Laporan ISPA Vivi

39
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan dan angka kematian karena ISPA khususnya pneumonia, terutama pada bayi dan balita. ISPA dapat terjadi pada saluran pernapasan atas maupun saluran pernapasan bawah. Sebagian besar ISPA biasanya terbatas pada saluran pernapasan atas saja, tetapi sekitar 5 % juga melibatkan saluran pernapasan bawah terutama pneumonia. Menurut laporan WHO, lebih dari 50% kasus pneumonia berada di Asia Tenggara dan Sub-Sahara Afrika. Dilaporkan pula bahwa tiga per empat kasus pneumonia pada balita di seluruh dunia berada di 15 negara. Indonesia merupakan salah satu diantara ke 15 negara tersebut dan menduduki tempat ke-6 dengan jumlah kasus sebanyak 6 juta. 1 World Health Organization (WHO) memperkirakan insidensi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di 1

description

h

Transcript of Laporan ISPA Vivi

BAB 1PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan dan angka kematian karena ISPA khususnya pneumonia, terutama pada bayi dan balita. ISPA dapat terjadi pada saluran pernapasan atas maupun saluran pernapasan bawah. Sebagian besar ISPA biasanya terbatas pada saluran pernapasan atas saja, tetapi sekitar 5 % juga melibatkan saluran pernapasan bawah terutama pneumonia. Menurut laporan WHO, lebih dari 50% kasus pneumonia berada di Asia Tenggara dan Sub-Sahara Afrika. Dilaporkan pula bahwa tiga per empat kasus pneumonia pada balita di seluruh dunia berada di 15 negara. Indonesia merupakan salah satu diantara ke 15 negara tersebut dan menduduki tempat ke-6 dengan jumlah kasus sebanyak 6 juta.1

World Health Organization (WHO) memperkirakan insidensi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita. Menurut WHO 13 juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat di negara berkembang dan ISPA merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan membunuh 4 juta anak balita setiap tahun (WHO, 2007). Di Indonesia kasus ISPA menempati urutan pertama dalam jumlah pasien rawat jalan terbanyak. ISPA merupakan masalah kesehatan yang utama di Indonesia karena masih tingginya angka kejadian ISPA terutama pada balita.2

Berdasarkan hasil laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007, prevalensi ISPA di Indonesia sekitar 25,5% dengan prevalensi tertinggi terjadi pada bayi dua tahun (>35%). Jumlah balita dengan ISPA di Indonesia pada tahun 2011 adalah lima diantara 1.000 balita yang berarti sebanyak 150.000 balita meninggal pertahun atau sebanyak 12.500 balita perbulan atau 416 kasus sehari atau 17 balita perjam atau seorang balita perlima menit. Dapat disimpulkan bahwa prevalensi penderita ISPA di Indonesia adalah 9,4% .3

ISPA terjadi di seluruh provinsi dan kota di seluruh Indonesia salah satunya Sulawesi tenggara. Di Sulawesi Tenggara pada tahun 2013 kasus ISPA menempati urutan kasus terbanyak yang ke 24 dari 34 Provinsi di Indonesia dan telah terjadi penurunan angka kejadian dari Tahun 2007 ke Tahun 2013. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang paling sering berada dalam daftar 10 (sepuluh) penyakit terbanyak di puskesmas maupun di rumah sakit. Sasaran program pemberantasan ISPA adalah penderita Pneumonia.4

Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi ini dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneuomonia juga dapat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang Pneumonia adalah anak kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi). Tahun 2012 di Provinsi Sulawesi Tenggara, terdapat 5.050 penderita Pneumonia balita, dari jumlah tersebut hamya 21.14 % penderita yang ditangani.5

A. Tujuan 1. Tujuan UmumMelakukan pendekatan kedokteran keluarga terhadap pasien ISPA dan keluarganya di Kecamatan Poasia Kota Kendari tanggal 9-10 Mei 20152. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik (fungsi keluarga, bentuk keluarga, dan siklus keluarga) keluarga pasien ISPA. b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah kesehatan pada pasien ISPA.c. Mendapatkan pemecahan masalah kesehatan pasien ISPA dan keluarganya

B. Manfaat 1. Bagi PenulisMenambah pengetahuan penulis tentang kedokteran keluarga, serta penatalaksanaan ISPA dengan pendekatan kedokteran keluarga.2. Bagi Tenaga KesehatanSebagai bahan masukan kepada tenaga kesehatan agar setiap memberikan penatalaksanaan kepada pasien ISPA dilakukan secara holistik dan komprehensif serta mempertimbangkan aspek keluarga dalam proses penyembuhan3. Bagi Pasien dan KeluargaMemberikan informasi kepada pasien dan keluargamya bahwa keluarga juga memiliki peranan yang cukup penting dalam kesembuhan pasien

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Definisi Infeksi respiratori akut (IRA) atau Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab terpenting mordibitas dan mortalitas pada anak. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura) yang berlangsung hingga dari 14 hari.2, 3,6

ISPA merupakan penyakit yang berbasis lingkungan. Lingkungan yang tidak sehat akan memudahkan terjadinya penyakit ISPA. Lingkungan yang paling kecil lingkupnya adalah rumah. Kondisi rumah yang tidak sehat akan mempengaruhi terjadinya ISPA. Selain faktor lingkungan, status gizi juga mempengaruhi terjadinya ISPA. Balita dengan gizi yang kurang akan lebih mudah terserang ISPA dibandingkan balita dengan gizi normal karena faktor daya tahan tubuh yang kurang. Perilaku keluarga yang merokok juga berpengaruh terhadap terjadinya ISPA pada balita.3.7

B. Epidemologi Infeksi saluran pernapasan akut paling sering terjadi pada anak. Kasus ISPA merupakan 50% dari seluruh penyakit pada anak berusia di bawah 5 tahun, dan 30% pada anak berusia 5-12 tahun. Walaupun sebagian besar terbatas pada saluran pernapasan atas, tetapi sekitar 5% juga melibatkan saluran pernapasan bawah, terutama pneumonia. Anak berusia 1-6 tahun dapat mengalami episode ISPA sebanyak 7-9 kali pertahun, tetapi biasanya ringan. Puncak insiden biasanya terjadi pada usia 2-3 tahun. Angka kenjadian ISPA bawah pada tahun pertama kehidupan adalah sekitar 25 per 100 anak/tahun. Jumlah tersebut menurun secara progresif selama masa anak menjadi 12 per 100 anak pada anak usia 5 tahun dan 5 per 100 anak/tahun pada remaja.4.8Penelitian yang dilakukan oleh The Bord on Science and technology for International Development (BOSTID) menunjukkan bahwa insiden ISPA pada anak berusia di bawah 5 tahun mencapai 12,7-16,8 episode per 100 anak per minggu dan insiden bulanan ISPA di daerah perkotaan sekitar 20% dan di daerah pedesaan 17,6%.2.3.

Di Indonesia ISPA merupakan salah satu penyebab utama penyebab kunjungan pasien ke sarana kesehatan, yaitu 40-60% dari seluruh kunjungan ke puskesmas dan 15-30% dari seluruh kunjungan rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit. Jumlah episode ISPA di Indonesia diperkirakan 3-6 kali per tahun namun berbeda antar daerah.2.8

C. Etiologi dan Faktor RisikoEtiologi ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA misalnya dari genus Streptococcus, Haemophylus, Stafilococcus, Pneumococcus, Bordetella, dan Corynebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain grup Mixovirus (virus influenza, parainfluenza, respiratory syncytial virus), Enterovirus (Coxsackie virus, echovirus), Adenovirus, Rhinovirus, Herpesvirus, Sitomegalovirus, virus Epstein-Barr. Jamur penyebab ISPA antara lain Aspergillus sp, Candidia albicans, Blastomyces dermatitidis, Histoplasma capsulatum, Coccidioides immitis, Cryptococcus neoformans.2

Terdapat banyak faktor yang mendasari perjalanan ISPA pada anak. Hal ini berhubungan dengan pejamu (host), agen penyakit dan lingkungan.1. Faktor Pejamu (Host): usia, jenis kelamin, status gizi, pemberian ASI, berat badan lahir rendah, imunisasi, pendidikan orang tua, status sosial ekonomi, polusi udara dan bencana alam.2. Faktor agen: Etiologi ISPA terdiri dari bakteri, virus polusi dan dan cairan amonium pada saat lahir.3. Faktor lingkungan (environment): ventilasi, kepadatan hunian ruang tidur, pemakaian anti nyamuk, keberadaan Perokok dan bahan bakar untuk memasak.2

D. Faktor RisikoFaktor risiko adalah faktor atau keadaan yang mengakibatkan seorang anak rentan menjadi sakit atau sakitnya menjadi berat. Berbagai faktor risiko yang meningkatkan kejadian, beratnya penyakit dan kematian karena ISPA, yaitu status gizi (gizi kurang dan gizi buruk memperbesar risiko), pemberian ASI ( ASI eksklusif mengurangi risiko), suplementasi vitamin A (mengurangi risiko), bayi berat badan lahir rendah (meningkatkan risiko), vaksinasi (mengurangi risiko), dan polusi udara dalam kamar terutama asap rokok dan asap bakaran dari dapur (meningkatkan risiko).3.4.51. Asupan giziAsupan gizi yang kurang merupakan risiko untuk kejadian dan kematian balita dengan infeksi saluran pernapasan. Perbaikan gizi seperti pemberian ASI ekslusif dan pemberian mikro-nutrien bisa membantu pencegahan penyakit pada anak. Pemberian ASI sub-optimal mempunyai risiko kematian karena infeksi saluran napas bawah, sebesar 20%.72. Suplemen vitamin AProgram pemberian vitamin A setiap 6 bulan untuk balita telah dilaksanakan di Indonesia. Vitamin A bermanfaat untuk meningkatkan imunitas dan melindungi saluran pernapasan dari infeksi kuman. 63. Berat bayi lahir rendahBerat Bayi Lahir Rendah (BBLR) mempunyai risiko untuk meningkatnya ISPA, dan perawatan di rumah sakit penting untuk mencegah BBLR.5

4. ImunisasiPemberian imunisasi dapat menurunkan risiko untuk terkena ISPA. Imunisasi yang berhubungan dengan kejadian penyakit pneumonia adalah imunisasi pertusis (DTP), campak, Haemophilus influenza, dan pneumokokus.15. PolusiPolusi udara yang berasal dari pembakaran di dapur dan di dalam rumah mempunyai peran pada risiko kematian balita di beberapa negara berkembang. Diperkirakan 1,6 juta kematian berhubungan dengan polusi udara dari dapur. Hasil penelitian Dherani, dkk ( 2008) menyimpulkan bahwa dengan menurunkan polusi pembakaran dari dapur akan menurunkan morbiditas dan mortalitas ISPA. Hasil penelitian juga menunjukkan anak yang tinggal di rumah yang dapurnya menggunakan listrik atau gas cenderung lebih jarang sakit ISPA dibandingkan dengan anak yang tinggal dalam rumah yang memasak dengan menggunakan minyak tanah atau kayu. Selain asap bakaran dapur, polusi asap rokok juga berperan sebagai faktor risiko. Anak dari ibu yang merokok mempunyai kecenderungan lebih sering sakit ISPA daripada anak yang ibunya tidak merokok. Faktor lain yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas ISPA adalah pendidikan ibu dan status sosio-ekonomi keluarga dan faktor lingkungan lainnya misalnya ventilasi dan kepadatan hunian.1,2,8

E. PatogenesisPenyebab dan infeksi saluran pernapasan akut adalah bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing lainnya. Berdasarkan penyebab tersebut yang paling pencetus ISPA adalah virus, dan virus tersebut dinamakan strotocous dan shapy lococus kemudian masuk melalui partikel udara dan melekat pada epitel sel dinding hidung. Kemudian masuk ke dalam bronkus udara dan ke traktus respiratoriu atau sel napas sehingga menimbulkan tanda dan gejala influenza seperti batuk, pilek, dan demam dan sakit kepala dan kerana adanya debu dan bakteri yang masuk ke dalam saluran pernapasan melalui udara sehingga menimbulkan gejala batuk pilek. Komplikasi yang dapat menyebabkan infeksi sehingga menularkan ke saluran pernapasan bawah dapat berupa dapat melibatkan bronkus yang menimbulkan bronkitis, penyebaran lebih lanjut ke jaringan paru-paru yang menyebabkan pneumonia. Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah yang menyebabkan otitis media dan sinusitis.Virus, bakteri masuk melalui partikel udara (droplet)melekat pada epitel sel dinding masuk bronkus kemudian ke traktus respiratorius (sel napas) tampak tanda dan gejala influenza seperti batuk, pilek, demam dan sakit kepala.2

F. Cara Penularan Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernapasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease. Sebagian besar penularan melalui udara dapat menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah karena menghisap udara yang mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab. Adanya bibit penyakit di udara umumnya berbentuk aerosol yakni suatu suspensi yang melayang di udara, dapat seluruhnya berupa bibit penyakit atau sebagian daripadanya. Adapun bentuk aerosol dari penyebab penyakit tersebut ada dua, yakni droplet nuclei dan dust. Droplet nuclei adalah partikel yang sangat kecil sebagai sisa droplet yang mengering. Pembentukannya dapat melalui berbagai cara, antara lain dengan melalui evaporasi droplet yang dibatukkan atau yang dibersinkan ke udara. Dust adalah bentuk partikel dengan berbagai ukuran sebagai hasil dari resuspensi partikel yang menempel di lantai, di tempat tidur serta yang tertiup angin bersama debu lantai/tanah.8

G. Klasifikasi 1. Klasifikasi ISPA beradasarkan anatomiBerdasarkan antominya ISPA dibagi menjadi 2 yaitu ISPA bawah dan ISPA atas. ISPA atas terbatas pada di atas laring yang terdiri dari rhinitis, faringitis, tonsilitis, rinosinusitis dan otitis media. Sedangkan ISPA bawah terdiri dari epiglotitis, croup (laringotrakeobronkitis), bronkitis, brokiolitis dan pneumonia.22. Klasifikasi ISPA berdasarkan usiaa. Di atas 5 tahun:1) Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing)2) Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.b. Usia 2 bulan sampai 5 tahun dan 2 Bulan1Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi Penyakit yaitu : Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tidak menangis atau meronta). Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding ada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.

H. Diagnosis Gejala umum pada ISPA adalah batuk, kesulitan bernapas, sakit tenggorokan, pilek, dan demam. ISPA diklasifikasikan menjadi pneumonia berat, pneumonia, dan bukan pneumonia (Depkes RI, 2009). Penularan penyakit ISPA melalui udara yang terkontaminasi dan masuk ke dalam tubuh melalui jalur pernapasan.3

I. Penatalaksanaan ISPATabel 2. Tatalaksana ISPA pada umur < 2 bulan

Tabel 3. Tatalaksana ISPA pada usia 2 bulan - < 5 Tahun1

Umumnya terapi antibiotik yang diberikan pada pneumonia berdasarkan empiris. Antibiotik yang dianjurkan untuk pneu monia berobat-jalan adalah antibiotik sederhana dan tidak mahal seperti kotrimoksazol atau amoksisilin yang diberikan secara oral, dosis amoksisilin 25 mg/kg BB dan kotrimok sazol (4 mg trimetoprim: 20 mg sulfometoksazol) /kgBB. Penerapan Pedoman Tatalaksana Baku Pneumonia termasuk pemberian antibiotik oral sesegera mungkin dapat menurunkan 13 -55% mortalitas pneumonia (20% mortalitas bayi dan 24% mortalitas anak-balita.1

J. KomplikasiPenyebaran infeksi yang menurun ke saluran pernapasan bawah dapat menyebabkan bronchitis, penyebaran lebih lanjut ke jaringan paru yang menyebabkan pneumonia. Infeksi yang menyebar ke telinga tengah dapat menyebabkan otitis media dan sinusitis (infeksi sinus).2

K. Pencegahan Pencegahan ISPA selain dengan menghindarkan atau mengurangi faktor risiko dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, yaitu dengan pendidikan kesehatan di komunitas, perbaikan gizi, penggunaan antibiotika yang benar dan efektif, dan waktu untuk merujuk yang tepat dan segera bagi kasus yang pneumonia berat. Peningkatan gizi termasuk pemberian ASI eksklusif dan asupan zinc, peningkatan cakupan imunisasi, dan pengurangan polusi udara didalam ruangan dapat pula mengurangi faktor risiko. Penelitian terkini juga menyimpulkan bahwa mencuci tangan dapat mengurangi kejadian ISPA.1

Usaha Untuk mencegah ISPA ada 2 yaitu:1. Pencegahan Non spesifik, yaitu:a. Meningkatkan derajat sosio-ekonomi Kemiskinan Tingkat pendidikan Kurang gizi Derajat kesehatan Morbiditas dan mortalitas b. Lingkungan yang bersih, bebas polusi2. Pencegahan Spesifik- Cegah BBLR- Pemberian makanan yang baik/gizi seimbang- Berikan imunisasi.1

BAB IIIKUNJUNGAN RUMAHA. IDENTITAS PASIENNama: An. IchaUmur : 3 TahunJenis kelamin : PerempuanBB: 15 kgTB: 99cmAlamat : Kampung Baru, Kel. Rahandona, Kec. PoasiaTabel 1. Daftar Anggota Keluarga yang tinggal dalam 1 rumahNo.Nama anggotaUmurL/PHubungan keluargaPendidikan/ pekerjaanImunisasiKeadaan fisik

1Tn. AbdulL/24 TahunayahSMA/SawataTidak diketahuiSeahat

2Ny. SantiP/23 Tahun Ibu SMA/IRTLengkap Sehat

3An. IchaP/3 tahun Anak Lengkap Penderita

B. ANAMNESIS (9 Mei 2014)1. Keluhan Utama: Batuk kering sejak kemarin malam2. Keluhan tambahan: Demam, susah tidur, nafsu makan menurun3. Riwayat penyakit sekarangAnak usia 3 tahun datang ke puskesmas poasia dibawa oleh ibunya dengan keluhan batuk kering sejak kemarin malam, batuknya seperti batuk pada umumnya (tidak menggonggong), dalam 1 periode batuk biasanya 3-4 kali batuk sekaligus. Sebelum batuk ibu pasien merasa suhu badan anaknya naik sehingga ia memberinya obat penurun panas (paracetamol) dan akhirnya suhu badannya kembali normal seperti biasanya. Hingga saat ini pasien tersebut tidak pernah lagi demam karena obat paracetamolnya diminum tiap 6 jam. Ibu pasien juga mengeluh anaknya susah tidur karena batuknya. Nafsu makan berkurang. Tidak ada sesak, beringus baru tadi malam, BAB dan BAK normal seperti biasanya. Riwayat imunisasi: Hepatitis B 3x, BCG (+), polio 3x, DPT (+) 3x. Tidak ASI eksklusif.4. Riwayat penyakit terdahuluRiwayat pernah mengalami batuk dan pilek selama 1 minggu pada bulan lalu 5. Riwayat kebiasaan orang tua pasienSering merokok di dalam rumah, memasak dengan menggunakan kompor minyak tanah, sering menggunakan obat nyamuk yang bakar.6. Riwayat penyakit keluarga Riwayat Ibu pasien tidak ada keluhan Ayah pasien tidak ada keluhan 7. Riwayat Kontak dengan penderita ISPA (+) yaitu anak tetangga yang sering datang bermain dirumah pasienC. PEMERIKSAAN FISIKKeadaan umum : Sakit ringanTanda Vital Tekanan darah : 90/60 mmHgFrekwensi nadi : 115 x/menitFrekwensi napas : 35 x/menitSuhu : 37 oCBerat badan: 15 KgTinggi badan: 99 cmGizi: Normal Kepala: Normosefal Kulit: Tidak ada kelainanMata: Konjungtiva palpebra tidak anemis sklera tidak ikterik, tidak hiperemipalpebra tidak edemaTelinga : Kedua telinga tidak tampak sekret, nyeri tekan processus mastoideus tidak adaHidung : Deviasi septum (-) dan tampak sekret cair berwarna putih bening pada ke 2 lubang hidung, hiperemis (+), napas cuping hidung (-)Mulut: Somatitis (-), lidah kotor (-), cianosis (-)Tenggorok: Hiperemis (-) Tonsil: T1-T1 hiperemis (-) Leher: KGB tidak membesarThorax:PulmoInspeksi: Dada simetris kira = kanan, retraksi (-), Palpasi : Sela iga kiri=kanan, vocal premitus normal kiri = kananPerkusi: sonor kiri = kananAuskultasi: BP : BronkovasikulerBT : Rh-/- Wh : -/-CorInspeksi: Ictus cordis tidak tampakPalpasi: Ictus cordis teraba di ICS 5 linea midclavicularis sinistraPerkusi: Pekak Batas kiri pada linea midclavicularis sinistraBatas kanan pada linea parasternalis dextraAuskultasi: Bunyi Jantung I/II murni regulerAbdomenInspeksi: Tampak cembungPalpasi: Tidak ada nyeri tekanPerkusi: Timpani Auskultasi: Bising usus kesan normalGenito Urinaria: Dalam batas normalEkstremitas:Edema: Tidak ada udemaAkral dingin: TidakCap refill: Normal Tabel 2. Pemeriksaan Kelenjar limfeLeher;Kanan : Normal Kiri : Normal

AxillaKanan : Normal Kiri : Normal

InguinalKanan : Normal Kiri : Normal

DPemeriksaan penunjang yang diperlukanISPA yang ringan umumnya tidak memerlukan pemeriksaan penunjang. Diagnosis ISPA sering dilakukan secara klinis. Namun apabila terjadi komplikasi seperti pneumonia berat, biasanya diperlukan pemeriksaan laboratorium dan rontgen. 1. Pemeriksaan laboratorium: laju endap darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis 2. Rontgen: foto toraks bila perlu3. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman

EAlasan diperlukan pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan LED: LED dapat digunakan sebagai sarana pemantauan keberhasilan terapi, perjalanan penyakit serta peningkatan LED dapat pula terjadi pada infeksi akut lokal maupun sistemik. Pemeriksaan sel darah putih: pada leukositosis menunjukkan adanya proses infeksi atau radang akut.2. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman untuk melihat kuman penyebab ISPA3. Rontgen: foto toraks untuk melihat ada tidaknya komplikasi pneumoni

FHasil laboratorium Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan Laboratorium

GDiagnosis kerja Infeksi saluran pernapasan atas akut ( Rinitis)

HDiagnosis Banding 1. Faringitis

IPenyelesaian masalah yang dihadapi pasienMengingat kebiasaan merokok dan menggunakan obat nyamuk pada keluarga tersebut maka disarankan kepada ayahnya agar jika ingin merokok tidak boleh di dalam di rumah atau di sekitar orang lain. Disarankan juga untuk menghindari gigitan nyamuk sebaiknya menggunakan kelambu karena obat nyamuk dapat menurunkan kualitas udara di dalam ruangan.

JPasien ini perlu dirujuk Pasien ini perlu dirujuk bila keluhan pasein semakin memberat misalnya Anak tidak sadar atau kesadaran menurun, bibir atau kulit sianosis, pernapasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak tampak gelisah, sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas.

KPenjelasan yang diberi pada pasien dan keluarganya tentang penyakit yang di deritaAdapun penjelasan yang diberikan kepada pasein dan keluarganya tentang penyakit yang diderita yaitu menjelaskan tentang ISPA, penyebab dan faktor pencetusnya, komplikasi dan penatalaksanaannya. Misalnya menjelaskan bahwa penyakit ISPA itu merupakan penyakit infeksi saluran napas yang dapat sembuh dengan sempurna bila mendapat pengobatan yang cepat dan tepat. Penyebab terjadinya ISPA ini dimungkinkan karena banyak faktor, diantaranya yaitu bisa karena asap rokok, asap obat nyamuk dan asap polutan lainnya, virus, bakteri, jamur yang biasanya didapatkan dari penularan orang-orang sekitar yang juga mengalami ISPA. ISPA yang tidak mengalami penanganan dengan segera maka gejalanya bisa memberat dengan mengenai bagian saluran pernapasan lainnya misalnya ke bronchus menjadi bronchitis, jaringan paru yang dapat menyebabkan pneumonia, dapat pula ke telinga bagian tengah yang dapat menyebabkan otitis media dan sinusitis.

L

Penjelasan yang disampaikan tentang peranan pasien dan keluarganya dalam proses penyembuhan penyakit yang diderita Peran keluarga sangat penting untuk selalu menjaga kesehatan anaknya dan segera ke pusat pelayanan kesehatan jika didapatkan keluhan, menjelaskan pentingnyanya pola hidup bersih dan sehat misalnya tidak merokok di dalam rumah, lantai rumah jangan dibiarkan berdebu ,serta tidak kontak dengan penderita ISPA lainnya.

MPenyuluhan yang dilakukan pada pasien dan keluarganya. Penyuluhan yang diberikan kepada keluarga pasien yaitu berupa penjelasan tentang penyakit ISPA, penyebab dan faktor risikonya, gejala-gejala, komplikasinya dan kiat-kiat yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya ISPA

NUpaya pencegahan yang disampaikan pada keluarganya ( pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tertier)1. Pencegahan primer Health promotion: penyuluhan tentang penyakit ISPA, penyuluhan gizi seimbang pada ibu dan anak, penyuluhan kesehatan lingkungan rumah, penyuluhan bahaya rokok dan bahaya asap obat nyamuk bakar bagi kesehatan . Specific protection: menghindari faktor-faktor risiko ISPA dengan menerapkan pola hidup sehat misalnya tidak merokok dalam rumah, tidak menggunkan obat nyamuk, menghindari kontak dengan penderita ISPA, menjaga agar status gizi anak tetap normal, ,serta tidak memasak dengan bahan bakar yang belum diproses seperti kayu, sisa tanaman yang dapat melepaskan emisi sisa pembakaran di dalam ruangan tersebut. 2.Pencegahan sekunder Early diagnosis dan prompt treatment: Upaya penanggulangan ISPA dilakukan dengan upaya pengobatan sedini mungkin sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi dan menganjurkan kepada semua anggota keluarga jika mengalami suatu keluhan agar segera ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pengobatan3.Pencegahan tersier Disability limitation: pola hidup harus baikdan pengobatan harus cepat dan tepat sehingga mencegah terjadinya komplikasi maupun kematian. Rehabilitation: jika sudah timbul komplikasi dari penyakit pasien maka dianjurkan untuk segera ditangani di rumah sakit sehingga komplikasi yang dialami dapat dicegah perburukannya.

KEGIATAN YANG DILAKUKAN SAAT KUNJUNGAN RUMAHMelakukan kunjungan rumah, memantau kondisi pasien, melakukan diagnosis holistik, melakukan pengobatan dan tindakan holistik.APerjalanan penyakit saat ini :Anak usia 3 tahun datang ke puskesmas poasia dibawa oleh ibunya dengan keluhan batuk kering sejak kemarin malam, batuknya seperti batuk pada umumnya (tidak menggonggong), dalam 1 periode batuk biasanya 3-4 kali batuk sekaligus. Sebelum batuk ibu pasien merasa suhu badan anaknya naik sehingga ia memberinya obat penurun panas (paracetamol) dan akhirnya suhu badannya kembali normal seperti biasanya. Hingga saat ini pasien tersebut tidak pernah lagi demam karena obat paracetamolnya diminum tiap 6 jam. Ibu pasien juga mengeluh anaknya susah tidur karena batuknya. Nafsu makan dan berkurang. Tidak ada sesak, beringus baru tadi malam, suara saat menangis tidak parau, BAB dan BAK normal seperti biasanya.

BRiwayat penyakit keluarga : Riwayat Ibu pasien Ayah pasien tidak ada keluhan

CRiwayat penyakit dahuluRiwayat pernah mengalami batuk dan pilek selama 1 minggu pada saat 1 bulan yang lalu

Diagnosis holistikDAspek personal Ibu pasien membawa anaknya berobat dengan harapan anaknya cepat sembuh. Ia sangat khawatir dengan kondisi anaknya karena anak sebelumnya pernah kejang saat demam tinggi.

EAspek risiko internalFaktor internal yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien yaitu:, kebersihan pasien kurang dijaga dimana kebersihan makanan tidak dijaga.

FAspek psikososial keluarga Hubungan antar anggota keluarga baik. Semua masalah yang ada selalu dibicarakan dengan baik-baik dan keputusan diambil berdasarkan hasil musyawarah atau kesepakatan bersama serta anaknya tidak rewel. Faktor eksternal yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien yaitu sering terpapar asap rokok, obat nyamuk dan, kebersihan lantai rumah kurang dijaga serta ada kontak dengan anak tetangga seusianya yang sedang batuk pilek juga.

Diagnosis sosial, ekonomi, pencarian pelayanan kesehatan dan perilakuG. SOSIAL

-Hubungan keluarga dengan tetangga atau orang sekitar baik, saling membantu jika ada kesulitan -Tidak ada masalah baik di rumah, tempat kerja maupun di masyarakat.-Pendidikan tertinggi pada keluarga tersebut yaitu SMA. - Ibu pasien sebagi IRT dan suaminya bekerja sebagai buruh serabutan

H. Ekonomi .Dari segi ekonomi pasien termasuk golongan ekonomi menengah ke bawah dimana keluarga tersebut tidak mempunyai pengahasilan tetap, memiliki rumah yang sederhana, barang-barang elektronik tidak memadai ,memiliki kendaraan roda 2 sebanyak 1.Prioritas penggunaan uang disesuaikan dengan kebutuhan dari kebutuhan primer hingga kebutuhan tersier.

I. Penggunaan pelayanan kesehatan.

Jika salah satu keluarga pasien sakit maka pasien lebih sering ke puskesmas dari pada rumah sakit atau tempat praktek dokter.

J. Perilaku yang tidak menunjang kesehatan.

Bapak pasein sering merokok di dalam rumah, tidak minum minuman beralkohol, dan tidak menggunakan narkoba. Pasien sering terpapar dengan asap obat nyamuk dan asap pembakaran sampah

K. Data sarana pelayanan kesehatan dan lingkungan kehidupan keluargaFaktor Keterangan Kesimpulan tentang faktor pelayanan kesehatan

Sarana pelayanan kesehatan yang digunakan oleh keluarga

Menggunakan kartu BPJS yang berlaku di Puskesmas dan Rumah sakitMemuaskan

Cara mencapai sarana pelayanan kesehatan tsbNaik ojek

Tarif pelayanan kesehatan yang dirasakan(sangat mahal,mahal, terjangkau, murah, gratis)Gratis karena dengan menggunakan BPJS

Kualitas pelayanan kesehatan yang dirasakan(sangat baik, baik, biasa, kurang baik, buruk)Baik

L. Lingkungan tempat tinggalKepemilikan rumah : Daerah perumahan : (kumuh, padat, berjauhan, bersih, mewah,)KontrakTidak terlalu padat, kurang bersih,

Karakteristik rumah dan lingkunganKesimpulan tentang faktor lingkungan tempat tinggal

Luas rumah : 6 m x 7 m

Bertingkat / tidakTidak bertingkat

Jumlah penghuni rumah : 3 orang

Luas halaman rumah : 2 m x 15 m

Kondisi halaman :Kurang bersih

Lantai rumah dari :Semen dan keramik

Dinding rumah dari : Tembok

Kondisi dalam rumah :Kurang bersih

M. INTERVENSI PADA KELUARGAHari / Tanggal

INTERVENSI YANG DILAKUKAN DAN RENCANA TINDAK LANJUT.

Kunjungan pertama,

Sabtu / 9mei 2015

a. Edukasi pasien tentang ISPAb. Menjaga keadaan gizi agar tetap baikc. Imunisasid. Menjaga kebersihan perorangan (biasakan mencuci tangan dan rajin mandi serta ganti pakaian) dan lingkungan (menjaga kebersihan rumah maupun lingkungan, hindari polutan).e. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPAf. Segera ke pusat pelayanan kesehatan jika keluhan anaknya memberat

Tindak lanjut

Follow up pasien tentang edukasi dan intervensi yang telah diberikanHasilnya: pasien memahami kurang lebih 70 % edukasi tentang ISPA yang telah diberikan dan sudah ada keinginan untuk merubah pola hidupnya, misalnya tidak merokok di dalam rumah, , menggunakan kelambu untuk menghindari gigitan nyamuk dan akan lebih menjaga kebersihan anak, rumah dan lingkungannya serta menghindari kontak dengan penderita ISPA.

N. UPAYA PROGRAM 6 KESEHATAN DASAR PADA KELUARGA1. Upaya Promosi Kesehatan dalam KeluargaUpaya promosi kesehatan yang diberikan pada keluarga tersebut yaitu:Memberi penyuluhan tentang ISPA mulai dari pengertian, penyebab dan faktor risiko, gejala-gejala, komplikasi, dan pencegahan dari ISPA, penyuluhan gizi seimbang pada ibu dan anak, penyuluhan kesehatan lingkungan rumah, penyuluhan bahaya rokok dan asap obat nyamuk bagi kesehatan.2. Upaya Kesehatan Lingkungan KeluargaDalam meningkatkan kesehatan lingkungan pada keluarga tersebut maka disarankan untuk tidak menggunakan obat nyamuk yang dibakar, tidak merokok di dalam rumah dan menjaga agar lantai rumah tetap bersih.3. Upaya P2M dalam KeluargaUntuk mencegah penyakit menular dalam keluarga ini disarankan agar menghindari kontak dengan penderita ISPA, sering menguras bak mandi dan tempat penampungan air lainnya, jangan menggantung pakaian terutama di tempat gelap misalnya di belakang pintu.4. Upaya Perbaikan Gizi dalam KeluargaStatus gizi penderita ini masih dalam batas normal maka disarankan kepada ibu pasien agar selalu memilih makanan yang sehat untuk dikonsumsi keluarga. 5. Upaya KIA dan KB dalam KeluargaUpaya kesehatan ibu dan anak pada keluarga ini sudah baik dimana ibu membawa anaknya ke puskesmas ketika sakit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, ibunya juga selama kehamilan dulunya rajin mengontrol kehamilan dan melahirkan di puskesmas. Ibu mengakui hanya menggunakan KB pil untuk mengatur jarak kehamilan selanjutnya 6. Upaya pengobatan Dasar dalam KeluargaDalam upaya pengobatan dasar maka pasien dianjurkan segera ke puskesmas jika timbul keluhan pada salah satu keluarganya.P. DATA POLA HIDUP KELUARGA 1.Pola kesehatana)Bila anggota keluarga sakit berobat ke puskesmasb)Persalinan ditolong oleh bidan di puskesmasc)Olah raga 2-3 kali seminggu2.Pola kebiasaan sehari-haria)Pola makan dan makanan Semua anggota keluarga makan 3x sehari Sarapan: bubur, kue, roti, Makan siang: nasi putih, ikan, sayur, tempe, tahu Makan malam: ikan, nasi putih dan sayur Penyediaan makanan : Goreng dan rebus (lebih sering merebus) Air minum (air galon dan dimasak)b)Pola kebersihan Ayah dan ibu: mandi 1-2x/ hari. Ganti baju dan pakaian dalam 1-2x/ hari. Keluarga sering cuci tangan dengan sabun saat mau makan Sering mencuci pakaian dua kali seminggu Sumber air untuk mencuci dan mandi yaitu sumur

Q. IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA1. Fungsi Biologis dan ReproduksiDari hasil wawancara didapatkan informasi bahwa saat ini semua anggota keluarga dalam keadaan sehat kecuali pasien. Ibu, bapak tidak memiliki riwayat DM, asma, dan penyakit jantung. Namun ayah pasien memiliki kebiasaan merokok. 2. Fungsi PsikologisSaat ini penderita tinggal dengan ayah, dan ibu. Ayah bekerja sebagai wiraswasta, Ibu sebagai IRT. Hubungan antar anggota keluarga baik. Semua masalah yang ada selalu dibicarakan dengan baik-baik dan keputusan diambil berdasarkan hasil musyawarah atau kesepakatan bersama serta anaknya tidak ada yang rewel. 3. Fungsi PendidikanPendidikan terakhir ibu pasien SMA, Bapak SMA, dan keinginan keluarga tersebut untuk menyekolahkan anak-anaknya sangat tinggi. 4. Fungsi SosialPenderita tinggal di kawasan yang penduduknya tidak terlalu padat, jarak antar rumah sekitar 1 meter. Hubungan dengan tetangga terjalin baik dan pergaulan umumnya berasal dari kalangan menengah ke bawah.5. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan KebutuhanSumber penghasilan dalam keluarga dari bapak yang bekerja sebagai wiraswasta Kebutuhan keluarga selalu dipenuhi dengan semampunya.

BAB IVPENUTUPA. KesimpulanAdapun kesimpulan dari laporan kunjungan rumah ini yaitu:1. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis yang telah dilakukan pada pasien ini maka dapat didiangnosis dengan infeksi saluran pernapasan atas akut (rinitis). Faktor risiko ISPA yang ada pada pasien ini yaitu riwayat kontak dengan penderita ISPA, keterpaparan asap rokok dan asap pembakaran obat nyamuk, kebersihan rumah dan lingkungan yang kurang bersih 2. Keluarga tersebut termasuk keluarga inti yaitu terdiri dari ibu dan bapak serta 1 orang anak. Semua fungsi-fungsi keluarga terlaksana dengan baik.B. SaranSaran kepada pasien dan keluarganya1. Menghindari gigitan nyamuk sebaiknya menggunakan kelambu jangan menggunakan obat nyamuk terutama obat nyamuk yang dibakar2. Sebaiknya lantai rumah selalu dijaga kebersihannya, jangan dibiarkan berpasir3. Bagi bapak disarankan agar tidak merokok di dalam rumah atau di sekitar orang lain4. Kepada petugas kesehatan penyuluhan tentang PHBS rumah tangga lebih ditingkatkan lagi5. Kepada petugas kesehatan harus lebih aktif lagi dalam melakukan survey kesehatan lingkungan agar masyarakat terdorong untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungannya.

14