Laporan KABIN hipertensi.docx

download Laporan KABIN hipertensi.docx

of 41

Transcript of Laporan KABIN hipertensi.docx

Laporan KABIN

HIPERTENSI

OLEH :Amalina Restia0810311007Sri Juliana Nasution0810313194Tanya Ramadhani 0810313182

Preseptor :dr. Titing Adriany

KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP IIFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALASPUSKESMAS AIR DINGIN

2014

BAB ITINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi HipertensiHipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah di mana tekanan darah sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih dan / atau tekanan darah diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih yang memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga bisa menyebabkan kerusakan lebih berat seperti stroke, penyakit jantung koroner, penyempitan ruang jantung, gagal ginjal, diabetes mellitus, dan lain-lain.1,2

1. EpidemiologiData epidemiologi menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah, di mana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik dan diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia > 65 tahun. Pengendalian tekanan darah dalam dekade terakhir ini hanya mencapai 34% dari seluruh pasien hipertensi.2Sampai saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari negara-negara yang sudah maju. Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000, insiden hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31%, yang berarti terdapat 58-65 juta orang hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHANES III tahun 1988-1991 dari seluruh kasus hipertensi, 95% merupakan kasus hipertensi primer atau hipertensi esensial (tidak diketahui sebabnya).2

1. Etiologi HipertensiBerdasarkan etiologinya, hipertensi terbagi menjadi dua, yaitu hipertensi primer atau hipertensi esensial dan hipertensi sekunder. Sebanyak 90% merupakan hipertensi esensial dan hanya 10% yang penyebabnya diketahui seperti penyakit ginjal, kelainan pembuluh darah, dan kelainan hormonal.3

0. Hipertensi PrimerHipertensi primer atau hipertensi esensial didefinisikan jika penyebab hipertensi tidak dapat diidentifikasi. Ketika tidak ada penyebab yang dapat diidentifikasi, sebagian besar merupakan interaksi yang kompleks antara genetik dan interaksi lingkungan. Biasanya hipertensi primer terjadi pada usia antara 25-55 tahun dan jarang pada usia di bawah 20 tahun.4Hipertensi sering turun temurun dalam suatu keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa faktor genetik memegang peranan penting pada patogenesis hipertensi primer. Banyak karakteristik genetik dari gen-gen ini yang mempengaruhi keseimbangan natrium, tetapi adanya mutasi-mutasi genetik yang merubah ekskresi urin, pelepasan nitrit oksida, ekskresi aldosteron, steroid adrenal, dan angiotensinogen.2

0. Hipertensi SekunderKurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder dari penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah. Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah.5Tabel 1. Penyebab Hipertensi yang Dapat Diidentifikasi.5PenyakitObat

1. Penyakit ginjal kronis1. Hiperaldosteronisme primer1. Penyakit renovaskular1. Sindroma Cushing1. Pheochromocytoma1. Koarktasio aorta1. Penyakit tiroid atau paratiroid

1. Kortikosteroid, ACTH1. Estrogen (biasanya pil KB dengan kadar estrogen tinggi)1. NSAID, cox-2 inhibitor1. Fenilpropanolamine dan analog1. Cyclosporin dan Tacrolimus1. Eritropoetin1. Sibutramin1. Antidepresan (terutama Venlafaxine)

Penyakit ginjal adalah penyebab terbanyak pada hipertensi sekunder. Hipertensi dapat timbul dari penyakit diabetes nefropati, glomerulonefritis, penyakit tubulus intertisial, dan polikistik ginjal. Kebanyakan kasus berhubungan dengan peningkatan volume intravaskular atau peningkatan sistem renin-angiotensin-alodesteron.6

1. Klasifikasi HipertensiAda beberapa klasifikasi dari hipertensi, di antaranya menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) sebagai berikut:5Tabel 2. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 75Klasifikasi Tekanan DarahTDS (mmHg)TDD (mmHg)

Normal< 120dan < 80

Prehipertensi120 139atau 80 89

Hipertensi derajat 1140 159atau 90 99

Hipertensi derajat 2 160atau 100

TDS = Tekanan Darah Sistolik, TDD = Tekanan Darah Diastolik

Menurut JNC 7, klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa di atas 18 tahun terbagi menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2.

1. Faktor Risiko HipertensiFaktor risiko hipertensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor risiko reversibel (dapat diubah) dan ireversibel (tidak dapat diubah). Faktor risiko ireversibel adalah usia, jenis kelamin, ras, genetik, dan riwayat keluarga yang memiliki hipertensi, sedangkan faktor risiko reversibel adalah prehipertensi, berat badan berlebih, kurang aktivitas, konsumsi makanan yang mengandung natrium tinggi, merokok, dan sindroma metabolik.11. Faktor Risiko Ireversibel4. UsiaSemakin tua seseorang semakin besar risiko terserang hipertensi karena arteri semakin kehilangan elastisitasnya. Hipertensi paling sering dijumpai pada orang berusia 35 tahun atau lebih. Prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40% dengan kematian sekitar 50% di atas umur 60 tahun. Tekanan sistolik meningkat sesuai dengan usia, sedangkan tekanan diastolik tidak berubah mulai dekade ke-5. Hipertensi sistolik terisolasi merupakan jenis hipertensi yang paling ditemukan pada orang tua.14. Jenis KelaminBila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, terdapat angka yang cukup bervariasi. Di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk wanita. Prevalensi di Sumatera Barat 18,6% pria dan 17,4% perempuan, sedangkan daerah perkotaan di Jakarta didapatkan 14,6% pria dan 13,7% wanita.84. RasHipertensi lebih sering terdapat pada ras Afrika-Amerika dibandingkan dengan orang kulit putih, dan pada kedua ras tersebut biasanya lebih banyak pada golongan sosioekonomi rendah.14. GenetikPeran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar monozigot daripada heterozigot.24. Riwayat KeluargaMenurut Nurkhalida, orang-orang dengan sejarah keluarga yang mempunyai hipertensi lebih sering menderita hipertensi. Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada hipertensi primer. Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat. Jika kedua orang tua mempunyai hipertensi, kemungkinan mendapatkan penyakit tersebut 60%.81. Faktor Risiko Reversibel 1. Kebiasaan MerokokHubungan antara rokok dengan peningkatan risiko kardiovaskular telah banyak dibuktikan. Selain dari lamanya, risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap per hari. Seseorang yang merokok lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok. Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida, yang diisap melalui rokok dan masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi.1

1. Konsumsi Garam Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah, sedangkan jika asupan garam antara 5-15 gram perhari prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung, dan tekanan darah. Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena menarik cairan di luar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari setara dengan 110 mmol natrium atau 2400 mg/hari.1,41. Konsumsi Lemak JenuhKebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan, dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian, dan makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah.21. Penggunaan JelantahJelantah adalah minyak goreng yang sudah lebih dari satu kali dipakai untuk menggoreng, dan minyak goreng ini merupakan minyak yang telah rusak. Bahan dasar minyak goreng bisa bermacam-macam seperti kelapa, sawit, kedelai, jagung dan lain-lain. Meskipun beragam, secara kimia isi kandungannya sebetulnya tidak jauh berbeda, yakni terdiri dari beraneka asam lemak jenuh (ALJ) dan asam lemak tidak jenuh (ALTJ). Dalam jumlah kecil terdapat lesitin, cephalin, fosfatida, sterol, asam lemak bebas, lilin, pigmen larut lemak, karbohidrat dan protein. Hal yang menyebabkan berbeda adalah komposisinya. Minyak sawit mengandung sekitar 45,5% ALJ yang didominasi oleh lemak palmitat dan 54,1% ALTJ yang didominasi asam lemak oleat sering juga disebut omega-9. Minyak kelapa mengadung 80% ALJ dan 20% ALTJ. Minyak zaitun dan minyak biji bunga matahari hampir 90% komposisinya adalah ALTJ.8

1. Kebiasaan Minum Minuman BeralkoholPeminum alkohol berat cenderung hipertensi meskipun mekanisme timbulnya hipertensi belum diketahui secara pasti. Peningkatan kadar kortisol serta peningkatan volume sel darah merah dan kekentalan darah merah diduga berperan dalam menaikkan tekanan darah. Orang yang minum alkohol terlalu sering atau terlalu banyak memiliki tekanan yang lebih tinggi dari pada individu yang tidak minum atau minum sedikit alkohol.11. ObesitasRisiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obesitas 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih. Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi lemak. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan tubuh menahan natrium dan air.1,61. OlahragaKurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko hipertensi karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri.71. StresStres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu dan bila stres sudah hilang, tekanan darah bisa normal kembali. Peristiwa mendadak menyebabkan stres dapat meningkatkan tekanan darah, namun akibat stres berkelanjutan yang dapat menimbulkan hipertensi belum dapat dipastikan. Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Stres ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal2

1. Sindroma MetabolikSindroma metabolik didefinisikan bila terpenuhi tiga kriteria berikut:1 1. Lingkar perut membesar (pria > 100 cm, wanita > 90 cm)1. Gula puasa darah terganggu (normal < 126 md/dl).1. Peningkatan tekanan darah 130/85 mmHg, trigliserida plasma 150 mg/dl, atau kolesterol HDL (pria 100 mHg)Kombinasi dua obat. Biasanya diuretic dengan ACEI atau BB atau CCBTarget tekanan darah terpenuhiOptimalkan dosis obat atau berikan tambahan obat antihipertensi lain. Perimbangkan untuk konsultasi dengan dokter spesialis

Gambar 7. Algoritma Penanggulangan Hipertensi5Prinsip pengobatan hipertensi adalah sebagai berikut:140. Sekiranya tekanan darah tidak mencapai yang diinginkan,dosis obat ditingkatkan sampai dosis maksimum. Bisa juga digantikan dengan obat dalam kelas yang lain atau ditambah obat kedua dari kelas yang lain.0. Sekiranya respon inisial adekuat, pengobatan diteruskan.0. Untuk penambahan obat, pertimbangkan untuk menambah diuretik.0. Apabila ada kelainan ginjal, pertimbangkan loop diuretic berbanding diuretik tiazid.0. Jangan kombinasi obat dari kelas yang sama.Antihipertensi seperti vasodilator langsung, adrenolitik sentral (2 agonis), dan penghambat saraf adrenergik tidak digunakan untuk monoterapi tahap pertama, tetapi hanya antihipertensi tambahan. Jika respon kurang atau parsial, akan dilakukan penambahan obat ke-2 dari golongan lain sedangkan jika respon kecil, dilakukan penggantian jenis obat.Pilihan obat bagi masing-masing penderita bergantung pada:12 1. Efek samping metabolik dan subyektif yang ditimbulkan; 1. Adanya penyakit lain yang mungkin diperbaiki atau diperburuk oleh AH yang dipilih1. Adanya pemberian obat lain yang mungkin berinteraksi dengan AH yang diberikan dan biaya pengobatan. Tabel 6. Indikasi dan Kontraindikasi Kelas Utama Obat Antihipertensi Menurut ESH. Kelas obatIndikasiKontraindikasi

MutlakTidak mutlak

Diuretika (Thiazide)Gagal jantung kongestif, usia lanjut, isolated systolic hypertension, ras afrikaGoutKehamilan

Diuretika (loop)

Diuretika (antialdosteron) penyekat Insufisiensi ginjal, gagal jantung kongestif Gagal jantung kongestif, pascainfark miokardium

Angina pektoris, pasca infark miocardium gagal jantung kongestif, kehamilan, takiaritmia Gagal ginjal, hiperkalemia.

Asma, penyakit paru obstruktif menahun, A-V block

Penyakit pembuluh darah perifer, intoleransi glukosa, atlit atau pasien yang aktif secara fisik

Calcium Antagonist (dihydropiridine)

Calcium Antagonist (verapamil, diltiazem)Usia lanjut, isolated systolic hypertension, angina pectoris, penyakit pembuluh darah perifer, aterosklerosis karotis, kehamilan

Angina pectoris, aterosklerosis karotis, takikardia supraventrikuler

A-V block, gagal jantung kongestifTakiaritmia, gagal jantung kongestif

Penghambat ACE

Angiotensi II reseptor antagonist (AT1-blocker)Gagal jantung kongestif, disfungsi ventrikel kiri, pasca infark myocardium, non-diabetik nefropati, nefropati DM tipe 1, proteinuria

Nefropati DM tipe 2, mikroalbumiuria diabetic, proteinuria, hipertrofi ventrikel kiri, batuk karena ACEIKehamilan, hiperkalimea, stenosis arteri renalis bilateral

Kehamilan, hiperkalemia, stenosis arteri renalis bilateral

-BlockerHyperplasia prostat (BPH), hyperlipidemiaHipotensi ortostatisGagal jantung kongestif

Tabel 7 Tatalaksana hipertensi menurut menurut JNC75Klasifikasi TDS (mmHg)TDD (mmHg)Perbaikan Pola HidupTanpa Indikasi yang MemaksaDengan Indikasi yang Memaksa

Normal< 120dan 20% dari awal, dosis diberikan 30 mg/jam sampai target tercapai Diteruskan dengan dosis maintenance 5-10 mg/jam dengan observasi 4 jam kemudian diganti dengan tablet oral.0. Nicardipin (Perdipin) iv (2 mg dan 10 mg/ampul) Nicardipin diberikan 10-30 mcg/kgBB bolus Bila tekanan darah tetap stabil diteruskan dengan 0,5-6 mcg/kgBB/menit sampai target tekanan darah tercapai.0. Labetolol (Normodyne) ivLabetolol diberikan 20-80 mg IV bolus setiap 10 menit atau dapat diberikan dalam cairan infuse dengan dosis 2 mg/menit.0. Nitroprusside (Nitropress, Nipride) ivNitroprusside diberikan dalam cairan infuse dengan dosis 0,25-10.00 mcg/kg/menit.

Tabel 7. Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi7 ParameterHipertensi BiasaHipertensi UrgensiHipertensi Emergensi

Tekanan darah (mmHg)> 180/110> 180/110> 220/140

GejalaSakit kepala, kecemasan; sering kali tanpa gejalaSakit kepala hebat, sesak napasSesak napas, nyeri dada, nokturia, dysarthria, kelemahan, kesadaran menurun

PemeriksaanTidak ada kerusakan organ target, tidak ada penyakit kardiovaskular Kerusakan organ target; muncul klinis penyakit kardiovaskuler, stabilEnsefalopati, edema paru, insufisiensi ginjal, iskemia jantung

TerapiAwasi 1-3 jam; memulai/teruskan obat oral, naikkan dosisAwasi 3-6 jam; obat oral berjangka kerja pendekPasang jalur IV, periksa laboratorium standar, terapi obat IV

RencanaPeriksa ulang dalam 3 hariPeriksa ulang dalam 24 jamRawat ruangan/ICU

Tabel 8. Obat Antihipertensi Oral untuk Hipertensi Urgensi7ObatDosisEfek / Lama KerjaPerhatian khusus

Captopril12,5 - 25 mg PO; ulangi per 30 min ; SL, 25 mg15-30 min/6-8 jam ; SL 10-20 min/2-6 jamHipotensi, gagal ginjal, stenosis arteri renalis

ClonidinePO 75 - 150 ug, ulangi per jam 30-60 min/8-16 jamHipotensi, mengantuk, mulut kering

Propanolol10 - 40 mg PO; ulangi setiap 30 min15-30 min/3-6 jamBronkokonstriksi, blok jantung, hipotensi ortostatik

Nifedipine5 - 10 mg PO; ulangi setiap 15 menit5 -15 min/4-6 jamTakikardi, hipotensi, gangguan koroner

SL, Sublingual. PO, Peroral

Tabel 9. Obat Antihipertensi Parenteral untuk Hipertensi Emergensi7ObatDosisEfek / Lama KerjaPerhatian khusus

Sodium nitroprusside0,25-10 mg / kg / menit sebagai infus IVlangsung/2-3 menit setelah infusMual, muntah, penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan keracunan tiosianat, methemoglobinemia, asidosis, keracunan sianida.Selang infus lapis perak

Nitrogliserin500-100 mg sebagai infus IV2-5 min /5-10 minSakit kepala, takikardia, muntah, , methemoglobinemia; membutuhkan sistem pengiriman khusus karena obat mengikat pipa PVC

Nicardipine5-15 mg / jam sebagai infus IV1-5 min/15-30 minTakikardi, mual, muntah, sakit kepala, peningkatan tekanan intrakranial; hipotensi

Klonidin150 ug, 6 amp per 250 cc Glukosa 5% mikrodrip30-60 min/ 24 jamEnsepalopati dengan gangguan koroner

Diltiazem5-15 ug/kg/menit sebagi infus IV1-5 min/ 15- 30 minTakikardi, mual, muntah, sakit kepala, peningkatan tekanan intrakranial; hipotensi

1. Komplikasi HipertensiKomplikasi hipertensi yaitu keterlibatan target organ tubuh sebagai berikut:69. JantungPenyakit jantung merupakan penyebab yang tersering menyebabkan kematian pada pasien hipertensi. Penyakit jantung hipertensi merupakan hasil dari perubahan struktur dan fungsi yang menyebabkan pembesaran jantung kiri disfungsi diastolik, dan gagal jantung.9. OtakHipertensi merupakan faktor risiko yang penting terhadap infark dan hemoragik otak. Sekitar 85 % dari stroke karena infark dan sisanya karena hemoragik. Insiden dari stroke meningkat secara progresif seiring dengan peningkatan tekanan darah, khususnya pada usia > 65 tahun. Pengobatan pada hipertensi menurunkan insiden baik stroke iskemik ataupun stroke hemorgik.

9. GinjalHipertensi kronik menyebabkan nefrosklerosis, penyebab yang sering terjadi pada renal insufficiency. Pasien dengan hipertensif nefropati, tekanan darah harus 130/80 mmHg atau lebih rendah, khususnya ketika ada proteinuria.

1. Prognosis HipertensiTabel 10. Faktor yang Mempengaruhi Prognosis 12

WHO membuat tabel stratifikasi dan membuat tiga kategori risiko yang berhubungan dengan timbulnya kejadian penyakit kardiovaskular selama 10 tahun ke depan yaitu (1) risiko rendah, kurang dari 15%, (2) risiko menengah , sekitar 15-20%, dan (3) risiko tinggi, lebih dari 20%.12Tabel 11. Prognosis Hipertensi12

BAB IILAPORAN KASUS

STATUS PASIEN1. Identitas Pasien1. Nama/ kelamin/ umur: Rosmaini/perempuan/56 tahun1. Pekerjaan/ pendidikan: Ibu Rumah Tangga/SMA1. Alamat: Sungai lareh2. Latar belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga1. Status perkawinan: menikah1. Jumlah anak: 3 orang1. Status ekonomi keluarga: cukup1. Kondisi rumah : Rumah permanen 1 lantai, pekarangan kecil Sumber air minum berasal dari air galon WC ada di luar rumah Sampah dibakar 1. Kondisi lingkungan keluarga Pasien tinggal bersama suaminya, 3 orang anak, 1 orang menantu dan 1 orang cucunya yang baru saja lahir (masih di rumah sakit). Pasien tinggal di lingkungan tidak padat penduduk3. Aspek Psikologis Keluarga Hubungan dengan anggota keluarga baik Faktor stress dalam keluarga tidak ada.4. Riwayat Penyakit Dahulu/ Penyakit Keluarga Pasien telah dikenal hipertensi sejak 1 tahun yang lalu Riwayat hipertensi pada keluarga ada yaitu ibu pasien Riwayat diabetes melitus pada keluarga ada5. Keluhan UtamaSakit kepala sejak satu hari yang lalu6. Riwayat Penyakit Sekarang Sakit kepala sejak satu hari yang lalu, sakit kepala tidak terasa berputar, sakit kepala terasa sepanjang hari, tidak bertambah dengan aktivitas dan tidak berkurang dengan istirahat, sakit terasa seperti ditusuk-tusuk. Rasa berat ditengkuk ada Jantung berdebar-debar tidak ada Penglihatan kabur tidak ada Mual muntah tidak ada Nyeri dada tidak ada Sesak napas setelah bekerja berat tidak ada Terbangun malam hari karena sesak tidak ada Riwayat kelemahan anggota badan tidak ada Riwayat banyak makan,banyak minum, dan sering BAK disangkal BAK dan BAB biasa Riwayat makan makanan yang mengandung banyak garam dan lemak ada. Pasien adalah seorang ibu rumah tangga, dengan aktivitas kurang dan jarang berolahraga Pasien sejak 1 tahun yang lalu di kenal hipertensi, dan pemeriksaan tekanan darah terakhir sudah normal lalu pasien tidak ada kontrol lagi7. Pemeriksaan FisikStatus GeneralisKeadaan Umum: BaikKesadaran: CMCNadi:teraba kuat, teratur, frekuensi 92 kali/menitNafas: teratur , frekuensi 22 x/menitTD: 170/110 mmHgSuhu: afebrisBB: 65 kgTB: 156 cm BMT : 27,08 (overweight)Mata: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterikKulit: turgor kulit baikDadaParu: Inspeksi : simetris kanan dan kiri Palpasi : fremitus sama kiri dan kanan Perkusi : sonor Auskultasi: vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)Jantung: Inspeksi: iktus tidak terlihat Palpasi: iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC VPerkusi: Atas RIC II Kanan Linea strnalis dekstra Kiri 1 jari medial LMCS RIC VAuskultasi: bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)Abdomen Inspeksi: tidak tampak membuncitAuskultasi: bising usus (+) normallPerkusi: timpani Palpasi : supel, hepar dan lien tidak terabaAnggota Gerak : refleks fisiologis ++/++ reflex patologi -/-8. Pemeriksaan Anjuran : - Pemeriksaan mata Elektrokardiografi Pemeriksaan kolesterol9. Diagnosis Kerja : Hipertensi stage II tidak terkontrol10. Diagnosis Banding : -11. Manajemen 1. Preventif : Tidak mengkonsumsi makanan seperti jeroan, durian, daging terutama daging kambing. Kurangi makanan yang digoreng. Kurangi takaran garam setiap memasak. Meningkatkan konsumsi buah dan sayur karena dapat membantu menurunkan tekanan darah seperti timun, alpukat, mangga, jeruk, buah naga dan lain-lain. Jangan terlalu banyak pikiran dan kontrol stress. Menjaga hubungan baik dengan siapa pun. Olahraga teratur seperti jalan kaki 2-3x/minggu masing-masing 30 menit. Istirahat cukup dengan tidur minimal 6-8 jam sehari. Kontrol berat badan supaya ideal dengan memperhatikan gaya hidup Kontrol tekanan darah teratur minimal 1 kali seminggu ke Puskesmas dan minum obat teratur1. Promotif Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa penyakit hipertensi ini tidak dapat disembuhkan namun bisa dikontrol dengan membiasakan pola hidup sehat seperti tidak mengkonsumsi makanan seperti jeroan, durian, daging terutama daging kambing, kurangi makanan yang digoreng, kurangi takaran garam setiap memasak, meningkatkan konsumsi buah dan sayur karena dapat membantu menurunkan tekanan darah seperti timun, alpukat, mangga, jeruk, buah naga dan lain-lain. Menerangkan kepada pasien resiko hipertensi yang tidak terkontrol, efek jangka panjang terhadap organ tubuh lain.1. Kuratif Obat tablet captopril 25 mg diminum dua kali sehari satu tablet Hidrochlortiazide 25mg diminum satu kali sehari setengah tablet Vitamin b komplek diminum dua kali sehari satu tablet

1. Rehabilitatif Kontrol ke puskesmas 3 hari lagi

Dinas Kesehatan Kodya PadangPuskesmas Air DinginDokter: Resty, Lia, DaniTanggal: 22 November 2014

R/ Captopril tab 25 mgNo. XX S2dd tab IR/ Hidrochlortiazide 25mgNo. V S 1dd tab I/2R/ vitamin B komplek tabNo. XS 2 dd tab 1

Pro : Ny. RUmur : 56 tahunAlamat : Sungai Lareh

DAFTAR PUSTAKA

1. Habermann TM, Ghosh AK. Hypertension. In: Mayo Clinic Internal Medicine Concise Textbook, 1st edition. Canada: Mayo Foundation for Medical Education and Research. 2008; 1552-67.1. Jan SA, Wang J, Bianchi G, Birkenhager WH. Essential hypertension. The Lancet J Med. 2003; 1629-35.1. Arieska SA. Konsensus Pengobatan Hipertensi. Jakarta: Perhimpunan Hipertensi Indonesia. 2006; 5-7.1. Cowley AW. The genetic dissection of essential hypertension. Nat Rev Genet. 2006; 7(11): 829-40.1. Chobanian AV. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure: The JNC 7 Report. JAMA. 2003; 289(19): 2560-72.1. Kasper, Braunwald, Fauci. Hypertension. In: Harrisons Principles of Internal Medicine, 17th edition. New York: McGraw and Hill. 2008; 1293-331.1. McPhee, Stephen J. Hypertension. Current Medical Diagnosis and Treatment. New York: McGraw and Hill. 2009; 341-56.1. Gunawan. Hipertensi, Jakarta: Gramedia. 2001; 10-5.1. Kaplan NM. Hypertension. In: Kaplan's Clinical Hypertension, 9th edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2006; 219-27.1. Horacio J, Nicolaos E. Sodium and potassium in the pathogenesis of hypertension. N Engl J Med. 2007; 356: 1966-78.1. Institute for Clinical Systems Improvement (ICSI). Hypertension: Diagnosis and Treatment. Bloomington (MN): Institute for Clinical Systems Improvement (ICSI). 2008; 10: 23-33.1. World Health Organization (WHO). International Society of Hypertension (ISH). Statement on management of hypertension. J Hypertens 2003; 21: 1983-92.1. The Harvard Medical School. Guide to Lowering Your Blood Pressure. USA: The Harvard Medical School. 2003; 1-45.1. Nafrialdi. Antihipertensi. In: Gunawan SG, ed. Farmakologi dan Terapi, edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. 2007; 341-60.

Lampiran Foto Kabin