Laporan Job

download Laporan Job

of 32

Transcript of Laporan Job

Bab I

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Job Training

Era sekarang ini disebut sebagai era informasi. Dimana informasi memegang peranan penting dalam setiap aspek kehidupan manusia. Betapa pentingnya informasi, sehingga siapa yang banyak memiliki informasi, ia akan menguasai dunia. Pernyataan itu memang benar adanya, karena kenyataan menunjukan semakin banyak seseorang memperoleh informasi, maka pengetahuan akan semakin bertambah dan wawasan yang ia miliki semakin luas.

Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi komunikasi dewasa ini, maka ada berbagai cara yang dapat dilakukan seseorang untuk mendapat berbagai informasi yang diinginkannya. Dalam proses penyebaraluasan pesan, komunikasi terbagi ke dalam beberapa bentuk, komunikasi persona, komunikasi kelompok dan komunikasi massa.

Komunikasi massa merupakan komunikasi melalui media massa dalam rangka penyampaian pesan dan media massa merupakan alat komunikasi yang efektif dalam menyampaikan pesan komunikator kepada komunikan. Hal ini dilihat dari jumlah komunikan yang mampu dijangkau oleh media massa itu sendiri.

Kita dapat mengenal jenis-jenis media massa, diantaranya seperti televisi, radio, majalah dan surat kabar. Tetapi bila kita melihat dari sudut pers, media massa cetak seperti Surat Kabar, Majalah, Tabloid dan sebagainya, termasuk ke dalam pengertian pers secara sempit, sedangkan media massa elektronik, seperti radio siaran dan televisi siaran termasuk ke dalam pengertian pers secara luas.

Perkembangan teknologi yang begitu pesatnya, sehingga timbul berbagai macam media massa, mulai dari media cetak dan media elektronik. Dengan banyaknya media-media tersebut, maka dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk mendapatkan suatu sumber daya manusia yang berkualitas diperlukan suatu usaha yang maksimal, seperti perguruan-perguruan tinggi negeri maupun swasta mengadakan mata kuliah Aplikasi Job Training atau biasa dikenal dengan sebutan praktek kerja lapangan (PKL).

Untuk dapat merealisasikan teori-teori yang didapat dibangku kuliah dan memenuhi kurikulum yang telah ditetapkan, maka, Aplikasi/Job Training merupakan salahsatu mata kuliah yang wajib ditempuh oleh seluruh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom), khususnya jurusan jurnalistik, UNISBA. Hal imi dimaksudkan, agar mahasiswa mengetahui sejauhmana teori-teori yang telah dipelajari, dapat diterapkan dalam kehidupan yang nyata, dengan praktek atau terjun secara langsung di tempat kerja, agar nanti pada saat kerja, telah mengetahui situasi yang sebenarnya.

Mata kuliah Aplikasi/Job Training ini, dalam pelaksanaannya dapat dilakukan di instansi-instansi atau lembaga-lembagayang berkaitan erat dengan bidang kajian jurnalistik. Tujuan paling utama yang ingin dicapai adalah agar mahasiswa memperoleh pengetahuan serta pengalaman kerja di lapangan, dan mampu mempelajari, menganalisis, membandingkan, dan menggabungkan teori yang di dapatkan di perkuliahan dengan situasi kerja yang sebenarnya.

Antara teori dan prakteknya, tentu tidak sama dengan apa yang diperoleh di perkuliahan. Oleh karena itu mahasiswa dituntut untuk menerapkan pengetahuan yang didapat, dengan praktek kerja di lapangan. Hingga, pelaksanaan praktek ini dapat memberikan manfaat yang besar sebagai bekal mahasiswa guna menghadapi kehidupan jurnalistik yang sebenarnya bila meninggalkan bangku kuliahnya kelak.

1.2 Tujuan Job Training

Memberikan gambaran ruang lingkup kerja bidang jurnalistik di lapangan kerja secara praktis.

Untuk mengetahui prosedur dan tata cara kerja bidang jurnalistik. Selama ini hanya hal-hal teoritisnya saja yang cenderung diketahui oleh mahasiswa, hingga diperlukan pengetahuan dan pengalaman dunia kerja jurnalistik di lapangan.

Untuk mengaplikasikan pengetahuan serta teori yang di dapat dari perkuliahan dengan mempertemukan langsung pada dunia kerja jurnalistik yang sesungguhnya, sehingga mahasiswa tidak akan canggung lagi bila mereka terjun langsung ke dunia kerja jurnalistik.

Menambah dan menggali pemahaman maupun pengalaman kerja bidang jurnalistik.

1.3 Tempat dan Waktu Job Training

Tempat pelaksanaan Job Training di Harian Umum Pikiran Rakyat (PR), yang bertempat di Jl. Soekarno Hatta No. 147, telp (022) 6037755. Sedangkan waktunya dari tanggal 12 Agustus s/d 12 Oktober 2002, jam yang dilakukan tidak tentu antara pukul 08.00 s/d 20.00 WIB.

1.4 Kegiatan yang dilaksanakan

Kegiatan yang dilakukan mulai dari pencarian berita, pengolahan berita, sampai dengan pembuatan berita. Dalam pencarian berita mahasiswa ditugaskan pada Desk Bandung Kota. Namun, penempatan desk ini, bisa diputar setiap minggunya agar mahasiswa dapat melakukan pencarian, pengolahan dan pembuatan berita di desk manapun, tidak terikat hanya pada satu desk.

Bab II

Tinjauan Pustaka

2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi Massa

2.1.1 Pengertian komunikasi massaInformasi yang dibutuhkan oleh masyarakat dapat ditunjang oleh media sebagai alat bantu dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Komunikasi massa yang merupakan salahsatu bentuk komunikasi, diartikan sebagai komunikasi yang menggunakan media massa.

Salah seorang pakar komunikasi massa, Jallaludin Rakhmat, dalam bukunya psikologi komunikasi, menyebutkan bahwa abad ini disebut sebagai abad komunikasi massa (Rakhmat, 1989:106). Tentunya pernyataan ini, sangat relevan dengan situasi yang ada pada saat ini, dimana teknologi komunikasi massa mengalami kemajuan yang sangat pesat.

Media massa disini berupa televisi, radio, surat kabar, majalah dan bentuk media informasi lainnya. Melalui media cetak, pesan yang disampaikan lebih dimengerti dibandingkan dengan media massa elektronik. Hal ini disebabkan pesan yang disampaikan media elektronik sifatnya serempak dan sekilas diterima oleh khalayak, sedangkan media cetak memung,kinkan pembaca tidak dikuasai oleh waktu. Pembaca dapat langsung membacanya atau dapat juga disimpan dahulu, untuk dibaca lain waktu, yanpa menghilangkan nilai aktualitas pada pesan yang ada. Pada media cetak elektronik, hal ini tidak mungkin terjadi, karena pesan yang disampaikan oleh media elektonik bersifat langsung dan tidak dapat diulang.

2.1.2 Karakteristik Komunikasi MassaDalam komunikasi massa diperlukan memahami terlebih dahulu karakteristik dari komunikasi melalui media massa ini. Dengan memahami karakteristik dari komunikasi yang digunakan, maka seorang komunikator sebagai pemrakarsa dalam komunikasi diharapkan dapat melakukan dengan baik.

Menurut Onong Uchjana Effendy, karakteristik komunikasi massa ada empat macam;

a. Komunikasi bersifat umum.

Pesan yang disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang. Film, radio, televisi bila dipergunakan untuk keperluan pribadi dalam lingkup organisasi tertututp, tidak dapat dikatakan komunikasi massa.

b. Komunikasi bersifat heterogen.

Massa dalam komunikasi massa terjadi dari orng-orng yang heterogen yang meliputi penduduk bertempat tinggal dalam kondisi yang sangat berbeda, kebudayaan yang beragam berasal dari berbagai jenis masyarakat.

c. Komunikasi menimbulkan keserempakan

Yang dimaksud dengan keserempakan adalah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator dan penduduk satu dengan yang lainnya, berada dalam keadaan terpisah. Secara lebih sederhana, informasi diterima secara serempak. Misalnya, televisi.

d. Komunikasi massa menggunakan komuniksai satu arah.

Komunikasi dengan menggunakan media massa, berlaku dalam satu arah. Dimana semua media massa tadi dilancarkan oleh sumbernya kepada khalayak ramai tanpa direspon pada waktu bersamaan, sebagaimana terjadi pada komunikasi antar persona.

Media komunikasi massa yang sering dibahas oleh para ahli ialah media yang memiliki ciri khas, yakni yang berkemampuan memikat perhatian khalayak secara serempak (simultaneous) dan serentak (instataneous). (Effendy, 1993 : 13)

Media-media tersebut terdiri dari :

1. Pers ialah lembaga kemasyarakatan dan merupakan sub sistem dari sistem kemasyarakatan, dimana pers berada bersama-sama dengan sub sistem lainnya.Dengan demikian, maka pers tidak hidup secara sendiri, melainkan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. Pers yang sukses menyiarkan informasi kepada khalayak ialah pers yang mampu melayani hak untuk mengetahui yang dimiliki khalayak. (Effendy, 1993 : 117)

2. Radio merupakan kekuasaan kelima setelah pers yang dianggap sebagai kekuasaan keempat. Radio sifatnya auditif (hanya dapat didengar). Radio siaran dalam arti kata broadcast dimulai pada tahuun 1920 oleh stasiun radio JDKA Piitsburg di Amerika Serikat. Saat itu radio dirasakan sebagai hasil penemuan yang penting artinya bagi kehidupan manusia yang pengaruhnya dapat dirasakan dalam berbagai bidang. (Effendy, 1993 : 163)

3. Televisi ialah suatu program siaran yang dapat dilihat dan didengar oleh penonton, karena dipancarkan oleh pemancar. Kalau pemancarnya mati atau tidak diudara, maka mereka tidak bisa melihat apa-apa. Televisi terdiri dari kata tele yang berarti jauh dan visi yang berarti penglihatan. Segi jauhnya diusahakan oleh prinsip radio dan segi penglihatannya oleh gambar. (Effendy, 1993 : 195)

4. Film ialah suatu media komunikasi massa yang diciptakan untuk menghibur penonton, dengan melakukan permainan kamera sehingga diperoleh suatu bentuk cerita yang bagus dan dapat membuat penonton terpesona. Perkembangan film ini mulai dari film tanpa adanya suara sampai dengan film yang berbentuk seperti saat ini. (Effendy, 1993 : 213)

2.2 Pengertian Jurnalistik

Jurnalistik yaitu suatu istilah yang berasal dari bahasa Belanda Journalistiek dan dalam bahasa Inggris Journalism, yang bersumber pada perkataan Journal sebagai terjemahan dari bahasa latin Diurna, ayang berarti harian atau setiap hari.

Secara singkat Jurnalistik dapat didefinisikan sebagai keteraampilan atau mengelola bahan berita mulai dari peliputan sampai pada penyusunan yang layak disebarluaskan pada masyarakat. Sesuatu yang terjadi di dunia, apakah itu fakta, peristiwa atau pendapat yang diucapkan seseorang. Jika diperkirakan akan menarik perhatian khalayak, merupakan sumber lahan bagi jurnalistik sebagai bahan dasar berita untuk disebarluaskan kepada mastarakat luas.

Pada mulanya, secara historis jurnalistik hanya mengelola hal-hal yang bersifat informatif saja. Ini terbukti pada Acta Diurna, sebagai produk jurnalistik pertama pada zaman Romaw kuno, ketika Julius Caesar berkuasa. Dalam perkembangan berikutnya, menurut Onong Uchjana Effendy, menulis dalam surat kabar dapat mencapai rakyat secara masal, dipergunakan oleh kaum idealis untuk melakukan kontrol sosial, sehingga surat kabar tidak hanya berlaku informatif, tapi juga persuasif antara lain tajuk rencana (editorial), pelaporan selidik (investigasi reporting). (Effendy, 1993 : 66)

2.3 Pengertian Surat Kabar

Surat kabar ialah media massa yang paling tua dibandingkan dengan media massa lainnya, paling banyak dan paling luas dalam penyebarannya, mampu merekam kejadian sehari-hari sepanjang sejarah di negara manapun di dunia.

Karakteristik lain surat kabar adalah sebagai berikut :

1. Publisitas yaitu penyebaran kepada publik, oleh karena itu sifat surat kabar adalah umum.

2. Perioditas yaitu keteraturan terbitnya surat kabar bisa satu hari sekali, dua kali sehari dapat pula satu kali seminggu atau dua kali seminggu.

3. Universalitas yaitu kesemestaan, isinya aneka ragam dari seluruh dunia.

4. Aktualitas yaitu kecepatan laporan tanpa menyampingkan pentingnya kebenaran berita. (Effendy, 1993 : 91)

Sedangkan fungsi dari surat kabar iru sendiri adalah :

1. Fungsi untuk menyiarkan informasi ialah fungsi surat kabar yang paling utama.

2. Fungsi mendidik sebagai sarana pendidikan massa. Surat kabar memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan.

3. Fungsi menghibur dari surat kabar yang bersifat hiburan, yang dimuat surat kabar untuk mengimbangi hard news dan artikel-artikel berbobot.

4. Fungsi mempengaruhi yaitu fungsi yang menyebabkan surat kabar memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. (Effendy, 1993 : 93-94)

2.4 Pengertian Berita

Menurut batasan atau definisi, berita dalam arti teknis jurnalistik adalah laporan tentang ide atau fakta yang termassa, yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca, apa itu karena luar biasa, penting atau akibat dari sesuatu, atau bisa juga karena mencakup segi-segi human interest seperti hunor, emosi dan ketegangan. (Assegaff, 1983 : 24)

Dalam menulis berita yang baik diperlukan suatu syarat-syarat menulis berita, yaitu :

1. Fakta, artinya berita yang ditulis merupakan suatu fakta yang nyata. Dalam dunia jurnalistik fakta itu sendiri terdiri dari kejadian nyata, pendapat dan pernyataan sumber.

2. Objektif, artinya berita yang ditulis wartawan harus objektif atau sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Dalam menulis berita tidak boleh dibumbui dan menyimpang dari keadaan yang sebenarnya, sehingga dapat merugikan pihak-pihak yang diberitakan.

3. Keseimbangan, artinya berita yang ditulis harus berimbang dan adil. Sebaiknya wartawan mengabdi pada kebenaran ilmu atau kebenaran ilmu sendiri, bukan mengabdi pada sumber berita.

4. Lengkap, artinya berita yang disajikan harus lengkap. Kelengkapan berita itu dikorelasikan dengan rumusan penulisan berita 5W+1H (what, where, when, who, why, how)5. Akurat, artinya dalam menulis berita itu harus tepat dan akurat. Artinya berita tersebut benar dan tidak ada kesalahan-kesalahan. Segala sesuatu yang tepat, benar dan akurata maka akan tersaji dengan mantap, selain itu juga berita yang akurat akan mendatangkan wibawa bagi pembaca dan masyarakat. (Widodo, 1997 : 36)

Berita-berita yang dimuat di surat kabar beragam jenisnya, tergantung dari :

1. Berdasarkan sifat dan kejadian berita atau sifat terjadinya, maka macam berita yang ditimbulkannya adalah berita-berita yang diduga, yakni berita-berita yang sudah diduga akan terjadi. Kemudian berita yang tidak diduga, yakni berita-berita yang kejadiannya tidak terduga sama sekali.

2. Macam berita berdasarkan masalah yang dicakup. Dalam bagian ini sesungguhnya amat banyak, karena jika meneliti isi surat kabar, maka kita akan menjumpai bermacam-macam berita berdasarkan masalah yang diangkat. Seperti ekonomi, politik, kejahatan, kecelakaan, olahraga, militer, ilmiah dan lain-lain. (Assegaff, 1983 : 40)

2.5 Pengertian Wawancara

Wawancara merupakan bagian penting dari kegiatan dalam mencari berita. Wawancara merupakan aktivitas dimana wartawan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada narasumber.

Pada dasrnya wawancara sebagai operasi mencari berita dengan cara menghubungi sumber yang diwawancarai. Baik itu dilaksanakan secara langsung/tatap muka (face to face), tidak langsung atau bermedia seperti telepon maupun surat/tertulis. Dan proses interview tersebut wartawan memberikan pertanyaan dan sumber berita memberikan jawaban-jawaban.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan wawancara adalah sebagai berikut :

1. Berita interview, yaitu berita-berita yang diperoleh wartawan khusus dari data interview. Baik itu dengan tokoh, pejabat, pemimpin, pahlawan, orang sukses dan lain-lain.

2. Berita atas dasar interview, yaitu dalam mencari berita, wartawan membutuhkan atau memperoleh keterangan-keterangan, yang sifatnya melengkapi atau bisa berupa konfirmasi, dari pihak-pihak yang berhubungan dengan kejadian atau suatu peristiwa. Sehingga berita yang diperolehnya menjadi komplit atau lengkap. (Widodo, 1997 : 54).

Ditinjau dari tujuannya, maka interview dibagi menjadi dua macam, yaitu:

1. Interview Berita (News Interview), yaitu wawancara yang dilakukan wartawan atas dasar adanya berita yang dianggap penting atau adanya suatu peristiwa yang berkembang.

2. Interview Pribadi (Personality Interview), yaitu kegiatan interview yang dilakukan oleh wartawan, untuk mendapatkan keterangan-keterangan, pendapat atau hal-hal lain, mengenai pribadi atau diri yang di interview. (Widodo, 1997 : 55)

2.6 Pengertian Bahasa Jurnalistik

Bahasa yang digunakan wartawan dinamakan dengan bahasa pers bahasa jurnalistik. Bahasa pers ialah salh satu ragam bahasa. Bahasa Juunalistik memiliki sifat-sifat khas yaitu singkat, padat sederhana, lancar, jelas, lugas dan menarik. Kemudian bahasa jurnalistik juga digunakan untuk menulis naskah atau berita di media komunikasi massa, seperti surat kabar, majalah dan lain-lain.

Untuk lebih mendalami pengertian bahasa jurnalistik, antara lain adalah

1. Menurut Prof. S. Wojowasito yaitu pakar dari IKIP Malang, Jawa Timur, menjelaskan bahwa bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa, yang tampak dalam surat kabar dan majalah-majalah. Dengan fungsi demikian itu, bahasa tersebut harus jelas, mudah dibaca oleh mereka dengan ukuran intelek minimal. Hingga, sebagian masyarakat yang melek huruf dapat menikmati isinya. Walaupun demikian tuntutan bahwa bahasa jurnalistik haruslah baik, tak boleh ditinggalkan. Dengan kata lain bahasa jurnalistik yang baik haruslah sesuai dengan norma-normatata bahasa, yang antara lain terdiri atas susunan kalimat yang benar, pilihan kata yang cocok.

2. Menurut Rosihan Anwar yaitu seorang sastrawan dan wartawan senior, dalam bukunya Jurnalistik Indonesia dan Komposisi, berpendapat bahwa bahasa yang digunakan oleh wartawan, dinamakan bahasa pers atau bahasa jurnalistik. Bahasa jurnalistik memiliki sifat0sifat yang khas yaitu lancar, lugas sederhana, singkat dan menarik. Akan tetapi jangan dilupakan, bahasa jurnalistik harus didasrkan pada bahasa baku.

3. Menurut Dr. yus Badudu dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa mengatakan, bahasa surat kabar harus singkat, lugas, sederhana, padat, jelas tetapi selalu menarik. Sifat-sifat itu harus dipenuhi oleh bahasa surat kabar, mengingat surat kabar dibaca oleh lapisan-lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya. Mengingat orang tidak harus menghabiskan waktunya hanya dengan membaca surat kabar. Harus lugas tetapi jelas, agar mudah dipahami. Orang tidak perlu mesti mengulang-ulang, apa yang dibacanya karena ketidakjelasan bahasa yang digunakan dalam surat kabar itu. (Widodo, 1997 : 63)

Pada prinsipnya, untuk penggunaan bahasa Indonesia dalam menulis berita, dibutuhkan adanya patokan atau pedoman yang mendasar. Pedoman itu antara lain :

1. Ringkas, yaitu dalam menulis berita wartawan harus hemat kata. Penggunaan kata-kata yang mubazir harus dihilangkan. Secara mendasar bisa dikatakan dengan menggunakan kata yang sedikit mungkin, bisa mewakili kalimat atau kata yang panjang dengan prinsip hemat kata.

2. Jelas, yaitu wartawan dalam menulis berita harus jelas, dalam artian mudah dipahami pembaca.

3. Tertib pada aturan atau norma-norma yang berlaku dalam menulis berita. Apakah itu mengenai penggunaan bahasa, susunan kata, prioritas dan sebagainya.

4. Singkat, maksudnya dalam menulis berita, hendaknya wartawan menggunakan kata-kata yang singkat.

5. Menarik, yaitu menulis berita yang menarik adalah sangat penting.Hal ini menjadi tugas wartawan dan sekaligus sangat mempengaruhi oleh kemampuan seorang wartawan. (Widodo, 1997 : 65-68)

2.7 Profesi Kewartawanan

Wartawan adalah pekerjaan mencatat pelbagai kejadian di masyarakat. Mangikuti definisi jurnalistik dalam, catatan harian, wartawan mengerjakan pencarian fakta dan data dari peristiwa yang terjadi. Semua catatannya dijadikan berita. Maka itu, peristiwa yang berlangsung di masyarakat belum berarti berita bila belum dilaporkan oleh wartawan.

Wartawan adalah setiap orang yang melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan warta atau berita; baik pada surat kabar, majalah, radio, televisi, film, maupun kantor berita. Yang bekerja pada surat kabar atau majalah, biasanya disebut wartawan media cetak, sebaliknya yang bekerja di radio, televisi, atau film disebut wartawan media elektronika, yang bekerja pada kantor-kantor berita disebut wartawan kantor berita.

Secara singkat ada dua jenis wartawan berdasarkan tugas yang dikerjakan yaitu reporter dan editor. Reporter (dari report berarti laporan) adalah orang yang membawa laporan itu disebut pelapor, jurnalis, wartawan. Koresponden termasuk golongan reporter, karena pekerjaannya mencari dan menulis berita.

Editor disebut disebut redacteur (Perancis dan Belanda) di Indonesiakan menjadi redaktur (Rosihan Anwar, 1966 : 1). Wartawan yang menjadi redaktur, biasanya mengetuai sidang atau dewan redaksi (Junaedhie, 1991 : 227). Tugasnya menyunting, menolak, menerima berita untuk dimuat.

Jadi, reporter adalah orang yang mencari, menghimpun, dan menulis berita, sedangkan editor adalah orang yang menilai, menyunting berita dan menempatkannya dalam koran (Rosihan Anwar).

Di negara-negara seperti Amerika Serikat, Jerman, Swedia, Norwegia, Swiss dan Filipina, hak profesional yang mutlak (absolute professionall right) yang dituntut para wartawan, dilindungi pemerintah.

Apapun yang menjadi kriteria sebuah profesi, umumnya para wartawan melihat dunia mereka, dunia kewartawanan sebagai sebuah profesi. Seorang wartawan adalah seorang profesional, punya kebanggan profesi yang akan mereka pertahankan dengan cara apapun dan akan melindungi citranya dari berbagai gangguan dan ancaman yang akan merusaknya.

Profesionalisme kewartawanan juga terkait dengan keorganisasian wartawan sebagai asosiasi profesi, seperti AJI, PWI, IJTI (Ikatan Jurnalistik Televisi Indonesia ) dan lain-lain. Asosiasi profesi kewartawanan memfasilitasi usaha pengembangan wawasan dan keterampilan wartawan. Namun, profesionalisme kewartawanan hampir sepenuhnya terletak pada lembaga pers tempat kerja mereka.

Seorna wartawan yang baik, haruslah dapat membikin laporannya sedemikian rupa, hingga beritanya menjadi hidup, dan pembaca dapat melihat apa yang ditulisnya seakan dia ikut melihatnya sendiri.

Menurut J. Casey dari Chicago, Daily News, sifat-sifat yang harus dipunyai wartawan itu, pertama-tama ialah ia harus punya mata dan telinga, lidah yang licin ada juga gunanya, meski tidak begitu penting, sebab bukan perkataan wartawan itu yang terpakai tapi perkataan orang lain. Dia mesti bisa berbicara langsung ke pokok persoalan walaupun tidak menutup kemungkinan bahwa ada orang yang tidak setuju dengan cara itu.

Wartawan harus mengerti bahwa bagi setiap orang nama dan alamatnya adalah sangat penting untuk ditulis tanpa kesalahan. Dia mesti bisa melihat dan memahami latar belakang dari apa yang dilihatnya, dan dia juga mesti bisa menulis sebuah cerita sebagai kenyataan yang saling berhubungan, dan bukan kejadian yang terpisah-pisah. (Alex Sobur, 1999 : 24-27)

Bab III

Gambaran Objek Penelitian

3.1 Sejarah Harian Umum Pikiran Rakyat

Surat kabar HU Pikiran Rakyat berdiri di Bandung, semula namanya Angkatan Bersenjata edisi Jawa Barat, yang berafiliasi dengan HU Angkatan Bersenjata yang terbit di Jakarta, dengan surat izin (SIT) Bo 021/SK/DPHM/SIT/1966, no perdananya keluar pada tanggal 24 Maret 1966.

Setahun kemudian, melalui surat keputusan Pepelrada Jabar No. Kep 055/Pepelrada D13/1967 tanggal 5 Februari 1967, HU Angkatan Bersenjata edisi Jabar dilepaskan dari afiliasinya dengan HU Angkatan Bersenjata yang terbit di Jakarta. Bersamaan dengan itu namanya pun diubah menjadi Harian Umum Pikiran Rakyat hingga sekarang.

HU Pikiran Rakyat (PR) yang diterbitkan oleh PT. Pikiran Rakyat Bandung, dengan surat izin usaha penerbitan pers (SIUPP) N0. 035/SK Menpen/SIUPP/A. 7/1986, tanggal 11 Februari 1986 dan dicetak pada PT. Granesia, Bandung, dengan alamat redaksi Soekarno Hatta No. 147 Bandung 40223. Secara periodik terdapat suplemen Gelora (tentang olahraga), Teropong, Otokir, Khazanah dan Hikmah.

Mengungkap riwayat PR, perlu dikemukakan bahwa pada masa awal penerbitannya, modal pertama kerja berasal dari pinjaman jangka pendek (6 bulan) yang diperoleh berkat bantuan Panglima Kodam III/Siliwangi. Ketika itu para penyelenggaranya adalah; Sakti Alamsyah, Atang Ruswita, Amir Zaenun, Soeharmono Tjitrosoewarno, H. Parna Djajareja, Affandi, Dalius, Gunadi Wibisona, Sopriyadi, Ahmad Sarbini dan lain-lain. Bekerja secara terpencar-pencar bahkan numpang di tempat orang lain.

Karena pendapatan masih sangat minim, para karyawan PR pun selama hampir tiga tahun tidak mengenal gaji dalam arti sebenarnya. Mereka makan dari koran sisa (kertas Afva) yang dikumpulkan dari hari ke hari, lalu dijual kemudian dibagi rata. Begitu juga sarana percetakannya sangatlah sederhana dan sudah ketinggalan zaman serta milik orang lain, hingga akhir 1973 sirkulasi HU PR masih ketinggalan dibandingkan dengan surat kabar lain, terbitan ibu kota yang dengan segala kelebihannya, waktu itu sudah membanjir dan mendominasi pasaran Jabar. Tak heran, bila oplah PR pun hampir selama tujuh tahun (1966-1973) tidak pernah lebih dari 22,500 eksemplar.

Tahun 1974, merupakan awal kebangkitan PR. Saat itu PR berhasil memiliki mesin cetak sendiri yang lebih modern dan representatif melalui fasilitas kredit dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan bantuan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

Sejak tahun 1974, PR mampu melesat bagai meteor, mampu menembus dan tinggal landas menuju perwujudan cita-cita yang menyertai kelahirannya yaitu : menjadi surat kabar yang terus maju dan berkembang baik secara kualitatif maupun kuantitatif. PR pun secara menakjubkan berhasil dengan cepat berpenetrasi ke seluruh Jabar, dengan mencairkan dominasi surat kabar-surat kabar ibu kota.

Bahkan pada tahun 1984, berdasarkan survei ASIAN MASS Communication and Information Centre (AMIC) yang berpusat di Singapore, PR merupakan satu diantara Five Successful Asian Community Newspaper. Sementara hasil survei yang dilakukan oleh Survei Research Indonesia (SRI) mengungkapkan, pembaca PR merupakan masyarakat yang tergolong berstatus ekonomi menengah ke atas dan memiliki daya beli yang cukup tinggi. Hasil survei SRI ketika itu juga mengungkapkan (disamping cukup banyak yang memiliki modal pribadi), 40% pembaca PR memiliki TV berwarna, 54% memiliki TV hitam putih dan 62% memiliki radio cassete. (Mediator, agustus 1966)

Peredaran PR berkisar 70 hingga 80% di wlayah Jabar dan selebihnya di luar Jabar bahkan sampai dengan luar negeri. Segmen pembaca PR sendiri mayoritas usia produktif (19-45 tahun) yang terdiri dari pelajar, mahasiswa, karyawan, pengusaha, dosen dan lain-lain.

Tiras edar PR berkisar antara 190.000-200.000 eksemplar. Sistem pendistribusian atau pemasarannya ialah melalui agenda pengecer yang ada di dalam ataupun di luar Jabar.

Sekarang PR telah berkembang menjadi grup perusahaan yang dinamakan Grup Pikiran Rakyat. PR kini menjadi induk koran penerbitan seperti : Mitra Desa (Ciamis), Mitra Dialog (Cirebon), Suara Rakyat Semesta (Palembang), Galura, Mitra bisnis, Radio Mustika FM 107,55 dan Galamedia. Kemudian akan muncul kembali yang baru yaitu Banten Post yang terbit bulan Oktober tahun 2000.

3.2 Desk-Desk di Harian Umum Pikiran Rakyat

Setiap desk mempunyai tugasnya masing-masing. Setiap desk terdiri dari redaktur dan wakil redaktur, serta beberapa karyawan. Di HU Pikiran Rakyat mempunyai beberapa desk yaitu :

1. Desk Bandung Kota.

Dalam desk ini, para wartawan bertugas meliput berita di daerah kota Bandung. Setiap penjuru kota di tempatkan satu wartawan, seperti Bandung barat, Bandung timur, Bandung Selatan, Bandung tengah dan Bandung utara. Kemudian tempat-tempat yang dianggap penting yaitu Balai Kota Bandung, Gedung Sate, Kantor DPR, Pengadilan Negeri Bandung, Polda Bandung, Rumah Sakit Hasan Saddikin, dan lain-lain.

2. Desk luar negeri.

Desk ini mendapatka berita langsung dari AFP juga, kemudian diterjemahkan dan dibuat beritanya.

3. Desk Dalam Negeri.

Desk ini bertugas meliput berita-berita yang terjadi di dalam negeri. Biasanya berita-berita tersebut didapatkan dari responden-responden yang ada di daerah dan juga di dapat dari kantor berita Indonesia, Antara.

4. Desk foto.

Desk ini bertugas untuk mengatur pemuatan fota yang akan disajikan pada surat kabar untuk esok harinya atau bisa juga foto-foto yang ada dari AFP ataupun Antara di dapat di desk ini.

5. Desk Ekonomi dan Keuangan.

Desk ini bertugas meliput berita ekonomi dan keuangan yang terjadi di Bandung khususnya dan Indonesia pada umumnya.

6. Desk Jawa Barat.

Desk ini juga membuat berita-berita sekitar daerah Jawa Barat. Setiap daerah-daerah di Jawa Barat PR telah menempatan responden, sehingga responden tersebut mengirimkan berita yang telah didapatnya lewat modem atau bisa juga lewat internet.

7. Desk Olahraga.

Desk ini bertugas untuk meliput berita-berita olahraga, baik dalam maupun luar negeri. Khusus untuk peliputan daerah Bandung, yang diutamakan adalah Persib, dengan ditempatkan satu wartawan. Sedangkan untuk daerah-daerah tertentu ditempatkan responden. Seperti Jakarta, Tasikmalaya, Garut dan lain-lain. Untuk berita olahraga luar negeri, PR mendapatkan berita dari AFP (kantor berita luar negeri), langsung diterjemahkan oleh wartawan dan di buat beritanya.

3.3 Proses Pengolahan Berita di Pikiran Rakyat

Setelah watawan mendapatkan beritanya yang di dapat dari sumber berita atau bisa juga di dapat dari kantor berita, kemudia berita tersebut di transfer ke redaktur (dalam hal ini ketua desk). Redaktur bertugas untuk mengedit berita-berita yang telah diterimanya. Bila ada kerancuan ataupun tidak akuratnya berita, redaktur akan memanggil wartawan tersebut. Setelah selesai diedit, redaktur mentransfer berita itu ke bagian pra cetak untuk diatur lay out-nya. Bila lay out-nya sudah selesai, maka berita tersebut dikirimkan ke bagian percetakan. Kemudian jadilah surat kabar.

Bab IV

Gambaran Objek TugasSelama Job Training di Harian Umum Pikiran Rakyat, penulis ditempatkan di desk Bandung Kota. Dalam melaksanakan tugas peliputan dalam pencarian berita, penulis sekali-kali didampingi oleh salah satu wartawan, sehingga penulis mendapatkan masukan-masukan dan pengarahan. Pengarahan itu bisa didapatkan ketika sedang berada di lapangan, namun seringnya pengarahan itu di dapatkan ketika kita menulis berita dan berita tersebut dibaca oleh wartawan, kemudian dilakukan pengeditan. Pada saat pengeditan itulah kita diberi masukan dan pengarahan-pengarahan mengenai bagaimana cara penulisan yang baik.

4.1 Desk Bandung Kota

Selama job di Harian Umum Pikiran Rakyat, penulis ditempatkan di desk Bandung Kota. Walaupun pada dasarnya, job di PR tidak hanya ditempatkan satu desk saja, melainkan berputar agar setiap mahasiswa yang job di PR, mengetahui dan menambah pengalaman dengan pencarian di semua desk yang ada di PR.

Di desk ini penulis ditugaskan untuk meliput ke berbagai tempat, seperti meliput kegiatan di Rumah Sakit Hasan Sadikin, kegiatan partai-partai politik, misalnya Golongan Karya (Golkar) dan Partai Amanat Nasional (PAN), Pengadilan Negeri Bandung, peliputan pendidikan (ditugaskan untuk mengikuti seminar-seminar), selain itu, penulis juga pernah ditugaskan meliput dalam acara ulang tahun kota Bandung yang ke-192 dan tugas pribadi (ditugaskan oleh redaktur untuk mencari berita, baik itu berbentuk straight news ataupun berbentuk feature).

Adapun perinciannya sebagai berikut :

Rumah Sakit Hasan Sadikin

Dalam liputan di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), penulis ditugaskan untuk meliput kegiatan mengenai penyuluhan kesehatan yang ada di rumah sakit tersebut, serta pengenalan terhadap obat baru untuk penyakit influenza.

Kegiatan-Kegiatan Partai Politik

Peliputan partai politik ini dengan cara mendatangi acara yang diselenggarakan oleh partai tersebut. Misalnya, untuk partai Golongan Karya, menyelenggarakan acara tersebut di Gedung DPD Golkar dengan tema pemberdayaan terhadap perempuan, penulis juga melakukan wawancara terhadap Wakil Ketua Rakorda Perempuan Partai Golkar.

Sedangkan untuk Partai Amanat Nasional PAN, kurang lebih sama, hanya tempat penyelenggaraannya di Pasir Koja, Bandung, dalam rangka ulang tahun PAN yang ke-4. Penulis pun mewawancarai ketua pelaksana dan ketua Pusat Pemberdayaan Perempuan DPW PAN.

Pengadilan Negeri Bandung

Peliputan ini dilakukan dengan cara menghadiri persidanga. Biasanya persidangan yang tidak begitu menarik tidak akan dihadiri, tapi bila persidangan itu menarik akan dihadiri sampai persidangan itu selesai. Saat penulis bertugas, banyak persidangan-persidangan lanjutan sehingga penulis banyak bertanya kepada wartawan pendamping untuk diberi penjelasan.

Dalam satu minggu persidangan, dilakukan selama empat hari sidang pidana, dan dua hari sidang perdata. Persidangan pidana lebih banyak dibandingkan sidang perdata. Dalam waktu yang sama bisa terjadi empat persidangan dalam tempat yang berbeda-beda. Sehingga, setiap ruangan sidang, wartawan masuk terlebih dahulu untuk mengetahui dakwaannya, bila dakwaan tersebut menarik, maka wartawan mengikuti persidangan tersebut, bila tidak wartawan pun memasuki persidangan yang lainnya. Persidangan tidak diikuti bila wartawan telah memiliki dakwaannya.

Pendidikan

Saat meliput berita di pendidikan, bertugas mengikuti seminar-seminar yang digelar oleh suatu organisasi atau perguruan tinggi. Penulis banyak meliput acara seminar yang diselenggarakan oleh organisasi maupun perguruan tinggi. Seminar di perguruan tinggi yang dihadiri antara lain di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), mengenai lingkungan hidup yang diselenggarakan oleh fakultas MIPA UPI, lalu Unversitas Padjadjaran (UNPAD) mengenai pers yang baik, yang diselenggarakan oleh Fikom Unpad, dihadiri oleh wartawan dari Amerika Serikat, lalu Universitas Islam Bandung, mengenai perfilman dihadiri oleh Didi Petet dan Harry Dagoe, yang diselenggarakan oleh Fikom Unisba. Selain meliput acara seminar di perguruan tinggi, juga meliput wisuda dan penerimaan mahasiswa baru di beberapa perguruan tinggi ternama di Bandung.

Adapun peliputan seminar dari organisasi, diantara adalah di Hotel Jayakarta, yang diselenggarakann oleh Persatuan Wartawan Indonesi (PWI) mengenai kesehatan reproduksi di kalangan remaja bagi kalangan media massa, kemudian di Hotel Panghegar yang diselenggarakan oleh Ikatan Paranormal Indonesi (IPI) mengenai pencegahan/pemberantasan narkoba, Hotel Holiday Inn yang diselenggarakan oleh Sanbe mengenai kanker serviks, kemudian di Gedung Korpri yang diselenggarakan oleh LSM BIGS mengenai reformasi anggaran kota Bandung.

Selain itu, penulis juga menghadiri konferensi pers mengenai LSM baru, KETUK NURANI, yang bergerak di bidang Hukum.

Ulang Tahun Kota BandungDalam peliputan ini, penulis dimasukkan ke dalam satu tim dengan wartawan lainnya, dikarenakan acara ini hanya berlangsung setahun sekali, maka banyak sekali berita yang harus disiarkan. Salah satunya dengan menghadiri acara-acara yang diselenggarakan di Balai Kota Bandung, juga dengan diberikannya makalah dari walikota Bandung mengenai sejarah kota Bandung. Dalam peliputan ini, kerjasama dalam tim sangat diutamakan.

Tugas Pribadi

Redaktur memberikan tugas untuk meliput mengenai kegiatan hari Kemerdekaan Republik Indonesia, baik itu berita feature ataupun straight news. Namun, penulis memilih untuk menulis feature, dan akhirnya penulis memutuskan untuk meliput kegiatan hari kemerdekaan di Panti Jompo, yang bertempat di Jalan Lodaya Lodaya Bandung.

Penulis berkesempatan untuk mewawancarai pemilik panti jompo tersebut, beserta para penghuni panti tersebut, yang rata-rata berumur 60-75 tahun. Mulai dari suka dukanya tinggal di panti, sampai dengan kehidupannya dahulu, pada saat Indonesia belum merdeka.

Selain meliput kegiatan hari kemerdekaan itu, penulis pun dituntut untuk kreatif, dengan membuat berita-berita lainnya, antara lain berita hiburan. Penulis menulis berita mengenai band-band asal kota Bandung, yang baru berdiri seperti APEL. Dan juga penulis meliput acara Semarak Fiesta Fanta, yang diselenggarakan di Balai Kota Bandung, dengan bintang tamu band asal Bandung, Cokelat. Lalu, acara bazaar, yang diselenggarakan oleh SMUN 5 dan SMUN 3 Bandung, bekerjasama dengan RCTI.

Setelah mendapatkan data-datanya, penulis pun ditugaskan untuk membuat beritanya sesuai dengan data yang diperoleh. Tapi hal yang paling pentingdari tugas ini adalah bila kita membuat berita, kemudian selesai dan dibaca oleh wartawan, langsung wartawan membmbing penulis bagaimana sebetulnya membuat berita yang menarik dan akurat.

Bab V

Analisis Job Training Di HU Pikiran Rakyat

Selama job training di HU Pikiran Rakyat, selama dua bulan, tentu saja banyak pengalaman dan pengetahuan yang dapat dipetik. Ternyata, dalam prakteknya tidak selalu sesuai dengan teori-reori yang telah dipelajari dan di dapatkan di bangku perkuliahan. Ini dapat terlihat pada saat terjun ke lapangan dan dengan melihat cara kerja wartawan (dalam hal ini, penulis dibimbing oleh wartawan) dalam melakukan tugasnya.

Menurut teori yang telah dibahas pada Bab II, dalam setiap peliputan berita harus dilakukan wawancara, agar berita yang didapatkan akurat. Selain itu dalam teori kewartawanan, harus terlebih dahulu memperkenalkan diri agar diketahui nara sumber, namun pada kenyataannya hal ini tidak dilakukan. Wawancara yang sesuai dengan teori akan dilakukan bila nara sumber adalah orang-orang penting. Teori tersebut dapat digunakan dengan baik, tapi itupun ada beberapa kategori yang tidak dilakukan.

Dalam prakteknya, teori yang telah didapat sulit untuk diterapkan, hal ini dikarenakan olehsituasi dan kondisi lingkungan yang tidak mendukung, misalnya dalam pembuatan berita.Setelah mendapatkan data-data yang diperoleh, maka wartawan bertugas untuk membuat teorinya.

Dalam penulisan berita pun, penulis telah mengetahui teori-teorinya, namun terkadang penulis susah untuk menerapkannya dan ini pun dapat dikarenakan oleh faktor psikologis dan emosi jika sedang merasa lelah setelah mencari berita. Dikarenakan sangat susah dalam menulis berita, terkadang penulis hanya berpikir bagaimana cara untuk mendapatkan berita yang menarik perhatian pembaca.

Dalam penulisan berita Harian umun Pikiran Rakyat, tidak selalu harus mengandung unsur 5W+1H, yang penting adalah lead yang menarik, sehingga menarik minat pembaca untuk terus melanjutkan membaca sampai alinea terakhir.

Dalam persyaratan menulis berita, hal yang perlu diperhatikan ialah berita yang sesuai dengan fakta. Namun, pada kenyataannya hal ini, terkadang dilanggar, hal ini dikarenakan oleh kurangnya data yang didapat. Tapi, tidak akan menimbulkan penyimpangan pada berita tersebut.Selama berita itu tidak menimbulkan kekisruhan di masyarakat.

Kemudian hal lainnya mengenai persyaratan berita itu harus objektif, tidak selamanya hal in pun dilakukan, karena dalam setiap perusahaan surat kabar-surat kabar terdapat aturan-aturan tertentu, sehingga berita itu bisa jadi subjektif atau tidak dimasukkan dalam berita.

Dalam teori ini pula dijelaskan dalam menulis berita tidak boleh dibumbui dan menyimpang dari keadaan sebenarnya. (Widodo, 1997 : 37)

Teori-teori Bahasa Jurnalistik sangat dipakai dalam penulisan berita, hal ini pula sangat dibutuhkan oleh wartawan. Selama in, penulis banyak melakukan kesalahan dalam penulisan berita dalam kaitannya dengan bahasa Jurnalistik. Ternyata teori tersebut banyak diterapkan dalam penulisan berita, berupa penulisan huruf besar, penulisan koma, penulisan titik, banyak melakukan ekonomi kata yaitu dengan menulis dengan kata yang singkat, padat tapi bermakna, hindari ungkapan klise, hindarkan hal-hal yang monoton dan lain-lain. (Widodo, 1997 : 23)

Selain dari teori-teori yang didapatkan, seorang wartawan pun dituntut untuk kuat mental dan pintar mengendalikan emosi. Karena terkadang bila seorang wartwan akan menghadiri suatu event tertentu, walaupun telah diundang oleh pihak penyelenggara, kadang akan diperlakukan tidak mengenakkan oleh pihak penyelenggara, misalnya dengan tidak boleh masuk ke dalam acara tersebut atau hanya akan ditangani diluar gedung dengan memberikan makalahnya saja, tanpa diberi kesempatan untuk melakukan wawancara dengan ketua penyelenggara atau pembicara bila acara tersebut seminar. Dan tidak jarang pula wartawan selalu dianggap suatu profesi yang hanya bergantung pada amplop.

Selain itu, seorang wartawan pun dituntut kesabarannya, selain kesabaran saat berhadapan dengan orang lain, yang stiap orang karakternya berbeda-beda, juga kesabaran untuk menanti berita yang tidak kunjung dimuat. Karena tidak selalu setiap menulis berita besoknya dimuat, bisa keesokan harinya, atau minggu depan atau bahkan tidak dimuat sama sekali, terutama jika menulis feature.

Bab VI

Penutup

6.1 Kesimpulan

Dengan penjelasan yang telah diuraikan secara gamblang pada halaman sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan, apa yang telah kita dapatkan (teori-teori) di bangku perkuliahan mengenai kegiatan kerja khususnya dalam bidang jurnalistik, tidak akan sama persis dengan kenyataannya. Karena dalam dunia kerja bukan teori yang dibutuhkan, melainkan keahlian dan pengalaman, meski tidak tertutup kemungkinan kadang-kadang teori pun diperlukan. Dan walaupun terkadang teori itu sulit untuk diterapkan dalam dunia kerja di lapangan, namun teori tetap harus dijadikan patokan karena teori merupakan aturan-aturan yang harus diikuti.

Di samping itu juga, penulis masih sangat perlu untuk meningkatkan kualitas dalam pencarian berita, seperti teknik wawancara yang dianggap sangat kurang sekali, kemudian kreativitas dalam pencarian sangat diperlukan, dalam penulisan berta pun dirasakan masih sagat minim.

Namun, satu hal yang penting, dalam perkuliahan sebainyaknya diperbanyak dengan praktek-praktek di lapangan, tidak hanya diisi dengan teori saja, sehingga bila nanti seorang mahasiswa yang telah lulus menjadi tenaga kerja siap pakai.

6.2 Saran-saran

Sebagai seoarang mahasiswa, haruslah banyak membaca, malah seharusnya membaca dijadikan sebagai hobi dan menjadi makanan sehari-hari, layaknya orang tidak makan sehari pasti akan kelaparan dan mencari makanan. Begitu pula dengan membaca, bila tidak membaca sehari pasti merasa ada yang hilang. Sehingga, pengetahuan akan semakin bertambah, karena ini akan sangat berpengaruh dalam mengolah kata penulisan berita. Terutama untuk mahasiswa jurnalistik, budaya membaca ini sangat diperlukan sekali. Jika tulisannya bagus, maka cara berpikirnya pun bagus dan ini harus didukung dengan membaca.

Disamping harus rajin membaca, sebaiknya mahasiswa jurnalistik sudah mulai belajar menulis lalu dikirimkan ke surat kabar atau majalah sejak dini, sehingga kemampuan dan kreativitasnya akan terasah. Karena, bagusnya tulisan itu tidak diukur dari pintar atau tidaknya seseorang, melainkan sering atau tidaknya seseorang membuat tulisan. Seperti pepatah mengatakan alah bisa karena biasa.

Daftar Pustaka

1. Assegaf, Djafar, Jurnalistik Masa Kini, PT. Remaja Rosdakarya, 1983.

2. Effendy, Onong, Uchjana, Dimansi-Dimensi Komunikasi, Alumni. Bandung. 1986.

3. -------------------------------, Teori, Ilmu dan Filsafat, Citra Adytia Bakti, Bandung,1993.

4. Mediator, Penerbit HU Pikiran Rakyat, Agustus 1996

5. Rakhmat, Jalaludin, Metode Penelitian Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1991.

6. Sobur Alex, Diktat perkuliahan Dasar-Dasar Jurnalistik, Bandung, 1999.

7. Widodo Drs, Teknik Wartawan Menulis Berita di Surat Kabar dan Majalah, Indah Surabaya (anggota IKAPI), 1997.

130