Laporan farmako OP1

14
Tujuan: memahami mekanisme kerja obat-obat analgesik yang diuji secara tersamar ganda. Landasan Teori ANALGESIK ANTIPIRETIK Non Steroid Anti Inflamasi Drugs (NSAID) merupakan obat-obat antiradang, analgesik dan antipiretik merupakan suatu kelompok senyawa yang heterogen, yang sering tidak berkaitan secara kimiawi, namun mempunyai kerja terapeutik dan efek samping tertentu yang sama. Prototipenya adalah aspirin. Oleh karena itu, senyawa-senyawa ini sering disebut obat mirip aspirin. Penghambatan siklooksigenase (COX) umumnya dianggap sebagai suatu segi utama mekanisme NSAID. COX merupakan enzim yang bertanggung jawab atas biosintesis prostaglandin dan autokid tertentu yang berkaitan. Ibuprofen Ibuprofen merupakan obat anti inflamasi non steroid yang termasuk ke dalam golongan asam propionat. Ibuprofen tersedia berupa tablet yang mengandung 200-800 mg. Untuk nyeri ringan sampai sedang, dosis lazimnya 400 mg setiap 4-6 jam sesuai keperluan. Obat ini dapat diberikan dengan susu atau makanan untuk meminimalkan efek samping saluran cerna. Ibuprofen diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian oral, dan konsentrasi puncak dalam plasma teramati setelah 15-30 menit. Waktu paruh dalam plasma sekitar 2 jam. Ibuprofen sebanyak 99% terikat pada protein plasma, tetapi obat ini hanya menduduki 1

description

analetika

Transcript of Laporan farmako OP1

Page 1: Laporan farmako OP1

Tujuan: memahami mekanisme kerja obat-obat analgesik yang diuji secara tersamar ganda.

Landasan Teori

ANALGESIK ANTIPIRETIK

Non Steroid Anti Inflamasi Drugs (NSAID) merupakan obat-obat antiradang, analgesik dan

antipiretik merupakan suatu kelompok senyawa yang heterogen, yang sering tidak berkaitan secara

kimiawi, namun mempunyai kerja terapeutik dan efek samping tertentu yang sama. Prototipenya

adalah aspirin. Oleh karena itu, senyawa-senyawa ini sering disebut obat mirip aspirin.

Penghambatan siklooksigenase (COX) umumnya dianggap sebagai suatu segi utama mekanisme

NSAID. COX merupakan enzim yang bertanggung jawab atas biosintesis prostaglandin dan

autokid tertentu yang berkaitan.

Ibuprofen

Ibuprofen merupakan obat anti inflamasi non steroid yang termasuk ke dalam golongan

asam propionat. Ibuprofen tersedia berupa tablet yang mengandung 200-800 mg. Untuk nyeri

ringan sampai sedang, dosis lazimnya 400 mg setiap 4-6 jam sesuai keperluan. Obat ini dapat

diberikan dengan susu atau makanan untuk meminimalkan efek samping saluran cerna.

Ibuprofen diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian oral, dan konsentrasi puncak dalam

plasma teramati setelah 15-30 menit. Waktu paruh dalam plasma sekitar 2 jam. Ibuprofen sebanyak

99% terikat pada protein plasma, tetapi obat ini hanya menduduki sebagian dari seluruh tempat

ikatan obat pada konsentrasi biasa. Ekskresi ibuprofen cepat dan sempurna. Lebih dari 90% dosis

yang teringesti diekskresi dalam urin sebagai metabolit atau konjugatnya. Metabolit utamanya

adalah suatu senyawa terhidroksilasi dan senyawa terkarboksilasi.

Efek samping saluran cerna dialami oleh 5%-15% pasien yang menggunakan ibuprofen;

nyeri epigastrik, mual, nyeri ulu hati, dan rasa penuh di saluran cerna merupakan gangguan yang

umum. Ibuprofen tidak dianjurkan untuk digunakan oleh wanita hamil atau oleh ibu yang sedang

menyusui bayi.

Paracetamol

Asetaminofen (parasetamol; N-asetil-p-aminofenol; TYLE-NOL, dan lain-lain) merupakan

metabolit aktif fenasetin, yang disebut analgesik coal tar. Asetaminofen mempunyai efek analgesik

dan antipiretik yang tidak berbeda secara signifikan dengan aspirin. Asetaminofen tidak

1

Page 2: Laporan farmako OP1

menghambat aktivasi neutrofil, sedangkan NSAID lain menghambat aktivasi tersebut.

Asetaminofen dosis tunggal atau berulang tidak berefek terhadap sistem kardiovaskular dan sistem

pernapasan. Perubahan asam-basa tidak terjadi, dan juga tidak menyebabkan iritasi, erosi atau

perdarahan lambung yang mungkin terjadi setelah pemberian salisilat. Asetaminofen tidak

mempunyai efek terhadap platelet, waktu perdarahan, atau ekskresi asam urat.

Asetaminofen diabsorpsi dengan cepat dan dan hampir sempurna dari saluran cerna.

Konsentrasi dalam plasma mencapai puncak dalam 30-60 menit, waktu paruh dalam plasma sekitar

2 jam setelah dosis terapeutik. Asetaminofen terdistribusi relatif seragam hampir seluruh cairan

tubuh. Pengikatan obat ini pada protein plasma beragam hanya 20%-50% yang mungkin terikat

pada konsentrasi yang ditemukan selama intoksikasi akut. Sebagian kecil asetaminofen mengalami

N-hidroksilasi yang diperantarai sitokrom P450 membentuk N-asetil-benzokuinoneimin, suatu

senyawa antara yang sangat reaktif. Metabolit ini biasanya bereaksi dengan gugus sulfhidril pada

glutation. Namun, setelah ingesti asetaminofen dosis besar, metabolit ini terbentuk dalam jumlah

yang cukup untuk menghilangkan glutation hepatik.

Pada dosis terapeutik yang dianjurkan, asetaminofen biasanya ditolerir dengan baik.

Kadang-kadang terjadi ruam kulit dan reaksi alergi lain. Ruam tersebut biasanya berupa eritema

atau urtikaria tetapi kadang-kadang lebih parah dan mungkin disertai demam obat dan lesi mukosa.

Pasien yang menunjukkan reaksi hipersensitivitas terhadap salisilat jarang sekali menunjukkan

sensitivitas terhadap terhadap asetaminofen. Pada beberapa kasus tertentu, penggunaan

asetaminofen menyebabkan neutropenia, trombositopenia, dan pansitopenia.

ANALGESIK OPIOID

Pengertian opioid secara luas digunakan untuk semua senyawa yang berkaitan dengan

opium. Kata opium berasal dari opos, bahasa Yunani untuk getah, obat yang berasal dari getah

bunga opium, Papaver somniferum. Opiat adalah obat-obat yang berasal dari opium, meliputi

bahan alam morfin, kodein, tebain dan banyak senyawa sejenis semisintetik yang diturunkan dari

obat-obat tersebut. Peptida opioid endgen merupakan ligan alami untuk reseptor opioid. Istilah

endorfin bersinonim dengan peptida opioid endogen, tapi juga menunjuk pada opioid endogen

spesifik, yaitu β-endorfin. Istilah narkotik berasal dari bahasa Yunani untuk kata stupor (penurunan

tingkat kesadaran). Istilah ini sering digunakan dalam konteks hukum untuk berbagai zat yang

memiliki potensi adiktif dan sering disalahgunakan.

2

Page 3: Laporan farmako OP1

Kodein

Berbeda dengan morfin, keefektifan kodein oral sekitar 60% pemberian parenteralnya, baik

sebagai analgesik maupun sebagai depresan pernapasan. Kodein, sama seperti levorfanol,

oksikodon dan metadon, memiliki perbandingan potensi oral tehadap parenteral yang tinggi. Efikasi

oral obat-obat ini yang lebih tinggi disebabkan oleh metabolisme lintas pertama di hati yang lebih

kecil. Begitu diabsorpsi, kodein dimetabolisme oleh hati, dan metabolitnya diekskresi terutamaa di

urin, sebagian besar dalam bentuk tidak aktif. Sebagian kecil (sekitar 10%) kodein yang diberikan

mengalami O-demetilasi membentuk morfin, dan baik morfin bebas maupun morfin yang

terkonjugasi dapat ditemukan di urin setelah pemberian kodein dosis terapeutik. Kodein memiliki

afinitas yang luar biasa rendah untuk reseptor opioid, dan efek analgesik kodein disebabkan oleh

konversinya menjadi morfin. Akan tetapi, kerja antitusifnya mungkin melibatkan reseptor khusus

yang mengikat kodein sendiri. Waktu paruh kodein dalam plasma adalah 2-4 jam.

Konversi kodein menjadi morfin dipengaruhi oleh enzim sitokrom P450 CYP2D6.

Polimorfisme genetik pada CYP2D6 yang telah terkarakterisasi dengan baik menyebabkan

ketidakmampuan untuk mengkonversi kodein menjadi morfin, sehingga menjadikan kodein tidak

efektif sebagai analgesik pada sekitar 10% dari populasi Kaukasia. Polimorfisme lain dapat

menyebabkan peningkatan metabolisme sehingga meningkatkan sensitivitas terhadap efek kodein.

Jadi, penting untuk mempertimbangkan kemungkinan polimorfisme enzim metabolik pada setiap

pasien yang tidak memperoleh analgesia yang memadai dari kodein atau tidak memberikan suatu

respons yang memadai terhadap prodrug lain yang diberikan.

Tramadol

Tramadol (ULTRAM) adalah suatu analog kodein sintetik yang merupakan suatu agonis

reseptor opioid μ yang lemah. Sebagian efek analgesiknya dihasilkan oleh penghambatan ambilan

norepinefrin dan serotonin. Tramadol tampaknya sama efektifnya dengan opioid lemah lainnya.

Dalam penanganan nyeri ringan sampai sedang, tramadol sama efektifnya dengan morfin atau

meperidin. Tramadol sama efektifnya dengan meperidin dalam penanganan nyeri persalinan dan

dapat menyebabkan depresi pernapasan neonatal yang lebih kecil. Afinitasnya terhadap reseptor

opioid μ hanya 1/6000 afinitas morfin. Akan tetapi, metabolit utama dari tramadol yang mengalami

O-demetilasi 2-4 kali lebih kuat daripada obat induknya dan dapat menjadi penyebab sebagian efek

analgesik. Tramadol diberikan sebagai campuran rasemat, yang lebih efektif daripada masing-

masing enantiomernya. Enantiomer (+) berikatan dengan reseptor μ dan menghambat ambilan

serotonin. Enantiomer (-) menghambat ambilan norepinefrin dan merangsang reseptor α2-

3

Page 4: Laporan farmako OP1

adrenergik. Senyawa ini mengalami metabolisme hepatik dan ekskresi ginjal, dengan waktu paruh

eliminasi selama 6 jam untuk tramadol dan 7.5 jam untuk metabolit aktifnya. Analgesia bermula

dalam 1 jam setelah pemberian dosis oral, dan efeknya memuncak dalam 2-3 jam. Durasi analgesia

sekitar 6 jam.

Dosis harian maksimumnya yang dianjurkan adalah 400mg. Efek samping tramadol

umumnya meliputi nausea, muntah, pusing, mulut kering, sedasi, dan sakit kepala. Tramadol dapat

menyebabkan seizure dan mungkin memperparah seizure pada penderita yang memiliki faktor

rentan. Analgesia yang diinduksi tramadol tidak sepenuhnya dapat dipulihkan dengan nalokson,

sedangkan depresi pernapasan yang diinduksi oleh tramadol dapat dipulihkan dengan nalokson.

Namun penggunaan nalokson dapat meningkatkan risiko seizure. Karena efek penghambatan

ambilan serotonin, tramadol tidak boleh digunakan pada pasien yang menggunakan inhibitor

monoamin oksidase (MAO).

Alat dan bahan:

Termometer kulit

Termometer kimia

Tensimeter raksa

Penggaris

Stetoskop

Baskom berisi bongkahan es+ air dengan suhu 30 C

Obat-obat analgesik meliputi paracetamol dengan 600 mg, ibuprofen 600 mg, tramadol 50

mg, kodein 30 mg dan plasebo yang dikemas dalam kapsul dengan ukuran, bentuk, dan

warna yang sama

Cara kerja OP-1:

1. Orang percobaan yang telah dipilih oleh kelompok dibaringkan di meja praktikum.

2. Dilakukan pengukuran tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, frekuensi nafas, suhu kulit

dan diameter pupil mata, serta gejala subyektif; seperti pusing, demam, mual, dan lain-lain).

Pengukuran suhu kulit dilakukan dengan termometer kulit yang diletakkan pada leher depan

di bawah dagu (daerah flushing).

Pengukuran pupil mata dilakukan dengan penggaris dalam keadaan mata orang percobaan

menatap lurus ke atas pada saat berbaring.

4

Page 5: Laporan farmako OP1

Melakukan pengukuran diatas 2 kali, dan diambil rata-ratanya, dan mencatat sebagai

parameter dasar.

3. Orang percobaan dalam keadaan berbaring dipasangkan manset tensimeter pada lengan atas,

memompa sampai 180 mmHg, lalu menutup kunci air raksanya. Meminta orang percobaan

melakukan gerakan membuka dan menutup jari-jari (mengepal) tiap detik sampai rasa nyeri

yang tak tertahan lagi. Mencatat waktu saat mulai gerakan sampai rasa sakit yang tak

tertahankan. Melakukan pada lengan yang satu dan ambil rata-rata waktu kedua lengan

sebagai parameter dasar

4. Meminta obat pada instruktur, dan orang percobaan mminum obatnya setelah kawannya

mencatat kode obat yang diminumnya

5. Orang percobaan berbaring tenang selama 60 menit, sedang kawan-kawannya tetap berada

di sisinya dan mendiskusikan tentang obat analgesik

6. Setelah 60 menit, melakukan kembali pengukuran parameter, tanda vital, suhu kulit,

diameter pupil mata, dan waktu timbulnya rasa nyeri

7. Berdasarkan hasil observasi, mendiskusikan dan menentukan obat apa yang diminum teman

anda tadi, dan cocokan dengan instruktur yang memegang kode obat tadi. Bila anda

melakukan semua tatalaksana dengan baik maka ‘tebakan’ obat yang diminum kawan anda

sama dengan yang tertera di kodenya

8. Menanyakan dan mencatat gejala-gejala lain yang dirasakan orang percobaan, misalnya:

ngantuk, demam, gatal-gatal, sakit kepala, perih uluh hati, berkeringat, mual, muntah, dan

lain-lain. Meminta orang percobaan juga melaporkan gejala-gejala yang timbul setelah 24

jam.

9. Mendiskusikan dalam kelompok apakah hasil observasi yang dilakukan sesuai dengan sifat-

sifat analgesik yang diminum oleh orang percobaan. Kalau tidak sesuai, kenapa hal itu dapat

terjadi?

10.

Cara kerja OP-2:

1. Orang percobaan yang telah dipilih oleh kelompok berbaring di meja praktikum.

2. Melakukan pengukuran tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, frekuensi nafas, suhu kulit

dan diameter pupil mata, serta gejala subyektif; seperti pusing, demam, mual, dan lain-lain).

Pengukuran suhu kulit dilakukan dengan termometer kulit yang diletakkan pada leher depan

di bawah dagu (daerah flushing).

Pengukuran pupil mata dilakukan dengan penggaris dalam keadaan mata orang percobaan

menatap lurus ke atas pada saat berbaring.

5

Page 6: Laporan farmako OP1

Melakukan pengukuran diatas 2 kali, dan diambil rata-ratanya, dan catat sebagai parameter

dasar.

3. Dalam keadaan duduk, mencelupkan tangan kanan sampai pergelangan tangan dan dalam

keadaan jari-jari terkepal ke dalam baskom plastik berisi air es dengan suhu 2-30 C.

Mencatat waktu tangan dimasukkan sampai terasa sakit yang tidak dapat ditahan lagi.

Melakukan dengan tangan kiri dan mengambil rata-rata waktu antara tangan kanan dan kiri

sebagai parameter dasar.

4. Meminta obat pada instruktur, dan orang percobaan meminum obatnya setelah kawannya

mencatat kode obat yang diminumnya.

5. Orang percobaan berbaring tenang selama 60 menit, sedang kawan-kawannya tetap berada

di sisinya dan mendiskusikan tentang obat analgesik.

6. Setelah 60 menit, melakukan kembali pengukuran parameter, tanda vital, suhu kulit,

diameter pupil mata, dan waktu timbulnya rasa nyeri

7. Berdasarkan hasil observasi, mendiskusikan dan menentukan obat apa yang diminum OP-2

tadi, dan mencocokkan dengan instruktur yang memegang kode obat tadi. Bila melakukan

semua tatalaksana dengan baik maka ‘tebakan’ obat yang diminum kawan anda sama

dengan yang tertera di kodenya.

8. Meanyakan dan mencatat gejala-gejala lain yang dirasakan orang percobaan, misalnya:

ngantuk, demam, gatal-gatal, sakit kepala, perih uluh hati, berkeringat, mual, muntah, dll.

Mintalah orang percobaan juga melaporkan gejala-gejala yang timbul setelah 24 jam:

misalnya konstipasi dan lain-lain

9. mendiskusikan dalam kelompok apakah hasil observasi yang dilakukan sesuai dengan sifat-

sifat analgesik yang diminum oleh orang percobaan. Kalau tidak sesuai, kenapa hal itu dapat

terjadi?

Hasil Percobaan

OP-1

Sebelum dipompa memakai tensimeter sampai 180 mmHg kemudian mengepalkan tangan

dengan menutup tangan dan membuka tangan, OP-1 diukur terlebih dulu tanda-tanda vitalnya.

Setelah itu diberikan obat dengan nomor kode 129, dibiarkan selama 60 menit kemudian diukur

kembali tanda-tanda vitalnya.

Tanda Vital Sebelum pembangkitan nyeri Setelah pembangkitan nyeri

6

Page 7: Laporan farmako OP1

Tekanan darah 125/ 70 mmHg 90/70 mmHg

Frekuensi pernapasan 17x per menit 15x per menit

Denyut nadi 72x per menit 68x per menit

Suhu 36,65oC 35,46oC

Diameter pupil 4mm 4mm

Waktu timbul nyeri dirasakan sebelum pemberian obat adalah 69 detik.

Waktu timbul nyeri dirasakan setelah pemberian obat adalah 69 detik.

Gejala subjektif yang dirasakan saat praktikum berlangsung: tidak ada,

Setelah 24 jam : Timbul konstipasi.

OP-2

Sebelum mencelupkan tangan ke dalam es, OP-2 diukur terlebih dulu tanda-tanda vitalnya.

Setelah itu diberikan obat dengan nomor kode 51, dibiarkan selama 60 menit kemudian diukur

kembali tanda-tanda vitalnya.

Tanda Vital Sebelum pembangkitan nyeri Setelah pembangkitan nyeri

Tekanan darah 100 / 70 mmHg 90/70 mmHg

Frekuensi pernapasan 20x per menit 20x per menit

Denyut nadi 72x per menit 69x per menit

Suhu 35,28oC 35,27oC

Diameter pupil 5mm 5mm

Waktu timbul nyeri dirasakan sebelum pemberian obat adalah 22 detik.

Waktu timbul nyeri dirasakan setelah pemberian obat adalah 22 detik.

Gejala subjektif yang dirasakan saat praktikum berlangsung: pusing, sedasi.

Pembahasan

OP-1

Kelompok kami menebak jawaban obat yang diminum adalah placebo, ternyata jawaban

sebenarnya adalah kodein. Jawaban placebo kami pilih karena pada OP tidak timbul gejala apapun

selama praktikum berlangsung.. Namun setelah 24 jam timbul konstipasi yang merupakan salah

7

Page 8: Laporan farmako OP1

satu efek samping dari kodein. Hasil dari kelompok lain didapatkan gejala dingin, ngantuk dan

pusing saat percobaan berlangsung. Sedasi juga merupakan salah satu efek samping yang

ditimbulkan dari kodein.

OP-2

Kelompok kami menjawab parasetamol berdasarkan gejala yang dirasakan oleh OP-2.

Seharusnya jawaban yang lebih tepat adalah tramadol karena sebagian besar dari gejala yang

ditimbulkan merupakan efek samping dari penggunaan tramadol. Kelompok lain yang

menggunakan tramadol juga menimbulkan gejala yang hamper sama, yaitu pusing dan mengantuk.

Selain gejala tersebut, OP-2 juga merasakan gejala , dispepsia, mulut kering, tubuh terasa ringan

yang didapat setelah lebih dari 60 menit.

Kesimpulan

OP-1

Obat kodein merupakan analgesik opioid yang efek sampingnya sering menimbulkan

konstipasi. Gejala lainnya antara lain sedasi, eforia (perasaan senang/bahagia), gatal-gatal, mual,

muntah, mulut kering, miosis, hipotensi ortostatik, penahanan urin, dan depresi bisa saja dialami

tetapi itu semua bergantung kesensitifan OP terhadap obat kodein.

OP-2

Tramadol merupakan analgesik kuat yang bekerja pada reseptor opiat. Obat ini menimbulkan

beberapa efek samping, diantaranya mual, muntah, dispepsia, obstipasi, lelah, sedasi, pusing, pruritus,

berkeringat, kulit kemerahan, mulut kering dan sakit kepala.

Daftar Pustaka

Goodman & Gilman. Dasar farmakologi terapi. Edisi 10. Volume 1. Jakarta: EGC, 2007;

h.553,573-4, 666, 682-3, 691.

8

Page 9: Laporan farmako OP1

Laporan Praktikum Farmakologi

Analgesik

Kelompok B8

Clara Amanda - 102010172

Giovanni Wikga Putra - 102010196

Lewita Yulita - 102010222

Krenni Sepa - 102010228

Ratna Tri Permata – 102010265

Asri Habsari – 102010273

Florenciana Octaviani Putri Manafe - 102010285

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Terusan Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat

2012

9