Laporan Farmako Diuretikum

11
A. Pendahuluan Diuretikum merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk menyeimbangkan volume atau jumlah cairan ekstraseluler menjadi normal kembali. Biasanya obat ini digunakan untuk membuang ataumnegurangi jumlah dari cairan ekstraseluler seperti yangterjadi pada kasus edema. Edema umum seperti hydrops acites ataupun hydrops anasarca merupakan keadaan patologis yang disebabkan oleh banyak factor, misalnya terjadi gangguan metabolisme. Umumnya, diuretikum merupaka senyawa kimia yang meningkatkan eksresi dari natrium dan air dengan memodifikasi reabsorpsi air & elektrolit pada epitel tubuler ginjal. Kemampuan tubulus ginjal dalam mengeksresikan urin memerlukan: 1. Fungsi transportasi fisiologis cairan pada tubuler 2. Kehadiran/ hilangnya ADH 3. Interstitium medula ginjal-konsentrasi Mekanisme diuretikum dalam memengaruhi konsentrasi urin dipengaruhi oleh 2 faktor, factor yaitu tentang jumlah ion Na + yang mampu diresorpsi dan jumlah air yang mampu dihambat, sedangkan factor yang kedua adalah titik tangkap kerja obat pada segmen tubulus distal. Manfaat laindari diuretikum adalah mampu menurunkan tekanan darah untuk menangani kasus hypertensi, mampu membantu mengeluarkan racun dalam tubuh yang larut dalam cairan ekstraseluler, serta penyakit gagal jantung karena sirkulasi darah lebih lancar dengan bantuan diuretikum. Mekanisme kerja diuretikum yaitu kecepatan filtrasi glomerulus ditingkatkan

description

laporan

Transcript of Laporan Farmako Diuretikum

Page 1: Laporan Farmako Diuretikum

A. Pendahuluan

Diuretikum merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk menyeimbangkan

volume atau jumlah cairan ekstraseluler menjadi normal kembali. Biasanya obat ini digunakan

untuk membuang ataumnegurangi jumlah dari cairan ekstraseluler seperti yangterjadi pada kasus

edema. Edema umum seperti hydrops acites ataupun hydrops anasarca merupakan keadaan

patologis yang disebabkan oleh banyak factor, misalnya terjadi gangguan metabolisme.

Umumnya, diuretikum merupaka senyawa kimia yang meningkatkan eksresi dari natrium dan air

dengan memodifikasi reabsorpsi air & elektrolit pada epitel tubuler ginjal. Kemampuan tubulus

ginjal dalam mengeksresikan urin memerlukan:

1. Fungsi transportasi fisiologis cairan pada tubuler

2. Kehadiran/ hilangnya ADH

3. Interstitium medula ginjal-konsentrasi

Mekanisme diuretikum dalam memengaruhi konsentrasi urin dipengaruhi oleh 2 faktor,

factor yaitu tentang jumlah ion Na+ yang mampu diresorpsi dan jumlah air yang mampu

dihambat, sedangkan factor yang kedua adalah titik tangkap kerja obat pada segmen tubulus

distal. Manfaat laindari diuretikum adalah mampu menurunkan tekanan darah untuk menangani

kasus hypertensi, mampu membantu mengeluarkan racun dalam tubuh yang larut dalam cairan

ekstraseluler, serta penyakit gagal jantung karena sirkulasi darah lebih lancar dengan bantuan

diuretikum. Mekanisme kerja diuretikum yaitu kecepatan filtrasi glomerulus ditingkatkan seperti

pada Xanthine dan obat-obat digitalis (kardiovaskuler diuretikum), penghambatan reabsorbsi

elektrolit pada tubulus ginjal dengan menghambat enzim karbonik anhydrase pada thiazide dan

diuretikum hemat kalium (natriuretikum), meningkatkan tekanan osmotic (diuretikum osmotic)

serta menghambat sekresi ADH (vasopressin).

B. Tujuan

Mengetahui prinsip kerja obat-obatan diuretikum

C. Tinjauan Pustaka

Diuretikum adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah

diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin

yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air.

Page 2: Laporan Farmako Diuretikum

Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan odem yang berarti mengubah

keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel menjadi normal.

Proses diuresis dimulai dengan mengalirnya darah ke dalam glomeruli (gumpalan

kapiler) yang terletak di bagian luar ginjal (cortex). Dinding glomeruli inilah yang bekerja

sebagai saringan halus yang secara pasif dapat dilintasi air,m garam dan glukosa. Ultrafiltrat

yang diperoleh dari filtrasi dan mengandung banyak air serta elektrolit ditampung di wadah,

yang mengelilingi setiap glomerulus seperti corong (kapsul Bowman) dan kemudian disalurkan

ke pipa kecil. Di sini terjadi penarikan kembali secara aktif dari air dan komponen yang sangat

penting bagi tubuh, seperti glukosa dan garam-garam antara lain ion Na+. Zat-zat ini

dikembalikan pada darah melalui kapiler yang mengelilingi tubuli.sisanya yang tak berguna

seperti ”sampah” perombakan metabolisme protein (ureum) untuk sebagian besar tidak diserap

kembali. Akhirnya filtrat dari semua tubuli ditampung di suatu saluran pengumpul (ductus

coligens), di mana terutama berlangsung penyerapan air kembali.

Diuretika adalah senyawa yang dapat menyebabkan ekskresi urine yang lebih banyak.

Jika pada peningkatan ekskresi air, terjadi juga peningkatan ekskresi garam-garam, maka

diuretika ini dinamakan saluretika atau natriuretika (diuretika dalam arti sempit). Walaupun

kerjanya pada ginjal, diuretika bukan ‘obat ginjal’, artinya senyawa ini tidak dapat memperbaiki

atau menyembuhkan penyakit ginjal, demikian juga pada pasien insufisiensi ginjal jika

diperlukan dialisis, tidak akan dapat ditangguhkan dengan penggunaan senyawa ini. Beberapa

diuretika pada awal pengobatan justru memperkecil ekskresi zat-zat penting urine (dengan

mengurangi laju filtrasi glomerulus) sehingga akan memperburuk insufisiensi ginjal.

Dengan demikian yang dapat digunakan secara terapeutik hanyalah kemampuannya

untuk mempengaruhi gerakan air dan elektrolit dalam organisme. Pengaruhnya terhadap proses

transport hanya seakan-akan saja khas terhadap ginjal. Karena konsentrasi diuretika pada saat

melewati nefron meningkat dengan hebat, maka efeknya pada ginjal (efek diuretik) dibandingkan

dengan efek pada organ lain, dominan. Pengembangan baru saluretika berkhasiat tinggi

menyebabkan preparat lama umumnya sudah kadaluarsa. Ini terutama berlaku untuk preparat

yang mengandung simplisia dengan minyak atsiri, senyawa raksa atau turunan xantin. Juga

osmodiuretika dan inhibitor karbonanhidratase sudah jarang digunakan kecuali untuk indikasi

khusus tertentu.

Page 3: Laporan Farmako Diuretikum

Ada beberapa jenis diuretik yang sudah dikenal dan sering digunakan dalam pengobatan

pasien dengan masalah gangguan cairan dan elektrolit. Jenis-jenis tersebut adalah:

1. Diuretik osmotik

Diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat

diekskresi oleh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isosorbid.

Suatu zat dapat bertindak sebagai diuretik osmotik apabila memenuhi 4 syarat :

1. Difiltasi secara bebas oleh glomerulus

2. Tidak atau hanya sedikit direabsorpsi sel tubuli ginjal

3. Secara farmakologis merupakan zat yang inert

4. Umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan metabolik.

2. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase

Karbonik anhidrase adalah enzim yang mengkatalis raksi CO2 + H2O menjadi H2CO3.

Enzim ini terdapat antara lain dalam sel korteks renalis, pankreas, mukosa lambung, mata,

eritrosit dan SSP, tetapi tidak terdapat dalam plasma. Inhibitor karbonik anhidrase adalah obat

yang digunakan untuk menurunkan tekanan intraokular pada glaukoma dengan membatasi

produksi humor aqueus, bukan sebagai diuretik (misalnya, asetazolamid). Obat ini bekerja pada

tubulus proksimal (nefron) dengan mencegah reabsorpsi bikarbonat (hidrogen karbonat),

natrium, kalium, dan air semua zat ini meningkatkan produksi urine. Yang termasuk golongan

diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.

3. Diuretik golongan tiazid

Senyawa tiazid menunjukkan kurva dosis yang sejajar dan daya klouretik maksimal yang

sebanding. Merupakan Obat diuretik yang paling banyak digunakan. Diuretik tiazid, seperti

bendroflumetiazid, bekerja pada bagian awal tubulus distal (nefron). Obat ini

menurunkanreabsorpsi natrium dan klorida, yang meningkatkan ekskresi air, natrium, dan

klorida. Selain itu, kalium hilang dan kalsium ditahan. Obat ini digunakan dalam pengobatan

hipertensi, gagal jantung ringan, edema, dan pada diabetes insipidus nefrogenik. Obat-obat

diuretik yang termsuk golongan ini adalah ; klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid,

bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan

indapamid.

Page 4: Laporan Farmako Diuretikum

4. Diuretik hemat kalium

Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah

korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan

antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilorida).

5. Diuretik kuat

Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel

tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida. Yang termasuk

diuretik kuat adalah ; asam etakrinat, furosemid dan bumetamid.

D. Metodologi

Tikus putih dipuasakan selama 12-16 jam, sebelum percobaan dilakukan tikus dicekok

denga sonde lambung berisi aquades 5 mL ke dalam lambungnya.Tikus disuntik lasyx secara

subcutan sebanyak 0,5 mL. Waktu penyuntikan dicatat dan tikus ditempatkan kembali ke dlaam

kandang metabolism. Urine yang keluar pada 30 menit pertama dan 60 menit ditampung dan

dicatat volumenya. Prosedur yang sama dilakukan pada tikus lain dengan sediaan obat ituitrin

0,1 % 0,25 mL dan caffeine 1%, namun untuk sediaan obat NaCl fisiologis 0,5 dan thiazide 1

mL diberikan secara peroral.

E. Hasil dan Pembahasan

Jenis Diuretikum

Volume tiap waktu (ml)20

menit+ 15 menit

+ 30 menit

+ 45 menit

+ 60 menit

+ 75 menit

+ 90 menit

Total volume

NaCl Fisiologis

0 1 0 0 0 0 0 1

Pituitrin 0 0 1 1,9 0 0 0 2,9Thiazide 0 0,5 0,1 0,25 0,1 0,2 1,13 2,28

Lasyx 1,9 2,05 2,25 0,88 0 1,15 0 8,23Cafein 0 1,4 0 0 0 0 0 1,4

Tabel data hasil pengamatan

Page 5: Laporan Farmako Diuretikum

Praktium kali ini menggunakan lima ekor tikus dan lima jenis obat diuretikum. Kelima

jenis obat diuretikum tersebut kemudian diberikan ke masing-masing ekor tikus putih. Hasil dari

perlakuaan tersebut dapat dilihat pada tabel diatas. Tikus pertama diberikan NaCl Fisiologis,

tikus pertama ini dijadikan sebagai control untuk membandingkan hasil dengan tikus-tikus lain

yang diberi obat diuretikum. Hasilnya pada tikus pertama ini, jumlah urin total yang ditampung

sebanyak 1 mL. jumlah ini didapat dari satu kali urinasi yaitu pada menit ke 15.

Perlakuan selanjutnya yaitu pada tikus kedua, tikus diberikan Pituitrin secara peroral.

Sifat dari Pituitrin sendiri adalah sebagai antidiuretik atau dapat mengurangi folume urin, bukan

sebagai diuretic. Pada pengmatan yang dilakukan volume urin yang terkumpul mencapai 2,9 mL.

Hal ini menunjukan ketidaksesuaian antara hasil dan teori jika dibandingkan dengan tikus

pertama yang bertindak sebagai control yang hanya memiliki volume urin seanyak 1 mL. hali ini

dapat disebabkan karena perbedaan dari individu tikus itu sendiri. Kelima tikus yang digunakan

memiliki bobot badan dan keadaan fisiologis yang bermacam-macam. Meskipun kami sudah

memuasakan kelima tikus tersebut bukan berarti hal demikian tidak dapat terjadi. Pituitrin

terbentuk dari ADH (antidiuretik hormone)dan oxytosin yang disekresikan oleh posterior

pituitary. Pemberian pitutrin pada dosis tertentu akan mengakibatkan turunnya produksi secara

temporer. ADH memiliki titik kerja di reseptor V2 pada epitel tubulus distal dan duktus

kolektifus. Jika terjadi ikatan anatar resptor V2 dengan ADH maka akan terjadi peningakatan

permeabilitas terhadap air. Sehingga peningkatan ADH di alairan adarah akan meningkatkan

reansorbsi air dan penurunun produksi urin. (Baylaey, 1925).

Tikus ketiga diberikan Thiazide secara peroral. Thiazide bekerja pada tubulus distalis

bagian proximal. Mekanisme kerjanya adalah memblokade reseptor Na+ dan Cl-, serta

meningkatkan Ca2+ dan menurunkan absorsi Sodium (K+) dan Mg2+ dan diekskresikan dalam

jumlah banyak sehingga jumlah urin akan meningkat, Thiazide sebaiknya diberika secara

peroral, shingga efeknya akan lebih cepat terlihat (BHS, 2008). Pada 20 menit pertama setelah

diberikan thiazide tikus belum mengeluarkan urin. Selanjutnya pengamatan dilakukan dengan

selang waktu 15 menit sekali. Pada 15 menit pertama, volume urin yang berhasil ditampung

sebanyak 0,5 mL, kemudian 15 menit seterusnya adalah sebanyak 0,1 mL, 0,25 mL, 0,1 mL, 0,2

mL, dan 1,13 mL. sehinga total dari sema urin yang ditampung adalah sebanyak 2,28 mL.

Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara menghambat reabsorpsi

natrium klorida. Efeknya lebih lemah dan lambat, juga lebih lama, terutama digunakan pada

Page 6: Laporan Farmako Diuretikum

terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung. Memiliki kurva dosis-efek datar yaitu jika

dosis optimal dinaikkan, efeknya (diuresis dan penurunan tekanan darah) tidak bertambah.

Tikus keempat diberikan lasyx seacara subcutan. Lasyx memiliki zat aktif berupa

furosemid yang memiliki sifat seabagai diuretik kuat. Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle

bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat transport elektrolit

natrium, kalium, dan klorida.Obat-obat ini berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6).

Banyak digunakan dalam keadaan akut, misalnya pada udema otak dan paru-paru. Memiliki

kurva dosis-efek curam, yaitu bila dosis dinaikkan efeknya senantiasa bertambah. Mekanisme

kerjanya dengan menghambat reabsorpsi Na dan Cl di bagian ascending dari loop Henle

(lengkungan Henle) dan tubulus distal, mempengaruhi sistem kontrasport Cl-binding, yang

menyebabkan naiknya eksresi air, Na, Mg, dan Ca. Hal ini terlihat selam praktikum berlangsung.

Pada 20 menit pertama tikus yang diberikan Lasyx menghasilkan urin sebanyak 1,9 mL,

kemudian tiap 15 menit selanjutnya tikus menghasilkan urin sebanyak 2,05 mL, 0,88 mL, 0 ml,

1,15 mL dan pada menit 90 tidak ada urin yang dapat ditampung lagi. Total keseluruhan urin

yang dapat ditampung adalah sebanyak 8,23 mL.

Pada tikus yang diberikan sediaan caffein, volume urin yang didapat jumlahnya tidak

terlalu banyak. Caffein termasuk ke dalam golongan obat diuretik osmotik dan dapat

menyebabkan berbagai derajat diuresis. Hal ini terjadi karena kemampuan zat-zat ini untuk

mengangkut air bersama ke dalam cairan tubulus. Bila zat-zat yang disaring berikutnya

mengalami sedikit atau tidak diabsorpsi sama sekali, kemudian zat yang disaring akan

menyebabkan peningkatan pengeluaran urin. Hanya dalam jumlah kecil dari garam-garam yang

ditambahkan dapat juga diekskresikan.

F. Kesimpulan

Diuretik merupakan sediaan yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin,dari

beberapa sediaan yang diberikan didapatkan data bahwa lasyx yang diberikan secara sub-cutan

menghasilkan urin yang banyak hal ini dikarenakan lasyx bekerja langsung pada lengkung

henle,pada pemberian sediaan pituitrin 1% didapatkan urin yang paling sedikit hal ini ikarenakan

pituitrin 1% adalah golongan obat vasopresin yang bekerja dengan cara menghambat sekresi obat

antidiuretikhormon

Page 7: Laporan Farmako Diuretikum

G. Daftar Pustaka

Bayley.E.C , J. C. Davis, W. Whitman, and F.H.Scott. 1925. The effect of pituitrin on blood and

on lymph and urine production. Scienctific Procidings (22: 312). Department, of

Physcology, University of Minnesota, Minneapolis, Miwn. [terhubung berkala :

ebm.sagepub.com, 30 may 2013]

British Hypertension Society. 2008. Thiazide anda Thiazide Like Diuretic. [terhubung berkala :

G:\Website\Drug Classes\Drug Classes Final Copy Dec 2008\Thiazide and Thiazide-like

Diuretics.doc/ diakses poada 30 Mei 2013)