Laporan Kabin Skabies Padang Pasir

download Laporan Kabin Skabies Padang Pasir

of 27

Transcript of Laporan Kabin Skabies Padang Pasir

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangRumah merupakan tempat tinggal bagi suatu keluarga yang berfungsi sebagai tempat perlindungn untuk memberikan keamanan, tempat untuk beristirahat, tempat menjalin hubungan antar anggota keluarga, tempat pengembangan anak, penyediaan kebutuhan keluarga termasuk makanan, minuman, mandi, mencuci dan sebagainya. Oleh karena itu keberadaan rumah yang sehat, aman, serasi dan teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.Rumah dan lingkungan yang tidak sehat serta perilaku yang tidak sehat dapat menyebabkan dan menularkan penyakit bagi penghuninya. Salah satunya adalah penyakit kulit. Hal ini dapat disebabkan karena banyaknya tempat-tempat kotor sebagai sarang dari tungau/kutu kulit, kelembapan yang tinggi menyebabkan jamur mudah berkembang, dan anggota keluarga yang ramai dan tidak sesuai dengan ukuran rumah memudahkan penularan penyakit kulit.Selain kondisi rumah itu sendiri, lingkungan yang sehat juga dilihat dari sarana sanitasi rumah yang meliputi sumber air bersih, pembuangan limbah rumah tangga, dan tempat pembuangan tinja/ kotoran manusia.Salah satu penyakit kulit yang sering ditemukan pada keluarga atau kelompok masyarakat dengan lingkungan yang kurang sehat adalah skabies atau yang sering disebut oleh masyarakat sebagai penyakit kudis atau budukan. Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap tungau Sarcoptes scabiei var, hominis dan produknya. Cara penularannya bisa karena kontak langsung dengan penderita atau melalui perantara, seperti pakaian, handuk, bantal, sprei, dan lain-lain. Penyakit ini ditandai dengan gatal-gatal yang sangat hebat terutama pada malam hari, menyerang manusia secara berkelompok, dan membentuk terowongan pada kulit manusia.Pelayanan kesehatan primer memegang peranan penting pada penyakit skabies dalam hal penegakan diagnosis pertama kali, terapi yang tepat, dan edukasi komunitas dalam pencegahan penyakit dan menularnya penyakit ke komunitas, karena penyakit ini mudah sekali menular terutama pada pemukiman yang padat. Transmisi atau perpindahan antar penderita dapat berlangsung melalui kontak kulit langsung yang erat dari orang ke orang. Hal tersebut dapat terjadi bila hidup dan tidur bersama, misalnya anak-anak yang mendapat infestasi tungau dari ibunya, hidup dalam satu asrama, atau para perawat. Selain itu perpindahan tungau juga dapat terjadi melalui kontak tidak langsung, yaitu melalui pakaian atau alat mandi yang digunakan bersamaUntuk itu dalam program keluarga binaan kali ini kami akan mencoba melakukan pembinaan pada salah satu keluarga yang di mana dalam keluarga tersebut terdapat kasus skabies. Penatalaksanaan kasus bertujuan mengidentifikasi masalah klinis pada pasien dan keluarga serta faktor-faktor yang berpengaruh, menyelesaikan masalah klinis pada pasien dan keluarga, dan mengubah perilaku kesehatan pasien dan keluarga serta mangajak partisipasi seluruh anggota keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan.

1.2 Tujuan Penulisan1. Mengindentifikasi masalah kesehatan pada keluarga yang menderita penyakit skabies2. Menentukan solusi untuk menangani setiap masalah kesehatan yang ditemukan pada pasien dan keluarganya1.3 Manfaat Penulisan1. Dapat menjadi masukan kepada masyarakat, petugas Puskesmas dan khususnya keluarga sebagai upaya untuk mencegah berkembangnya penyakit skabies di masyarakat.2. Sebagai bahan pembelajaran dan menambah pengetahuan penulis dalam menganalisa dan memberikan solusi pada permasalahan yang dihadapi oleh keluarga binaan penulis.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sinonim 6Kudis, The Itch, Gudig, Budukan, Gatal Agogo

2.2 Definisi 1Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya.

2.3 Epidemiologi 5,6Skabies ditemukan disemua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Di beberapa negara yang sedang berkembang prevalensi skabies sekitar 6-27 % populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja. Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain: sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologik. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam P.H.S. (Penyakit akibat Hubungan Seksual).

2.4 Etiologi 3,5,6Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S. Scabiei yang lainnya pada kambing dan babi. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata.Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkanyang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat. Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi diatas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50 . Bentuk betina yang telah dibuahi inidapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki.Larva ini dapat tinggal dalam terowongan,tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telursampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3-4 hari, kemudian larva meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur,sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi.Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7-14 hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulitpada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang.2.5 Patogenesis 3,5,6Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekretdan ekskrettungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.

2.6 Cara Penularan4,5,6Penyakit skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak taklangsung. Yang paling sering adalah kontak langsung dan erat atau dapat pula melalui alat-alat seperti tempat tidur, handuk, dan pakaian. Bahkan penyakit ini dapat pula ditularkan melalui hubungan seksual antara penderita dengan orang yang sehat. Di Amerika Serikat dilaporkan, bahwa skabies dapat ditularkan melalui hubungan seksual meskipun bukan merupakan akibat utama.Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan, atau apabila banyak orang yang tinggal secara bersama-sama disatu tempat yang relatif sempit. Apabila tingkat kesadaran yang dimiliki oleh banyak kalangan masyarakat masih cukup rendah, derajat keterlibatan penduduk dalam melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang, kurangnya pemantauan kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah penyediaan air bersih, serta kegagalan pelaksanaan program kesehatanyang masih sering kita jumpai, akan menambah panjang permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada.Penularan skabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat tidur yang sama di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas asrama dan pemondokan, serta fasilitas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh masyarakat luas.Di Jerman terjadi peningkatan insidensi, sebagai akibat kontak langsung maupun tak langsung sepert itidur bersama. Faktor lainnya fasilitas umum yang dipakai secara bersama-sama di lingkungan padat penduduk. Di beberapa sekolah didapatkan kasus pruritus selama beberapa bulan yang sebagian dari mereka telah mendapatkan pengobatan skabisid.

2.7 Gejala Klinis 1,3,6Ada 4 tanda cardinal Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.1. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).2. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papulatau vesikel. Jika timbul infeksi sekunderruam kulitnya menjadi polimarf (pustule, ekskoriasi, dan lain-lain). 3. Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiakbagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria)dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satuatau lebih stadium hidup tungau ini.Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut.

2.8 Klasifikasi3,4,5Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain :1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated)Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.2. Skabies incognitoBentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala dantanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit lain.3. Skabies NodularPada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya terdapat di daerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau skabies. Pada nodus yang berumurlebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selamabeberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.4. Skabies yang ditularkan melalui hewan.Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan skabiesmanusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4--8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya padamanusia.5. Skabies NorwegiaSkabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta,skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepalayang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasisangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembang biak dengan mudah.6. Skabies pada bayi dan anak.Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher,telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka.7. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden).Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidurdapat menderita skabies yang lesinya terbatas.

2.9 Diagnosis 3,4,6Diagnosis skabies ditegakkan atas dasar :1. Ada terowongan yang sedikit meninggi, berbentuk garis lurus atau berkelok-kelok, panjangnya beberapa millimeter sampai 1 cm dan pada ujungnya tampak vesikula, papula atau pustula.2. Tempat predileksi yang khas adalah sela jari, pergelangan tangan bagian volar, siku, lipat ketiak bagian depan, areola mammae, sekitarumbilicus, abdomen bagian bawah, genitalia eksterna pria. Pada orang dewasa jarang terdapat di muka dan kepala, kecuali pada penderita imunosupresif, sedangkan pada bayi, lesi dapat terjadi di seluruh permukaan kulit.3. Penyembuhan cepat setelah pemberian obat anti skabies topikal yang efektif.4. Adanya gatal hebat pada malam hari. Bila lebih dari satu anggota keluarga menderita gatal, harus dicurigai adanya skabies. Gatal pada malam hari disebabkan oleh temperatur tubuh menjadi lebih tinggi sehingga aktivitas kutu meningkat.

2.10 Diagnosis Banding 5,6Diagnosis bandingnya adalah :1. Prurigo, biasanya berupa papul-papul yang gatal, predileksi pada bagian ekstensorekstremitas.2. Gigitan serangga, biasanya jelas timbul sesudah ada gigitan, efloresensinya urtikaria papuler.3. Folikulitis, nyeri berupa pustule miliar dikelilingi daerah yang eritem.

2.11 Terapi 2,5,6Syarat obat yang ideal adalah :a. Harus efektif terhadap semua stadium tungaub. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksikc. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaiand. Mudah diperoleh dan harganya murahCara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati (termasuk penderita yang hiposensitisasi).Jenis obat topikal, antara lain :a. Salep 2-4, biasanya dalam bentuk salep atau krim.Kekurangannya, obat ini menimbulkan bau tak sedap (belerang), mengotori pakaian, tidak efektif membunuh stadium telur, dan penggunaannya harus lebih dari 3 hari berturut-turut. Dapat dipakai pada anak yangberumur kurang dari 2 tahun.b. Emulsi benzil-benzoas 20-25%, efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama 3 hari berturut-turut. Kekurangannya, dapat menimbulkan iritasi kulit dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.c. Gamexan 1% dalam bentuk krim atau losio selama 8 jam, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium kutu, mudah digunakan, serta jarang menimbulkan iritasi kulit. Namun obat ini tidak dianjurkan bagi wanita hamil, maupun anak dibawah usia 6 tahun, karena bersifat toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemakaiannya cukup satu kali dioleskan ke seluruh tubuh. Dapat diulang satu minggu kemudian bila belum sembuh.d. Krotamiton 10% dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena selain memiliki efek anti-skabies, juga bersifat anti gatal; harus dijauhkan dari mata, mulut dan uretra.e. Permetrin HCL 5% dalam krim, efektifitasnya seperti Gamexan, namun tidak terlalu toksik. Penggunaannya cukup sekali dan dihapus selama 8-14 jam, bila belum sembuh diulangi setelah seminggu namun harganya relatif mahal. Tidak dianjurkan pada bayi di bawah umur 2 bulan.Jenis obat sistemik, antara lain :a. Antihistamin klasik sedatif ringan untuk mengurangi gatal, misalnya klorfeniramin maleat 0,34 mg/kgBB 3x sehari.b. Antibiotik bila ditemukan infeksi sekunder misalnya ampisilin, amoksisilin, dan eritromisin.Selain menggunakan obat-obatan, yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah upaya peningkatan kebersihan diri dan lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:a. Mencuci bersih bahkan sebagian ahli menganjurkan merebus handuk, seprai maupun baju penderita skabies, kemudian menjemurnya hingga kering. Menghilangkan faktor predisposisi, antara lain dengan penyuluhan higiene perorangan dan lingkungan.b. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.c. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk memutuskan rantai penularan.Kemudian pasien dan keluarganya dianjurkan untuk kontrol 1 minggu kemudian, bila ada lesi baru obat topikal dapat diulang kembali.2.12 Prognosis 6Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat di berantas dan memberikan prognosis yang baik

LAPORAN KASUSKELUARGA BINAAN

IDENTITAS PASIEN :a. Nama : Titab. No. MR : IV 000535c. Kelamin : Perempuand. Umur : 2,5 tahune. Pendidikan: Belum sekolahf. Alamat : Jl. Purus I No.19, Kecamatan Padang BaratSeorang pasien perempuan, umur 2,5 tahun datang berobat ke Puskesmas Padang Pasir Padang pada tanggal 22 April 2014, dengan :ANAMNESISKeluhan utama :Gatal-gatal di tangan dan kaki sejak 2 minggu yang laluRiwayat Penyakit Sekarang Bintik-bintik kemerahan yang terasa gatal di sela-sela jari tangan kanan dan kiri, punggung tangan kanan dan kiri, siku tangan kanan dan kiri, punggung kaki kanan dan kiri, dan sela-sela jari kaki kanan dan kiri sejak 2 minggu yang lalu Awalnya bintik-bintik kemerahan yang gatal terdapat di sela-sela jari tangan kanan dan kiri, lalu bintik-bintik kemerahan ini menyebar ke punggung tangan kanan dan kiri, punggung kaki kanan dan kiri, dan sela-sela jari kaki kanan dan kiri, ibu pasien membeli obat diluar tanpa berobat sebelumnya, merk obatnya HL berwarna merah berbentuk salep, namun karena tidak ada perubahan akhirnya ibu pasien membawa pasien berobat ke puskesmas. Gatal terutama dirasakan pada malam hari Seprei dan alas bantal diganti setiap 1 minggu sekali Pemakaian alat mandi bersama tidak ada Pasien tidur satu tempat tidur dengan ibunya Pasien mandi dua kali sehari Pasien mengganti bajunya dua kali sehari Pasien sering bermain bersama sepupunya, sering tidur siang di tempat tidur depan ruang keluarga, pasien tidak memakai alas kaki saat bermain. Tidak ada tetangga pasien yang menderita penyakit yang sama seperti pasien Ibu pasien menjemur pakaian bersamaan dengan tetangga lainnya di halaman di belakang rumah pasien Ibu pasien mengatakan 3 minggu yang lalu, rumah pasien kebanjiran setiap datang hujan, setinggi 10 cm.Riwayat Penyakit DahuluSebelumnya pasien tidak pernah memiliki riwayat keluhan bintik-bintik kemerahan yang gatal di tubuhnya. Riwayat Penyakit Keluarga Sepupu pasien yang berumur 4 tahun juga mengalami bintik-bintik kemerahan yang gatal di malam hari sejak 1 minggu yang lalu, namun tidak berobat Pasien dan keluarga tidak ada riwayat bersin-bersin di pagi hari Pasien dan keluarga tidak ada riwayat nafas menciut Pasien dan keluarga tidak ada riwayat alergi makanan sebelumnya Pasien dan keluarga tidak ada riwayat alergi obat sebelumnya

Status GeneralisataKeadaan umum: Tidak tampak sakitKeadaan umum: Tidak tampak sakitKesadaran: Composmentis Nadi: 94 x/menitNafas : 21 x/menitSuhu : 36,8oCBB: 10 kgTB: 83 cmStatus gizi: BaikMata: Konjungtiva tidak anemisKulit : Turgor kulit baikDada:Paru: - Inspeksi : simetris kiri=kanan- Palpasi : fremitus kiri=kanan- Perkusi : sonor- Auskultasi : suara napas bronkovesikuler, wh (-/-), rh (-/-)Jantung :- Inspeksi : iktus tidak terlihat- Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V- Perkusi : kiri : 1 jari medial LMCS RIC V kanan : LSD atas : RIC IIIAbdomen : - Inspeksi : tidak membuncit- Palpasi : hepar dan lien tidak teraba- Perkusi : timpani- Auskultasi : bising usus (+) NormalAnggota gerak : Refleks fisiologis +/+, reflex patologis -/-STATUS DERMATOLOGIKUS Lokasi : Di sela-sela jari tangan kanan dan kiri, punggung tangan kanan dan kiri, siku tangan kanan dan kiri, punggung kaki kanan dan kiri, dan sela-sela jari kaki kanan dan kiriDistribusi : Generalisata, bilateral Bentuk: Tidak khasSusunan: Tidak khas Batas: Tidak tegas Ukuran: Milier Efloresensi : Papul eritemaSTATUS VENEREOLOGIKUSTidak ditemukan kelainanKELAINAN SELAPUTTidak ditemukan kelainanKELAINAN KUKUTidak ditemukan kelainanKELAINAN RAMBUTTidak ditemukan kelainanKELAINAN KELENJAR LIMFETidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah beningDIAGNOSIS Skabies PENATALAKSANAANTerapi umum: Berobat secara teratur sampai tuntas (sembuh), sebelumnya kepada pasien dijelaskan tentang cara pemakaian obat topikal. Meminta anggota keluarga ( sepupu pasien) yang mengalami bintik-bintik kemerahan yang gatal di tubuh turut berobat. Mengobati seluruh keluarga pasien yang ada di rumah Menjaga kebersihan rumah (Pakaian, handuk, seprei, alas bantal yang terkontaminasi dicuci dengan air hangat, dijemur di terik matahari sampai kering dan diseterika) Memakai 1 handuk untuk 1 orang dan tidak boleh bertukar handuk dengan suami. Pakaian dan handuk yang digunakan sebelum dan sesudah pengobatan dimulai, dicuci dengan air hangat, dijemur dibawah sinar matahari dan disetrika. Barang-barang yang berkontak dengan pasien yang tidak dapat dicuci (misal: kursi, karpet, kasur dll) dijemur dibawah sinar matahari. Kurangi kontak (kulit dengan kulit) pasien dengan orang lain yang belum terkena. Menjaga kebersihan badan dengan mandi teratur dan mengganti pakaian setelah mandi. Terapi Khusus Sistemik CTM 4 mg, 3 x 1/2 tablet TopikalSalep 2-4 : dioleskan pada seluruh tubuh kecuali wajah selama 3 hari berturut-turut. Jika terkena air salep dioleskan kembali.

PROGNOSIS Quo Ad Sanationam : bonam Quo Ad Vitam : bonam Quo Ad Kosmeticum : dubia ad bonam Quo Ad Functionam: bonam

Kondisi Lingkungan Tempat TinggalPasien tinggal di rumah dengan jumlah penghuni 8 orang, pasien, ayah pasien, ibu pasien, nenek pasien, 2 saudara kandung pasien, tante pasien dan 1 orang sepupu. Rumah semi permanen dengan lantai semen dan beratap seng. Rumah memiliki pekarangan yang tidak terlalu luas dengan luas bangunan 50 m2. Rumah memiliki 3 kamar tidur dan 1 kamar mandi yang berada di dalam rumah. Pasien berasal dari golongan ekonomi yang kurang mampu dengan penghasilan ayah pasien per bulan Rp 1.500.000 yang bekerja sebagai supir truk antar kota dan pulang ke rumah sebulan sekali.Keadaan lingkungan dirumah pasien : Rumah semipermanen, lantai semen, beratap seng, pekarangan sedang, luas bangunan 50 m2, memiliki 3 kamar tidur dan 1 kamar mandi di dalam rumah Jarak septitenk 4 m dari sumber air Ventilasi udara dan sirkulasi kurang cukup Listrik ada, sumber air (mandi,mencuci): air ledeng (PDAM), sumber air minum : (air gallon) Got di depan rumah pasien : tersumbat dan terdapat banyak sampah Sampah diangkut oleh truk sampah

Identifikasi Masalah1. Terdapat 2 orang anggota keluarga yang menderita penyakit skabies yaitu pasien dan sepupu pasien.2. Penggunaan alat mandi secara bersama-sama ada (handuk dan sabun batang).3. Pasien yang masih seorang anak-anak dan suka bermain di sekitar rumah menyebabkan pemakaian salep 2-4 dikhawatirkan kurang efektif dikarenakan efek samping salep 2-4 yang menimbulkan bau yang mengganggu dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada anak-anak.4. Rumah kurang sehat karena : Sumber pencahayaan dan sirkulasi udara di dalam rumah kurang baik, jendela yang jarang dibuka mengakibatkan ventilasi udara yang minim sehingga rumah tampak gelap dan terasa pengap. Di depan rumah pasien terdapat saluran pembuangan air yang tidak berfungsi dan akan meluap sampai menghasilkan banjir jika terjadi hujan lebat. Banjir yang terjadi ini biasanya akan masuk ke rumah pasien dan membuat barang-barang pasien basah dan lembab.

Pemecahan Masalah1. Pasien dan sepupu pasien yang menderita penyakit skabies serta seluruh anggota keluarga yang tinggal di rumah tersebut harus diobati secara serentak dan mengikuti petunjuk pengobatan.2. Pemberian bantuan berupa handuk dan sabun mandi cair untuk pasien dan sepupu pasien. Handuk pribadi masing-masing untuk meningkatkan efektifitas pengobatan dan mencegah penularan lebih lanjut. 3. Pemberian obat topikal berupa permetrin cream 5% disarankan kepada pasien dimana pemakaian permetrin cream 5% ini jauh lebih singkat dibanding salep 2-4 yaitu selama 10 jam sehingga pemakaiannya tidak terputus, tidak seperti saat pasien menggunakan salep 2-4. Tetapi hanya dipakai jika pengobatan dengan salep 2-4 gagal (masih ada bintik kemerahan yang terasa gatal). 4. Komunikasi, Informasi dan Edukasi mengenai pencegahan penularan penyakit skabies, meliputi : Semua anggota keluarga harus berobat secara teratur sampai sembuh. Pengobatan harus dilakukan secara serentak pada semua anggota keluarga. Edukasi mengenai cara pemakaian salep 2-4 kepada seluruh anggota keluarga yaitu dipakai pada seluruh tubuh kecuali wajah selama 3 hari berturut-turut. Bila keluhan bintik-bintik merah dan gatal belum berkurang pemakaiannya dapat diganti dengan permetrin cream 5%, dipakai di seluruh tubuh kecuali wajah pada malam hari sebelum tidur dan dibersihkan pada pagi hari (10 jam). Jika masih ada keluhan, diulangi lagi setelah seminggu. Tidak memakai 1 handuk bersama. Memakai 1 handuk untuk 1 orang dan tidak boleh bertukar handuk. Nasehat yang sama juga diberikan kepada seluruh anggota keluarga pasien. Pakaian dan handuk yang digunakan sebelum dan sesudah pengobatan dimulai, dicuci dengan air hangat, dijemur dibawah sinar matahari dan diseterika. Barang-barang yang berkontak dengan pasien yang tidak dapat dicuci (misal: kursi, karpet, kasur dll) dijemur dibawah sinar matahari. Kurangi kontak (kulit dengan kulit) pasien dengan orang lain yang belum terkena. Menjaga kebersihan badan dengan mandi teratur dan mengganti pakaian setelah mandi. 5. Untuk menciptakan rumah yang sehat dapat dilakukan : Memperbaiki ventilasi dan penerangan dengan selalu membuka jendela sehingga cahaya matahari dapat masuk ke dalam rumah. Memperbaiki got saluran air yang tersumbat karena jika banjir got tersebut akan meluap isinya dan masuk ke dalam rumah yang dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit kulit.

Follow up Pasien ITanggal 25 April 2014 1.Melihat perkembangan pengobatan setelah kunjungan pasien ke Puskesmas menggunakan salep 2-4 dan CTM, ternyata didapatkan: Bintik-bintik merah dan gatal pada pasien sedikit berkurang. Namun sepupu pasien masih belum berobat ke Puskesmas. Pasien masih menggunakan satu handuk bersama sepupunya. Pakaian dan handuk yang digunakan sebelum dan sesudah pengobatan dimulai telah dicuci dan dijemur dibawah sinar matahari serta disetrika namun belum direndam terlebih dahulu dengan air panas. Pasien belum menjemur kursi, kasur dan barang-barang lainnya yang berkontak dengan pasien dan keluarga dibawah terik sinar matahari.2. Observasi keadaan rumah pasien dan lingkungan sekitarnya Sumber pencahayaan dan sirkulasi udara di dalam rumah kurang baik, dimana hanya terdapat 2 buah jendela dibagian depan dan 1 di bagian samping dengan ukuran masing-masing 60 cm x 60 cm yang terbuat dari kaca yang jarang dibuka dengan ventilasi udara yang minim sehingga rumah tampak gelap dan terasa pengap. Saluran pembuangan air di depan rumah pasien masih tersumbat dan banyak sampah. Pasien mengatakan bahwa permasalahan got saluran air ini sudah dibicarakan dengan ketua RT setempat namun dari ketua RT tidak dapat memberikan jalan keluar karena got saluran air ini mulai tersumbat sejak adanya pembangunan hotel di daerah sekitar rumah pasien.

Follow up Pasien IITanggal 2 Mei 2014 1. Bintik-bintik kemerahan pada pasien sudah lebih berkurang dan tidak lagi menimbulkan gatal namun belum sembuh sepenuhnya. Sepupu pasien sudah memulai pengobatan dan sudah mulai terdapat perbaikan.2. Ibu pasien mengatakan pengobatan pasien tidak berjalan sesuai yang dianjurkan karena pasien tidak mau memakai lagi salep 2-4 karena aromanya yang tidak enak.3. Pakaian dan handuk yang digunakan sebelum dan sesudah pengobatan dimulai telah direndam dengan air hangat, dicuci dan dijemur di bawah sinar matahari serta disetrika.4. Pasien sudah menjemur kursi, kasur dan barang-barang lainnya yang berkontak dengan pasien dan keluarga dibawah terik sinar matahari.

Follow up Pasien IIITanggal 9 Mei 20141. Bintik-bintik kemerahan pada pasien sudah menghilang dan tidak lagi menimbulkan gatal namun masih sedikit meninggalkan bekas pada tangannya. Sepupu pasien juga telah menyelesaikan pengobatannya dan sudah tidak memiliki bintik-bintik kemerahan lagi.2. Pemberian bantuan berupa handuk sabun mandi cair untuk pasien agar tidak memakai satu handuk dan sabun batang bersama lagi dengan sepupunya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Daili E.S.S, dkk. Penyakit Kulit Yang Umum di Indonesia. PT. Medical Multimedia Indonesia. Jakarta Pusat. 2005. Hal 72.2. DEPARTEMEN KESEHATAN RI, Scabies, Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas, DEPKES RI, Jakarta. 2007. Hal 208-210.3. James W.D, dkk. Andrews Disease of The Skin. Elsevier. USA. 2006. Hal. 442-4444. Buxton P.K. ABC of Dermatology. BMJ Publishing Group. Fourth Edition. 2003. India. Hal 106-107.5. Wolf K, dkk. Fitzpatricks Dermatology In General Medicine. McGraw-Hill Company. 2008. Seventh Edition. San Fransisco. Hal 2029-20316. Djuanda A, dkk. Ilmu Penyakit Kulit Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Eisi kelima. Jakarta. 2007. Hal 122-125.

14