Laporan Kasus ISPA

download Laporan Kasus ISPA

of 28

description

Laporan Kasus ISPA Anak Magelang

Transcript of Laporan Kasus ISPA

Laporan KasusISPA

Pembimbing :dr. Roedi Djatmiko, Sp.A

Disusun oleh :Masagus Moh. Edsel Q. 140221056

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAKFAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTARST DR. SOEDJONO MAGELANGPERIODE 15 MARET 2014 24 MEI 2015

LEMBAR PENGESAHANPRESENTASI KASUSISPA

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu SyaratKepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Kesehatan AnakRST dr. Soedjono Tingkat II Magelang

Disusun Oleh :Masagus Mohammad Edsel Qasswara1410.221.056

Telah Disetujui dan Disahkan oleh :Dokter Pembimbing

Letkol (CKM) dr. Roedi Djatmiko, Sp.A

BAB ILAPORAN KASUS

I. Identitas PasienNama: An. FUmur: 22 BulanJenis Kelamin: PerempuanAgama: IslamAlamat: MagelangTanggal Masuk Ruangan : 19 Juni 2015Tanggal Keluar: 21 Juni 2015

II. AnamnesaAnamnesa dilakukan secara alloanamnesis terhadap orangtua pasien pada tanggal 19 Juni 2015, pukul 02.30 WIB di Bangsal Flamboyant RST Dr. Soedjono Magelang.a. Keluhan Utama : Demamb. Keluhan Tambahan : Batuk, pilek

III. Riwayat Penyakit SekarangPasien datang ke IGD RST. dr. Soedjono pada pukul 02.30 dengan keluhan demam sejak 3 hari yang lalu. Demam muncul saat siang hari, demam terjadi terus menerus. Orang tua pasien mengeluhkan pasien menderita batuk pilek sejak 7 hari yang lalu, secret berwarna kekuningan dengan konsistensi kental. BAB dan BAK belum dari 1 hari yang lalu. Pasien rewel. Makan dan minum sedikit sejak 3 hari yang lalu.

IV. Riwayat Penyakit DahuluSebelumnya pasien tidak pernah terkena penyakit yang sama. Riwayat alergi disangkal, riwayat asma disangkal, riwayat kejang disangkal

V. Riwayat Penyakit KeluargaKeluarga pasien tidak ada yang mempunyai keluhan atau riwayat yang sama dengan pasien.

VI. Riwayat PengobatanPasien telah meminum obat paracetamol oral, namun tidak terjadi perbaikan.

VII. Pemeriksaan FisikKeadaan Umum : Tampak sakit sedangKesadaran : Compos mentis Tanda Vital

6

N : 166 x/menitRR: 40 x/menitS : 39.5 C

Berat Badan: 10 Kg

Kepala Bentuk: Normocephal Rambut: Hitam, tidak mudah dicabut

Mata

Palpebra: Edema / Konjungtiva: Anemis / Perdarahan subkonjunctiva +/+Sklera: Ikterik / Pupil : Bulat, isokor Refleks Cahaya : +/+

Telinga

Bentuk : Normal/Normal Liang: Lapang Mukosa: Hiperemis (-)Serumen : /

Hidung Bentuk: Normal Deviasi Septum : Sekret: +/+

Mulut

Bibir :normal Lidah : normal

Faring Hiperemis (+) Tonsil T1-T1 Coated tongue (-)LeherKGB tidak membesarThyroid tidak membesar

Thoraks Paru Inspeksi: Hemithorax kanan-kiri simetris dalam keadaan statis dan dinamis Palpasi: Fremitus taktil dan vokal kanan sama dengan kiri Perkusi: Sonor pada kedua lapang paru Auskultasi: Suara nafas vesikuler, rhonki /, wheezing / Jantung Inspeksi: Ictus cordis tidak terlihat Palpasi: Ictus cordis tidak teraba Perkusi: Jantung dalam batas normal Auskultasi: BJ IBJ II reguler, murmur (), gallop ()

Abdomen Inspeksi: datar Auskultasi : Bising usus (+)Palpasi: Supel, Nyeri tekan (-), Hepatosplenomegali (-) Perkusi: Timpani

Ekstremitas Atas

Akral: Hangat +/+Sianosis: -/- Deformitas: -/-CRT < 2 detikEdema: -/-

6

Bawah

Akral : Hangat +/+Deformitas: -/- CRT < 2 detik

Sianosis : -/-Edema : -/-

V. Diagnosis Hari 1 Observasi Febris H + 3 hari dan ISPAHari 2 ISPAHari 3 ISPA

VI. Terapi D5 NS 1000 / 24 jamCefotaxim 3x300 mgNorages 100 mg 3x1Praxion 3x1 mL

VII. Planning (Rencana)Darah lengkap

VIII. FOLLOW UP RUANGANHasil laboratorium tanggal 12 Juni 2015JENIS PEMERIKSAANHASILNILAI REFERENSISATUAN

HEMATOLOGI

LENGKAP

WBC8.0 4.0 12.0K/uL

LYM#1.91.0 5.0 K/uL

MID#0.60.1 1.0 K/uL

GRA#5.52.0 8.0 K/uL

LYM%23.825 50%

MID%7.52.0 10.0%

GRA%68.750.0 80.0%

RBC4.174.00 6.20M/Ul

HGB11.711.0 17.0G/dL

HCT34.735.0 55.0%

MCV83.180.0 100.0Fl

MCH28.126.0 34.0Pg

MCHC33.731.0 35.5g/dL

RDW11.810.0 16.0%

PLT252150 - 400K/uL

MPV7.37.0 11.0fl

PCT0.180.20 0.50%

PDW14.410.0 18.0%

Hari/Tanggal/JamHasil PemeriksaanInstruksi Dokter

Jumat19 Juni 201505.00

S: Demam (+) tidak turun sejak 3 hari SMRS, Batuk (+), Pilek (+) mual (-), muntah (-), makan minum (+) sedikit sejak 3 hari SMRS, BAB & BAK belum sejak 1 hari SMRSO: KU/KS : tampak sakit sedang / CM BB : 10 kg VS : N : 166 x/menit R : 40 x/menit S : 39.5o C Kepala : normochepal Mata : CA -/-, SI -/- ,Hidung : Sekret +/+, deviasi septum -/-Mulut : Faring Hiperemis (+), Tonsil T1-T1 Leher : KGB () membesar Thorax, : Simetris, statis & dinamis, retraksi (-) Pulmo : Suara nafas vesikuler +/+, Rh -/- , Wh -/- Cor : BJ III regular, murmur (), gallop () Abdomen: Datar, BU (+) normal, supel, Nyeri tekan epigastrium (+), timpani ++

++

Ekstremitas : Akral hangat

A : Obs. Febris H+3 ISPA

Therapy:1. D5 NS 1000 / 24 jam2. Cefotaxim 3x300 mg3. Norages 100 mg 3x14. Praxion 3x1 mL

Hari/Tanggal/JamHasil PemeriksaanInstruksi Dokter

Sabtu20 Juni 2015S: Demam (+), Batuk (+), Pilek (+) mual (-), muntah (-), makan minum (+) sedikit sejak 3 hari SMRS, BAB & BAK belum, Rewel (+)O: KU/KS : tampak sakit sedang / CM BB : 10 kg VS : N : 160 x/menit R : 60 x/menit S : 36.8o C Kepala : normochepal Mata : CA -/-, SI -/- ,Hidung : Sekret +/+, deviasi septum -/-Mulut : Faring Hiperemis (+), Tonsil T1-T1 Leher : KGB () membesar Thorax, : Simetris, statis & dinamis, retraksi (-) Pulmo : Suara nafas vesikuler +/+, Rh -/- , Wh -/- Cor : BJ III regular, murmur (), gallop () Abdomen: Datar, BU (+) normal, supel, Nyeri tekan epigastrium (+), timpani ++

++

Ekstremitas : Akral hangat

A : ISPA

Therapy:1. D5 NS 1000 / 24 jam2. Cefotaxim 3x300 mg3. Norages 100 mg 3x14. Praxion 3x1 mL

Hari/Tanggal/JamHasil PemeriksaanInstruksi Dokter

Minggu21 Juni 2015S: Demam (-), Batuk - Pilek (+) secret kekuningan, mual (-), muntah (-), makan minum (+) sedikit sejak, BAB & BAK baik, sesak (-O: KU/KS : tampak sakit sedang / CM BB : 10 kg VS : N : 160 x/menit R : 60 x/menit S : 36.8o C Kepala : normochepal Mata : CA -/-, SI -/- ,Hidung : Sekret +/+, deviasi septum -/-Mulut : Faring Hiperemis (+), Tonsil T1-T1 Leher : KGB () membesar Thorax, : Simetris, statis & dinamis, retraksi (-) Pulmo : Suara nafas vesikuler +/+, Rh -/- , Wh -/- Cor : BJ III regular, murmur (), gallop () Abdomen: Datar, BU (+) normal, supel, Nyeri tekan epigastrium (+), timpani ++

++

Ekstremitas : Akral hangat

A : ISPATherapy:1. D5 NS 1000 / 24 jam2. Cefila 2x1.5 mg3. Norages 100 mg KP4. Praxion 3x1 mL5. Ambroxol 2x1 cth6. Rhinos neo 3x0.8 mL7. Mucos drip 2x0.8 mL

Pasien boleh pulang

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Saat ini penyakit ISPA masih menjadi masalah di Indonesia. ISPA merupakan penyebab utama kematian balita. Dari sekitar 450.000 kematian balita yang terjadi setiap tahun diperkirakan 150.000 diantaranya disebabkan karena ISPA.Dengan kata lain setiap hari terjadi kematian balita akibat ISPA selalu menepati kelompokpenyakit terbanyak di sarana kesehatan dan ISPA Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian bayi dan balita.1Penyakit infeksi saluran pernafasan, bersama-sama dengan malnutrisi dan diare merupakan penyebab kesakitan dan kematian utama pada anak Balita di Negara berkembang (Sharma et al., 1998). ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiaptahunnya. 40 %- 60 % dari kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % - 30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan.ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup olehorang sehat ke saluran pernapasannya. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin. Tetapi ISPAyang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadipada anak kecil terutama apabilaterdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidaktersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik.1Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama di Indonesia karena masih tingginya angka kejadian ISPA terutama pada Anak Balita. ISPA mengakibatkan sekitar 20% - 30% kematian anak Balita (Depkes RI, 2000). ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien pada sarana kesehatan. Sebanyak 40% - 60% kunjungan berobat di Puskesmas dan 15% - 30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit disebabkan oleh ISPA (Dirjen P2ML, 2000).Host, lingkungan dan sosiokultural merupakan beberapa variabel yang dapat mempengaruhi insiden dan keparahan penyakit infeksi saluran pernafasan akut (Sharma et al., 1998). Dengan melihat hal tersebut, diharapkan dokter dapat berperan dalam pencegahan, deteksi dini, terapi maupun rehabilitasi dari infeksi saluran pernapasan akut ini. Penulis berusaha untukmenuliskan aspek-aspek yang dirasakan perlu untuk dipahami melalui tinjauan pustaka dalam referat ini dan diharapkan dapat bermanfaat.

II.1. DefinisiISPA adalah suatu penyakit pernafasan akut yang ditandai dengan gejala batuk, pilek, serak, demam dan mengeluarkan ingus atau lendir yang berlangsung sampai dengan 14 hari (Depkes RI,2000). ISPA adalah penyakit infeksi yang menyerang salah satu dan atau lebih bagian dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran pernapasan atas) hingga alveoli (saluran pernapasan bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura yang disebabkan oleh masuknya kuman (bakteri,virus atau riketsia) ke dalam organsaluran pernapasan yang berlangsung selama 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut dari suatu penyakit, meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari. Menurut derajat keparahannya, ISPA dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu ISPA ringan, ISPA sedang, dan ISPA berat. Pembagian menurut deajat keparahan tersebut didasarkan pada gejala-gejala dan tanda-tandanya. ISPA ringan dapat berkembang menjadi ISPA sedang atau ISPA berat jika keadaan memungkinkan, misalnya penderita kurang mendapat perawatan atau saat penderita dalam keadaan lemah hingga daya tahan tubuhnya rendah. Gejala ISPA ringan dapat dengan mudah diketahui oleh orang awam, sedangkan gejala ISPA sedang dan berat memerlukan beberapa pengamatan sederhana.4

II. 2 KlasifikasiWHO (1986) telah merekomendasikan pembagian ISPA menurut derajat keparahannya. Pembagian ini dibuat berdasarkan gejala-gejala klinis yang timbul dan telah ditetapkan dalam lokakarya Nasional II ISPA tahun 1988. Adapun pembagiannya sebagai berikut :5Secara anatomis yang termasuk Infeksi saluran pernapasan akut :a. ISPA ringanSeorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :i. Batukii. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya pada waktu berbicara atau menangis).iii. Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus darihidungiv. Panas atau demam, suhu tubuh lebih dari 37.50C atau jika dahi anak diraba dengan penggung tangan terasa panas.

b. ISPA sedangSeorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala-gejala ISPA ringan disertai gejala-gejala berikut :i. Pernapasan >50 kali per menit pada anak yang berumur >1 tahun atau > 40kali per menit pada anak yang berumur 1 tahun atau lebih.ii. Suhu tubuh lebih dari 390C.iii. Tenggorokan berwarna merah.iv. Timbul bercak-bercak pada kulitmenyerupai bercak campak.v. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.vi. Pernapasan berbunyi seperti mendengkur atau mencuit-cuit. Dari gejala-gejala ISPA sedang, perlu berhati-hati jika anak menderita ISPA ringan sedangkan suhu tubuhnya lebih dari 390C atau gizinya kurang baik,atau umurnya 4 bulan, maka anak tersebut menderita ISPA sedang dan harus mendapat pertolongan dari petugas kesehatan.

c. ISPA beratSeorang anak dinyatakan menderita ispa berat jika dijumpai gejala-gejala ISPAringan atau ISPA sedang disertai gejala berikut :i. Bibir atau kulit membiru.ii. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktubernapas.iii. Kesadaran menurun.iv. Pernapasan berbunyi berciut-ciut dan anak tampak gelisah.v. Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernapas.vi. Nadi cepat, lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.vii. Tenggorokan berwarna merah.Penderita ini harus dirawat di puskesmas atau rumah sakit, karena perlu mendapat perawatan dengan peralatan khusus seperti oksigen dan atau cairan infus.

Menurut Depkes RI (1991), Pembagian ISPA berdasarkan atas umur dan tanda-tanda klinis yang didapat yaitu :41. Untuk anak umur 2 bulan-5 tahunUntuk anak dalam berbagai golongan umur ini ISPA diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :a) Pneumonia beratTanda utama : Adanya tanda bahaya yaitu tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, serta gizi buruk. Adanya tarikan dinding dada kebelakang. Hal ini terjadi bila paru-paru menjadi kaku dan mengakibatkan perlunya tenaga untuk menarik nafas. Tanda lain yang mungkin ada : Nafas cuping hidung. Suara rintihan. Sianosis (pucat).b) Pneumonia tidak beratTanda Utama : Tidak ada tarikan dinding dada ke dalam. Di sertai nafas cepat : Lebih dari 50 kali/menit untuk usia 2 bulan 1 tahun. Lebih dari 40 kali/menit untuk usia 1 tahun 5 tahun.c) Bukan pneumoniaTanda utama : Tidak ada tarikan dinding dada kedalam. Tidak ada nafas cepat : Kurang dari 50 kali/menit untuk anak usia 2 bulan 1 tahun. Kurang dari 40 kali/menit untuka anak usia 1 tahun 5 tahun.

2. Anak umur kurang dari 2 bulanUntuk anak dalam golongan umur ini, di klasifikasikan menjadi 2 yaitu :a) Pneumonia beratTanda utama : Adanya tanda bahaya yaitu kurang bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, wheezing, demm atau dingin. Nafas cepat dengan frekuensi 60 kali/menit atau lebih. Tarikan dinding dada ke dalam yang kuat.b) Bukan pneumoniaTanda utama : Tidak ada nafas cepat. Tidak ada tarikan dinding dada ke dalam.

II. 3 Epidemiologi Penyakit ISPA sering terjadi pada anak-anak. Episode penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia perkirakan 3-6 kali per tahun (rata-rata 4 kali per tahun), artinya seorang balita rata-ratamendapatkan serangan batuk pilek sebanyak 3-6 kalisetahun. Dari hasil pengamatan epidemiologi dapat diketahui bahwa angka kesakitan dikota cenderung lebih besar dari pada di desa. Hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat kepadatan tempat tinggal dan pencemaran lingkungan di kota yang lebih tinggi daripada di desa.1ISPA merupakan penyakit yang sering kali dilaporkan sebagai 10 penyakit utama di Negara berkembang. Di Negara berkembang, penyakit pneumonia merupakan 25% penyumbang kematian pada anak, terutama pada bayi berusia kurang dari 2 bulan. Dari Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986 diketahui bahwa morbiditas pada bayi akibat pneumonia sebesar 42,2% dan pada balita 40,6%, sedangkan angka mortalitas 36%.Di Indonesia angka ini dilaporkan sekitar 3-6 kali per tahun per anak, sekitar 40-60% kunjungan berobat di puskesmas dan 15-30% kunjungan berobat jalan dan rawat inap di rumah sakit juga disebabkan oleh ISPA. Hasil SKRT tahun 1992 menunjukkan bahwa angka mortalitas pada bayi akibat penyakit ISPA menduduki urutan pertama (36%), dan angka mortalitas pada balita menduduki urutan kedua (13%). Di jawa Tengah pada tahun 1999 penyakit ISPAselalu menduduki rangking 1 pada 10 besar penyakit pasien rawat jalandi puskesmas

II. 4 Etiologi Dan Faktor ResikoEtiologi ISPA terdiri dari:Bakteri: Diplococcuspneumonia, Pneumococcus, Streptococcuspyogenes, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenza,dan lain-lain.Virus: Rinovirus, coronavirus, adenovirus, enterovirus, (ISPA atas virus utama), Parainfluenza, 123 coronavirus, adenovirus.Jamur: Aspergillussp,Candidaalbicans,Histoplama,danlain-lain.Aspirasi: Makanan,asapkendaraanbermotor,BBM(bahanbakarminyak) biasanya minyak tanah, cairan amnion pada saat lahir, benda asing (biji-bijian, mainan plastic kecil, dan lain-lain).Disamping penyebab, perlu juga diperhatikan faktor resiko, yaitu faktor yang mempengaruhi atau mempermudah terjadinya ISPA. Secara umum ada 3 faktor yaitu: Keadaan social ekonomi dan cara mengasuh atau mengurus anak. Keadaan gizi dan cara pemberian makan. Kebiasaan merokok dan pencemaran udaraFaktor yang meningkatkan morbiditas adalah anak usia 2 bulan, gizi kurang, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), pemberian Air Susu Ibu (ASI) tidak memadai, polusi udara, kepadatan dalam rumah, imunisasi tidak lengkap dan menyelimuti anakberlebihan. Faktor yang meningkatkan mortalitas adalah umur kurang dari 2 bulan, tingkat social ekonomi rendah, gizi kurang, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), tingkat pengetahuan ibu rendah, kepadatan dalam rumah, imunisasi tidak lengkap dan menderita penyakit kronis.

II. 5 PatofisiologiPerjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick, 1983).Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering (Jeliffe, 1974). Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick, 1983). Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut (Kending dan Chernick, 1983). Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 1980).Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah (Tyrell, 1980). Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (Shann, 1985).Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas (Siregar, 1994).Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu:a. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum menunjukkan reaksi apa-apa.b. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah rendah.c. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit. Timbul gejala demam dan batuk.d. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat pneumonia.

II. 6Manifestasi Klinis dan Diagnosis Tanda dan gejala penyakit ISPA antara lain:a) Batuk terjadi karena produksi mukus meningkat, sehingga terakumulasi pada trakea yang kemudian menimbulkan batuk. Batuk juga bisa terjadi karena iritasi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (nonproduktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif(menghasilkan sputum).b) KesulitanbernafasAkumulasi mukusditrakeaakanmengakibatkansalurannafas tersumbat sehingga mengalami kesulitan dalam bernafas.c) SakittenggorokanTerjadi iritasi jalan nafas akibat pembengkakan akan merangsang ujung dendritoleh nervus,untuk menstimulasi pelepasankemoreseptoryaitu bradikinin dan serotonin sehingga terjadi perangsangan nyeri pada tenggorokan.d) DemamInfeksi jalan nafas juga mengakibatkan munculnya demam, ini sebagai mekanisme pertahanan tubuh dalam melawan mikroorganisme yang masuk.

Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri tenggorokan, batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal dan konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan insomnia. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya penyulit. Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium terhadap jasadrenik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah biakanvirus, serologis, diagnostik virus secara langsung. Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukandengan pemeriksaan sputum, biakandarah,biakan cairan pleura.5

Tanda-tanda bahayaPada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan.Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris.Tanda-tanda klinis Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung, kejang dan coma. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.Tanda-tanda laboratoris hypoxemia, hypercapnia dan acydosis (metabolik dan atau respiratorik)Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing, demam dan dingin.4

II. 7Diagnosis BandingPenyakit infeksi saluran pernafasan ini mempunyai beberapa diagnosis banding yaitu difteri, mononukleosis infeksiosa dan agranulositosis yang semua penyakit diatas memiliki manifestasi klinis nyeri tenggorokan dan terbentuknya membrana. Mereka masing-masing dibedakan melalui biakan kultur melalui swab, hitungan darah dan test Paul-bunnell. Pada infeksi yang disebabkan oleh streptokokus manifestasi lain yang muncul adalah nyeri abdomen akuta yang sering disertai dengan muntah (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 454).

II. 8 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman, pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia dan pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Victor dan Hans; 1997; 224).

II. 9 PenatalaksanaanPengobatan antara lain :1. Simptomatik :i. Analgesik-antipiretik untuk mengobati gejala demam seperti parasetamol danaspirin.ii. Kombinasi dekongestan dan anti alergi untuk pilek dan flu. Contoh :dekongestan antara lain pseudoefedrin, fenil propanolamin. Contoh antialergiadalah dipenhidramin.iii. Ekspektoran untuk batuk berdahak. Contoh : ammonium klorida.iv. Mukolitik untuk batuk berdahak. Contoh : ambroksol, bromheksin, gliserilgualakolat.v. Antitusif untuk meringankan gejala batuk kering. Contoh: dekstrometorfan.2. Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang adekuat,pemberian multivitamin dll.3. Antibiotik : Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus Antibiotik. Antibiotik tidak disarankan untuk ISPA yang disebabkan oleh virus karena antibiotik tidak dapat membunuh virus. Antibiotik diberikan jika gejala memburuk, terjadi komplikasi atau radang yang disebabkan oleh bakteri. Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, Amoksisillin, Ampisillin, Penisillin Prokain,Pnemonia berat : Benzil penicillin, klorampenikol, kloksasilin, gentamisin. Antibiotik baru lain : Sefalosforin,quinolon dll.

Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya. Petunjuk dosis dapat dilihat pada lampiran.Perawatan dirumah Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA. Mengatasi panas (demam) Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).

Mengatasi batuk Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis sendok teh dicampur dengan kecap atau madu sendok teh , diberikan tiga kali sehari. Pemberian makanan Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan. Pemberian minuman Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita. Lain-lain Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.4,5

II. 10 Komplikasi AsmaAsma adalah mengi berulang atau batuk persisten yang disebabkan oleh suatu kondisi alergi non infeksi dengan gejala : sesak nafas, nafas berbunyi wheezing, dada terasa tertekan, batuk biasanya pada malam hari atau dini hari. Kejang demamKejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rentan lebih dari 380c) dengan gejala berupa serangan kejang klonik atau tonikklonik bilateral. Tanda lainnya seperti mata terbalik keatas dengan disertai kejang kekakuan atau kelemahan, gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan atau hanya sentakan kekauan fokal. TuliTuli adalah gangguan system pendengaran yang terjadi karena adanya infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau virus dengan gejala awal nyeri pada telinga yang mendadak, persisten dan adanya cairan pada rongga telinga. SyokSyok merupakan kondisi dimana seseorang mengalami penurunan f'ungsi dari system tubuh yang disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : faktor obstruksi contohnya hambatan pada system pernafasan yang mengakibatkan seseorang kekurangan oksigen sehingga seseorang tersebut kekurang suplay oksigen ke otak dan mengakibatkan syok. Demam Reumatik, Penyakit Jantung Reumatik dan Glomerulonefritis, yang disebabkan oleh radang tenggorokan karena infeksi Streptococcus beta hemolitikus grup A (Strep Throat) Sinusitis Meningitis Abses Peritonsiler Abses Retrofaring

II. 11 PrognosisPada dasarnya, prognosis ISPA adalah baik apabila tidak terjadi komplikasi yang berat. Hal ini juga didukung oleh sifat penyakit ini sendiri, yaitu self limiting disease sehingga tidak memerlukan tindakan pengobatan yang rumit. Penyakit yang tanpa komplikasi berlangsung 1-7 hari. Kematian terbanyak oleh karena infeksi bakteri sekunder. Bila panas menetap lebih dari 4 hari dan leukosit > 10.000/ul,biasanyadidapatkan infeksibakterisekunder.

II. 12 PencegahanHal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA pada anak antara lain :1. Menjaga keadaan gizi anda dan keluarga agar tetap baik. Memberikan ASI eksklusif pada bayi anda.2. Menjaga pola hidup bersih dan sehat, istirahat/tidur yang cukup dan olah raga teratur.3. Membiasakan cuci tangan teratur menggunakan air dan sabun atau hand sanitizer terutama setelah kontak dengan penderita ISPA. Ajarkan pada anak untuk rajin cuci tangan untuk mencegah ISPA dan penyakit infeksi lainnya.4. Melakukan imunisasi pada anak anda. Imunisasi yang dapat mencegah ISPA diantaranya imunisasi influenza, imunisasi DPT-Hib /DaPT-Hib, dan imunisasi PCV.5. Hindari kontak yang terlalu dekat dengan penderita ISPA.6. Hindari menyentuh mulut atau hidung anda setelah kontak dengan flu. Segera cuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer setelah kontak dengan penderita ISPA.7. Apabila anda sakit, gunakanlah masker dan rajin cuci tangan agar tidak menulari anak anda atau anggota keluarga lainnya.8. Mencegah anak berhubungan terlalu dekat dengan saudaranya atau anggota keluarga lainnya yang sedang sakit ISPA. Tindakan semi isolasi mungkin dapat dilakukan seperti anak yang sehat tidur terpisah dengan anggota keluarga lain yang sedang sakit ISPA.9. Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan / rumah.I.