LAPORAN FULL pembuatan kurva standar glukosa.docx

25
PEMBUATAN KURVA STANDAR GLUKOSA (Laporan Praktikum Analisis Hasil Pertanian) Oleh Ani Agung Asmara 1114051003 Armalinda 1114051009 Evrilia Sulvika Neri 1114051017 Muhammmad Nurudin 1114051033 Nurul Fitriana 1114051038 Oriza Sativa Rahmadhani1114051039 Rosi Mauliana Sari 1114051050 Kelompok 3

Transcript of LAPORAN FULL pembuatan kurva standar glukosa.docx

Page 1: LAPORAN FULL pembuatan kurva standar glukosa.docx

PEMBUATAN KURVA STANDAR GLUKOSA

(Laporan Praktikum Analisis Hasil Pertanian)

Oleh

Ani Agung Asmara 1114051003

Armalinda 1114051009

Evrilia Sulvika Neri 1114051017

Muhammmad Nurudin 1114051033

Nurul Fitriana 1114051038

Oriza Sativa Rahmadhani 1114051039

Rosi Mauliana Sari 1114051050

Kelompok 3

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIANFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG2013

Page 2: LAPORAN FULL pembuatan kurva standar glukosa.docx

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Larutan merupakan fase yang setiap hari ada disekitar kita. Suatu sistem homogen

yang mengandung dua atau lebih zat yang masing-masing komponennya tidak

bisa dibedakan secara fisik disebut larutan, sedangkan suatu sistem yang

heterogen disebut campuran.Larutan standar dalam titrasi memegang peranan

yang amat penting, hal ini disebabkan larutan ini telah diketahui konsentrasi

secara pasti (artinya konsentrasi larutan standar adalah tepat dan akurat).

Konsentrasi adalah cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut

dan pelarut. Terkadang ketika kita membuat larutan, kita tidak dapat membuat

larutan dengan konsentrasi sesuai keinginan kita. Untuk itu perlu adanya

standarisasi dengan larutan standar. Caranya adalah jika ingin menentukan

konsentrasi larutan asam, maka memerlukan larutan basa yang sudah diketahui

konsentrasinya. 

Percobaan pembuatan dan pembakuan larutan ini sangat berperan penting dalam

proses analisa volumetrik yang merupakan analisis kuantitatif dengan

mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah

diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan

larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif (Petrucci, 2000).

Dalam bidang farmasi, analisa volumetri inilah yang digunakan untuk

menentukan kadar suatu obat dengan teliti karena dengan titrasi ini,

penyimpangan titik ekivalen lebih kecil sehingga lebih mudah untuk mengetahui

titik akhir titrasinya yang ditandai dengan suatu perubahan warna, begitu pula

dengan waktu yang digunakan seefisien mungkin.

Page 3: LAPORAN FULL pembuatan kurva standar glukosa.docx

B. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk membuat larutan baku dari bahan (zat) padat dengan konsentrasi

tertentu.

2. Untuk mengukur kadar glukosa dari berbagai konsentrasi pada

spektrofotometer 20.1.

Page 4: LAPORAN FULL pembuatan kurva standar glukosa.docx

II. METODELOGI PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 10 Desember 2013 pukul

13.00-15.00 WIB di Laboratorium Biokimia Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi

Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mikropipet + pipet tip, kuvet

sentrifuge, rak kuvet, kuvet spektro, erlenmeyer, labu ukur, rubble bub, pipet

tetes, tisu, spektrofotometer 20 dan neraca analitik.

Bahan - bahan kimia yang digunakan dalam praktikum gula, fenol 5%, asam

sulfat pekat (H2SO4), dan aquades.

Page 5: LAPORAN FULL pembuatan kurva standar glukosa.docx

C. Diagram Alir

Peralatan dan bahan laboratorium disiapkan

Ditimbang glukosan dan dibuat larutan glukosa murni 0, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, μg/100ml aquadest, lalu dikocok.

Masing-masing larutan diambil 0,5 ml

Masing – masing larutan dibawa ke ruang asam dan ditambahkan asam sulfat pekat sebanyak 2,5 ml

Masing – masing larutan ditambahkan aquadest 2 ml

Semua larutan diinkubasi selama 20 menit

Masing – masing larutan ditambahkan fenol 5% sebanyak 0,5 ml

Masing – masing larutan diukur adsorbansinya di spektrofotometer dengan panjang gelombang 20

Kalibrasi alat spektrofotometer 20 dengan larutan 0% glukosa

Dicatat angka adsorbansinya

Hasil pengamatan

Page 6: LAPORAN FULL pembuatan kurva standar glukosa.docx

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Pengamatan

Praktikum ini telah dilaksanakan dengan hasil pengamatan sebagai berikut :

Kelompok

Konsentrasi Gula Kadar Glukosa

1 10 0,0092 20 0,143 30 0,144 40 0,615 50 0,416 60 1,17 70 1,198 0 0

0 10 20 30 40 50 60 70 800

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

f(x) = 0.020475 x − 0.304857142857143

Grafik Pembentukan Glukosa

Konsentrasi Gula

Kad

ar G

luko

sa (

abso

rban

si)

B. Pembahasan

Page 7: LAPORAN FULL pembuatan kurva standar glukosa.docx

Glukosa, suatu gula monosakarida yang merupakan salah satu karbohidrat

terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan.

Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi.

Bentuk alami (D-glukosa) disebut juga dekstrosa, terutama pada industri pangan.

Glukosa (C6H12O6, memiliki berat molekul 180.18) adalah heksosa—

monosakarida yang mengandung enam atom karbon. Glukosa merupakan

aldehida (mengandung gugus -CHO). Lima karbon dan satu oksigennya

membentuk cincin yang disebut "cincin piranosa", bentuk paling stabil untuk

aldosa berkabon enam. Dalam cincin ini, tiap karbon terikat pada gugus samping

hidroksil dan hidrogen kecuali atom kelimanya, yang terikat pada atom karbon

keenam di luar cincin, membentuk suatu gugus CH2OH. Struktur cincin ini berada

dalam kesetimbangan dengan bentuk yang lebih reaktif, yang proporsinya

0.0026% pada pH 7 (Agutina,S. 2007).

Poyeksi haworth struktuk glukosa (Agutina,S. 2007).

Selain itu juga, glukosa merupakan sumber tenaga yang terdapat di mana-mana

dalam biologi. Glukosa dapat dibentuk dari formaldehida pada keadaan abiotik,

sehingga akan mudah tersedia bagi sistem biokimia primitif. Hal yang lebih

penting bagi organisme tingkat atas adalah kecenderungan glukosa, dibandingkan

dengan gula heksosa lainnya, yang tidak mudah bereaksi secara nonspesifik

dengan gugus amino suatu protein. Reaksi ini (glikosilasi) mereduksi atau bahkan

merusak fungsi berbagai enzim. Rendahnya laju glikosilasi ini dikarenakan

glukosa yang kebanyakan berada dalam isomer siklik yang kurang reaktif. Meski

begitu, komplikasi akut seperti diabetes, kebutaan, gagal ginjal, dan kerusakan

saraf periferal (‘’peripheral neuropathy’’), kemungkinan disebabkan oleh

glikosilasi protein. Dalam respirasi, melalui serangkaian reaksi terkatalisis enzim,

Page 8: LAPORAN FULL pembuatan kurva standar glukosa.docx

glukosa teroksidasi hingga akhirnya membentuk karbon dioksida dan air,

menghasilkan energi, terutama dalam bentuk ATP. Sebelum digunakan, glukosa

dipecah dari polisakarida (Agutina,S. 2007).

Karbohidrat glukosa merupakan karbohidrat terpenting dalam kaitannya dengan

penyediaan energi di dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena semua jenis

karbohidrat baik monosakarida, disakarida maupun polisakarida yang dikonsumsi

oleh manusia akan terkonversi menjadi glukosa di dalam hati. Glukosa ini

kemudian akan berperan sebagai salah satu molekul utama bagi pembentukan

energi di dalam tubuh. Berdasarkan bentuknya, molekul glukosa dapat dibedakan

menjadi 2 jenis yaitu molekul D-Glukosa dan L-Glukosa (Cotton, F.A dan

Wilkinson G.1989).

Faktor yang menjadi penentu dari bentuk glukosa ini adalah posisi gugus hidrogen

(-H) dan alkohol (–OH) dalam struktur molekulnya. Glukosa yang berada dalam

bentuk molekul D & L-Glukosa dapat dimanfaatkan oleh sistim tumbuh-

tumbuhan, sedangkan sistim tubuh manusia hanya dapat memanfaatkan D

Glukosa. Glukosa juga akan berperan sebagai sumber energi utama bagi kerja

otak. Melalui proses oksidasi yang terjadi di dalam sel-sel tubuh, glukosa

kemudian akan digunakan untuk mensintesis molekul ATP (adenosine

triphosphate) yang merupakan molukel molekul dasar penghasil energi di dalam

tubuh. , proses metabolisme glukosa akan berlangsung melalui 2 mekanisme

utama yaitu melalui proses anaerobik dan proses aerobik. Proses metabolisme

secara anaerobik akan berlangsung di dalam sitoplasma (cytoplasm) sedangkan

proses metabolisme anaerobik akan berjalan dengan mengunakan enzim ysebagai

katalis di dalam mitochondria dengan kehadiran Oksigen (O ) (Cotton, F.A dan

Wilkinson G., 1989).

Peran Glukosa Dalam Metabolisme

Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia, yang

menyediakan 4 kalori (17 kilojoule) energi pangan per gram. Pemecahan

Page 9: LAPORAN FULL pembuatan kurva standar glukosa.docx

karbohidrat (misalnya pati) menghasilkan mono- dan disakarida, terutama

glukosa. Melalui glikolisis, glukosa segera terlibat dalam produksi ATP, pembawa

energi sel. Di sisi lain, glukosa sangat penting dalam produksi protein dan dalam

metabolisme lipid. Karena pada sistem saraf pusat tidak ada metabolisme lipid,

jaringan ini sangat tergantung pada glukosa (Allan,J.R.;Smith,G.D., 1983).

Glukosa diserap ke dalam peredaran darah melalui saluran pencernaan. Sebagian

glukosa ini kemudian langsung menjadi bahan bakar sel otak, sedangkan yang

lainnya menuju hati dan otot, yang menyimpannya sebagai glikogen ("pati

hewan") dan sel lemak, yang menyimpannya sebagai lemak. Glikogen merupakan

sumber energi cadangan yang akan dikonversi kembali menjadi glukosa pada saat

dibutuhkan lebih banyak energi. Meskipun lemak simpanan dapat juga menjadi

sumber energi cadangan, lemak tak pernah secara langsung dikonversi menjadi

glukosa. Fruktosa dan galaktosa, gula lain yang dihasilkan dari pemecahan

karbohidrat, langsung diangkut ke hati, yang mengkonversinya menjadi glukosa

(Allan,J.R.;Smith,G.D., 1983).

Spektronik 20 adalah suatu alat yang mempunyai rentang panjang gelombang dari

340 nm sampai 600 nm. Alat ini hanya dapat

mengukur absorbansi dengan sampel larutan

yang berwarna. Sehingga apabila didapatkan

sampel yang tidak berwarna maka sampel itu

harus dikomplekkan sehingga sampel itu dapat

berwarna. Larutan yang berwarna dalam

tabung reaksi khusus dimasukan ke tempat cuplikan dan absorbansi atau persen

transmitansi dapat dibaca pada sekala pembacaan. Sistem optik dari alat ini dapat

dikembangkan sebagai berikut: sumber cahaya berupa lampu tungsten akan

memancarkan sinar polikromatik. Setelah melewati pengatur panjang gelombang,

hanya sinar yang mono kromatik dilewatkan ke larutan dan sinar yang melewati

larutan dideteksi oleh foto detektor (Abbas, 2012).

Page 10: LAPORAN FULL pembuatan kurva standar glukosa.docx

Alat Spectronic 20 Baush & Lomb merupakan spetrofotometer berkas tunggal.

Komponen spectronic 20 yang penting antara lain suatu sumber cahaya yaitu

lampu wolfram yang berkesinambungan yang meliputi daerah 380 – 750 nm

(daerah sinar tampak). Suatu monokromator, yakni suatu komponen untuk

menyeleksi pita sempit panjang gelombang darispektrum lebar yang dipancarkan

oleh sumber cahaya. Suatu wadah sampel atau cuvet dari gelas/kaca.

Suatu detektor, yang berupa tranduser yang mengubah energi cahaya menjadi

suatu isyarat listrik (detektor fotolistrik, tabung foton). Suatu pengganda

(amplifier) dan rangkaian yang berkaitan dalam membuat isyarat listrik itu dapat

terbaca. Suatu sistem baca (skala absorbansi atau % T dengan jarum penunjuk)

yang menyatakan besarnya isyarat listrik (Abbas, 2012).

Bagian-bagian penting Spectronic 20 dan fungsinya adalah sebagai berikut:

1.  Power switch / Zero Control, berfungsi untuk menghidupkan alat (yang

ditunjukkan oleh nyala lampu Pilot Lamp) dan pengatur posisi jarum

penunjuk (meter) pada angka 0,00% T pada saat Sample Compartement

kosong dan ditutup.

2.  Transmittance / Absorbance Control, berfungsi untuk mengatur posisi jarum

meter pada angka 100% T pada saat kuvet yang berisi larutan blanko berada

dalam Sample Compartement dan ditutup.

Page 11: LAPORAN FULL pembuatan kurva standar glukosa.docx

3. Sample Compartement berfungsi untuk menempatkan larutan dalam kuvet

pada saat pengukuran. Selama pembacaan, Sample Compartement harus

dalam keadaan tertutup.

4.  Wavelength Control berfungsi untuk mengatur panjang gelombang (l) yang

dikehendaki yang terbaca melalui jendela sebelahnya.

5.  Pilot Lamp (nyala) berfungsi untuk mengetahui kesiapan instrumen.

6.  Meter berfungsi untuk membaca posisi jarum penunjuk absorbansi dan atau

transmitansi.

 Cara Pengoprasian spektronik 20 menurut Abbas (2012), yaitu :

1. Nyalakan alat spektronik 20 dengan on bila aliran listrik sudah

dihubungkan dengan arus AC 220 V. maka lampu indikator akan berwarna

merah menandakan adanya arus yang mengalir. Biarkan kurang lebih 15

menit untuk memanaskan alat.

2. Pilih panjang gelombang yang akan digunakan dengan cara memutar

tombol pengatur panjang gelombang

3. Atur meter ke pembacaan 0% T dengan memutar tombol pengaturnya

4. Masukan larutan belangko (biasanya aquades dalam tabung khusus ke

tempat cuplikan

5. Atur meter ke pembaca 100%T dengan memutar tombolnya

6. Ganti larutan belangkonya dengan larutan cuplikan dan baca absorbansi

atau persen trasmitansi yang ditunjukan oleh jarum pada pembaca A/T

7. Kalau sudah selesai pengukuran padamkan alat dengan menekan tombol

on/off nya.

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan diperolaeh data pengamatan yang

telah diuraikan pada tabel pengamatan. Terdapat 8 perlakuandalam praktikum ini

berdasarkan konsentrasi gula yang digunakan, yaitu 10,20,30,40,50,60,70,dan 0

mL gula murni per 100 mL aquades. Larutan gula tersebut selanjutnya

ditambahan larutan fenol, asam asetat pekat dan diukur menggunakan alat

spektrofotometerm sehingga diperoleh kadar glukosa masing-masing konsentrasi

secara berturut-turutyaitu 0,09 ; 0,14 ; 0,14 ; 0,61 ; 0,41 ; 1,1 ; 1,19 dan 0.

Page 12: LAPORAN FULL pembuatan kurva standar glukosa.docx

Kelompok delapan dengan merupakan larutan blanko atau kontrol sehingga

konsentrasi gula murninya 0 % dan kadar glukosa setelah di ukur dengan

menggunakan spektrofotometer adalah 0. Kadar absorbansi glukosa tertinggi

terdapat pada kelompok tujuh dengan konsentrasi gula murni sebesar 70 %

dengan kadar glukosa sebesar 1,19. Berdasarkan data pengamatan, dapat diketahui

bahwa semakin tinggi konsentrasi gula yang digunakan maka kadar glukosa yang

dapat diserap akan semakin tinggi. Akan tetapi perlakuan dengan konsentrasi gula

murni sebesar 50% menunjukkan penurunan sebesar 0,2 dari perlakuan

sebelumnya ( 40%). Hal tersebut mungkin disebabkan karena kesalahan pada saat

proses pembuatan larutan ataupun pada saat penentuan kadar glukosanya.

Kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai

penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap

standar ukur yang mampu telusur (traceable) ke standar nasional untuk satuan

ukuran dan/atau internasional.

Sementara interval kalibrasi adalah :

1. Kalibrasi harus dilakukan secara periodik.

2. Selang waktu kalibrasi dipengaruhi oleh jenis alat ukur, frekuensi

pemakaian, dan pemeliharaaan.

Interval bisa dinyatakan dalam beberapa cara :

Dengan waktu kalender

Dengan waktu pemakaian

Kombinasi cara pertama dan kedua, tergantung mana yang lebih dulu tercapai.

Kurva kalibrasi dibuat dengan jalan mengukur serapan larutan – larutan standar .

bila hukum Lambert – Beer dipenuhi, maka grafik / kurva ini akan membentuk

garis lurus melalui titik nol. Dengan serapan cuplikan pada kurva kalibrasi, maka

konsentrasi cuplikan dapat ditentukan.

Page 13: LAPORAN FULL pembuatan kurva standar glukosa.docx

Hukum Lambert – Beer :        A = a . b. c, dimana                        

                                                a : absorbsi

                                                b : tebal larutan

                                                c : konsentrasi

Oleh karena itu, pada alat spektronik – 20 biasanya yang diamati adalah % T,

maka untuk memperoleh harga serapan yang digunakan hubungan A = - log T.

Spektronik 20 merupakan Spektrofotometri, yakni suatu metode analisis yang

berdasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan

berwarna pada panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan

monokromator prisma atau kisi difraksi dan detector vacuum phototube atau

tabung foton hampa. Cara kurva kalibrasi. Hal pertama yang dilakukan denagn

menggunakan cara ini adalah pembuatan deret larutan standar, kemudian diukur

serapannya dan dibuat kurva kalibrasi antara konsentrasi dengan serapan. Dengan

mengukur serapan sampel dan memesukannya kedalam persamaan garis yang

dihasilkan dari kurva kalibrasi, maka konsentrasi sampel akan diketahui (Wong,

2012).

Kurva kalibrasi CO(H2O)62+ :

1. Buka aplikasi spektronik - 20 pada media flash atau classic.

2. Mengatur panjang gelombang pada λ maks = 510 nm untuk larutan

CO(H2O)62+

3. Klik click here to open untuk membuka tempat kuvet.

4. Drag blanko kedalam tempat kuvet.

5. Klik click here to close untuk menutup tempat kuvet.

6. Klik gambar 0 ABS 100%T.

7. Klik click here to open untuk membuka tempat kuvet.

8. Klik remove cuvette untuk mengeluarkan kuvet.

9. Untuk mengganti larutan klik pada sampel CO(H2O)62+.

10. Klik molarity mode untuk mengatur konsentrasi larutan CO(H2O)62+pada

konsentrasi pertama 0,002 M.

11. Klik click here to open untukmembuka penutup kuvet.

Page 14: LAPORAN FULL pembuatan kurva standar glukosa.docx

12. Drag kuvet larutan kedalam tempat kuvet.

13. Klik click here to close untuk menutup tempat kuvet.

14. Catat hasil absorbansi yang terbaca pada alat spektronic - 20.

15. Ulangi prosedur kerja pada langkah nomor 10 - 13 dengan mengatur rentang

konsentrasi 0,002 M dengan menggeser tombol molarity mode.

Kurva kalibrasi COCI42- :

1. Buka aplikasi spektronik-20 pada media flash atau classic.

2. Mengatur panjang gelombang pada λmaks= 510 nm untuk larutan COCI42-.

3. Klik click here to open untuk membuka tempat kuvet.

4. Drag blanko kedalam tempat kuvet.

5. Klik click here to close untuk menutup tempat kuvet.

6. Klik gambar 0 ABS 100% T.

7. Klik click here to open untuk membuka tempat kuvet.

8. Klik remove cuvette untuk mengeluarkankuvet.

9. Klik molarity mode untuk mengatur konsentrasi larutan COCI42- pada

konsentrasi pertama 0,002 M.

10. Klik click here to open untukmembuka penutup kuvet.

11. Drag kuvet larutan kedalam tempat kuvet.

12. Klik click here to close untuk menutup tempat kuvet.

13. Catat hasil absorbansi yang terbaca pada alat spektronic - 20.

14. Ulangi prosedur kerja pada langkah nomor 10-13 dengan mengatur rentang

konsentrasi 0,002 M dengan menggeser tombol molarity mode (Wong,

2012).

Kesalahan yang terjadi saat praktikum dapat dilaksanakan karena praktikan

ataupun bahan dan alat yang digunakan sudah tidak baik lagi. Adapun kesalahan

yang dilakukan oleh praktikan dimulai saat membuat larutan gula yang kurang pas

konsentrasinya ataupun saat mencampur bahan – bahan lain seperti fenol atau

asam sulfat pekat. Fenol merupakan senyawa polar yang mudah menguap,

sehingga praktikan seharusnya menggunakannya secara teliti dan hati – hati

walaupun senyawa ini tidak terlalu berbahaya jika terhirup dengan kadar sedikit.

Page 15: LAPORAN FULL pembuatan kurva standar glukosa.docx

Sedangkan untuk asam sulfat pekat, penggunaan harus berada diruang asam

Karena mempunyai daya korosif yang sangat tinggi. Jika asam sulfat tumpah atau

mengenai praktikan dapat menyebabkan tangan praktikan menjadi mutasi atau

berlubang seketika. Saat menambahkan asam sulfat pekat, semua praktikan dapat

melakukannya dalam ruang asam dan dengan menggunakan masker dan sarung

tangan. Akan tetapi, ada praktikan yang kurang teliti menambahkan asam sulfat

pekat berlebihan. Akibatnya, ketika larutan tersebut dibaca oleh spektrofotometer,

nilai adsorbansinya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal itu dapat terlihat

pada larutan yang kedua dan ketiga, terlihat nilai adsorbansinya sama.

Kesalahan selanjutnya dapat pula disebabkan oleh alat dan bahan yang sudah

tidak baik lagi ataupun dapat juga di sebabkan oleh kondisi lingkungan atau

laboraturium yang kurang memadai. Kesalahan mulai diduga terjadi dari alat –

alat gelas untuk mencampur larutan yang kurang steril sehingga menyebabkan

kesalahan data absroban. Selanjutnya kesalahan yang diduga paling mendekati

adalah pada alat sprektonik 20 atau spektrofotometer yang digunakan. Peran alat

ini sangat penting karena alat ini merupakan alat utama yang di gunakan untuk

mengukur absorbansi suatu larutan, dari absorbansi itulah kemudian dapat

diketahui konsentrasi gula dalam larutan terserbut. Jika terjadi kesalahan pada alat

maka hasil yang didapatkan akan tidak akurat. Pada praktikum kali ini, kondisi

lingkungan atau laboraturium dinilai kurang memadai karena tegangan listrik

yang sering naik turun. Hal itu menyebabkan alat spektofotometer atau spektronik

20 tidak dapat berkalibrasi dengan baik jika saat kalibrasi yang seharusnya 15

menit terjadi mati listrik. Jika hal tersebut terjadi maka praktikan harus

mengkalibrasi ulang alat dengan menghidupkannya dan mendiamkannya selama

15 menit lagi. Namun karna waktu pelaksanaan praktikum terbatas maka

praktikan tidak mengkalibrasi alat dengan benar. Hal ini yang diduga menjadi

kesalahan terbesar dalam praktikum kali ini.

Page 16: LAPORAN FULL pembuatan kurva standar glukosa.docx
Page 17: LAPORAN FULL pembuatan kurva standar glukosa.docx

IV. KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan dan pemabahasan dapat disimpulkan yaitu :

1. Selisih konsentrasi glukosa tidak sama dengan hasil kadar glukosa yang

telah diukur.

2. Rata-rata dari 10 μg/100ml konsentrasi gula menghasilkan kadar glukosa

sebanyak 0,2.

3. Semakin tinggi konsentrasi glukosa maka semakin tinggi juga kadar

glukosa yang terukur di spektrofotometer.

4. Kadar glukosa pada larutan konsentrasi gula 20 μg/100ml tidak tepat

akibat terjadi kesalahan ketika penambahan larutan bahan kimia lainnya.

5. Semakin banyak asam sulfat pekat dan fenol yang ditambahkan maka nilai

kadar glukosa semakin naik dari nilai kadar glukosa yang sebenarnya.

6. Jumlah asam sulfat dan fenol yang ditambahkan mempengaruhi nilai kadar

glukosa.

7. Pengukuran kadar suatu sampel pada spektrofotometer harus tepat dan

dikalibrasi terlebih dahulu.

Page 18: LAPORAN FULL pembuatan kurva standar glukosa.docx

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A. 2012. Spektronik 20. http://akbarcules46.blogspot.com/2012/10

/spektronik-20.html. Diakses pada tanggal 18 Desember 2013.

Agutina,S. 2007. Definisi Glukosa Dan Strukturnya. Tesis Departemen Kimia

FMIPA USU. Medan.

Allan,J.R.;Smith,G.D. 1983 . Peran Glukosa Dalam Metabolisme. United States

Patent No. 4,375,003.

Cotton, F.A dan Wilkinson G.1989. Kabohidrat Glukosa. Terjemahan Sahati

Suharto. UI Press. Jakarta.

Petrucci, Ralph H. 2000. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Erlangga.

Jakarta.

Wong, 2012. Kalibrasi Spektrometri.

http://wong168.wordpress.com/2012/02/17/jenis-spektrofotometri/ diakses

pada 19 Desember 2013.