Laporan FL Home Visit
-
Upload
risnu-ardian-witjaksana -
Category
Documents
-
view
34 -
download
8
description
Transcript of Laporan FL Home Visit
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor kesehatan di Indonesia masih memerlukan perhatian yang serius karena
berbagai permasalahan, seperti angka kematian bayi yang tinggi (34 per 1000 kelahiran
hidup), angka kematian ibu melahirkan yang tinggi (228 per 100.000 jiwa), angka
harapan hidup yang rendah (6,9 pertahun), tingginya angka rata-rata prevalensi malnutrisi
dan penyakit menular, serta diperburuk dengan isu-isu terkait rendahnya kualitas
pelayanan kesehatan masyarakat dan peningkatan biaya obat yang tidak terkontrol.
Menurut WHO (2003) untuk meningkatkan status kesehatan dan mencapai
Millenium Developmet Goals (MDGs) adalah dengan memperkuat sistem pelayanan
kesehatan primer. Perlu adanya integrasi dari Community Oriented Medical education
(COME) ke Family Oriented Medical Educational (FOME), salah satu cara yang
ditempuh adalah dengan melaksanakan pelayanan kedokteran keluarga
(Suriyasa et al., 2010).
Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang
memusatkan pelayanan kepada keluarga sebagai suatu unit, dimana tanggung jawab
dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis
kelamin pasien juga tidak boleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu
(Wahyuni, 2003). Pelayanan kedokteran keluarga juga melaksanakan pelayanan
kesehatan holistik yang meliputi usaha promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
dengan pendekatan keluarga. Dengan adanya prinsip utama pelayanan dokter keluarga
secara holistik tersebut, perlulah diketahui berbagai latar belakang pasien yang menjadi
tanggungannya, serta dapat selalu menjaga kesinambungan pelayanan kedokteran yang
dibutuhkan oleh pasien tersebut. Untuk dapat melaksanakan pelayanan kedokteran
keluarga dengan baik, kunjungan rumah (home visit) serta perawatan pasien di rumah
(home care) terhadap keluarga yang membutuhkan merupakan aspek yang mempunyai
peranan penting (Suriyasa et al., 2010).
Karena pengetahuan tentang latar belakang pasien serta terwujudnya pelayanan
kedokteran menyuluruh dinilai merupakan kunci pokok keberhasilan pelayanan dokter
1
keluarga, maka kewajiban setiap dokter untuk dapat memahami serta terampil melakukan
kunjungan dan perawatan pasien di rumah tersebut.
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa mampu melakukan
kunjungan rumah (home visit) sebagai pelayanan kesehatan keluarga. Adapun learning
outcome pembelajaran ini adalah diharap mahasiswa :
1. Menjelaskan dasar-dasar kunjungan rumah (home visit) dalam kedokteran keluarga.
2. Melakukan tahapan-tahapan dan prosedur kegiatan kunjungan rumah (home visit)
dalam pelayanan kedokteran keluarga.
3. Mengidentifikasi permasalahan kesehatan keluarga berdasarkan fungsi keluarga dan
menyusun usulan penatalaksaannya secara holistik dan komprehensif.
2
BAB II
KEGIATAN YANG DILAKUKAN
Kegiatan laboratorium lapangan (Field Lab) kelompok kami pada blok kedokteran
komunitas kali ini dengan topik home visit di Puskesmas Juwiring Klaten, dilaksanakan
selama 3 minggu.
Sebelumnya kami melakukan survei lapangan terlebih dahulu ke Puksesmas Juwiring
Klaten pada tanggal 22 Oktober 2015 dan berkoordinasi dengan pihak puskesmas berkaitan
dengan kegiatan yang akan kami lakukan dan teknis pelaksanaanya.
Kegiatan minggu pertama tanggal 29 Oktober 2015 dimulai pukul 08.00 WIB.
Mahasiswa mendapat pengarahan tentang pelaksanaan home visit di Puskesmas Juwiring dan
pembekalan materi dari pihak puskesmas. Kami diarahkan untuk memilih topik home visit
yang akan kami kunjungi untuk di wawancara minggu berikutnya.
Kegiatan minggu kedua pada tanggal 5 November 2015. Home visit yang kami
kunjungi letaknya tidak jauh dari Puskesmas Juwiring yaitu desa Karangpandan. Home visit
ini dilaksanakan di salah satu rumah warga disana. Kegiatan yang dilaksanakan di sana antara
lain: tanya jawab tentang kehidupan ibu S termasuk identitas, riwayat yang dialami, denah
rumah, dsb.
Kelompok kami berpartisipasi dalam kegiatan home visit, dimana kami aktif bertanya
kepada ibu S. Beliau sangat terbuka sehingga wawancara home visit kami berjalan dengan
lancar dan mendapat banyak informasi tentang riwayat medis, riwayat penyakit keluarga,
riwayat kebiasaan dari ibu S.
Kegiatan minggu ketiga dilaksanakan pada tanggal 12 November 2015. Kami akan
melakukan presentasi tentang kegiatan yang kami lakukan serta mengumpulkan laporan
kegiatan yang kami lakukan selama Field Lab di Puskesmas Juwiring Klaten.
3
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kegiatan home visit ini, kelompok kami mengunjungi pasien yang menderita Diabetes
Melitus. Kami melakukan anamnesis untuk mendapatkan informasi mengenai penyakit yang
diderita pasien serta keadaan biopsikososialnya.
A. Karakteristik Demografis Keluarga
No Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Penderita
Klinik
Ket
1 Warto Kepala
Keluarga
L 43 SMA Karyawan
Toko
-
2 S Istri P 37 SMP Penjahit DM
3 Dinda Anak P 3 - - -
B. Identitas penderita
Nama : S
Umur : 37 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Penjahit
Alamat : Desa Juwiring, Karangpandan
Status pernikahan : Sudah menikah
Tanggal Kunjungan : 5 November 2015
C. Penetapan Masalah Pasien
1. Riwayat Medis
Berdasarkan anamnesis yang dilakukan diketahui bahwa Ibu S merupakan
pasien Diabetes Melitus terkontrol. Ibu S dengan status parietas G3P1A2
mengalami Diabetes sejak setelah partus ketiga. Saat dilakukan Home Visit,
keadaan pasien dalam batasan normal dan tidak didapatkan keluhan berarti dari
pasien. Kadar gula darah pasien saat terakhir diperiksa yaitu 100 mg/dl.
Dari anamnesis diketahui bahwa pasien memiliki riwayat opname karena
mengalami syok hiperglikemik dengan gejala pusing, tidak enak badan, dan
keringat dingin. Riwayat parietas diketahui pasien pernah mengalami keguguran
4
dua kali dan pernah mengalami infeksi toksoplasma yang terdeteksi setelah
keguguran kedua. Sebelum kehamilan ketiga, pasien telah dinyatakan negatif
toksoplasma. Proses partus ketiga melalui operasi sectio caesarea dikarenakan Ibu
S mengalami pecah ketuban dini saat kehamilan baru menginjak usia 35 minggu 6
hari. Setelah operasi, pasien mengalami kenaikan kadar gula darah, eklampsia,
gagal napas, gagal ginjal, oedem paru dan kedua ekstremitas bawah serta sempat
mengalami koma selama 11 hari.
2. Riwayat penyakit keluarga
Dari hasil anamnesis diketahui bahwa ayah dan saudara dari Ibu S memiliki
riwayat hipertensi.
3. Riwayat kebiasaan
Pasien tidak memiliki riwayat kebiasaan yang kurang baik sebelum terkena
Diabetes Melitus, atau dengan kata lain pasien menjaga pola makan dan
aktivitasnya dengan baik. Setelah didiagnosis mengalami Diabetes Melitus, pasien
rajin memeriksakan diri setiap 3 bulan sekali dan kontrol gula darah setiap 1 bulan
sekali. Pasien juga menjaga aktivitasnya dengan rajin jalan-jalan sehat di pagi hari.
4. Riwayat sosial ekonomi
Kondisi ekonomi pasien tergolong cukup, karena kepala keluarga memiliki mata
pencaharian dan ditambah penghasilan dari usaha wiraswasta Ibu S sehingga
mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Pada saat melahirkan, Ibu S
memanfaatkan asuransi Jampersal dan saat ini keluarganya sudah mempunyai
BPJS masing-masing.
5. Riwayat gizi
Status gizi pasien pada saat dilakukan home visit terkesan normal. Dari wawancara
diketahui bahwa semenjak mengalami Diabetes Melitus pasien menjaga pola
makannya dengan mengkonsumsi nasi hanya dua kali sehari saat pagi dan siang,
serta mengkonsumsi buah saat malam hari. Pasien juga mengurangi konsumsi
makanan dan minuman yang mengandung gula. Namun, Ibu S masih
menggunakan gula saat memasak untuk keluarganya.
6. Diagnostik holistik
Keadaaan psikologis pasien dalam kondisi yang baik, tidak terdapat tanda-tanda
gangguan psikologis. Dukungan dari suami, tetangga, dan kader dari puskesmas
sangat membantu dalam mengontrol konsumsi obat dan perawatan kesehatan
5
pasien. Hubungan yang harmonis dalam keluarga membuat usaha pemulihan
pasien semakin baik.
A. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Biologis
Ibu S dahulu melahirkan dengan cara dibantu yaitu dengan cara Sectio
Caesaria (SC). Selain itu, juga pernah mengalami keguguran sebanyak 2 kali
karena terkena virus toxoplasma. Sedangkan Ibu S tidak pernah menggunakan alat
kontrasepsi. Penyakit yang diderita Ibu S saat ini adalah Diabetes Melitus.
2. Fungsi Sosial
Hubungan keluarga Ibu S dengan tetangga dan masyarakat di sekitarnya
berjalan harmonis. Hal ini ditunjukkan dengan masih aktifnya istri dan anak beliau
dalam kegiatan kemasyarakatan seperti kegiatan arisan yang biasa dilakukan dengan
warga satu RT.
3. Fungsi psikologis
Dalam pengobatan Diabetes Melitus yang dilakukan oleh Ibu S, beliau
mendapat dukungan yang baik dari suami dan anaknya. Beliau berobat rutin ke
Rumah Sakit PKU Delanggu setiap 3 bulan sekali dan setiap 1 bulan sekali
mengambil obat di Puskesmas. Dan dalam setiap menyelesaikan masalah dalam
keluarga dilakukan dengan cara berdiskusi.
Fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan
Dalam hal ekonomi dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari, keluarga ini tidak
mengalami kendala. Sumber pendapatan didapat dari Bapak Warto yang bekerja
sebagai karyawan toko dan Ibu S yang bekerja sebagai penjahit di rumah. Apabila
anggota keluarga ada yang sakit, biaya berobat ditanggung oleh BPJS.
Fungsi penguasaan masalah dan kemampuan beradaptasi
6
Dalam menyelesaikan permasalahan keluarga diselesaikan dengan cara
berdiskusi dan diputuskan oleh suami. Selain itu, hubungan dengan masyarakat
sekitarnya baik terlihat dari sikap saling tolong-menolong antar tetangga.
4. Fungsi Fisiologis (APGAR)
Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R SCORE
dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0. A.P.G.A.R
SCORE disini akan dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan kemudian
dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-
rata 1-5 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10 = baik.
Adaptation: Kemampuan adaptasi yang dilakukan oleh Ibu S terhadap anggota
keluarga lain, baik suami dan anaknya berjalan baik. Hal ini didukung
dengan adanya penerimaan yang baik oleh anggota keluarga terhadap
kondisi yang dialami oleh Ibu S saat ini. (Skor 2)
Partnership: Ibu S cukup puas dengan bagaimana keluarganya membahas dan berbagi
masalah dengan beliau. (Skor 1)
Growth: Dalam kehidupan sehari-hari, dukungan dari keluarga sangat baik untuk
membantu pemulihan kesehatan dari Ibu S. (Skor 2)
Affection: Dalam menghadapi penyakitnya, Ibu S sudah menerima dengan baik dan
bersedia untuk kontrol periksa dan mengambil obat secara rutin. Selain
itu dari keluarga, Ibu S memperoleh cukup perhatian. (Skor 2)
Resolve: Ibu S sering menghabiskan waktu bersama-sama dengan keluarga. (Skor
2)
Dari A.P.G.A.R. SCORE diperoleh nilai 9 dimana hal tersebut dikategorikan baik.
7
5. Fungsi Patologis (SCREEM)
FUNGSI
PATOLOGIS
PENJELASAN
SocialInteraksi social antar anggota keluarga juga dengan saudara sangat baik dan
partisipasi mereka dalam kegian kemasyarakatan cukup aktif.
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat dilihat dari
pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di lingkungan, banyak
tradisi budaya yang masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara yang
bersifat hajatan, sunatan, dll. Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan
kesopanan.
Religion Pemahaman dan penerapan agama cukup baik.
Economic Kondisi ekonomi pasien tergolong dalam ekonomi cukup
Education Pendidikan penderita tentang penyakit terutama Diabetes Melitus kurang.
Kemampuan untuk memperoleh dan memiliki fasilitas pendidikan seperti
buku dan koran terbatas.
Medical Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga menggunakan pelayanan
puskesmas dan menggunakan BPJS untuk berobat.
E. Struktur Keluarga (Genogram)
8
Struktur Keluarga (Genogram)
Bentuk keluarga : nuclear family
Ibu S dan Bapak Warto menikah pada tahun 2009.
Ibu S memiliki 7 saudara yang bernama Maryati, Sumarsih, Sapari, Walidi, Maryadi, Suparti,
Suwantin.
F. Daftar Masalah
SWarto
Dinda
Warti SatinemMitra Suwarno
2009
Suwarno
9
Masalah medis
Ibu S menderita penyakit Diabetes Melitus, hipertensi.
Orang tua Ibu S (Bapak Mitra Suwarno dan Ibu Satinem) dahulu menderita penyakit
hipertensi dan sudah meninggal dunia.
Masalah non medis
Tingkat pengetahuan tentang kesehatan masih kurang
G. Kesimpulan dan Saran
1. KesimpulanIbu Sudarmi, usia 37tahun, dalam nuclear family, sebagai istri dengan Diabetes Melitus.
Masalah yang didapatkan yaitu tingkat pengetahuan tentang kesehatan yang masih kurang
terutama dalam pengaturan konsumsi gula untuk menjaga kadar gula darah.
a) Segi Biologis :
- Ibu Sudarmi (37 tahun), menderita penyakit Diabetes Melitus.
- Status kesehatan membaik setelah menjalani kontrol dan pengobatan rutin dari
puskesmas.
b) Segi Psikologis :
- Baik, mendapat dukungan dari suami, tetangga, dan kader puskesmas sehingga
beban yang dirasakan lebih ringan.
c) Segi Sosial dan Ekonomi :
- Dalam kehidupan sosial, keluarga Ibu Sudarmi aktif mengikuti kegiatan
kemasyarakatan.
- Kondisi ekonomi keluarga cukup.
- Keluarga menggunakan BPJS.
2. Sarana) Promotif : Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit Diabetes Melitus beserta
cara pencegahannya.
b) Preventif : Menjaga kebersihan lingkungan, menjaga pola makan dan
mengkonsumsi makanan yang bergizi agar imunitas tetap terjaga, serta khususnya
10
rendah / tidak mengandung gula bagi pasien, menjaga aktivitas dan mobilitas fisik
serta olahraga teratur.
c) Kuratif : Pasien meminum obat atau menginjeksikan insulin yang diberikan dokter
secara rutin dan teratur sesuai edukasi dokter yang merawat. Suaminya atau
anggota keluarga yang terdekat harus selalu mengingatkan dan mengawasi untuk
mengkonsumsi obat dan insulin agar tidak lupa, serta mengontrol pola dan
komposisi makanan rendah gula bagi penderita.
d) Rehabilitatif : Penyesuaian aktivitas sehari-hari sangatlah penting dan membantu
penderita memiliki kembali rasa percaya diri untuk percaya terhadap intervensi
medis dan memberikan motivasi untuk terus merubah sikap dan prilaku yang tidak
sehat menjadi lebih sehat, serta suami atau anggota keluarga terdekat dapat
mengingatkan dan mengawasi pasien agar teratur mengontrol gula darah dan
memeriksakan diri ke puskesmas.
11
BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN
1. Kegiatan field lab dengan topik kunjungan pasien di rumah (home visit) di
Puskesmas Juwiring, Klaten telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur, yaitu
menentukan pasien yang akan dikunjungi, membuat jadwal kunjungan,
mempersiapkan keperluan kunjungan, melakukan kunjungan dan mengisi formulir
kunjungan rumah serta menyampaikan nasehat kesehatan sesuai kondisi pasien.
2. Dari hasil kunjungan diketahui bahwa pasien berada dalam nuclear family sebagai
istri, menderita diabetes mellitus sejak melahirkan anak pertamanya secara sectio
cesaria. Saat ini kondisi pasien baik dengan kadar gula darah terkontrol dengan
baik. Tidak didapatkan masalah psikologis maupun sosial ekonomi.
B. SARAN
1. Diharapkan pasien lebih memahami tentang pengaturan pola makan yang tepat
untuk penderita diabetes mellitus, seperti tidak menambahkan gula pada saat
memasak. Selain itu, diharapkan juga pasien dapat melakukan olahraga secara
teratur sebagai tatalaksana dari segi non-farmakologis.
2. Keluarga diharapkan dapat terus memberikan dukungan dan pengawasan pada
pasien mengenai pola makan maupun jadwal pemakaian obat karena diabetes
mellitus termasuk penyakit kronis.
3. Mahasiswa kedokteran perlu terus mengasah communication skill agar dapat
menjalin komunikasi hubungan dokter-pasien lebih baik sehingga informasi dari
pasien dapat digali lebih dalam.
12
DAFTAR PUSTAKA
Manual Field Lab Keterampilan Kedokteran Keluarga : Kunjungan Pasien di Rumah
(Home Visit). Surakarta: Field Lab Fakultas Kedokteran UNS.
Suriyasa P, Prasetyawati AE, Murti B, Pamungkasari EP, Lestari A, Hanim D. 2010.
Wahyuni AS. 2003. Pelayanan Kedokteran Keluarga. Medan: USU digital library
13