Lap Kasus Rotasi 2 Fenny ISPA Print Nw
-
Upload
ledy-isnaeni-fitri -
Category
Documents
-
view
234 -
download
3
Transcript of Lap Kasus Rotasi 2 Fenny ISPA Print Nw
BAB I
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : An. T / perempuan/ 4 tahun 9 bulan
b. Pekerjaan/Pendidikan : belum sekolah
c. Alamat : RT 7 Tambak Sari
II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga
a. Status Perkawinan : Belum menikah
b. Jumlah Anak/Saudara : 1 (Satu)
c. Status Ekonomi Keluarga : Mampu, berobat dengan karcis umum
d. KB : Suntik
e. Kondisi Rumah : Higiene dan sanitasi lingkungan cukup
f. Kondisi Lingkungan Keluarga: Baik
III.Aspek Psikologis di Keluarga : Baik
IV. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :
Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya. Keluarga
pasien tidak ada yang mempunyai penyakit yang sama, dan tetangga pasien
juga tidak ada mengalami penyakit yang sama.
V. Keluhan Utama :
Ibu pasien mengeluh anaknya sakit saat menelan sejak kemarin sore
sebelum datang ke puskesmas.
1
VI. Riwayat Perjalanan Penyakit (alloanamnesa) :
Ibu pasien mengeluh anaknya sakit saat menelan sejak tadi malam. Saat
keluhan sakit menelan ini timbul, pasien juga mengalami demam, namun
tidak terlalu tinggi. Saat demam, ibu pasien memberikan obat penurun
panas, dan demamnya hilang. Demam tidak disertai menggigil dan
berkeringat. Keluhan ini juga disertai batuk berdahak dan pilek sejak 3 hari
yang lalu. Makan dan minum normal seperti biasa. BAB dan BAK dengan
jumlah normal dan tidak ada keluhan. Nyeri saat berkemih (-). Keluhan
sesak disangkal, muntah (-), mencret (-). Sebelumnya sekitar ± 1 minggu
yang lalu pasien sering meminum es, pasien juga sering minum ale-ale dan
ciki-ciki.
VII. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum
1. Keadaan sakit : tampak sakit sedang
2. Kesadaran : compos mentis
3. Berat badan : 16 Kg
4. Status Gizi : Baik
5. Suhu : 37°C
6. Nadi : 75 x/menit
7. TD : - mmHg
8. Pernafasan
- Frekuensi : 20 x/menit
- Irama : Reguler
- Tipe : Abdominalthorako
9. Kulit
- Turgor : normal (< 2 detik)
Pemeriksaan Organ
1. Kepala Bentuk : normocephal
Simetris : simetris
2
2. Mata Mata : tidak cekung
Exopthalmus/enophtal : (-)/(-)
Kelopak : normal
Conjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Kornea : normal
Pupil : bulat, isokor
Lensa : normal, keruh (-)
3. Telinga : tak ada kelainan
4. Hidung : tak ada kelainan
5. Tenggorokan : T1-T1, hiperemis (+)
6. Mulut Bibir : basah
Bau pernafasan : normal
Gigi geligi : lengkap
Palatum : deviasi (-)
Gusi : warna merah muda,
perdarahan (-)
Selaput Lendir : normal
Lidah : putih kotor (-), ulkus (-)
7. Leher KGB : tak ada pembengkakan
Kel.tiroid : tak ada pembesaran
8. Thorax Bentuk : simetris
Pergerakan dinding dada : tidak ada yang
tertinggal
Pulmo
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Statis : simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Wheezing (-), Ronkhi (-) Wheezing (-), Ronkhi (-)
3
Jantung : BJ 1 BJ 2 reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen
Inspeksi Datar, skar (-), venektasi (-), spidernevi (-)
Palpasi Hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal
9. Ekstremitas
Akral hangat (+)
VIII. Laboratorium :
- Darah Rutin
IX. Pemeriksaan Anjuran :
(-)
X. Diagnosa Kerja :
Faringitis
XI. Diagnosa banding :
- Rhinofaringitis
- Tonsilofaringitis
- Pneumonia
XII. Manajemen :
a. Preventif :
- Menggunakan pakaian hangat ketika musim hujan dan menjaga
ventilasi rumah agar sirkulasi baik
- Tidak mengkonsumsi es, permen, ciki-ciki, dan minuman yang
mengandung pemanis buatan
4
b. Promotif :
- Memberikan makanan yang bergizi pada anak
c. Kuratif :
Non Medikamentosa
Istirahat cukup
Medikamentosa
Parasetamol mg 160
CTM mg 5,6
Gliseril Guaiakolat mg 160
Efedrin mg 4
Dextromethorpan mg 16
Diberikan dalam bentuk pulveres dengan dosis 3x sehari selama 3
hari.
Tradisional
Ramuan tradisional untuk mengatasi batuk yaitu jeruk nipis ½ sendok
teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga
kali sehari.
d. Rehabilitatif
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan tetap memberikan susu
dan pola makan yang bergizi untuk pemulihan kesehatan tubuh
pasien.
5
DOSIS OBAT
Obat Berat Badan Umur
Gliseril Guaiakolat
10 mg/kgBB/hari ; 3 dosis
BB = 16 Kg
Dosis : 160 mg
12 tahun keatas : dosis secara oral 200
sampai 400 mg setiap 4 jam; dosis
maksimum 2400 mg/hari.
6-12 tahun : dosis secara oral 100
sampai 200 mg setiap 4 jam; dosis
maksimum 1200 mg/hari.
2-6 tahun : dosis secara oral 50 sampai
100 mg setiap 4 jam; dosis maksimum
600 mg/hari
2 tahun kebawah perlu penyesuaian dosis
secara individual, pada umumnya digunakan
dosis 25 sampai 50 mg secara oral setiap 4
jam; dosis maksimum 300 mg/hari.
Dextrometorphan 1 mg/kgBB/hr ; 3 dosis
BB = 16 kg
Dosis = 16 mg
Anak 2-6 tahun : dosis 2-3 mg/kg setiap
hari dalam 4-6 dosis terbagi ( misalnya
0,3- 0,5 mg/kg setiap 4 jam).
Anak 6-12 tahun : Dosis oral 6,25 - 12,5
mg setiap 4 jam, tidak lebih dari 75 mg
dalam 24 jam.
Anak > 12 tahun : 12,5-20 mg setiap 4
jam, tidak lebih dari 150 mg dalam 24
jam.
CTM 0,35 mg/kgBB/hari ; 4 dosis
0 – 6 bulan : 0,8 mg
7 bln – 1 th : 1 mg
2 – 4 th : 1,3 mg
6
BB = 16 kg
Dosis = 5,6 mg
5 – 12 th : 2 mg
Efedrin 0,25-1 mg/kgBB/hr ; 4 dosis
BB = 16 kg
Dosis = 4 mg
Anak 2-6 tahun : dosis 2-3 mg/kg setiap
hari dalam 4-6 dosis terbagi ( misalnya
0,3- 0,5 mg/kg setiap 4 jam).
Anak 6-12 tahun : Dosis oral 6,25 - 12,5
mg setiap 4 jam, tidak lebih dari 75 mg
dalam 24 jam.
Anak > 12 tahun : 12,5-20 mg setiap 4
jam, tidak lebih dari 150 mg dalam 24
jam.
Paracetamol 10-15 mg/kgBB/x
BB = 16 kg
Dosis = 160 mg
3 bln – 1 thn : 60 – 120 mg
1 – 5 thn : 120 – 250 mg
6 – 12 thn : 250 – 500 mg (maksimum 4
dosis / 24 jam)
Pemakaian : 4 x / hari ( tiap 4-6 jam /hari )
Amoxicillin 50-100 mg/kgBB/hari ; 3 dosis
BB = 16 kg
Dosis = 800 mg
< 10 tahun : 125 – 250 mg – tiap 8 jam
Pemakaian : 3 x / hari
7
Resep:
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Pakuan Baru
RT. 08 Thehok-Kota Jambi
Nama Dokter : dr. Fenny Aliska
SIP : 0 1234/2013
STR : 468/ 2003/ 67857
04 September 2013
R/ Parasetamol mg 160
CTM mg 5,6
Gliseril Guaiakolat mg 160
Efedrin mg 4
Dextromethorpan mg 16
m.f.l.a. pulv. d.t.d.no. X
s.3.d.d. 1 pulv
Pro : An. T
Umur : 4 tahun 9 bulan
Note: tidak diperbolehkan menukar obat tanpa sepengetahuan dokter
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi ISPA
ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang
benar II ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA
meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang
dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai
gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga
tengah dan selaput paru.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan
seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun
demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan
antibiotik dapat mengakibatkan kematian.
Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA
dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia
dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak
berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan
napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari
sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak
dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang
ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin,
semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan
yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran
pernapasannya.
Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan
bagian atas dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar
9
pada lapangan pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang
disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada
bulan-bulan musim dingin.
Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak
kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan
lingkungan yang tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena
meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar
karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau
berlebihannya pemakaian antibiotik.
2.2.Tanda-tanda bahaya
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan
keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit
mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh
dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam
kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit,
meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang
ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan
tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan.
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan
tanda-tanda laboratoris.
Tanda-tanda klinis
• Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea),
retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah
atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
• Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardi, hypertensi, hypotensi
dan cardiac arrest.
• Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,
bingung, papil bendung, kejang dan coma.
• Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
10
Tanda-tanda laboratoris
• hypoxemia,
• hypercapnia dan
• acydosis (metabolik dan atau respiratorik)
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun
adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk,
sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah:
kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah
volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing,
demam dan dingin.
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar
pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan
antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat
batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula
petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan
penunjang yang penting bagi pederita ISPA. Penatalaksanaan ISPA meliputi
langkah atau tindakan sebagai berikut :
a. Pemeriksaan
Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan
mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan
anak.
Hal ini penting agar selama pemeriksaan anak tidak menangis (bila
menangis akan meningkatkan frekuensi napas), untuk ini diusahakan agar anak
tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung napas dapat dilakukan tanpa membuka
baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu membuka sedikit untuk melihat
gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada bagian bawah, baju anak harus dibuka
sedikit. Tanpa pemeriksaan auskultasi dengan steteskop penyakit pneumonia
dapat didiagnosa dan diklassifikasi.
11
b. Klasifikasi ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA
sebagai berikut:
• Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam (chest indrawing).
• Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
• Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit
ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan
untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
• Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat
dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat
untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau
lebih.
• Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda
tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu:
• Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding
dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat
diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
• Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2
-12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun
adalah 40 kali per menit atau lebih.
• Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding
dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.
12
c. Pengobatan
• Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,
oksigendan sebagainya.
• Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita
tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian
kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik
pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
• Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan
di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat
batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti
kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat
penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila
pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat)
disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai
radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik
(penisilin) selama 10 hari. Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan
tanda bahaya harus diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan
selanjutnya
d. Perawatan dirumah
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya
yang menderita ISPA.
• Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi dengan
memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan
dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap
6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai
dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan
kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak
perlu air es).
13
• Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau
madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
• Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-
ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah.
Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
• Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih
banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak,
kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.
• Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang
terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika
pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan
dan menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan
tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak
berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk
maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan.
Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas
usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar
selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan
antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali
kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.
e. Pencegahan dan Pemberantasan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
• Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
• Immunisasi.
• Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.
14
• Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
Pemberantasan yang dilakukan adalah :
• Penyuluhan kesehatan yang terutama di tuj ukan pada para ibu.
• Pengelolaan kasus yang disempurnakan.
• Immunisasi
f. Pelaksana pemberantasan
Tugas pemberatasan penyakit ISPA merupakan tanggung jawab bersama.
Kepala Puskesmas bertanggung jawab bagi keberhasilan pemberantasan di
wilayah kerjanya.
Sebagian besar kematiaan akibat penyakit pneumonia terjadi sebelum
penderita mendapat pengobatan petugas Puskesmas. Karena itu peran serta aktif
masyarakat melalui aktifitas kader akan sangat'membantu menemukan kasus-
kasus pneumonia
yang perlu mendapat pengobatan antibiotik (kotrimoksasol) dan kasus-kasus
pneumonia berat yang perlusegera dirujuk ke rumah sakit.
Dokter puskesmas mempunyai tugas sebagai berikut :
• Membuat rencana aktifitas pemberantasan ISPA sesuai dengan dana atau
sarana dan tenaga yang tersedia.
• Melakukan supervisi dan memberikan bimbingan penatalaksanaan standar
kasus-kasus ISPA kepada perawat atau paramedis.
• Melakukan pemeriksaan pengobatan kasus- kasus pneumonia
berat/penyakit dengan tanda-tanda bahaya yang dirujuk oleh
perawat/paramedis dan merujuknya ke rumah sakit bila dianggap perlu.
• Memberikan pengobatan kasus pneumonia berat yang tidak bisa dirujuk ke
rumah sakit.
• Bersama dengan staff puskesmas memberi kan penyuluhan kepada ibu-ibu
yang mempunyai anak balita. perihal pengenalan tanda-tanda penyakit
pneumonia serta tindakan penunjang di rumah,
• Melatih semua petugas kesehatan di wilayah puskesmas yang di beri
wewenang mengobati penderita penyakit ISPA,
15
• Melatih kader untuk bisa, mengenal kasus pneumonia serta dapat
memberikan penyuluhan terhadap ibu-ibu tentang penyaki ISPA,
• Memantau aktifitas pemberantasan dan melakukan evaluasi keberhasilan
pemberantasan penyakit ISPA. menditeksi hambatan yang ada serta
menanggulanginya termasuk aktifitas pencatatan dan pelaporan serta
pencapaian target.
16
BAB III
ANALISA KASUS
Pada anamnesa, Ibu pasien mengeluh anaknya sakit saat menelan sejak
tadi malam. Saat keluhan sakit menelan ini timbul, pasien juga mengalami
demam, namun tidak terlalu tinggi. Saat demam, ibu pasien memberikan obat
penurun panas, dan demamnya hilang. Demam tidak disertai menggigil dan
berkeringat. Keluhan ini juga disertai batuk berdahak dan pilek sejak 3 hari yang
lalu. Makan dan minum normal seperti biasa. BAB dan BAK dengan jumlah
normal dan tidak ada keluhan. Nyeri saat berkemih (-). Keluhan sesak disangkal,
muntah (-), mencret (-). Sebelumnya sekitar ± 1 minggu yang lalu pasien sering
meminum es, pasien juga sering minum ale-ale dan ciki-ciki.
Sedangkan dari pemeriksaan fisik ditemukan tidaknya demam, tidak
adanya sesak, hiperemis pada pemeriksaan tenggorok, tidak adanya retraksi
dinding dada saat bernafas.
Berdasarkan dari alloanamnesa yang didapat, keluhan pasien ini termasuk
kedalam ISPA bukan Pneumonia. Dengan diagnosa Faringitis karena sesuai
keluhan utama pasien dengan sulit menelan dan ditemukannya hiperemis pada
pemeriksaan tenggorokan. Sesuai dengan pengertiannya, ISPA adalah infeksi
saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. ISPA digolongkan menjadi
2 bagian : Pneumonia dan bukan Pneumonia. Penyakit batuk pilek seperti rinitis,
faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan
sebagai bukan pneumonia. Sedangkan tidak ditemukannya sesak dan nafas cuping
hidung, ini menunjukan bahwa tidak adanya tanda-tanda bahaya.
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan
tanda-tanda laboratoris.
Tanda-tanda klinis :
• Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea),
retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah
atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
17
• Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardi, hypertensi, hypotensi
dan cardiac arrest.
• Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,
bingung, papil bendung, kejang dan coma.
• Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
Tanda-tanda laboratoris :
• hypoxemia,
• hypercapnia dan
• acydosis (metabolik dan atau respiratorik)
Untuk penatalaksanaan ISPA bukan Pneumonia dapat diobati dengan
tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat
digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat
yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam
diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk
pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat)
disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang
tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin)
selama 10 hari. Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus
diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Ranuh, IG. G, Pendekatan Risiko Tinggi Dalam Pengelolaan Pelayanan
Kesehatan Anak. Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak. FK-
UNAIR .2000.
2. Santosa, G. Masalah Batuk pada Anak. Continuing Education Anak. FK-
UNAIR.2000.
3. Gawat Darurat Dibidang Pulmonologi .Simposium Gawat Darurat Pada
Anak. Surabaya. 2000.
4. DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 2002.
5. Mansjoer Arif. Ilmu Kesehatan Anak. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.
Media Aesculapius FKUI. 2006.
19