kurva baja

20
Metode pengujian kuat uji beton Mencari pengujian baja Modulus young Cari gdung yg mnggunakan baja ( jembatan atau gedung ) Tugas STRUKTUR BAJA I RUDYANTO R. D111 08 341

Transcript of kurva baja

Page 1: kurva baja

Metode pengujian kuat uji beton

Mencari pengujian baja

Modulus young

Cari gdung yg mnggunakan baja ( jembatan atau gedung )

Tugas

STRUKTUR BAJA I

RUDYANTO R.D111 08 341

JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Page 2: kurva baja

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2010

Pengertian Baja

Baja adalah logam paduan dengan besi sebagai unsur dasar dan karbon sebagai unsur

paduan utamanya. Kandungan karbon dalam baja berkisar antara 0.2% hingga 2.1%

berat sesuai grade-nya. Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai unsur pengeras

dengan mencegah dislokasi bergeser pada kisi kristal (crystal lattice) atom besi. Unsur

paduan lain yang biasa ditambahkan selain karbon adalah mangan (manganese), krom

(chromium), vanadium, dan tungsten. Dengan memvariasikan kandungan karbon dan

unsur paduan lainnya, berbagai jenis kualitas baja bisa didapatkan. Penambahan

kandungan karbon pada baja dapat meningkatkan kekerasan (hardness) dan kekuatan

tariknya (tensile strength), namun di sisi lain membuatnya menjadi getas (brittle) serta

menurunkan keuletannya (ductility).

Klasifikasi baja

Berdasarkan komposisi

o Baja karbon

o Baja paduan rendah

o Baja tahan karat

Berdasarkan proses pembuatan

o Tanur baja terbuka

o Dapur listrik

Page 3: kurva baja

o Proses oksidasi dasar

Berdasarkan bentuk produk

o Pelat batangan

o Tabung

o Lembaran

o Pita

o Bentuk struktural

Berdasarkan struktur mikro

o Feritik

o Perlitik

o Martensitik

o Austenitik

Berdasarkan kegunaan dalam konstruksi

o Baja Struktural

o Baja Non-Struktural

Pembebanan batang secara aksial

Untuk memulai diskusi ini, kita ambil kasus paling sederhana dimana

sebatang logam dengan luas penampang konstan, dibebani melalui kedua ujungnya

dengan sepasang gaya linier dengan arah saling berlawanan yang berimpit pada sumbu

longitudinal batang dan bekerja melalui pusat penampang melintang masing-masing.

Untuk kesetimbangan statis besarnya gaya-gaya harus sama. Apabila gaya-gaya

diarahkan menjauhi batang, maka batang disebut di-tarik; jika gaya-gaya diarahkan pada

batang, disebut di-tekan. Kedua kondisi ini digambarkan pada Gb. 1-1.

Dibawah aksi pasangan gaya-gaya ini, hambatan internal terbentuk

didalam bahan dan karakteristiknya dapat dipelajari dari bidang potongan melintang

disepanjang batang tersebut. Bidang ini ditunjukkan sebagai a-a di Gb. 1-2(a). Jika untuk

tujuan analisis porsi batang disebelah kanan bidang dipindahkan, seperti pada Gb. 1-2(b),

maka ini harus digantikan dengan sesuatu untuk memberikan efek pada porsi sebelah kiri

tersebut. Dengan cara introduksi bidang potong ini, gaya-gaya internal awal sekarang

menjadi gaya eksternal terhadap porsi sisa batang. Untuk kesetimbangan pada porsi

sebelah kiri, efek ini harus berupa gaya horisontal dengan besar P. Namun demikian,

gaya P yang bekerja tegak-lurus (normal) pada penampang melintang a-a ini secara

aktual merupakan resultan distribusi gaya-gaya yang bekerja pada penampang melintang

dengan arah normal.

Disini sangat penting untuk membuat beberapa asumsi berkaitan dengan

variasi distribusi gaya-gaya, dan karena gaya P bekerja pada penampang melintang

Page 4: kurva baja

maka secara umum diasumsikan bahwa gaya-gaya tersebut adalah seragam diseluas

penampang.

Gb. 1-1 Gb. 1-2

Tegangan normal

Daripada berbicara tentang gaya internal yang bekerja pada beberapa

luasan elemen yang kecil, lebih baik, untuk tujuan perbandingan, kita memperlakukan

gaya normal yang bekerja pada suatu unit luasan pada penampang melintang. Intensitas

gaya normal per unit luasan disebut tegangan normal dan dinyatakan dalam unit gaya

per unit luasan, misalnya lb/in2, atau N/m2. Apabila gaya-gaya dikenakan pada ujung-

ujung batang sedemikian sehingga batang dalam kondisi tertarik, maka terjadi suatu

tegangan tarik pada batang; jika batang dalam kondisi tertekan maka terjadi tegangan

tekan. Perlu dicatat bahwa garis aksi dari gaya yang bekerja adalah melalui pusat setiap

bagian penampang melintang batang.

Spesimen tes

Pembebanan aksial seperti pada Gb. 1-2(a) sering terjadi pada problem

rancang bangun kerangka struktur dan mesin. Untuk mensimulasikan pembebanan ini di

laboratorium, suatu spesimen tes ditarik pada kedua ujungnya dengan mesin yang

digerakkan secara elektrik atau hidrolik. Kedua jenis mesin ini umum dipakai dalam tes

bahan di laboratorium.

Dalam usaha standardisasi cara pengujian bahan, American Society of

Testing Materials (ASTM) telah mengeluarkan spesifikasi yang sekarang telah umum

digunakan. Dua diantaranya akan kita jelaskan disini; satu untuk plat logam dengan tebal

lebih dari 4.76 mm (Gb. 1-3) dan satu untuk logam dengan diameter lebih dari 38 mm

(Gb. 1-4). Seperti terlihat dalam gambar, bagian tengah dari spesimen dibuat lebih kecil

daripada bagian ujungnya sehingga kerusakan atau keruntuhan (failure) tidak terjadi pada

bagian yang dipegang. Bagian pengecilan dibuat melingkar (rounded) untuk menghindari

terjadinya konsentrasi atau mengumpulnya tegangan pada bagian transisi diimensi

tersebut. Panjang standar dimana pertambahan panjang (elongation) diukur adalah 203

mm untuk spesimen seperti Gb. 1-3 dan 51 mm untuk spesimen seperti Gb. 1-4.

Pertambahan panjang diukur secara mekanik maupun optik

P

P

PP

P

PP

P

(a)

(b)

a

a

Tarik

Tekan

Page 5: kurva baja

(ekstensometer) atau dengan melekatkan suatu tipe tahanan elektrik yang biasa disebut

strain gage pada permukaan bahan. Tahanan strain gage berisi sejumlah kawat halus

yang dipasang pada arah aksial terhadap batang. Degan pertambahan panjang pada

batang maka tahanan listrik kawat-kawat akan berubah dan perubahan ini dideteksi pada

suatu jembatan Wheatstone dan diinterpretasikan sebagai perpanjangan.

Gb. 1-3 Gb. 1-4

Regangan normal

Kita misalkan suatu spesimen telah ditempatkan pada mesin tes tekan-

tarik dan gaya tarikan diberikan secara gradual pada ujung-ujungnya. Perpanjangan pada

gage dapat diukur seperti dijelaskan diatas untuk setiap kenaikan tertentu dari beban

aksial. Dari nilai-nilai ini, perpanjangan per unit panjang yang biasa disebut regangan

normal dan diberi simbol dengan ε, dapat diperoleh dengan membagi total pertambahan

panjang ∆l dengan panjang gage L, yaitu

Regangan biasanya dinyatakan meter per meter sehingga secara efektif tidak berdimensi.

Kurva tegangan-regangan

Sebagaimana beban aksial yang bertambah bertahap, pertambahan

panjang terhadap panjang gage diukur pada setiap pertambahan beban dan ini dilanjukan

sampai terjadi kerusakan (fracture) pada spesimen. Dengan mengetahui luas penampang

awal spesimen, maka tegangan normal, yang dinyatakan dengan σ, dapat diperoleh untuk

setiap nilai beban aksial dengan menggunakan hubungan

203 mm 51 mm

σ σ σ

ε ε εO O O

P

P

PY

UB

●●

Page 6: kurva baja

Gb. 1-5 Gb. 1-6 Gb. 1-7

Gb. 1-8 Gb. 1-9

dimana P menyatakan beban aksial dalam Newton dan A menyatakan luas penampang

awal (m2). Dengan memasangkan pasangan nilai tegangan normal σ dan regangan

normal ε, data percobaan dapat digambarkan dengan memperlakunan kuantitas-kuantitas

ini sebagai absis dan ordinat. Gambar yang diperoleh adalah diagram atau kurva

tegangan-regangan. Kurva tegangan-regangan mempunyai bentuk yang berbeda-beda

tergantung dari bahannya. Gambar 1-5 adalah kurva tegangan regangan untuk baja

karbon-medium, Gb. 1-6 untuk baja campuran, dan Gb. 1-7 untuk baja karbon-tinggi

dengan campuran bahan nonferrous. Untuk campuran nonferrous dengan besi kasar

diagramnya ditunjukkan pada Gb. 1-8, sementara untuk karet ditunjukkan pada Gb. 1-9.

Bahan liat (ductile) dan bahan rapuh (brittle)

Bahan-bahan logam biasanya diklasifikasikan sebagai bahan liat (ductile)

atau bahan rapuh (brittle). Bahan liat mempunyai gaya regangan (tensile strain) relatif

besar sampai dengan titik kerusakan (misal baja atau aluminium) sedangkan bahan rapuh

mempunyai gaya regangan yang relatif kecil sampai dengan titik yang sama. Batas

regangan 0.05 sering dipakai untuk garis pemisah diantara kedua klas bahan ini. Besi cor

dan beton merupakan contoh bahan rapuh.

Hukum Hooke

Untuk bahan-bahan yang mempunyai kurva tegangan-regangan dengan

bentuk seperti Gb. 1-5, 1-6, dan 1-7, dapat dibuktikan bahwa hubungan tegangan-

regangan untuk nilai regangan yang cukup kecil adalah linier. Hubungan linier antara

pertambahan panjang dan gaya aksial yang menyebabkannya pertama kali dinyatakan

oleh Robert Hooke pada 1678 yang kemudian disebut Hukum Hooke. Hukum ini

menyatakan

σ σ

ε εO O

Y●

ε1 O’

Page 7: kurva baja

dimana E menyatakan kemiringan (slope) garis lurus OP pada kurva-kurva Gb. 1-5, 1-6

dan 1-7.

Modulus elastisitas

Kuantitas E, yaitu rasio unit tegangan terhadap unit regangan, adalah

modulus elastisitas bahan, atau, sering disebut Modulus Young. Nilai E untuk berbagai

bahan disajikan pada Tabel 1-1. Karena unit regangan ε merupakan bilangan tanpa

dimensi (rasio dua satuan panjang), maka E mempunyai satuan yang sama dengan

tegangan yaitu N/m2. Untk banyak bahan-bahan teknik, modulus elastisitas dalam

tekanan mendekati sama dengan modulus elastisitas dalam tarikan. Perlu dicatat bahwa

perilaku bahan dibawah pembebanan yang akan kita diskusikan dalam buku ini dibatasi

hanya pada daerah kurva tegangan regangan.

SIFAT-SIFAT MEKANIS BAHAN

Kurva tegangan-regangan yang ditunjukkan pada Gb. 1-5 dapat

digunakan untuk mencirikan beberapa karakteristik tegangan bahan. Diantaranya:

Batas proporsi (proportional limit)

Ordinat titik P disebut sebagai batas proporsi, yaitu tegangan maksimum

yang terjadi selama tes tarikan sedemikian sehingga tegangan merupakan fungsi linier

dari regangan. Untuk bahan yang kurva tegangan regangannya menyerupai Gb. 1-8

maka tidak memiliki batas proporsi

Tabel 1-1. Sifat-sifat bahan teknik pada 20°C

Bahan Berat spesifikKN/m3

Modulus YoungGpa

Tegangan maksimum

kPa

Koefisien ekspansi10e-6/°C

Rasio Poisson

I. Metal dalam bentuk papan, batang atau blokAluminium campuranKuninganTembagaNikelBajaTitanium campuran

278487877744

70-7996-110

112-120210

195-210105-210

310-550300-590230-380310-760

550-1400900-970

2320171312

8-10

0.330.340.330.310.300.33

II. Non-metal dalam bentuk papan, batang atau blokBetonKaca

2426

2548-83

24-8170

115-11 0.23

III. Bahan dengan filamen (diameter < 0.025 mm)Aluminium oksidaBarium carbide

3825

690-2410450

13800-276006900

Page 8: kurva baja

KacaGrafit 22

345980

7000-2000020000

IV. Bahan komposit (campuran)Boron epoksiKaca-S diperkuat epoksi

1921

21066.2

13651900

4.5

Batas elastis (elastic limit)

Ordinat suatu titik yang hampir berimpitan dengan titik P diketahui sebagai

batas elastis, yaitu tegangan maksimum yang terjadi selama tes tarikan sedemikian

sehingga tidak terjadi perubahan bentuk atau deformasi maupun residu permanen ketika

pembebanan dipindahkan. Untuk kebanyakan bahan nilai batas elastis dan batas proporsi

adalah hampir sama dan sering digunakan sebagai istilah yang saling menggantikan.

Pada kasus-kasus dimana pemisahan diantara dua nilai ditemukan, nilai batas elastis

selalu sedikit lebih besar daripada batas proporsi.

Selang elastis dan plastis (elastic and plastic ranges)

Daerah atau rentang kurva tegangan-regangan yang ditarik dari origin

sampai batas proporsi disebut selang elastis; sedang rentang kurva tegangan regangan

yang ditarik dari batas proporsi sampai titik runtuh (point of rupture) disebut selang

pastis.

Titik lelah (yield point)

Ordinat titik Y pada Gb. 1-5, yang dinyatakan dengan σyp, dimana terjadi

peningkatan atau pertambahan regangan tanpa adanya penambahan tegangan disebut

sebagai titik lelah dari bahan. Setelah pembebanan mencapai titik Y, maka dikatakan

terjadi kelelahan. Pada beberapa bahan terdapat dua titik pada kurva tegangan-regangan

dimana terjadi peningkatan regangan tanpa perubahan tegangan. Masing-masing disebut

titik lelah atas dan titik lelah bawah.

Tegangan maksimum (ultimate strength, tensile strength)

Ordinat titik U pada Gb. 1-5, ordinat maksimum pada kurva, diketahui

sebagai tegangan maksimum atau tegangan puncak dari bahan.

Tegangan putus (breaking strength)

Ordinat pada titik B pada Gb. 1-5 disebut tegangan putus dari bahan.

Modulus kekenyalan, keuletan (modulus of resilence)

Page 9: kurva baja

Kerja yang dilakukan suatu unit volume bahan, seperti misalnya gaya

tarikan yang dinaikkan secara bertahap dari nol sampai suatu nilai dimana batas

proporsional bahan dicapai, disebut sebagai batas kekenyalan. Ini dapat dihitung sebagai

luasan dibawah kurva tegangan regangan dari titik origin sampai batas proporsional dan

digambarkan dengan daerah yang diarsir pada Gb. 1-5. Satuan untuk kuantitas ini adalah

N.m/m3. Dengan demikian, modulus kekenyalan adalah kemampuan bahan menyerap

energi pada selang elastisnya.

Modulus kekerasan (modulus of toughness)

Kerja yang dilakukan suatu unit volume bahan, seperti misalnya gaya

tarikan yang dinaikkan dari nol sampai suatu nilai yang menyebabkan keruntuhan

didefinisikan sebagai modulus kekerasan. Ini dapat dihitung sebagai luasan dibawah

kurva tegangan-regangan dari origin sampai titik keruntuhan. Kekerasan bahan adalah

kemampuan untuk menyerap energi pada selang plastis dari bahan.

Persentase pengurangan luasan-penampang

Penurunan luasan-penampang dari luasan awal pada bagian patah dibagi

dengan luasan awalnya dikalikan dengan seratus didefinisikan sebagai persentase

pengurangan luasan-penampang. Perlu dicatat bahwa ketika gaya tarikan bekerja pada

suatu batang, luas penampangnya berkurang, tetapi perhitungan untuk tegangan normal

biasanya dibuat pada basis luasan awal. Kasus ini ditunjukkan pada Gb. 1-5. Ketika

regangan menjadi semakin besar maka sangat penting untuk memperhatikan nilai luasan

penampang melintangnya, dan kalau ini dilakukan maka akan diperoleh kurva tegangan

regangan yang benar. Kurva demikian ditunjukkan oleh garis putus-putus pada Gb. 1-5.

Persentase pertambahan panjang (elongation)

Persentase pertambahan panjang didefiniskan sebagai pertambahan

panjang setelah patah dibagi dengan panjang awal dan dikalikan dengan seratus. Baik

persentasi pengurangan luasan-penampang dan pertambahan panjang merupakan

ukuran keuletan atau ductility bahan.

Tegangan kerja (working stress)

Karakteristik-karakteristik kekuatan yang telah didiskusikan diatas dapat

digunakan untuk memilih tegangan kerja. Sering suatu tegangan ditentukan hanya

dengan membagi salah satu dari tegangan luluh atau tegangan puncak dengan suatu

bilangan yang disebut faktor keselamatan. Pemilihan faktor keselamatan didasarkan

pada keputusan perancang dan berdasarkan pengalaman. Faktor keselamatan spesifik

Page 10: kurva baja

kadang-kadang ditentukan dengan kode-kode rancangbangun.

Kurva tegangan-regangan non-linier bahan rapuh, seperti ditunjukkan Gb.

1-8, memberikan karakteristik beberapa ukuran kekuatan yang lain yang tidak dapat

ditunjukkan oleh kurva tegangan-regangan linier. Beberapa karakteristik ukuran tersebut

adalah:

Kekuatan lelah (yield strength), sisa regangan

Ordinat pada kurva tegangan-regangan dimana bahan mengalami

perubahan bentuk atau deformasi yang tetap ketika pembebanan dipindahkan disebut

kekuatan atau tegangan lelah bahan. Perubahan bentuk tetap disini biasanya diambil

sekitar 0.0035 mm/mm. Pada Gb. 1-8 perubahan bentuk ε1 ditunjukkan pada sumbu

regangan dan garis O’Y digambarkan sejajar dengan tangen awal kurva dari titik origin.

Ordinat Y menunjukkan kekuatan lelah bahan, disebut juga bukti tegangan (proof stress).

Modulus tangen

Laju perubahan tegangan terhadap perubahan regangan disebut modulus

tangen bahan. Ini sebenarnya merupakan bentuk modulus sesaat (instantaneous) dan

dinyatakan dengan Et = dσ/dε.

Koefisien ekspansi linier.

Koefisien ekspansi linier didefinisikan sebagai perubahan panjang per unit

panjang suatu batang lurus karena perubahan suhu sebesar 1 derajat dan biasanya

dinyatakan dengan α. Nilai koefisien ini adalah independen terhadap unit panjang tetapi

tergantung pada skala suhu yang digunakan. Sebagai contoh, dari Tabel 1-1 koefisien

untuk baja adalah 6.5 × 10-6/°F tetapi 12 × 10-6/°C. Perubahan suhu pada bahan

mengakibatkan kenaikan tegangan internal, seperti yang diberikan karena pembebanan.

Rasio Poisson

Ketika suatu batang dikenai pembebanan tarik sederhana maka terjadi

penambahan panjang batang pada arah pembebanan, tetapi terjadi pengurangan dimensi

lateral tegaklurus terhadap pembebanan. Rasio regangan pada arah lateral terhadap arah

aksial didefinisikan sebagai rasio Poisson (Poisson’s ratio). Dalam buku ini dilambangkan

dengan μ. Pada kebanyakan logam μ mempunyai nilai antara 0.25 sampai 0.35.

Bentuk umum hukum Hooke

Bentuk sederhana hukum Hooke telah diberikan untuk tarikan aksial

ketika pembebanan adalah sejajar dengan sumbu batang, biasa disebut pembebanan

satu arah, uniaksial. Disini hanya deformasi pada arah pembebanan yang diperhatikan,

Page 11: kurva baja

dan diformulasikan dengan

Untuk kasus yang lebih umum suatu elemen bahan dikenai tiga tegangan

normal yang saling tegaklurus σx, σy, σz, yang masing-masing diikuti dengan regangan εx,

εy, εz. Dengan mempertimbangkan komponen-komponen regangan yang terjadi karena

kontraksi lateral karena efek Poisson pada regangan langsung maka kita peroleh

pernyataan hukum Hooke berikut:

Kekuatan spesifik

Kuantitas ini didefinisikan sebagai rasio tegangan maksimum terhadap

berat spesifik, yaitu berat per unit volume. Dengan demikian kita peroleh satuan

sehingga kekuatan spesifik bahan mempunyai satuan panjang. Parameter ini sangat

bermanfaat untuk perbandingan efisiensi bahan.

Modulus spesifik

Modulus spesifik didefinisikan sebagai perbandingan modulus Young

terhadap berat spesifik bahan. Kuantitas ini juga mempunyai satuan panjang.

KLASIFIKASI BAHAN

Sampai saat ini, diskusi kita adalah didasarkan pada asumsi bahwa bahan

mempunyai dua karakteristik, yaitu:

Homogen, yaitu mempunyai sifat elastis (E, μ) yang sama pada keseluruhan titik

pada bahan.

Isotropis, yaitu mempunyai sifat elastis yang sama pada semua arah pada setiap titik

dalam bahan.

Tidak semua bahan mempunyai sifat isotropis. Apabila suatu bahan tidak

memiliki suatu sifat simetri elastik maka bahan tersebut disebut anisotropis, atau kadang-

kadang aeolotropis. Disamping memiliki dua konstanta elastis (E, μ) seperti pada bahan

isotropis, bahan anisotropis mempunyai 21 konstanta elastis yang lain. Jika bahan

mempunyai tiga bidang yang saling tegaklurus dengan masing-masing mempunyai simetri

elastis maka bahan dikatakan orthotropis. Jumlah konstanta independen dalam hal ini

adalah sembilan. Bahan komposit yang diperkuat dengan filamen didalamnya (Gb. 1-10)

merupakan contoh dari bahan anisotropis.

Page 12: kurva baja

Gb. 1-10. (a) batang epoksi diperkuat dengan filamen satu arah; (b) plat epoksi diperkuat dengan filamen dua arah

Strain hardening

Pekerjaan pengerasan, juga dikenal sebagai pengerasan regangan, adalah penguatan dari logam dengan deformasi plastik. Penguatan ini terjadi karena gerakan dislokasi dalam struktur kristal material [1] Setiap material dengan titik leleh cukup tinggi seperti logam dan paduan dapat diperkuat dalam mode [rujukan?].. Paduan tidak bisa menerima perlakuan panas, termasuk baja karbon rendah, sering kerja keras. Beberapa bahan tidak dapat bekerja-keras pada suhu kamar normal, seperti indium, [rujukan?] Namun lain hanya dapat diperkuat melalui pengerasan pekerjaan, seperti tembaga murni dan aluminium. [2]

Pekerjaan pengerasan mungkin diinginkan atau tidak diinginkan tergantung pada konteksnya. Contoh pengerasan kerja yang tidak diinginkan adalah selama mesin ketika melewati awal dari sebuah pemotong sengaja bekerja-mengeraskan permukaan benda kerja, menyebabkan kerusakan cutter selama melewati nanti. Contoh pengerasan pekerjaan yang diinginkan adalah yang terjadi dalam proses pengerjaan logam yang sengaja menimbulkan deformasi plastik untuk perubahan bentuk yang tepat. Proses ini dikenal sebagai pengerjaan dingin atau proses pembentukan dingin. Mereka dicirikan dengan membentuk benda kerja pada suhu di bawah temperatur rekristalisasi, biasanya pada suhu ambien [3] Dingin teknik pembentukan biasanya digolongkan ke dalam empat

FilamenFilamen

(a) (b)

Page 13: kurva baja

kelompok utama:. Memeras, membungkuk, menggambar.

Elastis dan deformasi plastik Artikel utama: deformasi Plastik dalam padatan

pengerasan kerja merupakan konsekuensi dari deformasi plastik, perubahan permanen dalam bentuk. Hal ini berbeda dari deformasi elastis, yang reversibel. Kebanyakan material tidak menunjukkan hanya satu atau yang lain, melainkan kombinasi dari keduanya. Pembahasan berikut ini terutama berlaku untuk logam, terutama baja, yang dipelajari dengan baik. Pekerjaan pengerasan terjadi terutama untuk bahan ulet seperti logam. Daktilitas adalah kemampuan suatu material untuk menjalani deformasi plastik besar sebelum fraktur (misalnya, membengkokkan batang baja sampai akhirnya istirahat).

Uji tarik secara luas digunakan untuk mempelajari mekanisme deformasi. Hal ini karena di bawah kompresi, bahan yang paling akan mengalami sepele (mismatch kisi) dan non-sepele (buckling) peristiwa sebelum deformasi plastik atau fraktur terjadi. Oleh karena itu proses intermediate yang terjadi pada bahan di bawah kompresi uniaksial sebelum kejadian deformasi plastis membuat pengujian tekan penuh dengan kesulitan.

bahan Sebuah umumnya mengalami deformasi elastis jika berada di bawah pengaruh kekuatan yang kecil, yang memungkinkan bahan untuk siap kembali ke bentuk semula ketika gaya deformasi dihapus. Fenomena ini disebut deformasi elastis. Perilaku material digambarkan dengan Undang-undang Hooke. Bahan berperilaku elastis sampai meningkatkan gaya deformasi yang melebihi batas elastis, juga dikenal sebagai tegangan luluh. Pada titik ini, bahan yang diberikan cacat permanen dan gagal untuk kembali ke bentuk semula ketika gaya adalah dihapus. Fenomena ini disebut deformasi plastik. Misalnya, jika satu membentang gulungan air sampai titik tertentu, ia akan kembali ke bentuk aslinya, tapi setelah itu ditarik melebihi batas elastis, maka akan tetap cacat dan tidak akan kembali ke keadaan semula.

deformasi elastis membentang obligasi atom dalam materi jauh dari radius keseimbangan mereka pemisahan suatu obligasi, tanpa menerapkan energi yang cukup untuk melepaskan ikatan antar-atom. deformasi plastik, di sisi lain, istirahat obligasi antar-atom, dan melibatkan penyusunan kembali atom dalam bahan padat.

BAJA

PENGUJIAN BAJA – BAJA TULANG.

Sesuai dengan PBI 71 N I .2 pasal 3.7 maka setiap baja tulangan maupun baja

yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik baja ,yang terkenal dapat dipakai. Pada

umumnya setiap pabrik baja tulangan mempunyai standard mutu dan jenis baja

sesuai dengan yang berlaku di negara yang bersangkutan. Pada umumnya baja

tulangan yang terdapat di pasaran Indonesia dapat dibagi dalam mutu,lihat

tabMutu Sebutan Tegangan leleh karakteristik atau tegangan

karakteristik yang memberikan regangan tetap 0,2 %

U-22

U-24

Page 14: kurva baja

U-32

U-39

U-48 Baja lnk

Baja lnk

Baja Sdg

Baja Krs

Baja Krs 2200

2400

3200

3900

4800

Keterangan:

Yang dimaksud dengan tegangan leleh karakteristik dan tegangan karakteristik

yang memberikan regangan 0,2% adalah tegangan yang bersangkutan ,dimana

dari sejumlah besar hasil-hasil pemeriksaan kemungkinan adanya tegangan yang

kurang dari tegangan tersebut ,terbatas sampai 5 % saja.

Apabila baja tulangan dengan mutu yang meragukan (yang dikeluarkan oleh

pabrik yang kurang dikenal), maka baja tulangan tersebut harus diperiksa oleh

lembaga pemeriksaan bahan yang telah diakui.

Baja Tulangan Ada dua Jenis, Yaitu:

1. Baja tulangan polos (BJTP)

2. Baja tulangan deform (BJTD), yaitu baja tulangan yang diprofilkan.

Page 15: kurva baja

Pengujian Tarik Baja Tulangan.

Pengujian Tarik Baja Tulangan adalah suatu pengujian yang bertujuan untuk

mencari nilai-nilai tegangan leleh, tegangan maksimum, regangan leleh, regangan

maksimum , modulud elastisitas baja tulangan.

Dari hasli pengujian tersebut akan diketahui kekuatan dan mutu dari baja tulangan

tersebut.

Pengujian Lengkung

Percobaan lengkung adalah pengujian mekanis secara statis dengan maksud

untuk mengetahui sifat mampu lengkung dari logam yang digunakan sebagai

bahan uji.

Pengujian Pukulan (impact Loading Test).

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui sifat bahan logam yang

mengalami beban bentur atau kejut pada berbagai temperatur.