Formulir Home Visit Aiwa

download Formulir Home Visit Aiwa

If you can't read please download the document

Transcript of Formulir Home Visit Aiwa

FORMULIR HOME VISIT

A. Identitas SasaranNama Jenis Kelamin Umur Status dalam keluarga : Tn. Idris : Laki-laki : 29 tahun : Adik Kepala Keluarga

Pendidikan yang ditamatkan : Sekolah Menengah Pertama (SMP) Pekerjaan Gangguan kesehatan : Buruh Pabrik : Menular, Tuberkulosis

Identitas Kepala Keluarga Nama Jenis Kelamin Umur Status dalam keluarga : Tn. Aso : Laki-laki : 35 tahun : Kepala Keluarga

Pendidikan yang ditamatkan : Sekolah Menengah Atas Pekerjaan Identitas Keluarga Bentuk Keluarga Jumlah anggota keluarga : keluarga inti : 4 orang : Buruh Pabrik

1

Lansia Dewasa Remaja Anak Sekolah Balita Bayi

:: 3 orang : : :1 orang :-

Profil Keluarga Daftar Anggota Keluarga (yang tinggal 1 rumah)

Nama

JK

Status dalam keluarga

Usia Penidikan (th) terakhir

Pekerjaan

Ket

1

Tn. Aso

L

Kepala keluarga

32

SMA

Buruh

Sehat

2

Ny. Nur

P

Isteri

30

SMA

Ibu

rumah Sehat

tangga 3 4 Tn. Idris An. Rifki L L Adik Anak 29 4 SMP Buruh Sakit Sehat

2

B. Identifikasi Faktor Resiko Kesehatan Sasaran Home Visite1. Identifikasi dan analisis faktor keluarga Bentuk keluarga dari pasien berjumlah 4 orang. Pasien telah berhenti merokok 4 bulan yang lalu. Sebelumnya, pasien memiliki kebiasaan merokok selama 29 tahun, sejak usia 14 tahun hingga usia 29 tahun. Pasien berhenti merokok setelah didiagnosis TB Paru. Tak ada anggota keluarga lain yang merokok. Sebelum berhenti merokok, pasien merupakan perokok aktif. Pasien mengabiskan 2 bungkus rokok perhari nya. Kakak pasien juga merupakan perokok aktif. Pasien bekerja sebagai buruh dipabrik keripik yang banyak asap dan menurut penuturan pasien banyak teman-teman pasien yang sedang batuk-batuk lama dipabrik tempat pasien bekerja. Pasien tidak pernah ke dokter, atau ke tempat pelayanan kesehatan sebelumnya. Pasien biasanya membeli obat warung bila sakit. Hubungan antar anggota keluarga tidak memiliki ikatan emosional yang kuat dilihat dari sikap acuh dan kurang peduli terhadap anggota keluarga yang lain. Peranan anggota keluargapun terlihat kurang dalam proses pengobatan TB , ini terlihat dari sikap acuh dalam menjaga keteraturan minum obat maupun sebagai motivasi untuk meningkatkan keingin sembuh pasien. keluarga inti dengan anggota keluarga

2.

Faktor pengetahuan dan perilaku pasien Wawasan pasien mengenai penyakit yang dideritanya tidak cukup baik,

hal ini dilihat dari pasien tidak tahu tentang penyakitnya sama sekali. Pasien mengira pasien terkena tifus . pasien juga tidak mengetahui bahwa penyakitnya

3

tersebut

menular,

tidak

mengetahui

bagamana

cara

penularannya,

pencegahannya, efek yang diperoleh jika menjalani pengobatan dengan tidak teratur ataupun mengenai pengawas minum obat. Hal ini mempengaruhi terhadap kesadaran dari dalam diri pasien sendiri untuk menjalani pengobatan dengan teratur dan tuntas, serta risiko penularan terhadap anggota keluarga yang lain. Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak usia remaja dan berhenti setelah menderita TB. Pasien sering merokok baik di luar maupun di dalam rumah, dalam sehari pasien dapat menghabiskan dua bungkus rokok. Pasien juga . Kebiasaan mengkonsumsi narkoba terutama narkoba suntik dan hubungan

seksual selain dengan pasangan ,menurut pasien tidak ada. Merokok dapat meningkatkan terjadi infeksi Tuberkulosis dan kematian akibat TB. Menurut pasien, pasien selalu membuang dahak di kamar mandi dan tidak menutup mulut saat sedang batuk, namun dalam kunjungan rumah terlihat beberapa kali pasien terbatuk dan tidak menutup mulutnya. Hal ini memungkinkan adanya percikan dahak yang mengandung kuman sehingga dapat menginfeksi kepada kakak ataupun keponakannya. Pasien dan keluarganya hanya makan 1-2 kali dalam sehari,. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi

kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya malnutrisi (gizi buruk). Pasien bekerja sebagai buruh dipabrik keripik yang banyak asap dan menurut penuturan pasien banyak teman-teman pasien yang sedang batuk-batuk lama dipabrik tempat pasien bekerja. Pasien juga sering mendapat shift malam ditempat pasien bekerja, dalam 1minggu mendapat 3-4 kali shift malam, pasien bekerja dari senin sampai hari minggu.

4

Pasien berobat rutin ke Puskesmas cimahi tengah sejak juli 2011 hingga sekarang. Pasien saat ini masa pengobatan 6 bulan dan baru memasuki bulan ke empat.

3. Faktor sosioekonomi Pendidikan pasien yang hanya hingga tingkatan sekolah menengah pertama turut berpengaruh dalam pembentukan pola pemikiran pasien mengenai pentingnya kesehatan, cara hidup yang sehat, maupun pengetahuan pasien mengenai penyakitnya. Pekerjaan pasien adalah sebagai buruh pabrik yang berpenghasilan

Rp.350.000,00 perbulan yang untuk mencukupi kebutuhan pangan pun dirasakan tidak mencukupi. Sehingga menjadi kendala bagi pasien untuk mendapatkan perawatan untuk penyakitnya tersebut.

4.

Faktor Kondisi Rumah Pasien tinggal di wilayah pemukiman padat penduduk dengan jarak

menuju Puskesmas terdekat 300 m. Dilihat dari dekatnya antara rumah pasien dengan sarana kesehatan terdekat, hal ini tidak mempengaruhi dalam pengobatan pasien. Pasien tinggal dalam sebuah rumah orang tua berukuran sekitar 2 tumbak , dengan dua kamar tidur, ruang tamu, dan kamar mandi. Hanya terdapat 3 jendela berukuran 30 x 70 cm pada ruang tamu, dan kamar. Pada bagian depan rumah pasien terhalangi tembok pembatas dengan tetangga sehingga

menghalangi masuknya sinar matahari. Dari uraian di atas dapat diperoleh bahwa kondisi rumah pasien sendiri menjadi salah satu faktor yang meningkatan untuk terjadinya penyakit TB dan penularannya. Penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama, dan ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan dan sinar matahari langsung dapat membunuh kuman

5

Jenis sumber air minum dahulu. Jenis kakus

: Air sumur dengan pompa, dan dimasak terlebih

: Leher angsa, dengan septic tank.

Pembuangan sampah : ditempat sampah dimana saja. Serangga dalam rumah : Nyamuk, lalat

C. Hasil Pemeriksaan Kesehatan1. Anamnesis Seorang pria, 29 tahun, 4 bulan lalu memiliki keluhan batuk lama lebih dari 2 bulan , demam dan penurunan berat badan. Oleh dokter, pasien didiagnosis TB Paru . BTA (Bakteri Tahan Asam) positif. Di puskesmas, pasien direncanakan memperoleh pengobatan TB Paru kategori 1 untuk 6 bulan. Pasien mengaku sering mengalami batuk kering yang hilang timbul sebelumnya, terutama saat dan setelah kerja sebagai buruh pabrik keripik. Sebelum didiagnosis TB Paru, pasien mengaku tidak pernah sakit berat, apabila muncul keluhan - keluhan ringan seperti pusing, batuk yang tidak lama, atau sakit perut, pasien membeli obat di warung. Setelah didiagnosis TB Paru, pasien mengaku hanya meminum obat TB Paru saja, dan tidak meminum obat lainnya. Pasien mengeluh berat badan turun dari 61 tahun menjadi 54 dalam 3 bulan. Anggota keluarga lain dalam keadaan sehat. Keponakan pasien yang berusia 4 tahun mengikuti program imunisasi secara lengkap dan teratur sesuai dengan usianya. Tidak ada riwayat anggota keluarga yang batuk lama lebih dari 2 minggu atau yang telah didiagnosis TB. Pada lingkungan sekitar pasien, tidak ada tetangga sekitar rumah yang batuk lama lebih dari 2 minggu ataupun yang telah didiagnosis TB Paru. Tetapi dilingkungan kerja pasien di pabrik banyak yang mengalami batuk lama lebih dari 2 minggu.

6

2. Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum: Kesadaran Tekanan darah Suhu Sianose : Kompos mentis : 120/70 mmHg : 36,6 C : Tidak ada Kesan Sakit Nadi Frekwensi Pucat : Tampak sakit sedang : 80 X/menit, reguler, equal, isi cukup : 28 x/menit : tidak ada

Pada Pemeriksaan lebih Lanjut didapatkan: Kepala Muka Mata THT : Simetris : ikterik -/-, anemis -/-

Tonsil Pharynx

: T1-T1 tenang : Tidak hiperemis

Leher

KGB JVP Tumor

: Tidak teraba membesar : Tidak meningkat : tidak ada

Thorax Cor

: Bentuk dan gerak simetris : Bunyi Jantung I & II murni reguler

7

Pulmo Thorax Inspeksi : : Thorax Paru Kanan Sela iga normal Pergerakan normal Perkusi Auskultasi : : Sonor VBS Normal VR Normal Thorax Paru Kiri Sela iga normal Pergerakan normal Sonor VBS Normal VR Normal

Ronkhi basah kasar di bag Ronkhi basah kasar di bag apek (+) Wheezing (-) apek(+) Wheezing (-)

Abdomen Hepar Lien Ren Ekstremitas Kulit

: Datar dan lembut : Tidak Teraba : Tidak Teraba, ruang TRAUBE kosong : Ballotement (-) : Tidak ada kelainan : Tidak ada kelainan

3. Pemeriksaan Penunjang Tidak Dilakukan Pemeriksaan

4. Diagnosis Dengan melihat gejala-gejala yaitu batuk lebih dari 1 bulan, demam, malaise, penurunan berat badan serta pemeriksaan BTA (Bakteri Tahan Asam) positif maka pasien ini merupakan pasien TBC.

8

5. Pengobatan Kategori 1 : 2 (HRZE) / 4 (HR) penderita baru TBC Paru BTA positif penderita baru TBC Paru BTA negatif/Rontgen positif (ringan atau berat) penderita TBC Ekstra Paru (ringan atau berat). Tabel : Dosis Untuk Kategori 1 : 2(HRZE) / 4(HR)3 Tahap Intensif tiap hari selama 56 hari 2 tablet 4FDC 3 tablet 4FDC 4 tablet 4FDC 5 tablet 4FDC Tahap Lanjutan 3 kali seminggu selama 16 minggu 2 tablet 2FDC 3 tablet 2FDC 4 tablet 2FDC 5 tablet 2FDC

Berat Badan

30 - 37 kg 38 - 54 kg 55 - 70 kg >71 kg

6. Usul pemeriksaan Rontgen dan tes Mantoux

D. AnalisisFaktor faktor yang berpengaruh dalam terjadinya pasien TB dan penularannya yaitu : kondisi keluarga : Hubungan antar anggota keluarga, kebiasaan anggota keluarga yang tidak mencerminkan perilaku hidup sehat pengetahuan dan perilaku pasien diantaranya kurangnya pengetahuan

pasien mengenai penyakitnya,cara penularan ataupun pencegahannya, kebiasaan pasien merokok.

9

-

sosioekonomi, tidak ada adanya biaya merupakan salah satu alasan pasien untuk tidak mengobati secara dini mengenai dan berpengaruh pada keadaan gizi anggota keluarga

-

kondisi rumah, padatnya penghuni rumah,ventilasi dan sinar matahari yang kurang meningkatkan resiko terjadinya infeksi saluran napas dan penularan antar penghuni rumah

E. Saran Meningkatkan pengetahuan penderita dengan penyuluhan dapat berupa : 1. Penyuluhan langsung perorangan kepada penderita dan keluarga, yang dapat dilakukan di rumah, Puskesmas, Posyandu maupun tempat lain mengenai pengertian tuberkulosis, tanda dan gejala, cara penularan, cara pengobatan TBC, cara menelan OAT, efek samping OAT, tentang pemeriksaan dahak, serta pentingnya PMO. 2. Penyuluhan massa, dimana masyarakat juga perlu diberi informasi dengan tujuan untuk menyebar luaskan informasi program

penanggulangan TBC nasional kepada anggota keluarganya. Merujuk pasien ke rumah sakit Mengoptimalkan kinerja dari PMO dan sosialisasinya Mengadakan kerja sama dengan dinas tata kota, mengenai pembangunan rumah dengan sanitasi dan pencahayaan yang baik.

10

LAMPIRAN GAMBAR

Kamar Tidur

11

Dapur

12

Halaman Rumah

13

Wawancara Pasien

14