ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI.docx

22
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Lanjut usia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari dari usia manusia sebagai makhluk hidup yang terbatas oleh suatu putaran alam dengan batas usia 55 tahun / lebih. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah yang sering terdapat pada usia pertengahan atau lebih, yang ditandai dengan tekanan darah lebih dari normal. Hipertensi menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang mengakibatkan makin meningkatnya tekanan darah. Dari banyak penelitian epidemiologi didapatkan bahwa dengan meningkatnya umur hipertensi menjadi masalah pada lansia karena sering ditemukan pada lansia. Pada lansia hipertensi menjadi faktor utama payah jantung dan penyakit jantung koroner. Lebih dari separuh kematian di atas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan serebrovaskular. Secara nyata kematian akibat stroke dan morbiditas penyakit kardiovaskuler menurun dengan pengobatan hipertensi 1.2 Tujuan 1.2.1 Mengetahui definisi dari hipertensi pada lansia 1.2.2 Dapat menjelaskan penyebab terjadinya hipertensi pada lansia. 1.2.3 Mampu menjelaskan patofisiologi hipertensi pada lansia 1.2.4 Mengetahui askep lansia dengan hipertensi 1.3 Manfaat 1.3.1 Memahami definisi dari hipertensi pada lansia 1.3.2 Memahami penyebab terjadinya hipertensi pada lansia. 1.3.3 Memahami patofisiologi hipertensi pada lansia 1.3.4 Memahami askep lansia dengan hipertensi BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian

Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI.docx

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI.docx

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSeorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang

bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Lanjut usia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari dari usia manusia sebagai makhluk hidup yang terbatas oleh suatu putaran alam dengan batas usia 55 tahun / lebih.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah yang sering terdapat pada usia pertengahan atau lebih, yang ditandai dengan tekanan darah lebih dari normal. Hipertensi menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang mengakibatkan makin meningkatnya tekanan darah.

Dari banyak penelitian epidemiologi didapatkan bahwa dengan meningkatnya umur hipertensi menjadi masalah pada lansia karena sering ditemukan pada lansia. Pada lansia hipertensi menjadi faktor utama payah jantung dan penyakit jantung koroner. Lebih dari separuh kematian di atas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan serebrovaskular. Secara nyata kematian akibat stroke dan morbiditas penyakit kardiovaskuler menurun dengan pengobatan hipertensi

1.2 Tujuan 1.2.1 Mengetahui definisi dari hipertensi pada lansia1.2.2 Dapat menjelaskan penyebab terjadinya hipertensi pada lansia.

1.2.3 Mampu menjelaskan patofisiologi hipertensi pada lansia1.2.4 Mengetahui askep lansia dengan hipertensi

1.3 Manfaat 1.3.1 Memahami definisi dari hipertensi pada lansia

1.3.2 Memahami penyebab terjadinya hipertensi pada lansia.1.3.3 Memahami patofisiologi hipertensi pada lansia1.3.4 Memahami askep lansia dengan hipertensi

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 PengertianHipertensi merupakan gangguan kesehatan yang ditandai adanya tekanan sistolik

>140 mmHg dan tekanan diastolik >90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001). Menurut WHO (1978), tekanan darah ≥160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.

2.2 KlasifikasiKlasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2

golongan besar yaitu : Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain

Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI.docx

Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.

Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

2.3 EtiologiHipertensi pada lansia dapat disebabkan oleh interaksi bermacam-macam faktor,

antara lain: Kelelahan Proses penuaan Keturunan Diet yang tidak seimbang Stress Sosial budaya

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan–perubahan pada :

Elastisitas dinding aorta menurun Katub jantung menebal dan menjadi kaku Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun.

Kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi

Meningkatnya resistensi pembuluh darah periferMeskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data

penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :

Faktor keturunanMenurut data dari statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi

Ciri perseoranganCiri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:

a. Umur (jika umur bertambah maka TD meningkat)b. Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)c. Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih) Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :a. Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)b. Kegemukan atau makan berlebihanc. Stressd. Merokoke. Minum alcoholf. Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)

Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah : Glomerulonefritis Pielonefritis Nekrosis tubular akut Tumor Vascular Aterosklerosis Hiperplasia Trombosis Aneurisma Emboli kolestrol

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI.docx

Vaskulitis Kelainan endokrin DM Hipertiroidisme Hipotiroidisme Saraf Stroke Ensepalitis SGB Obat–obatan Kontrasepsi oral Kortikosteroid

2.4 Tanda dan gejalaTanda dan gejala hipertensi pada lansia secara umum adalah :

Sakit kepala Perdarahan hidung Vertigo Mual muntah Perubahan penglihatan Kesemutan pada kaki dan tangan Sesak nafas Kejang atau koma Nyeri dada

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

Gejala yang lazimSering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual muntah, epistaksis, kesadaran menurun.

2.5 Patofisiologi

2.6 Komplikasi

Akibat atau komplikasi dari penyakit hipertensi yang dapat terjadi pada lansia adalah :

· gagal jantung

· gagal ginjal

· stroke (kerusakan otak)

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI.docx

· kelumpuhan.

2.7 Pemeriksaan Penunjang

· Hemoglobin / hematokrit

Untuk mengkaji hubungan dari sel–sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor–faktor resiko seperti hiperkoagulabilitas dan anemia

· BUN

Memberikan informasi tentang perfusi ginjal

· GlukosaHiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi)

· Kalium serum

Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.

· Kalsium serum

Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi

· Kolesterol dan trigliserid serum

Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)

· Pemeriksaan tiroid

Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi

· Kadar aldosteron urin/serum

Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)

· Urinalisa

Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal atau adanya diabetes.

· Asam urat

Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI.docx

· Steroid urin

Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme

· IVP

Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal/ureter.

· Foto dada

Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung

· CT scan

Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati

· EKGDapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi

2.8 Penatalaksanaan

· Pencegahan Primer

Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:

1. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.

2. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.

3. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.

4. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.

· Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi berupa:

1. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.

2. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan stabil mungkin.

3. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI.docx

4. Batasi aktivitas.

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

· Terapi tanpa Obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :

a. DietDiet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

1. Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr

2. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

3. Penurunan berat badan

4. Penurunan asupan etanol

5. Menghentikan merokok

b. Latihan Fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah dianjurkan untuk penderita hipertensi. Macam olah raganya yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain

Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu

c. Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

1. Tehnik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

2. Tehnik relaksasi

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI.docx

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks

d. Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

· Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.

Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.

Pengobatannya meliputi :

Step 1

Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor

Step 2

Alternatif yang bisa diberikan :

a. Dosis obat pertama dinaikkan.

b. Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama.

c. Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator

Step 3 :

Alternatif yang bisa ditempuh :

a. Obat ke-2 diganti

b. Ditambah obat ke-3 jenis lain

Step 4

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI.docx

Alternatif pemberian obatnya :

Ditambah obat ke-3 dan ke-4

Re-evaluasi dan konsultasi

Follow Up untuk mempertahankan terapi

Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.

2.9 Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

· Aktifitas/ istirahat

Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton

Tanda : Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea

· Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner aterosklerosis.

Tanda : Kenaikan tekanan darah, tachycardi, disrythmia, denyutan nadi jelas, bunyi jantung murmur, distensi vena jugularis

· Integritas Ego

Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stress multiple (hubungan, keuangan, pekerjaan)

Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), peningkatan pola bicara

· Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit ginjal ), obstruksi.

· Makanan/ cairan

Gejala : Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol), mual, muntah, perubahan berat badan (naik/ turun), riwayat penggunaan diuretik.

Tanda : Berat badan normal atau obesitas, adanya oedem.

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI.docx

· Neurosensori

Gejala : Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital, gangguan penglihatan.

Tanda : Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori, perubahan retina optik. Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan.

· Nyeri/ ketidaknyamanan

Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/ masssa.

· Pernafasan

Gejala : Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea, batuk dengan/ tanpa sputum, riwayat merokok.

Tanda : Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan alat bantu pernafasan.

· Keamanan

Gejala : Gangguan koordinasi, cara brejalan.

B. Pemeriksaan Diagnostik

· Hb: untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel terhadap volume cairan (viskositas).

· BUN: memberi informasi tentang fungsi ginjal.

· Glukosa: mengkaji hiperglikemi yang dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).

· Kalsium serum

· Kalium serum

· Kolesterol dan trygliserid

· Urin analisa

· Foto dada

· CT Scan

· EKG

C. Kemungkinan Diagosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala) b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral.

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI.docx

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi inadekuat

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.

4. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.

5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangn

6. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh darah.

7. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang pandang, motorik atau persepsi.

D. Intervensi

1. Gangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala) b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral

Tujuan : Menghilangkan rasa nyeri

Kriteria hasil :

· Melaporkan ketidanyamanan hilang atau terkontrol.

· Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.

Intervensi :

· Pertahankan tirah baring selama fase akut.

R/ Meminimalkan stimulasi dan meningkatkan relaksasi.

· Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher.

R/ Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral, efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.

· Hilangkan/minimalkan aktifitas vasokontraksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, misalnya batuk panjang, mengejan saat BAB.

R/ Aktifitas yang meningkatkan vasokontraksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan vaskuler serebral.

· Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.

R/ Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan yang memperberat kondisi klien.

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI.docx

· Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas, diazepam dll.

R/ Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf simpatis.

2. G3 pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi inadekuat

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil :

· Klien menunjukkan peningkatan berat badan

· Menunjukkan perilaku meningkatkan atau mempertahankan berat badan ideal

Intervensi

· Bicarakan pentingnya menurunkan masukan lemak, garam dan gula sesuai indikasi.

R/ Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis, kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intra vaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi.

· Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.

R/ Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diit terakhir..

· Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk kapan dan dimana makan dilakukan, lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan dimakan.

R/ Memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan dan kondisi emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan perhatian pada factor mana pasien telah/dapat mengontrol perubahan.

· Intruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan,jeroan).

R/ Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam mencegah perkembangan aterogenesis.

· Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi.

R/ Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual.

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI.docx

3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.

Tujuan : tidak terjadi intoleransi aktivitas

Kriteria Hasil :

· Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan atau diperlukan

· Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.

Intervensi

· Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter : frekwensi nadi 20 x/menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan TD, dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusing atau pingsan.

R/ Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja jantung.

· Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan/kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri.

R/ Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual.

· Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri.

R/ Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.

· Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi/rambut dengan duduk dan sebagainya.

R/ Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

· Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam memilih periode aktivitas.

R/ Jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan.

4. Inefektif koping individu b.d mekanisme koping tidak efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistik.

Tujuan : klien menunjukkan tidak ada tanda-tanda inefektif koping

Kriteria Hasil :

· Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI.docx

· menyatakan kesadaran kemampuan koping / kekuatan pribadi

· mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk menghindari dan mengubahnya.

Intervensi

· Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, Misalnya : kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan.

R/ Mekanisme adaptif perlu untuk megubah pola hidup seorang, mengatasi hipertensi kronik dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari-hari.

· Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala, ketidak mampuan untuk mengatasi/menyelesaikan masalah.

R/ Manifestasi mekanisme koping maladaptif mungkin merupakan indicator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic.

· Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya.

R/ Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stressor.

· Libatkan klien dalam perencanaan perwatan dan beri dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan.

R/ Keterlibatan memberikan klien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan. Memperbaiki keterampilan koping, dan dapat menigkatkan kerjasama dalam regiment teraupetik.

· Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketimbang membatalkan tujuan diri / keluarga.

R/ Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistic untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya.

5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakitnya.

Tujuan : Klien menunjukkan peningkatan pengetahuan mengenai penyakitnya

Kriteria hasil

· Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regiment pengobatan.

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI.docx

· Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan. Mempertahankan TD dalam parameter normal.

Intervensi

· Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut.

R/ Mengidentifikasi tingkat pegetahuan tentang proses penyakit hipertensi dan mempermudah dalam menentukan intervensi.

· Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardivaskuler yang dapat diubah, misalnya : obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup monoton, merokok, pola hidup penuh stress dan minum alcohol (lebih dari 60 cc/hari dengan teratur).

R/ Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskuler serta ginjal.

· Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.

R/ Kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minimal klien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila klien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinyu, maka perubahan perilaku tidak akan dipertahankan.

· Jelaskan pada klien tentang proses penyakit hipertensi (pengertian,penyebab,tanda dan gejala,pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut) melalui penkes.

R/ Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien tentang proses penyakit hipertensi.

6. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh darah.

Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung

Kriteria Hasil :

· Klien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah/beban kerja jantung

· Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima,

· Memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentang normal pasien.

Intervensi

· Observasi tekanan darah

R/ Perbandingan dari tekanan darah memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan vaskuler.

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI.docx

· Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer

R/ Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati saat palpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokontriksi dan kongesti vena.

· Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.

R/ S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi atrium, perkembangan S3 menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya krakels, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik.

· Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.

R/ Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung.

· Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas atau keributan ligkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.

R/ Membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis, meningkatkan relaksasi.

· Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi.

R/ Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah.

· Kolaborasi dengan dokter dalam pembrian terapi anti hipertensi dan diuretik.

R/ Menurunkan tekanan darah.

7. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang pandang, motorik atau persepsi.

Tujuan : Tidak terjadi cidera

Kriteria hasil:

· Mengidentifikasi faktor yang meningkatkan resiko terhadap cedera.

· Memperagakan tindakan keamanan untuk mencegah cedera.

· Meminta bantuan bila diperlukan.

Intervensi:

· Lakukan tindakan untuk mengurangi bahaya lingkungan.

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI.docx

R/ Membantu menurunkan cedera.

· Bila penurunan sensitifitas taktil menjadi masalah ajarkan klien untuk melakukan:

o Kaji suhu air mandi dan bantalan pemanas sebelum digunakan.

o Kaji ekstremitas setiap hari terhadap cedera yang tak terdeteksi.

o Pertahankan kaki tetap hangat dan kering serta kulit dilemaskan dengan lotion emoltion.

R/ Kerusakan sensori pasca CVA dapat mempengaruhi persepsi klien terhadap suhu.

· Lakukan tindakan untuk mengurangi resiko yang berkenaan dengan pengunaan alat bantu.

R/ Penggunaan alat bantu yang tidak tepat atau tidak pas dapat meyebabkan regangan atau jatuh.

· Anjurkan klien dan keluarga untuk memaksimalkan keamanan di rumah.

R/ Keamanan yang baik meminimalkan terjadinya cidera

E. Evaluasi

1. Apakah rasa nyeri pasien / sakit kepala berkurang ?

2. Apakah pasien sudah bisa beraktifitas sendiri / mandiri ?

3. Apakah pola nutrisi pasien seimbang atau normal ?

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

· Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg

· Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas

o Hipertensi

o Hipertensi sistolik terisolasi

· Hipertensi pada lansia dapat disebabkan oleh interaksi bermacam-macam faktor

· Komplikasi hipertensi pada lansia adalah

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI.docx

o gagal jantung

o gagal ginjal

o stroke (kerusakan otak)

o kelumpuhan.

· Penatalaksanaan hipertensi pada lansia terdiri atas

o Pencegahan primer

o Pencegahan sekunder

3.2 Saran

Diharapkan perawat lebih mengerti tentang konsep hipertensi pada lansia dan disarankan perawat lebih banyak lagi mencari informasi tentang hipertensipada lansia sehingga bisa menambah wawasan yang lebih maksimal dan dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada lansia dengan baik dan benar

DAFTAR PUSTAKA

http://www.adsense.com

http://zieshila.wordpress.com

http://nurse87.wordpress.com

HIPERTENSI PADA LANSIA A. PENGERTIANHipertensi adalah tekanan darah yang lebih besar dibandingkan dengan tekanandarah pada keadaan normal.Tekanan darah normal yaitu :1. Sistolik (100 – 140 mmHg) adalah tekanan jantung saat memompa darahkeseluruh tubuh.2. Diastolik (60 – 90 mmHg) adalah tekanan jantung saat tidak memompa darahkeseluruh tubuh.Hipertensi yang biasa terjadi pada lansia yaitu hipertensi sistolik terisolasidimana tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolikkurang dari 90 mmHg.

B. PENYEBABAdapun penyebab terjadinya Hipertensi pada lansia antara lain:

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI.docx

1. Stress,2. Merokok,3. Kelelahan,4. Minum alkohol,5. Kegemukan (obesitas),6. Diet yang tidak seimbang,7. Konsumsi garam yang tinggi (>30 gr). C. GEJALAGejala penderita hipertensi yang terjadi pada lansia antara lain : 1. Gelisah,2. Nadi cepat,3. Sukar tidur,4. Sesak nafas,5. Sakit kepala,6. Lemah dan lelah,7. Rasa pegal di bahu,8. Jantung berdebar – debar,9. Pandangan menjadi kabur,10. Mata berkunang – kunang.

D. BAHAYAHipertensi pada lansia dapat mengakibatkan timbulnya asma dan kencing manisserta pecahnya pembuluh darah di otak sehingga terjadi kelumpuhan, kesulitanberbicara sampai kematian.

E. PENCEGAHANPencegahan Hipertensi pada lansia dapat dilakukan dengan :1. Bersantai,2. Hindari obesitas,3. Hindari merokok,4. Berolahraga secara teratur,5. Sering memakan buah – buahan dan sayur – sayuran,6. Hindari minuman yang mengandung kafein (teh, kopi dan coklat),7. Hindari makanan yang mengandung garam, berlemak dan tinggi kalori.