laporan fitokimia

22
PENENTUAN SENYAWA GLIKOSIDA, STEROIDA, FLAVONOIDA, GULA DAN MINYAK ATSIRI I. TUJUAN PERCOBAAN Agar mahasiswa mampu melakukan skrinning fitokimia terhadap golongan glikosida, steroida, flavonoid, gula dan minyak atsiri. Mengetahui senyawa apa saja yang terkandung didalam sampel yang akan di uji. II. TINJAUN PUSTAKA A. Glikosida Salicin, a glikoside related to aspirin. Glikosida adalah senyawa yang jika dihidrolsis akan menghasilkan satu atau lebih gula dan komponen non gula. Secara kimia glikosida adalah aseatal, dimana gugus hidroksil dari komponen non gulanya, dan gugus hirdoksil yang lain berkondensasi kedalam gulanya sendiri membentuk cincin oksida. Komponen non gula disebut aglikon sedangkan komponen gulanya disebut glikon.

Transcript of laporan fitokimia

Page 1: laporan fitokimia

PENENTUAN SENYAWA GLIKOSIDA, STEROIDA,

FLAVONOIDA, GULA DAN MINYAK ATSIRI

I. TUJUAN PERCOBAAN

Agar mahasiswa mampu melakukan skrinning fitokimia terhadap golongan

glikosida, steroida, flavonoid, gula dan minyak atsiri.

Mengetahui senyawa apa saja yang terkandung didalam sampel yang akan di uji.

II. TINJAUN PUSTAKA

A. Glikosida

Salicin, a glikoside related to aspirin.

Glikosida adalah senyawa yang jika dihidrolsis akan menghasilkan satu

atau lebih gula dan komponen non gula. Secara kimia glikosida adalah aseatal,

dimana gugus hidroksil dari komponen non gulanya, dan gugus hirdoksil yang lain

berkondensasi kedalam gulanya sendiri membentuk cincin oksida. Komponen non

gula disebut aglikon sedangkan komponen gulanya disebut glikon.

Sebagai senyawa hidroksil, karbohidrat mampu membentuk ester dengan

alkohol lain. Sifat yang paling penting dari ester tersebut adalah mudah dihidrolisis.

Dengan cara mendidihkan sebentar dalam asam encer sudah cukup untuk

menghidrolisis bagian gula dan melepaskan dari bagian aglikon. Hampir semua

glikosida alam mempunyai konfigurasi beta. Gula yang paling sering dijumpai dalam

glikosida ialah glukosa.

Dari segi pandang biologi, glikosida berperan dalam tumbuhan terlibat

dalam fungsi pengaturan-pengaturan, perlindungan, dan kesehatan. Sedangkan untuk

manusia ada yang digunakan dalam pengobatan. Dalam segi pengobatan, glikosida

menyumbang hampir setiap kelas pengobatan, misalnya sebagai obat jantung

(kardiotonika), contohnya: glikosida digitalis, strophantus, squill, convallaria,

Page 2: laporan fitokimia

apocynum, dll. Sebagai obat pencahar (laxantia), misalnya antrakinon dalam sena,

aloe, kelembak, kaskara sagrada, frangula, dll. Sebagai penyedap atau lokal iritan,

misalnya alil-isotiosianat; sebagai analgesika, misalnya gaulterin dan gandapura

menghasilkan metilsalisilat.

Secara kimia, glikosida dibagi berdasarkan aglikonnya, yaitu: kardioaktif,

fenol, alkohol, aldehida, lakton, saponin, antrakuinon, isotiosianat, sianogenik dan

flavanol. Secara kimia, senyawa ini merupakan asetal, yaitu hasil kondensasi gugus

hidroksil gula dengan gugus hidroksil dari komponen aglikon, serta gugus hidroksil

sekunder di dalam molekul gula itu sendiri juga mengalami kondensasi membentuk

cincin oksida. Secara sederhana glikosida merupakan gula eter. Bentuk alfa dan beta

mungkin saja ada, namun di alam atau di dalam tanaman hanya bentuk beta (ß) yang

ada.

Biosintesis glikosida secara singkat dapat dirangkum dalam reaksi sebagai berikut:

UTP + gula-1-fosfat —-(1)——-à UDP-gula + PPi

UDP-gula + —septor  —-(2)–à septon – gula + UDP (glikosida)

(1) enzim uridil tranferase (2) enzim glikosil transferase

Dengan reaksi sejalan akan terbentuk di-, tri-, bahkan tetra- sakarida. Bila

bagian aglikon digunakan sebagai dasar klasifikasi maka akan didapatkan

penggolongan sebagai berikut (menurut Claus dalam Tyler et al.,1988).

Page 3: laporan fitokimia

B. Steroida

Steroida merupakan suatu golongan senyawa triterpenoida yang

mangandung inti siklopentan perhidrofenantrena yang terdiri dari tiga cincin

sikloheksana dan sebuah cincin siklopentana. Nama sterol dipakai khusus untuk

steroida alkohol, tapi karena semua steroida tumbuhan berupa alkohol dengan gugus

hidroksil pada C-3 maka disebut sterol. Sterol bisa terdapat dalam bentuk bebes atau

sebagai glikosida.

Lemak sterol adalah bentuk khusus dari steroid dengan rumus bangun

diturunkan dari kolestana dilengkapi gugus hidroksil pada atom C-3 , banyak

ditemukan pada tanaman, hewan dan fungsi. Semua steroid dibuat di dalam sel

dengan bahan baku berupa lemak sterol, baik berupa lanosterol pada hewan atau

fungsi, maupun berupa sikloartenol pada tumbuhan. Kedua jenis lemak sterol di atas

terbuat dari siklisasi squalena dari triterpena. Kolesterol adalah jenis lain lemak sterol

yang umum dijumpai.

Steroid meliputi empat golongan, yaitu kolesterol, hormon,

adrenokortikoid, hormone seksual dan asam empedu.

Kolesterol ditemukan dalam semua organism dan merupaka bahan awal

untuk pembentukan asam empedu, hormone steroid, dan vitamin D. Walaupun

kolesterol esensial bagi makhluk hidup, tapi berimplikasi terhadap pembentukam plek

pada dinding pembuluh nadi (suatu proses yang disebut arteosklerosis atau

pengerasan pembuluh), bahkan dapat mengakibatkan penyumbatan. Gejala ini penting

terutama dalam pembuluh yang memasuk darah ke jantung. Penyumbatan pada

pembuluh ini menimbulkan kerusakan jantung yang pada gilirannya dapat

menimbulkan kematian akibat serangan jantung.

Page 4: laporan fitokimia

. Beberapa steroid bersifat anabolik, antara lain testosteron, metandienon,

nandrolon dekanoat, 4-androstena-3 17-dion. Steroid anabolik dapat mengakibatkan

sejumlah efek samping yang berbahaya, seperti menurunkan rasio lipoprotein densitas

tinggi, yang berguna bagi jantung, menurunkan rasio lipoprotein densitas rendah,

stimulasi tumor prostat, kelainan koagulasi dan gangguan hati, kebotakan,

menebalnya rambut, tumbuhnya jerawat dan timbulnya payudara pada pria. Secara

fisiologi, steroid anabolik dapat membuat seseorang menjadi agresif.

C. Flavonoida

Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol yang tarbesar. Gololngan

flavonoid mencakup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat pada seluruh

dunia tumbuhan mulai dari fungus sampai angiospermae.

Struktur molekuler dari rangka flavon (2-fenil-1,4-benzopiron)

Stuktur isovlavon

Struktur neoflavonoid

Flavonoid adalah jenis campuran yang dihasilkan oleh tumbuhan secara

alami, yang berfungsi sebagai anti oksidan. Campuran tersebut seperti pada zat warna

Page 5: laporan fitokimia

tanaman dan walaupun tidak tergolong sebagai bahan gizi penting, mereka mampu

menghasilkan vitamin C yang menjadikannya anti oksidan yang sangat kuat.

Flavonoid juga dibutuhkan untuk memelihara dinding kapiler dan melindungi dari

infeksi. Kekurangan flavonoid akan menyebabkan tubuh mudah memar.

Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deret senyawa C6 C3 C6

artinya kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzena tersubtitusi)

disambungkan oleh rantai alifatik ketiga karbon. Flavonoid mempunyai sifat yang

khas yaitu bau yang sangat tajam, sebagian besar merupakan pigmen warna kuning,

dapat larut dalam air dan pelarut organik, mudah terurai pada temperatur tinggi..

campuran flavonoid dapat ditemui pada buah- buahan seperti: berry, apel, bawang

putih, anggur merah, the, anggur hijau, jeruk, lemon, cherry, sayur- sayuran hijau,

alga biru dan hijau, dan banyak lagi yang lain.

Flavonoid tak hanya melindungi dari zat berbahaya yang merusak sel, tapi

juga mencegah tumbuhnya bibit penyakit kanker dalam tubuh, memperlambat

pertumbuhan dan penyebaran sel kanker dalam tubuh, dan lain-lain.

Walaupun studi yang terdahulu menunjukkan bahwa hampir semua buah-buahan dan

sayuranmengandung campuran anti-kanker yang sangat ampuh, para peneliti gagal

menemukan apakah jenis antioksidan tanaman yang menghancurkan sel tumor itu dan

bagaimanacarakerjamereka.

Flavonoid punya sejumlah kegunaan. Pertama, terhadap tumbuhan, yaitu

sebagai pengatur tumbuhan, pengatur fotosintesis, kerja antimiroba dan antivirus.

Kedua, terhadap manusia, yaitu sebagai antibiotik terhadap penyakit kanker dan

ginjal, menghambat perdarahan. Ketiga, terhadap serangga, yaitu sebagai daya tarik

serangga untuk melakukan penyerbukan. Keempat, kegunaan lainnya adalah sebagai

bahan aktif dalam pembuatan insektisida nabati dari kulit jeruk manis (Arda Dinata).

Pemberian atom hidrogen ini akan menyebabkan radikal bebas menjadi stabil dan

berhenti melakukan gerakan ekstrim, sehingga tak merusak lipida, protein, dan DNA

(materi genetik) yang menjadi target kerusakan seluler. Hal senada dikatakan oleh

Kandaswami dan Middleton (1997), bahwa flavonoid dapat bertindak sebagai quencer

oksigen singlet dan sebagai chelator logam.

Page 6: laporan fitokimia

D. Gula

Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan

komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk

kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis dan

keadaan makanan atau minuman. Gula sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi

dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam), menyimpan energi yang akan

digunakan oleh sel.

Gula sebagai sukrosa diperoleh dari nira tebu, bit gula, atau aren.

Meskipun demikian, terdapat sumber-sumber gula minor lainnya, seperti kelapa.

Sumber-sumber pemanis lain, seperti umbi dahlia, anggir, atau jagung, juga

menghasilkan semacam gula/pemanis namun bukan tersusun dari sukrosa. Proses

untuk menghasilkan gula mencakup tahap ekstrasi (pemerasan) diikuti dengan

pemurnian melalui distilasi (penyulingan).

Negara-negara penghasil gula terbesar adalah negara-negara dengan iklim

hangat seperti Australia, Brazil, dan Thailand. Hindia-Belanda (sekarang Indonesia)

pernah menjadi produsen gula utama dunia pada tahun 1930-an, namun kemudian

tersaingi oleh industri gula baru yang lebih efisien. Pada tahun 2001/2002 gula yang

diproduksi di negara berkembang dua kali lipat lebih banyak dibandingkan gula yang

diproduksi negara maju. Penghasil gula terbesar adalah Amerika Latin, negara-negara

Karibia, dan negara-negara Asia Timur.

Lain halnya dengan bit, gula bit diproduksi di tempat dengan iklim yang

lebih sejuk, Eropa Barat Laut dan Timur, Jepang utara, dan beberapa daerah di

Amerika Serikat, musim penumbuhan bit berakhir pada pemanenannya di bulan

September. Pemanenan dan pemrosesan berlanjut sampai Maret di beberapa kasus.

Lamanya pemanen dan pemrosesan dipengaruhi dari ketersediaan tumbuhan, dan

cuaca. Bit yang telah dipanen dapat disimpan untuk di proses lebih lanjut, namum bit

yang membeku tidak bisa lagi diproses.

Pengimpor gula terbesar adalah Uni Eropa. Peraturan pertanian di EU

menetapkan kuota maksimum produksi dari setiap anggota sesuai dengan permintaan,

penawaran, dan harga. Sebagian dari gula ini adalah gula "kuota" dari industry levies,

Page 7: laporan fitokimia

sisanya adalah gula "kuota c" yang dijual pada harga pasar tanpa subsidi. Subsidi-

subsidi tersebut dan pajak impor yang tinggi membuat negara lain susah untuk

mengekspor ke negara negara UE, atau bersaing dengannya di pasar dunia. Amerika

Serikat menetapkan harga gula tinggi untuk mendukung pembuatnya, hal ini

mempunyai efek samping namun, banyak para konsumen beralih ke sirup jagung

(pembuat minuman) atau pindah dari negara itu (pembuat permen).

Pasar gula juga diserang oleh harga sirup glukosa yang murah. Sirup

tersebut di produksi dari jagung (maizena), Dengan mengkombinasikannya dengan

pemanis buatan pembuat minuman dapat memproduksi barang dengan harga yang

sangat murah.

E. Minyak Atsiri

Minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil),

minyak esensial, minyak terbang, serta minyak aromatik, adalah kelompok besar

minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap

sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari

wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan,

sulingan minyak atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.

Para ahli biologi menganggap, minyak atsiri merupakan metabolit

sekunder yang biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh

hewan (hama) ataupun sebagai agen untuk bersaing dengan tumbuhan lain (lihat

alelopati) dalam mempertahankan ruang hidup. Walaupun hewan kadang-kadang juga

mengeluarkan bau-bauan (seperti kesturi dari beberapa musang atau cairan yang

berbau menyengat dari beberapa kepik), zat-zat itu tidak digolongkan sebagai minyak

atsiri.

Ciri- ciri minyak atsiri:

Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain

itu, susunan senyawa komponennya kuat memengaruhi saraf manusia (terutama di

hidung) sehingga seringkali memberikan efek psikologis tertentu (baunya kuat).

Page 8: laporan fitokimia

Setiap senyawa penyusun memiliki efek tersendiri, dan campurannya dapat

menghasilkan rasa yang berbeda.

Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit berbagai

senyawa, namun suatu senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas suatu aroma

tertentu. Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa organik

terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak/lipofil.

Minyak atsiri biasanya dinamakan menurut sumber utamanya, misalnya:

Minyak adas (fennel/foeniculi oil)

Minyak cendana sandalwood oil)

Minyak bunga cengkeh (eugenol oil) dan minyak daun cengkeh (leaf clove oil)

Minyak kayu putih (cajuput oil)

Minyak bunga kenanga (ylang-ylang oil)

Minyak lawang

Minyak mawar

Minyak nilam

Minyak serai

Selain itu, dikenal pula beberapa "minyak" (atau dalam bentuk salep) yang

sebenarnya merupakan kombinasi antara beberapa minyak atsiri. Contohnya adalah:

Minyak telon

Minyak tawon

Minyak angin

Beberapa minyak gosok dan salep gosok.

Berdasarkan sifat fisikokimianya minyak atsiri merupakan cairan lembut,

bersifat aromatik, dan mudah menguap pada suhu kamar. Minyak atsiri umumnya

diperoleh dari ekstrak bunga, biji, daun, kulit batang, kayu, dan akar tumbuh-

tumbuhan tertentu. Minyak atsiri banyak digunakan dalam industri sebagai bahan

pewangi atau penyedap (flavoring). Minyak atsiri sebagai bahan pewangi dan

penyedap digunakan oleh bangsa-bangsa yang telah maju dan sudah digunakan sejak

beberapa abad yang lalu.

Page 9: laporan fitokimia

Selain itu minyak atsiri banyak digunakan dalam bidang kesehatan dan

kegunaan lain. Beberapa jenis minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan antiseptik

internal atau eksternal, sebagai bahan analgesik, haemolitik atau sebagai enzimatik,

sebagai sedatif, stimulan untuk obat sakit perut, dll. Selain memiliki bau yang harum,

minyak atsiri dapat pula membantu pencernaan dengan merangsang sistem saraf

sekresi. Minyak atsiri dapat menetralisir bau yang tidak enak dari suatu bahan,

misalnya bau dari bahan sintetis.Pandan wangi merupakan salah satu tanaman yang

potensial untuk menghasilkan minyak atsiri. Pandan wangi yang dalam bahasa

latinnya Pandanus amaryllifolius Roxb., merupakan tumbuhan yang cocok dengan

iklim di daerah tropis. Terdapat di pinggir sungai, di tepi rawa, atau di tanah yang

basah, dan tumbuh subur di daerah pantai sampai ketinggian 500 meter di atas

permukaan laut. Batangnya bulat dengan bekas duduk daun,

bisa bercabang-cabang, menjalar, akar tunjang ke luar di sekitar pangkal batang dan

cabang.

III. PROSEDUR KERJA

A. Penentuan Glikosida

Sampel: Daun ketepeng dan Lidah buaya.

Sebanyak ± 2 g sampel yang telah dihaluskan, dimasukkan ke dalam labu

Erlenmeyer, masukkan beberapa batu didih dan ditambahkan 20 ml etanol 95% dan

air (7:3), dipanaskan dengan pendingin balik selama ± 10 menit, dinginkan dan

saring, tambahkan 10 ml air dan 10 ml larutan Pb asetat 0.4M, diamkan sebentar,

saring. ± 10 ml filtratnya masukkan kedalam corong pisah, sari dengan 10 ml

campuran kloroform dan isopropanol (3:2) sebanyak 3 kali, kumpulkan sari

tambahkan asam sulfat anhidrat, saring dan uapkan pada suhu 50oC. Residu dilarutkan

dalam methanol dan uji sebagai berikut:

1. Sedikit residu didalam tabung reaksi tambahkan 2 ml air dan 5 tetes pereaksi

molish homogenkan dan tambahkan saam sulfat pekat perlahan- lahan melalui

dinding tabung, terbentuk cincin ungu.

2. Tambahkan 5 ml asam asetat dan 10 tetes asam sulfat terjadi warna biru atau

hijau.

3. 200 mg sampel tambahkan 2 ml larutan FeCl3, 8 ml air dan 5 ml HCl pekat.

Tambahkan 5 ml benzene, kocok, lapisan benzene berwarna kuning

Page 10: laporan fitokimia

tambahkan NaOH 2N dan kocok, lapisan air akan berwarna merah,

menunjukkan adanya glikosida.

4. Sampel tambahkan NaOH akan terjadi warna kuning sampai coklat.

B. Penentuan Steroida

Sampel: Sanggul nenas dan Daun srikaya.

Sebanyak 1 g sampel yang telah dihaluskan disari dengan 20 ml eter,

hasilnya di uapkan dalam cawan penguap. Pada sisa ditambahkan 5 tetes asam asetat

anhidrat dan 5 tetes asam sulfat pekat (pereaksi Liebermann - Burchard), apabila

terbentuk warna merah atau ungu yang kemudian akan berubah menjadi warna biru

atau biru hijau menunjukkan adanya senyawa steroida/ triterpenoid bebas.

C. Penentuan Flavonoid

Sampel: Daun kumis kucing, Kulit jeruk bali dan Daun jambu biji.

Sebanyak ± 500 mg sampel yang telah dihaluskan, dimasukkan kedalam

labu Erlenmeyer ditambahkan 10 ml etanol, direfluks selama 10 menit. Kemudian

disaring selagi panas melalui kertas saring. Setelah dingin ditambahkan 5 ml eter

minyak tanah, dikocok hati- hati, lalu didiamkan sebentar lapisan methanol di ambil,

lalu di uapkan pada temperatur 40OC. Sisanya dilarutkan dalam 5 ml etil asetat dan

kemudian disaring. Filtrat di gunkan untuk percobaan berikut:

1. Sebanyak 1 ml filtrate diuapkan sampai kring, kemudian sisanya dilarutkan

dalam 1-2 ml etanol 95% lalu ditambahkan 0,5 g serbuk seng dan 2 ml HCl

2N. Teteskan 1 tetes HCl pekat. Diamkan selama 5 menit terbentuk warna

merah intensif maka menunjukkan adanya senyawa flavonoida.

2. Sebanyak 1 ml filtrate diuapkan sampai kering, sisanya dilarutkan dalam 1 ml

etanol 95% kemudian ditambahkan 0,1 g serbuk Mg dan 10 ml HCl pekat.

Jika terjadi warna merah jingga sampai ungu menunjukkan adanya senyawa

flavonoida. Jika warnanya kuning jingga menunjukkan adanya flavon, kalkon

dan auron.

3. Sebanyak 1 ml filtrat duapkan sampai kering, sisanya dilarutkan dalam 1 ml

etanol 95% kemudian ditambahkan sedikit serbuk asam borat dan asam

oksalat, dipanaskan di atas penangas air, campurkan dengan eter, amati

dibawah sinar UV 366 nm, berflouresensi kuning intensif.

Page 11: laporan fitokimia

D. Penentuan gula

Sampel: Daun tebu dan Buah bit.

Sampel dihaluskan, dan direbus dengan air sampai mendidih, dinginkan

dan saring lalu lakukan uji sebagai berikut:

1. Sedikit sampel masukkan kedalam tabung reaksi, kemudian tambahkan

fehling A dan Fehling B, dan basakan dengan NaOH, panaskan dan amati apa

yang terjadi.

2. Sedikit sampel masukkan kedalam tabung reaksi, kemudian tambahkan sedikit

larutan Ag ammoniakal dan NH4OH, panaskan dan amati apa yang terjadi.

E. Penentuan minyak atsiri

Sampel: Kulit jeruk bali dan Jahe

Sedikit sampel diiris- iris secara melintang, disari dengan methanol, bagi

dua bagian, sebagian ditambahkan asam borat dan sebagian lagi ditambahkan Vnilin-

asam sulfat,amati apa yang terjadi.

IV. HASIL PENGAMATAN

A. Glikosida

NO Sampel

Hasil reaksi dengan pereaksi

2 ml air +

Molish +

H2SO4

5 ml asetat +

H2SO4

2ml FeCl3 + 8

ml air + 5 ml

HCl(P) + 5 ml

benzene NaOH

2N

+ NaOH

1 Ketepeng (+)

Cincin ungu

(+)

Warna hijau

(+)

Lap. air merah,

lapisan benzene

kuning

(+)

kuning

2 Lidah buaya (+)

Cincin ungu

(+)

Warna hijau

(+)

Lap.air merah,

lap. Benzene

kuning

(+)

kuning

Page 12: laporan fitokimia

B. Steroida

No Sampel Pereaksi Liebermann - Burchard

1 Jambul Nenas (+) Warna Ungu

2 Daun Srikaya (+) Warna Ungu

C. Flavonoida

NO sampel

Direaksikan dengan pereaksi

Serbuk Zn + HCl

2N+ HCl(P)

Serbuk Mg +

HCl(P)

As.borat +

As.oksalat

1

Kulit

jeruk bali

(+)

Merah intensif

(+)

Merah jingga

(+)

Kuning intensif

2

Daun

jambu biji

(+)

Merah intensif

(+)

Kuning Jingga

(+)

Kuning intensif

3

Daun

kumis kucing

(+)

Merah intensif

(+)

Merah Jingga

(+)

Kuning intensif

D. Gula

No Sampel

Direaksikan dengan pereaksi

Fehling A+B + NaOH

panaskan

Ag- Ammoniakal + NH4OH

panaskan

1 Daun tebu Endapan Merah

Larutan Biru kehijauan

Cermin perak

2 Buah bit Endapan Merah bata Cermin perak

E. Minyak Atsiri

No Sampel

Direaksikan Dengan Pereaksi

As. Borat Vnilin + H2SO4

1 Kulit Jeruk Bali (+) Larutan Merah (+) Larutan Merah

Page 13: laporan fitokimia

2 Jahe (+) Larutan Merah (+) Larutan Merah

V. KESIMPULAN

1. Skrinning fitokimia yang dilakukan pada daun ketepeng dan lidah buaya

memberikan hasil positif. Hal Sehingga dapat disimpulkan bahwa daun

ketepeng dan lidah buaya mengandung senyawa glikosida.

2. Skrinning fitokimia yang dilakukan pada sanggul nenes dan daun srikaya

memberikan hasil positif setelah di uji dengan pereaksi Liebermann – burchard

yang menghasilkan larutan warna ungu. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

didalam sanggul nenes dan daun srikaya mengandung senyawa steroid.

3. Skrinning fitokimia yang dilakukan pada daun kumis kucing, daun jambu biji

dan daun kumis kucing memberikan hasil positif. Akan tetapi setelah di uji

dengan masing- masing pereksi yang digunakan, didalam kulit jeruk bali dan

daun kumis kucing dapat disimpulkan mengandung senyawa flavonoida,

sementara pada daun jambu biji didapatkan adanya senyawa flavon, kalkon dan

auron, hal ini dikarenakan setelah penambahan serbuk magnesium dan 10 ml

HCl(P) memberikan warna kuning jingga.

4. Skrinning fitokimia yang dilakukan pada daun tebu dan buah bit yang diuji

dengan larutan fehling A dan B memberikan endapan merah bata, sementara

diuji dengan Ag- ammoniakal ditambahkan NH4OH membentuk cermin perak.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa daun tebu dan buah bit mengandung senyawa

gula.

5. Skrinning fitokimia yang dilakukan terhadap kulit jeruk bali dan rimpang jahe

dapat disimpulkan mengandung minyak atsiri. Hal ini dibuktikan setelah disari

dan direaksikan dengan penambahan asam borat yang membentuk larutan merah

serta setelah penambahan Vnilin asam sulfat juga membentuk larutan merah.

Page 14: laporan fitokimia

DAFTAR PUSTAKA

Harbone.J.B, 1987. Metode Fitokimia. Edisi II. Bandung : ITB Press.

Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta : Binarupa Akasra.

Dra. Nio, Kam Oey. 1989. Cermin Dunia Kedokteran No. 58. Jakarta.

Steroid. Cyberlipid Center . http://www.cyberlipid.org/simple/simple0008.htm#1. Diakses pada

21 Februari 2010.

Dewick, Paul M. , "Medicinal Natural Products: A Biosynthetic Approach" 2nd edition, 2002,

Chichester, John Wiley & Sons Ltd

Page 15: laporan fitokimia

SKRINNING FITOKIMIA GOLONGAN

GLIKOSIDA, STEROIDA, FLAVONOID, GULA DAN MINYAK ATSIRI

Jurnal Praktikum Fitokimia

Oleh :

Kelompok X

1. INKA TRIASNITA (104301149)

2. RUSMANIAR (1043011 )

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS TJUT NYAK DHIEN

MEDAN

2011