

- Tatalaksana Operatif

Menciptakan adhesi kuat korioretina sepanjang robekan

(diathermi, krioterapi, fotokoagulasi laser)

Mendorong retina ke dinding bola mata (tamponade

intraokular dengan gelembung gas/retinopeksi pneumatik)

Mendekatkan dinding bola mata dan retina yang robek

(sclera buckle)

H. KIE

- Pasien disarankan untuk tirah baring total sekitar selama satu bulan untuk

mencegah ablaio retina yang semakin meluas.

- Pasien juga di edukasi mengenai penyebab adanya gambaran seperti

bagian pengelihatan yang bergerak-gerak dan pengelihatan seperti kilatan

cahaya.

- Menyampaikan pada pasien bahwa tatalaksana yang dapat dilakukan

segera adalah tindakan operatif untuk mencegah keadaan penyakit pada

mata kanan pasien yang bisa meluas dan semakin menggangu pengelihatan

pasien.

I. Prognosis

Prognosis pada pasien ini, meliputi :

Prognosis pengelihatan (ad functionam)

Malam

Prognosis nyawa (ad vitam)

Bonam

16 | C a s e P r e s e n t a t i o n – A b l a s i o R e t i n a

Page 17: Laporan Kasus II Ika Caesarina - Ablasio Retina

BAB IV

RINGKASAN AKHIR

Pasien seorang laki-laki, usia 54 tahun, datang dengan keluhan pengelihatan

mata kanan kabur sejak 1 bulan yang lalu. Pasien mengeluh bahwa pengelihatan

mata kanan kabur mendadak, tanpa ada keluhan sebelumnya seperti nyeri maupun

mata merah. Pasien menyatakan bahwa pada pengelihatan mata kanan pasien

tampak seperti ada bagian dari pengelihatannya yang bergerak-gerak. Pasien

merasakan pengelihatan mata kanan seperti melihat ada kilatan cahaya silau

berwarna-warni sekitar satu minggu yang lalu.

Pada pemeriksaan fisik status lokalis mata kanan, visus 1/ ∞ sc dan light

projection baik, TIO per palpasi kesan lunak dan TIO dengan tonometri schiotz

sebesar <7mmHg, gambaran funduskopi adalah retinal detachment hampir total

(dari arah pukul 3 hingga pukul 11), ada bagian retina yang berwarna biru keabu-

abuan dan ada bagian retina yang berwarna pucat, papil NII bulat dan batas tegas,

gambaran vaskuler sulit dinilai. Pasien di diagnosis dengan Ablasio Retina OD.

Rencana pemeriksaan tambahan adalah pemeriksaan funduskopi indirek, scleral

indentation, Goldmann miror examination, pemeriksaan electroretinogram

(ERG), dan CT scan. Rencana tatalaksana sementara untuk pasien adalah

tatalaksana medis non-operatif berupa bedrest total. Dan dapat dipertimbangkan

rencana tatalaksan operatif seperti diathermi, krioterapi, fotokoagulasi laser ,

tamponade intraokular dengan gelembung gas/retinopeksi pneumatik , dan sclera

buckle . Prognosis penyakit mata dan visus pasien malam.Prognosis fungsional

bonam.

17 | C a s e P r e s e n t a t i o n – A b l a s i o R e t i n a

Page 18: Laporan Kasus II Ika Caesarina - Ablasio Retina

DAFTAR PUSTAKA

1. Allan L. Pelletier & Jeremy thomas. 2009. Vision Loss in Older Persons.

Tennessee, Memphis : University of Tennessee Health Science Center.

American Family Pgysician : Volume 79, Number 11. Available at :

www.aafp.org/afp (Accessed 22th July 2012)

2. Bradford C. 2004. Basic Ophtalmology. 8th Edition. San Fransisco-

American Academy of opthalmology

3. Gerhand K. 2004. Lang. Ophtalmology : A Pocket Book Atlas. 2nd Edition.

Germany : Theime.

4. Iljas, S. 2007. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia

5. J.Kankski. 2010 . Signs in Ophthalmology : Causes and Differential

Diagnosis. United Kingdom : Elsevier.

6. J.Kanski & Bowling. 2011. Clinical Opthalmology : A Systemic Approach.

7th Edition. United Kingdom : Elsevier.

7. Perdami.2006. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum & Mahasiswa

Kedokteran. Perdami

8. Sheila P Sanders, MD. 2012. Ocular Hypotony. University of Kentucky of

Medicine : Departement of Ophthalmology. Available at :

http://emedicine.medscape.com/article/1207657-differential (Accessed 22th

July 2012)

9. Vaughan & Asbury dkk. 2010. Oftalmologi Umum, Jakarta: EGC.

18 | C a s e P r e s e n t a t i o n – A b l a s i o R e t i n a