Teori Ispa

52
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep ISPA 1. Definisi ISPA Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah proses infeksi akut berlangsung selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme dan menyerang salah satu bagian, dan atau lebih dari saluran nafas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah), termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga dan pleura (Depkes, 2009). Istilah ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran pernapasan Akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa inggris, Acute Respiratory Infection (ARI). Istlah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut (Rasmaliah, 2004) : 9

Transcript of Teori Ispa

Page 1: Teori Ispa

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep ISPA

1. Definisi ISPA

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah proses infeksi akut

berlangsung selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme dan

menyerang salah satu bagian, dan atau lebih dari saluran nafas, mulai dari

hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah), termasuk jaringan

adneksanya, seperti sinus, rongga telinga dan pleura (Depkes, 2009).

Istilah ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran pernapasan

Akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa inggris, Acute Respiratory

Infection (ARI). Istlah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran

pernafasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut (Rasmaliah, 2004) :

a. Infeksi adalah masuknya kuman atau Mikroorganisme ke dalam tubuh

manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

b. Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga Alveoli

beserta organ Adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan

pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas,

saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan

9

Page 2: Teori Ispa

10

organ saluran pernafasan lainnya. Dengan batasan ini, jaringan paru

termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory track).

c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari.

Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk

beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA, proses ini dapat

berlangsung lebih dari 14 hari.

Dari beberapa pengertian diatas, maka penulis dapat mengambil

kesimpulan bahwa ISPA adalah proses infeksi akut yang berlangsung

selama 14 hari yang diakibatkan oleh masuknya mikroorganisme ke dalam

saluran pernafasan yang dapat menyerang satu bagian dan atau lebih dari

saluran pernafasan mulai dari saluran nafas bagian atas sampai saluran

nafas bagian bawah.

2. Klasifikasi ISPA

Menurut Ngastiyah (2005), klasifikasi ISPA terbagi atas :

a. ISPA Ringan : Tandanya : Batuk, pilek, dan kadang disertai demam.

b. ISPA sedang (Pneumonia) : Ditandai batuk pilek disertai nafas cepat (lebih

dari normal).

Tidak normal jika jumlah nafas :

1) Untuk anak usia 2 bulan s/d 1 tahun >50 x/menit

2) Untuk anak usia 1 s/d 5 tahun >40 x/menit

c. ISPA Berat (Pneumonia Berat) : Ditandai dengan : Adanya tarikan dinding

dada ke dalam.

3. Penyebab ISPA

Page 3: Teori Ispa

11

Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang

kompleks yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Kebanyakan infeksi

saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus. Penyebab ISPA terdiri dari

300 lebih jenis bakteri, virus dan jamur. Bakteri penyebab ISPA misalnya :

Streptokokus, Hemolitikus, Stafilokokus, Pnemokokus, Henofilus Influenza,

Bordetella Pertusis, dan Korinebakterium Difteria (Ngastiyah, 2005).

Secara umum faktor resiko penyebab ISPA pada anak adalah faktor

lingkungan, faktor individu anak, dan faktor perilaku.

a. Faktor Lingkungan

1) Rumah

2) Kepadatan hunian (crowded)

3) Status sosial ekonomi

4) Kebiasaan merokok

5) Polusi Udara

b. Faktor individu Anak

1) Umur anak

2) Berat Badan Lahir

3) Status Gizi

c. Faktor perilaku

Faktor perilaku dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit

ISPA pada bayi dan balita dalam hal ini adalah praktek penanganan ISPA

di keluarga baik yang dilakukan oleh ibu ataupun anggota keluarga

lainnya. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang

Page 4: Teori Ispa

12

berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga, satu dengan yang

lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa

anggota tergantung keluarga mempunyai masalah kesehatan, maka akan

berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya (Ngastiyah, 2005).

Peran aktif keluarga/masyarakat dalam menangani ISPA sangat

penting karena penyakit ISPA merupakan penyakit yang ada sehari-hari

di dalam masyarakat atau keluarga. Hal ini perlu mendapat perhatian

serius oleh kita semua karena penyakit ini banyak menyerang balita,

sehingga ibu balita dan anggota keluarga yang sebagian besar dekat

dengan balita mengetahui dan terampil menangani penyakit ISPA ini

ketika anaknya sakit (Depkes, 2002).

Keluarga perlu mengetahui tanda keluhan dini pneumonia dan kapan

mencari pertolongan dan rujukan pada sistem pelayanan kesehatan agar

penyakit anak balitanya tidak menjadi berat. Berdasarkan hal tersebut

dapat diartikan dengan jelas bahwa peran keluarga dalam praktek

penanganan dini ISPA tingkat keluarga yang kurang/buruk akan

berpengaruh pada perjalanan penyakit dari yang ringan menjadi

bertambah berat (Ngastiyah, 2005).

4. Patofisiologi ISPA

ISPA didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang

disebabkan oleh bakteri Staphylococus, Haemophylus, Influenzae atau virus

dan bakteri yang lain (Ngastiyah, 2005).

Page 5: Teori Ispa

13

Dari saluran pernafasan bagian atas kemudian sebagian kuman

tersebut masuk ke dalam saluran pernafasan bagian bawah dan

menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi

masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan

gambaran sebagai berikut : (Ngastiyah, 2005).

a. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi

pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan

alveoli.

b. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam

saluran pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya

peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus

mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko

terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Masuknya bakteri atau virus ke saluran pernafasan dapat

mengakibatkan peradangan bronkus dan alveoli. Inflamasi bronkus

ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk

produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah

mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli,

fibrosis, emfisema dan atelektasis.

Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan nafas, sesak

nafas dan nafas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi

paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berfungsi

untuk melembabkan rongga pleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau

Page 6: Teori Ispa

14

pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan.

Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi nafas, hipoksemia,

asidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan

yang akan mengakibatkan terjadinya gagal nafas. (Rajawana, 2010,

Program Pemberantasan ISPA, ¶ 2-4 http://www.rajawana.com/jurnal-

artikel/32-health/429-ispa-pdf diperoleh tanggal 16 Maret 2011).

Inhalasi mikroba dengan jalan :

Melalui udara

Aspirasi organisme dari nasofaring

Hematogen

Reaksi inflamasi (nyeri dada, panas, demam, anorexia)

Membran paru meradang dan berlubang (pleuritic pain)

RBC, WBC, dan cairan keluar masuk alveoli

sekresi, edema, bronchospasme (dyspnea, sianosis, batuk)

parsial oklusi

Page 7: Teori Ispa

15

daerah paru menjadi padat (konsolidasi)

Luas permukaan membran respirasi penurunan rasio ventilasi perfusi

Kapasitas difusi menurun

Hipoksemia

Gambar 2.1 Patofisiologi ISPASumber : (Anonim, 2009, Pneumonia, ¶ 1 http://www.infeksi.com, diperoleh pada

tanggal 16 Maret 2011).

5. Tanda dan Gejala ISPA

Menurut derajat keparahannya ISPA dapat dibagi menjadi tiga

golongan yaitu (Suyono, 2001) :

a.ISPA ringan bukan pneumonia

Gejala ISPA ringan, seorang anak dikatakan menderita ISPA ringan

jika ditemukan gejala sebagai berikut :

1) Batuk

2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan lendir atau

ingus dari hidung

3) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370C atau jika dahi anak

diraba dengan punggung tangan terasa panas.

Jika anak menderita ISPA ringan maka perawatan cukup dilakukan

dirumah tidak perlu dibawa ke dokter atau puskesmas. Di rumah dapat

Page 8: Teori Ispa

16

diberi obat penurun panas yang dijual bebas di toko-toko atau apotik

tetapi jika dalam 2 hari gejala belum hilang, anak harus segera dibawa ke

dokter atau puskesmas terdekat.

b. ISPA sedang, pneumonia

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala

ISPA ringan dengan disertai gejala sebagai berikut :

1) Pernafasan lebih dari 50x/menit pada anak umur kurang dari satu

tahun atau lebih dari 40x/menit pada anak satu tahun atau lebih

2) Suhu lebih dari 390C

3) Tenggorokan berwarna merah

4) Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak

5) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga

6) Pernafasan berbunyi seperti mendengkur

Dari gejala ISPA sedang ini, orang tua perlu hati-hati karena jika

anak menderita ISPA ringan sedangkan anak badan panas lebih dari

390C, gizinya kurang, umumnya empat bulan atau kurang maka anak

tersebut menderita ISPA sedang dan harus mendapat pertolongan

petugas kesehatan.

1) Bibir atau kulit membiru

2) Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu

bernafas

3) Anak tidak sadar atau kesadarannya menurun

4) Pernafasan berbunyi mengorok dan anak tampak gelisah

Page 9: Teori Ispa

17

5) Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernafas

Pasien ISPA berat harus dirawat di rumah sakit atau puskesmas

karena perlu mendapat pertolongan dengan peralatan khusus seperti

oksigen dan infus.

6. Penatalaksanaan ISPA

a. Perawatan ISPA di rumah

Berdasarkan petunjuk dari buku pedoman penatalaksanaan ISPA

yang diterbitkan oleh Depkes RI tahun 2006, maka untuk

penatalaksanaannya dapat dilakukan oleh ibu adalah sebagai berikut :

1) Pemberian kompres

Pemberian kompres dilakukan bila anak panas atau demam

yaitu dimana suhu tubuh lebih tinggi dan suhu normal (36,5 – 37,50

C), yaitu 37,50 C atau lebih, pada perabaan tubuh anak teraba panas.

Upaya penurunan suhu dapat dilakukan baik secara farmakologi atau

non farmakologi. Secara farmakologi dapat diberikan antipiretik

sedangkan secara non farmakologi dapat dilakukan berbagai metode

untuk menurunkan demam seperti metode tepid sponge, kompres

dingin, selimut pendingin (selimut hipotermia), penggunaan air

conditioner, atau kipas angin. Tepid sponge merupakan tindakan

penurunan suhu tubuh yang efektif bagi anak yang mengalami

demam tinggi. Berperannya metode tepid sponge dalam menurunkan

suhu tubuh berkaitan dengan adanya proses kehilangan panas dari

kulit ke lingkungan melalui mekanisme konduksi dan evaporasi.

Page 10: Teori Ispa

18

Mekanisme kehilangan panas melalui evaporasi adalah kehilangan

panas melalui penguapan yang terjadi secara terus menerus dari

fraktus rspiratorius, mukosa mulut dan kulit.

Selain dari pemberian kompres beberapa hal yang dapat

dilakukan adalah memakaikan anak dengan baju atau selimut yang

tipis seperti katun, karena penggunaan pakaian dan selimut yang

tebal akan menghambat penurunan panas, mengganti pakaian yang

basah karena keringat dengan pakaian kering.

2) Memberikan minuman yang lebih banyak pada anak

Anak dengan infeksi pernafasan dapat kehilangan cairan lebih

banyak dari biasanya terutama jika anak demam atau muntah dan

lain-lain. Anjurkan orang tua untuk memberikan cairan tambahan

menmbah pemberian susu buatan, air putih, susu buah, dan lain-lain.

Kehlangan cairan akan meningkat selama sakit ISPA terutama jika

anak demam dan apabila keadaan ini berlangsung terus menerus

dapat mengakibatkan sesak nafas dan demam. Pemberian hidrasi

yang adekuat merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan

karena demam berkaitan dengan kehilangan cairan dan elektrolit.

3) Istirahat dan tidur

Penderita ISPA biasanya mudah letih, lemah dan depresi

dalam melakukan aktivitas sebaiknya jangan memberikan aktivitas

yang berlebih karena dapat mengurangi kebutuhan energi yang

dibutuhkan oleh tubuh, yang pada saat menderita ISPA anak

Page 11: Teori Ispa

19

membutuhkan energi untuk mempertahankan kondisi tubuh dalam

keadaan yang stabil.

4) Membersihkan jalan nafas

Apabila anak terserang ISPA biasanya disertai dengan

adanya batuk pilek, sekret yang mengering dan bertumpuk dihidung

dapat menghalangi jalan nafas saat anak bernafas. Orang tua

sebaiknya membersihkan hidung dan sekret sampai bersih dengan

menggunakan kassa bersih atau kain yang lembut dan dibasahi

dengan air bersih, untuk mencegah terjadinya iritasi pada kulit.

5) Pemenuhan kebutuhan gizi pada penderita

a) Pemberian makan anak selama sakit

Penderita ISPA memerlukan gizi atau makanan dengan menu

seimbang antara sumber tenaga (karbohidrat), sumber pembangun

(protein), dan pengatur (vitamin dan mineral) dengan cukup jumlah

dan mutunya atau tinggi kalori tinggi protein (TKTP) yang diberikan

secara teratur.

b) Pemberian makan setelah sembuh

Pada umumnya anak yang sedang sakit hanya bisa makan

sedikit, oleh karena itu setelah sembuh usahakan pemberian

makanan ekstra setiap satu hari selama satu minggu, atau sampai

berat badan anak mencapai normal. Hal ini akan mempercepat

anak mencapai tingkat kesehatan semula serta mencegah

Page 12: Teori Ispa

20

malnutrisi, malnutrisi akan memperberat infeksi saluran pernafasan

dikemudian hari.

c) Pemberian makan pada anak muntah

Anak yang muntah terus dapat mengalami malnutrisi, ibu

harus memberikan makanan pada saat muntahnya reda setiap

selesai jangkitan muntah. Usahakan pemberian makanan sedikit

demi sedikit tapi sesering mungkin selama anak sakit dan sesudah

sembuh. Dengan meneruskan pemberian makanan anak

mencegah kekurangan gizi. Hal ini penting untuk anak dengan

ISPA yang akan mengalami penurunan berat badan cukup besar.

Hilangnya nafsu makan umumnya terjadi selama infeksi saluran

pernafasan.

6) Cara pengobatan

Sesuai dengan kebijakan program Pemberantasan Penyakit Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (P2-ISPA) (Depkes RI, 2006). Pada saat ISPA

ringan hanya diberikan obat parasetamol jika anak panas atau demam.

Jika batuk berikan obat batuk seperti OBH atau obat tradisional yang

dianjurkan oleh petugas kesehatan. Misalnya campuran air jeruk nipis

dan kecap manis atau madu. Pada pemberian obat ini, jaga agar segala

obat yang diberikan oleh dokter atau diberikan oleh puskesmas

dimunum dalam jumlah yang tepat pada saat yang tepat. Pemberian

obat dengan parasetamol ketentuan :

Page 13: Teori Ispa

21

Umur Balita Takaran Parasetamol yang diberikan

2 bulan – 6 bulan 1/8 (seperdelapan tablet)6 bulan – 3 tahun ¼ (seperempat tablet)3 tahun- 5 tahun ½ (setengah) tablet

Sumber : Depkes RI, 2006.

Langkah-langkah pemberian obat dalah sebagai berikut :

a) Tentukan dosis yang tepat sesuai dengan umur anak

Kortimoksasol 2 kali sehari selama 5 hari tablet dewasa, 180 mg

Trimetropin + 400 mg sulfametaksasol.

Umur Takaran yang diberikan

2 bulan – 3 bulan6 bulan – 3 tahun

3 tahun – 5 tahun

¼ (seperempat)½ (setengah)

1 (satu) Sumber : Depkes RI, 2006

b) Campurkan tablet antibiotika yang telah digerus dengan makanan

untuk mempermudah anak menelannya. Misalnya bubur. Bila anak

hanya minum ASI, mintalah ibu mencampurkan puyer dengan ASI

secukupnya pada mangkuk yang bersih.

c) Persilahkan orang tua untuk mencoba memberikan antibiotik

tersebut pada anaknya. Anak biasanya lebih mudah disuapi oleh

ibunya. Hal ini merupakan cara untuk memastikan bahwa ibunya

sudah bisa memberikan antibiotika sebelum meninggalkan

puskesmas. Jika anak memuntahkan obat yang diminum sebelum

setengah jam, ulangi pemberian obat tersebut.

d) Mengajarkan kepada orang tua cara memberikan antibiotika di

rumah

Page 14: Teori Ispa

22

e) Terangkan sejelas-jelasnya berapa banyak antibiotika setiap kali

pemberian. Berapa kali sehari, dan kapan (jam berapa) harus

diberikan. Buatkan catatan aturan pemakaian itu untuk orang tua.

Bila orang tua tidak dapat membaca, buat petunjuk yang

sederhana.

f) Berilah antibiotika yang cukup untuk 5 hari, jelaskan kepada orang

tua bahwa ia harus memberikan antibiotika itu selama lima hari,

selesaikan pemberian sampai lima hari penuh, walaupun anak

sudah tampak sehat sebelum lima hari.

g) Pastikan bahwa orang tua sudah benar-benar mengerti apa yang

kita jelaskan.

7) Tindakan mencari pertolongan ke pelayanan kesehatan

Tindakan mencari pertolongan kesehatan dengan segera ini,

berkaitan dengan keadaan balita dengan adanya tanda-tanda

memburuk atau bahaya yaitu tidak bisa minum, kejang-kejang,

kesadaran menurun atau sukar dibangunkan, stridor, gizi buruk, sesak

nafas, ada tarikan dinding dada kedalam dan demam. Tanda-tanda ini

disebabkan oleh banyak kemungkinan, dibawah ini akan dijelaskan

masing-masing tanda tersebut (Depkes RI, 2006) :

a) Tidak bisa minum

Anak yang tidak dapat minum, artinya apabila anak memang

tidak dapat minum sama sekali, termasuk anak yang terlalu lemah

untuk minum, waktu diberi cairan tidak mampu untuk menghisap

Page 15: Teori Ispa

23

atau menelan atau muntah sehingga tidak ada cairan yang bisa

masuk.

b) Kejang – kejang, kesadaran menurun

Anak yang menderita pneimonia, jika mengalami kejang –

kejang atau kesadaran menurun dapat disebabkan oleh

kekurangan oksigen dan meningitis.

c) Stridor

Stridor adalah inspirasi yang berasal dari saluran pernafasan

Ekstratorak, kadang – kadang terdengar pula pada waktu ekspirasi.

d) Gizi buruk

Anak dengan gizi buruk mempunyai resiko tinggi untuk sakit

dan meninggal karena pneumonia. Hambatan pertumbuhan atau

penurunan berat badan selama sakit ISPA harus dicatat dan ibu

dianjurkan untuk menambah pemberian makanan selama

pemulihan sampai mencapai berat badan yang normal.

e) Sesak nafas

Menghitung frekuensi sesak nafas dilakukan dengan

pengukuran waktu (jam) yang berbunyi setelah satu menit (60 detik).

Frekuensi nafas menurut golongan umur :

Bila anak umur Anak bernafas cepat jika frekuensi nafasnya

< 2bulan2 bulan - < 12 bulan1 tahun – 5 tahun

60x/ menit atau lebih50x/ menit atau lebih40x/ menit atau lebih

Sumber : Depkes RI, 2006.

Page 16: Teori Ispa

24

f) Ada tarikan dinding dada kedalam

Anak menunjukan gejala tarikan dinding dada kedalam jika

dinding pada bagian bawah tertarik masuk waktu anak menarik

nafas. Tarikan dinding dada ke dalam terjadi apabila waktu

bernafas.

g) Anak tampak sangat mengantuk

Anak yang tampak sangat mengantuk, lebih banyak tidur pada

waktu yang seharusnya dia terjaga. Tatapan anak tampak

hampa/kosong dan mungkin tridak melihat.

h) Teraba demam atau sangat dingin

Demam sangat umum terjadi pada anak dengan infeksi

saluran pernafasan. Ukur suhu tubuh, jika lebih dari 380C, berarti

anak demam. Jika kurang dari 35,50C berarti dibawah suhu

(hypotermi), jika tidak ada termometer, raba badan anak apakah

panas atau sangat dingin, kadang – kadang tangan dan kaki

dingin karena selimutnya kurang menutup. Bila kaki atau betis

teraba dingin menunjukan anak hypotermi (sangat dingin).

b. Pencegahan ISPA

Keadaan gizi dan keadaan lingkungan emrupakan hal yang penting

bagi pencegahan ISPA. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk

mencegah ISPA adalah :

1) Mengusahakan agar anak mempunyai gizi yang baik

Page 17: Teori Ispa

25

2) Bayi harus disusui sampai usia dua tahun karena ASI adalah

makanan yang paling baik untuk bayi

3) Beri bayi makanan padat sesuai dengan umurnya

4) Pada bayi dan anak, makanan harus mengandung gizi cukup yaitu

mengandung cukup protein (zat putih telur), karbohidrat, lemak,

vitamin dan mineral

5) Makanan yang bergizi tidak berarti makanan yang mahal. Protein

misalnya dapat diperoleh dari tempe dan tahu, karbohidrat dari nasi

atau jagung, lemak dari kelapa atau minyak sedangkan vitamin dan

mineral dari sayuran dan buah-buahan

6) Bayi dan balita hendaknya secara teratur ditimbang untuk mengetahui

apakah beratnya sesuai dengan umurnya dan perlu diperiksa apakah

ada penyakit yang menghambat pertumbuhan.

c. Mengusahakan kekebalan anak dengan imunisasi

Agar anak memperoleh kekebalan dalam tubuhnya anak perlu

mendapatkan imunisasi yaitu DPT (Depkes RI, 2002). Imunisasi DPT

salah satunya dimaksudkan untuk mencegah penyakit pertusis yang salah

satu gejalanya adalah infeksi saluran nafas.

d. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan

Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan modal utama bagi

pencegahan penyakit ISPA, sebaiknya perilaku yang tidak mencerminkan

berbagai penyakit. Perilaku ini dapat dilakukan melalui upaya

Page 18: Teori Ispa

26

memperhatikan rumah sehat, desa sehat dan lingkungan sehat (Suyono,

2001).

e. Pengobatan segera

Apabila anak sudah positif terserang ISPA, sebaiknya orang tua tidak

memberikan makanan yang dapat merangsang rasa sakit pada

tenggorokan, misalnya minuman dingin, makan yang mengandung vetsin

atau rasa gurih, bahan pewarna, pengawet dan makanan yang terlalu

manis. Anak yang terserang ISPA, harus segera dibawa ke dokter.

ISPA merupakan penyakit penyebab kematian tertinggi pada Balita.

Kriteria penderita ISPA dalam penatalaksanaannya adalah Balita dengan gejala

batuk, pilek, kesukaran bernafas serta sudah ada tarikan dinding dada kedalam.

ISPA tersebut banyak terjadi pada Balita dikarenakan Balita masih rentan

terhadap penyakit dan daya tahan tubuhnya masih kurang (Prabu, 2008, faktor

resiko ispa pada balita, π4, http://putraprabu.wordspress.com, diperoleh tanggal

15 Februari 2011).

B. Konsep Balita

Balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan karakteristik

pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun dimana umur 5

bulan BB naik 2x BB lahir dan 3x BB lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4x

pada umur 2 tahun. Pertumbuhan mulai lambat pada masa pra sekolah kenaikan

BB kurang lebih 2 kg/ tahun, kemudian pertumbuhan konstan mulai berakhir.

(Soetjiningsih, 2002).

Page 19: Teori Ispa

27

Balita diharapkan tumbuh dan berkembang dalam keadaan sehat

jasmani, sosial dan bukan hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. Masalah

kesehatan balita merupakan masalah nasional, menginggat angka kesakitan dan

angka kematian pada balita masih cukup tinggi. Angka kesakitan mencerminkan

keadaan yang sesungguhnya karena penyebab utamanya berhubungan dengan

faktor lingkungan antara lain; asap dapur, penyakit infeksi dan pelayanan

kesehatan.

Salah satu faktor penyebab kematian maupun yang berperan dalam

proses tumbuh kembang balita yaitu ISPA, penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi. Untuk itu kegiatan yang dilakukan terhadap balita antara pemeriksaan

perkembangan dan pertumbuhan fisiknya, pemeriksaan perkembangan

kecerdasan, pemeriksaan penyakit infeksi, imunisasi, perbaikan gizi dan

pendidikan kesehatan pada orang tua.

Periode usia ini disebut juga sebagai usia prasekolah, yaitu sebagai

berikut :

1. Perkembangan fisik

a. Di awal balita, pertambahan berat badan Balita merupakan singkatan

bawah lima tahun, satu periode usia manusia dengan rentang usia dua

hingga lima tahun, ada juga yang menyebut dengan periode usia

prasekolah. Pada fase ini anak berkembang dengan sangat pesat.

b. Pada periode ini, balita memiliki ciri khas perkembangan menurun

disebabkan banyaknya energi untuk bergerak.

Page 20: Teori Ispa

28

2. Perkembangan Psikologis

a. Dari sisi psikomotor, balita mulai terampil dalam pergerakanya

(lokomotion), seperti berlari, memanjat, melompat, berguling, berjinjit,

menggenggam, melempar yang berguna untuk mengelola keseimbangan

tubuh dan mempertahankan rentang atensi.

b. Pada akhir periode balita kemampuan motorik halus anak juga mulai

terlatih seperti meronce, menulis, menggambar, menggunakan gerakan

pincer yaitu memegang benda dengan hanya menggunakan jari telunjuk

dan ibu jari seperti memegang alat tulis atau mencubit serta memegang

sendok dan menyuapkan makanan kemulutnya, mengikat tali sepatu.

Dari sisi kognitif, pemahaman tehadap obyek telah lebih ajeg.

Kemampuan bahasa balita tumbuh dengan pesat. Pada periode awal

balita yaitu usia dua tahun kosa kata rata-rata balita adalah 50 kata, pada

usia lima tahun telah menjadi diatas 1000 kosa kata. Pada usia tiga tahun

balita mulai berbicara dengan kalimat sederhana berisi tiga kata dan

mulai mempelajari tata bahasa dari bahasa ibunya.

Upaya pencegahan terjadinya ISPA dapat dilakukan dengan cara

meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat dilingkungan rumah, sedangkan

faktor yang mempengaruhi perilaku tersebut berkaitan erat dengan pengetahuan

dan sikap terhadap penyakit ISPA itu sendiri. Oleh karena itu, pencegahan ISPA

oleh ibu-ibu yang mempunyai anak Balita ISPA sangat penting untuk menurunkan

angka kematian pada Balita, upaya tersebut salah satunya melalui penyuluhan

kesehatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan (Depkes RI, 2003).

Page 21: Teori Ispa

29

C. Konsep Penyuluhan Kesehatan

1. Definisi Penyuluhan Kesehatan

a. Penyuluhan kesehatan adalah suatu kegiatan atau usaha untuk

menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau

individu (Notoatmodjo, 2005).

b. Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan

dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga

masyarakat tidak saja sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa

melakukan suatu anjuran yang ada hubungan dengan kesehatan (Fitriani,

2011).

Dari kedua pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

penyuluhan kesehatan adalah upaya untuk menyampaikan pesan

kesehatan kepada perseorangan atau masyarakat untuk mengubah

perilaku kesehatan melalui proses pendidikan.

2. Tujuan Penyuluhan Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2005), tujuan penyuluhan kesehatan adalah sebagai

berikut :

a. Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam melihat dan

meningkatkan kesehatan.

b. Terbentuknya perilaku sehat yang sesuai dengan konsep hidup sehat

baik fisik, mental dan sosial sehingga menurunkan angka kesakitan dan

kematian.

Page 22: Teori Ispa

30

3. Proses Penyuluhan Kesehatan

Prinsip pokok penyuluhan adalah belajar (Notoatmodjo 2003).

Didalam kegiatan belajar terdapat tiga persoalan pokok yakni persoalan

masukan (input), proses dan persoalan keluaran (output). Persoalan

masukan dalam penyuluhan kesehatan adalah menyangkut sasaran belajar

(sasaran didik) yaitu individu, kelompok atau masyarakat yang sedang

belajar itu sendiri dengan berbagai latar belakangnya.

Persoalan proses adalah mekanisme dan interaksi terjadinya

perubahan kemampuan (perilaku) pada diri subjek tersebut. Didalam proses

ini terjadi pengaruh timbal balik, pengajar dan materi atau bahan yang

dipelajari. Sedangkan keluaran adalah merupakan hasil belajar itu sendiri,

yaitu berupa kemampuan atau perubahan perilaku dari subjek belajar.

Proses kegiatan belajar tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Bagan 2.1 Proses BelajarSumber : Soekidjo Notoatmodjo (2003)

4. Metode Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau

usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarkat, kelompok atau

individu. Dengan adanya pesan tersebut maka diharapkan masyarakat,

kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan

Input

(subjek belajar)

Output

(hasil belajar)

Proses belajar

Page 23: Teori Ispa

31

yang lebih baik. Pengetahuan tersebut akhirnya diharapkan dapat

berpengaruh terhadap perilaku (Notoatmodjo, 2003).

Di bawah ini akan diuraikan beberapa metode penyuluhan yaitu

(Fitriani, 2011) :

a.Metode penyuluhan individual (perorangan), bentuknya antara lain

bimbingan dan interview (wawancara).

b.Metode penyuluhan kelompok

1) Kelompok Besar

Yang dimaksud kelompok disini adalah apabila peserta penyuluhan

itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini

antara lain : ceramah dan seminar.

2) Kelompok Kecil

Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut

sebagai kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok

kecil antara lain :

a) Diskusi kelompok

b) Curah pendapat (brain storming)

c) Bola salju (snow balling)

d) Kelompok-kelompok kecil (bruzz group)

e) Memainkan peran (role play)

f) Permainan simulasi (simulation game)

Page 24: Teori Ispa

32

c. Metode penyuluhan massa / publik

Metode penyuluhan (pendekatan) masa untuk mengkomunikasikan

pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya

masa / publik. Maka cara yang paling tepat adalah pendekatan masa,

pada umumnya bentuk pendekatan ini tidak langsung, biasanya

menggunakan atau melalui media masa.

Beberapa contoh metode ini, antara lain :

1) Ceramah umum (public speaking)

2) Pidato-pidato atau diskusi tentang kesehatan melalui media

elektronik, baik TV maupun radio.

3) Tulisan-tulisan di majalah atau Koran, baik dalam bentuk artikel

maupun Tanya jawab atau konsultasi tentang kesehatan.

4) Billboard, yang dipasang dipinggir jalan, spanduk, poster, dan

sebagainya. Contohnya : “Ayo ke Posyandu”

5. Media / Alat Peraga Penyuluhan Kesehatan

Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang

ada pada setiap manusia diterima atau dianggap melalui panca indera.

Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka

semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang

diperoleh. Dengan kata lain, alat peraga ini dimaksudkan untuk

mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu objek, sehingga

mempermudah resepsi. Macam-macam alat bantu peraga penyuluhan

(Maulana, 2009) :

Page 25: Teori Ispa

33

a. Pembagian alat peraga secara umum :

1) alat bantu lihat (Visual aids) : alat yang diproyeksikan dan alat yang

tidak diproyeksikan.

2) alat bantu dengar (Audio aids) : piringan hitam, radio, tape, dan CD.

3) Alat bantu dengar dan lihat : TV, film dan video.

b. Pembagian alat peraga berdasarkan fungsinya :

1) Media cetak : Buklet, Leaflet, Flyer (selebaran), Flip chart (lembar

balik), Rubrik atau tulisan – tulisan pada surat kabar atau majalah

yang membahas tentang kesehatan, poster, foto yang mengungkap

informasi kesehatan.

2) Media elektronik : televisi, radio, video, slide, film strip.

3) Media papan (billboard)

4) Media liburan

c. Pembagian alat peraga berdasarkan pembuatan dan penggunaannya :

1) Alat peraga yang complicated (rumit), seperti film, film strip slide dan

sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor.

2) Alat peraga yang sederhana, yang mudah dibuat sendiri contohnya,

leaflet, poster, spanduk, flannel graph, flif chart, boneka wayang dan

sebagainya.

6. Tahapan Pelaksanaan Pembelajaran Penyuluhan Kesehatan

a. Penyampaian tujuan pembelajaran

b. Penyampaian materi belajar

c. Penggunaan metode belajar

Page 26: Teori Ispa

34

d. Penggunaan alat bantu belajar

e. Pelaksanaan evaluasi belajar

7. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyuluhan (Fitriani, 2011) :

a. Faktor penyuluh

1) Persiapan

2) Penguasaan materi

3) Penamplan

4) Penguasaan bahasa

5) Intonasi

6) Cara penyampaian

b. Faktor sasaran

1) Tingkat pendidikan

2) Tingkat sosial ekonomi

3) Kepercayaan dan adat

4) Kondisi lingkungan

c. Faktor proses penyuluhan

1) Pilihan waktu

2) Tempat

3) Jumlah sasaran

4) Alat peraga

5) Metode

Page 27: Teori Ispa

35

8. Implementasi Penyuluhan Kesehatan

Perawat perlu fleksibel dalam mengimplementasikan berbagai

rencana pengajaran, karena perencanaan mungkin membutuhkan

perbaikan. Petunjuk yang dapat membantu perawat ketika

mengimplementasikan rencana pengajaran (Notoatmodjo, 2003) adalah :

a.Waktu yang optimal untuk masing-masing sesi bergantung pada klien

yang belajar.

b.Kecepatan dari setiap sesi juga mempengaruhi belajar.

c.Keadaan lingkungan dapat menurunkan atau membantu belajar.

d.Alat bantu mengajar dapat membantu perkembangan belajar dan

membantu memfokuskan perhatian klien.

e.Jika menemukan sendiri isi atau substansi, klien akan belajar lebih efektif.

f. Melakukan pengulangan.

g.Materi yang tidak diketahui ke yang diketahui dan hubungan dilihat secara

logis.

h.Menggunakan bahasa orang awam dapat meningkatkan komunikasi.

Penyuluhan kesehatan bisa meningkatkan pengetahuan seseorang terhadap

suatu penyakit. Bila seorang ibu mempunyai pengetahuan yang baik tentang

penyakit ISPA maka ibu dapat memilih alternatif yang terbaik bagi anaknya dan

cenderung memperhatikan hal-hal penting tentang perawatan anaknya. Ibu akan

memenuhi kebutuhan gizi dan memodifikasi lingkungan yang sehat sehingga

dapat mendukung terhadap upaya penanganan anak yang sedang sakit.

Sebaiknya jika ibu tidak mempunyai pengetahuan maka cenderung ibu kurang

Page 28: Teori Ispa

36

memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan usaha penanganan anak yang

sedang sakit (Notoatmodjo, 2003).

D. Konsep Dasar Pengetahuan

1. Definisi

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakuakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan adalah suatu usaha yang mendasari seseorang berfikir

secara ilmiah sedangkan tingkatannya tergantung pada ilmu pengetahuan

atau dasar pendidikan orang tersebut (Nursalam 2003).

Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003),

pengetahuan dan sikap seseorang terhadap kesehatan merupakan salah

satu faktor predisposisi yang mempengaruhi prilaku seseorang. Jadi jika

seorang ibu tidak pernah mendapat informasi tentang ISPA maka akan dapat

mempengaruhi sikap dan perilaku ibu terhadap apa yang harus dilakukan

terhadap anaknya jika menderita ISPA.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, maka pengetahuan

adalah sesuatu yang didapatkan melalui pengamatan indrawi dengan cara

melihat, mendengar, dan merasakan terhadap objek yang ingin diketahuinya,

dan pengetahuan merupakan hasil dan kegiatan seseorang baik berupa

Page 29: Teori Ispa

37

penginderaan ataupun pengenalan informasi pada waktu sebelumnya

sehingga menjadi ingatan di waktu sekarang dan masa yang akan datang.

2. Indikator pengetahuan terhadap kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2003), indikator-indikator yang dapat digunakan

untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan,

dapat dikelompokan menjadi :

a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit

b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat

c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan

3. Faktor yang mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), perubahan tingkat pengetahuan

seseorang dapat terjadi karena adanya faktor komunikasi yang merupakan

proses pengoperasian rangsangan/stimulus dalam bentuk lambing atau

simbol bahasa atau gerak.

Selanjutnya Notoatmodjo (2003) membagi faktor komunikasi tersebut

ke dalam empat bentuk yaitu:

a. Komunikasi interpersonal, adalah komunikasi di dalam diri sendiri, terjadi

apabila seseorang memikirkan masalah yang sedang atau telah

dihadapinya. Komunikasi ini berkaitan erat dengan pengalaman yang

dialami oleh diri sendiri. Komunikasi interpersonal terjadi apabila

seseorang melakukan pertimbangan-pertimbangan sebelum mengambil

tindakan atau keputusan.

Page 30: Teori Ispa

38

b. Komunikasi tatap muka, adalah komunikasi yang paling efektif karena

antara komunikan dan komunikator dapat langsung tatap muka, sehingga

informasi yang disampaikan komunikan langsung dapat direspon pada

saat itu juga. Komunikasi antar pribadi adalah bahasa, baik lisan (melalui

mulut) maupun tulisan. Komunikasi tatap muka dapat terjadi dalam

bentuk pemberian informasi dari orang lain yang mempunyai pengalaman

atau yang telah mengetahui tentang sesuatu hal sebelumnya, baik

melalui bimbingan dan penyuluhan, wawancara, ceramah, seminar,

ataupun tukar pengalaman antar pribadi.

c. Komunikasi media massa, adalah komunikasi dengan menggunakan

saluran media massa seperti : media cetak, media elektronik, papan

nama, spanduk dan yang lainnya. Melalui media massa, komunikasi yang

bertujuan untuk memberikan informasi tentang suatu hal sebagai stimulus

bagi penerima agar mendapatkan respon.

d. Komunikasi organisasi, adalah komunikasi yang terjadi di antara

organisasi, institusi, atau lembaga. Komunikasi organisasi juga dapat

terjadi di antara unit organisasi itu sendiri, seperti antar bagian, antar

seksi, atau antar sub bagian, antar departemen, dan sebagainya.

Bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam program kesehatan

guna terutama untuk promosi kesehatan untuk upaya meningkatkan

pengetahuan masyarakat adalah komunikasi tatap muka dan komunikasi

media massa.

Page 31: Teori Ispa

39

4. Tingkatan pengetahuan dalam domain kognitif

Dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa pengetahuan yang

tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang pernah dipelajari

sebelumnya termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali sesuatu yang spesifik dan seluruh badan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan

sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap suatu materi yang dipelajarinya.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata. Aplikasi disini dapat

Page 32: Teori Ispa

40

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lainnya.

d. Analisis (Analysis)

Analisis diartikan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu

organisasi dan ada ikatan satu dengan yang lainnya. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dan penggunaan kala kerja, seperti

menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokan dan

sebagainya.

e. Sintesis (Sinthesis)

Sintesis merupakan kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun,

dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan

sebagainya terhadap suatu teori atau rumus-rumus yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu mated atau objek. Penilaian-penilaian itu

didasari pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada.

Page 33: Teori Ispa

41

5. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang

Menurut Notoatmodjo (2003), faktor yang dapat mempengaruhi

pengetahuan seseorang antara lain:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur

hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan

seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.

Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk

mendapatkan informasi, baik orang lain maupun dari media massa.

Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula

pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat

kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan

pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula

pengetahuannya. Dalam penelitian ini pendidikan dikategorikan menjadi

pendidikan tinggi (PT/Akademi) dan pendidikan rendah (SD/SLTP/SLTA).

b. Massa Media / Informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non

formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)

sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.

Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang

dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti

Page 34: Teori Ispa

42

televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh

besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam

penelitian ini informasi dikategorikan menjadi informasi yang berasal dari

media cetak/elektronik dan petugas kesehatan.

c. Sosial ekonomi

Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu

fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial

ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. Dalam

penelitian ini sosial ekonomi dikategorikan menjadi sosial ekonomi tinggi

(pendapatan ≥1.100.000) dan sosial ekonomi rendah (pendapatan ≤

1.100.000).

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh

terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada

dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal

balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap

individu. Lingkungan dikategorikan menjadi perumahan biasa dan

kawasan industri.

e. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap

dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin

Page 35: Teori Ispa

43

membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam

masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan

demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu

orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk

membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan

kemampuan verbal dilaporkan hamper tidak ada penurunan pada usia ini.

Usia diambil dari rata-rata responden, sehingga kategori usia terdiri dari

usia < 25 tahun dan usia > 25 tahun.

f. Pengalaman

Pengalaman diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain.

Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan

seseorang.

g. Keyakinan

Keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya

pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bias mempengaruhi

pengetahuan seseorang, baik yang positif maupun yang negatif.

h. Jenis kelamin

Dalam Women’s Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa jenis

kelamin adalah suatu konsep kultural yang berupa membuat perbedaan

dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara

laki-laki dan perempuan yang berkembang di masyarakat.

Page 36: Teori Ispa

44

i. Pekerjaan

Pengetahuan seseorang yang bekerja biasanya lebih baik dari pada

yang tidak bekerja karena seseorang yang bekerja diluar rumah (sektor

formal) memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi

termasuk informasi mengenai kesehatan (Depkes RI (2001).

Dalam penelitian ini faktor yang akan diteliti hanya usia, pendidikan,

pekerjaan, jenis kelamin, sosial ekonomi, lingkungan dan informasi.

6. Proses penerapan ilmu pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Sari (2009) bahwa suatu pesan

yang diterima oleh individu akan melalui lima tahap antara lain:

a. Awareness (kesadaran)

Kesadaran adalah keadaan dimana seseorang sadar bahwa ada suatu

pesan yang disampaikan.

b. Interest (merasa tertarik)

Seseorang mulai tertarik akan isi pesan yang disampaikan

c. Evaluation (Menimbang-nimbang)

Tahap dari penerima pesan mulai mengadakan penilaian keuntungan

dkerugian dari isi pesan yang disampaikan.

d. Trial (mencoba)

Tahap dari penerima pesan mencoba mempraktekan dan melaksanakan

isi pesan dalam kehidupan sehari-hari.