Laporan Gizi Masyarakat Pemberian Gizi Seimbang Pada Bayi Dan Balita (Dr. Putri Fitrania)
-
Upload
fitraniaputri -
Category
Documents
-
view
206 -
download
4
description
Transcript of Laporan Gizi Masyarakat Pemberian Gizi Seimbang Pada Bayi Dan Balita (Dr. Putri Fitrania)
Laporan Kegiatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer (PKMP) dan
Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)
F.4. UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
Penyuluhan Posyandu Pemberian Gizi Seimbang Pada Balita Kepada Masyarakat Desa
Meri Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga
Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuhProgram Dokter Internship
Puskesmas Kutasari Purbalingga
Pendamping:dr. Dewanto, M. Kes
Oleh:
dr. Putri Fitrania
PUSKESMAS KUTASARI PURBALINGGA
2014
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : dr. Putri Fitrania
Judul Laporan Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat : Penyuluhan Posyandu Pemberian
Gizi Seimbang Pada Balita
Laporan Penyuluhan Posyandu Pemberian Gizi Seimbang Pada Balita telah
disetujui guna melengkapi tugas Dokter Internship dalam Pelayanan Kesehatan
Masyarakat Primer (PKMP) dan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) di bidang Upaya
Perbaikan Gizi Masyarakat.
Kutasari, 2014
Mengetahui Pendamping Dokter Internship
dr. Dewanto, M. Kes
NIP 19701101.200212.1.003
PRAKATA
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik laporan ini.
Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai salah satu persyaratan dalam
menempuh Program Dokter Internship Puskesmas Kutasari Purbalingga.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang kepada:
1. dr. Tanti Yuliastuti, MM selaku Kepala Puskesmas Kutasari Kabupaten Purbalingga.
2. dr. Dewanto, M.Kes. selaku pembimbing di Puskesmas Kutasari Kabupaten Purbalingga.
3. Pasien Pada Kasus ini, Desa Meri Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga
4. Semua rekan Dokter Internship dan Pegawai Puskesmas Kutasari Kabupaten Purbalingga
periode Mei – Agustus 2014 yang telah banyak membantu
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, karena itu saran
dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat menjadi bahan
informasi yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu kedokteran, khususnya bidang
kesehatan masyarakat.
Wassalam.
\
Purbalingga,
Dokter Internship
dr. Putri Fitrania
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Sekarang ini masalah gizi mengalami perkembangan yang sangat pesat, Malnutrisi
masih saja melatar belakangi penyakit dan kematian anak, meskipun sering luput dari
perhatian. Sebagian besar anak di dunia 80% yang menderita malnutrisi bermukim di
wilayah yang juga miskin akan bahan pangan kaya zat gizi, terlebih zat gizi mikro. Keadaan
kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi yaitu kualitas hidangan yang mengandung
semua kebutuhan tubuh. Akibat dari kesehatan gizi yang tidak baik, maka timbul penyakit
gizi, umumnya pada anak balita diderita penyakit gizi. Hubungan antara kecukupan gizi dan
penyakit infeksi yaitu sebab akibat yang timbal balik sangat erat. Berbagai penyakit
gangguan gizi dan gizi buruk akibatnya tidak baiknya mutu / jumlah makanan yang tidak
sesuai dengan kebutuhan tubuh masing ± masing orang.
Analisis epidemiologi dari 53 negara sedang berkembang mengindikasikan bahwa
56% kematian pada anak-anak 6-59 bulan dipicu oleh potensiasi malnutrisi dengan penyakit
infeksius dan malnutrisi ringan-sedang sebanyak 83% dari kematian tersebut. Kurang energi
protein (KEP) atau malnutrisi adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan karena rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka
Kecukupan Gizi (AKD).
Krisis pangan dan gizi yang terjadi selama dua tahun terakhir menunjukkan bahwa
Sistem Kewasapadaan Pangan dan Gizi (SKPG) yang dilaksanankan saat ini tidak mampu
mewaspadai ancaman krisis pangan dan gizi di masyarakat. Dalam menanggulangi keadaan
krisis pangan dan gizi pemerintah Indonesia telah memutuskan untuk melaksanakan program
Jaringan Perlindungan Sosial (JPS), yang salah satu kegiatan utamanya adalah revitalisasi
SKPG di Dati II. Didalam revitalisasi SKPG dilakukan serangkaian kegiatan, mulai dari
penyempurnaan petunjuk teknis pelaksanaan, advokasi secara berjenjang, pelatihan,
pembinaan kerjasama lintas sektor serta operasional SKPG di Dati II.
Masalah gizi buruk dapat diantisipasi dengan upaya pencegahan dan penanggulangan
secara terpadu disetiap tingkat pelayanan kesehatan, termasuk pada sarana kesehatan seperti
rumah sakit, puskesmas perawatan, puskesmas, balai pengobatan, puskesmas pembantu, pos
pelayanan terpadu, dan pusat pemulihan gizi yang disertai peran aktif masyarakat, sehingga
dampak negatif kekurangan pangan dan gizi dapat dicegah dan ditanggulangi secara cepat
apabila gejala dan penyebab masalahnya diketahui secara dini.
BAB 2
PERMASALAHAN
1. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai Pemberian Makanan Bergizi Seimbang
Untuk Balita
2. Masih banyaknya angka kejadian gizi buruk dikarenakan pemahaman yang kurang mengenai
Pemberian makanan bergizi untuk balita.
3. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyediaan makanan bergizi untuk
balita
TUJUAN
Setelah mendapatkan penyuluhan mengenai pemberian gizi seimbang pada balita,
masyarakat diharapkan dapat :
1. Untuk mengenal lebih jelas tentang pemenuhan kebutuhan gizi pada balita
2. Menu makanan ideal untuk balita
3. Serta faktor yang mempengaruhi status nutrisi balita
4. Mendidik kebiasaan makan yang baik, mencakup penjadwalan makan, belajar menyukai,
memilih dan menentukan jenis makanan yang bermutu.
BAB 3
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
Intervensi yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai
Pemberian Gizi Seimbang Pada Bayi dan Balita dilakukan melalui kegiatan penyuluhan di
Posyandu yang menggunakan metode ceramah dimana sasaran yang akan diberikan penyuluhan
adalah ibu-ibu yang memiliki balita di Desa Meri Kecamatan Kutasari Purbalingga. Pada
kegiatan tersebut juga dilakukan sesi tanya jawab.
Pada kegiatan penyuluhan tersebut akan dijelaskan mengenai pengertian gizi seimbang,
mengenal lebih jelas tentang pemenuhan kebutuhan gizi pada balita, menu makanan ideal untuk
balita, faktor yang mempengaruhi status nutrisi balita dan masalah-masalah yang mempengaruhi
gizi balita.
Konsumsi gizi yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak
karena faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal menyangkut keterbatasan ekonomi
keluarga sehingga uang yang tersedia tidak cukup untuk membeli makanan. Sedangkan faktor
internal adalah faktor yang terdapat didalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai
problema makan pada anak.
Anak balita memang sudah bisa makan apa saja seperti halnya orang dewasa. Tetapi
merekapun bisa menolak bila makanan yang disajikan tidak memenuhi selera mereka. Oleh
karena itu sebagai orang tua kita juga harus berlaku demokratis untuk sekali-kali menghidangkan
makanan yang memang menjadi kegemaran si anak.
Intake gizi yang baik berperan penting di dalam mencapai pertumbuhan badan yang
optimal. Dan pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pula pertumbuhan otak yang
sangat menentukan kecerdasan seseorang. Faktor yang paling terlihat pada lingkungan
masyarakat adalah kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak
pada masa pertumbuhan. Ibu biasanya justru membelikan makanan yang enak kepada anaknya
tanpa tahu apakah makanan tersebut mengandung gizi-gizi yang cukup atau tidak, dan tidak
mengimbanginya dengan makanan sehat yang mengandung banyak gizi.
BAB 4
PELAKSANAAN
4.1. Kegiatan
Penyuluhan masyarakat
4.2 Sasaran
Ibu yang memiliki balita di Posyandu Desa Meri Kecamatan Kutasari Purbalingga
4.3 Lokasi
Posyandu Desa Meri
4.4 Waktu
Waktu pelaksanaan : Kamis, 3 Juni 2014
Pukul : 09.00 – 11.00 WIB
4.5 Peserta
Peserta 23 orang.
4.6 Materi
4.6.1 Definisi
1. Pemenuhan Gizi Pada Balita
a. Balita
Secara harfiah, balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia
kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk
dalam golongan ini. Namun, karena faal (kerja alat tubuh semestinya) bayi
usia di bawah satu tahun berbeda dengan anak usia diatas satu tahun, banyak
ilmuwan yang membedakannya. Utamanya, makanan bayi berbentuk cair,
yaitu air susu ibu (ASI), sedangkan umumnya anak usia lebih dari satu tahun
mulai menerima makanan padat seperti orang dewasa.
Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas menyusu
sampai dengan prasekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan
perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya juga mengalami perkembangan
sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya pun harus disesuaikan dengan
keadaannya.
Menurut Persagi (1992), berdasarkan karakteristiknya, balita usia 1-5
tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari satu tahun
sampai tiga tahun yang dikenal dengan “ batita “ dan anak usia lebih dari tiga
tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia “ prasekolah”. Batita sering
disebut konsumen pasif, sedangkan usia prasekolah lebih dikenal sebagai
konsumen aktif.
b. Karakteristik Balita
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak
menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi
demikian, sebaiknya anak balita diperkenalkan dengan berbagai bahan
makanan. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia prasekolah
sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih besar. Namun, perut
yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu
diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak yang usianya lebih
besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan
frekuensi sering.
c. Karakteristik Usia Prasekolah
Pada usia prasekolah, anak menjadi konsumen aktif, yaitu mereka
sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Masa ini juga sering dikenal
sebagai “ masa keras kepala “. Akibat pergaulan dengan lingkungannya
terutama dengan anak-anak yang lebih besar, anak mulai senang jajan. Jika hal
ini dibiarkan, jajanan yang dipilih dapat mengurangi asupan zat gizi yang
diperlukan bagi tubuhnya sehingga anak kurang gizi.
Perilaku makan sangat dipengaruhi oleh kedaan psikologis, kesehatan, dan
sosial anak. Oleh karena itu, kedaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan
hal yang sangat penting dalam pemberian makan pada anak agar anak tidak
cemas dan khawatir terhadap makanannya. Seperti pada orang dewasa, suasana
yang menyenangkan dapat membangkitkan selera makan anak.
2. Peran Makanan Bagi Balita
a. Makanan sebagai sumber zat gizi
Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat,
lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita
sebagai zat tenaga, zat pembangun , dan zat pengatur.
1) Zat tenaga
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat ,
lemak, dan protein. Bagi balita, tenaga diperlukan untuk melakukan
aktivitasnya serta pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu,
kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relatif lebih besar daripada orang
dewasa.
2) Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan
fisik dan perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan
jaringan yang aus atau rusak.
3) Zat pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh
termasuk otak dapat berjalan seperti yang diharapkan. Berikut ini zat yang
berperan sebagai zat pengatur.
a. Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C )
maupun yang larut dalam lemak ( vitamin A, D, E, dan K ).
b. Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour.
c. Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh.
4) Kebutuhan Gizi Balita
Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup
untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan
gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi
badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan
sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau
dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu
Menuju Sehat (KMS).
a. Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan
dengan orang dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih
sangat pesat. Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan
bertambahnya usia.
b. Kebutuhan zat pembangun
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan
sehingga kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa.
Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu
tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil.
c. Kebutuhan zat pengatur
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring
dengan bertambahnya usia.
3. Hal Yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi
Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan
gizi, baik secaralangsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung
gangguan gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah lima
tahun (balita) adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari
makanan dengan kebutuhan tubuh mereka. Berbagai faktor yang secara tidak
langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada anak Balita antara
lain sebagai berikut:
a. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang
sungguhpun berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan
seadanya saja. Dengan demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya
ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada
keluarga yang berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan ini menunjukkan
bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai
sebab buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan anak balita.
Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd, 1999, masalah gizi Karena kurang
pengetahuan dan keterampilan dibidang memasak menurunkan komsumsi
anak, keragaman bahan dan keragaman jenis masakan yang mempengaruhi
kejiwaan misalnya kebosanan.
b. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu
Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak
digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka
yang tidak baik terhadap bahan makanan itu. Penggunaan bahan makanan itu
dianggap dapae menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran seperti genjer,
daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan
protein dibeberapa daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat
menurunkan harkat keluarga.
c. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan
Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan tertentu
masih sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap
anak untuk makan telur, ikan, ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan
yang tidak ada datanya dan hanya diwarisi secara dogmatis turun temurun,
padahal anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti itu guna
keperluan pertumbuhan tubuhnya. Kadang-kadang kepercayaan orang akan
sesuatu makanan anak kecil membuat anak sulit mendapat cukup protein.
Beberapa orang tua beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis makanan protein
lainnya memberi pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak yang terkena diare
malah dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara pengobatan seperti ini akan
memperburuk gizi anak. ( Dr. Harsono, 1999).
d. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut
sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh
semua zat gizi yang diperlukan.
e. Jarak kelahiran yang terlalu rapat
Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang
menderita gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya
yang baru telah lahir, sehingga ibunya tidak dapat merawatnya secara baik.
Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya,
baik perawatan makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih sayang, jika
dalam masa 2 tahun itu ibu sudah hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu
terhadap anak akan menjadi berkurang.akan tetapi air susu ibu ( ASI ) yang
masih sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar.
Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan
pengganti ASI, yang kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat
rendah, dengan penghentian pemberian ASI karena produksi ASI berhenti,
akan lebih cepat mendorong anak ke jurang malapetaka yang menderita gizi
buruk, yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan menyebabkan
kematian. Karena alasan inilah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan
keluarga, disamping memperbaiki gizi juga perlu dilakukan usaha untuk
mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.
f. Sosial Ekonomi
Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang
disajikan. Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut
menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik
kualitas maupun jumlah makanan.
g. Penyakit infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan.
Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya
dipakai untuk pertumbuhan. Diare dan muntah dapat menghalangi
penyerapan makanan. Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan
gizi adalah: diare, infeksi saluran pernapasan atas, tuberculosis, campak,
batuk rejan, malaria kronis, cacingan. ( Dr. Harsono, 1999).
4. Akibat Gizi yang Tidak Seimbang
a. Kekurangan Energi dan Protein (KEP)
Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein.
- Makanan yang tersedia kurang mengandung energy
- Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan
- Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari makanan
dalam usus terganggu
- Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang tidak
diimbangi dengan asupan yang memadai.
Kekurangan energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan
perkembangan balita terganggu.Gangguan asupan gizi yang bersifat akut
menyebabkan anak kurus kering yang disebut dengan wasting. Wasting, yaitu
berat badan anak tidak sebanding dengan tinggi badannya. Jika kekurangna ini
bersifat menahun ( kronik), artinya sedikit demi sedikit, tetapi dalam jangka
waktu yang lama maka akan terjadi kedaan stunting. Stunting , yaitu anak
menjadi pendek dan tinggi badan tidak sesuai dengan usianya walaupun
secara sekilas anak tidak kurus.
Berdasarkan penampilan yang ditunjukkan, KEP akut derajat berat
dapat dibedakan menjadi tiga bentuk.
1. Marasmus
Pada kasus marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajahnya
seperti orang tua.Bentuk ini dikarenakan kekurangan energi yang
dominan.
2. Kwashiorkor
Anak terlihat gemuk semu akibat edema, yaitu penumpukan cairan di sela-
sela sel dalam jaringan. Walaupun terlihat gemuk, tetapi otot-otot
tubuhnya mengalami pengurusan ( wasting ). Edema dikarenakan
kekurangan asupan protein secara akut (mendadak), misalnya karena
penyakit infeksi padahal cadangan protein dalam tubuh sudah habis.
3. Marasmik-kwashiorkor
Bentuk ini merupakan kombinasi antara marasmus dan kwashiorkor.
Kejadian ini dikarenakan kebutuhan energi dan protein yang meningkat
tidak dapat terpenuhi dari asupannya.
5. Menu Makanan Balita
Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan
kecerdasan anak. Oleh karenanya, pola makan yang baik dan teratur perlu
diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan pengenalan jam-jam makan dan
variasi makanan.
Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai
berikut :
a. Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan sehari-hari sebaiknya
terdiri atas ketiga golongan bahan makanan tersebut.
b. Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan
asupan gizi yang diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Waktu-waktu
yang disarankan adalah:
- Pagi hari waktu sarapan.
- Pukul 10.00 sebagai selingan, tambahkan susu
- Pukul 12.00 pada waktu makan siang.
- Pukul 16.00 sebagai selingan
- Pukul 18.00 pada waktu makan malam.
- Sebelum tidur malam, tambahkan susu.
- Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi.
Contoh Pola Jadwal Pemberian Makanan Menjelang Anak Usia 1 Tahun
Perlu diketahui, jadwal pemberian makanan ini fleksibel (dapat bergeser, tapi
jangan terlalu jauh)
- Pukul 06.00 : Susu
- Pukul 08.00 : Bubur saring/Nasi tim
- Pukul 10.00 : Susu/Makanan selingan
- Pukul 12.00 : Bubur saring/Nasi tim
- Pukul 14.00 : Susu
- Pukul 16.00 : Makanan selingan
- Pukul 18.00 : Bubur saring /nasi tim
- Pukul 20.00 : Susu
Makanan Selingan Balita
Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang
mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan
seimbang pada usia ini perlu diterapkan karena akan mempengaruhi kualitas
pada usia dewasa sampai lanjut. Gizi makanan sangat mempengaruhi
pertumbuhan termasuk pertumbuhan sel otak sehingga dapat tumbuh optimal
dan cerdas, untuk ini makanan perlu diperhatikan keseimbangan gizinya sejak
janin melalui makanan ibu hamil. Pertum-buhan sel otak akan berhenti pada
usia 3-4 tahun. Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka ragam,
menggunakan makanan yang telah dikenalkan sejak bayi usia enam bulan
yang telah diterima oleh bayi, dan dikembangkan lagi dengan bahan makanan
sesuai makanan keluarga. Pembentukan pola makan perlu diterapkan sesuai
pola makan keluarga. Peranan orangtua sangat dibutuhkan untuk membentuk
perilaku makan yang sehat. Seorang ibu dalam hal ini harus mengetahui, mau,
dan mampu menerapkan makan yang seimbang atau sehat dalam keluarga
karena anak akan meniru perilaku makan dari orangtua dan orang-orang di
sekelilingnya dalam keluarga. Makanan selingan tidak kalah pentingnya yang
diberikan pada jam di antara makan pokoknya. Makanan selingan dapat
membantu jika anak tidak cukup menerima porsi makan karena anak susah
makan. Namun, pemberian yang berlebihan pada makanan selingan pun tidak
baik karena akan mengganggu nafsu makannya.
Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi lengkap
yaitu sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, seperti arem-arem
nasi isi daging sayuran, tahu isi daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran,
dan lain-lain.
Fungsi makanan selingan adalah :
a. Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam bahan
makanan selingan.
b. Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan utamanya
(pagi, siang dan malam).
c. Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia
balita.
Makanan selingan yang baik dibuat sendiri di rumah sehingga sangat
higienis dibandingkan jika dibeli di luar rumah. Bila terpaksa membeli,
sebaiknya dipilih tempat yang bersih dan dipilih yang lengkap gizi, jangan
hanya sumber karbohidrat saja seperti hanya mengandung gula saja. Makanan
ini jika diberikan terus-menerus sangat berbahaya. Jika sejak kecil hanya
senang yang manis-manis saja maka kebiasaan ini akan dibawa sampai
dewasa dan risiko mendapat kegemukan menjadi meningkat. Kegemukan
merupakan faktor risiko pada usia yang relatif muda dapat terserang penyakit
tertentu.
6. Kebutuhan Energi Dan Zat Gizi Balita
Perhitungan Berat Badan Ideal
Berat badan ideal anak umur 1 tahun = 3 X BB lahir
Berat badan ideal anak umur 2 tahun = 4 X BB lahir
4.6 Metode dan teknik
Tatap muka, penyuluhan dan diskusi
4.7 Media saluran komunikasi
Pembagian Pamflet
BAB 5
KESIMPULAN
a. Monitoring
Monitoring dilakukan dengan memberikan sesi tanya jawab dalam penyuluhan. Dari
masyarakat yang hadir
b. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan memberikan umpan balik pertanyaan secara lisan atau
kualitatif pada masyarakat.
c. Kesimpulan
1. Pemenuhan gizi balita dapat dilihat dari karakteristik anak itu sendiri.
2. Pemberian asupan zat makanan seperti zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur
sangat diperlukan bagi balita.
3. Dan pengeluarannya asupan makanan harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status
gizi yang baik.
4. Menu makanan yang baik seperti 4 sehat 5 sempurna sangat mempengaruhi kesehatan
dan kecerdasan bagi otaknya.
5. Faktor yang mempengaruhi status nutrisi untuk balita yaitu serat makan dan kemudahan
dalam mencerna makanan dari sumber makanan yang ia makan, vitamin serta pengaruh
obat yang diminum dan faktor endokrin dan emosional.
d. Saran
1. Pengetahuan ibu harus luas mengenai pemahaman tentang anak.
2. Sebaiknya seorang ibu harus bisa mengatur / memilah-milah makanan untuk balita.
3. Berikan anak makanan yang mengandung 4 sehat 5 sempurna karena sangat baik untuk
pertumbuhan anak.
4. Jangan lupa pemberian makanan yang sehat serta suplemen yang teratur untuk
pertumbuhan dan kecerdasannya.
DAFTAR PUSTAKA
Santosa, Sugeng. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT.Rieneka Cipta
Emawati F . , Yuniar R , Susilawati , Herman . 2000 . Kebutuhan Ibu Hamil Akan Tablet Besi
Untuk Pencegahan Anemia . Penelitian Gizi dan Makanan . Jilid 23 : 92
Sudiyanto. Dalam membina anak dalam mencapai cita-citanya. Tumbuh kembang anak, Fakultas
Kedokteran UI.
Nasution, A.H., dkk. 1988. Gizi untuk Kebutuhan Fisiologis Khusus. Terjemahan. PT Gramedia.
Jakarta
Pelaksanaan Penyuluhan mengenai Pemberian Gizi Seimbang Balita
NO TAHAPAN PENYULUHAN PESERTA
1 Pembukaan
( 10 menit )
1. Mengucapkan salam
2. Perkenalan para penyuluh
3. Mengemukakan tujuan
penyuluhan
1. Membalas salam
2. Memperhatikan
penjelasan
2 Materi
( 20 menit )
1. Menjelaskan tentang
Pemberian Gizi Seimbang
Balita
2. Membagikan brosur
1. Menyimak dan
memperhatikan
penjelasan yang
diberikan
3 Tanya
Jawab
( 50 menit )
1. Menjawab pertanyaan yang
diajukan peserta
2. Memberikan pertanyaan
kepada peserta penyuluhan
1. Mengajukan
pertanyaan tentang
hal-hal yang belum
dimengerti
2. Menjawab
pertanyaan yang
diajukan
4 Penutup
(3 menit )
1. Memberikan kesimpulan dari
yang sudah dijelaskan
2. Mengucapkan salam dan
terima kasih
1. Memperhatikan
penjelasan
2. Membalas salam
5 Kegiatan
Posyandu
1. Melakukan Penimbangan
balita
2. Pencatatan dan evaluasi kartu
KMS
3. Melakukan
penimbangan
DOKUMENTASI ACARA
LAMPIRAN