Status Pasien Kabin koas

29
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, akhirnya kami dapat menyelesaikan penulisan laporan keluarga binaan kami yang berada di lingkungan Puskesmas Nanggalo. Kegiatan Keluarga Binaan ini merupakan salah satu syarat dalam mengikuti kepanitraan klinik Rotasi II di Puskesmas Nanggalo. Kami mengucapkan terimakasih kepada dr. Sri Handayani MP, Sp.M selaku preseptor dari Fakultas Kedokteran Universitas Andalas dan dr. Hj. Liza Andriani M.Kes dan dr. Vitri selaku preseptor dari Puskesmas Nanggalo dan semua staf Puskesmas Nanggalo yang telah memberikan arahan dan petunjuk dalam pelaksanaan Keluarga Binaan, serta semua pihak yang telah membantu dalam penulisan laporan ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan Keluarga Binaan ini, untuk itu kritik dan saran dari pembaca kami harapkan. Semoga laporan keluarga binaan ini dapat bermanfaat bagi semua. Padang, Februari 2014 Penulis 1

description

koskap

Transcript of Status Pasien Kabin koas

Page 1: Status Pasien Kabin koas

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, akhirnya

kami dapat menyelesaikan penulisan laporan keluarga binaan kami yang berada di

lingkungan Puskesmas Nanggalo. Kegiatan Keluarga Binaan ini merupakan salah satu syarat

dalam mengikuti kepanitraan klinik Rotasi II di Puskesmas Nanggalo.

Kami mengucapkan terimakasih kepada dr. Sri Handayani MP, Sp.M selaku preseptor

dari Fakultas Kedokteran Universitas Andalas dan dr. Hj. Liza Andriani M.Kes dan dr. Vitri

selaku preseptor dari Puskesmas Nanggalo dan semua staf Puskesmas Nanggalo yang telah

memberikan arahan dan petunjuk dalam pelaksanaan Keluarga Binaan, serta semua pihak

yang telah membantu dalam penulisan laporan ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

laporan Keluarga Binaan ini, untuk itu kritik dan saran dari pembaca kami harapkan. Semoga

laporan keluarga binaan ini dapat bermanfaat bagi semua.

Padang, Februari 2014

Penulis

1

Page 2: Status Pasien Kabin koas

BAB I

PENDAHULUAN

Tinea adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya lapisan

teratas pada kulit pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur

dermatofita (jamur yang menyerang kulit). Kelainan ini dapat bersifat akut atau pun

menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang berlangsung seumur hidup. Dimana secara

epidemiologi pria lebih sering terkena daripada wanita.1

Tinea kruris lebih sering dijumpai pada daerah beriklim tropis/subtropis, dimana

Indonesia merupakan Negara tropis yang beriklim panas dengan kelembapan yang tinggi

yang mempermudah timbulnya infeksi tinea kruris sehingga infeksi jamur ini banyak

ditemukan.2,3

Jamur dermatofita yang sering ditemukan pada kasus tinea kruris adalah,

E.Floccosum, T. Rubrum, dan T. Mentagrophytes. Pemeriksaan KOH merupakan

pemeriksaan tunggal yang paling penting untuk mendiagnosis infeksi dermatofit secara

langsung dibawah mikroskop dimana terlihat hifa di antara material keratin.5

Tatalaksana yang penting untuk penyakit ini adalah dengan menghilangkan faktor

predisposisi, misalnya mengusahakan daerah lesi selalu kering dan memakai baju yang

menyerap keringat.6

2

Page 3: Status Pasien Kabin koas

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Tinea adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya lapisan

teratas pada kulit pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur

dermatofita (jamur yang menyerang kulit).Tinea kruris merupakan infeksi jamur dermatofit

didaerah inguinal, bokong, perut bagian bawah, perineum dan perianal. Kelainan ini dapat

bersifat akut ataupun menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang berlangsung seumur

hidup.1,3

2.2 Epidemiologi

Tinea kruris lebih sering dijumpai pada daerah beriklim tropis/subtropis, dimana

Indonesia merupakan Negara tropis yang beriklim panas dengan kelembapan yang tinggi

yang mempermudah timbulnya infeksi tinea kruris sehingga infeksi jamur ini banyak

ditemukan.6,7

Tinea kruris lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibanding wanita. Biasanya

mengenai penderita usia 18-60 tahun, tetapi paling banyak dijumpai pada usia antara 18-25

tahun serta antara 40-50 tahun. Tinea kruris mempunyai angka kekambuhan yang cukup

tinggi yaitu 20-25%.8

2.3 Etiologi

Jamur dermatofita yang sering ditemukan pada kasus tinea kruris adalah,

E.Floccosum, T. Rubrum, dan T. Mentagrophytes.Pria lebih sering terkena dari pada wanita.

Maserasi dan oklusi kulit lipat paha menyebabkan peningkatan suhu dan kelembaban kulit

yang akan memudahkan infeksi. Tinea kruris biasanya timbul akibat penjalaran infeksi dari

bagian tubuh lain. Penularan juga dapat terjadi melalui kontak langsung dengan individu

yang terinfeksi atau tidak langsung melalui benda yang mengandung jamur, misalnya

handuk, lantai kamar mandi, tempat tidur hotel dan lain-lain.4,9

2.4 Patofisiologi Dermatofitosis bukanlah patogen endogen.Transmisi dermatofit kemanusia dapat melalui 3 sumber masing-masing memberikan gambaran tipikal.

Karena dermatofit tidak memiliki virulensi secara khusus dan khas hanya menginvasi bagian luar stratum korneum dari kulit.2,10,11

3

Page 4: Status Pasien Kabin koas

Tipe dermatofita berdasarkan transmisi

Kategori Transmisi Tampilan klinis

Antropofilik

Zoofilik

Geofilik

Manusia ke manusia

Hewan ke manusia

Tanah ke manusia atau hewan

Ringan, tanpa inflamasi, kronik

Inflamasi hebat (mungkin

pustula dan vesikel), akut.

Inflamasi sedang

Lingkungan kulit yang sesuai merupakan faktor penting dalam perkembangan klinis

dermatofitosis. Infeksi alami disebabkan oleh deposisi langsung spora atau hifa pada

permukaan kulit yang mudah dimasuki dan umumnya tinggal di stratum korneum, dengan

bantuan panas, kelembaban dan kondisi lain yang mendukung seperti trauma, keringat yang

berlebih dan maserasi juga berpengaruh.5-7

Pemakaian bahan yang tidak berpori akan meningkatkan temperatur dan keringat

sehingga mengganggu fungsi barier stratum korneum. Infeksi dapat ditularkan melalui kontak

langsung dengan individu atau hewan yang terinfeksi, benda-benda seperti pakaian, alat-alat

dan lain-lain.Infeksi dimulai dengan terjadinya kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya dalam

jaringan keratin yang mati. Hifa ini memproduksi enzim keratolitik yang mengadakan difusi

ke dalam jaringan epidermis dan merusak keratinosit.5-7

Setelah masa perkembangannya (inkubasi) sekitar 1-3 minggu respon jaringan

terhadap infeksi semakin jelas dan meninggi yang disebut ringworm, yang menginvasi bagian

perifer kulit. Respon terhadap infeksi, dimana bagian aktif akan meningkatkan proses

proliferasi sel epidermis dan menghasilkan skuama. Kondisi ini akan menciptakan bagian tepi

aktif untuk berkembang dan bagian pusat akan bersih. Eliminasi dermatofit dilakukan oleh

sistem pertahanan tubuh (imunitas) seluler.Pada masa inkubasi, dermatofit tumbuh dalam

stratum korneum, kadang-kadang disertai tanda klinis yang minimal. Pada carier, dermatofit

pada kulit yang normal dapat diketahui dengan pemeriksaan KOH atau kultur.8

2.5 Gejala

Pruritus merupakan gejala yang umum, bisa terdapat nyeri jika daerah yang terinfeksi

terkena maserasi atau terjadi infeksi skunder.Pada tinea kruris yang klasik memberi wujud

kelainan kulit yang bilateral, namun tidak selalu simetris.Lesi berbatas tegas, tepi meninggi

yang dapat berupa papulovesikel eritematosa, atau kadang terlihat pustule.Bagian tengah

menyembuh berupa daerah coklat kehitaman berskuama. Garukan kronis dapat menimbulkan

gambaran likenifikasi.10

4

Page 5: Status Pasien Kabin koas

Dua organisme utama penyebab tinea krusis bisa memberikan gambaran klinis yang

berbeda, pada infeksi oleh E floccosum terdapat gambaran lesi jarang melewati region

genitokrural dan pada paha atas bagian dalam, sedangkan oleh T. rubrum sering bersatu dan

menyebar meliputi daerah yang lebih luas yaitu daerah pubis.5-7

2.6 Pemeriksaan Penunjang

Dalam patogenesisnya, jamur patogen akan menyebabkan kelainan pada kulit

sehingga atas dasar kelainan kulit inilah kita dapat membangun diagnosis. Akan tetapi

kadang temuan efloresensi tidak khas atau tidak jelas, sehingga diperlukan pemeriksaan

penunjang. Sehingga diagnosis menjadi lebih tepat.1-4

Pemeriksaan mikroskopik langsung terhadap bahan pemeriksaan merupakan

pemeriksaan yang cukup cepat, berguna dan efektif untuk mendiagnosis infeksi

jamur.Pemeriksaan KOH merupakan pemeriksaan tunggal yang paling penting untuk

mendiagnosis infeksi dermatofit secara langsung dibawah mikroskop dimana terlihat hifa

diantara material keratin.11-12

Pada tinea kruris, bahan untuk pemeriksaan jamur sebaiknya diambil dengan

mengerok tepi lesi yang meninggi atau aktif.Khusus untuk lesi yang berbentuk lenting-

lenting, seluruh atapnya harus diambil untuk bahan pemeriksaan. Pemeriksaan mikroskopik

(dengan menggunakan mikroskop) secara langsung menunjukkan artrospora (hifa yang

bercabang) yang khas pada infeksi dermatofita.13

2.7 Diagnosis

Diagnosis ditetapkan berdasarkan gambaran klinis dan lokalisasinya atau pemeriksaan

sediaan langsung kerokan lesi dengan larutan KOH 20%, untuk melihat elemen jamur

dermatofit. Biakan jamur diperlukan untuk identifikasi spesies jamur penyebab yang lebih

akurat.3,6,8

Diagnosis pasti digunakan melakukan pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop

untuk mengidentifikasi adanya hifa dan spora untuk mengetahui infeksi dermatofit. Infeksi

dapat dikonfirmasi atau beberapa dari keadaan ini diidentifikasi dari hasil positif kerokan

oleh kultur jamur.10

2.8 Diagnosis Banding

Tinea kruris dapat didiagnosis banding dengan kandidiasis inguinalis, eritrasma,

psoriasis, dan dermatitis seboroik.Pada kandidiasis inguinalis terdapat lesi berwarna merah

5

Page 6: Status Pasien Kabin koas

terang, papul dan pustule satelit pada pinggirnya dan skrotum sering terkena. Eritrasma

terdapat lesi berupa macula eritema dan skuama halus,asimetris. Pada pemeriksaan lampu

wood menunjukkan efloresensi merah bata, sedang pada pemeriksan KOH negative tidak

ditemukan elemen jamur spora atau hifa. Psoriasis terdapat lesi berupa plakat eritema dengan

skuama tebal berlapis-lapis dan berwarna seperti mika.3,6,8Pada pemeriksan KOH tidak

ditemukan elemen jamur, spora atau hifa. Dermatitis seboroik terdapat lesi berupa eritema

dengan skuama kekuningan berminyak, tidak berbatas tegas, dapat terlihat pada tempat-

tempat predileksinya, misalnya di kulit kepala, lipatan-lipatan kulit serta pemeriksaan KOH

negative.7

2.9 Penatalaksanaan

Menghilangkan faktor predisposisi penting, misalnya mengusahakan daerah lesi

selalu kering dan memakai baju yang menyerap keringat.11-12

a. Terapi topikal

Terapi direkomendasikan untuk infeksi lokal karena dermatofit biasanya hidup pada

jaringan. Berbagai macam preparat imidazol dan alilamin tersedia dalam berbagai

formulasi dan semuanya memberikan keberhasilan terapi (70-100%). Terapi topikal

digunakan 1-2 kali sehari selama 2 minggu tergantung agen yang digunakan.Topikal azol

dan allilamin menunjukkan angka perbaikan perbaikan klinik yang tinggi.

Berikut obat yang sering digunakan :

1) Topical azol terdiri atas :

a) Econazol 1 %

b) Ketoconazol 2 %

c) Clotrinazol 1%

d) Miconazol 2% dll.

Derivat imidazol bekerja dengan cara menghambat enzim 14-alfa-dimetilase pada

pembentukan ergosterol membran sel jamur.

1) Allilamin bekerja menghambat allosterik dan enzim jamur skualen 2,3 epoksidase

sehingga skualen menumpuk pada proses pembentukan ergosterol membran sel

jamur.(10) yaitu aftifine 1 %, butenafin 1% Terbinafin 1% (fungisidal bersifat anti

inflamasi ) yang mampu bertahan hingga 7 hari sesudah pemakaian selama 7 hari

berturut-turut.

2) Sikloklopirosolamin 2% (cat kuku, krim dan losio) bekerja menghambat masuknya

bahan esensial selular dan pada konsentrasi tinggi merubah permeabilitas sel jamur

6

Page 7: Status Pasien Kabin koas

merupakan agen topikal yang bersifat fungisidal dan fungistatik, antiinflamasi dan

anti bakteri serta berspektrum luas.

3) Kortikosteroid topikal yang rendah sampai medium bisa ditambahkan pada regimen

anti jamur topikal untuk menurunkan gejala. Tetapi steroid hanya diberikan pada

beberapa hari pertama dari terapi.

b. Terapi sistemik

Pedoman yang dikeluarkan oleh American Academy of Dermatology menyatakan

bahwa obat anti jamur (OAJ) sistemik dapat digunakan pada kasus hiperkeratosis

terutama pada telapak tangan dan kaki, lesi yang luas, infeksi kronis, pasien

imunokompromais, atau pasien tidak responsif maupun intoleran terhadap OAJ topikal.

1) Griseofulvin

Obat ini berasal dari penicillium griceofulvum dan masih dianggap baku emas

pada pengobatan infeksi dermatofit genus Trichophyton, Microsporum,

Epidermophyton. Berkerja pada inti sel, menghambat mitosis pada stadium

metafase.

2) Ketokonazol

Merupakan OAJ sistemik pertama yang berspektrum luas, fungistatik, termasuk

golongan imidazol.Absorbsi optimum bila suasana asam.

3) Flukonazol

Mempunyai mekanisme kerja sama dengan golongan imidazol, namun absorbsi

tidak dipengaruhi oleh makanan atau kadar asam lambung.

4) Itrakonazol

Merupakan OAJ golongan triazol, sangat lipofilik, spektrum luas, bersifat

fungistatik dan efektif untuk dermatofita, ragi, jamur dismorfik maupun jamur

dematiacea.Absorbsi maksimum dicapai bila obat diminum bersama dengan

makanan.

5) Amfosterin B

Merupakan anti jamur golongan polyen yang diproduksi oleh Streptomyces

nodosus.Bersifat fungistatik, pada konsentrasi rendah akan menghambat

pertumbuhan jamur, protozoa dan alga. Digunakan sebagai obat pilihan pada

pasien dengan infeksi jamur yang membahayakan jiwa dan tidak sembuh dengan

preparat azol.

7

Page 8: Status Pasien Kabin koas

BAB III

KELUARGA BINAAN

8

Page 9: Status Pasien Kabin koas

3.1 Pengenalan Keluarga Binaan

Keluarga Ny. I merupakan keluarga yang kami pilih untuk dijadikan keluarga binaan

yang merupakan salah satu aktivitas yang diwajibkan saat menjalani Rotasi II di Puskesmas

Nanggalo. Keluarga ini kami kenali bermula saat kunjungan Ny.I ke Puskesmas Nanggalo.

Setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik kami mendiagnosis pasien dengan

diagnosa kerja tinea kruris. Penyakit tinea kruris yang diderita pasien termasuk penyakit yang

menular sehingga kami memilih keluarga ini untuk dijadikan keluarga binaan. Hal – hal yang

kami lakukan di antaranya adalah berupa:

a. Melakukan home visit kunjungan ke rumah.

b. Melakukan evaluasi permasalahan pada keluarga tersebut secara holistik.

c. Memberi edukasi pemecahan masalah serta diskusi tentang permasalahan yang dialami

keluarga tersebut.

Tanggal 20 Januari 2014

1. Identitas Pasien

a. Nama/Kelamin/Umur : Ny I/ Perempuan / 52 tahun

b. Pekerjaan/pendidikan : Ibu Rumah tangga/ Tamat SMK

c. Alamat : Jl. Banjir Kanan Kurao Pagang

2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga

a. Status Perkawinan : Menikah

b. Jumlah Anak : 4 orang

c. Status Ekonomi Keluarga : Cukup, penghasilan Rp. 2.000.000,-/bulan

d. KB : Tidak ada

e. Kondisi Rumah :

- Rumah permanen, kamar 3 buah, perkarangan cukup luas, luas bangunan 50

m2

- Listrik ada

- Sumber air mandi dan mencuci adalah sumur bor, air minum berasal dari air

isi ulang.

- Ventilasi dan sirkulasi : tidak semua ruangan memiliki jendela. Hanya ruanga

tamu yang memiliki 2 jendela dengan ukuran masing-masing 100 x 60 cm.

Jendela dibuka setiap hari mulai dari pukul 06.00 – 18.00. Pencahayaan

9

Page 10: Status Pasien Kabin koas

kurang baik karena sinar matahari hanya masuk ke dalam ruang tamu saja.

Kamar tidur gelap dan butuh lampu di siang hari.

- Jamban ada 1 buah, di dalam rumah

- Sampah dibakar

Kesan : higiene dan sanitasi kurang baik.

f. Kondisi Lingkungan Keluarga

- Jumlah penghuni 4 orang, pasien, suami pasien, 2 anak pasien. Anak pasien

yang pertama dan kedua telah menikah dan tinggal di rumah mereka masing –

masing. Anak pasien yang ketiga adalah seorang mahasiswa. Anak pasien

yang keempat adalah seorang pelajar SD

- Tinggal di daerah pinggiran kota.

3. Aspek Psikologis di keluarga

- Pasien tinggal bersama suami dan 2 orang anaknya

- Hubungan dengan keluarga baik

- Faktor stress dalam keluarga (-)

4. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga

- Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.

- Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit seperti ini.

5. Keluhan Utama

Bercak merah pada kedua paha yang bertambah gatal sejak ± 1 minggu yang

lalu

6. Riwayat Penyakit Sekarang

Bercak merah pada kedua paha yang bertambah gatal sejak ± 1 minggu yang

lalu.

Bercak awalnya tidak disadari. Dan disadari setelah bercak besar dan semakin

gatal.

Bercak dirasakan bertambah gatal jika pasien berkeringat.

Riwayat menggunakan pakaian berlapis-lapis ada

10

Page 11: Status Pasien Kabin koas

Pasien memiliki kebiasaan mandi sekali sehari, namun jika cuaca panas pasien

mandi 2 kali sehari.

Riwayat menggunakan handuk bersama ada.

Riwayat kontak dengan binatang peliharaan yaitu kucing ada.

Riwayat berkebun atau kontak dengan tanah tidak ada.

Keluhan kuku dan rambut tidak ada

Pasien belum pernah berobat sebelumnya.

7. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan Umum : Ringan

Kesadaran : CMC

Nadi : 87x/ menit

Nafas : 23x/menit

TD : 120/80 mmHg

Suhu : 36,7 0C

BB : 65 Kg

TB : 157 cm

BMI : 26,4 (overweight)

Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik

Kulit : Turgor kulit baik

Dada :

Paru :

Inspeksi : simetris kiri = kanan

Palpasi : fremitus kiri = kanan

Perkusi : sonor

Auskultasi : suara nafas vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

Jantung

Inspeksi : iktus tidak terlihat

11

Page 12: Status Pasien Kabin koas

Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi : Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V

Kanan : LSD

Atas : RIC II

Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit

Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )

Perkusi : Timpani

Auskultasi : BU (+) N

Anggota gerak : reflex fisiologis +/+, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/-

Status Dermatologikus :

Lokasi : Pada kedua paha

Distribusi : Terlokalisir

Bentuk : Tidak khas

Susunan : Tidak khas

Batas : Tegas

Ukuran : Numular, plakat

Efloresensi : Makula eritema dengan skuama halus dan pinggir aktif.

12

Page 13: Status Pasien Kabin koas

8. Laboratorium Anjuran : Kerokan kulit dengan KOH 20%

9. Diagnosis Kerja

Tinea Kruris

10. Diagnosis Banding : -

11. Manajemen

a. Preventif :

13

Page 14: Status Pasien Kabin koas

- Menjaga kebersihan badan dengan mandi 2x sehari

- Sering mengganti pakaian jika lembab

- Memakai pakaian yang menyerap keringat

- Hindari pemakaian pakaian yang berlapis-lapis

- Menganjurkan pasien agar memakai celana dengan bahan yang mudah

menyerap keringat.

b. Promotif :

- Hentikan penggunaan handuk bersama.

c. Kuratif :

- Griseofulvin tablet 125 mg (1 x 4 tablet/hari) selama 2-3 minggu

- Ketokonazole cream 2 % (sesudah mandi)

- CTM tablet 4 mg (3 x 1 tablet/hari)

d. Rehabilitatif :

- Kontrol teratur ke Puskesmas karena pengobatan memerlukan waktu yang

lama.

14

Page 15: Status Pasien Kabin koas

15

Page 16: Status Pasien Kabin koas

16

Dinas Kesehatan Kodya Padang

Puskesmas Nanggalo

Dokter: Dwi Aine, Wulan, Dinda, Dandi, Khai

Tanggal : 20 Januari 2014

R/ Griseofulvin tab 125 mg No. XXVIII

S 1 dd tab 4 £

R/ Ketokonazole 2 % cream No. I

S u e (sesudah mandi) £

R/ CTM tab 4 mg No. X

S 3 dd tab 1 £

Pro : Ny. I

Umur : 52 tahun

Alamat : Nanggalo, Padang.

Page 17: Status Pasien Kabin koas

A. Menetapkan Masalah Kesehatan dalam Keluarga

Faktor risiko:

- Setiap kamar tidak memiiki ventilasi dan sirkulasi yang memadai

- Pasien dan keluarga pasien meiliki kebiasaan berganti-ganti peralatan

mandi seperti handuk.

- Kontak yang erat dengan binatang peliharaan seperti kucing.

B. Rekomendasi solusi sesuai dengan masalah kesehatan keluarga melalui pendekatan

komprehensif dan holistik

a. Preventif :

Menjaga kebersihan badan dengan mandi minimal 2x sehari, menggunakan sabun

dan air bersih.

Tidak memakai pakaian terutama pakaian dalam yang belum dicuci berulang-

ulang.

Mengganti pakaian setiap kali mandi dengan pakaian yang bersih.

Memakain handuk, alat mandi, dan pakaian tidak bergantian dengan anggota

keluarga lain.

Sering mengganti pakaian jika lembab dan berkeringat.

Memakai pakaian terutama pakaian dalam yang menyerap keringat

Hindari pemakaian pakaian yang berlapis-lapis.

Hindari pemakain pakaian yang ketat.

Jika berkeringat banyak, segera mandi dan mengganti pakaian.

Menggunakan pakaian yang dicuci bersih, dijemur dibawah sinar matahari sampai

kering dan disetrika.

Mengganti sprei secara teratur minimal 1 kali per minggu.

Selalu memakai alas kaki tiap keluar rumah.

Memotong kuku dan menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan pakai

sabun dibawah air mengalir setelah BAK dan BAB, sebelum makan.

Menyimpan alat mandi ditempat yang bersih.

Tetap membuka jendela sehingga sirkulasi udara dan pencahayaan yang masuk

cukup.

Mengurangi kontak dengan anggota keluarga yang sehat selama masih ada

keluhan gatal-gatal dan bercak merah.

17

Page 18: Status Pasien Kabin koas

b. Promotif :

Memberikan penjelasan dan edukasi kepada pasien bahwa penyakit gatal-

gatal dan bercak merah diselangkangan kanan dan kiri serta kedua bokong

yang dideritanya disebabkan oleh infeksi jamur yang menyerang kulit

yaitu tinea kruris. Penyakit ini terutama menyerang daerah-daerah yang

lembab dan banyak berkeringat oleh karena itu disarankan untuk

mengganti pakaian ketika berkeringat banyak, tidak menggunakan pakaian

berlapis-lapis, tidak menggunakan pakaian ketat, membuka jendela

sehingga sirkulasi udara dan pencahayaan yang masuk cukup dan

lingkungan tidak menjadi lembab.

Memberikan penjelasan dan edukasi kepada pasien bahwa gatal-gatal dan

bercak merah yang dideritanya mudah menular melalui kontak langsung

atau pun tidak langsung misalnya melalui benda-benda yang

terkontaminasi jamur seperti pakaian, handuk, alat mandi atau sprei.

Memberikan penjelasan dan edukasi kepada pasien bahwa tinea ini dapat

ditularkan melalui manusia, binatang, maupun tanah yang mengandung

unsur jamur, oleh sebab itu pasien dilarang untuk menggaruk kulitnya

karena unsur jamur tersebut bisa menempel di kulit sehingga dapat

menularkan ke bagian tubuh yang lain. Selain itu beritahukan kepada

pasien bahwa penggunaan pakaian dan handuk bersamaan dengan pasien

tinea dapat menularkan tinea. Untuk binatang, diterangkan bahwa

penularannya pada binatang peliharaan seperti anjing, kucing yang

mempunyai kelainan kulit dengan gambaran bulu-bulu rontok dan ada

bintik-bintik pada kulit atau kurap. Untuk tanah, diterangkan untuk

menggunakan sandal atau alas kaki jika berjalan ditanah atau jika

mempunyai hobi berkebun, anjurkan untuk menggunakan sarung tangan

dan setelah berkebun cuci tangan dengan sabun.

Memberikan penjelasan dan edukasi kepada pasien bahwa gatal-gatal dan

bercak merah yang dideritanya sangat berhubungan dengan faktor

kebersihan diri maupun lingkungan, sehingga diperlukan untuk menjaga

kebersihan diri dengan cara mandi minimal 2 kali sehari, tidak

menggunkan pakaian kotor berulang-ulang, mencuci pakaian yang

digunakan secara bersih dan dijemur dibawah sinar matahari hingga kering

serta disetrika, memakai alas kaki tiap keluar rumah. Menjaga kebersihan

18

Page 19: Status Pasien Kabin koas

lingkungan dengan membuang sampah ditempat pembuangan sampah,

tidak menggantung banyak pakaian di dinding rumah.

Menjelaskan kepada pasien untuk tidak menggaruk-garuk bagian yang

gatal, diusahakan hanya ditepuk-tepuk atau ditekan-tekan bagian yang

gatal, karena dengan menggaruk bisa menyebabkan timbul luka yang baru

dan menjadi tempat masuk kuman sehingga pengobatan bisa lebih lama.

Memberikan penjelasan kepada pasien bahwa untuk pengobatan penyakit

kulit yang dideritanya memerlukan waktu yang lama 2 sampai 4 minggu

dan kontrol teratur.

c. Kuratif :

Griseofulvin tablet 125 mg (1 x 4 tablet/hari) selama 2-3 minggu

Ketokonazole cream 2 % (sesudah mandi)

CTM tablet 4 mg (3 x 1 tablet/hari)

d. Rehabilitatif :

Kontrol teratur ke puskesmas dan rutin minum obat yang didapat dari

puskesmas.

Mengkonsumsi makanan bergizi, olahraga teratur dan istirahat cukup untuk

mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh

terhadap penyakit lainnya.

Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan dengan membuka jendela/

ventilasi cukup dalam rumah, untuk melancarkan sirkulasi udara dalam rumah.

Home Visit Tanggal 25 Januari 2014

Riwayat penyakit sekarang :

- Bercak merah dipaha sudah mulai menghilang.

- Gatal juga tidak dirasakan lagi.

- Bercak merah yang gatal tidak ada dibagian tubuh lainnya.

Pemeriksaan fisik :

19

Page 20: Status Pasien Kabin koas

Status Generalis

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : CMC

Nadi : 84x/ menit

Nafas : 20x/menit

TD : 120/80 mmHg

Suhu : 36,8 0C

BB : 65 Kg

TB : 157 cm

Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik

Kulit : Turgor kulit baik

Dada :

Paru :

Inspeksi : simetris kiri = kanan

Palpasi : fremitus kiri = kanan

Perkusi : sonor

Auskultasi : suara nafas vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

Jantung

Inspeksi : iktus tidak terlihat

Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi : Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V

Kanan : LSD

Atas : RIC II

Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit

20

Page 21: Status Pasien Kabin koas

Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )

Perkusi : Timpani

Auskultasi : BU (+) N

Anggota gerak : reflex fisiologis +/+, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/-

Status Dermatologikus :

Lokasi : Pada kedua paha

Distribusi : Terlokalisir

Bentuk : Tidak khas

Susunan : Tidak khas

Batas : Tegas

Ukuran : Numular, plakat

Efloresensi : Makula hipopigmentasi dengan skuama halus.

21

Page 22: Status Pasien Kabin koas

Pengobatan :

- Griseofulvin tablet 125 mg (1 x 4 tablet/hari) dilanjutkan selama 7 hari

- Ketokonazole cream 2 % (sesudah mandi) dilanjutkan selama 7 hari

- CTM tablet 4 mg (3 x 1 tablet/hari)

22