Laporan Farmako Diuretikum
-
Upload
rere-arlita-sariningrum -
Category
Documents
-
view
86 -
download
0
description
Transcript of Laporan Farmako Diuretikum
A. Pendahuluan
Diuretikum merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk menyeimbangkan
volume atau jumlah cairan ekstraseluler menjadi normal kembali. Biasanya obat ini digunakan
untuk membuang ataumnegurangi jumlah dari cairan ekstraseluler seperti yangterjadi pada kasus
edema. Edema umum seperti hydrops acites ataupun hydrops anasarca merupakan keadaan
patologis yang disebabkan oleh banyak factor, misalnya terjadi gangguan metabolisme.
Umumnya, diuretikum merupaka senyawa kimia yang meningkatkan eksresi dari natrium dan air
dengan memodifikasi reabsorpsi air & elektrolit pada epitel tubuler ginjal. Kemampuan tubulus
ginjal dalam mengeksresikan urin memerlukan:
1. Fungsi transportasi fisiologis cairan pada tubuler
2. Kehadiran/ hilangnya ADH
3. Interstitium medula ginjal-konsentrasi
Mekanisme diuretikum dalam memengaruhi konsentrasi urin dipengaruhi oleh 2 faktor,
factor yaitu tentang jumlah ion Na+ yang mampu diresorpsi dan jumlah air yang mampu
dihambat, sedangkan factor yang kedua adalah titik tangkap kerja obat pada segmen tubulus
distal. Manfaat laindari diuretikum adalah mampu menurunkan tekanan darah untuk menangani
kasus hypertensi, mampu membantu mengeluarkan racun dalam tubuh yang larut dalam cairan
ekstraseluler, serta penyakit gagal jantung karena sirkulasi darah lebih lancar dengan bantuan
diuretikum. Mekanisme kerja diuretikum yaitu kecepatan filtrasi glomerulus ditingkatkan seperti
pada Xanthine dan obat-obat digitalis (kardiovaskuler diuretikum), penghambatan reabsorbsi
elektrolit pada tubulus ginjal dengan menghambat enzim karbonik anhydrase pada thiazide dan
diuretikum hemat kalium (natriuretikum), meningkatkan tekanan osmotic (diuretikum osmotic)
serta menghambat sekresi ADH (vasopressin).
B. Tujuan
Mengetahui prinsip kerja obat-obatan diuretikum
C. Tinjauan Pustaka
Diuretikum adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah
diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin
yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air.
Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan odem yang berarti mengubah
keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel menjadi normal.
Proses diuresis dimulai dengan mengalirnya darah ke dalam glomeruli (gumpalan
kapiler) yang terletak di bagian luar ginjal (cortex). Dinding glomeruli inilah yang bekerja
sebagai saringan halus yang secara pasif dapat dilintasi air,m garam dan glukosa. Ultrafiltrat
yang diperoleh dari filtrasi dan mengandung banyak air serta elektrolit ditampung di wadah,
yang mengelilingi setiap glomerulus seperti corong (kapsul Bowman) dan kemudian disalurkan
ke pipa kecil. Di sini terjadi penarikan kembali secara aktif dari air dan komponen yang sangat
penting bagi tubuh, seperti glukosa dan garam-garam antara lain ion Na+. Zat-zat ini
dikembalikan pada darah melalui kapiler yang mengelilingi tubuli.sisanya yang tak berguna
seperti ”sampah” perombakan metabolisme protein (ureum) untuk sebagian besar tidak diserap
kembali. Akhirnya filtrat dari semua tubuli ditampung di suatu saluran pengumpul (ductus
coligens), di mana terutama berlangsung penyerapan air kembali.
Diuretika adalah senyawa yang dapat menyebabkan ekskresi urine yang lebih banyak.
Jika pada peningkatan ekskresi air, terjadi juga peningkatan ekskresi garam-garam, maka
diuretika ini dinamakan saluretika atau natriuretika (diuretika dalam arti sempit). Walaupun
kerjanya pada ginjal, diuretika bukan ‘obat ginjal’, artinya senyawa ini tidak dapat memperbaiki
atau menyembuhkan penyakit ginjal, demikian juga pada pasien insufisiensi ginjal jika
diperlukan dialisis, tidak akan dapat ditangguhkan dengan penggunaan senyawa ini. Beberapa
diuretika pada awal pengobatan justru memperkecil ekskresi zat-zat penting urine (dengan
mengurangi laju filtrasi glomerulus) sehingga akan memperburuk insufisiensi ginjal.
Dengan demikian yang dapat digunakan secara terapeutik hanyalah kemampuannya
untuk mempengaruhi gerakan air dan elektrolit dalam organisme. Pengaruhnya terhadap proses
transport hanya seakan-akan saja khas terhadap ginjal. Karena konsentrasi diuretika pada saat
melewati nefron meningkat dengan hebat, maka efeknya pada ginjal (efek diuretik) dibandingkan
dengan efek pada organ lain, dominan. Pengembangan baru saluretika berkhasiat tinggi
menyebabkan preparat lama umumnya sudah kadaluarsa. Ini terutama berlaku untuk preparat
yang mengandung simplisia dengan minyak atsiri, senyawa raksa atau turunan xantin. Juga
osmodiuretika dan inhibitor karbonanhidratase sudah jarang digunakan kecuali untuk indikasi
khusus tertentu.
Ada beberapa jenis diuretik yang sudah dikenal dan sering digunakan dalam pengobatan
pasien dengan masalah gangguan cairan dan elektrolit. Jenis-jenis tersebut adalah:
1. Diuretik osmotik
Diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat
diekskresi oleh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isosorbid.
Suatu zat dapat bertindak sebagai diuretik osmotik apabila memenuhi 4 syarat :
1. Difiltasi secara bebas oleh glomerulus
2. Tidak atau hanya sedikit direabsorpsi sel tubuli ginjal
3. Secara farmakologis merupakan zat yang inert
4. Umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan metabolik.
2. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
Karbonik anhidrase adalah enzim yang mengkatalis raksi CO2 + H2O menjadi H2CO3.
Enzim ini terdapat antara lain dalam sel korteks renalis, pankreas, mukosa lambung, mata,
eritrosit dan SSP, tetapi tidak terdapat dalam plasma. Inhibitor karbonik anhidrase adalah obat
yang digunakan untuk menurunkan tekanan intraokular pada glaukoma dengan membatasi
produksi humor aqueus, bukan sebagai diuretik (misalnya, asetazolamid). Obat ini bekerja pada
tubulus proksimal (nefron) dengan mencegah reabsorpsi bikarbonat (hidrogen karbonat),
natrium, kalium, dan air semua zat ini meningkatkan produksi urine. Yang termasuk golongan
diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.
3. Diuretik golongan tiazid
Senyawa tiazid menunjukkan kurva dosis yang sejajar dan daya klouretik maksimal yang
sebanding. Merupakan Obat diuretik yang paling banyak digunakan. Diuretik tiazid, seperti
bendroflumetiazid, bekerja pada bagian awal tubulus distal (nefron). Obat ini
menurunkanreabsorpsi natrium dan klorida, yang meningkatkan ekskresi air, natrium, dan
klorida. Selain itu, kalium hilang dan kalsium ditahan. Obat ini digunakan dalam pengobatan
hipertensi, gagal jantung ringan, edema, dan pada diabetes insipidus nefrogenik. Obat-obat
diuretik yang termsuk golongan ini adalah ; klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid,
bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan
indapamid.
4. Diuretik hemat kalium
Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah
korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan
antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilorida).
5. Diuretik kuat
Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel
tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida. Yang termasuk
diuretik kuat adalah ; asam etakrinat, furosemid dan bumetamid.
D. Metodologi
Tikus putih dipuasakan selama 12-16 jam, sebelum percobaan dilakukan tikus dicekok
denga sonde lambung berisi aquades 5 mL ke dalam lambungnya.Tikus disuntik lasyx secara
subcutan sebanyak 0,5 mL. Waktu penyuntikan dicatat dan tikus ditempatkan kembali ke dlaam
kandang metabolism. Urine yang keluar pada 30 menit pertama dan 60 menit ditampung dan
dicatat volumenya. Prosedur yang sama dilakukan pada tikus lain dengan sediaan obat ituitrin
0,1 % 0,25 mL dan caffeine 1%, namun untuk sediaan obat NaCl fisiologis 0,5 dan thiazide 1
mL diberikan secara peroral.
E. Hasil dan Pembahasan
Jenis Diuretikum
Volume tiap waktu (ml)20
menit+ 15 menit
+ 30 menit
+ 45 menit
+ 60 menit
+ 75 menit
+ 90 menit
Total volume
NaCl Fisiologis
0 1 0 0 0 0 0 1
Pituitrin 0 0 1 1,9 0 0 0 2,9Thiazide 0 0,5 0,1 0,25 0,1 0,2 1,13 2,28
Lasyx 1,9 2,05 2,25 0,88 0 1,15 0 8,23Cafein 0 1,4 0 0 0 0 0 1,4
Tabel data hasil pengamatan
Praktium kali ini menggunakan lima ekor tikus dan lima jenis obat diuretikum. Kelima
jenis obat diuretikum tersebut kemudian diberikan ke masing-masing ekor tikus putih. Hasil dari
perlakuaan tersebut dapat dilihat pada tabel diatas. Tikus pertama diberikan NaCl Fisiologis,
tikus pertama ini dijadikan sebagai control untuk membandingkan hasil dengan tikus-tikus lain
yang diberi obat diuretikum. Hasilnya pada tikus pertama ini, jumlah urin total yang ditampung
sebanyak 1 mL. jumlah ini didapat dari satu kali urinasi yaitu pada menit ke 15.
Perlakuan selanjutnya yaitu pada tikus kedua, tikus diberikan Pituitrin secara peroral.
Sifat dari Pituitrin sendiri adalah sebagai antidiuretik atau dapat mengurangi folume urin, bukan
sebagai diuretic. Pada pengmatan yang dilakukan volume urin yang terkumpul mencapai 2,9 mL.
Hal ini menunjukan ketidaksesuaian antara hasil dan teori jika dibandingkan dengan tikus
pertama yang bertindak sebagai control yang hanya memiliki volume urin seanyak 1 mL. hali ini
dapat disebabkan karena perbedaan dari individu tikus itu sendiri. Kelima tikus yang digunakan
memiliki bobot badan dan keadaan fisiologis yang bermacam-macam. Meskipun kami sudah
memuasakan kelima tikus tersebut bukan berarti hal demikian tidak dapat terjadi. Pituitrin
terbentuk dari ADH (antidiuretik hormone)dan oxytosin yang disekresikan oleh posterior
pituitary. Pemberian pitutrin pada dosis tertentu akan mengakibatkan turunnya produksi secara
temporer. ADH memiliki titik kerja di reseptor V2 pada epitel tubulus distal dan duktus
kolektifus. Jika terjadi ikatan anatar resptor V2 dengan ADH maka akan terjadi peningakatan
permeabilitas terhadap air. Sehingga peningkatan ADH di alairan adarah akan meningkatkan
reansorbsi air dan penurunun produksi urin. (Baylaey, 1925).
Tikus ketiga diberikan Thiazide secara peroral. Thiazide bekerja pada tubulus distalis
bagian proximal. Mekanisme kerjanya adalah memblokade reseptor Na+ dan Cl-, serta
meningkatkan Ca2+ dan menurunkan absorsi Sodium (K+) dan Mg2+ dan diekskresikan dalam
jumlah banyak sehingga jumlah urin akan meningkat, Thiazide sebaiknya diberika secara
peroral, shingga efeknya akan lebih cepat terlihat (BHS, 2008). Pada 20 menit pertama setelah
diberikan thiazide tikus belum mengeluarkan urin. Selanjutnya pengamatan dilakukan dengan
selang waktu 15 menit sekali. Pada 15 menit pertama, volume urin yang berhasil ditampung
sebanyak 0,5 mL, kemudian 15 menit seterusnya adalah sebanyak 0,1 mL, 0,25 mL, 0,1 mL, 0,2
mL, dan 1,13 mL. sehinga total dari sema urin yang ditampung adalah sebanyak 2,28 mL.
Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara menghambat reabsorpsi
natrium klorida. Efeknya lebih lemah dan lambat, juga lebih lama, terutama digunakan pada
terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung. Memiliki kurva dosis-efek datar yaitu jika
dosis optimal dinaikkan, efeknya (diuresis dan penurunan tekanan darah) tidak bertambah.
Tikus keempat diberikan lasyx seacara subcutan. Lasyx memiliki zat aktif berupa
furosemid yang memiliki sifat seabagai diuretik kuat. Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle
bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat transport elektrolit
natrium, kalium, dan klorida.Obat-obat ini berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6).
Banyak digunakan dalam keadaan akut, misalnya pada udema otak dan paru-paru. Memiliki
kurva dosis-efek curam, yaitu bila dosis dinaikkan efeknya senantiasa bertambah. Mekanisme
kerjanya dengan menghambat reabsorpsi Na dan Cl di bagian ascending dari loop Henle
(lengkungan Henle) dan tubulus distal, mempengaruhi sistem kontrasport Cl-binding, yang
menyebabkan naiknya eksresi air, Na, Mg, dan Ca. Hal ini terlihat selam praktikum berlangsung.
Pada 20 menit pertama tikus yang diberikan Lasyx menghasilkan urin sebanyak 1,9 mL,
kemudian tiap 15 menit selanjutnya tikus menghasilkan urin sebanyak 2,05 mL, 0,88 mL, 0 ml,
1,15 mL dan pada menit 90 tidak ada urin yang dapat ditampung lagi. Total keseluruhan urin
yang dapat ditampung adalah sebanyak 8,23 mL.
Pada tikus yang diberikan sediaan caffein, volume urin yang didapat jumlahnya tidak
terlalu banyak. Caffein termasuk ke dalam golongan obat diuretik osmotik dan dapat
menyebabkan berbagai derajat diuresis. Hal ini terjadi karena kemampuan zat-zat ini untuk
mengangkut air bersama ke dalam cairan tubulus. Bila zat-zat yang disaring berikutnya
mengalami sedikit atau tidak diabsorpsi sama sekali, kemudian zat yang disaring akan
menyebabkan peningkatan pengeluaran urin. Hanya dalam jumlah kecil dari garam-garam yang
ditambahkan dapat juga diekskresikan.
F. Kesimpulan
Diuretik merupakan sediaan yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin,dari
beberapa sediaan yang diberikan didapatkan data bahwa lasyx yang diberikan secara sub-cutan
menghasilkan urin yang banyak hal ini dikarenakan lasyx bekerja langsung pada lengkung
henle,pada pemberian sediaan pituitrin 1% didapatkan urin yang paling sedikit hal ini ikarenakan
pituitrin 1% adalah golongan obat vasopresin yang bekerja dengan cara menghambat sekresi obat
antidiuretikhormon
G. Daftar Pustaka
Bayley.E.C , J. C. Davis, W. Whitman, and F.H.Scott. 1925. The effect of pituitrin on blood and
on lymph and urine production. Scienctific Procidings (22: 312). Department, of
Physcology, University of Minnesota, Minneapolis, Miwn. [terhubung berkala :
ebm.sagepub.com, 30 may 2013]
British Hypertension Society. 2008. Thiazide anda Thiazide Like Diuretic. [terhubung berkala :
G:\Website\Drug Classes\Drug Classes Final Copy Dec 2008\Thiazide and Thiazide-like
Diuretics.doc/ diakses poada 30 Mei 2013)