Laporan Kasus CA Mammae
description
Transcript of Laporan Kasus CA Mammae
BAB I
PENDAHULUAN
A. EMBRIOLOGI MAMMAE
Payudara sebagai kelenjar subkutis mulai tumbuh sejak minggu keenam masa
embrio, yaitu berupa penebalan ektodermal sepanjang garis yang disebut garis susu yang
terbentang dari aksila sampai ke region inguinal. Pada manusia, golongan primate gajah,
dan ikan duyung, dua pertiga kaudal dari garis tersebut segera menghilang dan tinggal
bagian dada saja yang berkembang menjadi cikal bakal payudara.1,2
Beberapa hari setelah lahir, pada bayi dapat terjadi pembesaran payudara
unilateral atau bilateral diikuti dengan sekresi cairan keruh. Keadaan yang disebut
mastitis neonatorum ini disebabkan oleh berkembangnya sistem duktus dan tumbuhnya
asinus serta vaskularisasi pada stroma yang dirangsang secara tidak langsung oleh
tingginya kadar estrogen ibu di dalam sirkulasi darah bayi. Setelah lahir, kadar hormone
ini menurun, dan ini merangsang hipofisis untuk memproduksi prolaktin. Prolaktin inilah
yang menimbulkan perubahan pada payudara.3
B. ANATOMI MAMMAE
Gambar 1. Anatomi Mammae
Kelenjar susu merupakan sekumpulan kelenjar kulit. Pada bagian lateral atasnya,
jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya ke arah aksila, disebut penonjolan Spence
atau ekor payudara. 1,3
Setiap payudara terdiri atas 12 sampai 20 lobulus kelenjar yang masing-masing
mempunyai saluran ke papilla mamma, yang disebut duktus laktiferus. Di antara kelenjar
susu dan fasia pektoralis, juga di antara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat
jaringan lemak. Di antara lobules tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum
cooper yang memberi rangka untuk payudara.4
Pendarahan payudara terutama berasal dari cabang a.perforantes anterior dari a.
mamaria interna, a.torakalis lateralis yang bercabang dari a.aksilaris, dan beberapa
a.interkostalis.1,2
Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan
n.interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri diurus oleh saraf simpatik. Ada
beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit paralisis dan mati rasa
pascabedah, yakni n.interkostobrakialis dan n.kutaneus brakius medialis yang mengurus
sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas. Pada diseksi aksila, saraf ini
sedapat mungkin disingkirkan sehingga tidak terjadi mati rasa di daerah tersebut.4,6
Saraf n.pektoralis yang mengurus m.pektoralis mayor dan minor, n.torakodorsalis
yang mengurus m.latisimus dorsi, dan n.torakalis longus yang mengurus m.serratus
anterior sedapat mungkin dipertahankan pada mastektomi dengan diseksi aksila. 1,2
Penjalaran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksilla, sebagian lagi ke
kelenjar parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula
penjalaran yang ke kelenjar interpektoralis. Pada aksila terdapat rata-rata 50 (berkisar dari
10 sampai 90) buah kelenjar getah bening yang berada di sepnjang arteri dan vena
brakialis. Saluran limf dari seluruh payudara menyalir ke kelompok anterior aksila,
kelompok sentral aksila, kelenjar aksila bagian dalam, yang lewat sepanjang v.aksilaris
dan yang berlanjut langsung ke kelenjar servikal bagian kaudal dalam di fossa
supraklavikuler.1,2,4
Jalur limf lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang selain menuju ke
kelenjar sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke aksila kontralateral, ke
m.rektus abdominis lewat ligamentum falsiparum hepatis ke hati, pleura, dan payudara
kontralateral.3,4
Gambar 2. Anatomi Mammae
C. FISIOLOGI MAMMAE
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormone.
Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa
fertilitas sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak pubertas pengaruh estrogen dan
progesterone yang diproduksi ovarium dan juga hormone hipofise, telah menyebabkan
duktus berkembang dan timbulnya asinus.2,4
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke-8
haid, payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi
pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama
beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan
fisik, terutama palpasi tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu, pemeriksaan foto
mamografi tidak berguna Karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu haid mulai,
semuanya berkurang.4
Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan,
payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan
tumbuh duktus baru.1,2
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu
diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke
puting susu.3
D. PATOFISIOLOGI MAMMAE
Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada
sistem duktal, mula – mula terjadi hiperplasia sel – sel dengan perkembangan sel – sel
atipik. Sel - sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma insitu dan menginvasi stroma.
Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai
menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba ( kira – kira berdiameter 1 cm). Pada
ukuran itu kira – kira seperempat dari carsinoma mammae telah bermetastasis. Carsinoma
mammae bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga
melalui saluran limfe dan aliran darah.5
Gambar 4. Ca Mammae
E. PENYEBAB DAN FAKTOR PREDISPOSISI
Menurut C. J. H. Van de Velde
1. Ca Payudara yang terdahulu
Terjadi malignitas sinkron di payudara lain karena mammae adalah organ berpasangan.
2. Keluarga
Diperkirakan 5 % semua kanker adalah predisposisi keturunan ini, dikuatkan bila 3
anggota keluarga terkena carsinoma mammae.
3. Kelainan payudara (benigna)
Kelainan fibrokistik ( benigna ) terutama pada periode fertil, telah ditunjukkan bahwa
wanita yang menderita / pernah menderita yang proliferatif sedikit meningkat.
4. Makanan, berat badan dan faktor resiko lain
Status sosial yang tinggi menunjukkan resiko yang meningkat, sedangkan berat badan
yang berlebihan ada hubungan dengan kenaikan terjadi tumor yang berhubungan dengan
estrogen pada wanita post menopouse.
5. Faktor endokrin dan reproduksi
- Graviditas matur kurang dari 20 tahun dan graviditas lebih dari 30 tahun
- Menarche kurang dari 12 tahun.
6. Obat anti konseptiva oral
- Penggunaan pil anti konsepsi jangka panjang lebih dari 12 tahun mempunyai resiko
lebih besar untuk terkena kanker.6
F. TANDA DAN GEJALA
a. Benjolan atau penebalan pada payudara. Ditemukan pada wanita itu sendiri akan
tetapi kebanyakan ditemukan kebetulan tidak dengan pemeriksaan SADARI.
b. Pada tahap lanjut, kulit cekung (lesung), retraksi atau deviasi puting susu nyeri
- Nyeri tekan atau raba khususnya berdarah dari puting
- Kulit peau d’orange
- Kulit tebal dengan pori-pori menonjol seperti kulit jeruk
- Ulserasi pada payudara
c. Bila sudah metastasis
-Nyeri pada bahu, pinggang, bahu bagian bawah atau pelvis
-Bentuk menetap
-Anoreksia
-Gangguan pencernaan
-Pusing, penglihatan kabur dan sakit kepala
d. Pembesaran kelenjar getah bening (Gale. 1991:128)
Gambar 5. Ca Mammae
G. STADIUM KARSINOMA MAMMAE
Stadium-stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat
mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah tingkat
penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat
jauh. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak.
Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan
pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA, Rontgen, USG, dan bila
memungkinkan dengan CT Scan, scintigrafi dll. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium,
namun yang paling banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistim
TNM yang direkomendasikan oleh UICC (International Union Against Cancer dari WHO atau
World Health Organization) / AJCC(American Joint Committee On cancer yang disponsori oleh
American Cancer Society dan American College of Surgeons). Pada sistim TNM dinilai tiga
faktor utama yaitu "T" yaitu Tumor size atau ukuran tumor, "N" yaitu Node atau kelenjar getah
bening regional dan "M" yaitu metastasis atau penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, M dinilai
baik secara klinis sebelum dilakukan operasi , juga sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan
histopatologi (PA). Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut :
• T (Tumor size), ukuran tumor :
* T 0 : tidak ditemukan tumor primer
* T 1 : ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang
* T 2 : ukuran tumor diameter antara 2-5 cm
* T 3 : ukuran tumor diameter > 5 cm
* T 4 : ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding dada atau
pada keduanya , dapat berupa borok, edema atau bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada
benjolan kecil di kulit di luar tumor utama
• N (Node), kelenjar getah bening regional (kgb) :
* N 0 : tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak / aksilla
* N 1 : ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan
* N 2 : ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan
* N 3 : ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula) atau pada kgb di mammary
interna di dekat tulang sternum
• M (Metastasis) , penyebaran jauh :
* M x : metastasis jauh belum dapat dinilai
* M 0 : tidak terdapat metastasis jauh
* M 1 : terdapat metastasis jauh
Setelah masing-masing faktot T, N, M didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian digabung dan
didapatkan stadium kanker sebagai berikut :
* Stadium 0 : T0 N0 M0
* Stadium 1 : T1 N0 M0
* Stadium II A : T0 N1 M0 / T1 N1 M0 / T2 N0 M0
* Stadium II B : T2 N1 M0 / T3 N0 M0
* Stadium III A : T0 N2 M0 / T1 N2 M0 / T2 N2 M0 / T3 N1 M0 / T2 N2 M0
* Stadium III B : T4 N0 M0 / T4 N1 M0 / T4 N2 M0
* Stadium III C : Tiap T N3 M0
* Stadium IV : Tiap T-Tiap N -M1. 1,2
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) secara teratur setiap bulan deteksi dini
kanker, tumor. Dilakukan pada wanita berusia di atas 20 tahun.
b. Mamografi., pemeriksaan sinar-X payudara untuk mengidentifikasi kanker sebelum
benjolan pada payudara diraba dianjurkan untuk 40 tahun ke atas.
c. Pemeriksaan USG untuk membedakan lesi/tumor.
d. Pemeriksaan USG untuk histopatologis
e. Termografi adalah cara pemeriksaan menggunakan sinar infrared.
f. Ultrasonografi adalah memeriksa berdasarkan pemantulan gelombang suara, hanya
dapat membedakan lesi / tumor yang solid dan kistik dan ukuran lesi dapat lebih akurat.
Alat yang digunakan sebaiknya berfrekwensi 7,5 mHZ hingga 10 mHZ bahkan lebih dari
10 mHZ.
g. Xerografi adalah suatu “fotoelectri imaging system” berdasarkan pengetahuan
xerografi.
h. Seintimammografi adalah teknik pemeriksaan radionuklir dengan menggunakan radio
isotop Tc 99 sestamibi yang dilabel dengan keloid dengan ukuran 50-200 nm karena akan
mempengaruhi jalannya radio isotop ke sel getah bening.1,3
I. PENATALAKSANAAN
a. Mastektomi atau lumpektomi, dengan diseksi kelenjar getah bening aksila
b. Radiasi atau antiestrogen untuk tumor yang + reseptor estrogennya
c. Rekonstruksi payudara
d. Pemberian konseling dan dukungannya (J. Corwin, 2000 : 659)
e. Pembedahan / Biopsi
Terjadinya untuk menemukan bila ada masa malignansi dan kanker payudara tersebut.
Ada dua jenis prosedur :
1) Prosedur satu tahap dilakukan dengan anastesi umum dengan potongan beku cepat.
2) Prosedur dua tahap dilakukan dengan anastesi lokal dan tersebut dipulangkan ke
rumah.
f. Terapi Radiasi
Sebagai pengobatan primer untuk kanker payudara tahap satu dan dua
g. Kemoterapi. 1,2,3
Gambar 6. Mastektomi
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Penderita
Nama : Ny. Y D
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 52 tahun
Tempat dan tanggal lahir : Manado, 17 Januari 1961
Alamat : Bunia Dsn III Bolmong
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : Tamat SLTA
Agama : Kristen Protestan
Tanggal masuk rumah sakit : 16 Mei 2013
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Benjolan pada payudara kanan disertai kelemahan umum
2. Riwayat penyakit sekarang
Benjolan pada payudara kanan dialami penderita sejak ± 4 thn yang lalu. Awalnya benjolan
berukuran kecil seperti kelereng, lama kelamaan bertambah besar. 2 bulan yang lalu mulai terjadi
luka pada benjolan. Muntah (+) 3x, demam (-), pasien merasa sesak bila duduk. Pasien sudah
disarankan dioperasi 4 tahun yang lalu tapi menolak. Pasien dirujuk dari RS Bintauna dengan
kelemahan umum. Infus terpasang.
3. Riwayat penyakit dahulu: Disangkal
4. Riwayat penyakit keluarga: Hanya penderita yang sakit seperti ini.
5. Riwayat sosial: Menikah, punya anak.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Lemah
2. Kesadaran
Compos mentis, GCS E₄V₅M₆
3. Vital sign
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Frekuensi nadi : 72 kali/menit
Frekuensi pernapasan : 20 kali/menit
Suhu badan : 36,8°C
4. Kepala
Konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-)
5. Leher
Pembesaran kelenjar getah bening supraclavicular dextra ukuran 3x2 cm fixed.
6. Thoraks
Mammae
Regio mammae dextra : Benjolan ukuran 38x24 cm, batas tegas, konsistensi keras,
permukaan berbenjol-benjol, retraksi puting(-), peau d’orange (-), pembesaran KGB (-).
Pulmo
Inspeksi : Gerak pernapasan kiri<kanan
Auskultasi : Suara pernapasan kiri<kanan
Palpasi : Stem fremitus kiri<kanan
Perkusi : Kanan--> sonor, kiri redup.
7. Abdomen
Tidak ada kelainan.
D. Pemeriksaan X-photo Thorax
Gambar 7. X-photo thorax penderita.
Hasil : Ditemukan efusi pleura kiri.
E. Diagnosis
Carsinoma mammae metastasis (T₄ N₃ M₁)
F. Sikap
Pro kemoterapi
Rawat Luka
Transfusi PRC
Ceftriaxone
Antrain
Rencana periksa DL, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, Na, K, Cl, GDS,
Screening.
Rencana periksa X-Foto thorax A-P tegak.
Rencana USG Abdomen
Rencana periksa PA.
G. Follow up
1 Januari 2011 – 2 Januari 2011
S : Lemah
O : TD: 110/70; N: 80x/mnt; RR:22x/mnt; Sb:36,8°
Conj.anemis (+)
Regio mammae dekstra: benjolan (+)
Regio mammae sinistra: ulkus (+)
A : Ca Mammae sinistra (T₄N₃M₁)
P : IVFD NaCl 20 gtt/mnt
Transfusi PRC 1 bag/hr sampai Hb ≥ 10g/dl
MST 30 mg 1x1 tab
Rawat luka
USG abdomen, X-foto thoraks
3 Januari 2011 – 5 Januari 2011
S : Belum transfusi
O : TD: 90/60 Nadi:80x/mnt RR:22x/mnt Sb: 36,8°
Regio mammae dekstra et sinistra: benjolan (+), ulkus (+)
A : Ca mammae sinistra ((T₄N₃M₁)
P : IVFD NaCl 20 gtt/mnt
Transfusi PRC 1 bag/hari sampai Hb ≥ 10 g/dl
MST 30 mg 1x1 tab
Aspan K 2x1 tab
Rawat luka
X-foto thoraks, USG abdomen.
6 Januari 2011
S : Lemah
O : TD:100/70 Nadi:84x/mnt RR: 24x/mnt Sb:36,6°
Kep. : conj.anemis (+), sclera ikterus (-)
Thoraks : I : simetris ki=ka
Regio mammae sinistra: tampak benjolan uk. 20x15 cm, nyeri tekan (-),
kenyal, ulkus (+), jaringan nekrotik (+), pus (+).
Au : Sp ki=ka
Pa : SF ki=ka
Pe : Sonor ki=ka
A : Ca mammae sinistra (T₄ N₃ M₁)
P : Rencana transfusi PRC sampai Hb ≥ 10g/dl
Terapi lanjut
7 Januari 2011
S : lemah (+)
O : TD:110/70 Nadi:80x/mnt RR:22x/mnt Sb:36,8°
Kep. : conj.anemis (+); sclera ict. (-)
Thoraks: I: Simetris ki=ka
Regio mammae sinistra : benjolan ukuran 25x20 cm, kenyal (+), Nyeri
tekan (-), ulkus (+), jaringan nekrotik (+), pus (+), perdarahan aktif (-),
permukaan tidak rata (+).
Aus: Sp ki=ka
Pa : SF ki=ka
Pe : Sonor
A : Ca mammae sinistra (T₄ N₃ M₁)
P : IVFD RL
Rencana transfusi PRC sampai Hb ≥ 10 g/dl
Rawat luka
8 Januari 2011 – 9 Januari 2011
S :Lemah, luka di payudara kiri, batuk (+)
O : TD : 110/70, N: 76x/mnt, RR: 22x/mnt, Sb: 36,8°
Regio mammae sinistra : Benjolan (+), ulkus (+), kenyal (+), Nyeri tekan (+), jaringan
nekrotik (+), pus (+), perdarahan aktif (-).
A : Ca mammae sinistra (T₄ N₃ M₁)
P : Terapi lanjut + Bisolvon 3x1
10 Januari 2011 – 20 Januari 2011
S : benjolan dan luka di payudara kiri
O : TD: 100/70 N:80x/mnt RR:22x/mnt Sb:36,7°
Conj.anemis (-)
Regio mammae sinistra: Benjolan (+), ulkus(+), kenyal(+), Nyeri tekan (+), jaringan
nekrotik (+), pus(+), perdarahan aktif(-).
Regio mammae dekstra: Benjolan (+)
A : Ca mammae sinistra (T₄ N₃ M₁)
P : Terapi lanjut
Observasi
21 Januari 2011 – 28 Januari 2011
S : Sesak (+)
O : TD: 100/70 ; HR: 102x/mnt; RR: 28x/mnt; Sb:36,8°
Conj.anemis (+)
Regio mammae dekstra: benjolan (+)
Regio mammae sinistra: benjolan (+), ulkus (+), nyeri tekan (+), jaringan nekrotik (+),
pus (+), perdarahan aktif (-).
A : Ca mammae sinistra (T₄ N₃ M₁)
P : Terapi lanjut
Observasi
BAB III
DISKUSI
Karsinoma mammae merupakan pertumbuhan baru yang ganas terdiri dari sel-sel
epithelial yang cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbulkan metastasis, di
payudara. Karsinoma mammae paling banyak diderita oleh wanita di negara barat, yaitu sekitar
32% dari seluruh keganasan pada wanita, merupakan penyebab kematian nomor dua pada
wanita. Di Indonesia, kanker payudara merupakan kanker pada wanita terbanyak setelah kanker
mulut rahim. Insidensi kira-kira 18 per 100.000 penduduk wanita dan kebanyak ditemukan sudah
dalam stadium lanjut. Kanker payudara yang mempunyai predisposisi keturunan ini biasanya
diderita oleh penderita dengan usia muda, penderita kanker payudara bilateral, penderita dengan
riwayat keluarga tumor positif.
Karsinoma mammae jarang sebelum umur 25 tahun dan tidak biasa sebelum umur 30
tahun, tetapi insidensinya meningkat dengan cepat setelah umur 30 tahun dengan rata-
rata medium age 60 tahun. Penyakit ini terutama mengenai wanita, kanker mammae pada pria
hanya sekitar 1 %.
Pada kasus ini, diagnosa ditegakkan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang lainnya. Pada anamnesa didapatkan bahwa penderita adalah seorang
perempuan berusia 51 tahun. Penderita datang dengan keluhan utama kelemahan umum dan
timbul benjolan di payudara kiri mudah berdarah disertai dengan sesak nafas. Kelemahan umum
dialami penderita sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya penderita mengeluh timbul benjolan tanpa
disertai nyeri sejak 3 tahun sebelum masuk RS. Benjolan kecil lama kelamaan menjadi besar
dan timbul luka 3 bulan yang lalu. Penderita mengeluh nyeri kepala dan nyeri tulang-tulang
serta nafsu makan menurun. Riwayat penurunan BB (+) dalam beberapa bulan terakhir.
Penderita sudah pernah dilakukan kemoterapi 1 tahun yang lalu dan direncanakan untuk operasi
tetapi penderita tidak datang kontrol lagi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis, adanya pembesaran kelenjar
getah bening supraclavicular dextra ukuran 3x2 cm fixed. Pada regio mammae sinistra
ditemukan benjolan dan luka ukuran 20x15 cm, bau (+), nanah (+), darah(+), hiperemis
dibanding sekitar. Di regio mammae dextra teraba benjolan ukuran 2x2 cm, 1x1 cm, keras,
mobile. Di region brachii sinistra dan antebrachii sinistra ditemukan udem dan nyeri tekan. Di
regio axilla dextra teraba benjolan ukuran 3x2 cm. Pada pemeriksaan pulmo ditemukan antara
lain dengan inspeksi terlihat gerak pernapasan kiri<kanan, pada auskultasi ditemukan suara
pernapasan kiri<kanan, pada palpasi ditemukan stem fremitus kiri<kanan dan pada perkusi
ditemukan pulmo kanan sonor dan pulmo kiri redup.
Pada pemeriksaan penunjang dengan foto thoraks didapatkan hasil adanya efusi pleura.
Penanganan pada penderita ini sudah bersifat paliatif, yaitu terutama untuk mengurangi
penderitaan penderita dan memperbaiki kualitas hidup.