laporan askep
-
Upload
lp-askep-cuii-eaty -
Category
Documents
-
view
826 -
download
2
Transcript of laporan askep
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh hasil
kerja keras sektor kesehatan, tetapi sangat dipengaruhi oleh hasil kerja keras serta
konstribusi positif pelbagai sektor pembangunan lainnya. Untuk optimalisasi hasil
serta kontribusi positif tersebut, harus dapat diupayakan masuknya wawasan
kesehatan sebagai asas pokok program pembangunan nasional. Dengan perkataan lain
untuk dapat terwujudnya INDONESIA SEHAT 2010, para penanggungjawab
program pembangunan harus memasukkan pertimbangan-pertimbangan kesehatan
dalam semua kebijakan pembangunannya. Program pembangunan yang tidak
berkontribusi positif terhadap kesehatan, apalagi yang berdampak negatif terhadap
kesehatan, seyogyanya tidak diselenggarakan. Untuk dapat terlaksananya
pembangunan nasional yang berkontribusi positif terhadap kesehatan seperti
dimaksud diatas, maka seluruh elemen dari Sistem Kesehatan Nasional harus
berperan sebagai penggerak utama pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat,
pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan oleh pemerintah, tanpa
kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka,
hanya sedikit yang akan dapat dicapai. Perilaku yang sehat dan kemampuan
masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu
sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu, salah satu
upaya kesehatan pokok atau misi sektor kesehatan adalah mendorong kemandirian
masyarakat untuk hidup sehat.
Untuk mencapai upaya tersebut Departemen Kesehatan RI menetapkan visi
pembangunan kesehatan yaitu “Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat”. Strategi
yang dikembangkan adalah menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk
hidup sehat, berupa memfasilitasi percepatan dan pencapaian derajat kesehatan
setinggi-tingginya bagi seluruh penduduk dengan mengembangkan kesiap-siagaan di
tingkat desa yang disebut dengan Desa Siaga.
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya
dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan secara mandiri. Pada intinya, desa siaga
adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat. Untuk
dapat danmampu hidup sehat, masyarakat perlu mengetahui masalah-masalah dan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatannya, bak sebagai individu,
keluarga, ataupun sebagai bagian dari anggota masyarakat.
Beberapa determinan yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat adalah
keturunan (heredity), keadaan gizi, gaya hidup, akses pelayanan kesehatan dan
lingkungan fisik dan nonfisik. Heredity memegang peran dalam penentuan sifat dan
karakteristik fisiologis seorang individu, seperti postur tubuh, warna kulit dan
golongan darah. Lingkungan fisik meliputi lingkungan yang ada di sekitar manusia,
seperti udara yang kita hirup, darat dan laut sebagai sumber kehidupan, termasuk
rumah dan fasilitasnya serta ketersediaan pelayanan umum (air bersih, listrik dan
jalan raya). Sedangkan faktor budaya akan mempengaruhi sikap masyarakat terhadap
hidup sehat dan kesehatan secara keseluruhan.
Seiring dengan program Desa Siaga yang dicanangkan oleh Departemen
Kesehatan RI, pendidikan dan profesi keperawatan telah menerapkan standar
perawatan komunitas yang mencakup berbagai unsur dan komponen seperti yang ada
pada konsep Desa Siaga. Perawatan kesehatan masyarakat diterapkan untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan populasi dimana prakteknya tersebut
bersifat umum dan komprehensif yang ditujukan pada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat yang memiliki kontribusi bagi kesehatan, pendidikan kesehatan dan
manajemen serta koordinasi dan kontinuitas pelayanan holistik. Masalah kesehatan
masyarakat dapat bermula dari perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
diantaranya berkaitan dengan masalah kesehatan lingkungan, kesehatan ibu anak,
kesehatan remaja serta kesehatan lanjut usia (lansia),maupun pemanfaatan fasilitas
pelayanan kesehatan yang masih sangat rendah seperti pemeriksaan kesehatan,
kehamilan, imunisasi, posyandu dan lain sebagainya.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka Mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang Tahun
Akademik 2007/2008 melaksanakan pengambilan data Keperawatan Komunitas di
Wilayah RW 06 Desa Gunungrejo Kecamatan Singosari dengan menggunakan dua
pendekatan yaitu pendekatan keluarga dan pendekatan masyarakat, dalam rangka
melakukan pembinan, mengatasi masalah kesehatan serta meningkatkan derajat
kesehatan yang optimal secara mandiri, dimana dalam pelaksanaan praktek asuhan
keperawatan komunitas menggunakan pendekatan proses keperawatan komunitas
yang diawali dari pengkajian dengan cara mengumpulkan data, analisa, menentukan
diagnosa atau permasalahan dan menyusun rencana sesuai peramasalahan yang
ditemukan, kemudian pelaksanaan dan yang terakhir adalah melakukan evaluasi
terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Umum
Setelah melakukan praktek asuhan keperawatan komunitas, mahasiswa akan
dapat meningkatkan kemampuan komunitas dalam mengenali masalah kesehatan,
mengorganisasikan potensi dan sumber daya yang dimiliki untuk mengatasi masalah
kesehatan yang dihadapinya.
1.2.2 Khusus
Setelah melakukan praktek asuhan keperawatan komunitas di Wilayah RW 06
Desa Gunungrejo Kecamatan Singosari, mahasiswa mampu;
a. Membina hubungan baik dengan komunitas dan keluarga yang dibina dengan
mengenal wilayah, tokoh-tokoh masyarakat serta masalah kesehatan yang sedang
dihadapi.
b. Bekerjasama dengan komunitas dan keluarga dalam melaksanakan pendataan
kesehatan.
c. Menganalisa data dengan menggunakan pendekatan biostatistik, demografi dan
epidemiologi guna mengidentifikasikan diagnosa keperawatan komunitas serta
faktor penyebab timbulnya masalah.
d. Memfasilitasi komunitas dan keluarga dalam memusyawarahkan masalah-
masalah yang ditemukan dan menyadarkan adanya masalah kesehatan yang
sedang/akan dihadapinya.
e. Mengorganisasikan potensi yang ada di komunitas untuk merencanakan dan
melaksanakan tindakan pemecahan masalah.
f. Meningkatkan tenaga-tenaga potensial di komunitas (kader) dengan melatihnya
dalam program kerja untuk mengatasi masalah.
g. Bekerjasama dengan tokoh-tokoh di komunitas, sektor yang terkait dalam
memberikan dukungan bagi pemecahan masalah yang sedang dan akan dihadapi.
h. Mengevaluasi setiap kegiatan dan pencapaian tujuan asuhan keperawatan
masyarakat.
i. Mendokumentasikan asuhan keperawatan masyarakat dengan benar dan tepat.
1.3 Manfaat
1.3.1 Masyarakat
Diharapkan dapat membantu masyarakat guna mengerti gambaran status
kesehatannya dan menyadari permasalahan kesehatan yang ada serta mau
menyelesaikan permasalahan tersebut.
1.3.2 Mahasiswa
Menimba pengalaman belajar mahasiswa untuk peka dalam mengenali masalah
kesehatan dalam masyarakat serta menentukan langkah penyelesaiannya dengan
mengaplikasikan ilmu yang didapatkan pada masyarakat khusus tentang kesehatan.
1.3.3 Puskesmas
Diharapkan dapat memberikan sumbangan/masukan berupa informasi tentang
kondisi kesehatan masyarakat yang termasuk dalam wilayah kerja puskesmas guna
membantu program kesehatan pada masyarakat.
1.4 Sistematika Penulisan
BAB I : Mennguraikan Pendahuluan yang meliputi; latar belakang, tujuan
umum dan khusus, manfaat serta sistematika penulisan.
BAB II : Berisi tentang Tinjauan Teori Asuhan Keperawatan Komunitas.
BAB III : Menguraikan tentang Metode Pelaksanaan Asuhan Keperawatan
Komunitas.
BAB IV : Hasil Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Komunitas.
BAB V : Pembahasan Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Komunitas.
BAB VI : Kesimpulan dan Saran.
BAB 2
1.%2% TINJAUAN TEORI
2.1 Asuhan Keperawatan Komunitas
2.1.1 Pengertian
Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan
profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok
resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan. (Pradley, 1985; Logan
dan Dawkin, 1987).
Keperawatan kesehatan masyarakat adalah suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan
dukungan peran serta masyarakat secara aktif dan mengutamakan pelayanan promotif
dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan
rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan yang utuh, melalui proses keperawatan
untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mandiri
dalam upaya kesehatan. (Ruth B. Freeman .1961)
Asuhan keperawatan komunitas pada hakekatnya adalah proses keperawatan
yang diterapkan pada klien komunitas, yang langkah-langkahnya meliputi
pengkajian, analisa data komnuitas, diagnosa keperawatan komunitas, rencana asuhan
keperawatan komunitas, implementasi asuhan keperawatan komunitas dan evaluasi
asuhan keperawatan komunitas, dimana proses ini bervariasi dalam setiap situasi dan
memliki elemen-elemen penting yaitu kesungguhan (deliberative), kesesuaian
(adaptable), siklus (cyclic), berfokus pada klien (client focused), interaktif
(interactive) dan berorientasi pada kebutuhan komunitas (need-oriented).
2.1.2 Asumsi Dan Kepercayaan Terhadap Perawatan Kesehatan Komunitas
Menurut ANA (American Nurses Association)
a. Asumsi
1) Sistem pemeliharaan yang kompleks.
2) Komponen sistem pemeliharaan kesehatan primer, sekunder dan tersier.
3) Perawatan subsistem pemeliharaan kesehatan dan produk pendidikan dasar
praktek penelitian.
4) Pemeliharaan kesehatan primer lebih menonjol dari sekunder dan tersier.
5) Perawatan kesehatan menyangkut setting pemeliharaan kesehatan primer.
b. Kepercayaan
1) Pemeliharaan kesehatan harus memadai dan diterima semua orang.
2) Orang yang menerima asuhan harus dilibatkan.
3) Perawat sebagai pemberi dan klien sebagai konsumen pelayanan kesehatan.
4) Lingkungan berdampak terhadap kesehatan populasi dan individu.
5) Pencegahan penyakit bagian esensial dari peningkatan kesehatan.
6) Kesehatan sebagai proses menyangkut kehidupan dalam jangka waktu yang
lama.
7) Klien hanya anggota tetap dari tim pemeliharaan kesehatan.
8) Individu dalam sistem kesehatan masyarakat bertanggung jawab secara
mandiri dan aktif berpartisipasi dalam pemeliharaan kesehatan.
2.1.3 Falsafah Keperawatan Komunitas
Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut, maka
dapat dikembangkan falsafah keperawatan komunitas sebagai landasan praktik
keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan
komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh
lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan komunitas dan
membrikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.
Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma
keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan
dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur dan
manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan kemanusiaan
untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia
yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat pada umumnya.
c. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat diterima
oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya kesehatan.
d. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan upaya
kuratif dan rehabilitatif.
e. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung secara
berkesinambungan.
f. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai consumer
pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan yang saling
mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan
kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan masyarakat.
g. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan secara
berkesinambungan dan terus-menerus.
h. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya, ia
harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan berpartisipasi aktif dalam
pelayanan kesehatan mereka sendiri.
Gambar 2.1 : Paradigma / Falsafah Keperawatan Komunitas
Berdasarkan gambar di atas, dapat dijabarkan masing-masing unsur sbg
berikut :
Manusia.
Komunitas sebagai klien berarti B sekumpulan individu / klien yang berada pada
lokasi atau B batas geografi tertentu yang memiliki niliai-nilai, keyakinan dan
minat yang relatif sama serta adanya interaksi satu sama lain untuk mencapai
Tujuan.
Komunitas merupakan sumber dan lingkungan bagi keluarga, komunitas,
Komunitas sebagaiklien yang dimaksud termasuk kelompok resiko tinggi antara
lain: daerah terpencil, daerah rawan, daerah kumuh.
Kesehatan.
Komunitas Dengan Keluarga Sebagai Unit Pelayanan Dasar.
KEPERAWATAN3 Tingkatan Pencegahan.
MANUSIA
KESEHATAN (SEHAT-SAKIT)
LINGKUNGAN (Physic, Biologic,
Psychologist, Social, Cultural, Dan Spiritual.
Sehat adalah suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan
dasar klien / komunitas. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai
dampak dari keberhasilan mengatasi stressor.
Lingkungan.
Semua factor internal dan eksternal atau pengaruh disekitar klien yang bersifat
biologis, psikologis, social, cultural dan spiritual.
Keperawatan.
Intervensi / tindakan yang bertujuan untuk menekan stressor, melalui
pencegahan primer, sekunder dan tersier.
Berdasarkan falsafah di atas maka dikembangkan : tujuan, sasaran dan strategi
intervensi keperawatan komunitas.
2.2 Tujuan Keperawatan Kesehatan Komunitas
2.2.1 Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai
derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai
dengan kapasitas yang mereka miliki.
2.2.2 Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga, kelompok
khusus dan masyarakat dalam hal:
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi.
b. Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah.
c. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan/
keperawatan.
d. Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka hadapi.
e. Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan/
keperawatan.
f. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan
kesehatan/keperawatan.
g. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri
(self care).
h. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan.
i. Menunjang fungsi puskesmas dalam menurunkan angka kematian bayi,
ibu dan balita serta diterimanya norma keluarga kecil bahagia dan
sejahtera.
j. Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan terhadap
masalah kesehatan.
2.3 Sasaran
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah
kesehatan/perawatan.
2.3.1 Individu
Individu adalah bagian dati anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan merawat diri
sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga
lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial.
2.3.2 Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga,
anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga
karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya saling
tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga
mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap
anggota keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang aada di sekitarnya.
2.3.3 Kelompok Khusus
Kelompok hkusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis
kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan
terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya adalah:
a. Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan dan
pertumbuhannya, seperti;
1) Ibu hamil
2) Bayi baru lahir
3) Balita
4) Anak usia sekolah
5) Usia lanjut
b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:
1) Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS, penyakit kelamin
lainnya.
2) Penderita dengan penynakit tak menular, seperti: penyakit diabetes mellitus,
jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain sebagainya.
c. Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:
1) Wanita tuna susila
2) Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
3) Kelompok-kelompok pekerja tertentu, dan lain-lain.
d. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
1) Panti wredha
2) Panti asuhan
3) Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)
4) Penitipan balita
2.3.4 Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama cukup
lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka
sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas.
Masyarakat merupakan kelompok individu yang saling berinteraksi, saling tergantung
dan bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalan berinteraksi sesama anggota
masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik permasalahan sosial,
kebudayaan, perekonomian, politik maupun kesehatan khususnya.
2.4 Strategi
Strategi intervensi keperawatan komunitas meliputi :
1. Proses kelompok.
2. Pendidikan kesehatan.
3. Kerja sama (partnership).
2.5 Ruang Lingkup Perawatan Komunitas
Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan
dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan
serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke
lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi).
Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan
adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif,
rehabilitatif dan resosialitatif.
2.5.1 Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
a. Penyuluhan kesehatan masyarakat
b. Peningkatan gizi
c. Pemeliharaan kesehatan perseorangan
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e. Olahraga secara teratur
f. Rekreasi
g. Pendidikan seks.
2.5.2 Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan
terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:
a. Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas maupun
kunjungan rumah
c. Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas ataupun di
rumah.
d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.
2.5.3 Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga,
kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan, melalui
kegiatan:
a. Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan rumah
sakit
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas
d. Perawatan payudara
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir.
2.5.4 Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita
yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang
menderita penyakit yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya.,
dilakukan melalui kegiatan:
a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta, patah
tulang maupun kelainan bawaan
b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu, misalnya
TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin
dilakukan oleh perawat.
2.5.5 Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan kelompok
khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-kelompok yang
diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS,
atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila (WTS), tuna
wisma dan lain-lain. Di samping itu, upaya resosialisasi meyakinkan masyarakat
untuk dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai masalah kesehatan
tersebut dan menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini
tentunya membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan-batasan yang jelas
dan dapat dimengerti.
2.6 Kegiatan Praktek Keperawatan Komunitas
Kegiatan praktek keperawatan komunitas yang dilakukan perawat mempunyai lahan
yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan, wilayah kerja
perawat tetapi secara umum kegiatan praktek keperawatan komunitas adalah sebagai
berikut:
2.6.1 Tahap Persiapan:
a. Pembekalan dari departemen komunitas dan dinas kesehatan tentang
program praktek.
b. Penjajakan ke daerah, meliputi wilayah, sistem dalam komunitas, masalah
dan kesehatan utama.
c. Penyusunan instrumen data.
d. Uji coba instrumen pengumpulan data.
e. Pertemuan awal dengan komunitas dan keluarga untuk perkenalan,
penjelasan program praktek dan mengadakan kontrak dengan komunitas.
f. Melaksanakan pendataan dengan melibatkan tokoh-tokoh dan kader
kesehatan setempat.
g. Melakukan tabulasi data, menganalisa data dengan pendekatan demografi,
epidemiologi dan statistik serta membuat visualisasi/penyajian data.
h. Mengidentifikasi pra musyawarah komunitas: menyusun kepanitiaan,
menyiapkan dan melatih masyarakat yang akan terlibat dalam musyawarah
dan menyebarkan undangan.
i. Melaksanakan musyawarah komunitas tingkat RW:
1) Penyajian data hasil pengkajian kesehatan masyarakat
2) Diskusi kelompok untuk menetapkan hasil masalah, prioritas masalah,
garis besar rencana kegiatan
3) Membentuk kelompok kerja kesehatan sesuai dengan masalah yang telah
ditetapkan.
4) Tanggapan-tanggapan dari tokoh-tokoh masyarakat dan petugas
kesehatan dari instansi terkait.
2.6.2 Tahap Pelaksanaan:
a. Menyusun kembali rencana kerja hasil musyawarah bersama dengan
kelompok kerja kesehatan.
b. Melaksanakan kegiatan di komunitas bersama-sama dengan kelompok kerja
kesehatan:
1) Pelatihan kader kesehatan
2) Penyuluhan kesehatan
3) Simulasi/demonstrasi
4) Pembuatan model/percontohan
5) Kunjungan rumah (home health care)
6) Kerja bakti, daan lain-lain.
c. Berkoordinasi dengan puskesmas dan instansi terkait dalam pelaksanaan
kegiatan.
2.6.3 Tahap Evaluasi:
a. Mengevaluasi setiap kegiatan yang dilakukan di komunitas dalam hal
kesesuaian, kefektifan dan keberhasilan kegiatan serta aktivitas dari
komunitas.
b. Mengevaluasi seluruh kegiatan di komunitas dalam hal pencapaian tujuan,
keberhasilan pemecahan masalah dan kemampuan komunitas dalam
pemecahan masalah.
2.7 Tahap Asuhan Keperawatan Komunitas
2.7.1 Mengunakan pendekatan proses keperawatan, dengan langkah-langkah :
a.Pengkajian
b. Diagnosa Keperawatan
c.Perencanaan
d. Pelaksanaan
e.Evaluasi.
Gambar 2.2 : Tahapan Dalam Asuhan Keperawatan Komunitas
2.7.2 Mengunakan Pendekatan Pengorganisasian Masyarakat
a. Tujuan pengorganisasian Komunitas :
Diharapkan mampu berproses dalam mengidentifikasikan kebutuhannya,
mengembangkan keyakinan untuk memenuhi kebutuhan dengan menggunakan
potensi dan sumber daya yang ada di dalam komunitas dan di luar komunitas.
Pendekatan yang digunakan menggunakan prinsip, landasan dan langkah dasar
seperti tertera pada gambar 2.3
b. Langkah-langkah pengorganisasian Masyarakat :
1) Persiapan :
a) Pengenalan komunitas
Pendekatan Jalur Formal
Dilakukan terhadap instansi birokrasi yang bertanggung jawab pada
wilayah komunitas dengan cara ;
1. Pengajuan proposal dan perijinan
2. Penjelasan tujuan dan program
à hasil : surat ijin/persetujuan
Pendekatan Jalur Informal
Dilakukan setelah adanya ijin/persetujuan dari institusi dari birokrasi
dengan melakukan pendekatan kepada :
1. Tokoh-tokoh masyarakat
2. Ketua RW, RT
3. Kader kesehatan
à Dengan menjelaskan tujuan, program kegiatan, meminta dukungan
dan partisipasi serta kontrak kerjasama.
Gambar 2.3 : Prinsip Pendekatan dalam Asuhan Keperawatan Komunitas
b) Pengenalan Masalah
Tujuan : untuk mengetahui masalah kesehatan secara menyeluruh yang
benar-benar menjadi kebutuhan komunitas saai ini.
Tahap pengenalan masalah :
Membuat instrumen pengkajian/pengumpulan data
1. Diawali dengan survey awal pada komunitas yang menjadi sasaran,
meliputi :
oSurvey wilayah
oSurvey populasi
oSurvey masalah utama dan faktor penyebab
oSurvey kebijakan program dan frasilitas layanan kesehatan.
oSurvey potensi-potensi, sumber pendukung di komunitas.
2. Membuat instrument pengumpulan data.
Tabulasi Data:
1. Membuat table tabulasi data
2. Menghitung frekuensi distribusi
3. Membuat table, diagram, grafik frekuensi distribusi
Analisa Data
1. Analisa Deskriptif
Membuat gambaran suatu keadaan dari obyek yang diteliti.
2. Analisa Korelasi
Menganalisa tingkat hubungan pngaruh dari dua atau lebih
subvariabel yang diteliti dengan menggunkan perhitungan
statistik.
Perumusan Masalah
1. Adalah merumuskan diagnosa keperawatan pada komunitas yang
dikaji dengan berdasarkan hasil analisa data.
2. Mengunakan klarifikasi masalah OMAHA
3. Formulasi :
o Problem
o Etiologi
o Data yang menyokong.
c) Penyadaran komunitas
1) Tujuan :
1. Mengenalkan masalah kesehatan yang sedang dihadapi oleh
komunitas
2. Mengikutsertakan komunitas dalam pemecahan masalah
3. Menumbuhkan kesadaran komunitas untuk terlibat aktif menjadi
tenaga potensial dalam kegiatan pemecahan masalah.
2) Kegiatan :
Mengadakan musyawarah komunitas dengan metode lokakarya mini,
dengan langkah :
1. Penyajian data hasil survey
2. Diskusi kelompok :
o Perumusan masalah dan faktor penyebab
o Menyusun rencana pemecahan masalah (bentuk masalah,
waktu, tempat, penanggung jawab dan biaya)
o Pembentukan kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) dari
anggota komunitas yang merupakan calon kader kesehatan
yang bertanggung jawabterhadap kegiatan yang direncanakan.
3. Penyajian hasil diskusi kelompok
4. Tangapan-tanggapan dari tokoh formal, informal, puskesmas.
2) Pelaksanaan
Adalah tahap pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang telah direncanankan dengan
melihat aktifitas kelompok kerja yang telah terbentuk melalui kerja sama
dengan aparat desa/kelurahan, puskesmas/dinkes yang meliputi kegiatan :
a) Pelatihan Kader
b) Penyuluhan kesehatan
c) Pelayanan kesehatan langsung
d) Home care
e) Rujukan
Gambar 2.4 : Perawat Bekerja Bersama Masyarakat (Kader Kesehatan).
3) Evaluasi
Hal-hal yang harus dievaluasi :
a) Perkembangan masalah kesehatan yang ditemukan
b) Pencapaian tujuan perawatan (terutama tujuan jangka pendek)
c) Efektifitas dan efisiensi tindakan/kegiatan yang telah dilakukan
d) Rencana tindak lanjut.
Gambar 2.5 : Siklus Pemberdayaan Masyarakat dalam Asuhan Keperawatan Komunitas
Perubahan ini dapat diamati seperti gambar di bawah ini:
Keterangan:
: Peran masyarakat
: Peran perawat
Gambar 2.6 : Peranan Perawat dan Masyarakat dalam Mencapai Tujuan Perawatan Kesehatan Komunitas
Pada gambar di atas dapat dijelaskan alih peran untuk memandirikan klien
dalam menanggulangi masalah kesehatan, pada awalnya peran perawat lebih besar
dari pada klien dan berangsur-angsur peran klien lebih besar daripada perawat. Atau
dapat digambarkan peralihan basarnya peran antara perawat dan masyarakat :
Tahapan Peran perawat Peran Masyarakat
* Pengenalan masyarakat +++ +
* Pengenalan masalah +++ ++
* Penyadaran masyarakat ++ +++
* Pelaksanaan + ++++
* Penilaian + ++++
* Perluasan + ++++
Tujuan akhir perawat komunitas adalah kemandirian keluarga yang terkait
dengan lima tugas kesehatan, yaitu: mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga, menciptakan lingkungan
yang dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan keluarga serta memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan
adalah pemecahan masalah keperawatan yaitu melalui proses keperawatan.
BAB III
HASIL PENDATAAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
DI RT 01-07 RW V KELURAHAN PAGENTAN
KEC. SINGOSARI KAB. MALANG TAHUN 2007
Asuhan keperawatan komunitas dilaksanakan oleh mahasiswa melalui
praktek keperawatan di masyarakat mulai dari tanggal 5 Nopember 2007 sampai
dengan 15 Desember 2007. Kelompok IV mendapatkan tempat praktik di RT 01-07
RW V Kelurahan Pagentan Kecamatan Singosari Kabupaten Malang.
3.1 Tahap Persiapan
Kegiatan praktek profesi mahasiswa diawali dengan pertemuan dengan
kepala puskesmas serta perkenalan dengan seluruh jajaran petugas di Puskesmas,
kemudian dilanjutkan ke rumah bapak RW dan ketua posyandu RW untuk
memperkenalkan diri serta menjelaskan maksud dan tujuan praktek profesi
keperawatan komunitas.
Setelah itu dilanjutkan dengan mencari posko untuk tempat tinggal selama
praktek komunitas di kelurahan Pagentan. Karena masyarakat RW V banyak yang
bekerja sebagai karyawan swasta, maka mahasiswa kelompok IV praktek profesi
mencari waktu untuk bertemu dengan warga RT 01-07 RW V pada sore hari dan
malam hari. Mula-mula kami memperkenalkan diri ke pengurus RT, pengurus PKK,
Dasawisma dan kader posyandu di tiap-tiap RT karena kondisi yang tidak
memungkinkan untuk mengumpulkan warga dalam satu forum. Selain itu kami juga
memperkenalkan diri ke warga dari rumah ke rumah dan melalui acara pengajian di
tiap-tiap RT dengan tujuan untuk saling mengenal dan membina hubungan saling
percaya antara mahasiswa dengan warga RT 01-07 RW V kelurahan Pagentan.
Pengumpulan data menggunakan teknik Cluster Random Sampling dengan
besar sampel sebesar 90 dari 316 jumlah kepala keluarga di wilayah RW V, karena
dari jumlah keseluruhan KK tersebut yang aktif hanya sebagian. Pengumpulan data
ke masyarakat RW V Kelurahan Pagentan dilakukan oleh mahasiswa bekerja sama
dengan kader posyandu, ibu-ibu Dasawisma, bapak / ibu RT dan segenap warga
RW V. Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan tabulasi atau perhitungan dan
analisa data. Data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk diagram pie
kemudian dipresentasikan pada acara musyawarah masyarakat RW V oleh tim
mahasiswa bersama warga.
3.2 Tahap Pengkajian
3.2.1. Sejarah Perkembangan RW V Kelurahan Pagentan
Pada sekitar tahun1997/1998 di pinggiran selatan kota Malang berdiri
perumahan Puri Cempaka Putih tahap II Kel. Bumiayu, yang mana pada mulanya
warga/penduduk yang bertempat tinggal di lingkungan ini sangat terbatas dan
banyak rumah-rumah saling menunggu penghuni yang lain untuk menempati
rumahnya.
Meskipun warga/penduduk Puri Cempaka Putih II ini sangat sedikit, lambat
laun penduduk yang sangat minim ini membutuhkan kelengkapan sebagai penduduk
dan akhirnya penduduk melaporkan diri ke Kelurahan setempat untuk mengurus
persyaratan. Kemudian dari pihak Kelurahan diarahkan ke RW terdekat (RW V)
untuk pengurusan kependudukan dan sebagainya. Warga sangat keberatan
dikarenakan terlalu jauh dengan lokasi perumahan meski ada sebagaian yang telah
mengurus di RW V. Dengan keadaan yang serba terbatas akhirnya warga
mengadakan rapat untuk menentukan dan menyusun RW baru dengan persetujuan
dengan persetujuan dan ijin Kelurahan maka terbentuklah RW VI yang terdiri dari RT
01 dan RT 02 dengan pengurus RW/RT asal tunjuk bagi yang bersedia.
Seiring dengan berjalannya waktu penduduk semakin bertambah dan
akhirnya RW VI bertambah 1 RT yaitu RT 03 dan terjadilah pergantian pengurus RW
dengan persetujuan dari warga melalui perwakilan RT. Selanjutnya RW VI
berkembang dan bertambah dari RT 02 pecah menjadi RT 02 dan RT 04, dari RT 03
pecah menjadi RT 03, RT 04 dan RT 06. Dan untuk selanjutnya karena warga RT 02
sangat banyak rencananya juga akan dipecah menjadi RT 02 dan RT 07. Sampai
saat ini RW VI sudah mengalami pergantian RW sebanyak 4 kali dan yang terakhir
(ke-4) Ketua RW dipilih secara langsung oleh warga / penduduk RW VI dengan
Ketua RW yang terpilih adalah Bapak Soeharmanto. Adapun urutan warga yang
pernah menjadi Ketua RW adalah:
1. Bpk. Suyono dari RT 01 (Periode I)
2. Bpk. Imam Mucholis (Periode II dan Periode III)
3. Bpk. R Soeharmanto (Periode IV)
3.2.2. Data Demografi
(1) Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin dari seluruh Kepala Keluarga
di RW V, digambarkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.1Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di RT 01-07 RW V
Kel. Pagentan, Nopember 2007
No Jenis Kelamin f %12
Laki-lakiPerempuan
173204
45,8854,12
Jumlah 377 100.00Sumber data: data sekunder KK tiap RT tahun 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, lebih dari separuh penduduk
RT 01-07 adalah perempuan dengan persentase 54,12 %.
(2) Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
Tabel 3.2Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Usia di RT 01-07 RW V
Kel. Pagentan, Nopember 2007
No Usia (tahun) Jenis Kelamin %L P L P
1234567
< 11-56-1213-1819-5556-70>70
465 463 100,00 100,00Jumlah Total 377 100
Sumber data: data sekunder KK tiap RT tahun 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar penduduk RT
01-07 adalah penduduk usia dewasa (25-50 tahun) sebesar 505 jiwa, yang terdiri
dari laki-laki 253 jiwa (54,41 %) dan perempuan 252 jiwa (54,43 %).
(3) Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
Tabel 3.3Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Agama di RT 01-07 RW V
Kel. Pagentan, Nopember 2007
No Agama f %123
IslamKristenKatolik
37430
99,200,80
0
Jumlah 377 100Sumber data: data sekunder KK tiap RT tahun 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar penduduk RT
01-07 beragama Islam dengan persentase 99,20 %.
(4) Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 3.4Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Di RT 01-07 RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007
No Pendidikan f %1 Tidak Sekolah 46 12,20
2345
SDSMPSMAPerguruan Tinggi
10765
13227
28,3817,2435,01
7,16
Jumlah 377 100Sumber data: data sekunder KK tiap RT tahun 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar penduduk RT
01-06 berpendidikan SMA yaitu dengan persentase 33,92 %.
(5) Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 3.5Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan Di RT 01-07 RW V Kel.
Pagentan, Nopember 2007
No Pekerjaan f %123456789
PelajarSwastaWiraswastaPetaniBuruhTidak bekerjaPNSTNIPensiunan
10351
2
Jumlah 663 100Sumber data: data sekunder KK tiap RT tahun 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar penduduknya
masih sekolah (pelajar) dengan persentase 37,40 %, dengan penduduk bekerja
sebagian besar sebagai pegawai swasta dengan persentase 31,83 %.
3. Data Status Kesehatan
(6) Keluhan Penyakit Yang Dirasakan Penduduk RW V
Tabel 3.6Distribusi Frekuensi Menurut Keluhan Yang Dirasakan Penduduk RT 01-07 RW
V Kel. Pagentan, Nopember 2007
No Keluhan f %123456789
101112
Nyeri kepalaNyeri DadaNyeri perutNyeri sendiPenglihatan kaburMencret Gatal-gatalSesak nafasNafsu Makan TurunEdema tungkaiGangguan kemih Lain-lain
2936
39772
113428
23,972,484,96
32,235,795,791,659,092,483,311,656,61
Jumlah 121 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, keluhan penyakit terbanyak
penduduk RW V Kelurahan Pagentan adalah nyeri sendi dengan persentase
32,23 %, dengan keluhan terbanyak kedua adalah nyeri kepala dengan
persentase 23,97 %.
(7). Penyakit Yang Diderita Penduduk RW V Dalam 1 Tahun Terakhir
Tabel 3.7Distribusi Frekuensi Menurut Penyakit Yang Diderita 1 Tahun Terakhir Pada
Penduduk Di RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007
No Penyakit 1 tahun terakhir f %123456789
10111213141516
ISPAParuDiarePenyakit kulitPenyakit mataHypertensiDMPenyakit telingaPenyakit jantungStrokePenyakit cacinganDemem BerdarahReumatikJiwaCacat BawaanLain-lain
181853
11413304
13123
22,501,25
10,006,253,75
13,755,001,253,753,75
05,00
16,251,252,503,75
Jumlah 80 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, penduduk RW V untuk 1 tahun
terakhir ini sering menderita penyakit ISPA (22,50 %), Rematik(16,25%), dan
Hipertensi (13,75 %).
(8). Upaya yang Dilakukan Bila Keluarga Sakit
Tabel 3.8Distribusi Frekuensi Upaya Yang Dilakukan Jika Keluarga Sakit Pada
Penduduk Di RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007
No Tindakan f %1234
Pelayanan kesehatanObat bebasDibiarkanLain-lain
8910
12
87,259,800,981,96
Jumlah 102 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar keluarga di
wilayah RW V kelurahan Pagentan pergi ke pelayanan kesehatan jika ada
keluarga yang sakit sebesar 87,25 %.
(9). Kepatuhan Berobat
Tabel 3.9Distribusi Frekuensi Menurut Kepatuhan Berobat Penduduk RW V Kel.
Pagentan, Nopember 2007
No Kepatuhan Berobat f %123
Rutin Kalau ada keluhanTidak rutin
7116
6
Jumlah 93 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar keluarga
berobat rutin sampai sembuh jika ada anggota keluarga yang sakit dengan
persentase sebesar 76,34 %.
(10). Alasan Tidak Rutin Berobat
Tabel 3.10Distribusi Frekuensi Menurut Alasan Tidak Rutin Berobat Penduduk RW V Kel.
Pagentan, Nopember 2007
No Alasan tidak rutin f %123
BiayaMerasa sudah sembuh Malas
411
66,6816,6616,66
Jumlah 6 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, jumlah penduduk yang tidak
rutin berobat dengan alasan biaya adalah sebesar 66,68 %.
(11). Kejadian Cacat
Tabel 3.11Distribusi Frekuensi Menurut Kejadian Cacat Penduduk RW V Kel. Pagentan,
Nopember 2007
No Cacat f %12
Tidak ada Ada
862
97,722,28
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden
dalam keluarganya tidak terdapat kejadian cacat dengan persentase sebesar
97,72 %.
(12). Penyebab Cacat
Tabel 3.12Distribusi Frekuensi Menurut Penyebab Cacat Penduduk RW V Kel. Pagentan,
Nopember 2007
No Penyebab f %123
TraumaSejak lahirSisa penyakit tahun lalu
200
10000
Jumlah 2 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, dari kejadian cacat yang ada
penyebab kecacatan adalah karena trauma dengan persentase sebesar 100 %.
(13). Kejadian Kematian 1 Tahun Terakhir
Tabel 3.13Distribusi Frekuensi Menurut Kejadian Kematian 1 Tahun Terakhir Pada
Penduduk RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007
No Kejadian kematian 1 tahun terakhir
f %
12
Tidak ada Ada
835
94,315,69
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kejadian kematian dalam 1
tahun terakhir di RW V Kelurahan Pagentan sebesar 5,69%.
(14). Penyebab Kematian
Tabel 3.14Distribusi Frekuensi Menurut Penyebab Kematian Pada Penduduk RW V Kel.
Pagentan, Nopember 2007
No Penyebab kematian f %123
Usia lanjutPenyakitLain-lain
311
602020
Jumlah 5 100 Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar penduduk RW
V Kelurahan Pagentan yang meninggal karena usia lanjut adalah sebesar 60 %.
(15). Kebiasaan Merokok
Tabel 3.15Distribusi Frekuensi Menurut Kebiasaan Merokok Dalam 3 Bulan Terakhir Pada
Penduduk RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007
No Kebiasaan merokok f %12
TidakYa
5627
67,4732,53
Jumlah 83 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, dalam 3 bulan terakhir banyak
penduduk RW V Kelurahan Pagentan yang merokok yaitu dengan persentase
sebesar 32,53 %.
4. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
(16). Jenis Makanan yang Dikonsumsi Penduduk
Tabel 3.16Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Makanan yang Dikonsumsi Penduduk RW
V Kel. Pagentan, Nopember 2007
No Jenis makanan yang dikonsumsi
f %
123
BerasJagungLain-lain
8613
0
8713
0
Jumlah 99 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar penduduk RW
VI Kelurahan Bumiayu (97,73 %) jenis makanan yang dikonsumsi adalah nasi,
lauk, sayur&/buah.
(17). Pengadaan Makanan
Tabel 3.17Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Lauk Pauk Penduduk RW V
Kel. Pagentan, Nopember 2007
No Pengadaan Makanan f %1234
Ikan lautDagingTahu-tempeLain-Lain
4238
720
282547
0Jumlah 162 100
Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar penduduk
masak sendiri dalam pengadaan makan sehari-hari dengan persentase 76,13
%.
(18). Frekuensi Makan Penduduk
Tabel 3.18Distribusi Frekuensi Menurut Sayur-sayuran Penduduk RW V
Kel. Pagentan, Nopember 2007
No Frekuensi f %12
AdaTidak Ada
799
89,7810,22
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden
makan 3x dalam sehari dengan persentase sebesar 89,78 %.
(19). Jenis Buah-buahan
Tabel 3.19Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Buah-buahan Penduduk RW V Kel.
Pagentan, Nopember 2007
No Jenis minuman f %12
AdaTidak ada
5238
57,7842,22
Jumlah 90 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar penduduk RW
VI yaitu sejumlah 35,08 % banyak minum air putih.
(20). Frekuensi Makan
Tabel 3.20Distribusi Frekuensi Menurut Frekuensi Makan Penduduk RW V
Kel. Pagentan, Nopember 2007
No Frekuensi (hari sekali) f %12
1x Sehari2-3 Sehari
187
1,1196,67
3 >3x Sehari 2 2,22Jumlah 90 100
Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden
tidak mengalami gangguan dalam eliminasi BAB yaitu dengan BAB teratur 1-2
kali setiap hari sebanyak 79,54 %.
(21). Kebiasaan Mencuci Tangan sebelum Makan
Tabel 3.21Distribusi Frekuensi Menurut Kebiasaan Mencuci Tangan sebelum Makan
Penduduk RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007
No Gangguan BAB f %12
Mencuci tanganTidak mencuci tangan
864
95,564,44
Jumlah 90 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar penduduk
(95,44%) tidak ada yang mengalami gangguan BAB.
(22). Penyajian Makanan
Tabel 3.22Distribusi Frekuensi Menurut Penyajian Makanan Penduduk RW V
Kel. Pagentan, Nopember 2007
No Tempat f %12
TertutupTerbuka
873
96,673,33
Jumlah 90 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, seluruh penduduk RW 06
menggunakan WC untuk aktivitas buang air besar.
(23). Mencuci Makanan Sebelum Diolah
Tabel 3.23Distribusi Frekuensi Menurut Mencuci Makanan Sebelum Diolah Penduduk RW
V Kel. Pagentan, Nopember 2007
No Frekuensi (kali/hari) f %12
yatidak
900
1000
Jumlah 90 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden
yang melakukan aktivitas BAK sebanyak 4-6 kali sehari yaitu sebesar 44,32 %.
(24). Makanan Pantangan
Tabel 3.24Distribusi Frekuensi Menurut Makanan Pantangan Penduduk
RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007
No Gangguan f %12
AdaTidak
3159
34,4465,56
Jumlah 90 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’BFKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden
yang mengeluh sering BAK yaitu sebesar 71,43%.
(25). Pemakaian Garam Beryodium
Tabel 3.25Distribusi Frekuensi Menurut Pemakaian Garam Beryodium Penduduk RW V
Kel. Pagentan, Nopember 2007
No Frekuensi (kali/hari) f %12
yatidak
900
1000
Jumlah 90 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden
mandi 1-2 kali sehari, dengan persentase sebesar 67,64 %.
(26). Penggunaan Sabun
Tabel 3.26Distribusi Frekuensi Menurut Penggunaan Sabun Oleh Penduduk RW V
Kel. Pagentan, Nopember 2007
No Penggunaan sabun f %12
Yatidak
880
1000
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’BFKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa seluruh penduduk
menggunakan sabun untuk mandi.
(27). Kebiasaan Ganti Baju
Tabel 3.27Distribusi Frekuensi Menurut Kebiasaan Ganti Baju Oleh Penduduk RW V Kel.
Pagentan, Nopember 2007
No Frekuensi (kali/hari) f %12
1-2 x/hari>2 x/hari
6325
71,5928,41
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden
mempunyai kebiasaan ganti baju sebanyak 1-2 kali sehari, dengan persentase
sebesar 71,59 %.
(28). Kebiasaan Gosok Gigi
Tabel 3.28Distribusi Frekuensi Menurut Kebiasaan Gosok Gigi Penduduk RW V
Kel. Pagentan, Nopember 2007
No Frekuensi (kali/hari) f %12
1-2 x/hari> 2 x/hari
6028
68,1831,82
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden
melakukan gosok gigi sebanyak 1-2 x sehari dengan persentase sebesar 68,18
%.
(29). Kebiasaan Keramas
Tabel 3.29
Distribusi Frekuensi Menurut Kebiasaan Keramas Tiap Minggu Penduduk RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007
No Frekuensi (kali/minggu) f %123
1x2x>3x
15631
1,1363,6435,23
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden
keramas sebanyak 2x tiap minggu dengan persentase sebesar 63,64 %.
(30). Kebiasaan Penggunaan Handuk
Tabel 3.30Distribusi Frekuensi Menurut Kebiasaan Penggunaan Handuk Penduduk RW V
Kel. Pagentan, Nopember 2007No Penggunaan handuk f %12
SendiriBersama
862
97,722,28
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, 97,72 % responden sendiri-
sendiri dalam menggunakan handuk.
5. Aktivitas Gerak
(31). Kebiasaan Berolahraga
Tabel 3.31Distribusi Frekuensi Menurut Kebiasaan Berolahraga Penduduk RW V
Kel. Pagentan, Nopember 2007
No Olahraga f %12
TidakYa
5533
62,537,5
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, banyak responden yang belum
mempunyai kebiasaan olahraga dengan persentase sebesar 62,5 %
6. Istirahat Tidur
(32). Jumlah Jam Tidur
Tabel 3.32Distribusi Frekuensi Menurut Jumlah Jam Tidur Perhari Penduduk RW V Kel.
Pagentan, Nopember 2007
No Jam tidur f %123
4 jam4-6 jam>6 jam
73645
7,9540,9051,15
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden
yang mempunyai jam tidur lebih dari 6 jam dengan persentase sebesar 51,15 %.
(33). Kesulitan Tidur
Tabel 3.33Distribusi Frekuensi Menurut Ada Tidaknya Kesulitan Tidur Pada Penduduk
RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007
No Kesulitan tidur f %12
Tidak Ya
7810
88,6411,36
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden
yang tidak mengalami kesulitan tidur adalah sebesar 88,64 %.
(34). Penggunaan Obat Tidur
Tabel 3.34Distribusi Frekuensi Menurut Ada atau Tidaknya Penggunaan Obat Tidur
Penduduk RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007
No Obat tidur f %12
Tidak Ya
862
97,682,32
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden
yang tidak menggunakan obat tidur adalah sebesar 97,68 %.
7. Pola Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
(35). Kunjungan Ke Pelayanan Kesehatan
Tabel 3.35Distribusi Frekuensi Menurut Kunjungan Ke Pelayanan Kesehatan Penduduk
RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007
No Pernah berkunjung f %
12
YaTidak
799
89,7710,23
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden
pernah berkunjung/berobat ke Puskesmas dengan persentase sebesar 89,77
%.
(36). Jenis Pelayanan Kesehatan
Tabel 3.36Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Pelayanan Kesehatan Penduduk RW V Kel.
Pagentan, Nopember 2007
No Jenis pelayanan kesehatan f %123456
BidanPuskesmasPustu PosyanduDokter praktekLain-lain
5952383615
4
28,9225,4918,6217,65
7,361,96
Jumlah 204 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden
yang sering pergi ke bidan adalah sebesar 28,92 %.
(37). Jarak Tempat Tinggal Ke Pelayanan Kesehatan
Tabel 3.37Distribusi Frekuensi Menurut Jarak Tempat Tinggal Ke Pelayanan Kesehatan
Penduduk RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007
No Jarak (km) f %123
< 11-3> 3
183031
22,7637,9839,24
Jumlah 79 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden
yang yang jaraknya > 3 km adalah sebesar 39,24 %.
(38). Kemudahan Jangkauan Ke Pelayanan Kesehatan
Tabel 3.38Distribusi Frekuensi Menurut Kemudahan Jangkauan Pelayanan Kesehatan
Penduduk RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007
No Kemudahan f %12
YaTidak
790
100
Jumlah 79 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, seluruh responden menyatakan
adanya kemudahan dalam menjangkau pelayanan kesehatan.
(39). Jenis Transportasi
Tabel 3.39Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Transportasi Yang Digunakan Ke
Pelayanan Kesehatan Penduduk RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007
No Jenis transportasi f %12345
MotorMobil pribadiAngkotSepeda Lain-lain (Jalan kaki)
571814
62
58,7718,5514,43
6,192,06
Jumlah 97 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden
yang menggunakan sepeda motor dalam menjangkau pelayanan kesehatan
adalah sebesar 58,77 %.
(40). Pemanfaatan Puskesmas
Tabel 3.40Distribusi Frekuensi Menurut Pemanfaatan Puskesmas Penduduk RW V Kel.
Pagentan, Nopember 2007No Memanfaatkan f %12
PernahTidak pernah
6514
81,0118,99
Jumlah 79 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden
yang pernah berobat ke Puskesmas adalah sebesar 81,01 %.
(41). Kualitas Pelayanan Puskesmas
Tabel 3.41Distribusi Frekuensi Menurut Kualitas Pelayanan Puskesmas Penduduk RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007
No Kualitas f %12
MemuaskanKurang memuaskan
5124
64,5530,37
3 Tidak memuaskan 4 5,18
Jumlah 79 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden
64,55 % telah menyatakan pendapatnya bahwa pelayanan Puskesmas
memuaskan.
(42). Kemudahan Prosedur Puskesmas
Tabel 3.42Distribusi Frekuensi Menurut Kemudahan Prosedur Puskesmas Penduduk RW
V Kel. Pagentan, Nopember 2007No Kemudahan f %123
MudahSulitTidak tahu
7522
94,942,532,53
Jumlah 79 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden (94,94
%) menyatakan bahwa prosedur pelayanan Puskesmas adalah mudah.
(43). Keramahan Petugas Puskesmas
Tabel 3.43Distribusi Frekuensi Menurut Keramahan Petugas Puskesmas Penduduk RW V
Kel. Pagentan, Nopember 2007No Keramahan f %123
RamahTidak ramahBiasa
608
11
75,9510,1313,92
Jumlah 79 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden (75,95
%) menyatakan bahwa petugas Puskesmas adalah ramah.
(44). Biaya Puskesmas
Tabel 3.44
Distribusi Frekuensi Menurut Biaya Puskesmas Penduduk RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007
No Kemurahan f %123
MurahBiasa Mahal
7153
89,876,343,79
Jumlah 79 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden (89,87
%) menyatakan bahwa prosedur pelayanan Puskesmas adalah murah.
8. Kesehatan Ibu Dan Anak
(45). Jumlah PUS
Tabel 3.45Distribusi Frekuensi Menurut Jumlah PUS Dalam Keluarga Penduduk RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007
No Keberadaan PUS f %12
AdaTidak ada
7814
84,7815,22
Jumlah 92 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa persentase jumlah PUS yang ada
adalah 84,78 %.
(46). Jumlah Akseptor KB
Tabel 3.46Distribusi Frekuensi Menurut Jumlah Akseptor KB Penduduk RW V Kel.
Pagentan, Nopember 2007No Akseptor f %123
YaTidakDO
5717
4
73,0721,79
5,24Jumlah 78 100
Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa persentase jumlah akseptor KB
adalah 73,07 %.
(47). Lama Menjadi Akseptor KB
Tabel 3.47Distribusi Frekuensi Menurut Jumlah Akseptor KB Penduduk RW V Kel.
Pagentan, Nopember 2007No Lama (tahun) f %12
< 1> 1
453
5,3594,65
Jumlah 57 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa persentase jumlah akseptor KB
yang lamanya > 1 tahun adalah 94,65 %.
(48). Jenis Kontrasepsi
Tabel 3.48Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Kontrasepsi Yang Digunakan
Penduduk RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007No Jenis kontrasepsi f %1234567
PilIUDSuntikSusukKondomsterilLain-lain
171010
9641
29,8217,5417,5415,7910,53
7,011,77
Jumlah 57 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa persentase jumlah akseptor KB
yang memakai Pil adalah 29,82 %.
(49). Keluhan Selama KB
Tabel 3.49Distribusi Frekuensi Menurut Keluhan Yang Dirasakan Selama KB Penduduk
RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007
No Keluhan f %12
Tidak adaAda
4710
82,4517,55
Jumlah 57 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar akseptor KB
yang tidak mengalami adanya keluhan sebesar 82,45 %.
(50). Alasan Tidak Ikut KB
Tabel 3.50Distribusi Frekuensi Menurut Alasan Tidak Ikut KB Pada Penduduk RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007
No Alasan f %1234
Masih ingin punya anakDilarang SuamiAgamaKesehatan
10421
58,8223,5311,77
5,88Jumlah 17 100
Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa alasan sebagian besar (58,82 %)
ibu yang tidak ikut KB adalah karena masih ingin punya anak.
9. Kesehatan Ibu Hamil
(51). Jumlah Ibu Hamil
Tabel 3.51Distribusi Frekuensi Menurut Jumlah Ibu Hamil Pada Penduduk RW V Kel.
Pagentan, Nopember 2007No Ibu hamil f %12
Tidak adaAda
799
89,7710,23
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa persentase jumlah ibu hamil di
RW VI Kelurahan Bumiayu adalah 10,23 %.
(52). Keluhan Yang Muncul Saat Hamil
Tabel 3.52Distribusi Frekuensi Menurut Keluhan Yang Muncul Saat Hamil Pada Ibu Hamil
Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Keluhan f %12
Tidak adaAda
72
77,7822,22
Jumlah 9 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa persentase jumlah ibu hamil yang
tidak mengalami keluhan selama hamil adalah 77,78 %.
(53). Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan
Tabel 3.53Distribusi Frekuensi Menurut Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan Saat Hamil
Pada Ibu Hamil Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Kunjungan f %12
YaTidak
90
1000
Jumlah 9 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa semua ibu hamil melakukan
pemeriksaan kehamilan.
(54). Frekuensi Kunjungan Ke Tempat Pemeriksaan Kehamilan
Tabel 3.54Distribusi Frekuensi Menurut Frekuensi Kunjungan Ke Tempat Pemeriksaan
Kehamilan Saat Hamil Pada Ibu Hamil Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Frekuensi kunjungan f %12
RutinKadang-kadang
81
88,8911,11
Jumlah 9 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa persentase jumlah ibu hamil yang
melakukan kunjungan rutin pemeriksaan kehamilan adalah 88,89 %.
(55). Tempat Pemeriksaan Kehamilan
Tabel 3.55Distribusi Frekuensi Menurut Tempat Pemeriksaan Kehamilan Saat Hamil Pada
Ibu Hamil Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Tempat pemeriksaan f %123
DokterBidanPuskesmas
531
55,5633,3311,11
Jumlah 9 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu hamil telah
melakukan pemeriksaan ke dokter yaitu dengan persentase 55,56 %.
(56). Pemberian Fe Selama Hamil
Tabel 3.56Distribusi Frekuensi Menurut Pemberian Fe Selama Hamil Pada Ibu Hamil Di
RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Pemberian Fe f %12
YaTidak
72
77,7822,22
Jumlah 9 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa persentase jumlah ibu yang
mendapatkan Fe selama hamil adalah 77,78 %.
(57). Pemberian Makanan Tambahan Pada Ibu Hamil
Tabel 3.57Distribusi Frekuensi Menurut Pemberian Makanan Tambahan Pada ibu Hamil
Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No PMT f %12
YaTidak
63
66,6733,33
Jumlah 9 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa persentase jumlah ibu hamil yang
melakukan anjuran untuk makan makanan tambahan selama hamil adalah 66,67 %.
(58). Makanan Pantangan Selama Hamil
Tabel 3.58Distribusi Frekuensi Menurut Makanan Pantangan Selama Hamil Pada
Ibu Hamil Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Makanan pantangan f %
12
TidakYa
63
66,6733,33
Jumlah 9 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa persentase jumlah ibu hamil yang
tidak ada pantangan makanan sebesar 66,67 %.
(59). Imunisasi TT Selama Hamil
Tabel 3.59Distribusi Frekuensi Menurut Jumlah Ibu Hamil Yang Mendapatkan Imunisasi
TT Selama Hamil Pada Ibu Hamil Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Imunisasi TT f %12
YaTidak
90
1000
Jumlah 9 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa persentase jumlah ibu hamil yang
mendapatkan imunisasi TT sebesar 100 %.
(60). Frekuensi Imunisasi Selama Hamil
Tabel 3.60Distribusi Frekuensi Menurut Frekuensi Imunisasi Selama Hamil Pada
Ibu Hamil Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Imunisasi f %123
1 x2 xTidak pernah
270
22,2277,78
0
Jumlah 9 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa 77,78 % ibu hamil telah
mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2x.
(61). Ada Tidaknya Penyakit Selama Hamil
Tabel 3.61Distribusi Frekuensi Menurut Ada Tidaknya Penyakit Selama Hamil Pada
Ibu Hamil Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Ada/tidak penyakit f %12
TidakYa
81
88,8911,11
Jumlah 9 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa ada 1 (11,11 %) ibu hamil yang
menderita penyakit selama hamil.
(62). Jenis Penyakit Selama Hamil
Tabel 3.62Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Penyakit Selama Hamil Pada
Ibu Hamil Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Jenis penyakit f %123
HipertensiLain-lainTidak Ada
100
10000
Jumlah 1 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa ibu yang menderita penyakit
selama hamil adalah seluruhnya disebabkan karena hipertensi.
(63). Penggunaan Obat Selama Hamil
Tabel 3.63Distribusi Frekuensi Menurut Penggunaan Obat Selama Hamil Pada
Ibu Hamil Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Penggunaan obat f %12
TidakYa
63
66,6733,33
Jumlah 9 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa persentase jumlah ibu hamil yang
tidak menggunakan obat selama kehamilan adalah 66,67 %.
(64). Anjuran Dokter Untuk Minum Obat
Tabel 3.64Distribusi Frekuensi Menurut Anjuran Dokter Untuk Minum Obat Selama Hamil
Pada Ibu Hamil Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Anjuran dokter f %12
Yatidak
30
1000
Jumlah 3 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dari jumlah ibu hamil yang minum
obat semuanya atas anjuran dokter.
(65). Rencana Tempat Persalinan
Tabel 3.65
Distribusi Frekuensi Menurut Rencana Tempat Persalinan Pada Ibu Hamil Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Tempat persalinan f %1234
BidanBKIAPuskesmas/rumah sakitDokter kandungan
4221
44,4422,2222,2211,12
Jumlah 9 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’A FKUB, Nopember 2006
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa 44,44 % ibu hamil berencana
melahirkan di bidan.
10. Kesehatan Balita
(66). Jumlah Balita Dalam Keluarga
Tabel 3.66Distribusi Frekuensi Menurut Ada Tidaknya Balita Dalam Keluarga
Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Ada/tidaknya Balita f %12
Ada Tidak ada
3850
43,1856,82
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah keluarga yang mempunyai
balita adalah sebesar 43,18 %.
(67). Penimbangan Balita
Tabel 3.67Distribusi Frekuensi Menurut Ikut Tidaknya Penimbangan Balita Di RW VI Kel.
Bumiayu, Nopember 2006 (Dalam 1 Bulan Terakhir)
No Ikut tidaknya penimbangan f %12
Tidak Ya
6850
5347
Jumlah 118 100Sumber data: data sekunder dari hasil penimbangan posyandu bulan Agustus
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, dari 118 balita yang ada, yang
mengikuti kegiatan penimbangan ada 50 balita (47 %).
(68). Imunisasi Balita
Tabel 3.68Distribusi Frekuensi Menurut Pernah Tidaknya Imunisasi Pada Balita
Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Pernah/tidak imunisasi f %12
YaTidak
380
1000
Jumlah 38 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa semua balita sudah diimunisasi.
(69). Pendapat Ibu Tentang Manfaat Imunisasi
Tabel 3.69Distribusi Frekuensi Menurut Pendapat Ibu Tentang Manfaat Imunisasi Di RW
VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Pendapat tentang manfaat imunisasi
f %
12
YaTidak
380
1000
Jumlah 38 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’A FKUB, Nopember 2006
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa seluruh ibu menyatakan bahwa
imunisasi ada manfaatnya.
(70). Pemberian ASI Eksklusif
Tabel 3.70Distribusi Frekuensi Menurut Pemberian ASI Eksklusif Pada Balita
Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Pemberian ASI eksklusif f %12
YaTidak
2711
71,0528,95
Jumlah 38 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa banyak ibu yang tidak
memberikan ASI eksklusif pada bayinya dengan persentase sebesar 28,95 %.
(71). Pemberian Makanan Tambahan
Tabel 3.71Distribusi Frekuensi Menurut Pemberian Makanan Tambahan Pada Balita
Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006No PMT f %1 Ya 34 89,47
2 Tidak 4 10,53Jumlah 38 100
Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007Dari
tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar balita di RW 6
diberikan makanan tambahan dengan persentase sebesar 89,47 %.
(72). Kepemilikan KMS
Tabel 3.72Distribusi Frekuensi Menurut Kepemilikan KMS Pada Keluarga Yang
Mempunyai Balita Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Kepemilikan KMS f %12
YaTidak
353
92,107,90
Jumlah 38 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar balita di RW 6
telah memiliki KMS yaitu dengan persentase sebesar 92,10 %.
(73). Kunjungan Ke Posyandu
Tabel 3.73Distribusi Frekuensi Menurut Pernah Tidaknya Balita Dibawa Ke Posyandu
Pada Keluarga Yang Mempunyai Balita Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Pernah/tidak dibawa ke Posyandu
f %
12
YaTidak pernah
362
94,745,26
Jumlah 38 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
balita yang berada di RW 6 pernah dibawa ke posyandu yaitu dengan persentase
sebesar 94,74 %.
(74). Alasan Balita Tidak Pernah Dibawa Ke Posyandu
Tabel 3.74Distribusi Frekuensi Menurut Alasan Balita tidak pernah Dibawa Ke Posyandu
Pada Keluarga Yang Mempunyai Balita Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Alas an f %1234
Tidak ada waktu/sibukTidak ada biayaTidak Ada PosyanduJaraknya jauh
2000
100000
Jumlah 2 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa alasan balita
tidak dibawa ke posyandu adalah tidak ada waktu (sibuk) yaitu dengan persentase
sebesar 100 %.
11. Kesehatan Remaja
(75). Penggunaan Waktu Luang
Tabel 3.75Distribusi Frekuensi Menurut Penggunaan Waktu Luang Oleh Remaja
Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Waktu luang f %12
Di dalam rumahDi luar rumah
1811
62,0737,93
Jumlah 29 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’A FKUB, Nopember 2006
Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
remaja menghabiskan waktunya di dalam rumah dengan persentase sebesar 62,07
%
(76). Keikutsertaan Dalam Organisasi Keremajaan
Tabel 3.76Distribusi Frekuensi Menurut Keikutsertaan Remaja Dalam Organisasi
Keremajaan Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Keikutsertaan f %12
TidakYa
1712
58,6241,38
Jumlah 29 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
remaja di RW 6 tidak ikut serta dalam organisasi keremajaan yaitu dengan
persentase sebesar 58,62 %
(77). Pengetahuan Tentang Narkoba
Tabel 3.77Distribusi Frekuensi Menurut Pengetahuan Tentang Narkoba Pada Remaja Di
RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Tahu/Tidak f %
12
Yatidak
1712
58,6241,38
Jumlah 29 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
remaja di RW 6 mengetahui tentang narkoba yaitu dengan persentase sebesar
58,62 %
(78). Riwayat Penggunaan Narkoba
Tabel 3.78Distribusi Frekuensi Menurut Ada Tidaknya Riwayat Penggunaan Narkoba
Pada Remaja Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Riwayat penggunaan NARKOBA
f %
12
TidakYa
263
89,6610,34
Jumlah 29 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat sekitar
10,34 % remaja yang mempunyai riwayat menggunakan narkoba.
(79). Riwayat Rehabilitasi
Tabel 3.79Distribusi Frekuensi Menurut Ada Tidaknya Riwayat Rehabilitasi Pada Remaja
Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Riwayat rehabilitasi f %12
TidakYa
290
1000
Jumlah 29 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada
remaja yang pernah menjalani rehabilitasi (persentase sebesar 100 %).
(80). Riwayat Gangguan Psikologis
Tabel 3.80Distribusi Frekuensi Menurut Ada Tidaknya Riwayat Gangguan Psikologis
Pada Remaja Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Riwayat gangguan psikologis f %12
TidakYa
272
93,116,89
Jumlah 29 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
remaja tidak mengalami gangguan psikologis yaitu dengan persentase sebesar
93,11 %.
(81). Jenis Masalah Yang Dihadapi
Tabel 3.81Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Masalah Yang Dihadapi Remaja
Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Jenis Masalah f %1234
OrtuLawan jenisTeman sebayaTeman satu kelompok
1100
5050
00
Jumlah 2 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa remaja yang
mengalami masalah adalah masalah dengan orang tua dan lawan jenis yaitu
masing-masing dengan persentase sebesar 50 %.
(82). Upaya Penyelesaian Masalah
Tabel 3.82Distribusi Frekuensi Menurut Upaya Penyelesaian Masalah Yang Dihadapi
Remaja Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Upaya penyelesaian masalah f %123
MusyawarahMelakukan hal negatifLain-lain
200
10000
Jumlah 2 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa upaya yang
ditempuh untuk menyelesaikan masalah remaja adalah musyawarah dengan
persentase sebesar 100 %.
(83). Riwayat Tindak Kekerasan
Tabel 3.83Distribusi Frekuensi Menurut Ada Tidaknya Riwayat Tindak Kekerasan Pada
Remaja Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Tindak kekerasan f %12
TidakYa
290
1000
Jumlah 29 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada tindak
kekerasan pada remaja.
(84). Riwayat Perilaku Kriminal
Tabel 3.84Distribusi Frekuensi Menurut Ada Tidaknya Riwayat Perilaku Kriminal
Pada Remaja Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Riwayat perilaku kriminal f %12
TidakYa
290
1000
Jumlah 29 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007Dari
tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada riwayat
perilaku kriminal pada remaja.
12. Kesehatan Lansia
(85). Jumlah Lansia
Tabel 3.85Distribusi Frekuensi Menurut Jumlah Lansia Di RW VI Kel. Bumiayu,
Nopember 2006
No Keberadaan Lansia di Rumah f %12
Tidak adaAda
7414
84,115,9
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah lansia
yang berada di RW VI sedikit yang ditunjukkan dengan persentase sebesar 15,9 %.
(86). Aktivitas Lansia
Tabel 3.86Distribusi Frekuensi Menurut Aktivitas Lansia Di RW VI Kel. Bumiayu,
Nopember 2006
No Aktivitas f %12
Tidak bekerjaBekerja
104
71,4328,57
Jumlah 14 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas lansia
di RW VI kebanyakan tidak bekerja, yang ditunjukkan dengan persentase sebesar
71,43 %.
(87). Tingkat Ketegantungan Lansia
Tabel 3.87Distribusi Frekuensi Menurut Tingkat Ketergantungan Lansia Di RW VI
Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Ketergantungan f %123
MandiriDibantu sebagianDibantu total
1121
78,5714,28
7,16
Jumlah 14 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat
ketergantungan lansia di RW VI adalah mandiri, yang ditunjukkan dengan
persentase sebesar 78,57 %.
(88). Frekuensi Makan Lansia
Tabel 3.88Distribusi Frekuensi Menurut Frekuensi Makan Lansia Di RW VI
Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Frekuensi makan f %123
1x/hari2x/hari3x/hari
04
10
028,5771,43
Jumlah 14 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa frekuensi
makan lansia dalam sehari banyak yang 3x/hari, yang ditunjukkan dengan
persentase sebesar 71,43 %.
(89). Porsi Makan Lansia
Tabel 3.89Distribusi Frekuensi Menurut Porsi Makan Lansia Di RW VI
Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Jumlah makanan yang habis f %123
< ½ porsi1 porsi½ porsi
158
7,1435,7157,15
Jumlah 14 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’A FKUB, Nopember 2006
Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa porsi makanan
pada lansia setiap kali makan adalah ½ porsi, yang ditunjukkan dengan persentase
sebesar 57,15 %.
(90). Jenis Makanan Lansia
Tabel 3.90Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Makanan Lansia Di RW VI
Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Jenis makanan f %12345
NormalTinggi purinTinggi lemakTinggi garamTinggi gula
140000
1000000
Jumlah 14 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa jenis makanan
yang dikonsumsi lansia adalah dalam batas normal, yang ditunjukkan dengan
persentase sebesar 100 %.
(91). Kemampuan Lansia Berjalan
Tabel 3.91Distribusi Frekuensi Menurut Kemampuan Berjalan Lansia Di RW VI
Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Kemampuan berjalan f %1234
Tanpa alat BantuDengan alat BantuTidak mampu bergerakDengan bimbingan
11111
78,587,147,147,14
Jumlah 14 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
lansia berjalan banyak yang tanpa menggunakan alat bantu, yang ditunjukkan
dengan persentase sebesar 78,58 %.
(92). Kemampuan Lansia Naik Turun Tangga
Tabel 3.92Distribusi Frekuensi Menurut Kemampuan Lansia Naik Turun Tangga
Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Kemampuan naik turun tangga f %12
BisaTidak bisa
122
85,7114,29
Jumlah 14 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa lansia dapat
naik turun tangga, yang ditunjukkan dengan persentase sebesar 85,71%.
(93). Kemampuan Lansia Berpindah
Tabel 3.93Distribusi Frekuensi Menurut Kemampuan Lansia Berpindah Di RW VI
Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Kemampuan berpindah f %1 Mandiri 13 92,85
23
Dibantu totalSebagian dibantu
10
7,150
Jumlah 14 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa lansia mampu
berpindah secara mandiri, yang ditunjukkan dengan persentase sebesar 92,85 %.
(94). Kemampuan Lansia Mencapai Sarana Kesehatan
Tabel 3.94Distribusi Frekuensi Menurut Kemampuan Lansia Berpindah Di RW VI
Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Kemampuan mencapai sarana kesehatan
f %
123
MandiriDitemaniTidak bisa/takut
842
57,1428,5714,29
Jumlah 14 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
lansia mencapai sarana kesehatan dapat dilakukan secara mandiri, yang
ditunjukkan dengan persentase sebesar 57,14 %.
(95). Transportasi Yg Dipakai Lansia Menuju Yankes
Tabel 3.95Distribusi Frekuensi Menurut Transportasi Yang Dipakai Lansia Menuju
Pelayanan Kesehatan Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Transportasi yang dipakai f %1234
AngkotLain-lainJalan kakiMengemudi sendiri
7511
5035,72
7,147,14
Jumlah 14 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa transportasi
yang dipakai lansia untuk menuju pelayanan kesehatan sebagian besar adalah
menggunakan jasa angkot, yang ditunjukkan dengan persentase sebesar 50 %.
(96). Penyakit Yang Diderita Lansia
Tabel 3.96Distribusi Frekuensi Menurut Ada Atau Tidaknya Penyakit Yang Diderita
Lansia Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Penyakit yang diderita f %
12
AdaTidak ada
86
57,1442,86
Jumlah 14 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa lansia yang
menderita suatu penyakit ada 57,14 %.
(97). Pengetahuan Lansia Tentang Posyandu Lansia
Tabel 3.97Distribusi Frekuensi Menurut Pengetahuan Lansia Tentang Posyandu Lansia
Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No. Tahu/tidak tentang Posyandu f %12
tidakYa
122
85,7114,29
Jumlah 14 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah lansia
yang tidak mengetahui tentang Posyandu lansia adalah sebesar 85,71 %.
(98). Keaktifan Mengikuti Posyandu Lansia
Tabel 3.98Distribusi Frekuensi Menurut Keaktifan Mengikuti Posyandu Lansia
Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Mengikuti Posyandu Lansia f %12
TidakYa
140
1000
Jumlah 14 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’A FKUB, Nopember 2006
Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa lansia tidak
ada yang aktif untuk mengikuti Posyandu Lansia, yang ditunjukkan dengan
persentase sebesar 100 %.
(99). Alasan Tidak Mengikuti Posyandu Lansia
Tabel 3.99Distribusi Frekuensi Menurut Alasan Tidak Mengikuti Posyandu Lansia
Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Alasan tidak mengikuti Posyandu Lansia
f %
12
Tidak ada posyandu lansiaLainnya
140
1000
Jumlah 14 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa alasan lansia
tidak mengikuti posyandu lansia karena di RW VI tidak terdapat posyandu lansia,
yang ditunjukkan dengan persentase sebesar 100 %.
13. Kesehatan Lingkungan
(100). Bentuk Bangunan Rumah
Tabel 3.100Distribusi Frekuensi Menurut Bentuk Bangunan Rumah Penduduk
Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Bentuk bangunan f %12
PermanenTidak
880
1000
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk
bangunan rumah penduduk RW VI adalah berbentuk rumah dan permanent, yang
ditunjukkan dengan persentase sebesar 100 %.
(101). Ventilasi Rumah
Tabel 3.101Distribusi Frekuensi Menurut Keadaan Ventilasi Rumah Penduduk
Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Ventilasi f %12
BaikTidak
799
89,7710,23
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa keadaan
ventilasi rumah penduduk di RW VI adalah baik, yang ditunjukkan dengan
persentase sebesar 89,77 %.
(102). Pencahayaan Rumah
Tabel 3.102Distribusi Frekuensi Menurut Keadaan Pencahayaan Rumah Penduduk
Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Pencahayaan f %1 Baik 88 100
2 Tidak 0 0
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa pencahayaan
rumah penduduk RW VI adalah baik, yang ditunjukkan dengan persentase sebesar
100 %.
(103). Jenis Hewan Peliharaan Yang Dimiliki
Tabel 3.103Distribusi Frekuensi Menurut Keadaan Pencahayaan Rumah Penduduk
Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Hewan peliharaan f %
123
UnggasAnjingKucing
261713
46,4330,3623,21
Jumlah 56 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa jenis hewan
peliharaan yang banyak dimiliki penduduk RW VI sebagian besar adalah unggas,
yaitu sebesar 46,43 %.
(104). Letak Kandang Ternak
Tabel 3.104Distribusi Frekuensi Menurut Letak Kandang Ternak Penduduk
Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No. Letak kandang ternak f %12
Terpisah dengan rumahBersatu dengan rumah
215
80,779,23
Jumlah 26 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’A FKUB, Nopember 2006
Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa letak kandang
ternak di RW VI adalah terpisah dengan rumah, yang ditunjukkan dengan
persentase sebesar 80,77 %.
(105). Keadaan Bak Mandi
Tabel 3.105Distribusi Frekuensi Menurut Keadaan Bak Mandi Penduduk
Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Keadaan bak mandi f %1 Tidak ada jentik 82 71,93
234
Tidak berlumutBerlumutBerjentik
2741
23,693,500,88
Jumlah 114 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa bak mandi
warga RW VI sebagian besar tidak terdapat jentik nyamuk, yang ditunjukkan dengan
persentase sebesar 71,93 %.
(106). Waktu Pembersihan Bak Mandi
Tabel 3.106Distribusi Frekuensi Menurut Waktu Pembersihan Bak Mandi Penduduk
Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Waktu pembersihan f %1234
1 minggu2 minggu> 2 mingguTidak pernah
5524
90
62,5027,2710,23
0Jumlah 88 100
Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’A FKUB, Nopember 2006
Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa waktu
pembersihan bak mandi sebagian besar dilakukan 1 minggu sekali, yang ditunjukkan
dengan persentase sebesar 62,50 %.
(107). Kondisi Air Pada Bak Mandi
Tabel 3.107Distribusi Frekuensi Menurut Kondisi Air pada Bak Mandi Penduduk
Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Kondisi air f %12
BersihBerwarna, kotor, bau
871
98,861,14
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa kondisi air
pada bak mandi warga RW VI dalam kondisi bersih, yang ditunjukkan dengan
persentase sebesar 98, 86 %.
(108). Kesesuaian Rumah Dengan Jumlah Jiwa
Tabel 3.108Distribusi Frekuensi Menurut Kesesuaian Rumah dengan Jumlah Jiwa
Penduduk Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Kesesuaian rumah dengan jumlah jiwa
f %
12
Sesuai Tidak sesuai
7612
86,3113,84
Jumlah 88 100 Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa sebesar 86,31
% rumah penduduk RW VI terdapat kesesuaian rumah dengan jumlah jiwa yang
mendiami rumah.
(109). Kepemilikan Pekarangan
Tabel 3.109Distribusi Frekuensi Menurut Kepemilikan Pekarangan Penduduk
Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Pekarangan f %12
AdaTidak ada
6325
71,5928,41
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa sebesar 71,59
% terdapat pekarangan pada warga RW VI.
(110). Pemanfaatan Pekarangan
Tabel 3.110Distribusi Frekuensi Menurut Pemanfaatan Pekarangan Penduduk
Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Pemanfaatan pekarangan f %12
Ada (sayur/buah)Tidak ada
3627
57,1442,86
Jumlah 63 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa warga RW VI
banyak yang memanfaatkan pekarangannya untuk sayur/buah, yang ditunjukkan
dengan persentase sebesar 57,14 %.
(111). Pengaturan Pekarangan
Tabel 3.111Distribusi Frekuensi Menurut Pengaturan Pekarangan Penduduk
Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Pengaturan pekarangan f %12
TeraturTidak teratur
5211
82,5417,46
Jumlah 63 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa warga RW VI
sebesar 82,54 % memiliki pekarangan yang teratur.
(112). Tempat Pembuangan Sampah
Tabel 3.112Distribusi Frekuensi Menurut Tempat Pembuangan Sampah Penduduk
Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Tempat pembuangan sampah f %1234
Diangkut dinasDikumpulkan dan dibakarDitanam dilubang
Dibuang di sungai
85210
96,592,271,14
0Jumlah 88 100
Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa warga RW VI
membuang sampah dengan diangkut dinas sebesar 96,59 %.
(113). Alasan Pembuangan Sampah
Tabel 3.113Distribusi Frekuensi Menurut Alasan Pembuangan Sampah Penduduk
Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Alasan pembuangan f %1234
MudahFasilitasKebiasaanLokasi TPS
4140
52
46,5945,45
5,682,28
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa alasan
terbanyak pembuangan sampah adalah karena mudah, yaitu sebesar 46,59 %.
(114). Tempat Pembuangan Air Kotor
Tabel 3.114
Distribusi Frekuensi Menurut Tempat Pembuangan Air Kotor Oleh Penduduk RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Tempat pembuangan air kotor f %1234
SPAL tertutupSelokan ke sungaiSPAL terbukaTanah
432914
2
48,8632,9515,90
2,29
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa warga RW IV
banyak yang menggunakan SPAL tertutup sebagai tempat pembuangan air kotor
dengan persentase 48,86 %.
(115). Alasan Pembuangan Air Kotor
Tabel 3.115Distribusi Frekuensi Menurut Alasan Pembuangan Air Kotor Oleh Penduduk
RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Alasan pembuangan f %123
MudahFasilitasKebiasaan
6620
2
7522,72
2,28
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa alasan
pembuangan air kotor warga RW VI yang terbanyak adalah karena mudah dengan
persentase 75 %.
(116). Jarak Sumber Air Ke WC
Tabel 3.116Distribusi Frekuensi Menurut Jarak Sumber Air Ke WC Di Penduduk
RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006No Jarak sumber air ke WC f %12
> 10 meter< 10 meter
880
1000
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa jarak sumber
air ke WC pada semua warga RW VI adalah lebih dari 10 meter karena semua
warga menggunakan PDAM sebagai sumber air.
(117). Kepemilikan Jamban
Tabel 3.117Distribusi Frekuensi Menurut Kepemilikan/Ketersediaan Jamban
Pada Penduduk RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Ketersediaan jamban f %12
PunyaTidak punya
880
1000
Jumlah 88 100
Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa semua warga
RW VI memiliki jamban.
(118). Jenis Jamban
Tabel 3.118Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Jamban Yang Dimiliki Penduduk
Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Jenis jamban f %1
2
Leher angsa dengan septictankLeher angsa tanpa septictank
88
0
100
0
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa semua warga
RW VI memiliki jenis jamban leher angsa dengan septictank.
(119). Ketersediaan Sarana Penanggulangan Kebakaran
Tabel 3.119Distribusi Frekuensi Menurut Ketersediaan Sarana Penanggulangan
Kebakaran Yang Dimilki Penduduk RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Ketersediaan sarana untuk penanggulangan kebakaran
f %
12
Tidak adaAda
844
95,554,55
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa warga RW VI
terbanyak tidak memiliki sarana untuk penanggulangan kebakaran dengan
persentase sebesar 95,55 %.
(120). Ketersediaan Sarana Penanggulangan Bencana Di Rumah
Tabel 3.120Distribusi Frekuensi Menurut Ketersediaan Sarana Penanggulangan Bencana
Yang Dimiliki Penduduk RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Ketersediaan sarana untuk penanggulangan bencana
f %
12
Tidak adaAda
862
97,732,27
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa warga RW VI
terbanyak tidak memiliki sarana untuk penaggulangan bencana dengan persentase
sebesar 97,73 %.
(121). Kondisi Jalan
Tabel 3.121Distribusi Frekuensi Menurut Kondisi Jalan Di Rumah Penduduk
RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006No Kondisi jalan f %123
RataTidak rataTidak licin
8071
90,907,951,15
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi jalan
di lingkungan warga RW VI adalah jalan rata dengan persentase sebesar 90,90 %.
(122). Keamanan Lingkungan
Tabel 3.122Distribusi Frekuensi Menurut Keamanan Lingkungan Penduduk
Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Keamanan lingkungan f %12
SiskamlingPemadam kebakaran
880
1000
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa seluruh warga
RW VI memanfaatkan siskamling untuk menjaga keamanan lingkungan yang
ditunjukkan dengan persentase sebesar 100 %.
(123). Keamanan Pribadi
Tabel 3.123Distribusi Frekuensi Menurut Ketersediaan Keamanan Pribadi
Penduduk Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Keamanan pribadi f %123
TongkatLain-lainTidak punya
181258
20,4513,6465,90
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa sebanyak
65,90 % warga, tidak mempunyai alat keamanan pribadi.
(124). Jenis Transportasi Yang Dimiliki Penduduk
Tabel 3.124Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Transportasi Yang Dimilki
Penduduk Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Jenis transportasi f %1234
Sepeda MotorMobilSepeda motor dan mobilLainnya
6712
54
76,1313,64
5,694,54
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa warga RW VI
sebagian besar menggunakan sepeda motor sebagai alat transportasi yang
ditunjukkan dengan persentase sebesar 76,13 %.
(125). Ketersediaan Sarana Komunikasi
Tabel 3.125Distribusi Frekuensi Menurut Ketersediaan Sarana Komunikasi Yang Dimiliki
Penduduk Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Sarana komunikasi f %12
AdaTidak ada
817
92,057,95
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar warga RW VI memiliki sarana komunikasi yang ditunjukkan dengan
persentase sebesar 92,05 %.
(126). Jenis Alat Komunikasi
Tabel 3.126Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Alat Komunikasi Yang Dimiliki Penduduk
Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Jenis f %1234
Telpon/HPInternetLainnya
7927
89,782,277,95
Jumlah 88 100 Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar warga RW VI memiliki telpon/ HP sebagai alat komunikasi yang ditunjukkan
dengan persentase sebesar 89,78 %.
(127). Cara Penyebaran Informasi
Tabel 3.127Distribusi Frekuensi Menurut Cara Penyebaran Informasi Yg Dilakukan
Penduduk Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Cara penyebaran informasi f %12
LangsungTidak langsung
826
93,186,82
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar warga RW VI menggunakan cara langsung untuk menyebarkan informasi
yang ditunjukkan dengan persentase sebesar 93,18 %.
(128). Tingkat Pengetahuan Penduduk Tentang Penyakit
Tabel 3.128Distribusi Frekuensi Menurut Tingkat Pengetahuan Penduduk Tentang
Penyakit Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Pengetahuan penyakit f %123456789
1011121314
HipertensiDiareDMTidak tahuStrokeCacinganPenyakit kulitPenyakit mataGondokPenyakit JantungPenyakit jiwaParu kronisCacat bawaanISPA
4237353229292827262322201919
9,017,947,516,876,226,226,005,715,584,934,774,294,084,08
1516171819
Penyakit sendiLepra/kustaPenyakit telingaMalnutrisiDHF
18181816
8
3,863,863,863,451,71
Jumlah 466 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa warga RW VI
terbanyak memiliki tingkat pengetahuan tentang penyakit Hipertensi yang
ditunjukkan dengan persentase sebesar 9,01 %.
(129). Tingkat Pengetahuan Penduduk Tentang Imunisasi
Tabel 3.129Distribusi Frekuensi Menurut Tingkat Pengetahuan Penduduk Tentang
Imunisasi Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Jenis imunisasi f %123456
PolioCampakTTBCGDPTTidak tahu
484644414031
19,2018,4017,6016,4016,0012,40
Jumlah 250 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa warga RW VI
terbanyak memiliki tingkat pengetahuan mengenai imunisasi Polio dengan
persentase sebesar 19,20 %.
(130). Sumber Informasi Kesehatan
Tabel 3.130Distribusi Frekuensi Menurut Sumber Informasi Kesehatan Yang
Diperoleh Penduduk RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Sumber Informasi f %12345
TVPetugas kesehatanPosyanduPKMRadio
4920161616
41,8817,0813,6813,6813.68
Jumlah 117 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar warga RW VI mendapatkan sumber informasi kesehatan dari televisi yang
ditunjukkan dengan persentase sebesar 41,88 %
(131). Jumlah Penghasilan Penduduk
Tabel 3.131Distribusi Frekuensi Menurut Jumlah Penghasilan Penduduk RW VI
Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Penghasilan f %1234
< 500 ribu500 ribu – 1 juta1 juta – 1,5 juta> 1,5 juta
7272529
7,9530,6828,4132,96
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan 32,96 % warga RW
VI memiliki penghasilan > 1,5 juta.
(132). Penghasilan Tambahan
Tabel 3.132Distribusi Frekuensi Menurut Ada/Tidaknya Penghasilan Tambahan Pada
Penduduk RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Penghasilan tambahan f %12
TidakYa
7018
79,5520,45
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa sebanyak
79,55 % warga RW VI tidak memiliki penghasilan tambahan.
14. Status Psikososial
(133). Kestabilan Emosi
Tabel 3.133Distribusi Frekuensi Menurut Kestabilan Emosi Penduduk RW VI
Kel. Bumiayu, Nopember 2006No Stabilitas emosi f %1234
StabilLabilDatarIritabel
80431
90,904,543,421,14
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa 90,90 %
warga RW VI memiliki stabilitas emosi yang stabil.
(134). Masalah Yang Dihadapi Penduduk Dalam 1 Bulan Terakhir
Tabel 3.134Distribusi Frekuensi Menurut Masalah Yang Dihadapi Penduduk Dalam 1 Bulan
Terakhir Pada Penduduk RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Masalah f %1234
EkonomiKesehatanPendidikan AnakLain-lainPerkawinan
2213
941
44,9026,5318,37
8,162,04
Jumlah 49 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa 44,90 %
warga RW VI memiliki masalah ekonomi dalam 1 bulan terakhir.
(135). Keadaan Seksualitas
Tabel 3.135Distribusi Frekuensi Menurut Keadaan Seksualitas Penduduk RW VI Kel.
Bumiayu, Nopember 2006
No Seksualitas f %12
HarmonisTidak harmonis
835
94,325,68
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa 94,32 %
warga RW VI memiliki hubungan yang harmonis.
(136). Tingkat Perhatian Keluarga
Tabel 3.136Distribusi Frekuensi Menurut Tingkat Perhatian Keluarga Penduduk
RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Perhatian f %123
Sangat perhatianCukup perhatianTidak perhatian
5631
1
63,6435,23
1,13Jumlah 88 100
Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa 63,64 %
warga RW VI sangat perhatian terhadap keluarga.
(137). Keadaan Hubungan Dengan Anggota Keluarga
Tabel 3.137Distribusi Frekuensi Menurut Keadaan Hubungan Dengan Anggota Keluarga
Penduduk RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Hubungan f %1234
AkrabBiasa sajaBermusuhanJarang berkomunikasi
7014
31
79,5515,02
3,301,13
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa 79,55 %
warga RW VI memiliki hubungan yang sangat akrab dengan anggota keluarga.
(138). Keadaan Hubungan Dengan Orang Lain
Tabel 3.138Distribusi Frekuensi Menurut Keadaan Hubungan Dengan Orang Lain
Penduduk RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Hubungan f %1234
AkrabKenalBermusuhanTidak kenal
5427
52
61,3630,58
5,653,41
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa 61,36 %
warga RW VI memiliki hubungan yang akrab dengan orang lain di sekitar rumah.
(139). Keadaan Hubungan Dengan 1 RT
Tabel 3.139Distribusi Frekuensi Menurut Keadaan Hubungan Dengan Orang Lain
Penduduk RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Hubungan f %1234
KenalAkrabTidak kenalBermusuhan
5137
00
57,9542,05
00
Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa 57,95 %
warga RW VI kenal dengan warga dalam 1 RT.
(140). Peran Dalam Kelompok
Tabel 3.140Distribusi Frekuensi Menurut Peran Dalam Kelompok Penduduk
RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Peran dalam kelompok f %123
AktifBiasa sajaTidak aktif
5728
3
64,7731,81
3,42Jumlah 88 100
Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa 64,77 %
warga RW VI berperan aktif dalam kelompok.
(141). Pengisian Waktu Luang
Tabel 3.141Distribusi Frekuensi Menurut Pengisian Waktu Luang Penduduk
RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006
No Pengisian waktu luang dalam kegiatan kelompok
f %
123456
PKKKegiatan keagamaanDi rumah sajaOlah ragaPosyanduLain-lain
6743181715
4
40,8626,2310,9710,36
9,152,43
Jumlah 164 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa 40,86 %
warga RW VI menggunakan waktu luangnya untuk kegiatan PKK.
3.3 Perumusan Masalah
Setelah pendataan selesai, data diolah dan dianalisa. Tahap selanjutnya
adalah perumusan masalah yang ditentukan bersama masyarakat melalui
musyawarah masyarakat RW yang dilaksanakan tanggal 22 Nopember 2006.
Data-data yang ditampilkan pada saat MMRW meliputi:
1. Data Umum
jenis kelamin
laki-laki52%
perempuan48%
laki-laki perempuan
Diagram 3. 1 Jenis kelamin masyarakat RW 06 kelurahan Bumiayu
Usia (tahun)
>507%
<12%
2 s/d 511%
6 s/d 1217%
13 s/d 2410%
25 s/d 5053%
<1 2 s/d 5 6 s/d 12 13 s/d 24 25 s/d 50 >50
Diagram 3.2 Usia masyarakat RW 06 kelurahan Bumiayu
TINGKAT PENDIDIKAN
SD17%
SMP10%
SMA34%
Diploma 16%
Sarjana23%
SD SMP SMA Diploma Sarjana
Diagram 3.3 Tingkat pendidikan masyarakat RW 06 Kel.Bumiayu
2. Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA)
PASANGAN USIA SUBUR
Tidak ada15%
Ada85%
Ada Tidak ada
Diagram 3.4 Pasangan usia subur RW 06 kelurahan Bumiayu
IBU HAMIL
Ada12%
Tidak ada88%
Ada Tidak ada
Diagram 3. 5 Distribusi frekuensi ibu hamil di RW 06 kelurahan Bumiayu
MAKANAN PANTANGAN SELAMA HAMIL
Ya33%
Tidak67%
Ya Tidak
Diagram 3.6 Distribusi makanan pantangan selama hamil
JUMLAH BALITA RW 06
Ya47%
Tidak53%
Ya Tidak
Diagram 3.7 Jumlah balita RW 06 kelurahan Bumiayu
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
tidak29%
Ya71%
Ya tidak
Diagram 3.8 Pemberian ASI eksklusif
IKUT/TDKNYA PENIMBANGAN POSYANDU
ya42%
tidak58%
ya tidak
Diagram 3.9 Ikut tidaknya penimbangan balita
3. Remaja
KEIKUTSERTAAN DALAM ORGANISASI REMAJA
Ya41%
tidak59%
Ya tidak
Diagram 3.10 Distribusi keikutsertaan remaja dalam organisasi remaja
PENGETAHUAN TENTANG NARKOBA
tidak41%
Ya59%
Ya tidak
Diagram 3.11 Tingkat pengetahuan narkoba pada remaja
PENGGUNAAN NARKOBA
Ya 10%
Tidak90%
Ya Tidak
Diagram 12. Riwayat penggunaan narkoba pada remaja di RW 6 Kelurahan Bumiayu
4. Kesehatan Lingkungan
pembuangan air kotortanah2%
Dibuang di sungai
0%
SPAL tertutup46%
SPAL terbuka15%
Selokan ke sungai37%
SPAL tertutup SPAL terbuka Selokan ke sungai
Dibuang di sungai tanah
Diagram 3.13 Pembuangan air kotor
Tingkat pengetahuan penyakit
DHF2%
Malnutrisi3%
Tidak tahu7%
Gondok6%
Penyakit telinga4%
Stroke6%
Penyakit Jantung5%Penyakit kulit
6%
Penyakit mata6%
Cacingan6%
Penyakit jiwa5%
Lepra/kusta4%
Diare8%
Paru kronis4%
ISPA4%
DM8%
Hypertensi9%
Cacat bawaan4%
Penyakit sendi4%
ISPA Paru kronis Diare Hypertensi
DM Penyakit sendi Penyakit Jantung Stroke
DHF Penyakit telinga Penyakit kulit Penyakit mata
Cacingan Cacat bawaan Penyakit jiwa Lepra/kusta
Gondok Malnutrisi Tidak tahu
Diagram 3.14 Tingkat pengetahuan tentang penyakit pada masyarakat di RW 6 Kel.Bumiayu
FREKUENSI PEMBERSIHAN BAK MANDI
2 minggu27% 1 minggu
63%
Tidak pernah0%
> 2 minggu10%
1 minggu 2 minggu > 2 minggu Tidak pernah
Diagram 3.15 Pembersihan bak mandi
5. Lansia
KELUHAN YANG DIRASAKAN SAAT ININyeri kepala
22%
Nyeri dada3%
Nyeri perut14%
Nyeri sendi8%
Sesak nafas7%
Gatal-gatal11%
Penglihatan kabur13%
Edema tungkai 1%
Anoreksia3%
Gangguan kemih
0%
Diare11%
Lain-lain 7%
Nyeri kepala Nyeri dada Nyeri perutNyeri sendi Sesak nafas Gatal-gatalPenglihatan kabur Edema tungkai AnoreksiaGangguan kemih Diare Lain-lain
Diagram 3.16 Keluhan yang dirasakan saat ini
PENYAKIT YANG DIDERITA
Penyakit mata10%
Cacat baw aan0%
Penyakit cacingan2%
Penyakit jiw a0%
Penyakit kulit10%
Paru kronik0%
Penyakit telinga4%
Penyakit jantung2%
Stroke2%
ISPA15%
Lain-lain10%
Diare14%
DM6%
Hypertensi10%
Demam berdarah0%
Reumatik15%
ISPA Paru kronik Penyakit jantung Stroke
Penyakit telinga Penyakit kulit Penyakit mata Penyakit cacingan
Cacat baw aan Penyakit jiw a Diare Hypertensi
DM Demam berdarah Reumatik Lain-lain
Diagram 3.17 Distribusi penyakit yang diderita 1 tahun terakhir
Dari hasil musyawarah telah disepakati beberapa masalah. Dari beberapa
masalah yang muncul kemudian ditentukan prioritas masalah, yaitu:
1. Masalah kesehatan lingkungan.
Masalah ini berkaitan dengan kebersihan bak mandi/bak air, saluran
pembuangan limbah/selokan dan pemeliharaan unggas peliharaan mendapat
prioritas utama sebagai masalah yang harus segera diatasi. Hal ini ditunjukkan
dengan data hasil pengkajian dari 88 sampel keluarga yang menunjukkan
bahwa:
Sebanyak 10% warga di RT VI membersihkan bak mandi > 2 minggu dan
sebanyak 27% membersihkan bak mandi selama seminggu sekali.
Persentase warga di RW VI yang menggunakan SPAL terbuka untuk
pembuangan air kotor adalah 15% dan yang menggunakan selokan sebagai
tempat pembuangan air kotor adalah 37%.
Persentase pemilik unggas di RW VI adalah 29,24 % dengan 19,23%nya
mempunyai kandang yang bersatu dengan rumah.
Masalah kesehatan lingkungan merupakan prioritas masalah karena
dirasakan warga sebagai gangguan lingkungan sekitar dan mengancam
kesehatan.
2. Masalah kurangnya kesadaran ibu-ibu yang memiliki balita di lingkungan RW VI
untuk datang ke posyandu secara rutin dan pemberian ASI secara eksklusif.
Data hasil pengkajian dari 88 sampel keluarga menunjukkan bahwa 47%
memiliki balita dan 58%nya tidak mengikuti penimbangan balita di Posyandu,
Sedangkan 29%nya tidak memberikan ASI secara eksklusif. Hal ini dirasakan
sebagai masalah yang perlu mendapat perhatian sebab kurangnya partisipasi
ibu-ibu dalam penimbangan dan pemberian ASI eksklusif akan menyebabkan
gangguan kesehatan serta tumbuh kembang balita tidak dapat dipantau dengan
baik.
3. Masalah remaja berkaitan dengan narkoba.
Dari data pengkajian yang telah dilakukan, didapatkan data terdapat 10%
remaja dari total penduduk RW VI dengan 10%nya memiliki riwayat pengguna
narkoba. Hal ini dirasakan warga sebagai ancaman bagi kesehatan remaja
sebagai penerus bangsa yang idealnya sehat secara jasmani dan rohani dan
bebas dari penyalahgunaan narkotika dan obat-obat berbahaya lainnya.
3.4 Perencanaan
Perencanaan penanganan masalah ditentukan bersama masyarakat melalui
musyawarah masyarakat RW. Berdasarkan masalah yang ada, disepakati beberapa
rencana kegiatan, antara lain:
1. Perlu adanya penyuluhan tentang kesehatan lingkungan khususnya mengenai:
Kebersihan bak mandi/bak air untuk mencegah penularan penyakit demam
berdarah.
Selokan
Perawatan hewan peliharaan (unggas), yaitu tentang kebersihan kandang,
pencegahan flu burung, dan pemeliharaan unggas liar agar tidak
mengganggu kenyamanan warga lainnya
2. Perlu adanya penyuluhan tentang pentingnya kunjungan rutin ke Posyandu
kepada ibu-ibu balita agar status kesehatan dan tumbuh kembang balita dapat
dipantau dengan baik.
3. Perlu adanya penyuluhan tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif bagi bayi
agar pertumbuhan bayi menjadi optimal.
4. Perlu adanya penyuluhan tentang narkoba agar remaja di lingkungan RW VI
mengetahui dan memahami serta mengerti tentang narkoba dan akibat buruknya
bagi kesehatan dan pembentukan pribadi remaja sebagai generasi penerus
bangsa.
BAB IV
PELAKSANAAN
4.1 Kegiatan di Masyarakat
4.1.1 Pengkajian
4.1.1.1 Rancangan Kegiatan Pengkajian Warga RW V Kelurahan Pagentan
Kec. Singosari Kab. Malang
4.1.1.1.1 Latar Belakang
Praktek klinik keperawatan komunitas bertujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang ditujukan pada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat. pendekatan yang digunakan adalah berdasarkan proses keperawatan.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu dilakukan pendataan/ pengkajian di
lingkungan RT 01-07 RW V Kelurahan Pagentan.
Pengkajian merupakan tahap pertama dari proses keperawatan. Tujuan dari
pengkajian adalah untuk mendapatkan data-data yang ada di RW V terutama
mengenai masalah kesehatan. Dari hasil pendataan tersebut, akan diketahui
masalah kesehatan yang dirasakan masyarakat sehingga bisa dilakukan intervensi
yang tepat.
4.1.1.1.2 Tujuan
Tujuan Umum
Setelah melakukan pendataan/ pengkajian di RW 05 Kelurahan Pagentan
mahasiswa dapat mengetahui masalah kesehatan yang ada di wilayah tersebut.
Tujuan Khusus
Setelah melakukan pendataan/ pengkajian mahasiswa dapat:
a. Membina hubungan baik dengan pengurus RW, RT, kader kesehatan,
pemuka agama, pengurus PKK dan masyarakat di RW V Kelurahan
Pagentan.
b. Mengenalkan program kegiatan praktek profesi kepada masyarakat melalui
acara-acara yang dilakukan masyarakat RW V misalnya pengajian, PKK dan
lain-lain.
c. Menemukan masalah kesehatan yang ada di wilayah RW V kelurahan
Pagentan.
d. Membuat peta masalah kesehatan yang ada di wilayah RW V Kelurahan
Pagentan.
e. Menyajikan data hasil pengkajian ke tokoh masyarakat, tokoh agama di
wilayah RW V kelurahan Pagentan.
4.1.1.1.3 Pelaksanaan Kegiatan
Hari/Tanggal : Selasa-Jum’at (6-9 Nopember 2007)
Waktu : Ba’da Ashar (karena warga banyak yang bekerja)
Sasaran : Masyarakat RT 1-7 di RW V Kelurahan Pagentan
Kecamatan Singosari Kabupaten Malang.
Penanggung jawab: RT 1 (Rosi Granada, Ida Zuhroida, Ida Sukesi)
RT 2 dan 3 (Agus Fery, Zain Arif, Inung Sholikha)
RT 4 dan 5 (Ari Yani, Kadek Mahedi, Suko Ayu)
RT 6 dan 7 (Ucik I, Vendi E, Zahrotul W, Dadang RA)
4.1.1.1.4 Susunan Kegiatan
- Perkenalan dengan pengurus RW VI, ketua RT, kader posyandu dan
pengurus PKK sekaligus meminta izin untuk melakukan pendataan di
RT 1-7 RW V Kelurahan Pagentan.
- Membagikan angket ke masing-masing warga RT 1-7 dengan metode
Cluster Random Sampling (sesuai penanggung jawab masing-masing
RT) sekaligus perkenalan ke warga.
- Melakukan tabulasi data.
4.1.1.1.5 Evaluasi
Evaluasi Proses
Penilaian terhadap kelancaran kegiatan dari awal hingga akhir.
Evaluasi Hasil
Penilaian terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
4.1.2 Laporan Kegiatan Pengkajian Warga RW V Kelurahan Pagentan
4.1.1.2 Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan pengkajian dilaksanakan mulai hari selasa 6 Nopember sampai
jum’at 9 Nopember 2007. Sedangkan waktu pelaksanaannya menyesuaikan dengan
waktu luang warga, yaitu sore hari dan malam hari dimana warga sudah pulang dari
tempat kerjanya.
4.1.1.2.1 Susunan Kegiatan
Tanggal 5 Nopember 2007
a. memperkenalkan diri dengan ketua RW V dan meminta ijin dari ketua RW.
Tanggal 6-7 Nopember 2007
a. Memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud tujuan kegiatan ke ketua
posyandu RW (Bu Asmat).
b. Memperkenalkan diri dengan kader-kader posyandu di tiap-tiap RT.
c. Memperkenalkan diri dengan ketua masing-masing RT, pengurus RW dan
pengurus PKK.
d. Membagikan angket dan menjelaskan cara pengisian angket ke masing-
masing warga melalui melalui kader dan sebagian langsung ke warga sambil
perkenalan dengan warga yang dipilih secara acak di tiap-tiap RT. Angket
yang dibagikan sejumlah 90.
Tanggal 8-9 Nopember 2007
a. Mengambil angket dari rumah warga.
4.1.1.2.2 Evaluasi
1. Evaluasi Proses
Kendala yang dihadapi antara lain:
a. Warga RW V Kelurahan Pagentan banyak yang bekerja sebagai pekerja
swasta dan sore hari mereka baru pulang, sehingga waktu yang tersedia
sedikit dan sulit menemui warga.
b. Ada beberapa warga yang tidak bersedia mengisi angket karena kesibukan
mereka di tempat kerja.
Masyarakat menerima kedatangan mahasiswa dengan baik dan bersikap ramah.
2. Evaluasi Hasil
Dari seluruh angket yang dibagikan sejumlah 90, kembali semua 90 angket.
4.1.2 Musyawarah Masyarakat Rukun Warga
4.1.2.1 Rencana Kegiatan Musyawarah Masyarakat Rukun Warga (MMRW)
2.%2%4.1.2.1.1 Latar Belakang
Praktek klinik keperawatan komunitas bertujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang ditujukan pada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan melalui penerapan askep
komunitas, mulai dari tahap pengkajian, perencanaan sampai evaluasi.
Setelah melalui tahap pengkajian, yang dilakukan dengan pengambilan data
di wilayah RW 05 Pagentan sejak tanggal 6 Nopember 2007, dilakukan pengolahan
data, selanjutnya dilakukan perencanaan. Perencanaan tersebut dilakukan dengan
memberdayakan masyarakat yang ada di wilayah ini. Untuk selanjutnya dapat
menentukan masalah dan rencana intervensi yang bisa dilakukan. Salah satu wujud
pemberdayaan masyarakat adalah melalui musyawarah bersama antara warga
masyarakat, pihak Puskesmas, pembimbing institusi dan mahasiswa yang praktek.
3.%2%4.1.2.1.2 Tujuan
Tujuan Umum:
Setelah melakukan musyawarah masyarakat rukun warga (MMRW), masyarakat
RW V Kelurahan Pagentan dapat mengetahui gambaran data tentang kesehatan di
wilayahnya.
Tujuan Khusus:
Setelah melakukan musyawarah rukun warga (MMRW) masyarakat dapat:
1. Menentukan masalah kesehatan yang ada di wilayahnya
2. Menentukan penyelesaian masalah kesehatan yang ada.
3. Bersedia mematuhi keputusan bersama yang telah disepakati.
4.%2%4.1.2.1.3 Sasaran
Warga masyarakat RW 05 kelurahan Pagentan
5.%2%4.1.2.1.4 Waktu dan Tempat
Hari/ tanggal : Jumat, 22 September 2006
Waktu : Pkl. 19.00 - selesai
Tempat : Rumah Bpk. Soehermanto, ketua RW 06 kelurahan Bumiayu
(PCP blok AP-12).
4.1.2.1.5 Pelaksanaan:
4.1.2.1.5.1 Tahap Persiapan
Persiapan MMRW dilakukan dengan mempersiapkan data yang akan
disampaikan, konsultasi dengan pembimbing, persiapan undangan dan segala
keperluan lain seperti tempat, dokumentasi, konsumsi serta mempersiapkan salah
satu tokoh masyarakat untuk mempresentasikan data.
4.1.2.1.5.2 Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan MMRW dengan susunan acara sebagai berikut:
a. Pembukaan dan sambutan dari mahasiswa (5 menit)
b. Sambutan dari ketua RW atau pihak yang mewakili (5 menit)
c.Presentasi data oleh masyarakat (10 menit)
d. Diskusi:
- Penentuan masalah (25 menit)
- Penentuan penyelesaian masalah (20 menit)
e. Penyelesaian dari pihak Puskesmas Singosari (10 menit)
f. Penjelasan atau penambahan dari pihak institusi (10 menit)
g. Penutup/ doa ( 5 menit).
4.1.2.1.5.3 Tahap Evaluasi
Evaluasi Proses
Kendala proses pelaksanaan kegiatan.
Evaluasi Akhir
Hasil Kesepakatan bersama.
4.1.2.2 Laporan Kegiatan MMRW
6.%2%4.1.2.2.1 Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Hari/ tanggal : Jumat, 22 September 2006
Waktu : Pkl. 19.00 - selesai
Tempat : Rumah Bpk. Soehermanto ketua RW VI kelurahan Bumiayu
(PCP blok AP-12)
4.1.2.2.2 Pelaksanaan
1. Tahap Persiapan
Sebelum pelaksanaan kegiatan, perlu dilakukan persiapan. persiapan –
persiapan yang dilakukan antara lain:
- Mempersiapkan materi/ bahan/ data yang akan dipresentasikan
- Mempersiapkan media penyampaian data
- Mempersiapkan masyarakat sebagai presenter
- Berkonsultasi dengan pembimbing baik pihak Puskesmas maupun institusi
- Mempersiapkan dan membagikan undangan kepada ketua RT, tokoh
masyarakat, remaja, tokoh agama yang ada di wilayah RW 05 kelurahan
Pagentan
- Mempersiapkan keperluan penunjang lainnya yaitu tempat, dokumentasi dan
konsumsi.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan:
1. Pembukaan dan sambutan dari wakil mahasiswa ( Dafir) selama 4 menit
2. Sambutan dari wakil RW ( sekretaris RW yaitu Bpk. Setiawan ) selama 5
menit
3. Penyajian data oleh salah satu tokoh masyarakat ( Bu Ninik S. ) selama 10
menit)
4. Diskusi:
- Penentuan masalah kesehatan ( 30 menit)
- Penentuan penyelesaian masyarakat (25 menit)
5. Klarifikasi dari pihak Puskesmas (Bpk. Agus W.) selama 10 menit
6. Klarifikasi dari pihak institusi ( Bpk. Ahsan) selama 4 menit
7. Penutup: kesimpulan dan doa selama 3 menit
8. Dokumentasi.
3. Tahap Evaluasi
Evaluasi proses:
- Kendala-kendala yang dihadapi adalah terbatasnya waktu (deadline
pelaksanaan MMRW)
- Masyarakat merasa jenuh dengan rapat-rapat karena kesibukan warga
sendiri.
- Undangan yang dibagikan sebanyak 30 undangan tapi yang hadir sekitar
5 orang warga ditambah 2 orang pembimbing. Hal ini dikarenakan waktu
pelaksanaan MMRW bersamaan dengan waktu penyelenggaraan rapat
RT ( RT 5) dan rapat di kelurahan untuk pembentukan karang taruna.
- Acara berjalan lancar, meskipun acara baru dimulai pukul 20.00 WIB
( terlambat 1 jam dari jadwal), masyarakat cukup antusias terhadap
diskusi yang dilakukan.
Evaluasi akhir
Diperoleh kesimpulan dan kesepakatan bersama yaitu mengenai
masalah kesehatan dan penangangannya.
o Prioritas Masalah Kesehatan di RW V Kelurahan Pagentan:
1. Masalah kesehatan lingkungan.
Masalah ini berkaitan dengan kebersihan bak mandi/bak air, saluran
pembuangan limbah/selokan dan pemeliharaan unggas peliharaan
mendapat prioritas utama sebagai masalah yang harus segera
diatasi. Hal ini ditunjukkan dengan data hasil pengkajian dari 88
sampel keluarga menunjukkan bahwa:
10% membersihkan bak mandi > 2 minggu, 27% membersihkan
bak mandi selama seminggu sekali
15% menggunakan SPAL terbuka untuk pembuangan air kotor
dan 37% dibuang diselokan.
29,24 % memiliki unggas dengan 19,23%nya mempunyai
kandang bersatu dengan rumah.
Masalah kesehatan lingkungan merupakan prioritas masalah karena
dirasakan warga sebagai gangguan lingkungan sekitar dan
mengancam kesehatan.
2. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Masalah kurangnya kesadaran ibu-ibu yang memiliki balita di
lingkungan RW VI untuk datang ke posyandu secara rutin dan
pemberian ASI secara eksklusif.
Data hasil pengkajian dari 88 sampel keluarga menunjukkan bahwa
47% memiliki balita dan 58%nya tidak mengikuti penimbangan balita
di Posyandu, sedangkan 29%nya tidak memberikan ASI secara
eksklusif. Hal ini dirasakan sebagai masalah yang perlu mendapat
perhatian sebab kurangnya partisipasi ibu-ibu dalam penimbangan
dan pemberian ASI eksklusif akan menyebabkan gangguan
kesehatan serta tumbuh kembang balita tidak dapat dipantau dengan
baik.
3. Masalah remaja berkaitan dengan narkoba.
Dari data pengkajian yang telah dilakukan, didapatkan 10% remaja
dari total penduduk RW VI dengan 10%nya memiliki riwayat
pengguna Narkoba. Hal ini dirasakan warga sebagai ancaman bagi
kesehatan remaja sebagai penerus bangsa yang idealnya sehat
secara jasmani dan rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika
dan obat-obat berbahaya lainnya.
o Penanggulangan Masalah Kesehatan di RW VI Puri Cempaka Putih
Kelurahan Bumiayu
Dari hasil musyawarah bersama masyarakat RW V disepakati perlu
adanya penanggulangan bersama masalah-masalah tersebut dengan
mengadakan kerjasama antara seluruh warga RW V dengan Mahasiswa
Keperawatan Universitas Brawijaya. Di bawah ini diuraikan beberapa solusi
yang dapat dilakukan antara lain:
1. Perlu adanya penyuluhan tentang kesehatan lingkungan khususnya
mengenai:
Kebersihan bak mandi/bak air untuk mencegah penularan penyakit
demam berdarah melalui nyamuk Aedes agepty.
Selokan
Perawatan hewan peliharaan (unggas), yaitu tentang kebersihan
kandang, pencegahan flu burung, dan pemeliharaan unggas liar agar
tidak mengganggu kenyamanan warga lainnya
2. Perlu adanya penyuluhan tentang pentingnya kunjungan rutin ke
Posyandu kepada ibu-ibu balita agar status kesehatan dan tumbuh
kembang balita dapat dipantau dengan baik.
3. Perlu adanya penyuluhan tentang Narkoba agar remaja di lingkungan
RW VI mengetahui dan memahami serta mengerti tentang Narkoba dan
akibat buruknya bagi kesehatan dan pembentukan pribadi remaja
sebagai generasi penerus bangsa.
4.1.3. Laporan Pelaksanaan Kegiatan/ Intervensi
4.1.3.1 Masalah Kesehatan Lingkungan
4.1.3.1.1 Preplanning Kesehatan Lingkungan RW V Kelurahan Pagentan
4.1.3.1.1.1 Latar Belakang
Lingkungan merupakan tempat individu atau masyarakat berada dan
bertempat tinggal. Lingkungan terbagi atas dua yaitu: lingkungan biotik dan abiotik.
Lingkungan biotik yaitu makhluk-makhluk hidup yang ada di sekitar manusia
misalnya hewan ternak/ peliharaan, tanaman, hewan pengerat, serangga, bakteri
dan lain-lain. Lingkungan abiotik yaitu makhluk-makhluk tak hidup seperti
perumahan, air, udara, tanah, cuaca, iklim dan lain-lain. Semuanya dapat
mempengaruhi kehidupan manusia. Bila salah satunya terganggu maka kehidupan
manusia pun terganggu.
Dari hasil pendataan didapatkan bahwa lingkungan RW V memiliki beberapa
masalah kesehatan lingkungan yang harus segera diatasi. Masalah ini berkaitan
dengan kebersihan bak mandi/bak air, saluran pembuangan limbah/selokan dan
pemeliharaan unggas peliharaan. Hasil pengkajian dari 88 sampel keluarga
menunjukkan bahwa: 10% membersihkan bak mandi > 2 minggu, 27%
membersihkan bak mandi selama seminggu sekali, 15% menggunakan SPAL
terbuka untuk pembuangan air kotor dan 37% dibuang di selokan sehingga
menyebabkan aliran air yang tidak lancar dan beresiko menimbulkan media yang
baik untuk pertumbuhan jentik-jentik nyamuk khususnya nyamuk Aedes aegepty
sebagai vektor dari penyakit Demam Berdarah. Beberapa keadaan lain yang
mengancam kesehatan seperti 29,24% memiliki unggas dengan 19,23%nya
mempunyai kandang bersatu dengan rumah, dimana hal ini patut diwaspadai
terhadap resiko penularan penyakit flu burung. Dari hasil pendataan kesehatan
lingkungan di atas ditengarai disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan
perilaku yang tidak sesuai dengan kesehatan.
Penyakit Demam Berdarah (DHF) adalah penyakit yang mempunyai resiko
besar diderita warga RW V kelurahan Pagentan. Sedangkan penyakit Flu Burung
perlu diwaspadai sedini mungkin oleh warga agar wabah flu burung tidak sampai
menjangkiti lingkungan RW V kelurahan Pagentan. Hasil dari pengkajian banyak
warga yang belum mengerti tentang penyakit tersebut dan bagaimana
pencegahannya, padahal hal tersebut sangat penting untuk mengurangi angka
kejadian penyakit. Penyuluhan ini akan memberi informasi kepada warga tentang
penyakit tersebut guna mencegah timbulnya penyakit Demam Berdarah dan Flu
Burung dan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
4.1.3.1.1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Masyarakat menyadari tentang keadaan lingkungannya yang tidak sehat
demi terpeliharanya lingkungan sehat dan perumahan sehat.
2. Tujuan Khusus
Masyarakat RW V Kelurahan Pagentan diharapkan dapat melakukan
pencegahan terhadap Demam Berdarah.
Masyarakat RW V Kelurahan Pagentan diharapkan dapat melakukan
pencegahan terhadap penyakit Flu Burung.
Masyarakat dapat mengidentifikasi lingkungan sehat dan tidak sehat.
Setelah dilakukan pembinaan, masyarakat dapat merubah perilaku yang
kurang sehat menjadi perilaku yang sesuai dengan kesehatan demi
mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat.
4.1.3.1.1.3 Rencana Kegiatan
Penyuluhan tentang Demam Berdarah dan Flu Burung
a. Materi :
Penyuluhan tentang Demam berdarah
Penyuluhan tentang Flu Burung
b. Metode : Ceramah dan tanya jawab
c. Sasaran : Seluruh warga RW V Kelurahan Pagentan
d. Tempat : Rumah warga RT 02, RT 03, RT 04, RT 05, RW VI
Kelurahan Bumiayu
e. Waktu : Tanggal 1-15 Oktober 2006
4.1.3.1.1.4 Kegiatan
1. Penyuluhan tentang Demam Berdarah dan Flu Burung
2. Diskusi dan tanya jawab tentang Demam Berdarah dan Flu Burung
4.1.3.1.1.5 Evaluasi
1. Evaluasi Proses
Penilaian terhadap kelancaran kegiatan dari awal hingga akhir.
2. Evaluasi Hasil
Penilaian terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
4.1.3.1.2 Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
4.1.3.1.2.1 SAP Demam Berdarah
A. Topik : Kesehatan lingkungan
B. Sub topik : Demam berdarah
C. Tujuan Instruksional:
1. Umum :
Setelah diberikan penyuluhan sasaran diharapkan mampu memahami
tentang demam berdarah
2. Khusus
Setelah diberikan penyuluhan sasaran mampu :
a. Menyebutkan pengertian demam berdarah
b. Menyebutkan cara penularan demam berdarah
c. Menyebutkan gejala-gejala demam berdarah
d. Menyebutkan pertolongan pertama pada penderita demam berdarah
e. Menyebutkan cara pencegahan demam berdarah
D. Perencanaan Penyuluhan
1. Waktu :
a. Hari : Menyesuaikan dengan kegiatan warga
b. Tanggal : 1-15 Oktober 2006
c. Jam : Menyesuaikan dengan kegiatan warga
2. Tempat : Rumah warga
3. Sasaran : Warga RW V kelurahan Pagentan
4. Metode : Ceramah dan Tanya jawab
5. Media : flipchart (lembar balik) dan leaflet
6. Penyaji : Mahasiswa
E. Kegiatan Penyuluhan
Tahap
Kegiatan
Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Media
Pendahuluan 5 mnt 1. Memperkenalkan diri dan menjelaskan topik penyuluhan dan tujuan penyuluhan
2. Menggali pengetahuan tentang demam berdarah
1. Mendengarkan dan
memperhatikan2. Menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh penyaji
Penyajian 15 mnt Menjelaskan materi tentang : pengertian demam
berdarah cara penularan
demam berdarah gejala gejala
demam berdarah pertolongan
pertama pada penderita demam berdarah
cara pencegahan demam berdarah
1. Mendengarkan dan memperhatikan2. Mengajukan
pertanyaan bila kurang mengerti
Lembar Balik,Leaflet
Penutup 10 mnt 1. Melakukan evaluasi dengan memberikan pertanyaan
2. Menyimpulkan
Memperhatikan dan menjawab pertanyaan
materi yang telah disampaikan
3. Memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya kembali jika kurang jelas
4.1.3.1.2.2 SAP Flu Burung
A. Topik : Kesehatan Lingkungan
B. Sub Topik : Flu Burung
Sub pokok bahasan : Mencegah Flu Burung
C. Tujuan
I. TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan sasaran dapat memahami tentang
penyakit flu burung.
II. TUJUAN KHUSUS
Setelah dilakukan penyuluhan, warga dapat:
Menyebutkan pengertian penyakit flu burung.
Menyebutkan cara penularan penyakit flu burung
Menyebutkan gejala-gejala flu burung
Menyebutkan tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah
penularan flu burung di lingkungan rumah.
Merumuskan sarat-sarat daging unggas yang aman untuk dikonsumsi.
III. MEDIA
Lembar balik (flipchart), Leaflet
D.Perencanaan Penyuluhan
Sasaran : Warga RW VI Puri Cempaka Putih II
Kelurahan Bumiayu Malang
Tempat : Rumah warga
Hari/Tanggal : 1-15 Oktober 2006
Waktu : 30 menit
Metode : Ceramah dan tanya jawab
Penyaji : Mahasiswa
E.Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu 7.%2%Kegiatan Penyuluh Kegiatan
Peserta
1 3 Menit Pembukaan
Membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
Menjawab
salam,
memperhatikan
dan
mendengarkan
2 7 Menit
10 Menit
Pelaksanaan
Menjelaskan tentang penyakit flu
burung dan cara penularannya.
Menjelaskan tentang gejala-gejala
flu burung pada manusia dan
unggas.
Menjelaskan tentang tindakan-
tindakan yang dapat dilakukan untuk
mencegah penularan flu burung di
lingkungan rumah.
Menjelaskan pada warga bahwa
memakan daging ayam/ produk
unggas adalah aman apabila
dimasak sampai matang.
Mendengarkan
dan
memperhatikan
Bertanya
3 7 Menit Evaluasi
Menanyakan kepada peserta (warga
RW V) tentang materi yang
diberikan
Memberikan reinforcement kepada
peserta (warga RW V) atas jawaban
yang diberikan
Menjawab
pertanyaan
4 3 Menit Terminasi
Mengucapkan terimakasih atas
perhatian dan peran serta
Mendengar dan
menjawab salam
F. EVALUASI
Evaluasi Proses
Bagaimanakah kelancaran kegiatan, antusiasme peserta.
Evaluasi Hasil
1. Peserta dapat menjelaskan penyakit flu burung dan cara penularannya.
2. Peserta dapat menjelaskan gejala-gejala flu burung
3. Peserta dapat menyebutkan tindakan-tindakan yang dapat dilakukan
untuk mencegah penularan flu burung di lingkungan rumah.
4. Peserta dapat menjelaskan cara yang benar memasak daging ayam/
produk unggas agar aman dari virus flu burung.
4.1.3.1.3 Materi Penyuluhan
4.1.3.1.3.1 Materi penyuluhan DHF
A. Definisi DHF
Demam Berdarah Dengue (DBD)/ Dengue Hemorragic Fever (DHF) adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue.
B. Cara Penularannya
DHF hanya dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti betina, yang
tersebar luas dirumah-rumah dan tempat-tempat umum (sekolah, pasar,
terminal, warung, dsb)
Nyamuk ini mendapatkan virus dengue sewaktu menggigit/menghisap darah
orang yang sakit DHF atau orang yang tidak sakit tetapi dalam darahnya
terdapat Virus Dengue.
Orang yang darahnya mengandung virus dengue tetapi tidak sakit dapat
pergi kemana-mana dan menularkan virus itu kepada orang lain di tempat
yang ada nyamuk Aedes Aegyptinya.
Virus dengue yang terhisap nyamuk Aedes aegypti akan bekembang biak
dalam tubuh nyamuk.
Bila nyamuk tersebut menggigit/menghisap darah orang lain, virus tersebut
akan dipindahkan bersama air liur nyamuk ke orang tersebut.
Orang yang digigit nyamuk Aedes aegypti yang mengandung virus dengue
akan menunjukkan gejala sakit/demam setelah 4-6 hari (masa inkubasi).
Bila orang yang ditulari tidak memiliki daya tahan tubuh yang baik, ia akan
segera menderita DHF.
Nyamuk Aedes aegypti yang sudah mengandung virus dengue, seumur
hidupnya dapat menularkan virus tersebut kepada orang lain.
C. Gejala Demam Berdarah
1. Panas badan mendadak tinggi (lebih tinggi dari 38 derajat celcius) selama 2-7
hari.
2. Tampak bintik-bintik merah pada kulit (kalau kulit diregangkan bintik-bintik
merah lebih jelas)
3. Kadang-kadang terjadi perdarahan di hidung (mimisan).
4. Mungkin terjadi muntah dan atau berak darah berwarna hitam & bau amis
5. Perdarahan di lambung juga menyebabkan nyeri di ulu hati dan mual.
6. Tekanan darah penderita turun, denyut nadi cepat dan lemah serta gelisah.
Sedangkan ujung kaki dan tangannya dingin berkeringat.
D. Pertolongan bagi Penderita
1. Penderita diberi minum yang banyak
2. Penderita di kompres dengan air es
3. Penderita diberi obat penurun panas
4. Secepatnya penderita dibawa ke dokter, puskesmas atau Rumah Sakit,
khususnya bila penderita tampak gelisah, ujung kaki dan tangannya dingin
dan berkeringat
E. Cara Pencegahannya
Pertumbuhan nyamuk :
Pertumbuhan nyamuk Aedes aegypti terjadi dalam air jernih : bak mandi,
gentong, vas bunga, botol dan kaleng bekas, tempat minuman burung, ban
bekas, perangkap semut, biasanya beraktifitas di siang hari. Nyamuk yang
menghisap darah adalah nyamuk betina yang mencapai 2-3 bulan.
Pertumbuhannya dari telur, menjadi jentik, kemudian kepompong dan
dewasa, membutuhkan waktu 1-2 minggu.
Pemberantasan Nyamuk Demam Berdarah
Untuk memberantas telur, larva dan pupa nyamuk Aedes aegypti bisa
dilakukan dengan menaburkan bubuk Abate pada tempat penampungan air,
dengan dosis 1 sendok makan peres (10 gr) untuk 100 liter air.
Cara yang paling efektif adalah dengan melakukan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) dengan gerakan 3M:
Menguras dan menyikat tempat penampungan air seperti bak mandi. tandon air,
gentong, vas bunga, dll.
Mengubur/memusnahkan barang bekas (kaleng, botol, ban bekas, dll).
Merombeng tidak mengatasi masalah tapi hanya memindahkan masalah
ketempat lain.
Menutup rapat-rapat tempat penampungan air (tandon, gentong, dll).
Untuk memberantas nyamuk dewasa bisa dilakukan dengan :
1. Fogging/pengasapan dengan insektisida.
2. Memakai obat anti nyamuk, dll.
Tetapi cara fogging ini kurang efektif karena hanya berefek sementara dan
dapat mencemari lingkungan.
Perlindungan diri untuk mencegah jangan sampai digigit nyamuk dengan
cara :
1. Tidur mamakai kelambu
2. Selalu beraktivitas
3. Menggunakan krem anti nyamuk, dsb.
4.1.3.1.3.2 Materi Penyuluhan Flu Burung
I. Definisi Flu Burung
Flu burung atau avian influenza adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
virus influenza tipe A jenis H5N1.
II. Cara Penularan Flu Burung pada Manusia
Penularan Flu burung dari unggas ke manusia terjadi bila manusia
bersinggungan langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung.
Virusnya mungkin berasal dari kotorannya, liurnya, wadah makanan dan air
minumnya, kandang dan semua permukaan tanah yang dicemarinya.
Penularan juga dapat terjadi secara airborne (Aiborne infection) baik dari unggas
ke manusia maupun dari manusia sudah terinfeksi ke manusia lain apabila
manusia menghirup udara yang sudah mengandung virus ke dalam
pernapasannya.
III. Masa Inkubasi
Masa inkubasi pada manusia berlangsung 1-3 hari.
IV. Gejala-Gejala Flu Burung
Pada manusia:
Gejala-gejala flu burung pada manusia umumnya seperti orang terkena flu biasa.
Namun perlu diwaspadai apabila ditemukan gejala-gejala; demam atau adanya
peningkatan suhu tubuh diatas 38 derajat Celsius, batuk dengan tenggorokan
terasa kering dan nyeri, nyeri otot, sesak napas, adanya radang saluran
pernapasan atas (ISPA) atau radang paru-paru. Disamping gejala-gejala
tersebut, gejala penyakit Flu Burung yang lain adalah conjunctivitis, pusing, mual
disertai nyeri perut, muntah, diare, keluar lendir dari hidung serta tidak adanya
nafsu makan.
Pada unggas:
Pada unggas yang menderita flu burung ditemukan adanya gejala-gejala;
jengger berwarna biru, terdapat borok di kaki dan kematian unggas yang mendadak
V. Tindakan Pencegahan Flu Burung di Lingkungan Rumah
1. Menjaga kebersihan diri (rajin cuci tangan dengan sabun setelah menangani
unggas/burung).
2. Penanganan kulit telur dan telur mentah perlu mendapat perhatian.
3. Gunakan penutup mulut dan hidung, sarung tangan bila akan mengolah
tanaman dengan pupuk kandang.
4. Jangan membuang kotoran (jeroan, bulu ayam, dll.) sembarangan.
Bungkuslah dengan plastik dan buang di tempat sampah.
5. Amati dengan teliti kesehatan anda apabila telah melakukan kontak dengan
unggas/burung. Segeralah ke puskesmas/ tempat pelayanan kesehatan
apabila timbul gejala-gejala demam, infeksi mata, kesulitan bernapas.
Untuk Pemelihara Unggas:
1. Bersihkan kandang setiap hari, kalau perlu semprot dengan desinfektan
2. Menjauhkan kandang unggas (ayam, itik, dan burung) dari rumah/ tempat
tinggal.
3. Jemur kandang setiap hari.
4. Bersihkan makanan ternak/ burung yang tercecer di tanah/ lantai, agar tidak
mengundang burung liar datang.
5. Vaksinasi unggas ke dokter hewan terdekat.
VI. Serba-serbi Flu Burung:
Vaksin Flu Burung
Saat ini belum terdapat vaksin manusia untuk flu burung.
Obat Flu Burung
Selain perawatan medis intensif, Oseltamivir (Tamiflu) merupakan obat anti-
viral utama untuk flu burung. Tamiflu akan efektif apabila diberikan pada
tahap awal perkembangan penyakit flu burung.
Konsumsi daging ayam/produk unggas
Masyarakat aman untuk memakan daging ayam/produk unggas lainnya
apabila telah dimasak secara matang (goreng, rebus, panggang) dengan
suhu di atas 80 derajat dan lebih dari satu menit.
4.1.3.1.4 Laporan Hasil Kegiatan Penyuluhan Demam Berdarah Dan Flu
Burung
Penyuluhan tentang kesehatan lingkungan yang meliputi pencegahan dan
pertolongan Demam Berdarah dan pencegahan penyakit Flu Burung dilakukan pada
tanggal 1-15 Oktober 2006 pada waktu yang sudah ditentukan. Penyelenggaraan
penyuluhan dilaksanakan di RT 01-07 RW V, bertempat di rumah salah satu warga
di masing-masing RT. Peserta penyuluhan terdiri dari ibu-ibu peserta pertemuan
Dasawisma dan PKK di RT 01-07 RW V Kelurahan Pagentan. Sebagai pemateri dari
penyuluhan ini adalah mahasiswa PSIK FKUB dengan penanggung jawab kegiatan
adalah Achmad Dafir dan Indah Anggraeni.
4.1.3.1.4.1 Laporan Hasil Kegiatan Penyuluhan Demam Berdarah dan Flu
Burung di RT 02 RW VI Kelurahan Bumiayu
Hari/Tanggal : Minggu / 1 Oktober 2006 dan Minggu/ 8 Oktober 2006
Waktu : 10.00-selesai
Tempat : Rumah Ibu Bambang (Dasawisma I) dan rumah Ibu Aris
(pertemuan PKK) warga RT 02 RW VI Kelurahan Bumiayu
Topik : Demam Berdarah dan Flu Burung
Penyuluh : Mahasiswa PSIK FKUB
Peserta : Pertemuan Dasawisma I dan Pertemuan PKK RT 02 RW VI
Kel. Bumiayu.
Penanggung Jawab : Indah Anggraeni P. dan Ahmad Dafir F.
I. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
1. Tahap Perkenalan dan Penggalian Pengetahuan Peserta
Setelah memberi salam dan perkenalan, pemateri terlebih dahulu
menyampaikan maksud dan tujuan diberikan penyuluhan sebelum materi
disampaikan. Kemudian pemateri memberi pertanyaan pembuka untuk
mengetahui tingkat pengetahuan peserta (pretest) tentang materi yang akan
diberikan.
Pertanyaan yang diberikan, sebagai berikut:
Apakah ibu-ibu tahu tentang Demam Berdarah?
Apakah penyebab penyakit Demam Berdarah?
Apakah ibu-ibu tahu tentang Flu Burung?
Apakah penyebab penyakit Flu Burung?
Peserta menjawab pertanyaan pemateri dengan bahasa mereka, dimana
sebagian besar peserta dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Setelah
itu penyaji langsung masuk pada materi penyuluhan.
2. Tahap Penyajian Materi
Penyajian materi sesuai dengan materi penyuluhan yang terlampir pada
SAP.
3. Evaluasi
Evaluasi Struktur
Mahasiswa datang sebelum waktu yang ditetapkan untuk
mempersiapkan sarana dan prasarana untuk kegiatan penyuluhan. Semua
peserta datang tepat waktu. Penyuluhan dimulai setelah acara arisan
Dasawisma selesai.
Evaluasi Proses
Peserta yang hadir berjumlah 37 orang. Pelaksanaan penyuluhan
berjalan sesuai rencana dimana peserta antusias bertanya kepada pemateri
juga menjawab pertanyaan yang diajukan pemateri.
Evaluasi Hasil
Lebih dari 60% dari peserta yang hadir dengan aktif melontarkan
pertanyaan kepada mahasiswa tentang materi yang disampaikan. Hal ini
membuktikan bahwa rasa kepedulian peserta terhadap kesehatan
lingkungan dan antusiasme untuk mencari tahu tentang informasi kesehatan
terbaru sebagai langkah awal untuk mencegah terjadinya penyakit cukup
besar.
Pertanyaan yang muncul dari peserta antara lain:
1. Apakah yang dimaksud dengan penyakit Demam Berdarah dan
bagaimana cara penularannya?
2. Apakah penyakit flu burung itu dan bagaimana cara penularannya?
3. Apakah kotoran ayam dapat menyebabkan penyakit flu burung?
4.1.3.1.4.2 Laporan Hasil Kegiatan Penyuluhan Demam Berdarah dan Flu
Burung di RT 04 RW VI Kel. Bumiayu
Hari/Tanggal : Minggu / 8 Oktober 2006
Waktu : 11.00 WIB -selesai
Tempat : Rumah Ibu Yusuf warga RT 04 RW VI Kelurahan
Bumiayu
Topik : Demam Berdarah dan Flu Burung
Peserta : Pertemuan PKK RT 04 RW VI Kel. Bumiayu.
Penanggung Jawab : Indah Anggraeni P. dan Ahmad Dafir F.
I. Pelaksanaan
Kegiatan penyuluhan dibagi menjadi 2 sesi. Sesi pertama diawali dengan
penyuluhan Demam Berdarah sedangkan sesi kedua dilanjutkan dengan
penyuluhan Flu Burung.
Pelaksanaan penyuluhan dibagi menjadi 3 tahap, yaitu tahap perkenalan dan
penggalian pengetahuan peserta, tahap penyajian materi, dan tahap evaluasi.
Penyuluhan tentang demam Berdarah disampaikan oleh Indah Anggraeni Prasetya
pada pukul 11.10-11.20 dilanjutkan dengan penyuluhan Flu Burung pada pukul
11.21-11.33. Penyuluhan dipimpin oleh moderator Endah Silfiyanti. Setelah materi
selesai disampaikan, dibuka sesi tanya jawab.
II. Evaluasi Kegiatan
Pelaksanaan penyuluhan berjalan sesuai rencana peserta yang hadir 20
orang. Lebih dari 70% warga aktif melontarkan pertanyaan seputar materi yang
disampaikan. Beberapa pertanyaan disampaikan oleh peserta antara lain:
a. Jenis obat nyamuk apa yang paling aman digunakan untuk mencegah gigitan
nyamuk demam berdarah namun tidak memberikan efek samping terhadap
pernapasan?
b. Bagaimana penanganan terhadap air selokan yang tersumbat agar tidak
menyebabkan sarang nyamuk?
c. Apa saja gejala-gejala dari flu burung dan kapan gejala tersebut muncul pada
manusia?
d. Bagaimana cara mengetahui bahwa unggas peliharaan terkena flu burung?
e. Apakah kotoran ayam dapat menularkan penyakit flu burung?
f. Bagaimana membedakan unggas yang sehat dengan unggas yang terkena flu
burung?
g. Jika hanya memelihara satu ekor unggas, bagaimana cara memastikan unggas
tersebut terkena flu burung?
Banyaknya pertanyaan yang dilontarkan peserta menunjukkan antusiasme
warga terhadap topik yang disampaikan pemateri sangat besar. Hal ini membuktikan
bahwa warga cukup peduli terhadap masalah kesehatan lingkungan.
4.1.3.1.4.3 Laporan Hasil Kegiatan Penyuluhan Flu Burung di RT 03 RW VI Kel.
Bumiayu
Hari/Tanggal : Minggu / 8 Oktober 2006
Waktu : 16.30-selesai
Tempat : Rumah Ibu Eddy warga RT 03 RW VI Kelurahan Bumiayu
Topik : Demam Berdarah dan Flu Burung
Peserta : Pertemuan Dasawisma RT 03 RW VI Kel. Bumiayu.
Penanggung Jawab : Indah Anggraeni P.
I. Pelaksanaan
Penyuluhan tentang Flu Burung disampaikan Agustin Chusnul pada pukul
16.30-16.40. Penyuluhan dipimpin oleh moderator Ismatul Quddus. Kegiatan
meliputi pemberian materi dan tanya jawab. Adapun materi yang disampaikan
meliputi pengertian flu burung, cara penularan, gejala-gejala flu burung pada
manusia dan unggas, tindakan pencegahan, dan lain-lain sesuai dengan SAP.
Setelah materi selesai disampaikan, dibuka sesi tanya jawab.
II. Evaluasi Kegiatan
Pelaksanaan penyuluhan berjalan sesuai rencana peserta yang hadir 21
orang. Antusiasme warga terhadap informasi kesehatan khususnya flu burung
sangatlah besar. Hal ini ditunjukkan dengan lebih dari 60% warga aktif melontarkan
pertanyaan seputar materi yang disampaikan. Diskusi juga terjalin tidak hanya
antara peserta dengan mahasiswa namun juga antara peserta dengan peserta yang
lain. Beberapa pertanyaan disampaikan oleh peserta antara lain:
a. Kapan penyakit flu burung mulai menimbulkan gejala pada manusia?
b. Apakah gejala flu burung sama dengan flu biasa?
c. Bagaimana cara membedakan flu burung dengan flu biasa?
d. Bagaimana tindakan yang bisa dilakukan untuk mewaspadai gejala flu burung
pada unggas peliharaan jika unggas belum menampakkan gejala-gejala terkena
flu burung dan belum ada kematian mendadak?
4.1.3.2 Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
4.1.3.2.1 Preplanning Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) RW VI Kelurahan Bumiayu
4.1.3.2.1.1 Latar Belakang
Masalah KIA merupakan prioritas ketiga (terakhir) dari hasil Musyawarah
Masyarakat RW VI. Dari hasil pendataan didapatkan bahwa di RW VI banyak ibu
menyusui yang bekerja sehingga ada beberapa warga yang tidak memberikan ASI
Eksklusif bagi bayinya. Padahal ASI Eksklusif (mulai usia 0-6 bulan) sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi yang optimal. Oleh karena itu perlu diadakan
penyuluhan tentang “Kiat Memberikan ASI Eksklusif Bagi Ibu Bekerja Dan
Berpuasa”, karena bertepatan dengan datangnya bulan Ramadhan.
4.1.3.2.1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan ibu-ibu dapat mengetahui cara
pemberian ASI Eksklusif ketika sibuk bekerja
B. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan ibu-ibu dapat:
a. Menyebutkan pengertian ASI Eksklusif
b. Menjelaskan kapan ASI Eksklusif mulai diberikan.
c. Menyebutkan manfaat ASI Eksklusif bagi balita.
d. Menjelaskan cara memberikan ASI Eksklusif (terutama bagi ibu-ibu yang
bekerja dan berpuasa).
e. Menjelaskan cara memerah ASI dan cara penyimpanan ASI perah.
4.1.3.2.3 Pelaksanaan Kegiatan
Hari/Tanggal : Sabtu, 23 September 2006
Waktu : 09.00 WIB-selesai
Sasaran : Ibu-ibu Posyandu RW VI Kelurahan Bumiayu
Tempat : Rumah Pak Hadi RT 01
Penanggung Jawab : Nur’aini
4.1.3.2.4 Susunan Kegiatan
1. Pembukaan dan perkenalan
2. Penyampaian materi tentang “Kiat Memberikan ASI Eksklusif Bagi Ibu
Bekerja Dan Berpuasa”
3. Diskusi atau tanya jawab
4. Pemberian leaflet
4.1.3.2.4 Evaluasi
1. Evaluasi Proses
Penilaian terhadap kelancaran kegiatan dari awala hingga akhir.
2. Evaluasi Hasil
Penilaian terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
4.1.3.2.2 Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
A. Topik : ASI Eksklusif
B. Sub Topik : Memberikan ASI Eksklusif bagi ibu bekerja
Memberikan ASI di bulan Ramadhan
C. Tujuan
I. TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan ibu-ibu dapat memahamii tentang
bagaimana cara memberikan ASI Eksklusif bagi ibu yang sedang bekerja.
II. TUJUAN KHUSUS
Setelah dilakukan penyuluhan ibu-ibu dapat:
a. Menyebutkan pengertian ASI Eksklusif
b. Menjelaskan kapan ASI Eksklusif mulai diberikan.
c. Menyebutkan manfaat ASI Eksklusif bagi balita.
d. Menjelaskan cara memberikan ASI Eksklusif (terutama bagi ibu-ibu yang
bekerja dan berpuasa).
e. Menjelaskan cara memerah ASI dan cara penyimpanan ASI perah.
D. Media
Lembar balik (flipchart), Leaflet
E. Rencana Pelaksanaan Penyuluhan
Sasaran : Ibu-ibu Posyandu di RW VI Puri Cempaka Putih Kelurahan Bumiayu
Malang
Tempat : Rumah B.Hadi RT 01 RW.VI
Hari/Tanggal : Sabtu/23 September 2006
Waktu : 30 menit
Metode : Ceramah
F. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu 8.%2%Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
1 3 Menit PembukaanMembuka kegiatan dengan mengucapkan salamMemperkenalkan diriMenjelaskan tujuan dari penyuluhan
Menjawab salam, memperhatikan dan mendengarkan
2 7 Menit
10 Menit
Pelaksanaan Menjelaskan tentang lamanya pemberian ASI eksklusif dan pentingnya pemberian ASI eksklusifMenjelaskan manfaat/keunggulan ASIMenjelaskan tentang cara pemberian ASI perah bagi ibu yang bekerjaMenjelaskan tentang kiat memberikan ASI di bulan RamadhanMemberikan kesempatan pada peserta (ibu-ibu posyandu) untuk bertanya
Mendengarkan dan memperhatikan
Bertanya
3 7 Menit EvaluasiMenanyakan kepada peserta (ibu-ibu Posyandu) tentang materi yang diberikanMemberikan reinforcement kepada peserta (ibu-ibu Posyandu) atas jawaban yang diberikan
4 3 Menit TerminasiMengucapkan terimakasih atas perhatian dan peran serta
Mendengar dan menjawab salam
G. Evaluasi
Evaluasi proses
Mengetahui bagaimanakah proses kegiatan penyuluhan berjalan.
Evaluasi Hasil,
Mengetahui apakah:
1. peserta dapat menyebutkan pengertian ASI Eksklusif
2. peserta dapat menjelaskan kapan ASI Eksklusif mulai diberikan.
3. peserta dapat menyebutkan manfaat ASI Eksklusif bagi balita.
4. peserta dapat menjelaskan cara memberikan ASI Eksklusif (terutama
bagi ibu-ibu yang bekerja dan berpuasa).
5. peserta dapat menjelaskan cara memerah ASI dan cara penyimpanan
ASI perah.
4.1.3.2.2 Materi Penyuluhan ASI Eksklusif
4.1.3.2.2.1 Pengertian ASI Eksklusif
ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan terus menerus tanpa penambahan
makanan atau minuman selain ASI.
4.1.3.2.2.2 Kapan ASI Eksklusif diberikan?
Pemberian ASI Eksklusif diberikan selama 6 bulan.
4.1.3.2.2.3 Mengapa ASI penting bagi bayi?
ASI mengandung zat nutrisi yang kualitas dan komposisi ideal untuk
pertumbuhan kesehatan dan kecerdasan bayi terutama karena ASI mengandung
protein khusus, yaitu taurin, juga mengandung laktosa dan asam lemak ikatan
panjang dalam jumlah lebih banyak dibandingkan susu sapi atau susu kaleng.
Kandungan colostrum pada ASI membentuk antibodi dalam tubuh bayi sehingga
menghindarkan bayi dari infeksi dan alergi.
4.1.3.2.2.4 12 Keunggulan ASI:
ASI mengandung zat gizi paling sempurna untuk pertumbuhan bayi dan
perkembangan kecerdasannya.
ASI mengandung kalori 65 Kcal/ 100 ml yang memberikan cukup energi bagi
pertumbuhan bayi.
Sebanyak 90% kandungan lemak ASI dapat diserap bayi.
ASI dapat menyebabkan pertumbuhan sel otak yang optimal
Protein ASI adalah spesifik spesies sehingga jarang menyebabkan alergi
ASI memberikan perlinndungan terhadap infeksi dan alergi
Dapat mempererat ikatan ibu dan bayi
Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi
ASI selalu tersedia, bersih dan segar
Jarang menyebabkan diare dan sembelit
Lebih ekonomis, hemat dan praktis
Membantu program KB
4.1.3.2.2.5 Cara agar Ibu Bekerja Dapat Terus Memberikan ASI Eksklusif
Caranya adalah dengan memberikan bayi ASI perah, yaitu ASI yang diambil
dengan cara diperas langsung dari payudara ibu, kemudian disimpan dan
nantinya diberikan pada bayi.
4.1.3.2.2.6 Cara-Cara Memberikan ASI Perah
a. Cuci tangan dengan sabun sebelum memerah
b. Perah ASI dengan jari. Jangan gunakan pompa manual karena dapat
merusak jaringan payudara.
c. Simpan ASI dalam botol steril
d. Gunakan air panas yang mengalir atau air panas yang dituang dalam
mangkuk untuk menghangatkan ASI sebelum diberikan pada bayi. Jangan
memanaskan ASI langsung di atas api karena akan menyebabkan beberapa
enzim yang terkandung dalam ASI rusak. Lama penghangatan tergantung
suhu ASI, namun pada prinsipnya buatlah suhu ASI seperti suhu tubuh
karena akan menyerupai ASI yang dikeluarkan langsung.
e. Berikan ASI dengan sendok kecil, bukan dengan botol susu atau dot.
ASI yang telah dipanaskan tidak dapat disimpan kembali di dalam termos
atau lemari pendingin (ASI sudah tidak bisa dipakai lagi).
f. Jika ingin memberikan susu formula, berikan setelah bayi berusia 5-6
minggu. Namun disarankan memberi ASI dulu baru susu formula supaya
produksi ASI tidak berkurang.
4.1.3.2.2.7 Cara Menyimpan ASI Perah
Simpan ASI di dalam botol kecil yang telah disterilkan
ASI yang telah dipanaskan tidak dapat disimpan kembali di dlaam termos
atau kulkas.
Bila tiodak terpaksa jangan, tidak disarankan untuk menyimpan ASI di
freezer.
4.1.3.2.2.8 Ketahanan ASI
ASI bias tahan selama:
6-8 jam di udara terbuka
24 jam di termos es
2x24 jam di lemari es
2 minggu di freezer yang berpintu sama dengan tempat buah
3 bulan di freezer yang beda pintu dengan tempat buah
4.1.3.2.2.9 Kiat memberikan ASI Eksklusif di bulan Ramadhan
Selama bulan Ramadhan, produksi ASI bisa tetap lancar asalkan ibu
meningkatkan nutrisinya.
Tambah kalori
Konsumsi makanan tinggi karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral terutama
pada saat berbuka dan sahur.
Perbanyak cairan
Ibu dianjurkan minum 10-12 gelas/hari ditambah susu 3 gelas/hari. Jangan
langsung minum susu setelah menyantap buka puasa karena dapat
menyebabkan mual. Sebaiknya minum susu setelah menyantap makanan
kecil menjelang tidur dan saat sahur.
Banyak istirahat
Pada saat berpuasa, jika ibu merasa lemas sehabis menyusui, maka
beristirahatlah. Dapat dengan istirahat tidur atau dengan sekedar relaksasi
untuk menenangkan pikiran.
4.1.3.2.3 Laporan Hasil Kegiatan Penyuluhan Pemberian Asi Eksklusif
Penyuluhan tentang Pemberian Asi Eksklusif dilakukan pada tanggal 23
September 2006. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Posyandu
Kemuning yaitu di rumah bapak Hadi (warga RT 01). Peserta penyuluhan terdiri dari
ibu-ibu yang mengikuti kegiatan posyandu. Sebagai pemateri dari penyuluhan ini
adalah mahasiswa PSIK FKUB dengan penanggung jawab kegiatan adalah Nur’aini
Hari/Tanggal : Sabtu/23 September 2006
Waktu : 08.00-selesai
Tempat : Posyandu Kemuning RW VI kelurahan Bumiayu
Topik : Pemberian ASI Eksklusif
Penyuluh : Indah Anggraeni P.
Peserta : ibu-ibu balita posyandu Kemuning RW VI Kel. Bumiayu.
Penanggung Jawab : Nur’aini
4.1.3.2.3.1 Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
1. Tahap Perkenalan dan Penggalian Pengetahuan Peserta
Setelah memberi salam dan perkenalan, pemateri terlebih dahulu
menyampaikan maksud dan tujuan diberikan penyuluhan sebelum materi
disampaikan. Kemudian pemateri memberi pertanyaan pembuka untuk
mengetahui tingkat pengetahuan peserta (pretest) tentang materi yang akan
diberikan.
Pertanyaan yang diberikan, sebagai berikut:
Apakah ibu-ibu tahu tentang ASI Eksklusif?
Apakah Cara Pemberian ASI Eksklusif?
Peserta menjawab pertanyaan pemateri dengan bahasa mereka, dimana sekitar
50% peserta dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Setelah itu penyaji
langsung masuk pada materi penyuluhan.
2. Tahap Penyajian Materi
Penyajian materi sesuai dengan materi penyuluhan yang terlampir pada
SAP.
3. Evaluasi
Evaluasi Proses
1. penyuluhan dimulai tepat jam 09.00 sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan.
2. penyuluhan terbagi dalam 2 gelombang untuk mengoptimalkan waktu
karena ibu-ibu yang datang ke posyandu datang tidak bersamaan dan
sedikit demi sedikit.
3. peserta yang hadir sejumlah 15 orang hal ini dikarenakan banyak ibu-ibu
yang sibuk sehinggga setelah selesai penimbangan langsung pulang
sehingga tidak bisa mengikuti penyuluhan.
4. penyuluhan berjalan cukup lancar dan ibu-ibu antusias mengikuti
penyuluhan dan menanyakan tentang materi yang diberikan.
Adapun pertanyaan yang muncul dari peserta antara lain adalah;
o Apakah boleh memberikan ASI lebih dari 2 tahun?
o Bagaimana jika ASI tidak mau keluar?
o Mana yang lebih baik, memerah ASI dengan tangan atau dengan
pompa?
Evaluasi Hasil
Peserta diberikan beberapa pertanyaan yang isinya sama dengan saat
sebelum penyuluhan. Peserta yang hadir 80% mampu menjawab pertanyaan
dari mahasiswa tentang materi yang telah disampaikan. Sedangkan pada
saat pre-test peserta hanya mampu menjawab 50% dari pertanyaan yang
diajukan. Hal ini membuktikan bahwa peserta memperhatikan materi yang
disampaikan dan terjadi peningkatan pengetahuan setelah diberikan
penyuluhan.
:
4.1.3.3 Pelatihan Kader
4.1.3.3.1 Preplanning Pelatihan Kader Posyandu RW VI Kelurahan Bumiayu
4.1.3.3.1.1 Latar Belakang
Posyandu merupakan sarana pelayanan masyarakat khususnya balita dan
WUS. Salah satu fungsi posyandu adalah melakukan penimbangan, penyuluhan
kesehatan, imunisasi dan konsultasi KB.
Hal ini penting dilakukan karena untuk mengetahui tumbuh kembang anak
dan mendeteksi dini kesehatan balita dan ibu sehingga apabila ditemukan suatu
masalah kesehatan maka dapat segera dilakukan intervensi atau tindakan yang
cepat dan tepat. Untuk mewujudkan fungsi posyandu maka diperlukan adanya
partisipasi masyarakat dan tenaga kesehatan. Wujud partisipasi masyarakat adalah
dengan pembentukan kader posyandu.
Kader posyandu berfungsi dalam mengefektifkan ke-4 meja dalam posyandu
yaitu: meja 1 untuk pendaftaran, meja 2 untuk penimbangan, meja 3 untuk
pencatatan dan meja 4 untuk penyuluhan. Sedangkan untuk meja 5 yang berfungsi
dalam pelaksanaan KB dan imunisasi dilakukan oleh petugas kesehatan. Untuk
mengoptimalkan fungsi dari kader-kader tersebut maka diperlukan adanya pelatihan
kader.
Rencana yang akan dilakukan adalah mengadakan pelatihan kader. Hal ini
dilakukan untuk meningkatkan pemahaman kader tentang posyandu dan
pengoptimalan 5 meja dalam posyandu. Harapan kami, setelah dilakukan pelatihan
kader maka fungsi posyandu akan menjadi lebih baik lagi serta masyarakat akan
merasakan manfaat dari posyandu, tidak sekedar melakukan penimbangan balita
saja.
4.1.3.3.1.2 Tujuan Rencana Kegiatan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pelatihan, kader posyandu dapat memahami bagaimana
pelaksanaan posyandu yang efektif dan efisien.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pelatihan, kader posyandu dapat:
a. Menjelaskan pengertian posyandu
b. Menjelaskan tugas-tugas kader dalam penyelenggaraan posyandu
c. Menjelaskan fungsi 5 meja pada posyandu
d. Menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan 5 meja pada posyandu.
4.1.3.3.1.3 Rencana Kegiatan
1. Penyusunan materi dan SAP
- Bahan : Kertas HVS
- Tempat : Posko praktik komunitas RW 06 kelurahan Bumiayu
- Waktu : 28 September 2006
2. Pembuatan Modul
- Bahan : Kertas, printer warna
- Tempat : Posko praktik komunitas RW 06 kelurahan Bumiayu
- Waktu : 28 September 2006
3. Pembuatan lembar balik
- Bahan : Kertas manila, spidol, gambar-gambar yang berhubungan dengan
posyandu.
- Tempat : Posko praktik komunitas RW 06 kelurahan Bumiayu
- Waktu : 8 Oktober 2006
4. Pelaksanaan penyuluhan
- Bahan : Leaflet, flow chart, materi penyuluhan
- Tempat : Rumah B.Totok PCP blok AO-42 RT.04 RW VI (posko praktik
komunitas)
- Waktu : Selasa, 10 Oktober 2006
4.1.3.3.1.4 Kegiatan
a. Penyusunan materi dan SAP
b. Pembuatan leaflet
c. Pembuatan lembar balik
d. Pelaksanaan penyuluhan.
4.1.3.3.1.5 Kepanitiaan
1. Ketua : Agustin Khusnul Chotimah
2. Koordinator:
- Penyusunan materi SAP dan modul pelatihan: Nur Aini, Agustin
- Pembuatan lembar balik: Nur Aini, Nia
- Pelaksanaan penyuluhan: Endah Silfiyanti
4.1.3.3.1.6 Evaluasi Kegiatan
1. Evaluasi Proses
Apakah kegiatan berjalan dengan lancar dan tepat waktu.
Apakah undangan seluruhnya hadir
Apakah peserta antusias mengikuti pelatihan
2. Evaluasi Hasil
Terjadi peningkatan pengetahuan kader posyandu yang ditunjukkan dengan
berfungsinya meja 1-4 dalam posyandu.
4.1.3.3.2 Satuan Acara Penyuluhan Pelatihan Kader Posyandu
4.1.3.3.2.1 Pokok Bahasan : Tugas kader posyandu
4.1.3.3.2.2 Sub Pokok Bahasan : Tugas kader sebelum, saat dan sesudah hari H
posyandu
4.1.3.3.2.3 Tujuan
A. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pelatihan, kader posyandu dapat memahami bagaimana
pelaksanaan posyandu yang efektif dan efisien.
B. Tujuan Khusus
Setelah diberikan pelatihan kader mampu:
1. Menjelaskan pengertian posyandu
2. Menjelaskan tugas-tugas kader dalam penyelenggaraan posyandu
3. Menjelaskan fungsi 5 meja pada posyandu
4. Menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan 5 meja pada posyandu.
4.1.3.3.2.4 Sasaran : Kader Posyandu di wilayah RW VI Kelurahan
Bumiayu Malang
4.1.3.3.2.5 Media : Lembar balik dan buku panduan
4.1.3.3.2.6 Rencana Pelaksanaan penyuluhan
Hari/Tanggal : Selasa/10 Oktober 2006
Waktu : Pukul 15.00 WIB
Tempat : Posko praktik komunitas (rumah Bu Totok PCP blok AO-42)
4.1.3.3.2.7 Kegiatan Pembelajaran
Tahap Kegiatan
Waktu Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan Peserta Media
Pendahuluan 5 mnt 1. Memper-
kenalkan diri.
Menjelaskan
topik
penyuluhan dan
tujuan
penyuluhan
1. Mendengarkan-
memperhatikan
2. Menjawab
pertanyaan
yang diajukan
oleh penyaji
Ceramah
2. Menggali
pengetahuan
tentang
posyandu
Penyajian
1.Penyampaian
materi
2. Peragaan/
demonstrasi
20
mnt
20
mnt
1. Menjelaskan
materi
tentang :
ttugas kader
sebelum hari
H posyandu
ttugas kader
saat hari H
posyandu
ttugas kader
setelah hari H
posyandu
2. Memperaga-
kan sistem 5
meja kader
posyandu
1.Mendengarkan-
memperhatikan
2. Mengajukan
pertanyaan bila
kurang mengerti
3. Memperagakan
sistem 5 meja
posyandu
Booklet/
Modul
pelatihan,
Lembar
Balik
Penutup 15
mnt
1. Melakukan
evaluasi
dengan
memberikan
pertanyaan
2. Menyimpulkan
materi yang
telah
disampaikan
3. Memberi
kesempatan
kepada
peserta untuk
bertanya
kembali jika
kurang jelas
Memperhatikan
dan menjawab
pertanyaan
Ceramah
dan Tanya
jawab
4.1.3.3.3 Materi Pelatihan Kader Posyandu
4.1.3.3.3.1 Tugas Kader
A. Pengertian
Tugas – tugas kader dalam rangka menyelenggarakan Posyandu, dibagi
dalam 3 kelompok yaitu :
Tugas sebelum hari buka Posyandu atau disebut juga tugas pada HΘ Posyandu,
yaitu berupa tugas-tugas persiapan oleh kader agar kegiatan pada hari buka
Posyandu berjalan dengan baik.
Tugas pada hari buka Posyandu atau disebut juga tugas pada H Posyandu, yaitu
berupa tugas-tugas untuk melaksanakan pelayanan 5 meja.
Tugas sesudah hari buka Posyandu atau disebut juga tugas pada H+ Posyandu,
yaitu berupa tugas-tugas setelah hari Posyandu.
B. Tugas-Tugas Kader
Tugas – tugas kader posyandu pada HΘ atau saat persiapan hari buka
posyandu, meliputi:
Menyiapkan alat dan bahan, yaitu : alat penimbangan bayi, KMS, alat
peraga, alat pengukur LILA, obat-obatan yang dibutuhkan (pil besi, vitamin A,
oralit, dll), bahan/materi penyuluhan, dll.
Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu memberitahu ibu-ibu
untuk datang ke Posyandu, serta melakukan pendekatan tokoh yang bisa
membantu memotivasi masyarakat untuk datang ke Posyandu.
Menghubungi Pokja Posyandu yaitu menyampaikan rencana kegiatan
kepada kantor desa dan meminta mereka untuk memastikan apakah petugas
sektor bisa hadir pada hari buka posyandu.
Melaksanakan pembagian tugas yaitu menentukan pembagian tugas di
antara kader Posyandu baik untuk persiapan maupun pelaksanaan kegiatan.
a. Tugas – tugas kader pada hari buka Posyandu disebut juga dengan
tugas pelayanan 5 meja, meliputi:
1. Meja 1, terdiri dari tugas-tugas sbb:
Mendaftar bayi/balita, yaitu menuliskan nama balita pada KMS dan
secarik kertas yang diselipkan di KMS
Mendaftar ibu hamil, yaitu menuliskan nama ibu hamil pada formulir
register ibu hamil.
2. Meja 2
Menimbang bayi/balita (sesuai dengan sembilan langkah penimbangan)
Mencatat hasil penimbangan pada secarik kertas yang akan
dipindahkan di KMS.
3. Meja 3
Mengisi KMS atau memindahkan catatan hasil penimbangan balita dari
secarik kertas ke KMS anak.
4. Meja 4
Menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasarkan data kenaikan
berat badan yang digambarkan dalam grafik KMS pada ibu
Memberikan penyuluhan kepada setiap ibu dengan mengacu pada
KMS atau dari hasil pengamatan mengenai masalah.
Memberikan rujukan ke Puskesmas apabila diperlukan.
Balita : apabila berat badannya di bawah garis merah (BGM) pada
KMS 2 kali berturut-turut berat badannya tidak naik, kelihatan sakit
(lesu, kurus, busung lapar, mencret, rabun mata)
Ibu hamil atau menyusui : apabila keadaanya kurus, pucat, bengkak
kaki, pusing terus-menerus, perdarahan, sesak nafas, gondokan
Orang sakit
Memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar oleh kader Posyandu
5. Meja 5
Merupakan kegiatan pelayanan sektor yang biasanya dilakukan oleh petugas
kesehatan, PLKB, PPL. Pelayanan yang yang diberikan antara lain:
Pelayanan imunisasi
Pelayanan Keluarga Berencana
Pengobatan
Pemberian pil tambah darah (pil besi), vitamin A, oralit, dan obat
lainnya.
b. Tugas – tugas kader setelah hari buka Posyandu, meliputi:
Memindahkan catatan-catatan dalam KMS ke dalam register atau buku
Bantu kader
Menilai hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari Posyandu pada
bulan berikutnya.
Kegiatan diskusi kelompok bersama ibu-ibu yang lokasi rumahnya
berdekatan/dasawisma
Kegiatan kunjungan rumah, sekaligus untuk tindak lanjut dan mengajak
ibu-ibu datang ke Posyandu pada bulan berikutnya.
4.1.3.3.3.2 Pelaksanaan Kegiatan 5 Meja
A. Pengertian
Kegiatan 5 meja adalah kegiatan pelayanan yang dilaksanakan pada hari
buka Posyandu. Meja 1-4 dilaksanakan oleh kader sedang meja 5 oleh petugas
sektor. Kegiatan 5 meja ini bukan berarti harus ada 5 meja, karena ini hanya istilah.
B. Langkah – Langkah Melaksanakan Kegiatan 5 Meja:
a. Langkah meja 1
Kader mendaftar bayi/ balita, yaitu nama yang ditulis di secarik kertas yang
diselipkan dii KMS. Apabila balita peserta baru, berarti KMS baru diberikan diisi
dan dituliskan nama di secarik kertas.
Kader juga mendaftar ibu hamil yaitu nama ibu dan ditulis di register ibu hamil
dan langsung menuju meja 4.
b. Langkah meja 2
Kader meja 1 meminta ibu membawa balita/bayinya dan menyerahkan KMS di
meja2.
Kader meja 2 menimbang dan mencatat pada secarik kertas yang diselipkan di
KMS.(sesuai dengan 9 langkah penimbangan: pertama, mendirikan kaki tiga
kemudian memasang dacin. Kedua, memastikan dacin terpasang dengan kuat
dengan menariknya dari bawah. Ketiga, memposisikan bandul geser pada posisi
nol sedangkan ujung batang timbang dimasukkan pada tali pengaman. Langkah
keempat, memasang sarung timbang/celana timbang/kotak timbang pada dacin.
Langkah kelima, menyeimbangkan dacin yang sudah dipasang sarung timbang
dengan memberikan pasir pada ujung batang timbang. Langkah keenam,
menimbang balita dengan menggeser bandul geser sehinggga seimbang.
Langkah ketujuh, membaca hasil penimbangan. Langkah kedelapan, menuliskan
hasil penimbangan pada kertas. Langkah kesembilan, mengenolkan bandul
geser kemudian anak diturunkan).
c. Langkah meja 3
Kader meja 2 meminta ibu menyerahkan KMS dan kertas catatan pada kader
meja3. Kader meja 3 memindahkan ke KMS.
Kader menyerahkan KMS pada ibu menuju meja 4.
d. Langkah meja 4
Kader meja 4 menerima KMS. Kader membaca dan menjelaskan data KMS.
Kader memberikan penyuluhan pada ibu, baik dengan mengacu pada data KMS
maupun hasil pengamatan.
Apabila tidak ada petugas kesehatan di meja 5, kader dapat melakukan rujukan
ke tenaga kesehatan, bidan, PLKB atau Puskesmas.
Kader memberikan penyuluhan gizi atau pertolongan dasar.
e. Langkah meja 5
Imunisasi
KB
Pemberian tablet besi, vitamin A, obat-obatan.
C. Kesulitan Yang Sering Terjadi Dalam Posyandu
Beberapa kesulitan yang kemungkinan bisa ditemukan di lapangan:
Meja 1 : balita biasanya tidak sabar menunggu giliran bila yang datang banyak.
Meja 2 : bayi/balita biasanya menangis apabila ditimbang.
Meja 3 : kader kesulitan mencatat hasil penimbangan ke dalam KMS apabila
pesertanya banyak
Meja 4: proses yang paling sulit karena harus melayani penyuluhan perorangan
sedangkan ibu dan anaknya biasanya tidak sabar menunggu giliran.
D. Saran Agar Kegiatan 5 Meja Dapat Berjalan Baik :
Selama menunggu, berikan makanan PMT dan mainan KB
Kader sebaiknya mengusahakan agar penimbangan ini seperti kegiatan bermain
yang menggembirakan, mintalah para ibu terlibat dalam menimbang balita.
Kader sebaiknya saling membantu
Dalam melakukan penyuluhan, kader mengutamakan peserta yang balitanya
memang perlu diberi penyuluhan. Selain itu kader juga bisa melaksanakan
penyuluhan kelompok sebelum pendaftaran
Laksanakan kegiatan buka Posyandu dengan disiplin waktu,tidak perlu
menunggu ibu-ibu yang terlambat.
4.1.3.3.3.3 KMS
A. Pengertian
KMS adalah kartu yang memuat data pertumbuhan serta beberapa informasi
lain mengenai perkembangan anak, yang dicatat setiap bulan dari lahir sampai umur
5 tahun selain itu juga sebagai ”raport” kesehatan gizi atau riwayat kesehatan dan
gizi balita.
B. Jenis Catatan Pada KMS
a. Pengisian KMS dilakukan pada hari buka Posyandu, yaitu di meja:
Meja 3 : memindahkan catatan hasil penimbangan ke grafik KMS
Meja 4 : membaca data KMS, menjelaskan kepada ibu dan menanyakan
berbagai informasi yang penting untuk tumbuh kembang anak.
b. Jenis catatan dalam KMS:
Berat badan anak /pertumbuhan anak
Pemberian ASI eksklusif untuk bayi umur 0 sampai 6 bulan
Imunisasi yang telah diberikan pada anak
Pemberian vitamin A
Penyakit yang pernah diderita anak dan tindakan yang diberikan.
Selain itu, kader juga menggunakan KMS untuk menanyakan perkembangan anak
yaitu kemampuan yang harus dimiliki sesuai usia.
C. Manfaat Catatan/Informasi Pada KMS
Catatan pada KMS merupakan alat pemantau keadaan balita yang dijadikan
acuan untuk memberikan penyuluhan pada ibu.
Sebagai acuan untuk memberi rujukan, baik ke meja 5 maupun ke puskesmas.
Rujukan diberikan pada KMS terdapat catatan sbb:
Berat badan balita di bawah garis merah pada KMS
Berat badan balita 2 kali (2 bulan) berturut-turut tidak naik
Berat badan balita berada di atas normal pada KMS
Balita sakit
Balita belum diimunisasi dan mendapat vitamin A.
D. Langkah-Langkah Mencatat KMS
Mencatat nama Posyandu, identitas anak dan orang tua pada tabel di sebelah
kiri atas
Mencatat pemberian imunisasi pada tabel di sebelah kiri tengah
Mencatat pemberian vitamin A pada tabel sebelah kiri bawah
Mencatat hasil penimbangan balita pada grafik KMS, caranya:
Pada kolom yang harus diisi bulan, cantumkan pada kolom yang pertama,
bulan kelahiran anak, kolom selanjutnya diisikan bulan berikutnya.
Masukkan data berat badan dalam grafik dengan cara membuat titik yang
mempertemukan garis tegak (bulan penimbangan) dan garis datar (kilogram
BB).
Apabila bulan lalu anak ditimbang, sambungkan titik bulan ini dengan titik
bulan lalu. Apabila tidak, titik tidak disambungkan.
Mencatat pemberian ASI eksklusif pada umur 0 sampai 6 bulan pada kotak di
bawah 6 bulan, caranya:
Membuat tanda silang (dicoret) pada kotak, apabila bayi diberi makanan/
minuman lain selain ASI.
Mencantumkan kode E0 sampai E6 pada kotak apabila bayi hanya diberi ASI
saja.
Mencatat lain-lain, yaitu catatan tentang sakit yang pernah dialami anak dan
penanganannya, ditulis di dalam garis-garis tegak pada grafik KMS.
4.1.3.3.3.4 Penyuluhan
A. Pengertian
Penyuluhan merupakan penyampaian informasi kepada satu atau
sekelompok orang mengenali berbagai hal yang berkaitan dengan suatu program.
Penyuluhan yang diberikan Posyandu lebih banyak mengenai kesehatan ibu dan
anak.
B. Kekurangan Penyuluhan:
Merupakan proses komunikasi 1 arah, karena itu pendengar tidak bisa
menceritakan pendapat/pengalamannya. Karena tidak dilibatkan, seringkali peserta
menjadi bosan dan kurang memperhatikan pembicaraan.
C. Kelebihan Penyuluhan:
Bisa menjangkau lebih banyak orang dan kader bisa lebih mudah
mempersiapkan informasii apa saja yang akan disampaikan. Untuk mengatasi
kelemahan di atas, kader bisa memberi kesempatan untuk bertanya dan
mengemukakan pendapat.
D. Topik Penyuluhan Yang Wajib di Meja 4:
Penyuluhan di meja 4 dibagi dalam 2 kategori, yaitu:
Penyuluhan tentang bayi/balita yang mengacu pada KMS
Penyuluhan tentang cara membina pertumbuhan anak yang baik
Penyuluhan pemberian ASI eksklusif
Penyuluhan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) untuk bayi
berusia 6 bulan sampai 2 tahun.
Penguluhan tentang gigi dan mulut.
Penyuluhan tentang gizi dan vitamin A.
Penyuluhan tentang manfaat imunisasi bagi balita.
Penyuluhan tentang perkembangan dan latihan yang perlu diberikan sesuai
usia anak.
Penyuluhan tentang ibu hamil, menyusui, nifas, meliputi:
Penyuluhan tentang cara merawat ibu hamil/ menyusui (pemeriksaan teratur,
, perawatan gigi, imunisasi TT)
Penyuluhan tentang gizi dan pemberian tablet tambah darah.
Penyuluhan tentang persalinan yang aman.
Penyuluhan tentang Keluarga Berencana setelah melahirkan.
Penyuluhan di meja 4 dilakukan melalui pendekatan perorangan. Meskipun
begitu, kader atau petugas kesehatan kadang melaksanakan penyuluhan pada hari
posyandu atau di luar hari posyandu.
E. Isi Penyuluhan:
a. Dalam menyusun informasi penyuluhan, sebaiknya memuat hal-hal sbb:
Pesan – pesan pokok: informasi yang diharapkan sasaran mau melaksanakan.
Manfaat: penjelasan mengenai manfaat apabila sasaran melaksanakan pesan-
pesan.
Akibat: penjelasan mengenai apa akibatnya bila hal itu tidak dilaksanakan.
Apabila masalah sudah terjadi: penjelasan mengenai cara mengatasi masalah
masalah yang sudah terjadi, baik oleh keluarga atau sendiri, atau bisa dibantu
Posyandu atau dirujuk.
Agar kader menjadi penyuluh yang baik, kader harus menguasai materi dan
pesan setiap pokok penyuluhan yang wajib di meja 4.
b. Bagaimana caranya agar penyuluhan bisa menarik?
Informasi dan saran-saran yang diberikan berdasar keadaan/permasalahan
peserta yang datang ke posyandu.
Saran yang disampaikan, jelas dan cukup praktis sehingga bisa dilaksanakan
langsung oleh ibu-ibu.
Penjelasan dan saran diberikan dengan bahasa yang sederhana dan dimengerti
masyarakat.
Kader bersikap ramah dalam memberikan informasi dan saran, tidak disertai
kecaman atau omelan terhadap ibu atau seseorang yang bermasalah.
Peserta diberi kesempatan untuk bertanya bukan hanya mendengarkan saja.
4.1.3.3.3.5 System Informasi Posyandu (SIP)
A. Pengertian
SIP adalah seperangkat alat penyusunan data/ informasi yang berkaitan
dengan kegiatan, kondisi dan perkembengan yang terjadi di setiap Posyandu.
B. Manfaat SIP antara Lain:
Menjadi bahan acuan bagi kader Posyandu untuk memahami permasalahan
sehingga bisa mengembangkan kegiatan yang tepat dan disesuaikan dengan
kebutuhan sasaran.
Menyediakan informasi yang tepat guna dan tepat waktu mengenai pengelolaan
Posyandu, agar berbagai pihak yang berperan dalam pengelolaan Posyandu
bisa menggunakannya untuk membina Posyandu demi kepentingan masyarakat
C. Tujuan Format SIP
Tujuan format SIP adalah untuk menata dan menyederhanakan tugas
pencatatan kader yang sangat banyak; untuk melaksanakan hal ini, kader perlu
mendapatkan pelatihan pengisian format SIP terlebih dahulu.
D. Macam – Macam Format SIP:
1. Catatan ibu hamil, kelahiran, kematian bayi, dan kematian ibu hamil, melahirkan,
nifas, berisi catatan dasar mengenai sasaran posyandu
2. Register bayi di wilayah kerja posyandu, berisi catatan pemberian pil besi,
vitamin A, oralit, tanggal imunisasi dan tanggal bayi meninggal di wilayah
layanan Posyandu tersebut.
3. Register anak balita di bawah wilayah kerja posyandu berisi catatan mengenai
pemberian pil besi, vitamin A, pemberian oralit pada anak balita di wilayah kerja
Posyandu
4. Register ibu hamil di wilayah kerja posyandu, berisi daftar hamil, catatan umur
kehamilan, pemberian pil tambah darah, imunisasi, dan pemberian kapsul
yodium, pemeriksaan kehamilan, resiko kehamilan, tanggal dan penolong
kehamilan.
5. Register WUS – PUS di wilayah kerja Posyandu, berisi daftar wanita dan suami
istri usia produktif yang memiliki kemungkinan mempunyai anak (hamil).
6. Data penunjang posyandu, kelahiran dan kematian bayi dan ibu hamil,
melahirkan/nifas, berisi catatan jumlah pengunjung (bayi, balita, WUS, PUS, ibu
hamil, menyusui, bayi lahir dan meninggal), jumlah petugas yang hadir (kader
posyandu, kader PKK, PKB/PLKB, paramedis).
7. Data hasil kegiatan posyandu, berisi catatan jumlah ibu hamil
(yang diperiksa dan mendapat zat besi), jumlah ibu menyusui, peserta KB yang
dilayani, penimbangan balita, semua balita yang punya KMS, balita yang
timbanganya baik dan dibawah garis standar, balita yang mendapat vitamin A,
KMS yang yang dikeluarkan (dibagikan), balita yang mendapat sirup besi dan
diimunisasi serta balita yang menderita diare.
E. Cara Mengisi Format SIP
1. Catatan ibu hamil, kelahiran, kematian bayi, dan kematian ibu hamil, melahirkan,
nifas, dilaksanakan setiap bulan oleh kader dasa wisma dan diserahkan kepada:
Ketua kelompok PKK, RW/Dusun/ Lingkungan melalui ketua kelompok RT.
Ditembuskan kepada kader Posyandu di wilayah yang bersangkutan.
2. Register bayi di wilayah kerja posyandu, dilaksanakan oleh kader Posyandu
setiap bulan. Satu lembar format ini berlaku untuk 1 tahun.
3. Register anak balita di bawah wilayah kerja posyandu, dilaksanakan oleh kader
posyandu setiap bulan. 1 lembar format ini berlaku untuk 1 tahun.
4. Register ibu hamil di wilayah kerja posyandu, dilaksanakan oleh kader posyandu
setiap bulan. 1 lembar format ini berlaku untuk 1 tahun.
5. Register WUS – PUS di wilayah kerja Posyandu, dilaksanakan oleh kader
posyandu setiap bulan. 1 lembar format ini berlaku untuk 1 tahun.
6. Data penunjang posyandu, kelahiran dan kematian bayi dan ibu hamil,
melahirkan/nifas, dilaksanakan oleh kader posyandu setiap bulan setelah hari
buka posyandu (atau setiap ada kegiatan).
7. Data hasil kegiatan posyandu, dilaksanakan oleh kader posyandu setiap bulan
setelah hari buka posyandu (atau setiap kegiatan).
4.1.3.3.3.6 Masalah atau Kebutuhan
A. Pengertian
Masalah atau kebutuhan adalah keadaan-keadaan yang dianggap
mengganggu, menghambat atau mengurangi kesejahteraan hidup masyarakat.
Masalah atau kebutuhan yang menjadi perhatian kader posyandu adalah masalah
atau kebutuhan dari orang-orang yang menjadi sasaran kegiatan posyandu:
Masalah dari kelompok sasaran umum; antara lain ibu hamil, ibu menyusui/ibu
nifas, bayi, balita dan PUS.
Masalah dari kelompok sasaran yang perlu perhatian segera antara lain:
Ibu hamil/menyusui/nifas: ibu hamil resiko tinggi, ibu hamil kurang gizi dan
anemia, ibu hamil berisiko.
Bayi/balita: BB lahir rendah, balita kurang gizi, balita yang belum diimunisasi,
rabun ayam, di daerah gondok, dengan nafas sesak, mencret.
Pada saat ini, kader sebaiknya mengutamakan untuk memperhatikan
masalah gizi masyarakat, khususnya gizi ibu hamil, ibu menyusui, bayi atau balita
yang diakibatkan oleh krisis ekonomi.
B. Penilaian masalah
Penilaian masalah adalah pembahasan masalah-masalah yang berhasil
ditemukan kader di Posyandu untuk melihat apa penyebab dan akibat suatu
masalah.
Manfaat penilaian masalah antara lain:
Kader bisa menentukan masalah yang paling mendesak untuk segera
ditangani.
Kader bisa menentukan kegiatan yang tepat untuk menangani suatu
masalah.
Perlu diingat, kader posyandu bukanlah orang yang mampu memecahkan
masalah masyarakat, masyarakat sendirilah yang harus didorong agar berusaha
memecahkan masalah-masalah sendiri, dan sebaiknya mencegahnya agar tidak
terjadi
C. Kapan kader melakukan penilaian masalah?
Kader bisa melakukan penilaian masalah pada saat:
Kegiatan buka posyandu atau kegiatan pelayanan 5 meja karena pada saat itu
biasanya ditemukan sejumlah masalah peserta posyandu.
Kegiatan evaluasi bulanan bersama petugas sektor atau puskesmas untuk
merencanakan kegiatan posyandu bulan berikutnya.
Bahan-bahan yang bisa dipergunakan untuk melihat masalah:
Data KMS dan catatan kegiatan posyandu lainnya.
Buku Bantu kader.
D. Tiga jenis kegiatan:
1. Kegiatan oleh masyarakat
Melakukan kebiasaan hidup sehat dalam keluarga
Menggunakan pelayanan kesehatan yang terjamin untuk ibu hamil, bayi
serta balita yang sakit.
Melaksanakan anjuran-anjuran dari kader posyandu maupun petugas
lainnya.
2. Kegiatan oleh posyandu
Kegiatan-kegiatan posyandu yang paling dasar disebut sebagai kegiatan
paket pelayanan minimal posyandu yang terdiri dari kegiatan perbaikan
gizi, kesehatan ibu dan anak, KB, imunisasi, pemantauan kasus lumpuh
layu, penanggulangan diare dan radang paru-paru
Kegiatan di luar paket minimal disebut paket pelayanan minimal posyandu.
3. Pemberian rujukan oleh kader
Apabila kader tidak bisa membantu masyarakat untuk menangani sesuatu
masalah, kader memberikan rujukan ke puskesmas agar orang tersebut
segera ditangani oleh petugas kesehatan
Biasanya kader hanya merujuk ke puskesmas, kecuali untuk hal-hal yang
kelas gawat, kader sebaiknya menganjurkan segera dibawa ke RS.
E. Pengertian Pemberian Rujukan
Pemberian rujukan adalah pemberian surat pengantar kepada orang yang
dianggap memiliki tanda-tanda masalah, biasanya ditujukan pada puskesmas.
Meskipun pemberian rujukan merupakan tugas utama dari petugas kesehatan
yang bertugas di meja 5 pada hari posyandu, tetapi kader perlu juga
memberikan rujukan apabila diperlukan.
Biasanya kader memberikan rujukan pada meja 4 , tetapi bisa juga memberi
rujukan di luar hari posyandu, ketika menemukan masalah:
Keadaan anak lemah, lesu dan tidak bergairah
Suhu badannya tinggi
Rewel dan tidak mau makan
Tidak mau menetek
Memiliki bercak putih pada matanya
Badannya bercak merah
Ibu hamil yang mengalami tanda-tanda sebagai berikut :
Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm atau kurus
Kepala sering pusing
Penglihatan berkunang-kunang
Nafsu makan kurang
Kaki bengkak
Sesak napas
Orang sakit yang minta pertolongan kader
4.1.3.3.3.7 Diskusi Kelompok
A. Pengertian
Kegiatan diskusi kelompok di posyandu yaitu kegiatan di luar hari buka
POSYANDU untuk membahas suatu topik atau permasalahan, khususnya mengenai
topik kesehatan keluarga, ibu dan anak.
B. Perbedaan penyuluhan dengan diskusi kelompok
Penyuluhan
Penyuluhan adalah cara belajar yang kurang partisipatif atau tidak banyak
melibatkan peserta.
Penyuluh bersifat seperti guru dan lebih banyak memberitahu peserta
tentang cara pemecahan masalah.
Kegiatan diskusi kelompok
Cara belajar yang bersifat partisipatif atau melibatkan peserta secara aktif.
Pemimpin diskusi berperan sebagai pemandu.
Pemandu berperan untuk mendorong peserta agar aktif mengemukakan
pengalaman dan gagasan tentang cara pemecahan masalah. Pemandu
hanya memberi saran jika diperlukan.
C. Manfaat diskusi kelompok
Kegiatan belajar menjadi mudah dihayati
Menciptakan suasana belajar yang akrab dan santai sehingga masyarakat tidak
merasa seperti belajar di dalam kelas.
D. Tahap-Tahap Diskusi Kelompok:
a. Tahap persiapan
Mengundang peserta
Kader mengundang ibu-ibu saat hadir dalam hari buka posyandu.
Dalam 1 kelompok dibatasi 12-15 orang.
Menetapkan waktu pertemuan
Sebaiknya kegiatan diskusi dilakukan beberapa hari setelah posyandu.
Bisa juga dilakukan pada hari arisan atau pengajian, sesudah kegiatan
selesai.
Menetapkan tempat
Kader sebaiknya membuat pertemuan kelompok untuk ibu-ibu yang
rumahnya berdekatan (dasawisma).
Bisa dilaksanakan di rumah ibu-ibu atau kader atau di kantor posyandu,
sebaiknya ada tempat untuk duduk melingkar.
Pembagian tugas tim pemandu
Apabila dipandu 2 kader, tentukan siapa yang menjadi pemandu utama dan
pemandu pendamping.
Kader perlu membagi tugas siapa dan kapan akan mengundang kembali ibu.
Persiapan materi belajar
Kader harus menguasai materi diskusi. Bacalah bahan mengenai materi dari
berbagai bacaan dan bahan pegangan kader.
b. Tahap pelaksanaan
Pengaturan tempat belajar
Semua peserta diatur bisa duduk melingkar, tanpa ada yang duduk di
belakang.
Kader membaur dengan peserta.
Pelaksanaan kegiatan belajar
Kader memandu kegiatan belajar sesuai topik yang dipersiapkan.
Kader menggunakan media untuk proses diskusi.
Diskusi sebaiknya tidak lebih 1 jam.
Kegiatan diskusi ditutup dengan rangkuman dan kesimpulan diskusi.
c. Tahap sesudah pelaksanaan
Mencatat hasil kegiatan pada buku Bantu kader.
E. Sikap pemandu yang baik
Bersikap sabar
Mendengarkan dan tidak mendominasi
Menghargai dan rendah hati
Mau belajar
Bersikap sederajat dan akrab
Tidak menggurui
Tidak memihak, menilai atau mengkritik
Bersikap terbuka
Bersikap positif
4.1.3.3.3.8 Menggerakkan Masyarakat
Kader perlu terus-menerus menggerakkan dan memotivasi ibu-ibu dan
masyarakat agar mau memanfaatkan pelayanan di posyandu. Karena tidak
gampang membuat masyarakat bersedia menanggapi suatu ajakan, apalagi
melaksanakan ajakan kita.
Bagaimana cara menggerakkan masyarakat?
Menggerakkan atau memotivasi ibu-ibu agar datang ke posyandu merupakan
seni dalam bekerja untuk masyarakat. Untuk menghadapi berbagai alasan ibu-ibu
yang sulit digerakkan atau dimotivasi antara lain dengan cara sbb:
Memberikan contoh langsung melalui penerapan hidup sehat pada keluarga
kader sendiri agar mereka tergerak untuk meniru.
Melakukan pendekatan individu melalui kunjungan rumah.
Melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat yang bisa membantu
menggerakkan atau memotivasi masyarakat.
Mengembangkan kegiatan – kegiatan posyandu secara menarik dan
berdasarkan kebutuhan masyarakat, sehingga mereka merasakan
masyarakat.
4.1.3.3.3.9 Kunjungan Rumah
A. Pengertian dan Tujuan Kunjungan Rumah:
Kunjungan rumah adalah salah satu kegiatan kader posyandu yang
bertujuan untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat tentang kegiatan di
posyandu dan manfaatnya. Selain itu, kunjungan rumah juga dilakukan untuk
menggerakkan mereka agar mau ke posyandu.
B. Sasaran Kunjungan Rumah
Dalam menentukan sasaran yang perlu dikunjungi, kader bisa
mempertimbangkan beberapa hal berikut ini:
Sasaran yang pernah datang ke posyandu tetapi kemudian tidak datang lagi.
Sasaran yang tidak pernah datang ke posyandu dan tidak menggunakan
sarana kesehatan lainnya.
Sasaran yang perlu dikunjungi adalah sbb:
Ibu yang anak balitanya selama 2 bulan berturut-turut tidak hadir ke
posyandu.
Ibu yang anak balitanya belum mendapat vitamin A.
Ibu yang anak balitanya bulan lalu dikirim ke puskesmas karena: 2 bulan
berturut-turut BB tidak naik, BB di bawah garis merah, sakit.
Ibu hamil selama 2 bulan berturut-turut tidak mengadiri kegiatan posyandu.
Ibu yang kehamilannya baru saja diketahui.
Ibu yang mengalami kesulitan menyusui anaknya.
Ibu hamil dan menyusui yang belum mendapat kapsul yodium.
Ibu yang mempunyai balita terlalu gemuk.
C. Langkah Kunjungan Rumah:
a. Tahap persiapan
Memilih sasaran yang akan dikunjungi
Pembagian tugas kader
Persiapan materi belajar.
b. Tahap pelaksanaan kunjungan
Kader mengucapkan salam dan beramah tamah terlebih dahulu sebelum
sampai pada tujuan pokok.
Kader menyampaikan tujuan kedatangan.
Kader kemudian berbincang dengan keluarga tentang keadaan ibu hamil/
menyusui,i bayi / balita.
Kader memberikan pil besi, vitamin A, yodium untuk balita apabila
diperlukan.
Sebelum berpamitan pulang, kader mengajak untuk menghadiri posyandu.
c. Tahap sesudah kunjungan
Membuat catatan kegiatan pada buku bantu kader.
D. Saran – Saran Untuk Kader:
Banyak kader yang mengeluh bahwa kedatangan mereka seringkali dianggap
“gangguan” apalagi sasaran termasuk orang yang sulit didekati dan diajak
melaksanakan posyandu.
Beberapa saran agar kunjungan rumah berjalan baik:
Kader sebaiknya ramah, sabar, tidak menggurui, jangan sampai memarahi
atau mengomel.
Berikan penjelasan dengan cara sederhana, terutama manfaat
melaksanakan saran.
Laksanakan kunjungan rumah dengan santai, jangan berlama-lama.
Penggunaan media Bantu (kartu konseling) hanya untuk sasaran yang telah
menerima kedatangan kader.
4.1.3.3.3.10 Peningkatan Gizi Keluarga
A. Pengertian
Zat gizi adalah unsur yang diperlukan oleh tubuh agar seseorang hidup
sehat. Zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh bermacam-macam unsur sehingga kita
perlu makan berbagai jenis makanan.
Upaya memelihara gizi dalam keluarga perlu dilaksanakn terutam usia 0-5 tahun,
karena usia tersebut merupakan usia terpenting bagi pertumbuhan jasmani dan
perkembangan otak anak.
B. Tiga Kelompok Utama Zat Gizi
Makanan pokok dan lemak/minyak yaitu makanan yang dibutuhkan tubuh agar
kita punya tenaga, antara lain:
Makanan pokok, yaitu yang mengandung zat tepung seperti: beras, jagung,
gandum.
Makanan yang mengandung minyak atau lemak, seperti minyak, mentega,
santan.
Lauk pauk (protein), yaitu makanan yang dibutuhkan sebagai zat pembangun
tubuh dan otak kita antara lain :
Lauk pauk dari tumbuhan, seperti kacang, tahu, tempe.
Lauk pauk dari hewan, seperti telur, ayam, daging.
Sayur-sayuran dan buah-buahan yaitu makanan yang dibutuhkan agar tubuh
kuat, segar, tidak mudah sakit.
C. Masalah Gizi
Masalah gizi adalah masalah yang disebabkan oleh kekurangan gizi.
Meskipun anak tidak sakit dan makan banyak, apabila makanan itu tidak memenuhi
syarat gizi yang baik, maka tetap saja anak akan kekurangan gizi. Akibat
kekurangan gizi pada anak bisa sekarang dan bisa terjadi pada waktu dewasa.
D. Cara menyusun menu bergizi
Menu yang sehat dan bergizi sebaiknya memenuhi ke 3 zat gizi utama.
Tidak perlu makanan yang mahal, gunakan bahan lokal, baik yang berasal dari
kebun/pekarangan.
Sayuran yang mudah diperoleh adalah daun singkong, labu, pucuk daun labu,
kangkung, kacang panjang.
Sebagai sumber protein, biasanya disesuaikan dengan bahan yang murah di
wilayah kita
Sebaiknya sebagian makanan digoreng agar mengandung minyak/ lemak yang
dibutuhkan oleh tubuh kita.
E. Alasan yang menjadi penghambat perilaku makan yang sehat dari
masyarakat:
Rendahnya pengetahuan masyarkat tentang gizi.
Rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi bagi masa depan
anak.
Kebiasaan yang sulit diubah, misalnya : hanya makan ikan dan daging tanpa
sayuran sehingga pola makannya kurang seimbang.
Kepercayaan yang sulit diubah, misalnya:
Menganggap perlunya makanan tambahan setelah usianya beberapa hari
dan menganggap pemberian ASI eksklusif akan membuat bayi terasa lapar.
Tidak memberi makan pada anak karena takut cacingan.
Anak gadis tidak boleh makan nanas atau pisang ambon.
F. Cara kader menghadapi tantangan ini:
Kader sebaiknya menguasai materi tentang gizi sehingga bisa memberi
penjelasan dengan tepat, praktis, sesuai keadaan.
Menggiatkan pelayanan posyandu untuk memperkenalkan cara meningkatkan
gizi keluarga, antara lain:
Kegiatan penyuluhan gizi.
Pemberian obat-obatan.
Pemberian makanan tambahan.
Demo mengolah makanan sehat.
Pemberian rujukan apabila menemukan kasus kurang gizi.
Menyelenggarakan “lomba balita sehat”.
Kader posyandu yang berhasil adalah kader yang bisa mendorong
masyarakat melaksanakan sendiri usaha-usaha meningkatkan kebiasaan makanan
bergizi.
4.1.3.4 Laporan Hasil Kegiatan Pelatihan Kader Posyandu “Kemuning” RW VI
Kelurahan Bumiayu
Pelatihan kader Posyandu bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kader
dalam menjalankan Posyandu. Kegiatan dalam pelatihan ini meliputu penjelasan
tentang fungsi kader dan pembagian meja-meja dalam Posyandu. Selain itu juga
dilakukan simulasi terhadap tugas kader pada masing-masing meja dan dilakukan
buka bersama setelah kegiatan pelatihan berakhir. Kegiatan tersebut dilakukan
pada:
Hari/Tanggal : Selasa/10 Oktober 2006
Waktu : 16.00 – selesai
Tempat :Posko mahasiswa, Rumah Bpk. Totok, Perumahan
Puri Cempaka Putih II blok AO-42 Kel. Bumiayu
Topik :Pelatihan Kader Posyandu “Kemuning” tentang
tugas Kader dan fungsi meja dalam Posyandu.
Penyampaian materi : Endah Silfiyanti
Pemberi Simulasi :
Meja I: Indah Anggraeni
Meja II: Agustin Khusnul Chotimah
Meja III: Nia Agustiningsih
Meja IV: Nur Aini
Meja V:Ismatul Quddus
Peserta : Kader Posyandu “Kemuning” RW VI kelurahan
Bumiayu.
Penanggung Jawab : Agustin Khusnul C, Endah Silfiyanti, Nur Aini.
4.1.3.4.1 Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
1. Pembukaan dan sambutan
Acara dimulai dengan pembacaan doa sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing yang dipimpin oleh MC kemudian dilanjutkan dengan pemberitahuan
maksud dan tujuan dilakukan pelatihan.
2. Penyajian Materi
Sebelum dimulai penyajian materi, pemateri memberikan pertanyaan-pertanyaan
tentang:
Apa pengertian dari Posyandu?
Apa tugas dari Kader Posyandu?
Setelah dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan pembuka itu maka dilanjutkan
dengan penyajian materi seperti yang terlampir dalam SAP.
3. Evaluasi
Evaluasi Proses
Acara dimulai pukul16.00 WIB, kader Posyandu yang hadir 7 orang dari 12
kader yang diundang sedangkan ketua PKK tidak dapat hadir. Pemberian
materi berjalan sesuai rencana dimana peserta antusias bertanya kepada
pemateri juga menjawab pertanyaan yang diajukan pemateri. Setelah
dilakukan pemberian materi kemudian dilakukan simulasi, dimana peserta
membagi diri mereka sendiri sesuai dengan kebiasaan tugas mereka di
masing-masing meja. Setelah semua membagi diri kemudian mahasiswa
juga menempatkan diri sesuai dengan pembagian meja yang telah
ditentukan. Pada masing-masing meja mahasiswa membantu mengarahkan
cara-cara kerja sesuai dengan meja masing-masing.
Meja I : mahasiswa membantu dengan mengarahkan tentang cara-
cara mendaftar dalam buku pendaftaran.
Meja II : mahasiswa membantu dengan mengarahkan dan
memberikan simulasi tentang cara penimbangan yang benar (sesuai
dengan 9 langkah penimbangan).
Meja III : mahasiswa membantu dengan mengarahkan dan
memberikan simulasi tentang cara mencatat yang benar.
Meja IV : mahasiswa membantu dengan mengarahkan cara
melakukan penyuluhan.
Setelah dilaksanakan simulasi, kemudian diberikanlah pengarahan dari Bapak
Agus. Peserta sangat antusias dan sangat memperhatukan pengarahan yang
diberikan dan banyak pertanyaan yang diajukan.
Setelah rangkaian acara dilaksanakan kemudian acara ditutup dengan
pembacaan doa dan dilanjutkan dengan acara buka bersama. Setelah buka
bersama selesai maka peserta dapat pulang ke rumah masing-masing. Acara
pelatihan benar-benar selesai pada pukul 18.15 WIB.
Pertanyaan yang muncul dari peserta antara lain:
1. Bagaimana cara memotivasi masyarakat yang berlatar belakang orang
tuanya kerja untuk mengikuti Posyandu?
2. Bagaimana cara memberikan penyuluhan jika yang mengantarkan Posyandu
adalah pembantunya?
3. Bagaimana cara melakukan pendokumentasian yang benar?
4. Bagaimana cara mengisi balok SKDN
Evaluasi Hasil
Peserta mampu menjawab 80% pertanyaan yang diberikan pemateri.
4.1.3.3 Masalah Pada Remaja
4.1.3.3.1 Narkoba
4.1.3.3.1.1 Pre-planning Kegiatan Penyuluhan Narkoba di RW VI Kelurahan
Bumiayu-Malang
A. Latar Belakang
Remaja merupakan komponen masyarakat yang memiliki peranan yang
sangat penting. Baik tidaknya suatu masyarakat di masa depan sangat tergantung
dari kondisi remajanya saat ini. Meskipun memiliki potensi yang sangat besar,
namun usia remaja juga merupakan tahapan usia yang rentan terutama oleh
pengaruh buruk dari luar. Salah satu bentuk pengaruh sangat buruk yang ditakuti
saat ini adalah narkoba.
Jumlah remaja di RW VI Kelurahan Bumiayu cukup banyak. Persentase
remajanya sekitar 10,29%. Dari jumlah ini, berdasarkan jumlah angket yang
disebarkan (88 angket), sekitar 10,34% remaja diwilayah ini memiliki riwayat
penggunaan narkoba. Hal ini cukup memprihatinkan mengingat begitu besarnya
bahaya yang diakibatkan oleh narkoba. Selain dapat menimbulkan gangguan
psikologis, narkoba juga dapat menimbulkan gangguan yang bersifat fisik. Narkoba
dapat merusak sistem saraf, kardiovaskuler, paru dan berbagai organ penting
lainnya. Narkoba juga dapat menimbulkan gangguan sosial. Para pengguna narkoba
merupakan orang-orang yang biasanya bersikap antisosial dan introvert. Mereka
cenderung menutup diri dari pergaulan masyarakat. Semua dampak negatif
penggerak masyarakat akan berbalik menjadi beban masyarakat.
Biasanya penggunaan narkoba dikalangan remaja awalnya hanya bersifat
ikut-ikutan dan coba-coba. Mereka merasa gengsi jika tidak memakai narkoba. Hal
ini terjadi karena kurang pengetahuan mereka akan narkoba terutama bahaya yang
ditimbulkan akibat memakai narkoba. Karena itulah diperlukan upaya bersama dari
semua komponen masyarakat untuk memangkas peredaran narkoba dan mencegah
generasi bangsa dari kehancuran akibat penggunaan narkoba. Salah satu upaya
yang ditempuh adalah dengan meningkatkan pengetahuan remaja tentang bahaya
narkoba melalui penyuluhan-penyuluhan “Narkoba” sehingga mereka dapat
melakukan proteksi diri agar tidak terjerumus untuk memakai narkoba.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang Narkoba, remaja di RW VI Kelurahan
Bumiayu dapat memahami tentang narkoba.
2. Tujuan Khusus
Peserta penyuluhan (remaja) mampu menjelaskan pengertian narkoba
Peserta penyuluhan (remaja) dapat menyebutkan jenis dan bentuk narkoba
Peserta penyuluhan (remaja) dapat menyebutkan gejala-gejala pemakaian
narkoba
Peserta penyuluhan (remaja) dapat menyebutkan penyakit/gangguan akibat
penggunaan narkoba
Peserta penyuluhan dapat menjelaskan cara pencegahan diri agar tidak
terjerumus dalam pemakaian narkoba
C. PELAKSANAAN KEGIATAN
Hari/Tanggal : Sabtu, 7 Oktober 2006
Waktu : 19.30 WIB
Sasaran : Seluruh remaja RW VI Kel. Bumiayu
Tempat : Di rumah Ketua RW (Pak Soehermanto)
Penanggung Jawab : Ismatul Quddus dan Nia Agustiningsih
D. SUSUNAN KEGIATAN
1. Pembukaan acara dari Ketua RW, Sekretaris RW dan wakil dari pihak
pemuda
2. Pemilihan pengurus perkumpulan muda-mudi
3. Penyuluhan tentang narkoba
E. EVALUASI
1. Evaluasi Proses
Penilaian terhadap kelancaran kegiatan dari awal hingga akhir.
2. Evaluasi Hasil
Penilaian terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
4.1.3.3.1.2 Satuan Acara Penyuluhan Narkoba
A. Tujuan
Memberikan informasi tentang narkoba meliputi: definisi, jenis-jenis, bentuk,
gejala pemakaian, gangguan/penyakit akibat penggunaan narkoba, dan pencegahan
diri terhadap narkoba
B. Tempat dan Waktu
Sasaran : Remaja di RW VI Puri Cempaka Putih Kelurahan Bumiayu
Tempat : Rumah Pak Hermanto (Ketua RW) PCP blok AP-12
Waktu : 19.30 - selesai
C. Alat
Leaflet
Flip chart
D. Metode
Diskusi
Tanya jawab
E. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Persiapan
Membuat kontrak dengan remaja di RW VI
Menyiapkan alat-alat yang diperlukan
2. Orientasi
a.Salam terapeutik
Salam.
Perkenalan nama mahasiswa
b.Evaluasi/validasi
Menanyakan kabar peserta saat ini.
Menanyakan persepsi peserta tentang narkoba selama ini.
3. Tahap Kerja
a.Tanyakan pendapat peserta tentang narkoba.
b.Jelaskan hal-hal yang berkaitan dengan narkoba.
c.Dorong peserta untuk memberikan pendapat sehubungan dengan
penjelasan yang telah diberikan
d.Berikan pujian atas kemampuan peserta untuk memberikan pendapat.
e.Berikan leaflet yang telah kita sediakan kepada para peserta.
4. Tahap terminasi
a.Evaluasi
Memberikan beberapa pertanyaan kepada peserta untuk mengevaluasi
tingkat pengetahuannya setelah diberi informasi tentang narkoba.
Memberikan reinforcement atas kemampuan peserta dalam menjawab
pertanyaan.
b.Tindak lanjut
Menganjurkan peserta untuk menghindari penggunaan narkoba dan
lebih waspada terhadap ancaman narkoba.
4.1.3.3.1.3 Materi Narkoba
A. Definisi
Narkoba adalah kepanjangan dari narkotik dan obat berbahaya. Yang
termasuk narkotika adalah ganja, heroin atau putau dan kokain. Sedang obat
berbahaya adalah zat adiktif yang yang bisa menimbulkan ketagihan atau
kecanduan, seperti sabu, ecstasy dan pil koplo. Sebetulnya ada satu jenis lagi
barang berbahaya, yaitu minuman keras yang mengandung kadar alkohol tinggi.
B. Jenis-jenis Narkoba
1. Opium : jus dari bunga opium, Papaver somniverum.
2. Candu : Getah tanaman Papaver Somniferum.
3. Morfin: hasil olahan dari opium/candu mentah. Rasanya pahit, berbentuk
tepung halus putih atau cairan berwarna.
4. Heroin ( putaw): obat bius yang sangat kuat efeknya.
5. Codein: turunan dari candu/ opium.
6. Methadone: narkotika sintetis.
7. Kokain : zat adiktif yang sangat berbahaya berasal dari tanaman
Erythroxylon coca.
8. Ganja : terbuat dari daun Canabis Sativa.
9. Ecstasy: mendorong pemakai untuk aktivitas yang berlebihan dan dapat
mengalami dehidrasi ( kekurangan cairan ).
10. Shabu-shabu: nama aslinya methamphetamine, berbentuk seperti gula atau
penyedap masakan, tidak berwarna dan tidak berbau.
C. Bentuk-Bentuk Narkoba
1. Adonan : candu.
2. Tepung halus : morfin, heroin, shabu-shabu.
3. Cairan berwarna atau jernih: heroin, codein.
4. Tablet / pil / kapsul: heroin, codein, methadone, kokain, ekstasi.
5. Daun: ganja
D. Gejala-Gejala Pemakaian Narkoba Yang Berlebihan
1. Opiat
Pada orang-orang memakai narkoba jenis opiat ditemukan gejala-gejala;
perasaan senang dan bahagia, acuh tak acuh,malas bergerak, sering mengantuk,
mual, bicara cadel, pupil mata mengecil dan adanya gangguan perhatian/daya ingat
2. Ganja
Pada pemakai ganja terdapat gejala-gejala; perasaan senang dan bahagia,
santai dan lemah, sikap acuh tak acuh, mata merah, nafsu makan meningkat dan
mulut kering. Disamping gejala-gejala tersebut, pada pemakai ganja ditemukan pula
adanya pengendalian diri yang kurang, sering menguap/mengantuk, konsentrasi
yang kurang dan depresi.
3. Amfetamin (shabu, ekstasi)
Pada pemakai narkoba dengan jenis amfetamin ditemukan adanya gejala-
gejala; kewaspadaan yang meningkat, bergairah, rasa senang dan bahagia, pupil
mata melebar, denyut nadi dan tekanan darah meningkat, insomnia dan nafsu
makan yang berkurang
4. Kokain
Pemakai narkoba jenis kokain sering menunjukkan gejala-gejala; denyut
jantung yang cepat (takikardi), gelisah, euphoria (rasa gembira berlebihan) harga diri
yang meningkat, banyak bicara, kewaspadaan meningkat, kejang, pupil melebar dan
tekanan darah meningkat. Disamping itu, pada pengguna narkoba jenis ini terdapat
gejala-gejala berkeringat/rasa dingin,mual/muntah, mudah berkelahi, psikosis,
perdarahan otak, penyumbatan pembuluh darah, nystagmus horisontal/mata
bergerak tak terkendali serta distonia (kekakuan otot leher)
5. Alkohol
Pada orang-orang yang mengkonsumsi alkohol, sering ditemukan gejala-
gejala; bicara cadel, jalan sempoyongan, wajah kemerahan, banyak bicara, mudah
marah, gangguan pemusatan perhatian serta nafas bau alkohol
6. Benzodiazepin (pil nipam, BK, mogadon)
Narkoba jenis Benzodiazepin menimbulkan gejala-gejala; Bicara cadel, Jalan
sempoyongan, wajah kemerahan, banyak bicara, mudah marah dan gangguan
pemusatan perhatian
E. Tanda-Tanda Kemungkinan Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Adiktif
a. Fisik
Tanda-tanda fisik yang menunjukkan adanya kemungkinan penyalahgunaan
Narkoba adalah: berat badan turun drastis, mata terlihat cekung dan merah, muka
pucat, dan bibir kehitam-hitaman. Pada tangan penuh dengan bintik-bintik merah,
seperti bekas gigitan nyamuk dan ada tanda bekas luka sayatan, goresan dan
perubahan warna kulit di tempat bekas suntikan. Buang air besar dan kecil kurang
lancar serta sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas juga dapat menjadi
tanda-tanda fisik kemungkinan penyalahgunaan narkoba.
b. Emosi
Perubahan emosi yang menunjukkan kemungkinan penyalahgunaan narkoba
adalah; sangat sensitif dan cepat bosan, bila ditegur atau dimarahi, dia malah
menunjukkan sikap membangkang. Emosinya naik turun dan tidak ragu untuk
memukul orang atau berbicara kasar terhadap anggota keluarga atau orang di
sekitarnya.
c. Perilaku
Perubahan perilaku yang dapat menjadi tanda-tanda seseorang
kemungkinan menggunakan narkoba adalah, malas dan sering melupakan tanggung
jawab dan tugas-tugas rutinnya, menunjukkan sikap tidak peduli dan jauh dari
keluarga, Mereka juga sering bertemu dengan orang yang tidak dikenal keluarga,
pergi tanpa pamit dan pulang lewat tengah malam . Untuk memenuhi kebutuhannya
akan narkoba, mereka dapat melakukan berbagai cara diantaranya suka mencuri
uang di rumah, sekolah ataupun tempat pekerjaan dan menggadaikan barang-
barang berharga di rumah. Begitupun dengan barang-barang berharga miliknya,
banyak yang hilang serta selalu kehabisan uang.
Perilaku yang lain yang sering ditunjukkan oleh pemakai narkoba adalah
waktunya di rumah kerapkali dihabiskan di kamar tidur, kloset, gudang, ruang
yang gelap, kamar mandi, atau tempat-tempat sepi lainnya serta takut akan air. Jika
terkena akan terasa sakit – karena itu mereka jadi malas mandi. Sering batuk-batuk
dan pilek berkepanjangan, biasanya terjadi pada saat gejala “putus zat”. Sikapnya
cenderung jadi manipulatif dan tiba-tiba tampak manis bila ada maunya, seperti saat
membutuhkan uang untuk beli obat
Tanda-tanda perubahan perilaku lainnya adalah sering berbohong dan ingkar
janji dengan berbagai macam alasan, mengalami jantung berdebar-debar, Sering
menguap, mengeluarkan air mata berlebihan, mengeluarkan keringat
berlebihan.Pemakai narkoba juga sering mengalami mimpi buruk, nyeri kepala, serta
nyeri/ngilu sendi-sendi
F. Ancaman Medis Akibat Penggunaan Narkoba
Penggunaan narkoba dapat menimbulkan berbagai ancaman medis
diantaranya adalah HIV, Hepatitis dan beberapa penyakit menular lainnya, penyakit
jantung dan pembuluh darah, penyakit gangguan pernapasan, penyakit nyeri
lambung, penyakit kelumpuhan otot, penyakit gagal ginjal, penyakit neurologist,
penyakit kelainan mental, penyakit kelainan hormon, penyakit kanker serta penyakit
gangguan kehamilan
G. Pengobatan Narkoba
Pengobatan narkoba dapat dilakukan dengan metoda pengobatan adiksi
(detoks), pengobatan infeksi, rehabilitasi dan pelatihan mandiri
H. Pencegahan Narkoba
Penyebaran narkoba dapat dicegah dengan cara memperkuat keimanan,
memilih lingkungan pergaulan yang sehat, komunkasi yang sehat serta menghindari
pintu masuk narkoba yaitu rokok
I. Pertolongan Pertama
Pertolongan pertama penderita dimandikan dengan air hangat, minum
banyak, makan makanan bergizi dalam jumlah sedikit dan sering dan dialihkan
perhatiannya dari narkoba. Bila tidak berhasil perlu pertolongan dokter. Pengguna
harus diyakinkan bahwa gejala-gejala sakaw mencapai puncak dalam 3-5 hari dan
setelah 10 hari akan hilang.
Empat Cara Alternatif Menurunkan Risiko atau "Harm Reduction":
1. Menggunakan jarum suntik sekali pakai
2. Mensuci hamakan (sterilisasi) jarum suntik
3. Mengganti kebiasaan menyuntik dengan menghirup atau oral dengan tablet
4. Menghentikan sama sekali penggunaan narkoba
J. Detoksifikasi
Detoksifikasi adalah proses menghilangkan racun (zat narkotika atau adiktif
lain) dari tubuh dengan cara menghentikan total pemakaian semua zat adiktif yang
dipakai atau dengan penurunan dosis obat pengganti.
Detoksifikasi bisa dilakukan dengan berobat jalan atau dirawat di rumah
sakit. Biasanya proses detoksifikasi dilakukan terus menerus selama satu sampai
tiga minggu, hingga hasil tes urin menjadi negatif dari zat adiktif.
9.%2%K. Rehabilitasi
Setelah menjalani detoksifikasi hingga tuntas (tes urin sudah negatif), tubuh
secara fisik memang tidak “ketagihan” lagi, namun secara psikis ada rasa rindu dan
kangen terhadap zat tersebut masih terus membuntuti alam pikiran dan perasaan
sang pecandu. Sehingga sangat rentan dan sangat besar kemungkinan kembali
mencandu dan terjerumus lagi.
Untuk itu setelah detoksifikasi perlu juga dilakukan proteksi lingkungan dan
pergaulan yang bebas dari lingkungan pecandu, misalnya dengan memasukkan
mantan pecandu ke pusat rehabilitasi.
L. Undang-Undang Narkotika (No. 22/1997)
1. Menanam atau memelihara tanaman penghasil narkoba : hukuman 10 tahun
+ denda max Rp. 500 juta/
2. Memproduksi narkotika : hukuman 7 tahun s.d pidana mati / seumur hidup +
denda Rp. 200 juta s.d 1 milyar.
3. Membawa atau mengirimkan narkotika : hukuman 7 tahun s.d 15 tahun +
denda Rp. 250 juta s.d 750 juta.
4. Mengedarkan narkotika : hukuman 5 tahun s.d 15 tahun + denda Rp. 250
juta s.d Rp 750 juta.
5. Menggunakan narkotika : hukuman 1 tahun s.d 4 tahun
M. Sumber Pertahanan Diri Pengguna Narkoba
1. Komunikasi yang efektif.
2. Sistem pendukung sosial yang kuat.
3. Alternatif kegiatan yang menyenangkan.
4. Teknik reduksi stres.
5. Ketrampilan kerja.
6. Motivasi untuk mengubah perilaku
4.1.3.3.2 Kesehatan Reproduksi Remaja
4.1.3.3.2.1 Rancangan Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja
di RW VI Kelurahan Bumiayu Malang
A. Latar Belakang
Remaja merupakan komponen masyarakat yang memiliki peranan yang
sangat penting. Baik tidaknya suatu masyarakat di masa depan sangat tergantung
dari kondisi remajanya saat ini. Meskipun memiliki potensi yang sangat besar,
namun usia remaja juga merupakan tahapan usia yang rentan terutama oleh
pengaruh buruk dari luar. Salah satu bentuk pengaruh sangat buruk yang ditakuti
selain narkoba adalah free sex akibat pergaulan bebas.
Free sex pada remaja diakibatkan karena kurangnya pengetahuan remaja
tentang kesehatan reproduksi, alat-alat reproduksi dan perubahan-perubahan yang
terjadi pada tumbuh kembang remaja. Remaja perlu mengetahui komponen tersebut
agar mereka mampu mengendalikan perilakunya. Remaja harus mengerti bahwa
begitu dia mendapatkan menstruasi atau mimpi basah maka secara fisik dia telah
siap dihamili atau menghamili. Bisa hamil atau tidaknya remaja putri bila melakukan
hubungan seksual tidak tergantung pada berapa kali dia melakukan hubungan
seksual tetapi tergantung pada kapan dia melakukan hubungan seksual (dikaitkan
dengan siklus kesuburan) dan apakah sistem reproduksinya berfungsi dengan baik
(tidak mandul). Banyak remaja yang tidak mengetahui akan hal ini, sehingga mereka
menyangka bahwa untuk hamil orang harus terlebih dahulu melakukan hubungan
seksual berkali-kali. Jadi, remaja sangat perlu mengetahui tentang kesehatan
reproduksi remaja agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi
serta berbagai faktor yang ada di sekitarnya. Dengan informasi yang benar,
diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab
mengenai proses reproduksi. Dari uraian diatas penyuluhan tentang “Kesehatan
Reproduksi Remaja” perlu diadakan untuk meningkatkan pengetahuan remaja.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan para peserta dapat mengerti
tentang kesehatan reproduksi remaja.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, para remaja dapat:
menjelaskan tentang pengertian reproduksi, kesehatan reproduksi, dan
kesehatan reproduksi remaja.
menjelaskan tentang perubahan yang dialami pada masa remaja
menyebutkan bagian–bagian alat reproduksi pada laki- laki dan perempuan
C. Pelaksanaan Kegiatan
Hari/Tanggal : Sabtu, 7 Oktober 2006
Waktu : 19.30 WIB
Sasaran : Seluruh remaja RW VI Kel. Bumiayu
Tempat : Rumah Ketua RW (Pak Soehermanto)
Penanggung Jawab : Ismatul Quddus dan Nia Agustiningsih
D. Susunan Kegiatan
1. Pembukaan acara dari Ketua RW, Sekretaris RW dan wakil dari pihak
pemuda
2. Pemilihan pengurus perkumpulan muda-mudi
3. Penyuluhan tentang narkoba
4. Penyuluhan tentang kesehatan reproduksi remaja
4.1.3.3.2.2 Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Tema : Kesehatan Reproduksi Remaja
Sasaran : Seluruh remaja RW VI Puri Cempaka Putih II Kel. Bumiayu
Tempat : Rumah Pak Soehermanto (Ketua RW VI) Puri Cempaka Putih II
Kel. Bumiayu
Hari/Tanggal : Sabtu/7 Oktober 2006
Waktu : 30 menit
Metode : Ceramah
Materi : Terlampir
I. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan para peserta dapat mengerti
tentang kesehatan reproduksi remaja.
II. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, para remaja dapat:
menjelaskan tentang pengertian reproduksi, kesehatan reproduksi, dan
kesehatan reproduksi remaja.
menjelaskan tentang perubahan yang dialami pada masa remaja
menyebutkan bagian–bagian alat reproduksi pada laki- laki dan perempuan
III. Media
Lembar balik (flipchart), Leaflet
IV. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu 10.%2% Kegiatan Penyuluh Kegiatan
Peserta
1 3 Menit Pembukaan
Membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
Memberikan pertanyaan tentang
kesehatan reproduksi (pre test)
Menjawab
salam,
memperhatikan,
mendengarkan,
menjawab
pertanyaan pre
test
2 17 Menit Pelaksanaan
Menjelaskan tentang pengertian
reproduksi dan kesehatan reproduksi
Menjelaskan tentang bagian – bagian
dari alat reproduksi laki – laki dan
perempuan
Menjelaskan pengertian kesehatan
reproduksi remaja dan perubahan –
Mendengarkan
dan
memperhatikan
perubahan yang terjadi pada masa
remaja
Memberikan kesempatan pada peserta
(para remaja) untuk bertanya
Bertanya
3 7 Menit Evaluasi
Menanyakan kepada peserta (remaja)
tentang materi yang diberikan
Memberikan reinforcement kepada
peserta (para remaja) atas jawaban yang
diberikan
Menjawab
pertanyaan (post
test)
4 3 Menit Terminasi
Mengucapkan terima kasih atas
perhatian dan peran serta
Mendengar dan
menjawab salam
V. Evaluasi
Evaluasi Proses
Mengetahui jalannya pelaksanaan acara, kelancaran acara maupun antusiasme
peserta penyuluhan.
Evaluasi Hasil
Mengetahui keberhasilan pencapaian target sesuai dengan yang ditetapkan:
1. Peserta dapat menjelaskan pengertian reproduksi, kesehatan reproduksi dan
kesehatan reproduksi remaja
2. Peserta dapat menyebutkan bagian – bagian alat reproduksi pada laki – laki
dan perempuan
3. Peserta dapat menjelaskan pengertian kesehatan reproduksi remaja
4. Peserta dapat menyebutkan perubahan – perubahan yang terjadi pada masa
remaja
4.1.3.3.2.3 Materi Penyuluhan Kesehatan Reproduksi
1. Definisi
Reproduksi Secara sederhana reproduksi berasal dari kata re = kembali dan
produksi = membuat atau menghasilkan, jadi reproduksi mempunyai arti
suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi
kelestarian hidup.
Kesehatan Reproduksi (Kespro) adalah Keadaan sejahtera fisik, mental dan
sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran &
sistem reproduksi.
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut
sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian
sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari
kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural.
2. Mengapa remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi?
Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang
benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya.
Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah
laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.
3. Perubahan yang terjadi saat Remaja
a) Perubahan fisik
Tubuh mengalami perubahan dari waktu ke waktu sejak lahir. Perubahan
yang cukup menyolok terjadi ketika remaja baik perempuan dan laki-laki
memasuki usia antara 9 sampai 15 tahun, pada saat itu mereka tidak hanya
tubuh menjadi lebih tinggi dan lebih besar saja, tetapi terjadi juga perubahan-
perubahan di dalam tubuh yang memungkinkan untuk bereproduksi atau
berketurunan.
Perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa atau sering dikenal
dengan istilah masa pubertas ditandai dengan datangnya menstruasi (pada
perempuan) atau mimpi basah (pada laki-laki). Datangnya menstruasi dan
mimpi basah pertama tidak sama pada setiap orang. Banyak faktor yang
menyebabkan perbedaan tersebut. Salah satunya adalah karena gizi. Saat
ini ada seorang anak perempuan yang mendapatkan menstrusi pertama
(menarche) di usia 8-9 tahun. Namun pada umumnya sekitar 12 tahun.
b) Perubahan emosinal
Remaja juga mengalami perubahan emosional yang kemudian tercermin
dalam sikap dan tingkah laku. Perkembangan kepribadian pada masa ini
dipengaruhi tidak saja oleh orangtua dan lingkungan keluarga, tetapi juga
lingkungan sekolah, ataupun teman-teman pergaulan di luar sekolah.
4. Mengapa remaja perlu mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi saat
remaja?
Remaja perlu mengetahui perubahan di atas agar mereka mampu
mengendalikan perilakunya. Remaja harus mengerti bahwa begitu dia
mendapatkan menstruasi atau mimpi basah maka secara fisik dia telah siap
dihamili atau menghamili. Bisa hamil atau tidaknya remaja putri bila melakukan
hubungan seksual tidak tergantung pada berapa kali dia melakukan hubungan
seksual tetapi tergantung pada kapan dia melakukan hubungan seksual
(dikaitkan dengan siklus kesuburan) dan apakah sistem reproduksinya berfungsi
dengan baik (tidak mandul). Banyak remaja yang tidak mengetahui akan hal ini,
sehingga mereka menyangka bahwa untuk hamil orang harus terlebih dahulu
melakukan hubungan seksual berkali-kali.
5. Apa yang perlu kita ketahui tentang alat reproduksi kita?
Alat Reproduksi Perempuan
Bagian luar:
a) Bibir luar/labia majora
b) Bibir dalam/labia minora
c) Kelentit (clitoris) yang sangat peka karena banyak saraf, ini merupakan
bagian yang paling sensitif dalam meneriman rangsangan seksual.
d) Lubang kemaluan (lubang vagina) terletak antara lubang kencing dan
anus (dubur)
e) Rambut kemaluan yang tumbuhnya saat perempuan memasuki usia
pubertas
Bagian dalam:
a) Vagina (liang kemaluan/liang senggama), bersifat elastis dan dapat
membesar serta memanjang sesuai kebutuhan fungsinya sebagai
organ baik saat berhubungan seks, jalan keluarnya bayi saat
melahirkan atau saluran keluarnya darah saat haid.
b) Mulut rahim (cervix), saat berhubungan seks, sperma yang dikeluarkan
penis laki-laki di dalam vagina akan masuk ke dalam mulut rahim
hingga bertemu sel telur perempuan.
c) Mulut rahim (cervix), adalah tempat rumbuhnya janin hingga dilahirkan.
Rahim dapat membesar dan mengecil sesuai kebutuhan (hamil dan
setelah melahirkan).
d) Dua buah saluran telur (tuba fallopi) yang terletak disebelah kanan dan
kiri rahim. Sel telur yang sudah matang atau yang sudah dibuahi akan
disalurkan ke dalam rahim melalu saluran ini.
e) Dua buah indung telur (ovarium) kanan dan kiri. Ketika seorang
perempuan lahir, ia sudah memiliki ovarium yang mempunyai sekitar
setengah juta ova (cikal bakal telur). Tiap ova punya kemungkinan
untuk bekembang menjadi telur matang. Dari sekian banyak ova, hanya
sekitar 400 saja yang berhasil berkembang menjadi telur semasa usia
produktif perempuan.
Alat Reproduksi Laki-Laki
1. Zakar atau penis.
Berbentuk buat memanjang dan memiliki ujung berbentuk seperti helm
disebut Glans. Ujung penis ini dipenuhi serabut saraf yang peka. Penis tidak
memiliki tulang, hanya daging yang dipenuhi dengan pembuluh darah. Penis
dapat menegang yang disebut ereksi. Ereksi terjadi karena rangsangan yang
membuat darah dalam jumlah besar mengalir dan memenuhi pembuluh
darah yang ada di dalam penis, dan membuat penis menjadi besar, tegang
dan keras.
2. Buah zakar atau testis.
Jumlahnya dua berbentuk bulat lonjong dan menggantung pada pangkal
penis. Testis inilah yang menghasilkan sel kelamin pria (sperma).
3. Saluran zakar atau uretra.
Berfungsi untuk mengeluarkan air mani dan air seni.
4. Kantong pelir atau skrotum
Merupakan lapisan kulit yang agak berkerut membentuk kantong yang
menggelantung di belakang penis. Skrotum gunanya untuk mengontrol suhu
dari testis, yaitu 6 derajat celcius lebih rendah dari suhu bagian tubuh lainnya
agar testis dapat berfungsi menghasilkan sperma.
5. Epididimis
Merupakan tempat pematangan sperma sesudah dibentuk dalam testis
6. Saluran sperma atau vas deferens.
7. Seminal Vesicle
Berguna untuk memproduksi semacam gula. Ini berguna sebagai sumber
kekuatan untuk sperma agar dapat bertahan hidup dan berenang mencari
telur di dalam alat reproduksi perempuan. Pada saat ejakulasi seminal
vesicle mengalirkan gula tersebut ke vas deferens.
8. Kelenjar prostat
Merupakan kelenjar yang menghasilkan cairan yang berisi zat makanan
untuk menghidupi sperma.
9. Bladder (kandung kencing)
Merupakan tempat terkumpulnya air seni yang nantinya disalurkan ke uretra
ketika buang air kecil.
4.1.3.3.2.4 Laporan Hasil Kegiatan Penyuluhan Narkoba Dan Kesehatan
Reproduksi
Penyuluhan tentang Narkoba dan Kesehatan Reproduksi Remaja dilakukan
pada tanggal 7 Oktober 2006 pada waktu yang sudah ditentukan. Penyelenggaraan
penyuluhan dilaksanakan di rumah ketua RW VI (Bapak Soehermanto). Peserta
penyuluhan terdiri remaja di kelurahan Bumiayu yang mengikuti kegiatan
pembentukan karang taruna. Sebagai pemateri dari penyuluhan ini adalah
mahasiswa PSIK FKUB dengan penanggung jawab kegiatan adalah Ismatul Quddus
dan Nia Agustiningsih
Hari/Tanggal : Sabtu / 7 Oktober 2006
Waktu : 20.00 – selesai
Tempat : Rumah Ketua RW VI (Pak Soehermanto) Puri Cempaka
Putih II Kel. Bumiayu
Topik : Narkoba dan Kesehatan Reproduksi Remaja
Penyuluh : Ismatul Quddus, Nia Agustiningsih
Peserta : Remaja yang mengikuti kegiatan pembentukan karang
taruna
Penanggung Jawab : Ismatul Quddus, Nia Agustiningsih
I. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
1. Tahap Perkenalan dan Penggalian Pengetahuan Peserta
Setelah memberi salam dan perkenalan, pemateri terlebih dahulu
menyampaikan maksud dan tujuan diberikan penyuluhan sebelum materi
disampaikan. Kemudian pemateri memberi pertanyaan pembuka untuk
mengetahui tingkat pengetahuan peserta (pretest) tentang materi yang akan
diberikan.
Pertanyaan yang diberikan, sebagai berikut:
1. Apa yang anda ketahui tentang pengertian narkoba?
2. Sebutkan jenis-jenis narkoba?
3. Sebutkan gejala-gejala pada orang yang memakai narkoba.
4. Apa yang anda ketahui tentang kesehatan reproduksi?
5. Apa saja perubahan-perubahan yang terjadi pada saat remaja?
2. Tahap Penyajian Materi
Penyajian materi sesuai dengan materi penyuluhan yang terlampir pada
SAP.
3. Evaluasi
Evaluasi Proses
Peserta yang hadir berjumlah 30 orang. Pelaksanaan penyuluhan
berjalan sesuai rencana dimana peserta antusias bertanya kepada pemateri
juga menjawab pertanyaan yang diajukan pemateri. Sebagian peserta juga
bertanya tentang seputar Narkoba dan Kesehatan Reproduksi di sela-sela
diskusi dan tanya jawab. Pertanyaan yang muncul antara lain:
1. Apakah gejala-gejala yang muncul pada pemakai narkoba?
2. Apakah pendidikan kesehatan reproduksi itu perlu diberikan pada
remaja?
3. Siapa saja yang perlu memberikan pendidikan kesehatan reproduksi?
4. Apa saja materi yang perlu disampaikan saat memberikan pendidikan
tentang kesehatan reproduksi pada remaja?
5. Apakah zat adiktif itu termasuk narkoba dan apa saja contohnya?
6. Apakah pada pemakai narkoba terjadi penurunan ukuran organ vital?
Evaluasi Hasil
Peserta diberikan beberapa pertanyaan yang isinya sama dengan saat
sebelum penyuluhan. Peserta yang hadir 80% mampu menjawab pertanyaan
dari mahasiswa tentang materi yang telah disampaikan. Sedangkan pada
saat pre-test peserta hanya mampu menjawab 45% dari pertanyaan yang
diajukan Hal ini membuktikan bahwa peserta memperhatikan materi yang
disampaikan dan terjadi peningkatan pengetahuan setelah diberikan
penyuluhan.
4.1.4 Kegiatan di Puskesmas
4.1.4.1 Persiapan Kegiatan
Sebelum memulai kegiatan di puskesmas, kegiatan yang dilakukan adalah:
1. Menemui pembimbing lahan dan kepala Puskesmas Arjowinangun untuk
mendapatkan pengarahan dan menentukan lokasi praktik di masyarakat.
2. Mengatur pembagian shift jaga di Puskesmas Arjowinangun
4.1.4.2 Pelaksanaan Kegiatan
1. Mahasiswa yang bertugas di Puskesmas datang pada pukul 07.30 WIB dan
mengikuti kegiatan yang ada di puskesmas. Kegiatan tersebut antara lain:
Mengikuti kegiatan pendaftaran di loket
Mengikuti kegiatan di Poli Umum
Mengikuti kegiatan di BKIA
Mengikuti kegiatan di Apotek
Mengikuti kegiatan posyandu sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan.
Membantu kegiatan yang bersifat administratif
2. Setelah kegiatan di Puskesmas selesai, mahasiswa meninggalkan
Puskesmas pada pukul 12.30 WIB
BAB V
PEMBAHASAN
Salah satu kegiatan pokok dari keperawatan komunitas adalah
melaksanakan asuhan kesehatan komunitas, melalui pengenalan masalah
kesehatan masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan dan penilaian
kesehatan menggunakan proses keperawatan sebagai suatu pendekatan ilmiah
keperawatan. Pengenalan masalah merupakan salah satu tahap yang penting dalam
keperawatan komunitas. Dengan ditemukannya masalah kesehatan yang ada
melalui pengkajian yang komprehensif, diharapkan upaya-upaya yang dilakukan
untuk memecahkan masalah kesehatan tersebut dapat dilakukan dengan
pendekatan pemecahan masalah (problem solving approach), yang dituangkan
dalam proses keperawatan dengan memanfaatkan pendekatan epidemiologi yang
dikaitkan dengan upaya kesehatan dasar (PHC).
Setelah dilakukan pengenalan masalah kesehatan melalui pengkajian,
bersama-sama dengan warga masyarakat RW V di temukan masalah-masalah
kesehatan di wilayah RW V adalah:
5.1 Masalah kesehatan lingkungan.
Masalah ini berkaitan dengan kebersihan bak mandi/bak air, saluran
pembuangan limbah/selokan dan pemeliharaan unggas peliharaan mendapat
prioritas utama sebagai masalah yang harus segera diatasi. Hal ini ditunjukkan
dengan data hasil pengkajian dari 88 sampel keluarga menunjukkan bahwa:
Sebanyak 10 % warga membersihkan bak mandi > 2 minggu, 27 %
membersihkan bak mandi selama seminggu sekali
Sebanyak 15% warga menggunakan SPAL terbuka untuk
pembuangan air kotor dan 37 % dibuang diselokan.
Sebanyak 29,24% warga memiliki unggas dengan 19,23 %nya
mempunyai kandang bersatu dengan rumah.
Masalah kesehatan lingkungan merupakan prioritas masalah karena
dirasakan warga sebagai gangguan lingkungan sekitar dan mengancam kesehatan.
Untuk menanggulangi masalah ini, maka bersama warga masyarakat
diputuskan untuk dilakukan penyuluhan atau pendidikan kesehatan masyarakat
dalam rangka mengubah perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
pendidikan kesehatan merupakan kegiatan utama perawatan kesehatan guna
merubah perilaku dan kebiasaan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke
arah yang menguntungkan kesehatan. Adapun penyuluhan yang akan diberikan
adalah tentang DHF dan Flu Burung. Rencananya, penyuluhan dilakukan pada saat
rapat RT. Akan tetapi selama bulan Ramadhan rapat RT ditiadakan, maka
penyuluhan diberikan pada pertemuan ibu-ibu PKK atau Dasawisma di tiap-tiap RT.
Penyuluhan pemeliharaan kesehatan lingkungan merupakan salah satu
bentuk upaya promotif dalam ruang lingkup perawatan komunitas. Upaya ini harus
dilakukan bersama-sama dengan masyarakat agar dicapai suatu hasil yang optimal.
Namun dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa hambatan antara lain: Masalah
kesehatan lingkungan tidak dirasakan sebagai masalah bersama oleh seluruh warga
di RW VI. Hal ini ditunjukkan dengan adanya salah satu RT yang menolak ketika
akan diberi penyuluhan tentang DHF dan Flu Burung.
Intervensi untuk masalah kesehatan kesehatan lingkungan yaitu dengan
melakukan penyuluhan. Penyuluhan yang dilakukan adalah masalah DHF dan Flu
Burung. Penyuluhan tersebut dilakukan di RT 02, 03, 04, 05, sedangkan untuk RT
01 dan 06 tidak dilakukan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan.
Pada saat pelaksanaan kegiatan penyuluhan, tidak sedikit kendala yang
dihadapi mahasiswa. Kendala-kendala yang dihadapi antara lain:
Untuk RT 01, dengan keadaan lingkungan yang bersih dan sedikit yang
mempunyai unggas maka tidak dilakukan penyuluhan tentang DHF dan
Flu burung karena tidak sesuai dengan sasaran yang diharapkan. Tetapi
meskipun tidak dilakukan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan
tetap dilakukan penyuluhan dengan tema yang berbeda yaitu tentang
Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari). Pertimbangan dilakukan
penyuluhan dengan tema itu karena warga RT 01 banyak ibu-ibu muda
sehingga pengetahuan itu sangat diperlukan. Setelah penyuluhan selesai
kemudian dilakukan pembagian leaflet tentang Sadari.
Sedangkan untuk RT 06 juga tidak dilakukan penyuluhan karena tidak
adanya kesempatan yang diberikan kepada mahasiswa untuk masuk
dalam acara mereka karena banyaknya agenda yang harus dibahas
dalam pertemuan mereka tersebut. Oleh karena itu alternatif dari
mahasiswa adalah dengan hanya memberikan leaflet tentang kesehatan
lingkungan (DHF dan Flu burung).
Setelah diberi penyuluhan, dilakukan evaluasi untuk mengetahui adakah
peningkatan pengetahuan dari peserta mengenai masalah DHF dan Flu Burung.
Dari hasil evaluasi didapatkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan yang
ditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai pada posttest dibandingkan dengan
nilai pretest. Disamping itu, Lebih dari 60 % dari peserta yang hadir dengan aktif
melontarkan pertanyaan kepada mahasiswa tentang materi yang disampaikan. Hal
ini membuktikan bahwa rasa kepedulian peserta terhadap kesehatan lingkungan dan
antusiasme untuk mencari tahu tentang informasi kesehatan terbaru sebagai
langkah awal untuk mencegah terjadinya penyakit.
5.2 Masalah KIA
Salah satu sasaran dari perawatan komunitas adalah kelompok khusus.
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis
kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan
terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya adalah ibu hamil, bayi baru
lahir, balita. Ciri masyarakat sehat salah satunya adalah mampu mengatasi masalah
kesehatan sederhana melalui upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan terutama untuk ibu dan anak
Masalah pada kelompok khusus ini adalah kurangnya kesadaran ibu-ibu
yang memiliki balita di lingkungan RW VI untuk datang ke posyandu secara rutin dan
pemberian ASI secara eksklusif.
Data hasil pengkajian dari 88 sampel keluarga menunjukkan bahwa 47 %
memiliki balita dan 58 %nya tidak mengikuti penimbangan balita di Posyandu,
sedangkan 29 %nya tidak memberikan ASI secara eksklusif. Hal ini dirasakan
sebagai masalah yang perlu mendapat perhatian sebab kurangnya partisipasi ibu-
ibu dalam penimbangan dan pemberian ASI eksklusif akan menyebabkan gangguan
kesehatan serta tumbuh kembang balita tidak dapat dipantau dengan baik.
Intervensi untuk masalah KIA sudah terlaksana semua sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan. Penyuluhan tentang ASI eksklusif dan pelatihan
kader sudah dilakukan, dan kegiatan itu berjalan lancar. Kendala yang dihadapi saat
melakukan intervensi adalah:
Kendala dalam melakukan penyuluh ASI eksklusif adalah penyuluhan
dilakukan beberapa kali dalam sehari karena mahasiswa tidak dapat
mengontrol kedatangan peserta. Meskipun begitu mahasiswa dan
peserta tetap semangat dalam penyuluhan. Setelah penyuluhan selesai
kemudian dibagikan leaflet tentang materi yang disuluhkan biar dapat
dipelajari di rumah.
Pelatihan Kader Posyandu dilakukan dengan lancar hanya saja jumlah
peserta yang datang hanya sebagian, tidak sesuai dengan undangan
yang disebarkan. Dari 12 undangan yang disebar, hanya 7 orang saja
yang datang. Meskipun demikian, antusias peserta tetap tinggi dengan
acara yang dibuat mahasiswa ini. Selain itu waktu untuk pelaksanaan
juga terlambat dari jadwal. Rencana acara dimulai pukul 15.00 WIB, tapi
pelaksanaan baru dapat dimulai pukul 16.00 WIB. Saat pelatihan
dibagikan juga buku panduan kader yang dibuat oleh mahasiswa,
sehingga kader dapat mempelajarinya di rumah.
5.3 Masalah Remaja terkait dengan Narkoba.
Remaja merupakan salah satu sasaran dari perawatan komunitas karena
remaja termasuk dalam kelompok khusus yaitu kelompok yang rentan dan memiliki
resiko terjangkit penyakit reproduksi dan penyalahgunaan obat/narkoba.
Dari data pengkajian yang telah dilakukan, didapatkan 10% remaja dari total
penduduk RW VI dengan 10 %nya memiliki riwayat pengguna Narkoba. Hal ini
dirasakan warga sebagai ancaman bagi kesehatan remaja sebagai penerus bangsa
yang idealnya sehat secara jasmani dan rohani dan bebas dari penyalahgunaan
narkotika dan obat-obat berbahaya lainnya.
Intervensi untuk masalah pada remaja sudah berjalan dengan lancar.
Peserta banyak yang datang dan acara dimulai pukul 21.30 WIB. Karena acara
penyuluhan ini ikut dalam acara rapat pembentukan karang taruna di RW VI maka
penyuluhan baru dapat dimulai setelah rapat pembentukan karang taruna selesai.
Remaja di RW VI sangat antusias dengan penyuluhan ini karena peserta laki-laki
dan perempuan digabung maka banyak peserta perempuan yang malu untuk
bertanya tentang masalah kesehatan reproduksi. Alternatif yang digunakan
mahasiswa adalah dengan mendekati peserta perempuan untuk mengetahui
pertanyaan yang ingin dilontarkan. Leaflet tentang narkoba dan kesehatan
reproduksi juga dibagikan kepada peserta untuk dibaca di rumah.
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, didapatkan bahwa terjadi peningkatan
pengetahuan remaja tentang narkoba dan kesehatan reproduksi. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya peningkatan pengetahuan pada postes dibandingkan dengan
pretest. Dengan adanya peningkatan pengetahuan ini, diharapkan remaja di RW VI
akan mampu menghindarkan diri dari penyalahgunaan narkoba dan menjadi remaja
yang bertanggung jawab dengan masalah kesehatan reproduksinya.
5. 4 Keterbatasan – Keterbatasan Dalam Pelaksanaan Kegiatan
Dalam praktik profesi keperawatana ini, terdapat beberapa
hambatan/katerbatasan dalam pelaksanaan kegiatan sehingga kegiatan yang
dilaksanakan kurang maksimal. Beberapa hambatan/keterbatasan dalam
pelaksanaan kegiatan adalah:
1. Pengkajian atau pendataan dengan metode Cluster Random Sampling
Pengkajian tidak bisa dilaksanakan pada semua warga (dengan teknik Total
Sampling) karena dari 240 KK yang ada, yang aktif hanya 75 %. Selain itu
banyak warga yang bekerja sebagai pekerja swasta sehingga sulit untuk
menemui warga dan pengkajian hanya bisa dilakukan pada sore atau malam
hari setelah warga pulang dari kerja.
2. Pelaksanaan kegiatan/implementasi
Karena pelaksaanaan kegiatan bertepatan dengan bulan Ramadhan maka sulit
sekali untuk mengundang warga. Agar kegiatan dapat berjalan lancar maka
kelompok kami memberikan penyuluhan lewat kegiatan yang dilakukan warga
seperti acara PKK, Dasawisma, dan pengajian.