Lap Kasus Rotasi 2 Fenny ISPA Print Nw

29
BAB I STATUS PASIEN I. Identitas Pasien a.Nama/Jenis Kelamin/Umur : An. T / perempuan/ 4 tahun 9 bulan b.Pekerjaan/Pendidikan : belum sekolah c.Alamat : RT 7 Tambak Sari II. Latar Belakang Sosio-ekonomi- demografi-lingkungan-keluarga a.Status Perkawinan : Belum menikah b.Jumlah Anak/Saudara : 1 (Satu) c.Status Ekonomi Keluarga : Mampu, berobat dengan karcis umum d.KB : Suntik e.Kondisi Rumah : Higiene dan sanitasi lingkungan cukup f.Kondisi Lingkungan Keluarga: Baik III. Aspek Psikologis di Keluarga : Baik 1

Transcript of Lap Kasus Rotasi 2 Fenny ISPA Print Nw

Page 1: Lap Kasus Rotasi 2 Fenny ISPA Print Nw

BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien

a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : An. T / perempuan/ 4 tahun 9 bulan

b. Pekerjaan/Pendidikan : belum sekolah

c. Alamat : RT 7 Tambak Sari

II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga

a. Status Perkawinan : Belum menikah

b. Jumlah Anak/Saudara : 1 (Satu)

c. Status Ekonomi Keluarga : Mampu, berobat dengan karcis umum

d. KB : Suntik

e. Kondisi Rumah : Higiene dan sanitasi lingkungan cukup

f. Kondisi Lingkungan Keluarga: Baik

III.Aspek Psikologis di Keluarga : Baik

IV. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :

Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya. Keluarga

pasien tidak ada yang mempunyai penyakit yang sama, dan tetangga pasien

juga tidak ada mengalami penyakit yang sama.

V. Keluhan Utama :

Ibu pasien mengeluh anaknya sakit saat menelan sejak kemarin sore

sebelum datang ke puskesmas.

1

Page 2: Lap Kasus Rotasi 2 Fenny ISPA Print Nw

VI. Riwayat Perjalanan Penyakit (alloanamnesa) :

Ibu pasien mengeluh anaknya sakit saat menelan sejak tadi malam. Saat

keluhan sakit menelan ini timbul, pasien juga mengalami demam, namun

tidak terlalu tinggi. Saat demam, ibu pasien memberikan obat penurun

panas, dan demamnya hilang. Demam tidak disertai menggigil dan

berkeringat. Keluhan ini juga disertai batuk berdahak dan pilek sejak 3 hari

yang lalu. Makan dan minum normal seperti biasa. BAB dan BAK dengan

jumlah normal dan tidak ada keluhan. Nyeri saat berkemih (-). Keluhan

sesak disangkal, muntah (-), mencret (-). Sebelumnya sekitar ± 1 minggu

yang lalu pasien sering meminum es, pasien juga sering minum ale-ale dan

ciki-ciki.

VII. Pemeriksaan Fisik :

Keadaan Umum

1. Keadaan sakit : tampak sakit sedang

2. Kesadaran : compos mentis

3. Berat badan : 16 Kg

4. Status Gizi : Baik

5. Suhu : 37°C

6. Nadi : 75 x/menit

7. TD : - mmHg

8. Pernafasan

- Frekuensi : 20 x/menit

- Irama : Reguler

- Tipe : Abdominalthorako

9. Kulit

- Turgor : normal (< 2 detik)

Pemeriksaan Organ

1. Kepala Bentuk : normocephal

Simetris : simetris

2

Page 3: Lap Kasus Rotasi 2 Fenny ISPA Print Nw

2. Mata Mata : tidak cekung

Exopthalmus/enophtal : (-)/(-)

Kelopak : normal

Conjungtiva : anemis (-/-)

Sklera : ikterik (-/-)

Kornea : normal

Pupil : bulat, isokor

Lensa : normal, keruh (-)

3. Telinga : tak ada kelainan

4. Hidung : tak ada kelainan

5. Tenggorokan : T1-T1, hiperemis (+)

6. Mulut Bibir : basah

Bau pernafasan : normal

Gigi geligi : lengkap

Palatum : deviasi (-)

Gusi : warna merah muda,

perdarahan (-)

Selaput Lendir : normal

Lidah : putih kotor (-), ulkus (-)

7. Leher KGB : tak ada pembengkakan

Kel.tiroid : tak ada pembesaran

8. Thorax Bentuk : simetris

Pergerakan dinding dada : tidak ada yang

tertinggal

Pulmo

Pemeriksaan Kanan Kiri

Inspeksi Statis : simetris

Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal

Perkusi Sonor Sonor

Auskultasi Wheezing (-), Ronkhi (-) Wheezing (-), Ronkhi (-)

3

Page 4: Lap Kasus Rotasi 2 Fenny ISPA Print Nw

Jantung : BJ 1 BJ 2 reguler, Murmur (-), Gallop (-)

Abdomen

Inspeksi Datar, skar (-), venektasi (-), spidernevi (-)

Palpasi Hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan (-)

Perkusi Timpani

Auskultasi Bising usus (+) normal

9. Ekstremitas

Akral hangat (+)

VIII. Laboratorium :

- Darah Rutin

IX. Pemeriksaan Anjuran :

(-)

X. Diagnosa Kerja :

Faringitis

XI. Diagnosa banding :

- Rhinofaringitis

- Tonsilofaringitis

- Pneumonia

XII. Manajemen :

a. Preventif :

- Menggunakan pakaian hangat ketika musim hujan dan menjaga

ventilasi rumah agar sirkulasi baik

- Tidak mengkonsumsi es, permen, ciki-ciki, dan minuman yang

mengandung pemanis buatan

4

Page 5: Lap Kasus Rotasi 2 Fenny ISPA Print Nw

b. Promotif :

- Memberikan makanan yang bergizi pada anak

c. Kuratif :

Non Medikamentosa

Istirahat cukup

Medikamentosa

Parasetamol mg 160

CTM mg 5,6

Gliseril Guaiakolat mg 160

Efedrin mg 4

Dextromethorpan mg 16

Diberikan dalam bentuk pulveres dengan dosis 3x sehari selama 3

hari.

Tradisional

Ramuan tradisional untuk mengatasi batuk yaitu jeruk nipis ½ sendok

teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga

kali sehari.

d. Rehabilitatif

Meningkatkan daya tahan tubuh dengan tetap memberikan susu

dan pola makan yang bergizi untuk pemulihan kesehatan tubuh

pasien.

5

Page 6: Lap Kasus Rotasi 2 Fenny ISPA Print Nw

DOSIS OBAT

Obat Berat Badan Umur

Gliseril Guaiakolat

10 mg/kgBB/hari ; 3 dosis

BB = 16 Kg

Dosis : 160 mg

12 tahun keatas : dosis secara oral 200

sampai 400 mg setiap 4 jam; dosis

maksimum 2400 mg/hari.

6-12 tahun : dosis secara oral 100

sampai 200 mg setiap  4 jam; dosis

maksimum 1200 mg/hari.

2-6 tahun : dosis secara oral 50 sampai

100 mg setiap 4 jam; dosis maksimum

600 mg/hari

2 tahun kebawah perlu penyesuaian dosis

secara individual, pada umumnya digunakan

dosis 25 sampai 50 mg secara oral setiap 4

jam; dosis maksimum 300 mg/hari.

Dextrometorphan 1 mg/kgBB/hr ; 3 dosis

BB = 16 kg

Dosis = 16 mg

Anak 2-6 tahun : dosis 2-3 mg/kg setiap

hari dalam 4-6 dosis terbagi ( misalnya

0,3- 0,5 mg/kg setiap 4 jam).

Anak 6-12 tahun : Dosis oral 6,25 - 12,5

mg setiap 4 jam, tidak lebih dari 75 mg

dalam 24 jam.

Anak > 12 tahun : 12,5-20 mg setiap 4

jam, tidak lebih dari 150 mg dalam 24

jam.

CTM 0,35 mg/kgBB/hari ; 4 dosis

0 – 6 bulan : 0,8 mg

7 bln – 1 th : 1 mg

2 – 4 th : 1,3 mg

6

Page 7: Lap Kasus Rotasi 2 Fenny ISPA Print Nw

BB = 16 kg

Dosis = 5,6 mg

5 – 12 th : 2 mg

Efedrin 0,25-1 mg/kgBB/hr ; 4 dosis

BB = 16 kg

Dosis = 4 mg

Anak 2-6 tahun : dosis 2-3 mg/kg setiap

hari dalam 4-6 dosis terbagi ( misalnya

0,3- 0,5 mg/kg setiap 4 jam).

Anak 6-12 tahun : Dosis oral 6,25 - 12,5

mg setiap 4 jam, tidak lebih dari 75 mg

dalam 24 jam.

Anak > 12 tahun : 12,5-20 mg setiap 4

jam, tidak lebih dari 150 mg dalam 24

jam.

Paracetamol 10-15 mg/kgBB/x

BB = 16 kg

Dosis = 160 mg

3 bln – 1 thn : 60 – 120 mg

1 – 5 thn : 120 – 250 mg

6 – 12 thn : 250 – 500 mg (maksimum 4

dosis / 24 jam)

Pemakaian : 4 x / hari ( tiap 4-6 jam /hari )

Amoxicillin 50-100 mg/kgBB/hari ; 3 dosis

BB = 16 kg

Dosis = 800 mg

< 10 tahun : 125 – 250 mg – tiap 8 jam

Pemakaian : 3 x / hari

7

Page 8: Lap Kasus Rotasi 2 Fenny ISPA Print Nw

Resep:

Dinas Kesehatan Kota Jambi

Puskesmas Pakuan Baru

RT. 08 Thehok-Kota Jambi

Nama Dokter : dr. Fenny Aliska

SIP : 0 1234/2013

STR : 468/ 2003/ 67857

04 September 2013

R/ Parasetamol mg 160

CTM mg 5,6

Gliseril Guaiakolat mg 160

Efedrin mg 4

Dextromethorpan mg 16

m.f.l.a. pulv. d.t.d.no. X

s.3.d.d. 1 pulv

Pro : An. T

Umur : 4 tahun 9 bulan

Note: tidak diperbolehkan menukar obat tanpa sepengetahuan dokter

8

Page 9: Lap Kasus Rotasi 2 Fenny ISPA Print Nw

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi ISPA

ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang

benar II ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA

meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang

dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai

gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga

tengah dan selaput paru.

Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan

seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun

demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan

antibiotik dapat mengakibatkan kematian.

Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA

dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia

dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak

berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan

napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari

sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak

dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang

ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin,

semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik.

ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan

yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran

pernapasannya.

Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan

bagian atas dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar

9

Page 10: Lap Kasus Rotasi 2 Fenny ISPA Print Nw

pada lapangan pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang

disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada

bulan-bulan musim dingin.

Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak

kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan

lingkungan yang tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena

meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar

karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau

berlebihannya pemakaian antibiotik.

2.2.Tanda-tanda bahaya

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan

keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit

mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh

dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam

kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit,

meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang

ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan

tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan.

Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan

tanda-tanda laboratoris.

Tanda-tanda klinis

• Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea),

retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah

atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.

• Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardi, hypertensi, hypotensi

dan cardiac arrest.

• Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,

bingung, papil bendung, kejang dan coma.

• Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.

10

Page 11: Lap Kasus Rotasi 2 Fenny ISPA Print Nw

Tanda-tanda laboratoris

• hypoxemia,

• hypercapnia dan

• acydosis (metabolik dan atau respiratorik)

Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun

adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk,

sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah:

kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah

volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing,

demam dan dingin.

Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar

pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan

antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat

batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula

petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan

penunjang yang penting bagi pederita ISPA. Penatalaksanaan ISPA meliputi

langkah atau tindakan sebagai berikut :

a. Pemeriksaan

Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan

mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan

anak.

Hal ini penting agar selama pemeriksaan anak tidak menangis (bila

menangis akan meningkatkan frekuensi napas), untuk ini diusahakan agar anak

tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung napas dapat dilakukan tanpa membuka

baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu membuka sedikit untuk melihat

gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada bagian bawah, baju anak harus dibuka

sedikit. Tanpa pemeriksaan auskultasi dengan steteskop penyakit pneumonia

dapat didiagnosa dan diklassifikasi.

11

Page 12: Lap Kasus Rotasi 2 Fenny ISPA Print Nw

b. Klasifikasi ISPA

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA

sebagai berikut:

• Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada

kedalam (chest indrawing).

• Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

• Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai

demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.

Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit

ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan

untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.

Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :

• Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat

dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat

untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau

lebih.

• Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda

tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.

Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu:

• Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding

dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat

diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).

• Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2

-12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun

adalah 40 kali per menit atau lebih.

• Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding

dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.

12

Page 13: Lap Kasus Rotasi 2 Fenny ISPA Print Nw

c. Pengobatan

• Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,

oksigendan sebagainya.

• Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita

tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian

kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik

pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.

• Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan

di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat

batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti

kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat

penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila

pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat)

disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai

radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik

(penisilin) selama 10 hari. Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan

tanda bahaya harus diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan

selanjutnya

d. Perawatan dirumah

Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya

yang menderita ISPA.

• Mengatasi panas (demam)

Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi dengan

memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan

dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap

6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai

dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan

kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak

perlu air es).

13

Page 14: Lap Kasus Rotasi 2 Fenny ISPA Print Nw

• Mengatasi batuk

Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan

tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau

madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

• Pemberian makanan

Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-

ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah.

Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.

• Pemberian minuman

Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih

banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak,

kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.

• Lain-lain

Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang

terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika

pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan

dan menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan

tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak

berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk

maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan.

Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas

usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar

selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan

antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali

kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.

e. Pencegahan dan Pemberantasan

Pencegahan dapat dilakukan dengan :

• Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.

• Immunisasi.

• Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.

14

Page 15: Lap Kasus Rotasi 2 Fenny ISPA Print Nw

• Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

Pemberantasan yang dilakukan adalah :

• Penyuluhan kesehatan yang terutama di tuj ukan pada para ibu.

• Pengelolaan kasus yang disempurnakan.

• Immunisasi

f. Pelaksana pemberantasan

Tugas pemberatasan penyakit ISPA merupakan tanggung jawab bersama.

Kepala Puskesmas bertanggung jawab bagi keberhasilan pemberantasan di

wilayah kerjanya.

Sebagian besar kematiaan akibat penyakit pneumonia terjadi sebelum

penderita mendapat pengobatan petugas Puskesmas. Karena itu peran serta aktif

masyarakat melalui aktifitas kader akan sangat'membantu menemukan kasus-

kasus pneumonia

yang perlu mendapat pengobatan antibiotik (kotrimoksasol) dan kasus-kasus

pneumonia berat yang perlusegera dirujuk ke rumah sakit.

Dokter puskesmas mempunyai tugas sebagai berikut :

• Membuat rencana aktifitas pemberantasan ISPA sesuai dengan dana atau

sarana dan tenaga yang tersedia.

• Melakukan supervisi dan memberikan bimbingan penatalaksanaan standar

kasus-kasus ISPA kepada perawat atau paramedis.

• Melakukan pemeriksaan pengobatan kasus- kasus pneumonia

berat/penyakit dengan tanda-tanda bahaya yang dirujuk oleh

perawat/paramedis dan merujuknya ke rumah sakit bila dianggap perlu.

• Memberikan pengobatan kasus pneumonia berat yang tidak bisa dirujuk ke

rumah sakit.

• Bersama dengan staff puskesmas memberi kan penyuluhan kepada ibu-ibu

yang mempunyai anak balita. perihal pengenalan tanda-tanda penyakit

pneumonia serta tindakan penunjang di rumah,

• Melatih semua petugas kesehatan di wilayah puskesmas yang di beri

wewenang mengobati penderita penyakit ISPA,

15

Page 16: Lap Kasus Rotasi 2 Fenny ISPA Print Nw

• Melatih kader untuk bisa, mengenal kasus pneumonia serta dapat

memberikan penyuluhan terhadap ibu-ibu tentang penyaki ISPA,

• Memantau aktifitas pemberantasan dan melakukan evaluasi keberhasilan

pemberantasan penyakit ISPA. menditeksi hambatan yang ada serta

menanggulanginya termasuk aktifitas pencatatan dan pelaporan serta

pencapaian target.

16

Page 17: Lap Kasus Rotasi 2 Fenny ISPA Print Nw

BAB III

ANALISA KASUS

Pada anamnesa, Ibu pasien mengeluh anaknya sakit saat menelan sejak

tadi malam. Saat keluhan sakit menelan ini timbul, pasien juga mengalami

demam, namun tidak terlalu tinggi. Saat demam, ibu pasien memberikan obat

penurun panas, dan demamnya hilang. Demam tidak disertai menggigil dan

berkeringat. Keluhan ini juga disertai batuk berdahak dan pilek sejak 3 hari yang

lalu. Makan dan minum normal seperti biasa. BAB dan BAK dengan jumlah

normal dan tidak ada keluhan. Nyeri saat berkemih (-). Keluhan sesak disangkal,

muntah (-), mencret (-). Sebelumnya sekitar ± 1 minggu yang lalu pasien sering

meminum es, pasien juga sering minum ale-ale dan ciki-ciki.

Sedangkan dari pemeriksaan fisik ditemukan tidaknya demam, tidak

adanya sesak, hiperemis pada pemeriksaan tenggorok, tidak adanya retraksi

dinding dada saat bernafas.

Berdasarkan dari alloanamnesa yang didapat, keluhan pasien ini termasuk

kedalam ISPA bukan Pneumonia. Dengan diagnosa Faringitis karena sesuai

keluhan utama pasien dengan sulit menelan dan ditemukannya hiperemis pada

pemeriksaan tenggorokan. Sesuai dengan pengertiannya, ISPA adalah infeksi

saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. ISPA digolongkan menjadi

2 bagian : Pneumonia dan bukan Pneumonia. Penyakit batuk pilek seperti rinitis,

faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan

sebagai bukan pneumonia. Sedangkan tidak ditemukannya sesak dan nafas cuping

hidung, ini menunjukan bahwa tidak adanya tanda-tanda bahaya.

Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan

tanda-tanda laboratoris.

Tanda-tanda klinis :

• Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea),

retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah

atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.

17

Page 18: Lap Kasus Rotasi 2 Fenny ISPA Print Nw

• Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardi, hypertensi, hypotensi

dan cardiac arrest.

• Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,

bingung, papil bendung, kejang dan coma.

• Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda laboratoris :

• hypoxemia,

• hypercapnia dan

• acydosis (metabolik dan atau respiratorik)

Untuk penatalaksanaan ISPA bukan Pneumonia dapat diobati dengan

tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat

digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat

yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam

diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk

pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat)

disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang

tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin)

selama 10 hari. Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus

diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya.

18

Page 19: Lap Kasus Rotasi 2 Fenny ISPA Print Nw

DAFTAR PUSTAKA

1. Ranuh, IG. G, Pendekatan Risiko Tinggi Dalam Pengelolaan Pelayanan

Kesehatan Anak. Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak. FK-

UNAIR .2000.

2. Santosa, G. Masalah Batuk pada Anak. Continuing Education Anak. FK-

UNAIR.2000.

3. Gawat Darurat Dibidang Pulmonologi .Simposium Gawat Darurat Pada

Anak. Surabaya. 2000.

4. DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan

Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 2002.

5. Mansjoer Arif. Ilmu Kesehatan Anak. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.

Media Aesculapius FKUI. 2006.

19