Laporan Fix

download Laporan Fix

of 55

description

hihi

Transcript of Laporan Fix

KATA PENGANTAR

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen pembimbing tutorial skenario A blok 25, sehingga proses tutorial dapat berlangsung dengan baik.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, yang telah memberi dukungan baik berupa materil dan moril yang tidak terhitung jumlahnya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario A blok 25.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan di penyusunan laporan berikutnya. Mudah-mudahan laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Palembang, 15 Mei 2014Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

1

Daftar Isi

2

BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

3BAB II

Pembahasan

2.1. Data Tutorial

42.2. Skenario Kasus

52.3. Paparan

I. Klarifikasi Istilah

6II. Identifikasi masalah

6III. Analisis Masalah

7V. Kerangka Konsep 59BAB III Penutup

3.1. Kesimpulan

60DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok pediatri dan geriatri merupakan blok 25 pada semester 6 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.

Pada kesempatan ini, dilakukan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk menghadapi kasus yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Adapun maksud dan tujuan dari materi praktikum tutorial ini, yaitu:

1. Sebagailaporantugaskelompoktutorialyangmerupakanbagiandarisistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.

2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.

3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari skenario ini.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DataTutorial

Tutor

: Bahrun Indrawan Kasim M.KesModerator

: Novi Auliya DewiSekretaris

: Glestiami QuranbiyaHari, Tanggal

: Senin, 15 Mei 2014Peraturan

: 1. Alat komunikasi dinonaktifkan

2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat

3. Dilarang makan dan minum

Skenario A Blok 25

Sebuah desa terletak di pinggir jalan raya Lintas Sumatera di Ogan Ilir yakni di desa Mjt. Komunitas di sini terdiri atas sekitar 500 KK dengan populasi sekitar 2000 orang. Mata pencaharian utama di desa ini adalah pertanian dan pertukangan. Pertanian terutama pada sawah dan karet alam.

Rumah penduduk beragam ada yang dari kayu dan ada yang dari semen sesuai dengan kemampuan ekonomi mereka. Dari kedua jenis itu, ada pula yang lantainya dari tanah. Anak-anak dan orang dewasa sebagian memakai alas kaki tapi lebih banyak yang telanjang kaki.

Sumber air utama masyarakat untuk kebutuhan domestik adalah Sungai Ogan; juga dari air rawa yaitu dari sawah disekitar desa. Sebagian besar KK memiliki sumur sendiri, namun sumur tersebut biasanya kering di musim kemarau.

Sumber energi yang digunakan penduduk untuk lampu/ penerangan adalah listrik; untuk masak memasak sebagian besar masih memakai kayu bakar, sebagian kecil memakai kompor minyak tanah. Tapi sejak minyak tanah menjadi langka, penduduk kembali menggunakan kayu bakar, hanya sebagian kecil yang menggunakan gas LPG. Ada sebagian masyarakat yang menggunakan briket batubara.

Pada bulan Januari sampai Agustus, kualitas udara di desa baik sekali namun pada bulan September sampa desembeer seringkali ada serangan kabut asap yang dapat sampai berminggu-minggu.

Pelayanan kesehatan di desa ini dilakukan oleh Pustu sedangkan Puskes ada di kota kecamatan sekitar 15 km ke arah Palembang.

Petugas kesehatan yang ada didesa adalah Mantri dan bidan desa. Tapi jumlah kelahiran yang ditolong dukun masih lebih banyak dari bidan. Peran dukun masih cukup penting sebagai garis pertama melayani orang sakit.

Di desa ini pengelolaan sampah dilakukan oleh masing-masing rumah tangga, tidak ada organisasi desa yang khusus bertugas untuk ini. Karena disekitar desa banyak rawa, maka ini menjadi tempat ideal untuk buang sampah.

Laporan tahunan dari Puskesmas memperlihatkan 10 besar penyakit yang terdeteksi di desa ini adalah:

ISPA

Gastro intestinal dan diare

Kulit

Malaria

DHF

Tuberkulosis

Asthma

Gigi dan mulut

Hipertensi

Cidera karena kecelakaan lalu lintas

Dalam kurun waktu tahun 2010-2011 desa ini dua kali mengalami keracunan makanan yaitu tatkala ada hajata perkawinan yang melibatkan banyak orang.

Dari pihak kabupaten pernah melakukan pemeriksaan kualitas air minum yang berseumber dari air sumur penduduk dan hasilnya diberikan pada lampiran. Dari pihak propinsi pernah juga melakukan pengukuran kualitas udara tatkala ada serangan asap, hasilnya juga diberikan di lampiran.

Ada hal menarik yang pernah dilakukan mahasiswa Unsri di desa ini di tahun 2009 yaitu Penelitian tentang Kualitas Udara Ruangan (Indoor Air Quality). Menurut studi itu akibat penggunaan bahan bakar kayu dan briket arang, sedangkan ventilasi dapur tidak baik, maka kualitas udara didalam rumah tidak cukup baik, khususnya kadar debu halus (PM10) yang tinggi.

Akhir-akhir ini sejak harga karet alam naik, desa ini kebanjiran motor yang menyebabkan tingkat kecelakaan yang cukup tinggi. Menurut penuturan kades, selain kecelakaan akibat motor, desa ini juga mulai mengalami budaya minuman keras dan narkoba.

Lampiran :

1. Hasil Pengujian Kualitas Air Minum

ParameterHasil Uji

E. Coli2000 / 100 cc

Total Coliform1000 / 100 cc

Arsen0,05 mg/dl

Flourida1,4 mg/dl

Total Kromium0,03 mg/dl

Kadmium0,001 mg/dl

Nitrit2 mg/dl

Nitrat25 mg/dl

Sianida0,07 mg/l

Selenium0,01 mg/dl

2. Kualitas Udara

ParameterWaktu PengukuranHasil Uji

SO224 jam500 micrgr / m3

CO24 jam30000 micrgr / m3

Nox24 jam200 micrgr / m3

O31 jam200 micrgr / m3

Hidrokarbon3 jam100 micrgr / m3

Total Suspended Particulate (TSP)24 jam500 micrgr / m3

Pb24 jam5 micrgr / m3

I. Klarifikasi Istilah

1. Kebutuhan domestic: kebutuhan air yang digunakan pada tempat hunian pribadi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti memasak, mencuci dan keperluan rumah tangga lainnya

2. Sumur: sumber air yang digali

3. Air rawa:genangan air yang secara ilmiah terjadi terus-menerus atau musiman akibat drainase yang terhambat

4. Briket arang: bahan bakar padat yang terbuat dari pembakaran sampah organik

5. Briket batubara:bahan bakar padat yang terbuat dari batubara dengan campuran tanah liat, tepung tapioka, air, dan natrium dioksida

6. Kabut asap: kasus pencemaran udara berat yang bisa terjadi berhari-hari dan hitungan bulan

7. Mantri: pegawai membantu dokter dipelayanan kesehatan

8. Puskesmas pembantu :suatu sarana yang melaksanakan suatu upaya pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang mencakup bagian wilayah kerja puskesmas disesuaikan dengan keadaan setempat dan merupakan bagian integral dari puskesmas

9. Dukun:orang yang memiliki keahlian khusus untuk menolong pasien secara tradisional baik menggunakan cara rasional maupun irasional

10. ISPA: penyakit infeksi akut yang menyerang saluran pernafasan seperti hidung, sinus, laring atau faring

11. Gastro intestinal dan diare :kelainan atau penyakit pada saluran pencernaan

12. Malaria: penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit akibat dari gigitan nyamuk

13. DHF(DBD): infeksi yang disebabkan virus dengue

14. Tuberkulosis:setiap penyakit menular pada manusia dan hewan lain yang disebabkan oleh spesies mycobacterium ditandai dengan pembentukan tuberkel dan nekrosis perkijuan

15. Asthma: serangan dispneu paroksismal berulang disertai mengik akibat kontraksi spasmodik ronki

16. Hipertensi: tekanan darah yang diatas normal (140/90 mmHg)

17. Keracunan makanan : masuknya zat racun kedalam tubuh dari makanan melalui saluran pencernaan

18. Kualitas udara: suatu nilai yang menunjukkan mutu atau tingkat kebaikan udara

19. Kualitas air minum : suatu nilai yang menunjukkan mutu atau tingkat kebaikan air minum

20. Indoor air quality : udara yang berada dalam suatu ruangan yang ditempati sekelompok manusia dengan tingkatan kesehatan yang berbeda dalam satu jam

21. PM10:particulat padat/ cair yang ditemukan diudara yang berukuran 150 ng/m322. E. Coli: spesies yang merupakan flora normal pada usus manusia dan hewan lainnya.II. Identifikasi Masalah

1. Sebuah desa terletak di pinggir jalan raya Lintas Sumatera di Ogan Ilir yakni di desa Mjt. Komunitas di sini terdiri atas sekitar 500 KK dengan populasi sekitar 2000 orang. Mata pencaharian utama di desa ini adalah pertanian dan pertukangan. Pertanian terutama pada sawah dan karet alam.

2. Rumah penduduk beragam ada yang dari kayu dan ada yang dari semen sesuai dengan kemampuan ekonomi mereka. Dari kedua jenis itu, ada pula yang lantainya dari tanah. Anak-anak dan orang dewasa sebagian memakai alas kaki tapi lebih banyak yang telanjang kaki.

3. Sumber air utama masyarakat untuk kebutuhan domestik adalah Sungai Ogan; juga dari air rawa yaitu dari sawah disekitar desa. Sebagian besar KK memiliki sumur sendiri, namun sumur tersebut biasanya kering di musim kemarau.

4. Sumber energi yang digunakan penduduk untuk lampu/ penerangan adalah listrik; untuk masak memasak sebagian besar masih memakai kayu bakar, sebagian kecil memakai kompor minyak tanah. Tapi sejak minyak tanah menjadi langka, penduduk kembali menggunakan kayu bakar, hanya sebagian kecil yang menggunakan gas LPG. Ada sebagian masyarakat yang menggunakan briket batubara.

5. Pada bulan Januari sampai Agustus, kualitas udara di desa baik sekali namun pada bulan September sampa desembeer seringkali ada serangan kabut asap yang dapat sampai berminggu-minggu.

6. Pelayanan kesehatan di desa ini dilakukan oleh Pustu sedangkan Puskes ada di kota kecamatan sekitar 15 km ke arah Palembang.

7. Petugas kesehatan yang ada didesa adalah Mantri dan bidan desa. Tapi jumlah kelahiran yang ditolong dukun masih lebih banyak dari bidan. Peran dukun masih cukup penting sebagai garis pertama melayani orang sakit.

8. Di desa ini pengelolaan sampah dilakukan oleh masing-masing rumah tangga, tidak ada organisasi desa yang khusus bertugas untuk ini. Karena disekitar desa banyak rawa, maka ini menjadi tempat ideal untuk buang sampah.

9. Laporan tahunan dari Puskesmas memperlihatkan 10 besar penyakit yang terdeteksi di desa ini adalah:

ISPA

Gastro intestinal dan diare

Kulit

Malaria

DHF

Tuberkulosis

Asthma

Gigi dan mulut

Hipertensi

Cidera karena kecelakaan lalu lintas

10. Dalam kurun waktu tahun 2010-2011 desa ini dua kali mengalami keracunan makanan yaitu tatkala ada hajata perkawinan yang melibatkan banyak orang.

11. Dari pihak kabupaten pernah melakukan pemeriksaan kualitas air minum yang berseumber dari air sumur penduduk dan hasilnya diberikan pada lampiran. Dari pihak propinsi pernah juga melakukan pengukuran kualitas udara tatkala ada serangan asap, hasilnya juga diberikan di lampiran.

12. Ada hal menarik yang pernah dilakukan mahasiswa Unsri di desa ini di tahun 2009 yaitu Penelitian tentang Kualitas Udara Ruangan (Indoor Air Quality). Menurut studi itu akibat penggunaan bahan bakar kayu dan briket arang, sedangkan ventilasi dapur tidak baik, maka kualitas udara didalam rumah tidak cukup baik, khususnya kadar debu halus (PM10) yang tinggi.

13. Akhir-akhir ini sejak harga karet alam naik, desa ini kebanjiran motor yang menyebabkan tingkat kecelakaan yang cukup tinggi. Menurut penuturan kades, selain kecelakaan akibat motor, desa ini juga mulai mengalami budaya minuman keras dan narkoba.

III. Analisis Masalah

1. Sebuah desa terletak di pinggir jalan raya Lintas Sumatera di Ogan Ilir yakni di desa Mjt. Komunitas di sini terdiri atas sekitar 500 KK dengan populasi sekitar 2000 orang. Mata pencaharian utama di desa ini adalah pertanian dan pertukangan. Pertanian terutama pada sawah dan karet alam.

1.1. Bagaimana hubungan letak desa di pinggir jalan raya dengan kesehatan masyarakat di desa Mjt. Komunitas?Lokasi desa di tepi jalan raya Lintas Timur Sumatera dan meningkatnya jumlah kendaraan roda dua meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas di jalan raya maupun di dalam desa.

Letak desa di tepi jalan raya dan meningkatnya kendaraan roda dua meningkatkan polusi udara dimana hasilnya sebagai berikut :

Peningkatan SO2 ( gangguan fungsi paru dan pernapasan, iritasi mata, iritasi saluran napas, asma, bronchitis kronis, dan gangguan vaskularisasi.

Peningkatan CO ( menyebabkan anoksia jaringan, gangguan SSP, dan kematian.

Peningkatan NOx ( gangguan sistem respirasi, bronkopneumonia, edema paru, sianosis, dan methemoglobinemia.

Peningkatan TSP ( pneumonia, gangguan sistem pernapasan, iritasi mata, alergi, dan bronchitis kronis.

Peningkatan Pb ( gangguan SSP, sel darah, ginjal dan kematian.

1.2. Apa saja dampak dari mata pencaharian pertanian (padi dan karet) dan pertukangan?

Ada pekerjaan yang dapat menyebabkan munculnya suatu penyakit, misalnya occupational asthma. Para petani sering kali terpapar debu dari grain (padi) dan para tukang sering terpapar debu kayu dan bahan bangunan lain (semen dan bata). Penyakit yang biasanya berkaitan dengan pekerjaan ini adalah farmers lung. Farmer's lung adalah hipersensitivitas pneumonitis yang diinduksi oleh inhalasi debu biologis dari jerami atau spora jamur atau dari hasil pertanian lainnya. Debu tersebut menyebabkan respon inflamasi hipersensitivitas tipe III dan akan menjadi kondisi kronis yang berbahaya. Alergen yang terinhalasi sering menimbulkan terbentuknya antibodi IgE yang bersirkulasi di aliran darah, tipe respon imun ini sering kali diinisiasi oleh paparan terhadap thermophilic actinomycetes (biasanya dikenal Saccharopolyspora rectivirgula), sehingga mengaktivasi IgG. Pada paparan selanjutnya, IgG antibodi berikatan dengan alergen yang terinhalasi untuk membentuk kompleks imun pada dinding alveoli. Hal ini menyebabkan cairan, protein, dan sel-sel berakumulasi di dinding alveoli yang akhirnya menghambat pertukaran oksigen dan menurunkan fungsi paru.1.3. Berapa kepadatan penduduk di desa Mjt. Ogan Ilir?

2. Rumah penduduk beragam ada yang dari kayu dan ada yang dari semen sesuai dengan kemampuan ekonomi mereka. Dari kedua jenis itu, ada pula yang lantainya dari tanah. Anak-anak dan orang dewasa sebagian memakai alas kaki tapi lebih banyak yang telanjang kaki.

2.1. Bagaimana kriteria rumah sehat? Apakah rumah penduduk di desa Mjt. sudah sesuai dengan kriteria rumah sehat?

Menurut American Public Health Association (APHA) rumah dikatakan sehat apabila :

(1) Memenuhi kebutuhan fisik dasar seperti temperatur lebih rendah dari udara di luar rumah, penerangan yang memadai, ventilasi yang nyaman, dan kebisingan 45-55 dB.A.;

(2) Memenuhi kebutuhan kejiwaan;

(3) Melindungi penghuninya dari penularan penyakit menular yaitu memiliki penyediaan air bersih, sarana pembuangan sampah dan saluran pembuangan air limbah yang saniter dan memenuhi syarat kesehatan; serta

(4) Melindungi penghuninya dari kemungkinan terjadinya kecelakaan dan bahaya kebakaran, seperti fondasi rumah yang kokoh, tangga ya ng tidak curam, bahaya kebakaran karena arus pendek listrik, keracunan, bahkan dari ancaman kecelakaan lalu lintas (Sanropie, 1992; Azwar, 1996).

Komponen yang harus dimiliki rumah sehat (Ditjen Cipta Karya, 1997) adalah :

(1) Fondasi yang kuat untuk meneruskan beban bangunan ke tanah dasar, memberi kestabilan bangunan , dan merupakan konstruksi penghubung antara bagunan dengan tanah;

(2) Lantai kedap air dan tidak lembab, tinggi minimum 10 cm dari pekarangan dan 25 cm dari badan jalan, bahan kedap air, untuk rumah panggung dapat terbuat dari papan atau anyaman bambu;

(3) Memiliki jendela dan pintu yang berfungsi sebagai ventilasi dan masuknya sinar matahari dengan luas minimum 10% luas lantai;

(4) Dinding rumah kedap air yang berfungsi untuk mendukung atau menyangga atap, menahan angin dan air hujan, melindungi dari panas dan debu dari luar, serta menjaga kerahasiaan ( privacy) penghuninya;

(5) Langit-langit untuk menahan dan menyerap panas terik matahari, minimum 2,4 m dari lantai, bisa dari bahan papan, anyaman bambu, tripleks atau gipsum; serta

(6) Atap rumah yang berfungsi sebagai penahan panas sinar matahari serta melindungi masuknya debu, angin dan air hujan.

Kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman adalah kondisi fisik, kimia, dan biologik di dalam rumah, di lingkungan rumah dan perumahan, sehingga memungkinkan penghuni mendapatkan derajat kesehatan yang optimal. Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukinan adalah ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat yang bermukim di perumahan dan/atau masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan kesehatan. Persyaratan kesehatan perumahan yang meliputi persyaratan lingkungan perumahan dan pemukiman serta persyaratan rumah itu sendiri, sangat diperlukan karena pembangunan perumahan berpengaruh sangat besar terhadap peningkatan derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat (Sanropie, 1992).

Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi parameter sebagai berikut :

1. Lokasi

a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya;

b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas tambang;

c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur pendaratan penerbangan.

2. Kualitas udara

Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut:

a. Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi;

b. Debu dengan diameter kurang dari 10 g maksimum 150 g/m3;

c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm;

d. Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari.

3. Kebisingan dan getaran

a. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A;

b. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik.

4. Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman

a. Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg

b. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg

c. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg

d. Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1 mg/kg

5. Prasarana dan sarana lingkungan

a. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi yang aman dari kecelakaan;

b. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit;

c. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan jalan tidak menyilaukan mata;

d. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi persyaratan kesehatan;

e. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi persyaratan kesehatan;

f. Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat kesehatan;

g. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain sebagainya;

h. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya;

i. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan.

6. Vektor penyakit

a. Indeks lalat harus memenuhi syarat;

b. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.

7. Penghijauan

Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam.

Adapun ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut :

1. Bahan bangunan

a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat membahayakan kesehatan, antara lain : debu total kurang dari 150 g/m2, asbestos kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam, plumbum (Pb) kurang dari 300 mg/kg bahan;

b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen.

2. Komponen dan penataan ruangan

a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;

b. Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan mudah dibersihkan;

c. Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan;

d. Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir;

e. Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya;

f. Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap.

3. Pencahayaan

Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata.

4. Kualitas udara

a. Suhu udara nyaman antara 18 - 30 oC;

b. Kelembaban udara 40 - 70 %;

c. Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam;

d. Pertukaran udara 5 kaki3/menit/penghuni;

e. Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam;

f. Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m 3.

5. Ventilasi

Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.

6. Vektor penyakit

Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.

7. Penyediaan air

a. Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/ orang/hari;

b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.

8. Sarana penyimpanan makanan

Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman.

9. Pembuangan Limbah

a. Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah;

b. Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak mencemari permukaan tanah dan air tanah.

10. Kepadatan hunian

Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang tidur.

Dalam penilaian rumah sehat menurut Kepmenkes tersebut diatas, parameter rumah yang dinilai meliputi ling kup 3 (tiga) kelompok komponen penilaian, yaitu :

(1) kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela kamar keluarga, dan ruang tamu, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur, pencahayaan;

(2) kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran, sarana pembuangan air limbah, dan sarana pembuangan sampah; dan

(3) kelompok perilaku penghuni, meliputi perilaku membuka jendela kamar tidur, membuka jendela ruang keluarga dan tamu, membersihkan halaman rumah, membuang tinja bayi/anak ke kakus, dan membuang sampah pada tempatnya.Rumah pada desa Mjt. Komunitas tidak memenuhi kriteria rumah sehat karena:

Pada kasus ini, desa Mjt. Komunitas yang terletak di pingging jalan membuat rumah menjadi lebih banyak terpapar debu dari jalan dan juga lebih bising karena suara kendaraan bermotor yang lewat di jalan raya.

Rumah yang terbuat dari papan cenderung memiliki celah-celah sehingga nyamuk dapat mudah masuk kerumah sehingga menjadi salah satu faktor predisposisi penyakit malaria maupun DBD.

Lantai dari tanah

Tanahnya sendiri dapat mengandung logam berat (Pb, Cd, As), lalu saat tanah menjadi kering, akan menyebabkan banyak debu terlepas ke udara. Mikroorganisme dan cacing di tanah disertai dengan kebiasaan bertelanjang kaki dapat menyebabkan berbagai macam penyakit seperti kecacingan. Selain itu, saat tanah yang lembab mengalami penguapan, maka udara akan menjadi lembab juga sehingga Mycobacterium tuberculosis dapat tumbuh dengan baik dan bisa menularkan orang di ruangan itu.

2.2. Apa dampak dari lantai rumah tanah dengan kebiasaan masyarakat yang bertelanjang kaki?

Sebagian warga Mjt. memiliki rumah yang berlantai tanah dimana tanah merupakan tinggal berbagai mahluk hidup yang berbahaya bagi kesehatan manusia, seperti parasit, serangga, dan cacing yang dapat masuk ke tubuh manusia melalui kulit, udara, dan makanan. .Kebiasaan warga yang tidak menggunakan alas kaki dapat memudahkan mikroorganisme seperti cacing masuk ke dalam tubuh mereka dan menyebabkan cacingan, khususnya pada anak-anak

3. Sumber air utama masyarakat untuk kebutuhan domestik adalah Sungai Ogan; juga dari air rawa yaitu dari sawah disekitar desa. Sebagian besar KK memiliki sumur sendiri, namun sumur tersebut biasanya kering di musim kemarau.

3.1. Apa saja kriteria air layak minum?

3.2. Apa saja jenis air yang dapat digunakan untuk kebutuhan domestik?

Secara umum sumber air dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Air Hujan

Air hujan adalah uap air yang sudah mengalami kondensasi, kemudian jatuh ke bumi berbentuk air

2. Air Permukaan

Air permukaan dapat berasal dari sungai, danau dan air tanah yang mengalir keluar dari bumi (mata air).

3. Air Tanah

Air tanah merupakan air hujan atau air permukaan yang meresap ke dalam tanah dan bergabung dalam pori-pori tanah yang terdapat pada lapisan tanah yang biasanya disebut aquifer.

Dalam menentukan sumber air baku untuk suatu sistem penyediaan air bersih diperlukan suatu pertimbangan tertentu, agar air baku yang dipilih selain memenuhi persyaratan kuantitas dan kualitas juga lebih mudah diperoleh, baik dari segi teknis maupun ekonomis.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor : 416/MENKES/PER/IX/1990 Tanggal : 3 September 1990

3.3. Bagaimana pembuatan sumur yang baik? Apakah sumur yang dibuat masyarakat sudah memenuhi kriteria sumur yang baik?

a. Letak sumur

Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2916-1992 tentang Spesifikasi Sumur Gali untuk Sumber Air Bersih, bahwa jarak horizontal sumur ke arah hulu dari aliran air tanah atau sumber pengotoran (bidang resapan/tangki septic tank) lebih dari 11 meter, sedangkan jarak sumur untuk komunal terhadap perumahan adalah lebih dari 50 meter.b. Sumber air

Air permukaan : contohnya air sungai dan air rawa. Sumber air ini mempunyai derajat pencemaran yang tinggi, disebabkan oleh perjalanan air tersebut. Air ini akan mengandung banyak zat organic yang telah membusuk sehingga biasanya berwarna kuning kecoklatan. Sumber air ini kurang baik bagi kesehatan.

Air tanah, berasal dari penyerapan air yang berada di permukaan. Air tanah merupakan sumber air sumur, baik air tanah dangkal (15 m2) untuk sumur dangkal dan air tanah dalam (100-300 m2) untuk sumur bor. Merupakan sumber air yang baik untuk sumur

Mata air

c. Kriteria sumur yang baik

Sumur merupakan jenis sarana air bersih yang banyak dipergunakan masyarakat, karena 45% masyarakat mempergunakan jenis sarana air bersih ini. Sumur sanitasi adalah jenis sumur yang telah memenuhi persyaratan sanitasi dan terlindung dari kontaminasi air kotor. Sumur sehat minimal harus memenuhi persyaratan sebagai berikut.

d. Syarat Lokasi atau JarakAgar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan adalah jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah (cesspool, seepage pit) dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan serta kemiringan tanah.

Lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir.

Jarak sumur minimal 15 meter dan lebih tinggi dari sumber pencemaran seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah dan sebagainya.e. Syarat KonstruksiSyarat konstruksi pada sumur gali tanpa pompa, meliputi dinding sumur, bibir sumur, serta lantai sumur. Dinding sumur gali

Jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur gali harus terbuat dibuat dari tembok yang kedap air (disemen). Hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi perembesan air / pencemaran oleh bakteri dengan karakteristik habitat hidup pada jarak tersebut. Selanjutnya pada kedalaman 1,5 meter dinding berikutnya terbuat dari pasangan batu bata tanpa semen, sebagai bidang perembesan dan penguat dinding sumur.

Bibir sumur galiUntuk keperluan bibir sumur ini terdapat beberapa pendapat antara lain : Di atas tanah dibuat tembok yang kedap air, setinggi minimal 70 cm, untuk mencegah pengotoran dari air permukaan serta untuk aspek keselamatan.

Lantai sumur galiBeberapa pendapat konstruksi lantai sumur antra lain : Lantai sumur dibuat dari tembok yang kedap air 1,5 m lebarnya dari dinding sumur. Dibuat agak miring dan ditinggikan 20 cm di atas permukaan tanah, bentuknya bulat atau segi empat (Entjang, 2000).Saluran pembuangan air limbah. Saluran Pembuangan Air Limbah dari sekitar sumur menurut Entjang, dibuat dari tembok yang kedap air dan panjangnya sekurang-kurangnya 10 m.Sedangkan pada sumur gali yang dilengkapi pompa, pada dasarnya pembuatannya sama dengan sumur gali tanpa pompa, namun air sumur diambil dengan mempergunakan pompa. Kelebihan jenis sumur ini adalah kemungkinan untuk terjadinya pengotoran akan lebih sedikit disebabkan kondisi sumur selalu tertutup.4. Sumber energi yang digunakan penduduk untuk lampu/ penerangan adalah listrik; untuk masak memasak sebagian besar masih memakai kayu bakar, sebagian kecil memakai kompor minyak tanah. Tapi sejak minyak tanah menjadi langka, penduduk kembali menggunakan kayu bakar, hanya sebagian kecil yang menggunakan gas LPG. Ada sebagian masyarakat yang menggunakan briket batubara.

4.1. Apa dampak dari penggunaan kayu bakar dan briket batubara bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan?

Bahan bakar kayu meningkatkan risiko gangguan asma pada anak dan PPOK pada dewasa serta kecelakaan rumah tangga berupa kebakaran maupun kecacatan apabila tidak berhati-hati.

Bahan bakar briket batubara meningkatkan risiko kanker paru dimana pembakaran batubara menimbulkan polycyclic aromatic hydrocarbon, emisi CO, NOx, dan SO2.

5. Pada bulan Januari sampai Agustus, kualitas udara di desa baik sekali namun pada bulan September sampa desembeer seringkali ada serangan kabut asap yang dapat sampai berminggu-minggu.

5.1. Apa dampak kabut asap yang sampai berminggu-minggu terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan?

Kualitas udara outdoor desa meranjat saat ini tidak baik dikarenakan adanya serangan kabut asap sampai berminggu-minggu sehingga keadaan ini dapat menyebabkan penyakit infeksi saluran nafas akut (ISPA)6. Pelayanan kesehatan di desa ini dilakukan oleh Pustu sedangkan Puskes ada di kota kecamatan sekitar 15 km ke arah Palembang.

7. Petugas kesehatan yang ada didesa adalah Mantri dan bidan desa. Tapi jumlah kelahiran yang ditolong dukun masih lebih banyak dari bidan. Peran dukun masih cukup penting sebagai garis pertama melayani orang sakit.

8. Di desa ini pengelolaan sampah dilakukan oleh masing-masing rumah tangga, tidak ada organisasi desa yang khusus bertugas untuk ini. Karena disekitar desa banyak rawa, maka ini menjadi tempat ideal untuk buang sampah.

8.1. Bagaimana tempat pembuangan sampah yang ideal? 13

Dalam Undang-Undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, jenis sampah yang diatur adalah:

4. Sampah rumah tangga

Yaitu sampah yang berbentuk padat yang berasal dari sisa kegiatan sehari-hari di rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik dan dari proses alam yang berasal dari lingkungan rumah tangga. Sampah ini bersumber dari rumah atau dari komplek perumahan.

5. Sampah sejenis sampah rumah tangga

Yaitu sampah rumah tangga yang bersala bukan dari rumah tangga dan lingkungan rumah tangga melainkan berasal dari sumber lain seperti pasar, pusat perdagangan, kantor, sekolah, rumah sakit, rumah makan, hotel, terminal, pelabuhan, industri, taman kota, dan lainnya.

6. Sampah spesifik

Yaitu sampah rumah tangga atau sampah sejenis rumah tangga yang karena sifat,konsentrasi dan/atau jumlahnya memerlukan penanganan khusus, meliputi, sampah yang mengandung B3 (bahan berbahaya dan beracun seperti batere bekas, bekas toner, dan sebagainya), sampah yang mengandung limbah B3 (sampah medis), sampah akibat bencana, puing bongkaran, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah, sampah yang timbul secara periode (sampah hasil kerja bakti).

Mekanisme pengelolaan sampah dalam UU No.18 Tahun Pengelolaan Sampah meliputi, kegiatan-kegiatan berikut:

1. Pengurangan sampah, yaitu kegiatan untuk mengatasi timbulnya sampah sejak dari produsen sampah (rumah tangga, pasar, dan lainnya), mengguna ulang sampah dari sumbernya dan/atau di tempat pengolahan, dan daur ulang sampah di sumbernya dan atau di tempat pengolahan.

Pengurangan sampah melalui 3R menurut UU-18/2008 meliputi:

a. Pembatasan (reduce): mengupayakan agar limbah yang dihasilkan sesedikit mungkin

b. Guna-ulang (reuse): bila limbah akhirnya terbentuk, maka upayakan memanfaatkan limbah tersebut secara langsung

c. Daur-ulang (recycle): residu atau limbah yang tersisa atau tidak dapat dimanfaatkan secara langsung, kemudian diproses atau diolah untuk dapat dimanfaatkan, baik sebagai bahan baku maupun sebagai sumber energi

2. Penanganan sampah

Penanganan sampah (waste handling), yang terdiri dari:

Pemilahan: dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah

Pengumpulan: dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu

Pengangkutan: dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir

Pengolahan: dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah agar diproses lebih lanjut, dimanfaatkan atau dikembalikan alam dan pemprosesan aktif kegiatan pengolahan sampah atau residu hasil pengolahan sebelumnya agar dapat dikembalikan ke media lingkungan.

Pemrosesan akhir sampah: dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

Konsep pembatasan (reduce) jumlah sampah yang akan terbentuk dapat dilakukan antara lain melalui:

Efisiensi penggunaan sumber daya alam

Rancangan produk yang mengarah pada penggunaan bahan atau proses yang lebih sedikit menghasilkan sampah, dan sampahnya mudah untuk diguna-ulang dan didaur-ulang

Menggunakan bahan yang berasal dari hasil daur-ulang limbah

Mengurangi penggunaan bahan berbahaya

Menggunakan eco-labeling

Dalam perencanaan pengelolaan sampah, Undang-Undang Pengelolaan Sampah mengharapkan pemerintah kota/kabupaten dapat membentuk semacam forum pengelolaan sampah skala kota/kabupaten atau provinsi. Forum ini beranggotakan masyarakat secara umum, perguruan tinggi, tokoh masyarakat, organisasi lingkungan/persampahan, pakar, badan usaha dan lainnya. Hal-hal yang dapat difasilitasi forum adalah: memberikan usul, pertimbangan dan saran terhadap kinerja pengelolaaan sampah, membantu merumuskan kebijakan pengelolaan sampah, memberikan saran dan dapat dalam penyelesaian sengketa persampahan. Sampai saat ini, belum ada kebijakan nasional mengenal persampahan itu sendiri masih bersifat sosialisasi.

Untuk pengelolaan sampah spesifik baik B3 (bahan berbahaya dan beracun) dan sampah medis yang bersifat infektius mengenai pengelolaannya telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Untuk sampah khusus seperti B3 dan sampah medis dikelola tersendiri oleh perusahaaan/lembaga penghasil sampah tersebut.

Beberapa Prinsip dan Pertimbangan

Paradigma lama penanganan sampah secara konvensional yang bertumpu pada proses pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir perlu diubah dengan mengedepankan proses pengurangan dan pemanfaatan sampah.

Pengurangan dan pemanfaatan sampah secara signifikan dapat mengurangi kebutuhan pengelolaan sehingga sebaiknya dilakukan di semua tahap yang memungkinkan baik sejak di sumber, TPS, Instalasi Pengolahan, dan TPA.

Pengurangan dan pemanfaatan sampah sejak sumber akan memberikan

dampak positif paling menguntungkan yang berarti peran serta masyarakat perlu dijadikan target utama

Sampah B3 rumah tangga perlu mendapat perhatian dalam penanganannya agar tidak mengganggu lingkungan maupun kualitas sampah dalam pengolahan di hilirnya.

Karakteristik sampah dengan kandungan organik tinggi(70-80%) merupakan potensi sumber bahan baku kompos sebagai soil conditioner dan energi (gas metan) melalui proses dekomposisi secara anaerob

Daur ulang oleh sektor informal sejauh memungkinkan diupayakan menjadi bagian dari sistem pengelolaan sampah perkotaan

Insinerator sebaiknya hanya dilakukan untuk kota-kota yang memiliki tingkat kesulitan tinggi dalam penyediaan lokasi TPA dan memiliki karakteristik sampah yang sesuai, serta menerapkan teknologi yang ramah lingkungan

Tempat Pembuangan Akhir merupakan alternatif terakhir penanganan sampah mengingat potensi dampak negatif yang tinggi. Pemanfaatan secara berulang sebaiknya diupayakan dengan memperhatikan kualitas produk kompos yang dihasilkan.

Pada dasarnya pengelolaan sampah ada 2 macam, yaitu pengelolaan/ penanganan sampah setempat (individu) dan pengelolaan sampah terpusat untuk suatu lingkungan pemukiman atau kota.

a. Penanganan Setempat

Penanganan setempat dimaksudkan penanganan yang dilaksanakan sendiri oleh penghasil sampah dengan menanam dalam galian tanah pekarangannya atau dengan cara lain yang masih dapat dibenarkan. Hal ini dimungkinkan bila daya dukung lingkungan masih cukup tinggi misalnya tersedianya lahan, kepadatan penduduk yang rendah, dll.

b. Pengelolaan Terpusat

Pengelolaan persampahan secara terpusat adalah suatu proses atau kegiatan penanganan sampah yang terkoordinir untuk melayani suatu wilayah / kota. Pengelolaan sampah secara terpusat mempunyai kompleksitas yang besar karena cakupan berbagai aspek yang terkait.

Aspek Teknis Operasional

Pola operasional penanganan sampah dari sumber sampai TPA dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu pengumpulan, pemindahan, pengolahan, pengangkutan dan pembuangan akhir

Diagram Operasional Penanganan Sampah

Pewadahan

Wadah sampah individual (disumber) disediakan oleh setiap penghasil sampah sendiri sedangkan wadah komunal dan pejalan kaki disediakan oleh pengelola dan atau swasta. spesifikasi wadah sedemikian rupa sehingga memudahkan operasionalnya, tidak permanen dan higienis. Akan lebih baik apabila ada pemisahan wadah untuk sampah basah dan sampah kering

Pengosongan sampah dari wadah individual dilakukan paling lama 2 hari sekali sedangkan untuk wadah komunal harus dilakukan setiap hari.

Pengumpulan

Pengumpulan sampah dari sumber dapat dilakukan secara langsung dengan alat angkut (untuk sumber sampah besar atau daerah yang memiliki kemiringan lahan cukup tinggi) atau tidak langsung dengan menggunakan gerobak (untuk daerah teratur) dan secara komunal oleh mayarakat sendiri (untuk daerah tidak teratur)

Penyapuan jalan diperlukan pada daerah pusat kota seperti ruas jalan protokol, pusat perdagangan, taman kota dan lain-lain

Pemindahan

Pemindahan sampah dari alat pengumpul (gerobak) ke alat angkut (truk) dilakukan di trasnfer depo atau container untuk meningkatkan efisiensi pengangkutan

Lokasi pemindahan harus dekat dengan daerah pelayanan atau radius 500 m

Pemindahan skala kota ke stasiun transfer diperlukan bila jarak ke lokasi TPA lebih besar dari 25 km

Pengangkutan

Pengangkutan secara langsung dari setiap sumber harus dibatasi pada daerah pelayanan yang tidak memungkinkan cara operasi lainnya atau pada daerah pelayanan tertentu berdasarkan pertimbangan keamanan maupun estetika dengan memperhitungkan besarnya biaya operasi yang harus dibayar oleh pengguna jasa

Penetapan rute pengangkutan sampah harus didasarkan pada hasil survey time motion study untuk mendapatkan jalur yang paling efisien.

Jenis truk yang digunakan minimal dump truck yang memiliki kemampuan membongkar muatan secara hidrolis, efisien dan cepat

Penggunaan arm roll truck dan compactor truck harus mempertimbangkan kemampuan pemeliharaan

Pengolahan

Pengolahan sampah dimaksudkan untuk mengurangi volume sampah yang harus dibuang ke TPA serta meningkatkan efisiensi penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan

Teknologi pengolahan sampah dapat dilakukan melalui pembuatan kompos, pembakaran sampah secara aman (bebas COx, SOx, NOx dan dioxin), pemanfaatan gas metan dan daur ulang sampah. Khusus pemanfaatan gas metan TPA (landfill gas), dapat masuk dalam CDM (clean developmant mechanism) karena secara significan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca yang berpengaruh pada iklim global.

Skala pengolahan sampah mulai dari individual, komunal (kawasan), skala kota dan skala regional.

Penerapan teknologi pengolahan harus memperhatikan aspek lingkungan, dana, SDM dan kemudahan operasional

Pembuangan akhir

Pemilihan lokasi TPA harus mengacu pada SNI 03-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA. Agar keberadaan TPA tidak mencemari lingkungan, maka jarak TPA ke badan air penerima > 100m, ke perumahan terdekat > 500 m, ke airport 1500 m (untuk pesawat propeler) dan 3000 m (untuk pesawat jet). Selain itu muka air tanah harus > 4 m, jenis tanah lempung dengan nilai K < 10-6 cm/det.

Metode pembuangan akhir minimal harus dilakukan dengan controlled landfill (untuk kota sedang dan kecil) dan sanitary landfill (untuk kota besar dan metropolitan) dengan sistem sel

Prasarana dasar minimal yang harus disediakan adalah jalan masuk, drainase keliling dan pagar pengaman (dapat berfungsi sebagai buffer zone)

Fasilitas perlindungan lingkungan yang harus disediakan meliputi lapisan dasar kedap air, jaringan pengumpul lindi, pengolahan lindi dan ventilasi gas / flaring atau landfill gas extraction untuk mngurangi emisi gas.

Fasilitas operasional yang harus disediakan berupa alat berat (buldozer, excavator, loader dan atau landfill compactor) dan stok tanah penutup

Penutupan tanah harus dilakukan secara harian atau minimal secara berkala dengan ketebalan 20 - 30 cm

Penyemprotan insektisida harus dilakukan apabila penutupan sampah tidak dapat dilakukan secara harian

Penutupan tanah akhir harus dilakukan sesuai dengan peruntukan lahan bekas TPA

Kegiatan pemantauan lingkungan harus tetap dilakukan meskipun TPA telah ditutup terutama untuk gas dan efluen leachate, karena proses dekomposisi sampah menjadi gas dan leahate masih terus terjadi sampai 25 tahun setelah penutupan TPA

Manajemen pengelolaan TPA perlu dikendalikan secara cermat dan membutuhkan tenaga terdidik yang memadai

Lahan bekas TPA direkomendasikan untuk digunakan sebagai lahan terbuka hijau.

8.2. Apa dampak dari pengelolaan sampah yang tidak baik terhadap masyarakat dan kesehatan lingkungan? 14

1. Potensi Dampak

Dalam kenyataannya banyak pengelola kebersihan menghadapi berbagai masalah dan kendala sehingga mereka tidak dapat menyediakan pelayanan yang baik sesuai dengan ketentuan teknis dan harapan masyarakat. Disana sini sering terjadi pencemaran akibat pengelolaan yang kurang baik sehingga menimbulkan berbagai masalah pencemaran selama pelaksanaan kegiatan teknis penanganan persampahan yang meliputi: pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan akhir. Berbagai potensi yang menimbulkan berbagai dampak dapat meliputi :

a. Perkembangan vektor penyakit

Wadah sampah merupakan tempat yang sangat ideal bagi pertumbuhan vektor penyakit terutama lalat dan tikus. Hal ini disebabkan dalam wadah sampah tersedia sisa makanan dalam jumlah yang besar. Tempat Penampungan Sementara/ Container juga merupakan tempat berkembangnya vektor tersebut karena alasan yang sama. Sudah barang tentu akan menurunkan kualitas kesehatan lingkungan sekitarnya. Vektor penyakit terutama lalat sangat potensial berkembangbiak di lokasi TPA. Hal ini terutama disebabkan oleh frekwensi penutupan sampah yang tidak dilakukan sesuai ketentuan sehingga siklus hidup lalat dari telur menjadi larva telah berlangsung sebelum penutupan dilaksanakan. Gangguan akibat lalat umumnya dapat ditemui sampai radius 1-2 km dari lokasi TPA.

b. Pencemaran Udara

Sampah yang menumpuk dan tidak segera terangkut merupakan sumber bau tidak sedap yang memberikan efek buruk bagi daerah sensitif sekitarnya seperti permukiman, perbelanjaan, rekreasi, dan lain-lain. Pembakaran sampah seringkali terjadi pada sumber dan lokasi pengumpulan terutama bila terjadi penundaan proses pengangkutan sehingga menyebabkan kapasitas tempat terlampaui. Asap yang timbul sangat potensial menimbulkan gangguan bagi lingkungan sekitarnya.

Sarana pengangkutan yang tidak tertutup dengan baik juga sangat berpotensi menimbulkan masalah bau di sepanjang jalur yang dilalui, terutama akibat bercecerannya air lindi dari bak kendaraan.

Pada instalasi pengolahan terjadi berupa pelepasan zat pencemar ke udara dari hasil pembuangan sampah yang tidak sempurna; diantaranya berupa : partikulat, SO x, NO x, hidrokarbon, HCl, dioksin, dan lain-lain. Proses dekomposisi sampah di TPA secara kontinu akan berlangsung dan dalam hal ini akan dihasilkan berbagai gas seperti CO, CO2, CH4, H2S, dan lain-lain yang secara langsung akan mengganggu komposisi gas alamiah di udara, mendorong terjadinya pemanasan global, disamping efek yang merugikan terhadap kesehatan manusia di sekitarnya.

Pembongkaran sampah dengan volume yang besar dalam lokasi pengolahan berpotensi menimbulkan gangguan bau. Disamping itu juga sangat mungkin terjadi pencemaran berupa asap bila sampah dibakar pada instalasi yang tidak memenuhi syarat teknis.

Seperti halnya perkembangan populasi lalat, bau tak sedap di TPA juga timbul akibat penutupan sampah yang tidak dilaksanakan dengan baik.

Asap juga seringkali timbul di TPA akibat terbakarnya tumpukan sampah baik secara sengaja maupun tidak. Produksi gas metan yang cukup besar dalam tumpukan sampah menyebabkan api sulit dipadamkan sehingga asap yang dihasilkan akan sangat mengganggu daerah sekitarnya.

c. Pencemaran Air

Prasarana dan sarana pengumpulan yang terbuka sangat potensial menghasilkan lindi terutama pada saat turun hujan. Aliran lindi ke saluran atau tanah sekitarnya akan menyebabkan terjadinya pencemaran.

Instalasi pengolahan berskala besar menampung sampah dalam jumlah yang cukup besar pula sehingga potensi lindi yang dihasilkan di instalasi juga cukup potensial untuk menimbulkan pencemaran air dan tanah di sekitarnya. Lindi yang timbul di TPA sangat mungkin mencemari lingkungan sekitarnya baik berupa rembesan dari dasar TPA yang mencemari air tanah di bawahnya. Pada lahan yang terletak di kemiringan, kecepatan aliran air tanah akan cukup tinggi sehingga dimungkinkan terjadi cemaran terhadap sumur penduduk yang trerletak pada elevasi yang lebih rendah.

Pencemaran lindi juga dapat terjadi akibat efluen pengolahan yang belum memenuhi syarat untuk dibuang ke badan air penerima. Karakteristik pencemar lindi yang sangat besar akan sangat mempengaruhi kondisi badan air penerima terutama air permukaan yang dengan mudah mengalami kekurangan oksigen terlarut sehingga mematikan biota yang ada.

d. Pencemaran Tanah

Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di lahan kosong atau TPA yang dioperasikan secara sembarangan akan menyebabkan lahan setempat mengalami pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik dan mungkin juga mengandung Bahan Buangan Berbahaya (B3). Bila hal ini terjadi maka akan diperlukan waktu yang sangat lama sampai sampah terdegradasi atau larut dari lokasi tersebut. Selama waktu itu lahan setempat berpotensi menimbulkan pengaruh buruk terhadap manusia dan lingkungan sekitarnya.

e. Gangguan Estetika

Lahan yang terisi sampah secara terbuka akan menimbulkan kesan pandangan yang sangat buruk sehingga mempengaruhi estetika lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat terjadi baik di lingkungan permukiman atau juga lahan pembuangan sampah lainnya.

Proses pembongkaran dan pemuatan sampah di sekitar lokasi pengumpulan sangat mungkin menimbulkan tumpahan sampah yang bila tidak segera diatasi akan menyebabkan gangguan lingkungan. Demikian pula dengan ceceran sampah dari kendaraan pengangkut sering terjadi bila kendaraan tidak dilengkapi dengan penutup yang memadai.

Di TPA ceceran sampah terutama berasal dari kegiatan pembongkaran yang tertiup angin atau ceceran dari kendaraan pengangkut. Pembongkaran sampah di dalam area pengolahan maupun ceceran sampah dari truk pengangkut akan mengurangi estetika lingkungan sekitarnya.

Sarana pengumpulan dan pengangkutan yang tidak terawat dengan baik merupakan sumber pandangan yang tidak baik bagi daerah yang dilalui. Lokasi TPA umumnya didominasi oleh ceceran sampah baik akibat pengangkutan yang kurang baik, aktivitas pemulung maupun tiupan angin pada lokasi yang sedang dioperasikan. Hal ini menimbulkan pandangan yang tidak menyenangkan bagi masyarakat yang melintasi / tinggal berdekatan dengan lokasi tersebut.

f. Kemacetan Lalu lintas

Lokasi penempatan sarana / prasarana pengumpulan sampah yang biasanya berdekatan dengan sumber potensial seperti pasar, pertokoan, dan lain-lain serta kegiatan bongkar muat sampah berpotensi menimbulkan gangguan terhadap arus lalu lintas.

Arus lalu lintas angkutan sampah terutama pada lokasi tertentu seperti transfer station atau TPA berpotensi menjadi gerakan kendaraan berat yang dapat mengganggu lalu lintas lain; terutama bila tidak dilakukan upaya-upaya khusus untuk mengantisipasinya.

Arus kendaraan pengangkut sampah masuk dan keluar dari lokasi pengolahan akan berpotensi menimbulkan gangguan terhadap lalu lintas di sekitarnya terutama berupa kemacetan pada jam-jam kedatangan. Pada TPA besar dengan frekwensi kedatangan truck yang tinggi sering menimbulkan kemacetan pada jam puncak terutama bila TPA terletak berdekatan dengan jalan umum.

g. Gangguan Kebisingan

Kebisingan akibat lalu lintas kendaraan berat / truck timbul dari mesin-mesin, bunyi rem, gerakan bongkar muat hidrolik, dan lain-lain yang dapat mengganggu daerah-daerah sensitif di sekitarnya.

Di instalasi pengolahan kebisingan timbul akibat lalu lintas kendaraan truk sampah disamping akibat bunyi mesin pengolahan (tertutama bila digunakan mesin pencacah sampah atau shredder).

Kebisingan di sekitar lokasi TPA timbul akibat lalu lintas kendaraan pengangkut sampah menuju dan meninggalkan TPA; disamping operasi alat berat yang ada.

h. Dampak Sosial

Hampir tidak ada orang yang akan merasa senang dengan adanya pembangunan tempat pembuangan sampah di dekat permukimannya. Karenanya tidak jarang menimbulkan sikap menentang / oposisi dari masyarakat dan munculnya keresahan. Sikap oposisi ini secara rasional akan terus meningkat seiring dengan peningkatan pendidikan dan taraf hidup mereka, sehingga sangat penting untuk mempertimbangkan dampak ini dan mengambil langkah-langkah aktif untuk menghindarinya.

2. Resiko Lingkungan

Komponen lingkungan yang diperkirakan akan terkena dampak akibat adanya kegiatan pembangunan sistem penyediaan air bersih akan mencakup:

a. Geo-fisik-Kimia; yang meliputi: kuantitas dan kualitas air tanah/permukaan, kualitas udara, kondisi tanah, dan kebisingan

b. Biologis: baik keanekaragaman maupun kondisi flora/fauna

c. Sosioekonomibudaya; yang meliputi: kependudukan, kesehatanmasyarakat, pola kehidupan masyarakat, mata pencaharian, estetika, kecemburuan masyarakat, persepsi masyarakat terhadap proyek, nilai jual tanah, situs sejarah, adat, dan lain-lain

d. Prasarana umum: jalan, saluran drainase, jaringan PLN/Telkom, perpipaan air bersih / air limbah, dll.

9. Laporan tahunan dari Puskesmas memperlihatkan 10 besar penyakit yang terdeteksi di desa ini adalah:

ISPA

Gastro intestinal dan diare

Kulit

Malaria

DHF

Tuberkulosis

Asthma

Gigi dan mulut

Hipertensi

Cidera karena kecelakaan lalu lintas

9.1. Bagaimana hubungan lingkungan dengan 10 penyakit yang terdeteksi didesa Mjt?

1. ISPA: Karena ventilasi yang kurang baik sehingga tidak terjadi pertukaran udara dan mikroorganisme akan tinggal di dalam ruangan dan menyebabkan infeksi. Selain itu asap dari penggunaan kayu bakar juga bisa mengganggu sistem pernafasan dan tinggi nya polusi udara di desa tersebut.

2. Gastro intestinal dan diare: Penggunaan air yang terkontaminasi zat berbahaya serta mikroorganisme sehingga masyarakat bisa mengalami masalah pencernaan.

3. Kulit : Sanitasi lingkungan dan higiene masyarakat yang kurang baik sehingga akan memudahkan penularan penyakit seperti penyakit kulit

4. Malaria : Vector malaria yaitu nyamuk akan mudah berkembang biak karena banyak rawa dan sawah serta masyarakat seringkali membuang sampah sembarangan di rawa tersebut. Hal ini membuat banyak sekali tempat untuk nyamuk berkembang biak dan memudahkan penularan penyakit malaria.

5. DHF: Sama seperti malaria, juga karena vector nyamuk yang semakin mudah berkembang biak.

6. Tuberkulosis: Infeksi oleh Mycobacterium tuberculosis akan sangat mudah menular apabila ventilasi rumah tidak baik, karena mikroorganisme ini bisa bertahan berjam - jam di udara sehingga jika pertukaran udara tidak baik maka risiko tertular akan lebih tinggi.

7. Asma: Penggunaan kayu bakar bisa mengganggu pernafasan dan meningkatkan risiko terkena asma.

8. Gigi dan mulut: Kebiasaan masyarakat yang suka merokok dan minum alkohol dapat mengganggu kesehatan gigi dan mulut.

9. Hipertensi: Juga disebabkan karena kebiasaan merokok dan minum alkohol.

10. Cedera karena kecelakaan lalu lintas: Kebiasaan masyarakat minum alkohol.

10. Dalam kurun waktu tahun 2010-2011 desa ini dua kali mengalami keracunan makanan yaitu tatkala ada hajata perkawinan yang melibatkan banyak orang.

10.1. Bagaimana sanitasi makanan yang baik?

1.Penangananbahan makananpilihlah bahan makanan yang masih segar, masih utuh, tidak retak atau pecah , semua jenis bahan perlu mendapat perhatian secara fisik serta secara kesegahannya terjamin, terutama buah buahan dan makanan yg mudah membusuk atau rusak seperti daging, ikan,susu, ayam, telor atau makanan dalam kaleng, dsb.didalam bahan makanan tidak boleh ada kotoran dan tidak boleh berulat, tidak tercemar pestisida dll.a.Buah-buahanKeadaan fisiknya baik,isinya penuh, kulitnya utuh, tidak rusak atau kotor

Isinya masih terbungkus kulit dengan baik

Warna sesuai dengan bawaan alaminya, tidak ada warna tambahan, warna karbitan atau warna lain selain warna buah

Tidak berbau busuk atau bau asam ataupun bau yang tidak segarlainnya Tidak ada cairan lain selain getah aslinya

b.Air

Air yang digunakan harus memenuhi syarat kualitas air minum, sesuai dengan Kemenkes RI no.492/Menkes/PER/IV/2010 seperti syarat fisik (tidak teras,berbau, berwarna serta tidak keruh) . syarat kimia tidak mengandung zat-zat kimia beracun yang menimbulkan gangguan kesehatan, syarat mikrobiologi (bebas bakteri Escherchia dengan standar 0 dalam 100ml air minum) serta bebas dari kontaminasi radiasi radioaktif melebihi batas maksimal yang diperbolehkan.

c. GulaGula yang digunakan harus dalam kondisi fisik yang baik, warna tidak kusam, harus kering dan tidak berbau .Sumber bahan makanan yang baik,lebih tepat kita memilih pusat penjualan bahan makanan dengan system pengaturan suhu yang dikendalikan dengan baik dan tempat-tempat penjualan yang diawasi oleh pemerintah, karena perjalanan/ daur proses makanan adalah dengan jaringan yangpanjang melalui jaringan perdagangan yang panjang.

2. Penyimpanan Makanan,

penyimpanan bahan makanan merupakan satu dari 6 (enam) prinsip sanitasi dan higiene makanan. penyimpanan bahan makanan yang tidak baik, terutama dalam jumlah banyak ( jasa catering atau jasa boga) dapat menyebabkan kerusakan bahan makanan tersebut, adapun tatacara penyimpanan bahan makanan adalah sbb:Pada Suhu penyimpanan yang baikPada suhu penyimpanan yang baiksetiap bahan makanan mempunyai spesifikasi dalam proses penyimpanan tergantung kepada besar dan berat serta banyaknya makanan dan tempat penyimpanannya. sebagian besar bahan makanan dapat dikelola sendiri oleh pihakowner . Makanan jenis daging, ikan, udang dan olahannya

oMenyimpan sampai 3 hari : -50sampai 00C

oPenyimpanan untuk 1 minggu : -190sampai -50C

oPenyimpanan lebih dari 1minggu : dibawah -100C

Makanan jenis telor, susu dan olahannya

oPenyimpanan sampai 3 hari : -50sampai 70C

oPenyimpanan untuk 1 minggu : dibawah -50C

oPenyimpanan paling lama untuk 1 mg : dibawah -50C

Makanan jenis sayuran dan minuman dengan waktu penyimpanan paling lama 1 minggu yaitu 70sampai 100C

Tepung, biji-bijian dan umbi kering pada suhu kamar (250C).. Penyimpanan harus dilakukan ditempat khusus (gudang) yang bersih dan memenuhi syarat, proses penyimpanan bahan makanan harus sesuai ketentuan yangberlaku karena untuk mencegah pencemaran. Makanan harus disimpan ditempat dimana migroorganisme tidak dapat tumbuh dan berkembang biak.Mikroorganisme masih bisa berkembang pada suhu 5 - 100c, penyimpanan makanan dalam freezer sama sekali tidak dapat membunuh bakteri, apabila makan dikeluarkan dari freezer makan bakteri akan berkembang biak, bakteri akanberhenti tumbuh apabila bahan makanan disimpan dalam suhu -30c.(Moehyi, 1992).

Penyimpanan bahan makanan dilakukan untuk menghindari sbb;

Tercemar bakteri karena alam maupun perilaku manusia

Kerusakan mekanisme seperti gesekan, tekanan, benturan dll

Terdapat cara penyimpanan bahan makanansesuai suhu,

Penyimpanan sejuk (cooling), yaitu suhu penyimpanan 10oc-15oc untuk buah dan sayuran serta minuman

Penyimpanan dingin, antara 4oc 10oc untuk makanan yang berpotensi segera diolah kembali.

Penyimpanan dingin sekali (freezing) suhu penyimpanan 0 4oc, untuk bahan makanan berpotensi mudah rusak untuk jangka waktu sd 24 jam.

_ Penyimpanan beku, (fozen)suhu penyimpanank urang dari 0oc, untuk bahan makanan potensi mudah rusak untuk jangka waktu lebih dari 24 jam Sumber:

Lemari pendingin yang mampu mencapai suhu 100 150C untu penyimpanan sayuran,minuman dan buah serta untuk display penjualan makanan da minuman dingin.Lemari es (kulkas) yang mampu mencapai suhu 10- 40C dalam keadaanisi bisa digunakan untuk minuma, makanan siap santap dan telor Lemari es (Freezer) yang dapat mencapai suhu -50C, dapat digunakan untuk penyimpanan daging, unggas, ikan, dengan waktu tidak lebih dari 3 hari.Kamar beku yang merupakan ruangan khusus untuk menyimpan makanan beku (frozen food) dengan suhu mencapai -200CPenyimpanan suhu kamar,untuk makanan kering dan makanan terolahan yang disimpan dalam suhu kamar, maka rak penyimpanan harus diatur sbb:makanan diletakkan dalam rak-rak yang tidak menempel pada dinding, lantai dan langit-langit, maksudnya adalah untuk sirkulasi udara segar dapat segera masuk ke seluruh ruangan.mencegah kemungkinan jamahan dan tempat persembunyian tikusuntuk memudahkan pembersihan lantaiuntuk mempermudah dilakukan stock opnamesetiap makanan ditempatkan dalam kelompok dan tidak bercampur berbauruntuk bahan yang mudah tercecer seperti, gula pasis, tepung, ditempatkan dalam wadah penampungan sehingga tidak mengotori lantaiuntuk menyimpan daging dan makanan beku dalam jangka waktu lama.

Setiap bahan makanan yan disimpan diatur ketebalannya, maksudnya agar suhu dapat merata keselutuh bagian

Setiap bahan makanan ditempatkan secara terpisah menurut jenisnya, dalam wadah (container) masing-masing. Wadah dapat berupa bak, kantong plastik atau lemari yang berbeda.

Makanan disimpan didalam ruangan penyimpanan sedemikian hingga terjadi sirkulasi udara dengan baik agar suhu merata keseluruh bagian. Pengisian lemari yang terlalu padat akan mengurangi manfaat penyimpanan karena suhunya tidak sesuai dengan kebutuhan.c.Penyimpanan dalam lemari Es,bahan makanan mentah harus terpisah dari makanan siap santap/siap saji. makanan yangberbau tajam harus ditutup dalam kantong plastik yang rapat dan dipisahkan dari makanan yang lain, kalau memungkinkan dalam lemari yang berbeda. atau diletaklakagak berjauhan. makanan yang disimpan tidak lebih dari 2 - 3 harus sudah dipergunakan. lemari tdk boleh serlalu sering dibuka. lemari untuk keperluan sehari hari hendaknya berbeda dengan lemari untuk penyimpanan.d. Penyimpanan makanan kering- suhu cukup sejuk, udara kering dengan ventilasi baik- ruangan bersih, kering, lantai dan dinding tidak lembab- antar rak berjarak minimal 15 cm dari dinding dan 60 cm dari langit-langit- rak mudah dibersihkan dan dipindahkan- penempatan dan pengambilan barang diatur dengan sistem FIFO (Firs In Firs Out), artinya makanan yang masuk terlebih dahulu dikeluarkan terlebih dahulue.Administrasi Penyimpanan,setiap barang yang dibeli harus dicatat dan diterima oleh bagian gudang untuk ketertiban administrasinya. setiap jenis makanan mempunyai kartu stock, sehingga apabila terjadi kekurangan barang dapat segera diketahuiCara penyimpanan bahan makanan juga perlu memperhatikan seperti ketebalan, pengelompokkan jenis makanan, dan sirkulasi udara dalam ruang penyimpanan. Selain setiap barang yang dibeli harus dicatat dan diterima oleh bagian gudang untuk ketertiban adminisrasinya. Setiap jenis makanan mempunyai kartu stock, sehingga bila terjadi kekurangan barang dapat segera diketahui.

3.Pengolahan makananPada proses / cara pengolahan makanan ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian Yaitu:Tempat penyimpananTempat pengolahan makanan adalah suatu tempat dimana makanan diolah, tempat pengolahan ini sering disebut dapur.. Dapur adalah suatu ruangan atau tempat khusus yang memiliki perlengkapan dan peralatan untuk mengolah makanan hingga untuk disajikan.Dapur mempunyai peranan yang penting dalam proses pengolahan makanan, karena itu kebersihan dapur dan lingkungan sekitarnya harus selalu terjaga dan diperhatikan. Dapur yang baik harus memenuhi persyaratan sanitasi. berdasarkan fungsinya ialah: dapur merupakan ruangan atau lokasi khusus yang berisi peralatan untuk dipergunakan memasak dan menyiapkan atau mengolah makanan. Dapur tempat Mengolah makanan ( memproses bhn makanan hingga disajikan)Hal Utama yang harus ada di dapur,- peralatan masak yang memadai seperti kompor dan perangkat masak,- sumber air dan saluran pembuangan limbah cair dan sampah padat tersedia, supaya pada saat membersihkan bahan makanan lebih mudah dan higienis. harus terdapat ventilasi udara, supaya sirkulasi udara baik, dapur yang baik bukan hanya sebagai tempat memasak namun merupakan tempat yang memberi rasa aman dan sehat bagi pemakainya.Tenaga pengolah makanan / penjamah makananPenjamah makanan menurut Depkes RI (2006) adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan pengangkutan sampai penyajian. Dalam proses pengolahan makanan, peran dari penjamah makanan sangatlah besar peranannya. Penjamah makanan ini mempunyai peluang untukmenularkan penyakit. Banyak infeksiyang ditularkan melalui penjamah makanan, antaralainStaphylococcusaureusditularkan melalui hidung dan tenggorokan, kumanClostridiumperfringens,Streptococcus, Salmonelladapat ditularkan melalui kulit.Oleh sebab itu penjamah makanan harus selalu dalam keadansehat danterampil. Penjamah makanan adalah seorang tenaga yang menjamah makanan, mempersiapkan, mengolah, menyimpan, mengangkut, maupun dalam menyajikan makanan. Pengetahuan, sikap dan tindakan penjamah makanan mempengaruhi kualitas makanan. Hygiene dan sanitasi makanan mempunyai tujuan yang sama, yaitu mengusahakan cara hidup sehat sehingga terhindar dari penyakit , Usaha hygiene lebih menitik beratkan pada usaha-usaha kebersihan individu, sedangkan sanitasi lebih menitik beratkan kepada faktor-faktor lingkungan hidup manusia. Upaya hygiene dan sanitasi makanan diantaranya yaitu pengolahan makanan. Manusia selain mengkonsumsi makanan yang memenuhi zat-zat gizi untuk digunakan tubuh sebagai pertumbuhan,perkembangan dan energi, tetapi juga harus memperhatikan hygiene dan sanitasi pengolahan makanan. Sehingga keamanan makanan yang bebas dari pencemaran yang diperlukan tubuh agar kesehatan tidak terganggu dapat terpenuhi.Personal higiene penjamah makanan sangatlah perlu dipelajari dan diterapkan dalam pengolahan makanan untuk mencegah penularan penyakit menular melalui makanan. Beberapa hal yang harus dilakukan oleh setiap penjamah makanan ketika mengolah dan menyajikan makanan untuk mencegah penularan penyakit menular antara lain seperti :

Selalu mencuci tangan sebelum menjamah makanan, minuman dan peralatan Memotong kuku agar tetap pendek serta tidak menggunakan cat kuku dan selalu mencuci tangan menggunakan sabun dan air yang mengalir Pencucian tangan perlu dilakukan kembali setelah menggunakan kamar kecil ataupun setelah kontak dengan cairan tubuh ketika batuk atau bersin Penjamah makanan tidak boleh makan, minum atau merokok didalam area dimana terdapat makanan, peralatan, barang sekali pakai dan benda-benda lain yang tidak boleh terkontaminasi Sarung tangan sekali pakai (disposable) yang kuat direkomendasikan digunakan untuk mengolah makanan dimana sebelumnya harus mencuci tangan terlebih dahulu sebelum memakai sarung tangan dan digunakan sekali pakai.11. Dari pihak kabupaten pernah melakukan pemeriksaan kualitas air minum yang berseumber dari air sumur penduduk dan hasilnya diberikan pada lampiran. Dari pihak propinsi pernah juga melakukan pengukuran kualitas udara tatkala ada serangan asap, hasilnya juga diberikan di lampiran.

11.1. Bagaimana interpretasi dari hasil pengujian kualitas air minum di desa Mjt?

ParameterHasil UjiKadar NormalKeterangan

E. Coli2000 / 100 cc0Melebihi batas yang diperbolehkan

Total Coliform1000 / 100 cc0Melebihi batas yang diperbolehkan

Arsen0,05 mg/dl0,01 mg/dlMelebihi batas yang diperbolehkan

Flourida1,4 mg/dl1,5 mg/dlNormal

Total Kromium0,03 mg/dl0,05 mg/ dlNormal

Kadmium0,001 mg/dl0,003 mg/ dlNormal

Nitrit2 mg/dl3 mg/ dlNormal

Nitrat25 mg/dl50 mg/ dlNormal

Sianida0,07 mg/l0,07 mg/ dlNormal

Selenium0,01 mg/dl0,01 mg/ dlNormal

Ditemukannya E. Coli dan Total Coliform menandakan bahwa air sumur di desa Mjt telah terkontaminasi dengan feses, hal ini menandakan air ini tidak layak digunakan.

Peningkatan kadar arsen di ambang batas normal pada air minum sangat berbahaya dikarenakan sifat arsen yang sangat berbahaya seperti dapat menyebabkan diare, muntah, kelumpuhan, dan peningkatan semua resiko kanker.

11.2. Bagaimana interpretasi dari hasil pengujian kualitas udara di desa Mjt?

ParameterWaktu PengukuranHasil UjiBaku MutuKeterangan

SO224 jam500 micrgr / M3365 ug/Nm3Meningkat / tidak sesuai dengan baku mutu

CO24 jam30000micrgr / M310.000ug/Nm3Meningkat / tidak sesuai dengan baku mutu

Nox24 jam200 micrgr / M3150 ug/Nm3

Meningkat / tidak sesuai dengan baku mutu

O31 jam200 micrgr / M3235 ug/Nm3

Normal

Hidrokarbon3 jam100 micrgr / M3160 ug/Nm3Normal

Total Suspended Particulate (TSP)24 jam500 micrgr / M3230 ug/Nm3

Meningkat / tidak sesuai dengan baku mutu

Pb24 jam5 micrgr / M32 ug/Nm3

Meningkat / tidak sesuai dengan baku mutu

12. Ada hal menarik yang pernah dilakukan mahasiswa Unsri di desa ini di tahun 2009 yaitu Penelitian tentang Kualitas Udara Ruangan (Indoor Air Quality). Menurut studi itu akibat penggunaan bahan bakar kayu dan briket arang, sedangkan ventilasi dapur tidak baik, maka kualitas udara didalam rumah tidak cukup baik, khususnya kadar debu halus (PM10) yang tinggi.

12.1. Bagaimana sirkulasi udara ruangan yang baik?

Level suhu atau panas dalam suatu ruang atau gedung masih dalam batas-batas yang dapat diterima

Gas-gas hasil proses penafasan dalam konsentrasi normal

Kontaminan atau bahan-bahan pencemar udara di bawah level ambang batas kesehatan (Muhamad Idham,2003:40)

12.2. Bagaimana solusi untuk memperbaiki kualitas udara ruangan?

Pengendalian sumber polutan

Salah satu cara paling efektif dalam memperbaiki kualitas udara dalam ruangan adalah dengan menghilangkan setiap sumber polutan atau mengurangi emisi. Sejumlah sumber polutan, misalnya asbestos, dapat ditutup atau halnya seperti kompor gas dapat disesuaikan untuk mengurangi jumlah emisi. Dalam berbagai kasus, pengendalian sumber polutan juga lebih hemat biaya daripada menambah ventilasi terbuka yang dapat menambah konsumsi energi dalam pengunaan pendingin ruangan.

Perbaikan ventilasi

Cara lain untuk menurunkan konsentrasi polusi dalam ruangan di rumah anda adalah dengan menambah jumlah udara luar masuk ke dalam rumah. Kebanyakan sistem pendingin rumah tidak secara langsung membawa udara segar luar ke dalam rumah. Dengan membuka jendela dan pintu, menyalakan kipas jendela atau loteng, sesering mungkin atau menyalakan pendingin udara dengan membuka saluran udara luar, kita menambah sirkulasi udara luar ke dalam ruangan. Kipas dapur atau kamar mandi yang membuang udara keluar juga dapat membantu mengurangi polutan secara langsung dari ruangan dan menambah sirkulasi udara.

Rumah-rumah baru hari ini mulai dilengkapi juga dengan sistem udara yang bertujuan membawa masuk udara luar yang telah disaring ke dalam rumah. Mesin ini di kenal sebagai "energy-efficient heat recovery ventilators" (juga dikenal sebagai "air-to-air heat exchangers"). Mesin-mesin tersebut meningkatkan sirkulasi udara dalam rumah tanpa membebani kerja pendingin udara sehingga tetap hemat biaya dalam pengoperasiannya. Ini adalah salah satu cara terefisien agar ruang tetap terasa nyaman dan dingin serta menjamin kesehatan anda.

13. Akhir-akhir ini sejak harga karet alam naik, desa ini kebanjiran motor yang menyebabkan tingkat kecelakaan yang cukup tinggi. Menurut penuturan kades, selain kecelakaan akibat motor, desa ini juga mulai mengalami budaya minuman keras dan narkoba.

13.1. Apa dampak banyak penggunaan motor dengan tingkat kecelakaan lalu lintas?

terjadi penumpukan kendaraan di setiap harinya terlebih lagi disaat hari kerja. Penumpukan tersebut menimbulkan kemacetan di jalan.

Kemacetan tersebut membuat semua orang berebut ingin sampai tempat tujuannya terlebih dahulu. Hal ini menyebabkan kurangnya kehati-hatian didalam berkendara sehingga terjadilah kecelakaan lalu lintas.

Tambahan :

Menurut pengamat sosial Rifqy (2009) ada ciri-ciri dari pengendara motor

yang bertingkah laku negatif. Pertama, tidak mau mengalah yaitu pengendara sepeda motor maunya menang sendiri seolah jalan raya tersebut adalah miliknya. Pengendara tidak mau menepi sekalipun sudah diberi peringatan. Kedua tidak sabar, yaitu pengendara sepeda motor selalu berada didepan jika saat lampu merah menyala dan tertutupnya palang pintu kereta api. Para pengendara sepeda motor lebih sayang waktunya terbuang daripada keselamatannya sendiri. Ketiga mudah emosi, yaitu pengendara selalu saling menyalahkan antara satu sama lainnya.

13.2. Apa dampak budaya minuman keras dan narkoba terhadap kesehatan lingkungan?

i. Pengaruh Dalam Jangka Pendek

Konsentrasi alkohol yang kita minum beredar dalam darah, menimbulkan euphoria ringan dan stimulasi terhadap perilaku lebih akof sering meningkatnya konsentrasi alkohol dalam darah. Kemudian, efek yang dapat dilihat adalah resiko mabuk dan teler sehingga dapat menyebabkan penurunan kesadaran.

ii. Pengaruh Dalam Jangka Panjang

Menyebabkan berbagai pnyakit seperti kerusakan jantung, tekanan darah tinggi, stroke, kerusakan hati, kanker payudara, kesulitan tidur, kerusakan otak dengan perubahan kepribadian, dan sulit mengingat serta konsentrasi.

DAMPAK MINUMAN KERAS

i.Mengkomsumsi minuman alkohol secara berlebihan bagi kalangan anak anak remaja dapat mempengaruhi kondisi perilaku perubahan psikologis mereka, serta kehilangan daya konsentrasi mereka dalam belajar.

ii.Penyakit berbahaya seperti kanker, liver bahkan menyebabkan kematian mengancam nyawa mereka yang masih berusia muda, yang sudah sepantasnya bagi generasi muda untuk menjaga kesehatannya.

14. Bagaimana inventarisasi Peraturan Perundangan terkait dengan masalah-masalah diatas?

a. Peraturan Perundangan Terkait Kualitas air

Kualitas Air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan mikrobiologi, fisika, kimia dan radioaktif. Berikut persyaratan kualitas air minum menurut Permenkes NO.492/Menkes/Per/IV/2010

b. Peraturan Perundangan Terkait Kualitas udara Peraturan pemerintah republik Indonesia, Nomor : 41 tahun 1999, Tanggal : 26 mei 1999 tentang Baku mutu udara ambien nasional

NoParameterWaktu PengukuranBaku MutuMetode AnalisisPeralatan

1SO2

(Sulfur Dioksida)1 jam

24 jam

1 tahun900 ug/Nm3

365 ug/Nm3

60 ug/Nm3PararosanilinSpektrofotometer

2CO (Karbon Monoksida)1 jam

24 jam

1 tahun30.000 ug/Nm3

10.000 ug/Nm3NDIRNDIR Analyzer

3NO2 (Nitrogen Dioksida)1 jam

24 jam

1 tahun400 ug/Nm3

150 ug/Nm3

100 ug/Nm3SaltzmanSpektrofotometer

4O3 (Oksidan)1 jam

1 tahun235 ug/Nm3

50 ug/Nm3ChemiluminescentSpektrofotometer

5HC (Hidro Carbon)3 jam160 ug/Nm3Flame IonizationGas Chromatografi

6PM10 (Partikel < 10 um)24 jam150 ug/Nm3GravimetricHI-Vol

PM25*24 jam

1 jam65 ug/Nm3

15 ug/Nm3Gravimetric

GravimetricHi- Vol

Hi- Vol

7TSP (debu)24 jam

1 jam230 ug/Nm3

90 ug/Nm3GravimetricHI- Vol

8

Pb (Timah hitam)24 jam

1 jam2 ug/Nm3

1 ug/Nm3Gravimetric

Ekstratif

PengabuanHi- Vol

AAS

9Dustfall (Debu jatuh)30 hari10 Ton/ Km2/Bulan (Pemukiman)

20 Ton/Km2/Bulan (industri)GravimetricCannister

10Total Fluorides (as F )24 Jam

90 hari3 ug/Nm3

0,5 g / Nm3Spesific Ion ElectrodeImpinger atau

Countinous Analyzer

11Flour Indeks

30 hari40 g / 100 cm2

dari kertas limed

filterColourimetricLimed Filter Paper

12Khlorine &

Khlorine Dioksida

24 Jam150 g / Nm3Spesific Ion

Electrode

Imping atau

Countinous Analyzer

13Sulphat Indeks

30 hari1 mg SO3 / 100 cm3

Dari Lead PeroksidaColourimetricLead

Peroxida Candle

Baku mutu udara ambien untuk wilayah Sumatera Selatan diatur berdasarkan peraturan Gubernur Sumatera Selatan No. 15 Thun 2005, yaitu:

c. Masalah sampah dan limbah

Peraturan Pemerintah mengenai pembuangan limbah dan pembuangan tinja

1. UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan

2. UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup

3. UU No. 24 tahun 1992 tentang Penataan ruang

4. UU No. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya

5. PP No. 27 tahun 1999 tentang analaisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL)

6. PP No. 18 tahun 1999 tentang pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun

7. PP No. 20 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran air

8. Keppres Mo. 77 tahun 1994 tentang bedan pengendalian dampak lingkungan (BAPEDAL)

9. Keputusan Menteri negara lingkungan Hidup (KEP-39/MENLH/11/1996 tentang jenis usaha atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL

10. Keputusan Menteri negara lingkungan Hidup (KEP-50/MENLH/11/1996) tentang baku tingkat kebauand. Peraturan Perundangan Terkait Makanan

1. Kepmenkes : 715/Menkes/SK/V/2003 tentang Persaratan Higiene Sanitasi Jasaboga.

Kepmen 715/03 mengatur:i. Ketentuan umum ii. Penggolongan iii. Laik Higiene Sanitasi iv. Persaratan Higiene Sanitasi v. Pembinaan Pengawasan vi. Sanksi. 2. Kepmenkes No. 942/MENKES/SK/VII/2003 tentang pedoman persyratan hygien sanitasi makanan jajanan

3. Kep BPPOM No. HK. 00.05.5.1641 tentang pedoman pemeriksaan sarana produksi pangan industri rumah tangga (IRT)

4. PP no 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan15. Langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan pihak puskesmas terkait dengan masalah diatas?

Masalah kesehatan di desa MjtLangkah penting yang harus dilakukan Puskesmas

Kondisi demografis Menggalakkan budaya beralas kaki

Promosi ventilasi rumah yang baik

Promosi obat cacing setiap enam bulan sekali sekaligus identifikasi kecacingan

Sumber air bersih Upaya promosi kesehatan berupa penyuluhan tentang sumber air bersih dan cara pengolahannya

Upaya kesehatan lingkungan berupa menjaga sumber air di desa Mjt supaya tidak terkontaminasi oleh zat-zat berbahaya

Kualitas udara ambien Penyuluhan pemakaian masker atau penutup hidung dan mulut pada saat terjadi serangan asap kabut

Identifikasi atau skrining harus tuberkulosis paru baru

Pengelolaan sampah Puskesmas harus mewaspadai adanya lonjakan penyakit infeksi atau keracunan dengan mempersiapkan sebagai berikut:

Pengobatan yang memadai untuk penyakit infeksi yang sering terjadi di desa Mjt

Penggalakan pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

Melaporkan kondisi kesehatan desa ke pejabat setempat berserta rekomendasi yang diajukan

Pelayanan kesehatan Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan yang telah ada

Memberikan usulan kepada pemerintah setempat untuk menambah jumlah tenaga kerja Puskesmas

Memberikan penyuluhan dan edukasi masyarakat mengenai praktik tenaga kesehatan dan perizinannya

Melakukan usaha promotif dan preventif kesehatan

16. Berikan juga nasehat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda setempat!

Memberlakukan kebijakan/peraturan perundangundangan yang tidak merugikan kesehatan masyarakat dan bahkan mendukung terciptanya PHBS dan kesehatan masyarakat.

Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang dapat mempercepat terciptanya PHBS di kalangan pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) pada khususnya serta masyarakat luas pada umumnya. Membangun PAM dan penyediaan air bersih Membuat pengolaan sampah yang lebih baik Penanaman pohon

Penambahan tenaga kesehatan

Membuat puskesmas dan pustu yang lebih dekat

Penambahan dana untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.

Penyuluhan tentang bagaimana memasak dengan menggunakan sumber makanan yang higenis dan ventilasi dapur yang benar. Penyuluhan tentang hukum dan dampak minuman keras dan narkoba Membuat peraturan rambu-rambu untuk menurunkan laju kendaraan pada kecepatan tertentu Menyediakan alat bantu/alat peraga atau media komunikasi guna memudahkan petugas kesehatan dalam melaksanakan pemberdayaan.

Menyelenggarakan bina suasana baik secara mandiri atau melalui kemitraan dengan pihak-pihak lain.

Menyelenggarakan advokasi dalam rangka kemitraan bina suasana dan dalam mengupayakan dukungan dari pembuat kebijakan dan pihak-pihak lain (sasaran tersier).

Dinas kesehatan kabupaten/kota harus tersedia tenaga khusus promosi kesehatan. Tenaga ini berupa pegawai negeri sipil dinas kesehatan kabupaten/kota yang ditugasi untuk melaksanakan promosi kesehatan. Petugas ini bertanggung jawab membantu pelaksanaan promosi kesehatan di Puskesmas.

IV. Hipotesis

Masyarakat desa Mjt. Komunitas mengalami masalah kesehatan lingkungan dengan faktor resiko kualitas udara dan air, pengelolaan sampah yang buruk, peningkatan pertumbuhan vektor, buruknya sanitasi makanan, budaya narkoba dan minuman keras, serta ketidakpatuhan lalu lintas.

V. Kerangka Konsep

VI. Penutup

Kesimpulan

Masyarakat desa Mjt. Komunitas mengalami masalah kesehatan lingkungan dengan faktor resiko kualitas udara dan air, pengelolaan sampah yang buruk, peningkatan pertumbuhan vektor, buruknya sanitasi makanan, budaya narkoba dan minuman keras, serta ketidak patuhan lalu lintas.

DAFTAR PUSTAKA

Dorland, W.A Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 31. Jakarta; EGCChandra, dr. Budiman. 2009. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Edisi I. Jakarta : EGCDesa MJT

Memasak pakai kayu bakar

Kebiasaan telanjang kaki

Buang sampah di rawa

Kebiasaan memakai narkoba + alkohol

Harga karet mata pencaharian penduduk naik

Letak geografis dipinggir jalan lintas padat

malaria

Gangguan kulit

ISPA, Asthma, tuberculosis

Kabut asap

Gangguan kualitas udara ruangan

Gangguan GI Tract, Keracunan makanan, gangguan gigi dan mulut

Penggunaan air untuk kebutuhan domestik

Air tercemar

Perkembang biakan jentik nyamuk

Bising

Rawan kecelakaan

Kehilangan kemampuan stabil diri

Pengguna sepeda motor bertambah

62