MAKALAH KURVA INDIFEREN

53
I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada saat Anda memasuki sebuah toko, Anda segera dihadapkan dengan berbagai jenis barang yang dapat Anda beli. Namun tentu saja, karena daya beli Anda terbatas, Anda tidak bisa membeli semua barang yang Anda inginkan. Oleh sebab itu, Anda harus memperhitunkan harga-harga dari berbagai macam barang yang ditawarkan itu, dan membeli sejumlah barang dalam batasan daya beli Anda yang sekiranya paling dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan Anda. Salah satu dari sepuluh Prinsip Ekonomi yang iuraikan dalam Bab 1 menyatakan bahwa setiap orang selalu menghadapi dilema trade-off. Teori pilihan konsumen pada dasarnya mengungkapkan dilema trade-off yang dihadapi oleh setiap orang dalam kedudukannya sebagai konsumen. Jika bersamaan dia harus mengurangi pembeliannya terhadap barang yang lain. Kalau ia menghabiskan lebih banyak waktunya untuk bersenag-senang dan bekerja lebih sedikit, maka pendapatannya akan berkurang, demikian pula perilaku konsumsinya. Seandainya seorang mengahabiskan lebih banyak perndapatannya untuk konsumsi saat ini dan mengurangi tabungannya, maka ia harus rela menurunkan konsumsinya di masa mendatang. Teori pilihan konsumen menelaah bagaimana konsumen menghadapi dilema-dilema trade-off ini dalam

Transcript of MAKALAH KURVA INDIFEREN

Page 1: MAKALAH KURVA INDIFEREN

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pada saat Anda memasuki sebuah toko, Anda segera dihadapkan dengan berbagai

jenis barang yang dapat Anda beli. Namun tentu saja, karena daya beli Anda terbatas, Anda

tidak bisa membeli semua barang yang Anda inginkan. Oleh sebab itu, Anda harus

memperhitunkan harga-harga dari berbagai macam barang yang ditawarkan itu, dan membeli

sejumlah barang dalam batasan daya beli Anda yang sekiranya paling dapat memenuhi

kebutuhan dan keinginan Anda.

Salah satu dari sepuluh Prinsip Ekonomi yang iuraikan dalam Bab 1 menyatakan

bahwa setiap orang selalu menghadapi dilema trade-off. Teori pilihan konsumen pada

dasarnya mengungkapkan dilema trade-off yang dihadapi oleh setiap orang dalam

kedudukannya sebagai konsumen. Jika bersamaan dia harus mengurangi pembeliannya

terhadap barang yang lain. Kalau ia menghabiskan lebih banyak waktunya untuk bersenag-

senang dan bekerja lebih sedikit, maka pendapatannya akan berkurang, demikian pula

perilaku konsumsinya. Seandainya seorang mengahabiskan lebih banyak perndapatannya

untuk konsumsi saat ini dan mengurangi tabungannya, maka ia harus rela menurunkan

konsumsinya di masa mendatang. Teori pilihan konsumen menelaah bagaimana konsumen

menghadapi dilema-dilema trade-off ini dalam membuat setiap keputusan, dan bagaimana

mereka bereaksi terhadap berbagai perubahan yang terjadi di sekelilingnya.

I.2 Tujuan

Page 2: MAKALAH KURVA INDIFEREN

II. PEMBAHASAN

II.1 Kendala Anggaran : Apa Yang Bisa Diperoleh Konsumen

Hampir semua orang meniginkan peningkatan kualitas dan kuantitas barang yang

mereka konsumsi. Mereka ingin berlibur lebih lama, mengendarai mobil yang lebih inda,

atau bersantap di restoran-restoran yang lebih bergengsi. Namun, tingkat konsumsi nyata

setiap orang biasanya lebih rendah daripada yang diinginkannya karena tingkat belanja

mereka selalu mempunyai kendala atau dibatasi oleh pendapatan mereka. Kita mulai studi

kita tentang pilihan konsumen dengan menelaah keterkaitan antara pendapatan dan

pembelanjaan tersebut.

Untuk menyederhanakan persoalan, mari kita telaah keputusan yang harus diambil

oleh seorang konsumen yang hanya dapat membeli dua jenis barang, yakni minimum soda

Pepsi dan Pizza. Tentu saja dalam kenyataan yang ada, setiap orang dihadapkan pada pilihan

ribuan jenis barang. Penyerdehanaan pilihan dua jenis barang saja ini semata-mata dilakukan

untuk memudahakan telaah tanpa mengurangi hakekat masalah konsumen.

Pertama-tama mari kita simak bagaimana pendapatan konsumen membatasi

pembeliannya atas Pepsi dan pizza. Andaikan saja konsumen tersebut memiliki pendapatan

sebesar $1000 per bulan, maka ia biasa menghabiskan seluruh pendapatan bulanannya itu

untuk membeli Pepsi dan pizza. Harga sekaleng Pepsi adalah $2, sedangkan harga sekotak

pizza adalah $10.

Tabel 1 memperlihatkan beberapa kombinasi jumlah Pepsi dan pizza yang dapat

dibeli oleh konsumen tersebut. Garis pertama pada tabel ini menunjukkan bahwa jika

konsumen menghabiskan seluruh pendapatannya untuk membeli pizza, maka ia bisa

mengkonsumsi 100 kotak pizza selama sebulan, namun ia tidak menikmati Pepsi sama sekali.

Garis kedua menunjukkan kemungkinan kombinasi konsumsi kedua, ia bisa membelanjakan

pendapatannya selama sebulan untuk membeli 90 kotak pizza dan 50 kaleng Pepsi. Demikian

seterusnya, masing masing kombinasi konsumsi dalam tabel biaya tersebut tepat seharga

$1000.

Page 3: MAKALAH KURVA INDIFEREN

Gambar 1 menampilkan secara grafis berbagai kemungkinan kombinasi konsumsi

yang dapat dipilih oleh konsumen tersebut. Sumbu vertikal mengukur jumlah kaleng Pepsi,

sedangkan sumbu horisontal menghitung jumlah kotak pizza. Ada tiga titik yang khusus

ditandai pada gambar ini. Titik A melambangkan kondisi ketika konsumen mengahabiskan

semua uangnya untuk membeli 100 kotak pizza dan sama sekali tidak membeli Pepsi. Lalu

pada titik B konsumen tidak membeli pizza dan mengahabiskan semua uangnya untuk

mwmbwli 500 kaleng Pepsi. Pada titik C, konsumen membagi rata pendapatannya untuk

membeli 50 kotak pizza dan 250 kaleng Pepsi. Titik C merupakan pertengahan garis yang

menghubungkan titik A dengan titik B. Pada titik ini, uang yang digunakan konsumen untuk

membeli pizza sama dengan uang yang dipakaianya membeli Pepsi, yakni masing-masing

$500. Di luar tiga kemungkinan itu masih banyak kemungkinan kombinasi konsumsi yang

dapat dipilih atau diperoleh oleh konsumen. Garis tersebut juga menunjukkan dilema trade-

off antara Pepsi dan pizza yang dihadapi oleh konsumen tersebut

Kemiringan (slope) garis kendala anggaran itu mencerminkan tingkatan sejauh mana

konsumen dapat menukarkan suatu barang dengan barang lainnya. Besarnya kemiringan

garis yang menghubungkan dua titik dihitung berdasarkan perubahan jarak vertikal dibagi

dengan perubahan jarak horizontal. Dari titik A ke titik B jaraknya adalah 500 kaleng Pepsi,

sedangkan jarak horizontalnya adalah 100 kotak pizza. Dengan demikian, besaran

kemiringan atau besaran perbandingannya adalah 5 kaleng Pepsi per sekotak Pizza.

Perhatikanlah bahwa besaran kemiringan kendala anggaran tersebut sama dengan

harga relatif (relative price) dari dua barang yang bersangkutan.

Page 4: MAKALAH KURVA INDIFEREN

Tabel 1. KEMUNGKINAN-KEMUNGKINAN BAGI KONSUMEN. Tabel ini menunjukkan apa yang diperoleh konsumen jika pendapatannya sebesar $1.000 per bulan, dan setiap bulan ia harus mengkonsumsi Pepsi seharga $2 per kaleng, dan pizza seharga $10 per kotak.

Gambar 1. KENDALA ANGGARAN KONSUMEN. Kendala anggaran menunjukkan berbagai kemungkinan kombinasi atas sejumlah jenis barang yang dapat diperoleh seorang konsumen dengan pendapatannya. Di sini, konsumen membelanjakan uangnya untuk Pepsi dan pizza. Semakin banyak Pepsi yang dibelinya, akan semakin berkurang pizza yang dapat dinikmatinya, dan demikian pula sebaliknya.

Artinya, harga suatu barang yang dinyatakan dalam satuan barang yang lain. Harga

sekotak pizza lima kali lipat harga sekaleng Pepsi. Oleh sebab itu, konsumen dapat

Page 5: MAKALAH KURVA INDIFEREN

menukarkan sekotak pizza untuk memperoleh 5 kaleng Pepsi. Trade-off ini tercemin pada

kendala anggaran yang memiliki besaran kemiringan 5.

II.2 Preferensi : Apa Yang Diinginkan Konsumen

Kendala anggaran merupakan salah satu elemen penting dalam analisis karena hal

tersebut menunjukkan kombinasi barang seperti apa saja yang dapat diperoleh konsumen

dengan pendapatan tertentu dan harga-harga barang tertentu.

Pengungkapan Preferensi Melalui Kurva Indeferen

Preferensi mendasari keputusan seorang konsumen dalam memilih salah satu

kombinasi konsumsi Pepsi dan pizza. Jika Anda menawarinya dengan serangkaian

kombinasi, ia akan memilih salah satu di antaranya yang paling sesuai dengan preferensi

atau seleranya. Kalau ada dua kombinasi yang dapat memenuhi selera sama baiknya,

maka kita katakan konsumen tersebut bersikap indifferent terhadap dua kemungkinan

kombinasi tersebut.

Kita telah menguraikan kendala anggaran konsumen secara grafis, dan kita juga

dapat menyajikan preferensi konsumen itu secara grafis. Hal ini kita lakukan dengan

yang disebut sebagai kurva indeferen. Kurva indeferen ialah kurva yang menunjukkan

berbagai kemungkinan kombinasi konsumsi yang memberikan kepuasan yang sama bagi

seorang konsumen. Dalam kasus kita, kurva indeferen itu menunjukkan dua atau lebih

kemungkinan kombinasi Pepsi dan pizza yang memberikan kepuasan yang sama

besarnya bagi konsumen.

Gambar 2 memperlihatkan 2 dari sekian banyak kurva indiferen seorang

konsumen. Konsumen itu akan memperoleh kepuasan yang sama kalau ia menikmati

beberapa kombinasi konsumsi yang dilambangkan masing-masing oleh titik A, titik B,

dan titik C, karena semua titik tersebut berada pada kurva indiferen yang sama. Tidak

mengherankan kalau konsumsi pizza konsumen tersebut diturunkan, misalnya dari titik A

ke titik B, maka konsumsinya terhadap pepsi akn meningkat agar memperoleh kepuasan

total yang setara. Kalau konsumsi pizzanya diturunkan lagi, maka tingkat konsumsinya

terhadap pepsi juga harus ditambah lagi.

Page 6: MAKALAH KURVA INDIFEREN

Gambar 2. Preferensi konsumen. Preferensi konsumen ditunjukkan oleh kurva-kurva indiferen yang pada dasarnya memaparkan kombinasi-kombinasi konsumsi pepsi dan pizza yang membuahkan kepuasan yang sama bagi si konsumen. Karena setiap konsumen lebih senang jika dapat mengkonsumsi setiap barang lebih banyak, maka kurva indiferen yang berada di atas (disini I2) melambangkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi dan karenanya lebih disukai ketimbang kurva indiferen yang berada di bawah (I1). Sedangkan tingkat subtitusi marginal (MRS) memperlihatkan tingkatan sejauh mana konsumen mau menukar pepsi dengan pizza.

Besaran kemiringan (slope) di setiap titik pada kurve indiferen itu sama dengan

tingkatan sejauh mana konsumen bersedia mengorbankan konsumsi atas suatu barang

untuk mengkonsumsi barang yang lain. Tingkatan inilah yang disebut sebagai tingkat

subtitusi marginal (marginal rate of substitution MRS). Dalam kasus kita, tingkat

subtitusi marginal mengukur seberapa banyak pepsi yang diinginkan konsumen untuk

mengganti setiap unit pizza yang direlakannya agar tingkat kepuasannya tetap sama.

Perhatikanlah bahwa karena indiferen itu tidak selalu terbentuk garis lurus, maka nilai

tingkat subtitusi marginal juga belum tentu sama di setiap titik pada kurva indiferen yang

bersangkutan. Tingkatan dimana seorang konsumen mau menukarkan suatu barang

dengan barang yang lain ditentukan oleh jumlah barang yg sesungguhnya ia consumsi.

Maksudnya, tingkatan sejauh mana konsumen itu mau menukar pizza untuk memperoleh

tambahan pepsi tergantung pada apakah ia sedang lapar atau haus. Kalau ia haus,

tentunya ia akan member nilai lebih tinggi kepada pepsi, dan juga sedang lapar, maka

tentunya ia akan lebih menghargai pizza

Page 7: MAKALAH KURVA INDIFEREN

Seorang konsumen akan memperoleh kepuasan yang sama dari setiap titik yang

berada di sepanjang kurva indiferen, namun ia lebih menyukai kurva indiferen tertentu

dibandingkan dengan yang lain. Mengingat ia akan lebih senang seandainya dapat

mengkonsumsi setiap barang lebih banyak, maka ia akan lebih menyukai kurva indiferen

yang secara grafis letaknya lebih tinggi . dalam gambar 2, setiap titik mana pun yang

terletak pada kurva indiferen I2 lebih disukai konsumen dari pada titik mana pun yang

terletak pada kurva indiferen I1.

Sekumpulan kurva indiferen dari seorang konsumen memperlihatkan daftar dan

peringkat preferensinya. Itu berarti kita dapat menggunakan kurva indiferen untuk

merangking preferensi konsumen terhadap setiap pasangan barang. Sebagai contoh,

posisi kurva-kurva indiferen tersebut member tahu kita bahwa titik D lebih disukai dari

pada titik C, karena titik D berada pada kurva undiferen yang lebih tinggi. Pada

kombinasi konsumsi yang dilambangkan oleh titik D tersebut, si konsumen memang

memperoleh lebih sedikit Pepsi, namun ia dapat mengkonsumsi pizza lebih banyak dan

hal ini lebih disukai oleh konsumen yang bersangkutan. Jadi, dengan melihat titik mana

yang berada pada kurva indiferen yang lebih tinggi, kita dapat menggunakan himpunan

kurva indiferen untuk merangking kombinasi konsumsi Pepsi dan pizza mana yang lebih

disukai konsumen.

Empat Sifat Kurva Indiferen

Karena kurva indiferen melambangkan preferensi konsumen, maka kurva tersebut

memiliki sejumlah karakteristik atau sifat yang mencerminkan preferensi itu sendiri.

Berikut ini kita akan menyimak empat sifat utama kurva indiferen :

Sifat 1: kurva indiferen yang lebih tinggi lebih disukai daripada yang lebih

rendah. Setiap konsumen biasanya akan lebih suka jika dapat mengkonsumsi barang apa

saja dalam jumlah lebih banyak (karena setiap barang mengandung manfaat yang baik).

Preferensi terhadap sesuatu dalam jumlah lebih banyak itu tercermin pada kurva

indiferen. Seperti telah diperlihatkan pada gambar 2, kurva indiferen yang letaknya lebih

tinggi melambangkan ketersediaan barang lebih banyak daripada kurva-kurva indiferen

yang berada di bawahnya. Jadi, jelaslah bahwa konsumen lebih suka berada pada kurva

indiferen yang lebih tinggi.

Page 8: MAKALAH KURVA INDIFEREN

Sifat 2 : kurva indiferen melengkung ke bawah. Besaran kemiringan dari setiap

titik yang ada pada kurva indiferen melambangkan tingkatan sejauh mana konsumen

bersedia menukarkan suatu barang dengan barang yang lain. Konsumen menyukai semua

jenis barang sehingga jika konsumsinya terhadap suatu barang berkurang, maka untuk

mengimbanginya ia harus dapat mengkonsumsi barang lain lebih banyak agar

kepuasannya tidak merosot. Karena alasan inilah maka bentuk kurva indiferen selalu

melengkung ke bawah.

Sifat 3 : kurva-kurva indiferen tidak saling berpotongan. Untuk memahami

alasannya, andaikan saja ada dua kurva indiferen yang saling berpotongan seperti yang

diperlihatkan oleh gambar 3, Karena titik A berada pada kurva indiferen yang sama

dengan titik B, maka kedua titik tersebut memberikan kepuasan yang sama bagi

konsumen. Namun, itu juga berarti titik A dan titik C dapat membuahkan konsumen yang

sama besarnya untuk si konsumen, padahal kedua titik itu tidak berada pada kurva

indiferen yang sama (titik C mengandung lebih banyak barang daripada titik A). ini

bertentangan dengan asumsi kita yang menyarakan bahwa konsumen selalu lebih suka

mengkonsumsi suatu barang dalam jumlah banyak ketimbang sedikit. Dengan demikian,

kurva-kurva indiferen memang tidak mungkin saling berpotongan.

Sifat 4: kurva-kurva indiferen menghadap ke dalam (bowed inward). Besaran

kurva indiferen identik dengan tingkat subtitusi marjinal, yakni tingkatan sejauh mana

konsumen mau menukarkan suatu barang dengan barang yang lain. Besaran tingkat

subtitusi marjinal itu sendiri biasanya ditentukan oleh seberapa banyak setiap barang

tengah di konsumsi. Disamping itu, seseorang biasanya lebih bersedia menukarkan suatu

barang yang mereka miliki dalam jumlah melimpah dan akan lebih enggan melepas

barang yang mereka miliki dalam jumlah yang terbatas. Karena alasan inilah kurva

indiferen menghadap ke dalam (cembung terhadap sumbu grafik). Sebagai contoh,

simaklah gambar 4, pada titik A, konsumen memiliki banyak pepsi namun hanya sedikit

pizza, sedangkan saat itu ia merasa lapar dan tidak terlalu haus. Agar ia mau melepas

sekotak pizza, ia harus ditawari pepsi lebih banyak sebagai imbalannya, katakanlah 6

kaleng pepsi. Itu berarti tingkat subtitusi marjinalnya adalah 6 kaleng pepsi per kotak

pizza. Sebaliknya di titik B, konsumen hanya memiliki sedikit pepsi namun banyak

mempunyai pizza. Saat itu ia kehausan namun tidak terlalu lapar. Dalam kondisi ini bisa

Page 9: MAKALAH KURVA INDIFEREN

jadi ia mau melepas sekotak pizza untuk memperoleh sekaleng pepsi. Di titik ini, tingkat

subtitusi marjinalnya adalah sekaleng pepsi per kotak pizza. Jadi bentuk kurva indiferen

yang menghadap ke dalam mencerminkan kesediaan yang lebih besar dari si konsumen

untuk merelakan barang yang ia miliki dalam jumlah banyak.

Gambar 3. KURVA-KURVA INDIFEREN TIDAK MUNGKIN SALING BERPOTONGAN. Situasi seperti ini tidak pernah tidak akan terjadi. Dalam situasi yang dilambangkan oleh perpotongan kurva-kurva indiferen ini, konsumen akan memperoleh kepuasan yang sama jika ia memilih kombinasi konsumsi yang dilambangkan oleh titik A, B, dan C, padahal titik C mengandung lebih banyak barang daripada titik A.

Gambar 4. LENGKUNGAN KURVA INDIFEREN. Kurva indiferen selalu melengkung ke arah dalam (menghadap sumbu). Bentuk seperti ini mengisyaratkan

Page 10: MAKALAH KURVA INDIFEREN

bahwa tingkat subtitusi marjunal (MRS) ditentukan oleh kuantitas pasangan barang yang dikonsumsi. Pada titik A, konsumen memiliki banyak pizza namun banyak pepsi, sehingga ia menuntut banyak pepsi untuk merelakan pizzanya. Tingkat subtitusi marjinal pada titik ini 6 pepsi per kotak pizza. Sedangkan di titik B, konsumen memiliki sedikit pepsi namun cukup banyak pizza, sehingga dengan sedikit pepsi ia mau merelakan pizzanya. Tingkat subtitusi marjinal pada titik ini adalah 1 pepsi per kotak pizza.

II.3 Dua Contoh Ekstrem Kurva Indiferen

Bentuk dari kurva indiferen memberitahu kita tentang kesediaan konsumen

menukarkan suatu barang dengan barang yang lain. Kalau barang-barang yang ada mudah

dipertukarkan atau disubtitusikan satu sama lain, maka bentuk kurva indiferennya tidak

terlalu melengkung. Sebaliknya, kalau barang-barang yang ada sulit dipertukarkan, maka

bentuk kurva indiferennya akan lebih melengkung. Untuk memahami alasannya, mari kita

simak dua contoh ekstrem berikut ini.

Subtitusi Sempurna

Andaikan saja seseorang menawari anda dua kantong yang masing-masing berisi

uang logam Rp 1.000 dan Rp 500. Kombinasi kantong seperti apa yang lebih anda sukai?

Kemungkinan besar anda akan mendasarkan pilihan pada nilai moneter atau

keseluruhan jumlah uang dari kantong-kantong tersebut. Itu berarti sekantong uang logam Rp

1.000 setara dengan dua kantong yang berisikan uang logam Rp 500, dengan asumsi jumlah

kepingan logam di setiap kantong sama banyaknya. Dalam kalimat lain, tingkat subtitusi

marjinalnya adalah sekantong uang logam Rp 1000 per dua kantong yang berisikan uang

logam Rp 500.

Kita dapat menyajikan prefensi tersebut secara grafis seperti Nampak pada panel (a)

gambar 5, Karena tingkat subtitusi marjinalnya konstan (tetap), maka kurva indiferennya

berbentuk garis lurus. Dalam kasus ekstrem dimana kurva indiferen berbentuk garis lurus

seperti ini, kita menyebut pasangan barangnya sebagai subtitusi sempurna (perfect

substitution).

Page 11: MAKALAH KURVA INDIFEREN

Gambar 5. SUBTITUSI SEMPURNA DAN KOMPLEMEN SEMPURNA. Apabila dua barang mudah dipertukarkan, seperti pecahan Rp 1.000 dan Rp 500, maka kurva indiferennya akan berbentuk garis lurus, seperti diperlihatkan oleh panel (a). jika dua barang secara sempurna saling melengkapi atau berkomplemen, maka kurva indiferennya akan bersudut tegak lurus seperti nampak pada panel (b).

Komplemen Sempurna

Sekarang umpamakan lagi ada seseorang menawari Anda sepasang sepatu. Yang satu

cocok untuk kaki kiri, dan yang lain pas untuk kaki kanan Anda. Bagaimana Anda dapat

menentukan peringkat preferensi kedua barang itu atau memilih sepatu sebelah mana yang

Anda sukai?

Dalam kasus ini kemungkinan besar Anda tidak akan mempersoalkan sepatu sebelah

mana yang lebih penting. Anda bahkan akan menetapkan preferensi terhadap keduanya sama,

sehingga yang Anda perhatikan tinggal berapa pasang sepatu yang dapat Anda konsumsi.

Kalau Anda memiliki 5 sepatu sebelah kiri dan 7 sepatu sebelah kanan, itu berarti Anda

hanya memiliki 5 pasang sepatu, dan dua potong sepatu sebelah kanan tidak bisa dipakai.

Dalam kondisi demikian, Anda tidak akan mau merelakan satu ptong sepatu sebelah kiri

dengan imbalan sepatu sebelah kanan dalam jumlah berapa pun.

Kita dapat menyajikan preferensi And terhadap sepatu sebelah kanan dan kiri itu

secara grafis dengan kurva-kurva indiferen pada panel (b) Gmabar 21-5. Dalam gambar ini

ditunjukkan bahwa manfaat himpunan 5 sepatu kiri dan 5 sepatu kanan sama saja dengan

manfaat himpunan 5 sepatu kiri dan 7 sepatu kanan, atau 7 sepatu kiri dan 5 sepatu kanan.

Page 12: MAKALAH KURVA INDIFEREN

Karena alasan tiulah maka bentuk kurva indiferennya bersudut tegak lurus. Dalam kasus

ekstrem seperti ini, kita menyebut jenis barangnya sebagai barang komplemen sempurna

(perfect complements).

Namun tentu saja dalam kenyataanya, hampir semua barang yang tersedia bagi

konsumen bukan merupakan substitusi sempurna (seperti uang logam Rp1000 dan Rp500)

dan bukan komplemen sempurna (sepatu sebelah kiri dan sepatu sebelah kanan), Karena itu

kurva indiferen lazimnya melengkung kebawah dan menghadap kedalam (kearah sumbu) dan

lengkungannya tidak terlalu tajam sehingga membentuk kemiringan siku-siku.

II.4 Optimisasi : Apa Yang Dipilih Konsumen

Pilihan Optimal Konsumen

Untuk mudahnya, kita lanjutkan saja pemakaian pepsi dan pizza sebagai contoh

barang. Konsumen ingin memilih kombinasi konsumsi pepsi dan pizza yang sebaik

mungkin artinya kombinasi yang terletak pada kurva indiferen tertinggi. Namun,

konsumen juga tidak bisa melanggar kendala anggarannya yang memang merupakan

batas sumber daya total yang dimilikinya

Gambar 6 memperlihatkan kendala anggaran konsumen dan tiga dari sekian

banyak kurva indiferennya. Kurva indiferen tertinggi yang dapat dicapai oleh konsumen

(I2 dalam gambar tersebut) adalah yang persis bersentuhan dengan garis kendala

anggarannya. Titik perpotongan antara garis kendala anggaran dan kurva indiferen

tertinggi itulah yang disebut sebagai titik optimum. Seandainya bisa, konsumen tentu

akan lebih suka berkonsumsi pada titik A yang terletak pada kurva indiferen I3 yang lebih

tinggi daripada I2. Namun konsumsi pepsi dan pizza sebanyak itu tidak dapat dilakukan

karena I3 sudah berada diluar jangkauan kendala anggarannya. Sebaliknya, kalau mau

konsumen dapat memilih kombinasi konsumsi yang dilambangkan titik B yang berada

dalam jangkauan kendala anggarannya. Namun titik ini tidak akan dipilih karena berada

pada kurva indiferen yang lebih rendah yang berarti tingkat kepuasan yang juga lebih

rendah. Dengan demikian, titik optimum melambangkan kombinasi konsumsi pepsi dan

pizza yang terbaik bagi konsumen.

Perhatikanlah bahwa pada titik optimum tersebut besaran kemiringan kurva

indiferen sama dengan besaran kemiringan garis kendala anggaran. Kita dapat

Page 13: MAKALAH KURVA INDIFEREN

mengatakan bahwa kurva indiferen merupakan tangen terhadap kendala anggaran. Kita

tahu bahwa besaran kemiringan kurva indiferen adalah tingkat substitusi marjinal antara

pepsi dan pizza, sedangkan besaran kemiringan garis kendala anggaran adalah

perbandingan harga atau harga relatif pepsi dan pizza. Itu berarti, konsumen memilih

kombinasi konsumsi dua barang dimana tingkat substitusi marjinalnya sama dengan

harga relatif.

Dalam membuat keputusan-keputusan konsumsi, seorang konsumen menerima

saja harga relatif atas dua barang yang hendak dibelinya, lalu ia memusatkan perhatian

untuk menemukan titik optimum dimana tingkat substitusi marjinalnya sama dengan

harga relatif tersebut.

Gambar 6. Titik optimum konsumen akan selalu memilih konsumsi pada titik dalam kendala anggaran yang terletak pada kurva indiferen tertinggi. Pada titik inim yang disebut sebagai “titik optimum”, tingkat substitusi marjinalnya sama dengan perbandingan harga (harga relatif) dua barang yang bersangkutan. Disini kurva indiferen tertinggi yang dapat dicapai oleh konsumen adalah I2. Seandainya bisa, konsumen tentu akan lebih suka berkonsumsi pada titik A yang terletak pada kurva indiferen I3 yang lebih tinggi daripada I2. Namun konsumsi pepsi dan pizza sebanyak itu tidak dapat dilakukan karena I3 sudah berada diluar jangkauan kendala anggarannya. Sebaliknya, kalau mau konsumen dapat memilih kombinasi konsumsi yang dilambangkan titik B yang berada dalam kurva indiferen yang lebih rendah

Harga relatif (relative price) adalah tingkatan dimana pasar bersedia menukar

suatu barang dengan barang lainnya, sedangkan tingkat substitusi marjinal adalah tingkat

dimana konsumen bersedia menukar suatu barang dengan barang lainnya. Pada titik

Page 14: MAKALAH KURVA INDIFEREN

optimum, penilaian konsumen atas kedua baranf tersebut (yang diukur dengan konsep

tingkat substitusi marjinal) sama dengan penilaian pasar (diukur dengan harga relativ).

Sebagai konsekuensi dari optimisasi konsumen ini, maka harga-harga pasar dari berbagai

barnag pada dasarnya mencerminkan penilaian konsumen terhadap barang-barang yang

bersangkutan.

Pengaruh Perubahan Pendapatan Terhadap Pilihan Konsumen

Gambar 7: KASUS KENAIKAN PENDAPATAN: Ketika pendapatan konsumen bertambah, kendala anggarannya akan bergeser ke atas. Jika dua barang yang dikonsumsinya merupakan barang normal, maka konsumen akan menanggapi kenaikan pendapatannya itu dengan membeli kedua barang lebih banyak. Dalam kasus ini konsumen membeli lebih banyak pepsi sekaligus lebih bnyak pizza.

Jika pendapatan meningkat, seorang konsumen tentunya dapat membeli dua jenis

barang yang diperlukannya itu dalam jumlah lebih banyak. Oleh sebab itu, kenaikan

pendapatan akan menggeser garis kendala anggaran ke atas seperti diperlihatkan oleh

gambar 7. Karena harga relatif kedua barang tersebut tidak berubah maka besaran

kemiringan garis kendala anggaran yang baru sama saja dengan besaran garis kemiringan

kendala anggaran yang lama. Itu artinya kenaikan pendapatan akan menimbulkan

pergeseran letak garis kendala anggaran secara sejajar.

Ekspansi kendala anggaran memungkinkan konsumen untuk memilih kombinasi

konsumsi pepsi dan pizza yang lebih baik. Dalam kalimat lain, kenaikan pendapatan itu

memungkinkan konsumen mencapai kurva indiferen yang lebih tinggi daripada

sebelumnya. Seiring dengan kenaikan kendala anggaran yang kemudian berpotongan

Page 15: MAKALAH KURVA INDIFEREN

dengan kurva indiferen yang melambangkan prederensi si konsumen, maka titik optimum

konsumen itupun meningkat dari titik yang disebut “titik optimum lama” ketitik yang

disebut “titik optimum baru”.

Perhatikanlah pula bahwa pada gamabr 7 diperlihatkan si konsumen memilih

lebih banyak pepsi dan memilih lebih banyak pizza. Meskipun logika model ini tidak

mengharuskan konsumen menaikkan konsumsinya terhadap semua barang setelah

pendapatannya meningkat, namun kenaikan konsumsi itu biasanya memang terjadi. Jika

konsumen menginginkan lebih bnyak barang ketika pendapatannya meningkat, maka

barangnya disebut sebagai barang normal (normal goods). Kurva indiferen pada gambar

7 dibuat berdasarkan asumsi bahwa pepsi dan pizza adalah barang-barang normal.

Gambar 8. Barang Interior: Suatu barang disebut sebagai barang interior apabila konsumen justru mengurangi pembeliaannya pada saat pendapatannya bertambah. Disini, pepsi merupakan barang interior ketika pendapatan konsumen meningkat dan kendala anggarannya bergeser ke atas konsumen membeli lebih banyak pizza namun mengurangi pembelian pepsi.

Gambar 8 memperlihatkan contoh kasus dimana kenaikan pendapatan justru

mendorong konsumen mengurangi konsumsinya atas suatu barang, katakanlah ia

menambah pembelian pizza namun mengurangi pembelian pepsi. Dalam kasus ini para

ekonom menyebut pepsi, yakni barang yang konsumsinya berkurang ketika pendapatan

konsumen meningkat, sebagai barang interior (interior goods). Gambar 21-8 dibuat

Page 16: MAKALAH KURVA INDIFEREN

berdasar asumsi bahwa pizza adalah barang normal sedangkan pepsi adalah barang

interior.

Dalam kenyataan sehari-haru, kebanyakan barang yang dikonsumsi adalah barang

normal, namun barang interior memang ada. Contohnya adalah transportasi bus kota.

Konsumen yang pendapatannya lebih banyak memiliki kecenderungan lebih kuat untuk

mengurangi transportasi bus kota (dan memiliki mobil sendiri) daripada konsumen yang

pendapatannya relatif lebih rendah. Karena itu, transportasi bus kota dalam kasus ini

dapat digolongkan sebagai barang interior.

Pengaruh Perubahan Harga Terhadap Pilihan Konsumen

Andaikan saja harga pepsi turun dari $2 menjadi $1. Tidaklah mengherankan jika

dikatakan penurunan harga ini memperbesar daya beli konsumen terhadap pepsi. Dalam

kalimat lain, penurunan harga menyebabkan pergeseran keatas garis kendala anggaran si

konsumen.

Gambar 9. Kasus Perubahan Harga : Ketika harga pepsi turun, kendala anggaran konsumen akan bergeser ke atas dan besaran kemiringannya mengalami perubahan. Konsumen bergerak dari titik optimum awal ke titik optimum baru yang mengisyaratkan perubahan kombinasi pepsi dan pizza yang dibelinya, Dalam kasus ini konsumen akan membeli lebih banyaj pepsi namun mengurangi pembelian pizza.

Gambar 9 secara khusus memaparkan secara grafis efek perubahan harga terhadap

kendala anggaran. Jika konsumen menghabiskan seluruh pendapatannya sebanyak $1000

Page 17: MAKALAH KURVA INDIFEREN

itu hanya untuk membeli pizza, maak penurunan harga pepsi memang tidak menimbulkan

pengaruh apa-apa. Dalam kasus ini titik A akan tetap berada pada posisi semula. Namun,

jika konsumen menghabiskan uangnya sebanyak $1000 itu hanya untuk membeli pepsi,

maka penurunan harga pepsi membawa pengaruh besar. Konsumen kini dapat membeli

1000 kaleng pepsi bukan 500 kaleng seperti ketika harganya belum turun. Karena itu

ujung garis kendala anggaran bergeser dari titik B ke titik D.

Coba anda perhatikan bahwa dalam kasus ini pergeseran kendala anggaran ke atas

mengubah besaran kemiringan (slope) garis kendala anggaran tersebut. (ini berbeda

dengan apa yang terjadi sebelumnya ketika harga barang tidak berubah sedangkan

pendapatan konsumen berubah) seperti telah kita bahas, besaran kemiringan kendala

anggaran mencerminkan harga relative pepsi dan pizza. Karena harga pepsi turun dari $2

menjadi $1 per kaleng, sedangkan harga pizza tetap $10 per kotak, maka kini konsumen

dapat menurunkan sekotak pizza dengan10 kaleng pepsi, tidak lagi hanya 5 kaleng

sebagai konsekuensinya, garis kendala anggaran yang baru pun menjadi lebih curam.

Bagaimana perubahan kendala anggaran itu mempengaruhi konsumsi kedua

barang ditentukan oleh preferensi konsumen yang bersangkutan. Berdasarkan kurva-

kurva indiferen yang ada pada peraga tersebut, konsumen membeli lebih banyak pepsi

dan mengurangi pembelian pizza.

Efek Pendapatan Dan Subtitusi

Efek perubahan harga suatu barang terhadap konsumsi dapat dipilih menjadi

dua,yakni efek pendapatan ( income effect ) dan efek subtitusi ( substitution effect).

Untuk memahami kedua jenis efek ini, coba anda bayangkan apa yang akan dilakukan

oleh konsumen ketika ia mengetahui bahwa harga pepsi turun. Ada beberapa

kemungkinan tanggapan yang ia berikan, yakni :

“ Wah, berita bagus! Pepsi kini lebih murah sehinggadaya beli pendapatan

saya bertambah. Saya menjadi lebih kaya daripada sebelumnya. Karena itu

saya bisa membeli Pepsi dan pizza lebih banyak”. (Ini adalah efek

pendapatan).

“Setelah harga Pepsi turun, saya bisa memperoleh lebih banyak Pepsi dari

setiap pizza yang saya relakan. Karena pizza kini relatif lebih mahal, maka

Page 18: MAKALAH KURVA INDIFEREN

saya perlu mengurangi pembeliannya dan membeli Pepsi lebih banyak”.

(Ini adalah efek substitusi).

Kira-kira tanggapan mana yang akan diberikan si konsumen?

Sebenarnya tidak ada perbedaan penting karena hasil akhirnya sama saja, yakni

penurunan harga Pepsi meningkatkan kesejahteraan si konsumen. Jika Pepsi dan pizza

sama-sama barang normal, maka konsumen akan menerapkan peningkatan daya belinya

terhadap semua barang, yakni dengan menambah konsumsinya terhadap Pepsi maupun

pizza (itu berarti efek pendapatan yang muncul). Bisa pula karena harga relatif Pepsi

menjadi lebih murah sedangkan harga pizza relatif lebih mahal, maka konsumen

menambah konsumsinya terhadap Pepsi dan mengurangi pembelian pizza (itu berarti efek

substitusi yang muncul).

Sekarang mari kita lihat hasil akhir dari adanya kedua efek tersebut. Konsumen

jelas akan membeli Pepsi lebih banyak karena efek pendapatan maupun efek substitusi

mendorongnya untuk melakukan hal itu. Namun belum pasti konsumen akan membeli

pizza lebih banyak, karena di sini efek pendapatan dan efek substitusinya berlawanan

arah. Kesimpulan ini telah dirangkum dalam Tabel 2.

Kita dapat memahami efek pendapatan dan efek substitusi itu dengan

menggunakan kurva indiferen. Efek pendapatan adalah perubahan konsumsi yang

disebabkan oleh pergerakan ke kurva indiferen yang lebih tinggi. Sedangkan efek

substitusi adalah perubahan konsumsi yang disebabkan oleh karena konsumen berada

pada suatu titik di sebuah kurva indiferen baru yang tingkat substitusi marjinalnya

berbeda.

Tabel 2. Efek pendapatan dan efek subtitusi ketika harga pepsi turun.

Page 19: MAKALAH KURVA INDIFEREN

Gambar 10. EFEK PENDAPATAN DAN EFEK SUBSTITUSI. Efek perubahan harga dapat dipilah menjadi dua, yakni efek pendapatan dan efek substitusi. Efek substitusi-pergerakan di sepanjang sebuah kurva indiferen menuju ke suatu titik yang memiliki tingkat substitusi marjinal berbeda-diperlihatkan di sini sebagai perubahan dari titik A ke titik B di sebanjang kurva indiferen I1. Sedangkan efek pendapatan-pergeseran ke kurva indiferen yang lebih tinggi-diperlihatkan di sini sebagai perubahan dari titik B pada kurva indiferen I1 ke titik C pada kurva indiveren I2.

Gambar 10 telah memaparkan secara grafis perbedaan keputusan konsumen yang

masing-masing bertolak dari efek pendapatan dan efek substitusi. Ketika harga Pepsi

turun, konsumen bergerak dari titik optimum awal, yakni titik A, ke optimum baru, yakni

C. Kita dapat melihat perubahan ini berlangsung dalam dua tahap. Pertama, konsumen

bergerak di sepanjang kurva indiferen awal, yakni I1, dari titik A ke titik B. Kepuasan

yang diperoleh konsumen di kedua titik tersebut sama besarnya, namun di titik B tingkat

substitusi marjinalnya sudah mencerminkan harga relatif yang baru. Berikutnya,

konsumen bergeser ke kurva indiferen yang lebih tinggi, yakni I2, dengan bergerak dari

titik B ke titik C. Meskipun titik B dan titik C berada pada kurva indiferen yang

berlainan, keduanya memiliki tingkat substitusi marjinal yang sama. Itu berarti besaran

kemiringan kurva indiferen I1 di titik B sama dengan besaran kemiringan kurva indiferen

I2 di titik C.

Meskipun konsumen sebenarnya tidak pernah memilih titik B, penggambaran ini

tetap bermanfaat karena dapat memperjelas adanya dua efek yang selanjutnya sangat

Page 20: MAKALAH KURVA INDIFEREN

mempengaruhi keputusan konsumen. Harap Anda perhatikan bahwa perubahan dari titik

A ke titik B mencerminkan perubahan murni tingkat substitusi marjinal tanpa mengubah

tingkat kesejahteraan konsumen. Begitu juga, perubahan dari titik B ke titik C

merefleksikan perubahan murni kesejahteraan konsumen tanpa perubahan apa pun pada

tingkat substitusi marjinal. Dengan demikian, gerakan dari titik A ke titik B

memperlihatkan efek substitusi, sedangkan gerakan dari titik B ke titik C menunjukkan

adanya efek pendapatan.

Derivasi Kurva Permintaan

Kita baru saja mempelajari bagaimana perubahan harga mengubah kendala

anggaran konsumen dan karenanya, mengubah kuantitas dua barang yang dibeli oleh si

konsumen. Kurva permintaan untuk setiap barang juga dapat merefleksikan keputusan-

keputusan konsumsi. Anda tentu sudah mengethui bahwa kurva permintaan

memperlihatkan bagaimana harga dari suatu barang mempengaruhi kuantitas permintaan

terhadap barang itu sendiri. Lebih jauh lagi, kita juga dapat melihat kurva permintaan

sebagai kumpulan keputusan-keputusan optimal yang didasarkan pada kendala anggatan

dan kurva indiferen.

Sebagai contoh, Gambar 11 memaparkan permintaan terhadap Pepsi. Panel (a)

memperlihatkan bahwa ketika harga Pepsi turun dari $2 menjadi $1 per kaleng, kendala

anggaran konsumen bergeser ke atas. Berkat adanya efek pendapatan dan efek substitusi,

maka konsumen meningkatkan pembelian Pepsinya dari 50 menjadi 150 kaleng. Panel

(b) menunjukkan kurva permintaan yang terbentuk atau terderivasikan dari keputusan-

keputusan konsumen tadi. Dengan demikian, teori pilihan konsumen memang

menyajikan landasan teoretis bagi kurva permintaan konsumen, seperti yang telah kita

pelajari sebelumnya.

Meskipun kita bisa dengan mudah menyatakan bahwa kurva permintaan muncul

secara alamiah dari teori pilihan konsumen, namun fakta ini belum cukup untuk

mengembangkan teorinya. Memang kita tidak perlu mengembangkan suatu kerangka

analitis yang ketat untuk sekedar menyatakan bahwa orang-orang selalu bereaksi

terhadap perubahan harga. Meskipun demikian, teori pilihan konsumen jelas sangat

bermanfaat. Kita akan melihat pada bagian pembahasan selanjutnya dalam bab ini bahwa

Page 21: MAKALAH KURVA INDIFEREN

kita dapat memanfaatkan teori tersebut untuk lebih memahami berbagai faktor yang

mempengaruhi perilaku konsumen atau perilaku rumah tangga.

Gambar 11. DERIVASI KURVA PERMINTAAN. Panel (a) memperlihatkan bahwa ketika harga Pespi turun dari $2 menjadi $1, titik optimum konsumen bergerak dari titik A ke titik B, dan kuantitas Pepsi yang dikonsumsi meningkat dari 50 menjadi 150 kaleng. Kurva permintaan pada panel (b) menjelaskan hubungan antara harga dan kuantitaspermintaan tersebut.

2.5 Empat Aplikasi

Sekarang kita telah selesai mengembangkan teori dasar pilihan konsumen.

Selanjutnya, mari kita gunakan untuk menjawab sebagian pertanyaan tentang bagaimana

ekonomi bekerja. Ada empat pertanyaan tentang rumah tangga yang akan kita jawab, yang

satu sama lain sepintas lalu nampak tidak berhubungan. Kita akan segera mengetahui

keterkaitannya karena semuanya dapat kita jelaskan dengan model perilaku konsumen yang

baru saja kita pelajari.

Apakah Kurva Permintaan Selalu Melengkung Ke Bawah?

Biasanya jika harga suatu barang meningkat, maka orang-orang akan mengurangi

pembelian barang tersebut. Bab 4 menyebut perilaku normal ini sebagai hukum

permintaan (law of demand). Hukum ini direfleksikan sebagai lengkungan ke bawah

kurva permintaan.

Page 22: MAKALAH KURVA INDIFEREN

Secara teoretis, kurva permintaan bisa saja melengkung ke atas. Dalam kalimat

lain, konsumen bisa dan adakalanya melanggar hukum permintaan itu, yakni

meningkatkan pembeluan terhadap barang yang harganya naik. Untuk memahami

mengapa hal demikian bisa terjadi, silakan Anda simak Gambar 12. Dalam contoh ini,

konsumen membeli dua barang, yakni daging dan kentang. Mula-mula, kendala anggaran

konsumen adalah garis yang menghubungkan titik A dengan titik B. Titik optimumnya

adalah titik C. Ketika harga kentang meningkat, kendala anggaran bergeser ke bawah

sehingga kini menjadi garis yang menghubungkan antara titik A dan titik D. Titik

optimumnya sekarang adalah titik E. Perhatikanlah bahwa kenaikan harga kentang justru

mendorong konsumen untuk membeli lebih banyak kentang.

Mengapa konsumen memberikan reaksi yang nampak aneh seperti itu? Alasannya

adalah kentang merupakan barang yang sangat inferior. Ketika harga kentang naik, maka

konsumen menjadi lebih miskin. Efek pendapatan inilah yang kemudian mendorong

konsumen membeli lebih banyak kentang dan mengurangi pembelian daging yang

harganya tidak berubah. Dalam waktu bersamaan, karena kentang kini relatif lebih mahal

daripada daging, maka efek substitusi mendorong pula konsumen untuk mengurangi

pembelian kentang dan menambah pembelian daging. Masalahnya, dalam contoh kasus

ini, efek pendapatan jauh lebih kuat daripada efek substitusi, sehingga pada akhirnya

konsumen menanggapi kenaikan harga kentang.

Para ekonom menggunakan istilah barang Giffen (Giffeen good) untuk menyebut

jenis barang yang melanggar hukum permintaan. (Istilah ini mengambil nama ekonom

Robert Giffen yang pertama kali mengemukakan kemungkinan pelanggaran hukum

permintaan tersebut). Dalam contoh kasus kita di atas, kentang merupakan barang Giffen.

Barang Giffen lazimnya adalah barang inferior, di mana efek pendapatan jauh lebih kuat

daripada efek substitusi. Oleh sebab itulah, kurva permintaanya melengkung ke atas.

Namun apakah barang Giffen itu benar-benar ada dalam kenyataan, para ekonom

berselisih pendapat. Sejumlah ahli sejarah mengatakan bahwa kentang benar-benar

merupakan barang Giffen selama berlangsungnya musibah kelaparan akibat paceklik

kentang di Irlandia pada abad kesembilan belas. Di sana kentang merupakan bahan

makanan pokok sehingga ketika harganya melonjak, maka hal itu memunculkan efek

pendapatan yang sangat besar. Masyarakat menanggapinya dengan menurunkan standar

Page 23: MAKALAH KURVA INDIFEREN

hidup mereka terutama dengan memangkas berbagai pembelian bahan makanan pokok

saja, yakni kentang. Jadi, dalam kasus tersebut kenaikan harga kentang justru

meningkatkan kuantitas permintaannya.

Terlepas dari benar atau tidaknya catatan sejarah tersebut, kita dapat mengatakan

secara aman bahwa barang Giffen itu memang langka. Teori pilihan konsumen tidak

menolak kemungkinan kurva permintaan melengkung ke atas. Namun karena kasusnya

sendiri sangat, maka hukum permintaan yang menyatakan kurva permintaan melengkung

ke bawah tetap berlaku seperti halnya teori-teori baku lainnya dalam ilmu ekonomi.

Gambar 12. KASUS BARANG GIFFEN. Dalam contoh ini, letika harga kentang meningkat, titik optimum bergeser dari tutuk C ke titik E. Dalam kasus ini, konsumen menanggapi kenaikan harga kentang justru dengan menambah pembelian kentang dan mengurangi pembelian daging.

Bagaimana Pengaruh Upah Terhadap Penawaran Tenaga Kerja?

Sampai sejauh ini kita baru menggunakan teori pilihan konsumen untuk

menganalisis keputusan seseorang dalam mengalokasikan pendapatannya dalam

pembelian dua jenis barang. Kita juga dapat menggunakan teori tersebut untuk

menganalisis bagaimana seseorang mengalokasikan waktunya untuk bekerja dan

bersantai.

Mari kita simak keputusan-keputusan yang harus diambil Sally, seorang

perancang perangkat lunak computer paruh waktu (freelance). Total waktu terjaga Sally

setiap minggunya adalah 100 jam. Ia menggunakan sebagian waktunya untuk bersantai

Page 24: MAKALAH KURVA INDIFEREN

bersepeda-keliling, menonton televisi, menyimak buku-buku ilmu ekonomi, dan

sebagainya. Sebagian waktunya harus disisihkan untuk bekerja mengembangkan

perangkat lunak komputer. Untuk setiap jam ia bekerja, Sally memperoleh imbalan $50,

yang ia gunakan mengkonsumsi barang-barang yang diperlukan atau diinginkannya.

Upah sebesar $50 per jam ini mencerminkan dilemma trade-off Sally, yakni antara

pilihan menghabiskan waktu untuk bersantai atau bekerja. Untuk Setiap jam bersantai

yang ia korbankan, ia memperoleh imbalan $50 yang dapat ia gunakan untuk konsumsi.

Gambar 13. KEPUTUSAN UNTUK BEKERJA. Gambar ini memperlihatkan kendala anggaran Sally dalam memutuskan berapa lama ia harus bekerja, kurva indiferen untuk konsumsi dan bersantai, serta titik optimumnya.

Gambar 13 memperlihatkan kendala anggaran Sally. Jika ia menghabiskan

seluruh 100 jam kerjanya untuk bersantai, maka ia tidak bisa mengkonsumsi apapun

karena tidak memperoleh penghasilan. Sedangkan jika ia menghabiskan seluruh

waktunya untuk bekerja, ia bisa mengkonsumsi senilai $5000 per minggu, namun ia akan

tertekan, karena tidak bisa bersantai. Jalan tengahnya, ia bisa berperilaku normal dengan

bekerja selama 40 jam per minggu sehingga ia memperoleh penghasilan sebanyak $2000

untuk berkonsumsi dan menikmati hal – hal yang disukainya selama 60 jam per

seminggu.

Gambar -13 menggunakan kurva indiferen yang melambangkan prefrensi Sally

dalam berkonsumsi dan bersantai. Di sini konsumsi dan bersantai merupakan dua

“barang” yang kombinasinya harus dipilih oleh Sally. Karena pada dasarnya Sally sama

seperti orang lain, yakni lebih suka bersantai dari pada bekerja, maka ia lebih menyukai

Page 25: MAKALAH KURVA INDIFEREN

kurva indiferen yang letaknya lebih tinggi. Dengan upah $50 per jam, Sally memilih

kombinasi konsumsi dan bersantai pada titik dengan label “optimum”. Inilah titik pada

garis kendala anggaran yang bersentuhan dengan kurva indiferen tertinggi, yakni kurva I2

.

Gambar 14. KASUS KENAIKAN UPAH. Dua panel pada gambar ini memperlihatkan bagaimana seseorang bereaksi terhadap kenaikan upah. Grafik sebelah kiri menunjukkan kendala anggaran si konsumen, BC1, dan kendala anggaran yang baru, BC2, seperti kombinasi optimal konsumsi dan bersantai. Sedangkan grafik sebelah kanan menunjukkan kurva – kurva pernawaran tenaga kerja yang terbentuk setelah upah meningkat. Karena jam bekerja sama dengan total jam yang tersedia di kurangi jam

Page 26: MAKALAH KURVA INDIFEREN

bersantai, maka setiap perubahan pada kegiatan bersantai akan menimbulkan efek sebaliknya terhadap kuantitas tenaga kerja yang ditawarkan. Pada panel (a), keika upah meningkat, konsumsi ikut meningkat sedangkan kegiatan bersantai berkurang, dan hal ini memunculkan kurva penawaran konsumsi dan kegiatan bersantai sama – sama meningkat sehingga memunculkan kurva penawaran tenaga kerja yang mengarah kearah bawah.

Sekarang perhatikan apa yang akan terjadi seandainya upah Sally naik dari $50

menjadi $60 per jam. Gambar 14 memperlihatkan dua kemungkinan. Dalam setiap kasus,

kendala anggaran yang disajikan pada panel sebelah kiri bergeser ke atas BC1 dan BC2.

Dalam proses pergeseran itu kendala anggaran tersebut menjadi curan (lebih tegak), dan

hal ini mencerminkan adanya perubahan harga relatif: pada tingkat upah yang lebih

tinggi, Sally memperoleh imbalan konsumsi lebih banyak dari setiap jam yang ia

korbankan untuk bersantai.

Lebih lanjut, tanggapan Sally (berkenaan dengan pembagian jam bekerja dan

bersantai) menentukan kurva penawaran tenaga kerjanya, karena setiap penambahan jam

bersantai langsung berakibat pada total jam kerja atau penawaran tenaga kerjanya. Dua

panel sebelah kanan pada gambar 14 menunjukkan variasi penawaran tenaga kerja sally

yang bertolak dari reaksinya terhadap kenaikan upah. Pada panel (a), kenaikan upah

mendorong Sally untuk mengurangi jam bersantai dan menambah kam bekerjanya

senhingga kurva penwarannya pun mengarah kedepan (menghadap sumbu vertikal dan

horizontal). Sedangkan pada panel (b), kenaikan upah membuat Sally mengurangi jam

bekerja dan menambah jam bersantai, sehingga kurva penawarannya pun menghadap “ke

belakang” (menghadap poros sumbu).

Sepintas lalu makna kurva penawaran yang menghadap ke belakang itu nampak

membingungkan. Bagaimana mungkin seseorang menanggapi kenaikan upahnya justru

mengurangi jam bekerja? Jawabannya dapat kita temukan kalau kita memilah efek

kenaikan upah itu menjadi dua, yakni efek pendapaatan dan efek substitusi.

Pertama – tam mari kita simak efek substisusinya. Ketika upah Sally meningkat,

kegiatan bersantai menjadi lebih mahal daripada konsumsi, dan hal ini mendorong Sally

untuk mensubstitusikan konsumsi dengan kegiatan bersantai (memperbesar konsumsi

yang lebih murah dengan mengurangi kegiatan bersantai). Dalam kalimat lain, efek

substitusi mendorong sally untuk bekerjalebih keras menanggapi kenaikan upahnya, dan

tindakan inilah yang membuat kurva penawaran tenaga kerjanya mengarah keatas.

Page 27: MAKALAH KURVA INDIFEREN

Sekarang mari kita lihat efek pendapatannya. Ketika upah Sally bertambah, ia

bergerak ke kurva indiferen yang lebih tinggi. Kini tingkat kesejahteraanya pun lebih

tinggi. Sepanjang konsumsi dan bersantai adalah barang – barang normal, maka Sally

cenderung memanfaatkan pendapatannya yang telah bertambah itu untuk meningkatkan

konsumsi (ini bisa dilakukan dengan sedikit mengurangi jam bekerja, karena upahnya

lebih besar sehingga dengan jam bekerja leih sedikit ia bisa memperoleh penghasilan

lebih besar) sekaligus menambah jam bersantai. Dalam kalimat lain, efek pendapatan

akan mendorong Sally untuk mengurangi jam bekerjanya, dan oleh karena itulah kurva

penawaran tenaga kerjanya menghadap ke belakang.

Teori ekonomi tidak memberikan prediksi yang pasti apakah kenaikan upah akan

mendorong Sally menambah atau mengurangi jam kerjanya. Kalau bagi Selly efek

substitusinya lebih kuat daripada efek pendapatan, Maka ia akan menambah jam

bekerjanya. Sebalikknya, jika ternyata efek pendapatan lebih besar dari pada efek

substitusi, maka ia akan mengurangi jam bekerjanya. Dengan demikian, kurva penawaran

tenaga kerjanya bisa menghadap ke depan, bisa pula ke belakang.

Bagaimana Pengaruh Suku Bunga Terhadap Tabungan Rumah Tangga?

Salah satu keputusan penting yang harus dibuat oleh setiap orang adalah

menentukan berapa bagian dari pendapatannta untuk konsumsi, dan berapa yang harus

ditabung untuk masa depan. Kita dapat menggunakan teori pilihan konsumen guna

menganalisis bagaimana orang – orang membuat keputusan tersebut, serta bagaiman

bagian penghasilan yang akan mereka tabung ditentukan oleh suku bunga yang berlaku.

Perhatikanlah perilaku yang harus diambil Sam, seorang pekerja yang mulai

memikirkan persiapan pensiun. Untuk menyederhanakan persoalan, kita bagi saja masa

hidup Sam menjadi 2 periode. Periode pertama adalah ketika Sam masih muda dan aktif

bekerja. Periode kedua, ia sudah tua dan menjalani pensiun. Ketika masih muda ia aktif

bekeja, total penghasilan Sam berjumlah $100000. Ia harus membagi penghasilan untuk

konsumsi saat ini dan konsumsi mendatang (tabungan). Pada saat sudah tua dan pensiun,

Sam akan mengkonsumsi uang yang ditabungnya, berikut hasil bunga yang ia peroleh

dari tabungan tersebut.

Page 28: MAKALAH KURVA INDIFEREN

Umpamakan saja suku bunga yang berlaku adalah 10 %. Maka setiap $1 yang

ditabung ketika Sam masih muda akan menjadi $1.10 pada saat ia tua kelak. Kita dapat

pula melihat “konsumsi ketika muda” dan “konsumsi ketika tua” sebagai barang yang

kombinasi konsumsinya harus dipilih oleh Sam. Suku bunga memberika pengaruh besar

terhadap pemilihan itu, karena suku bunga menentukan harga relatif atas kedua barang

tersebut

Gambar 15. Keputusan antara konsumen dan menabung. Gambar ini mempeelihatkan kendala anggaran bagi seseorang yang hendak memutuskan berapa banyak penghasilannya yang baru ditabung dan berapa untuk konsumsi selama dua periode hidupnya, kurva-kurva indiferen yang melambangkan preferensinya, serta titik optimum.

Gambar 15 memperlihatkan kendala anggaran Sam. Jika ia tidak menabung sama

sekali, maka ia menghabiskan seluruh $100000 uangnya untuk berkonsumsi pada saat ini

dan tidak akan dapat mengkonsumsi jika ia tua nanti. Jika ia menabung seluruh uang

penghasilannya, maka kalau ia masih hidup di masa tuanya nanti ia dapat berkonsumsi

sebanyak $110000. Kendala anggaran memperlihatkan kedua kemungkinan ini dan

berbagai kemungkinan diantaranya.

Gambar 15 menyajikan kurva – kurva indiferen yang menyimbolkan preferensi

Sam atas konsumsi saat ini dan konsumsi mendatang. Karena Sam menginginkan

konsumsi sebesar mungkin, baik saat ini maupun nanti, maka Sam lebih menyukai kurva

– kurva indiferen yang lebih tinggi. Bertolak dari preferensi ini, sam berusaha memilih

Page 29: MAKALAH KURVA INDIFEREN

kombinasi konsumsi saat ini dan mendatang yang optimal, atau titik pada kendala

anggarannya yang menyentuh kurva indiferen tertinggi. Pada titik optimum itu

dicontohkan Sam melakukan konsumsi saat ini senilai $50000 dan konsumsi mendatang

di masa tuanya (menabung) sebanyak $55000 (termasuk bunga).

Sekarang simaklah apa yang akan terjadi seandainya suku bunga mengalami

kenaikan dari 10 % menjadi 20 %. Gambar 16 memaparkan dua kemungkinan. Dalam

dua kemungkinan atau kasus tersebut, kendala anggaran Sam bergeser keatas dan

menjadi lebih curam atau lebih tegak. Berkat kenaikan suku bunga itu, konsumsi Sam

ketika tua akan bertambah untuk setiap dollar konsumsi ketika muda yang direlakannya.

Dua panel tersebut memperlihatkan preferensi Sam yang berbeda serta reaksinya

terhadap kenaikan suku bunga. Dalam kedua karus itu, konsumsi ketika tua meningkat.

Namun kenaikan atau penurunan konsumsi ketika muda tidak bisa dipastikan, dan dua

panel tersebut menyajikan duakemungkinan itu. Pada panel (a), Sam menanggapi kenikan

suku bunga dengan mengurangi konsumsi ketika muda serta meningkatkan tabungannya.

Sedangkan pada panel (b), Sam bereaksi terhadap kenaikan suku bunga dengan

meninngkatkan konsumsi ketika muda sehingga ia mengurangi bagian penghasilannya

yang ditabung.

Kasus yang di paparkan pada panel (b) meungkin terasa agak janggal. Bagaimana

mungkin Sam menanggapi kenaikan hasil atau keuntungan tanbungan justru dengan

mengurangi jumlah tabungannya. Sebenarnya ini tidaklah aneh. Kita dapat

memahaminya dengan memilah efek kenaikan suku bunga itu, yakni efek pendapatan dan

efek substitusinya.

Pertama – tama kita simak dahulu efek substitusinya. Ketika suku bunga

meningkat, konsumsi ketika tua menjadi lebih murah bila dibandingkan dengan konsumsi

ketika muda. Oleh sebab itu, efek substitusi tersebut mendorong Sam untuk menambah

konsumsi ketika tua dan mengurangi konsumsi ketika muda. Dalam kalimat lain, efek

subtitusi mendorong Sam menyisihkan lebih banyak uangnya untuk ditabung.

Page 30: MAKALAH KURVA INDIFEREN

Gambar 16 kasus kenaikan suku bunga. Pada kedua panel, kenaikan suku bunga menggeser kendala anggaran ke atas. Pada panel (a), konsumsi ketika muda menurun, sedangkan konsumsi ketika tua meningkat. Hasil akhirnya adalah Sam meningkatkan tabungannya. Selanjutnya pada panel (b), konsumsi ketika tua maupun konsumsi ketika muda sama-sama bertambah. Hasil akhirnya adalah Sam mengurangi bagian penghasilannya untuk di tabung.

Selanjutnya, kita simak efek pendapatannya. Ketika suku bunga meningkat, sam

berpindah ke kurva indeferen yang lebih tinggi. Kesejahteraan atau kepuasannya kini

lebih besar. Asalkan konsumsi ketika muda dan konsomsi ketika tua merupakan barang

normal, Sam pasti ingin menggunakan kenaikan kesejahteraaanya itu untuk mempebesar

konsumsi ketika muda maupun konsumsi ketika tua. Kenaikan suku bunga

memungkinkannya memperbesar konsumsi ketika muda, dan juga konsumsi ketika muda,

dan juga konsumsi ketika tua (karena tabungan yang lebih sedikit bisa membuahkan hasil

atau bunga lebih besar). Dalam kalimat lain, efek pendapatan mendorong Sam untuk

mengurangi tabungannya.

Selanjutnya, kemungkinan mana yang akan terjadi lagi-lagi tergantung mana yang

lebih kuat, efek pendapatan atau efek subtitusi. Jika pada suku bunga yang tinggi efek

subtitusinya lebih besar dibandingkan efek pendapatan, Sam akan meningkatkan

tabungannya. Sebalikknya jika efek pendapatanya lebih besar dibandingkan efek

Page 31: MAKALAH KURVA INDIFEREN

subtitusinya, Sam akan mengurangi tabungannya. Jadi, teori pilihan konsumen

mengatakan bahwa pengikatan suku bunga akan mendorong atau mengurangi tabungan

pada salah satu dari efek tersebut.

Ketidak pastian hasil akhir memang menarik jika ditinjau darin sudut teori

ekonomi. Tetapi jika dilihat dari sudut kebijakan ekonomi yang memang cenderung

menginginkan kepastian , hal tersebut mengecewakan.sebagai conto, pemerintahs sulit

merumuskan kebijakan perpajakan sempurna karena efek nyata suku bunga terhadap

tingkat tabungan tidak bisa dipastikan. Sejumlah ekonom menyarankan penurunan pajak

bunga tabungan dan deposito dan berbagai pendapatan investasi lainnya, karena mereka

yakin kebijakan itu akan memberikan hasil tabungan dan investasi lebih besar, sehingga

mendorong masyarakat untuk lebih banyak menabung. Namun ekonom lain menolak

gagasan ini karena mereka yakin mana yang akan muncul, apakah efek pendapatan atau

efek subtitusi, tidak dipastikan sehingga pajak tabungan dan investasi itu belum tentu

mendorong masyarakat untuk lebih rajin menabung. Sayangnya, sejauh ini berbagai

penelitian yang dilakukan belum dapat mencapai suatu konsensus tentang bagaimana

sebenarnya suku bunga mempengaruhi tingkat tabungan. Kondisi ini terus

berlangsungnya perselisihan pendapat di kalangan ekonom tentang kempuan kebijakan

perpajakan meningkatkan tabungan, atau justru menimbulkan hasil sebaliknya.

Mana Yang Lebih Disukai Kaum Miskin, Transfer Uang Tunai Atau Transfer

Rupa-Rupa

Paul adalah yang sangat miskin. Pendatannya begitu sedikit sehingga untuk

mencapai standar hidup yang layak saja ia sudah kesulitan. Pemerintah ingin

membantunya. Pemerintah memberinya bantuan pangan berupa kupon bahan makan

senilai $ 1000 atau langsung memberinya uang tunai $1000. Kebijakan manakah yang

baik., kebijakan kemiskian yang menyediakan transfer uang ( cast transfer), ataukah

kebikakan yang menyediakan transfer rupa-rupa ( inkind transfer)? Apakah bisa

disumbangkan oleh teori pilihan konsumen menjawab pertanyaan tersebut?

Page 32: MAKALAH KURVA INDIFEREN

Gambar 17. Transfer uang versus transfer rupa-rupa. Kedua panel in I membandingkan efek pemberian bantuan pangan dalam bentuk transfer uang dan transfer rupa-rupa. Pada panel (a), transfer rupa-rupa tidak memunculkan garis kendala anggaan yang terikat, dan apa pun bantuan yang diberikan oleh pemerintah, baik unag tunai maupun berupa kupon makanan, paul akan berada ada kurfa indeferen lebih tinggi yang sama. Selanjutnya pada panel (b), transfer rupaa-rupa memunculkan kendala anggaran yang terikat, sehingga paul harus puas berada pada kurva indeferen yang lebih rendah jika ia harus menerika transfer rupa-rupa ketimbang jika ia harus memeroleh transfer uang.

Page 33: MAKALAH KURVA INDIFEREN

Gambar 17 memaparkan bagaimana kedua kebijakan itu bekerja. Jika pemerintah

memberikan transfer uang kepada Paul, maka kendala anggaran Paul serta-merta

meningkat. Ia membagi uang itu untuk konsumsi makanan dan nonmakanandalam

komposisi yang disukainya. Namun jika ppemerintah member transfer rupa-rupa dalam

bentuk non uang, misalnya berupa kopun yang dapat ditukarkan dengan bahan secara

Cuma-Cuma, maka bentuk kendala anggaran paul menjadi lebih kompleks. Kendala

anggaran paul ini emang meningkat, mamun garisnya patah karena terikat sama makanan

senilai $1.000 . artinya, peningkatan anggaran itu hanya dapat dimanfaatkan paul untuk

meperoleh makanan lebih banyak, dan ia tidak bisa mengkonsumsi barang lain. Paul

memenga bisa mengkonsumsi barang lain denga uangnya sendiri. Dan peluang naik itu,

lebih besar karena ia tidak lagi harus membeli makanan. Hanya saja transfer rupa-rupa itu

seolah-olah memaksa paul untuk menghabiskan $1000 semata-mata untuk makan.

Tentang kebijakan mana yang lebih baik, hal itu masih ditentukan oleh proferendi

paul sendiri. Pada panel (a) , paul memang ingin mebeli makanan senilai paling kurang

$1000 sehingga kalaupun ia mendapat transfer uang ia akanmenghabiskaannya untuk

membeli makanan. Dalam kondisi seperti ini, transfer rupa-rupa bagi paul tidak

meninmbulkan anggaran terikat. Terlepas dari bentuk anggaran yang diberikan

pemerintah., konsumsi paul tidak meningkat dari kondisi A ke kondisi B. pilihan paul

bagi kombinasi konsumsi makanan dan konsumsi non makanan sama saja sehingga tidak

ada bedanya apakah pemerintah memberinya uang tunai atau kopon makanan.

Namun pada panel (b), ceritanya sama sekali berbeda. Dalam kasus ini, paul

sebenarnya tidak ingin membeli makanan hingga $1000, karena ia ingin mengkonsumsi

barang nonmakanan. Kalau ia memperoleh transfer uang, maka ia bisa mengatur

pemakaiannya sesuai dengan keperluan atau keinginannya. Jika ini terjadi, maka ia harus

membali makanan hingga $ 1000, dan ia tidak bisa mengkonsumsi barang lain sesuai

keinginnanya. Oleh sebab itu, ia hanya bisa berkonsumsi total di titik C, pangkal patahan

anggaran yang megikatnya pada sumbu. Transfer rupa-rupa mengakibatkan paul

berkonsumsi dalam komnbinasi yang tidak sesuai dengan keinginannya, sehingga

memaksa paul berada pada kurva indeferen yang lebih rendah (dibandingkan jika paul

menerima bantuan pemerintah dalam bentuk uang).

Page 34: MAKALAH KURVA INDIFEREN

Dengan demikian, teori pilihan konsumen mengajarkan sebuah pelajaran

sederhana tentang delima transfer uang versus transfer rupa-rupa. Jika transfer rupa-rupa

memaksa penerima bantuan mengkonsumsi suatu barang lebih banyak yang

diingikannya, maka kebijakan ini tidak sepatutnya ditembuh dan bantuan diberikan dalam

bentuk transfer uang. Tetepi jika pemberian transfer rupa-rupa ternyata tidak memaksa

untuk mengkonsumsi suatu barang lebih banyak daripada yang diingikannya maka

kebijakan memberikan transfer uang dan transfer rupa-rupa sama saja baiknya, karena

keduanya memenculkan efek sam terhadap konsumsi dan kesejahteraan penerima

bantuan.

Kesimpulan: Apakah Orang-Orang Mempunyai Pikiran Yang Sama?

Teori pilahan konsumen menjelaskan bagaimana orang-orang mebuat keputusan

berkenaan dengan konsumsi. Seperti baru saja kita lakukan, teori ini dapat diterapkan

secara luas. Teori ini dapat menjelaskan bagaimana memberikan kombinasi konsumsi

pepsi dan pizza, bekerja dan bersantai, berkonsumsi dan menabung, dan sebagainya.

Namun bisa jadi sampai disini anda masih belum yakin akan kegunaan teori

tersebut. Lagi pula, andapun seorang konsumen yang tentunya tahu bagaimana perilaku

konsumen. Setiap kali ketoko andalah yang memutuskan apa dan berapa yang hendak

anda beli, dan selama ini anda tentunya tidak pernah mendasarkan keputusan-keputusan

tersebut pada gambar anggaran dan kurfa indeferen. Apakah pengalaman anda selama ini

sebagai konsumen yang stiap hari membuat keputusan komsumsi memang sesuai dengan

apa yang dikemukakan oleh teori yang dikemukakan oleh teori pilihan konsumen

tersebut?

Jawaban ternyata tidak. Selain itu, teori pilihan consumen itu sendiri memang

tidak mencoba mebuat gambaran membuat keputusan orang-perorang. Teori ini adalah

model. Dan seperti telah kita singgung dalam bab 2 ( jilid 1), model memang tidak dapat

diharapkan sepenuhnya secara realities.

Cara terbaik yang dapat ia tempuh adalah memandang teori konsumen itu sebagai

sebuah metafora tentang bagaimana konsumen membuat keputusan. Tidak ada konsumen

(kecuali mungkin segelintir ekonom) yang benar-benar mendasarkan keputusan nya pada

perhitungan optimalisasi seperti yang disarankan oleh teori itu. Namun, tokoh para

Page 35: MAKALAH KURVA INDIFEREN

konsumen selalu menyadari bahwa pilihan-pilhan mereka dibatasi oleh sumber daya

finansialnya. Dan berdasarkan keputusan itu mereka berupaya mencapai tingkat kepuasan

yang setinggi-tingginya. Teori pilihan konsumen mencoba menguraikan proses

psikologis implicit demi memungkinkan dilakukannya analisis ekonom secara ekplisit.

Kita baru tahu sebuah kue itu enak kalau sudah mencicipinya. Demikian pula ,

kita baru tahu kegunaan teori pilihan konsumen kalau sudah menerapkannya. Pada bagian

terakhir dari bab ini kita sudah melakukan hal itu untuk manjawab empat pertanyaan

ekonomis praktis. Kalau anda mempelajari ilmu ekonomi secara lebih mendalam, maka

anda akan mengatahui bahwa teori ini merupakan kerangka dasar bagi analisis yang juah

lebih luas.

III. PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Garis kendala anggaran konsumen memperlihatkan berbagai kemungkinan kombinasi

konsumsi yang dapat diperoleh konsumen, sesua dengan harga barang-barang yang berlaku

serta banyak-sedikitnya pendapatan konsumen itu sendiri. Besaran kemiringan (slope) garis

kendala anggaran sama dengan harga relative dari barang-barang yang bersangkutan.

Kurva indeferen dari seorang konsumen pada intinya memperlihatkan preferensi si

konsumen yang bersangkutan. Sebuah kurva indeferen pada dasarnya memperlihatkan

berbagai kemungkinan kombinasi konsumen yang dapat memberikan kepuasan yang sama

besarnya bagi konsumen. Titik-titik yang terdapat pada sebuah kurva indeferen (masing-

masing melanbangkan kemungkian kombinasi konsumsi) yang terletak lebih tinggi lebih

Page 36: MAKALAH KURVA INDIFEREN

disukai daripada titik-titik pada kurva indeferen yang letaknya lebih rendah. Besarnya

kemiringan kurva indeferen pada setiap titik melambangkan suptitusi marjinal si konsumen,

atau tingkatan sejauh mana konsumen mau menukarkan suatu barang dengan barang lai.

Konsumen berusaha mencapai titik optimum dengan memilih salah satu titik pada

kendala anggarannya yang bersentuhan dengan kurva indeferen tertinggi. Pada titik tersebut,

besaran kurva kemiringan kurva indeferen (tingkat subtitusi marjinal antara barang-barang

yang bersangkutan) sama dengan besaran kemiringan garis kendala anggaran (harga relative

barang-barang tersebut).

Ketika harga suatu barang turun,dampaknya terhadap pilihan konsumen dapat dipilah

menjadi dua, yakni efek pendapatn dan efek subtitusi. Efek pendapatan adalah perubahan

konsumsi yang terjadi karena penurunan harga tersebut meningkatkan kesejateraan

konsumen. Adapun efek subtitusi adalah perupahan yang terjadi ketika perubahan harga itu

memungkinkan konsumen memperoleh lebih banyak barang yang harganya menjadi lebih

murah. Efek pendapatn memeperlihatkan sebagai gerakan dari kurva indeferen yang lebih

tinggi, sedangkan efek subtitusi ditunjukkan dengan gerakan di sepanjang kurva indeferen

yang sama kesuatu titik yang besaran sudutnya berbeda.

Teori pilhan konsumen dapat diterapkan ke berbagai situasi. Teori ini dapat

menjawab dan menjelaskan pertanyaan-pertanyaan seperti mengapa kurva permintaan bisa

mengarah ke atas, mengapa kenaikan upah tidak selalu meningkatkan penawaran tenaga

kerja atau mendorong sesorang bekerja lebih giat; mangapa kenaikan suku bunga juga tidak

selalu mendorong seseorang memperbesar tabungannya; dan mengapa kalangan miskin lebih

suka menerima bantuan dalam bentuk transfer uang dari pada bantuan dalam bentuk transfer

rupa-rupa.

DAFTAR PUSTAKA

Mankiw, N. Gregory. 1998. Pengantar Ekonomi (Jilid II). Jakarta : Erlangga.