laporan askep

195
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh hasil kerja keras sektor kesehatan, tetapi sangat dipengaruhi oleh hasil kerja keras serta konstribusi positif pelbagai sektor pembangunan lainnya. Untuk optimalisasi hasil serta kontribusi positif tersebut, harus dapat diupayakan masuknya wawasan kesehatan sebagai asas pokok program pembangunan nasional. Dengan perkataan lain untuk dapat terwujudnya INDONESIA SEHAT 2010, para penanggungjawab program pembangunan harus memasukkan pertimbangan-pertimbangan kesehatan dalam semua kebijakan pembangunannya. Program pembangunan yang tidak berkontribusi positif terhadap kesehatan, apalagi yang berdampak negatif terhadap kesehatan, seyogyanya tidak diselenggarakan. Untuk dapat terlaksananya pembangunan nasional yang berkontribusi positif terhadap kesehatan seperti dimaksud diatas, maka seluruh elemen dari Sistem Kesehatan Nasional harus berperan sebagai penggerak utama pembangunan nasional berwawasan kesehatan. Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan oleh pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang akan dapat dicapai. Perilaku yang sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat

Transcript of laporan askep

Page 1: laporan askep

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh hasil

kerja keras sektor kesehatan, tetapi sangat dipengaruhi oleh hasil kerja keras serta

konstribusi positif pelbagai sektor pembangunan lainnya. Untuk optimalisasi hasil

serta kontribusi positif tersebut, harus dapat diupayakan masuknya wawasan

kesehatan sebagai asas pokok program pembangunan nasional. Dengan perkataan lain

untuk dapat terwujudnya INDONESIA SEHAT 2010, para penanggungjawab

program pembangunan harus memasukkan pertimbangan-pertimbangan kesehatan

dalam semua kebijakan pembangunannya. Program pembangunan yang tidak

berkontribusi positif terhadap kesehatan, apalagi yang berdampak negatif terhadap

kesehatan, seyogyanya tidak diselenggarakan. Untuk dapat terlaksananya

pembangunan nasional yang berkontribusi positif terhadap kesehatan seperti

dimaksud diatas, maka seluruh elemen dari Sistem Kesehatan Nasional harus

berperan sebagai penggerak utama pembangunan nasional berwawasan kesehatan.

Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat,

pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan oleh pemerintah, tanpa

kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka,

hanya sedikit yang akan dapat dicapai. Perilaku yang sehat dan kemampuan

masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu

sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu, salah satu

upaya kesehatan pokok atau misi sektor kesehatan adalah mendorong kemandirian

masyarakat untuk hidup sehat.

Untuk mencapai upaya tersebut Departemen Kesehatan RI menetapkan visi

pembangunan kesehatan yaitu “Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat”. Strategi

yang dikembangkan adalah menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk

hidup sehat, berupa memfasilitasi percepatan dan pencapaian derajat kesehatan

setinggi-tingginya bagi seluruh penduduk dengan mengembangkan kesiap-siagaan di

tingkat desa yang disebut dengan Desa Siaga.

Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya

dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah

kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan secara mandiri. Pada intinya, desa siaga

adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat. Untuk

dapat danmampu hidup sehat, masyarakat perlu mengetahui masalah-masalah dan

Page 2: laporan askep

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatannya, bak sebagai individu,

keluarga, ataupun sebagai bagian dari anggota masyarakat.

Beberapa determinan yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat adalah

keturunan (heredity), keadaan gizi, gaya hidup, akses pelayanan kesehatan dan

lingkungan fisik dan nonfisik. Heredity memegang peran dalam penentuan sifat dan

karakteristik fisiologis seorang individu, seperti postur tubuh, warna kulit dan

golongan darah. Lingkungan fisik meliputi lingkungan yang ada di sekitar manusia,

seperti udara yang kita hirup, darat dan laut sebagai sumber kehidupan, termasuk

rumah dan fasilitasnya serta ketersediaan pelayanan umum (air bersih, listrik dan

jalan raya). Sedangkan faktor budaya akan mempengaruhi sikap masyarakat terhadap

hidup sehat dan kesehatan secara keseluruhan.

Seiring dengan program Desa Siaga yang dicanangkan oleh Departemen

Kesehatan RI, pendidikan dan profesi keperawatan telah menerapkan standar

perawatan komunitas yang mencakup berbagai unsur dan komponen seperti yang ada

pada konsep Desa Siaga. Perawatan kesehatan masyarakat diterapkan untuk

meningkatkan dan memelihara kesehatan populasi dimana prakteknya tersebut

bersifat umum dan komprehensif yang ditujukan pada individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat yang memiliki kontribusi bagi kesehatan, pendidikan kesehatan dan

manajemen serta koordinasi dan kontinuitas pelayanan holistik. Masalah kesehatan

masyarakat dapat bermula dari perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

diantaranya berkaitan dengan masalah kesehatan lingkungan, kesehatan ibu anak,

kesehatan remaja serta kesehatan lanjut usia (lansia),maupun pemanfaatan fasilitas

pelayanan kesehatan yang masih sangat rendah seperti pemeriksaan kesehatan,

kehamilan, imunisasi, posyandu dan lain sebagainya.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka Mahasiswa Program Studi

Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang Tahun

Akademik 2007/2008 melaksanakan pengambilan data Keperawatan Komunitas di

Wilayah RW 06 Desa Gunungrejo Kecamatan Singosari dengan menggunakan dua

pendekatan yaitu pendekatan keluarga dan pendekatan masyarakat, dalam rangka

melakukan pembinan, mengatasi masalah kesehatan serta meningkatkan derajat

kesehatan yang optimal secara mandiri, dimana dalam pelaksanaan praktek asuhan

keperawatan komunitas menggunakan pendekatan proses keperawatan komunitas

yang diawali dari pengkajian dengan cara mengumpulkan data, analisa, menentukan

diagnosa atau permasalahan dan menyusun rencana sesuai peramasalahan yang

ditemukan, kemudian pelaksanaan dan yang terakhir adalah melakukan evaluasi

terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan.

Page 3: laporan askep

1.2 Tujuan

1.2.1 Umum

Setelah melakukan praktek asuhan keperawatan komunitas, mahasiswa akan

dapat meningkatkan kemampuan komunitas dalam mengenali masalah kesehatan,

mengorganisasikan potensi dan sumber daya yang dimiliki untuk mengatasi masalah

kesehatan yang dihadapinya.

1.2.2 Khusus

Setelah melakukan praktek asuhan keperawatan komunitas di Wilayah RW 06

Desa Gunungrejo Kecamatan Singosari, mahasiswa mampu;

a. Membina hubungan baik dengan komunitas dan keluarga yang dibina dengan

mengenal wilayah, tokoh-tokoh masyarakat serta masalah kesehatan yang sedang

dihadapi.

b. Bekerjasama dengan komunitas dan keluarga dalam melaksanakan pendataan

kesehatan.

c. Menganalisa data dengan menggunakan pendekatan biostatistik, demografi dan

epidemiologi guna mengidentifikasikan diagnosa keperawatan komunitas serta

faktor penyebab timbulnya masalah.

d. Memfasilitasi komunitas dan keluarga dalam memusyawarahkan masalah-

masalah yang ditemukan dan menyadarkan adanya masalah kesehatan yang

sedang/akan dihadapinya.

e. Mengorganisasikan potensi yang ada di komunitas untuk merencanakan dan

melaksanakan tindakan pemecahan masalah.

f. Meningkatkan tenaga-tenaga potensial di komunitas (kader) dengan melatihnya

dalam program kerja untuk mengatasi masalah.

g. Bekerjasama dengan tokoh-tokoh di komunitas, sektor yang terkait dalam

memberikan dukungan bagi pemecahan masalah yang sedang dan akan dihadapi.

h. Mengevaluasi setiap kegiatan dan pencapaian tujuan asuhan keperawatan

masyarakat.

i. Mendokumentasikan asuhan keperawatan masyarakat dengan benar dan tepat.

1.3 Manfaat

1.3.1 Masyarakat

Diharapkan dapat membantu masyarakat guna mengerti gambaran status

kesehatannya dan menyadari permasalahan kesehatan yang ada serta mau

menyelesaikan permasalahan tersebut.

1.3.2 Mahasiswa

Page 4: laporan askep

Menimba pengalaman belajar mahasiswa untuk peka dalam mengenali masalah

kesehatan dalam masyarakat serta menentukan langkah penyelesaiannya dengan

mengaplikasikan ilmu yang didapatkan pada masyarakat khusus tentang kesehatan.

1.3.3 Puskesmas

Diharapkan dapat memberikan sumbangan/masukan berupa informasi tentang

kondisi kesehatan masyarakat yang termasuk dalam wilayah kerja puskesmas guna

membantu program kesehatan pada masyarakat.

1.4 Sistematika Penulisan

BAB I : Mennguraikan Pendahuluan yang meliputi; latar belakang, tujuan

umum dan khusus, manfaat serta sistematika penulisan.

BAB II : Berisi tentang Tinjauan Teori Asuhan Keperawatan Komunitas.

BAB III : Menguraikan tentang Metode Pelaksanaan Asuhan Keperawatan

Komunitas.

BAB IV : Hasil Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Komunitas.

BAB V : Pembahasan Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Komunitas.

BAB VI : Kesimpulan dan Saran.

BAB 2

Page 5: laporan askep

1.%2% TINJAUAN TEORI

2.1 Asuhan Keperawatan Komunitas

2.1.1 Pengertian

Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan

profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok

resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui

pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan

pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam

perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan. (Pradley, 1985; Logan

dan Dawkin, 1987).

Keperawatan kesehatan masyarakat adalah suatu bidang keperawatan yang

merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan

dukungan peran serta masyarakat secara aktif dan mengutamakan pelayanan promotif

dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan

rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan yang utuh, melalui proses keperawatan

untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mandiri

dalam upaya kesehatan. (Ruth B. Freeman .1961)

Asuhan keperawatan komunitas pada hakekatnya adalah proses keperawatan

yang diterapkan pada klien komunitas, yang langkah-langkahnya meliputi

pengkajian, analisa data komnuitas, diagnosa keperawatan komunitas, rencana asuhan

keperawatan komunitas, implementasi asuhan keperawatan komunitas dan evaluasi

asuhan keperawatan komunitas, dimana proses ini bervariasi dalam setiap situasi dan

memliki elemen-elemen penting yaitu kesungguhan (deliberative), kesesuaian

(adaptable), siklus (cyclic), berfokus pada klien (client focused), interaktif

(interactive) dan berorientasi pada kebutuhan komunitas (need-oriented).

2.1.2 Asumsi Dan Kepercayaan Terhadap Perawatan Kesehatan Komunitas

Menurut ANA (American Nurses Association)

a. Asumsi

1) Sistem pemeliharaan yang kompleks.

2) Komponen sistem pemeliharaan kesehatan primer, sekunder dan tersier.

3) Perawatan subsistem pemeliharaan kesehatan dan produk pendidikan dasar

praktek penelitian.

4) Pemeliharaan kesehatan primer lebih menonjol dari sekunder dan tersier.

5) Perawatan kesehatan menyangkut setting pemeliharaan kesehatan primer.

Page 6: laporan askep

b. Kepercayaan

1) Pemeliharaan kesehatan harus memadai dan diterima semua orang.

2) Orang yang menerima asuhan harus dilibatkan.

3) Perawat sebagai pemberi dan klien sebagai konsumen pelayanan kesehatan.

4) Lingkungan berdampak terhadap kesehatan populasi dan individu.

5) Pencegahan penyakit bagian esensial dari peningkatan kesehatan.

6) Kesehatan sebagai proses menyangkut kehidupan dalam jangka waktu yang

lama.

7) Klien hanya anggota tetap dari tim pemeliharaan kesehatan.

8) Individu dalam sistem kesehatan masyarakat bertanggung jawab secara

mandiri dan aktif berpartisipasi dalam pemeliharaan kesehatan.

2.1.3 Falsafah Keperawatan Komunitas

Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut, maka

dapat dikembangkan falsafah keperawatan komunitas sebagai landasan praktik

keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan

komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh

lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan komunitas dan

membrikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.

Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma

keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan

dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur dan

manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

b. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan kemanusiaan

untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia

yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat pada umumnya.

c. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat diterima

oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya kesehatan.

d. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan upaya

kuratif dan rehabilitatif.

e. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung secara

berkesinambungan.

f. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai consumer

pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan yang saling

mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan

kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan masyarakat.

Page 7: laporan askep

g. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan secara

berkesinambungan dan terus-menerus.

h. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya, ia

harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan berpartisipasi aktif dalam

pelayanan kesehatan mereka sendiri.

Gambar 2.1 : Paradigma / Falsafah Keperawatan Komunitas

Berdasarkan gambar di atas, dapat dijabarkan masing-masing unsur sbg

berikut :

Manusia.

Komunitas sebagai klien berarti B sekumpulan individu / klien yang berada pada

lokasi atau B batas geografi tertentu yang memiliki niliai-nilai, keyakinan dan

minat yang relatif sama serta adanya interaksi satu sama lain untuk mencapai

Tujuan.

Komunitas merupakan sumber dan lingkungan bagi keluarga, komunitas,

Komunitas sebagaiklien yang dimaksud termasuk kelompok resiko tinggi antara

lain: daerah terpencil, daerah rawan, daerah kumuh.

Kesehatan.

Komunitas Dengan Keluarga Sebagai Unit Pelayanan Dasar.

KEPERAWATAN3 Tingkatan Pencegahan.

MANUSIA

KESEHATAN (SEHAT-SAKIT)

LINGKUNGAN (Physic, Biologic,

Psychologist, Social, Cultural, Dan Spiritual.

Page 8: laporan askep

Sehat adalah suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan

dasar klien / komunitas. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai

dampak dari keberhasilan mengatasi stressor.

Lingkungan.

Semua factor internal dan eksternal atau pengaruh disekitar klien yang bersifat

biologis, psikologis, social, cultural dan spiritual.

Keperawatan.

Intervensi / tindakan yang bertujuan untuk menekan stressor, melalui

pencegahan primer, sekunder dan tersier.

Berdasarkan falsafah di atas maka dikembangkan : tujuan, sasaran dan strategi

intervensi keperawatan komunitas.

2.2 Tujuan Keperawatan Kesehatan Komunitas

2.2.1 Tujuan Umum

Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai

derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai

dengan kapasitas yang mereka miliki.

2.2.2 Tujuan Khusus

Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga, kelompok

khusus dan masyarakat dalam hal:

a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi.

b. Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah.

c. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan/

keperawatan.

d. Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka hadapi.

e. Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan/

keperawatan.

f. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan

kesehatan/keperawatan.

g. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri

(self care).

h. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan.

i. Menunjang fungsi puskesmas dalam menurunkan angka kematian bayi,

ibu dan balita serta diterimanya norma keluarga kecil bahagia dan

sejahtera.

Page 9: laporan askep

j. Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan terhadap

masalah kesehatan.

2.3 Sasaran

Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah

kesehatan/perawatan.

2.3.1 Individu

Individu adalah bagian dati anggota keluarga. Apabila individu tersebut

mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan merawat diri

sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga

lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial.

2.3.2 Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga,

anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga

karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya saling

tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga

mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap

anggota keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang aada di sekitarnya.

2.3.3 Kelompok Khusus

Kelompok hkusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis

kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan

terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya adalah:

a. Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan dan

pertumbuhannya, seperti;

1) Ibu hamil

2) Bayi baru lahir

3) Balita

4) Anak usia sekolah

5) Usia lanjut

b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan

bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:

1) Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS, penyakit kelamin

lainnya.

Page 10: laporan askep

2) Penderita dengan penynakit tak menular, seperti: penyakit diabetes mellitus,

jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain sebagainya.

c. Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:

1) Wanita tuna susila

2) Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba

3) Kelompok-kelompok pekerja tertentu, dan lain-lain.

d. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:

1) Panti wredha

2) Panti asuhan

3) Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)

4) Penitipan balita

2.3.4 Masyarakat

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama cukup

lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka

sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas.

Masyarakat merupakan kelompok individu yang saling berinteraksi, saling tergantung

dan bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalan berinteraksi sesama anggota

masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik permasalahan sosial,

kebudayaan, perekonomian, politik maupun kesehatan khususnya.

2.4 Strategi

Strategi intervensi keperawatan komunitas meliputi :

1. Proses kelompok.

2. Pendidikan kesehatan.

3. Kerja sama (partnership).

2.5 Ruang Lingkup Perawatan Komunitas

Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-upaya

peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan

dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan

serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke

lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi).

Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan

adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif,

rehabilitatif dan resosialitatif.

2.5.1 Upaya Promotif

Page 11: laporan askep

Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:

a. Penyuluhan kesehatan masyarakat

b. Peningkatan gizi

c. Pemeliharaan kesehatan perseorangan

d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan

e. Olahraga secara teratur

f. Rekreasi

g. Pendidikan seks.

2.5.2 Upaya Preventif

Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan

terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:

a. Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil

b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas maupun

kunjungan rumah

c. Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas ataupun di

rumah.

d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.

2.5.3 Upaya Kuratif

Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga,

kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan, melalui

kegiatan:

a. Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)

b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan rumah

sakit

c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas

d. Perawatan payudara

e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir.

2.5.4 Upaya Rehabilitatif

Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita

yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang

menderita penyakit yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya.,

dilakukan melalui kegiatan:

a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta, patah

tulang maupun kelainan bawaan

Page 12: laporan askep

b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu, misalnya

TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin

dilakukan oleh perawat.

2.5.5 Upaya Resosialitatif

Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan kelompok

khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-kelompok yang

diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS,

atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila (WTS), tuna

wisma dan lain-lain. Di samping itu, upaya resosialisasi meyakinkan masyarakat

untuk dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai masalah kesehatan

tersebut dan menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini

tentunya membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan-batasan yang jelas

dan dapat dimengerti.

2.6 Kegiatan Praktek Keperawatan Komunitas

Kegiatan praktek keperawatan komunitas yang dilakukan perawat mempunyai lahan

yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan, wilayah kerja

perawat tetapi secara umum kegiatan praktek keperawatan komunitas adalah sebagai

berikut:

2.6.1 Tahap Persiapan:

a. Pembekalan dari departemen komunitas dan dinas kesehatan tentang

program praktek.

b. Penjajakan ke daerah, meliputi wilayah, sistem dalam komunitas, masalah

dan kesehatan utama.

c. Penyusunan instrumen data.

d. Uji coba instrumen pengumpulan data.

e. Pertemuan awal dengan komunitas dan keluarga untuk perkenalan,

penjelasan program praktek dan mengadakan kontrak dengan komunitas.

f. Melaksanakan pendataan dengan melibatkan tokoh-tokoh dan kader

kesehatan setempat.

g. Melakukan tabulasi data, menganalisa data dengan pendekatan demografi,

epidemiologi dan statistik serta membuat visualisasi/penyajian data.

h. Mengidentifikasi pra musyawarah komunitas: menyusun kepanitiaan,

menyiapkan dan melatih masyarakat yang akan terlibat dalam musyawarah

dan menyebarkan undangan.

i. Melaksanakan musyawarah komunitas tingkat RW:

Page 13: laporan askep

1) Penyajian data hasil pengkajian kesehatan masyarakat

2) Diskusi kelompok untuk menetapkan hasil masalah, prioritas masalah,

garis besar rencana kegiatan

3) Membentuk kelompok kerja kesehatan sesuai dengan masalah yang telah

ditetapkan.

4) Tanggapan-tanggapan dari tokoh-tokoh masyarakat dan petugas

kesehatan dari instansi terkait.

2.6.2 Tahap Pelaksanaan:

a. Menyusun kembali rencana kerja hasil musyawarah bersama dengan

kelompok kerja kesehatan.

b. Melaksanakan kegiatan di komunitas bersama-sama dengan kelompok kerja

kesehatan:

1) Pelatihan kader kesehatan

2) Penyuluhan kesehatan

3) Simulasi/demonstrasi

4) Pembuatan model/percontohan

5) Kunjungan rumah (home health care)

6) Kerja bakti, daan lain-lain.

c. Berkoordinasi dengan puskesmas dan instansi terkait dalam pelaksanaan

kegiatan.

2.6.3 Tahap Evaluasi:

a. Mengevaluasi setiap kegiatan yang dilakukan di komunitas dalam hal

kesesuaian, kefektifan dan keberhasilan kegiatan serta aktivitas dari

komunitas.

b. Mengevaluasi seluruh kegiatan di komunitas dalam hal pencapaian tujuan,

keberhasilan pemecahan masalah dan kemampuan komunitas dalam

pemecahan masalah.

2.7 Tahap Asuhan Keperawatan Komunitas

2.7.1 Mengunakan pendekatan proses keperawatan, dengan langkah-langkah :

a.Pengkajian

b. Diagnosa Keperawatan

c.Perencanaan

d. Pelaksanaan

e.Evaluasi.

Page 14: laporan askep

Gambar 2.2 : Tahapan Dalam Asuhan Keperawatan Komunitas

2.7.2 Mengunakan Pendekatan Pengorganisasian Masyarakat

a. Tujuan pengorganisasian Komunitas :

Diharapkan mampu berproses dalam mengidentifikasikan kebutuhannya,

mengembangkan keyakinan untuk memenuhi kebutuhan dengan menggunakan

potensi dan sumber daya yang ada di dalam komunitas dan di luar komunitas.

Pendekatan yang digunakan menggunakan prinsip, landasan dan langkah dasar

seperti tertera pada gambar 2.3

b. Langkah-langkah pengorganisasian Masyarakat :

1) Persiapan :

a) Pengenalan komunitas

Pendekatan Jalur Formal

Dilakukan terhadap instansi birokrasi yang bertanggung jawab pada

wilayah komunitas dengan cara ;

1. Pengajuan proposal dan perijinan

2. Penjelasan tujuan dan program

à hasil : surat ijin/persetujuan

Pendekatan Jalur Informal

Dilakukan setelah adanya ijin/persetujuan dari institusi dari birokrasi

dengan melakukan pendekatan kepada :

1. Tokoh-tokoh masyarakat

2. Ketua RW, RT

3. Kader kesehatan

à Dengan menjelaskan tujuan, program kegiatan, meminta dukungan

dan partisipasi serta kontrak kerjasama.

Page 15: laporan askep

Gambar 2.3 : Prinsip Pendekatan dalam Asuhan Keperawatan Komunitas

b) Pengenalan Masalah

Tujuan : untuk mengetahui masalah kesehatan secara menyeluruh yang

benar-benar menjadi kebutuhan komunitas saai ini.

Tahap pengenalan masalah :

Membuat instrumen pengkajian/pengumpulan data

1. Diawali dengan survey awal pada komunitas yang menjadi sasaran,

meliputi :

oSurvey wilayah

oSurvey populasi

oSurvey masalah utama dan faktor penyebab

oSurvey kebijakan program dan frasilitas layanan kesehatan.

oSurvey potensi-potensi, sumber pendukung di komunitas.

2. Membuat instrument pengumpulan data.

Tabulasi Data:

1. Membuat table tabulasi data

2. Menghitung frekuensi distribusi

3. Membuat table, diagram, grafik frekuensi distribusi

Analisa Data

1. Analisa Deskriptif

Membuat gambaran suatu keadaan dari obyek yang diteliti.

2. Analisa Korelasi

Menganalisa tingkat hubungan pngaruh dari dua atau lebih

subvariabel yang diteliti dengan menggunkan perhitungan

statistik.

Perumusan Masalah

1. Adalah merumuskan diagnosa keperawatan pada komunitas yang

dikaji dengan berdasarkan hasil analisa data.

2. Mengunakan klarifikasi masalah OMAHA

Page 16: laporan askep

3. Formulasi :

o Problem

o Etiologi

o Data yang menyokong.

c) Penyadaran komunitas

1) Tujuan :

1. Mengenalkan masalah kesehatan yang sedang dihadapi oleh

komunitas

2. Mengikutsertakan komunitas dalam pemecahan masalah

3. Menumbuhkan kesadaran komunitas untuk terlibat aktif menjadi

tenaga potensial dalam kegiatan pemecahan masalah.

2) Kegiatan :

Mengadakan musyawarah komunitas dengan metode lokakarya mini,

dengan langkah :

1. Penyajian data hasil survey

2. Diskusi kelompok :

o Perumusan masalah dan faktor penyebab

o Menyusun rencana pemecahan masalah (bentuk masalah,

waktu, tempat, penanggung jawab dan biaya)

o Pembentukan kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) dari

anggota komunitas yang merupakan calon kader kesehatan

yang bertanggung jawabterhadap kegiatan yang direncanakan.

3. Penyajian hasil diskusi kelompok

4. Tangapan-tanggapan dari tokoh formal, informal, puskesmas.

2) Pelaksanaan

Adalah tahap pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang telah direncanankan dengan

melihat aktifitas kelompok kerja yang telah terbentuk melalui kerja sama

dengan aparat desa/kelurahan, puskesmas/dinkes yang meliputi kegiatan :

a) Pelatihan Kader

b) Penyuluhan kesehatan

c) Pelayanan kesehatan langsung

d) Home care

e) Rujukan

Page 17: laporan askep

Gambar 2.4 : Perawat Bekerja Bersama Masyarakat (Kader Kesehatan).

3) Evaluasi

Hal-hal yang harus dievaluasi :

a) Perkembangan masalah kesehatan yang ditemukan

b) Pencapaian tujuan perawatan (terutama tujuan jangka pendek)

c) Efektifitas dan efisiensi tindakan/kegiatan yang telah dilakukan

d) Rencana tindak lanjut.

Gambar 2.5 : Siklus Pemberdayaan Masyarakat dalam Asuhan Keperawatan Komunitas

Perubahan ini dapat diamati seperti gambar di bawah ini:

Keterangan:

: Peran masyarakat

: Peran perawat

Page 18: laporan askep

Gambar 2.6 : Peranan Perawat dan Masyarakat dalam Mencapai Tujuan Perawatan Kesehatan Komunitas

Pada gambar di atas dapat dijelaskan alih peran untuk memandirikan klien

dalam menanggulangi masalah kesehatan, pada awalnya peran perawat lebih besar

dari pada klien dan berangsur-angsur peran klien lebih besar daripada perawat. Atau

dapat digambarkan peralihan basarnya peran antara perawat dan masyarakat :

Tahapan Peran perawat Peran Masyarakat

* Pengenalan masyarakat +++ +

* Pengenalan masalah +++ ++

* Penyadaran masyarakat ++ +++

* Pelaksanaan + ++++

* Penilaian + ++++

* Perluasan + ++++

Tujuan akhir perawat komunitas adalah kemandirian keluarga yang terkait

dengan lima tugas kesehatan, yaitu: mengenal masalah kesehatan, mengambil

keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga, menciptakan lingkungan

yang dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan keluarga serta memanfaatkan

fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan

adalah pemecahan masalah keperawatan yaitu melalui proses keperawatan.

Page 19: laporan askep

BAB III

HASIL PENDATAAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

DI RT 01-07 RW V KELURAHAN PAGENTAN

KEC. SINGOSARI KAB. MALANG TAHUN 2007

Asuhan keperawatan komunitas dilaksanakan oleh mahasiswa melalui

praktek keperawatan di masyarakat mulai dari tanggal 5 Nopember 2007 sampai

dengan 15 Desember 2007. Kelompok IV mendapatkan tempat praktik di RT 01-07

RW V Kelurahan Pagentan Kecamatan Singosari Kabupaten Malang.

3.1 Tahap Persiapan

Kegiatan praktek profesi mahasiswa diawali dengan pertemuan dengan

kepala puskesmas serta perkenalan dengan seluruh jajaran petugas di Puskesmas,

kemudian dilanjutkan ke rumah bapak RW dan ketua posyandu RW untuk

memperkenalkan diri serta menjelaskan maksud dan tujuan praktek profesi

keperawatan komunitas.

Setelah itu dilanjutkan dengan mencari posko untuk tempat tinggal selama

praktek komunitas di kelurahan Pagentan. Karena masyarakat RW V banyak yang

bekerja sebagai karyawan swasta, maka mahasiswa kelompok IV praktek profesi

mencari waktu untuk bertemu dengan warga RT 01-07 RW V pada sore hari dan

malam hari. Mula-mula kami memperkenalkan diri ke pengurus RT, pengurus PKK,

Dasawisma dan kader posyandu di tiap-tiap RT karena kondisi yang tidak

memungkinkan untuk mengumpulkan warga dalam satu forum. Selain itu kami juga

memperkenalkan diri ke warga dari rumah ke rumah dan melalui acara pengajian di

tiap-tiap RT dengan tujuan untuk saling mengenal dan membina hubungan saling

percaya antara mahasiswa dengan warga RT 01-07 RW V kelurahan Pagentan.

Pengumpulan data menggunakan teknik Cluster Random Sampling dengan

besar sampel sebesar 90 dari 316 jumlah kepala keluarga di wilayah RW V, karena

dari jumlah keseluruhan KK tersebut yang aktif hanya sebagian. Pengumpulan data

ke masyarakat RW V Kelurahan Pagentan dilakukan oleh mahasiswa bekerja sama

dengan kader posyandu, ibu-ibu Dasawisma, bapak / ibu RT dan segenap warga

RW V. Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan tabulasi atau perhitungan dan

analisa data. Data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk diagram pie

kemudian dipresentasikan pada acara musyawarah masyarakat RW V oleh tim

mahasiswa bersama warga.

3.2 Tahap Pengkajian

3.2.1. Sejarah Perkembangan RW V Kelurahan Pagentan

Page 20: laporan askep

Pada sekitar tahun1997/1998 di pinggiran selatan kota Malang berdiri

perumahan Puri Cempaka Putih tahap II Kel. Bumiayu, yang mana pada mulanya

warga/penduduk yang bertempat tinggal di lingkungan ini sangat terbatas dan

banyak rumah-rumah saling menunggu penghuni yang lain untuk menempati

rumahnya.

Meskipun warga/penduduk Puri Cempaka Putih II ini sangat sedikit, lambat

laun penduduk yang sangat minim ini membutuhkan kelengkapan sebagai penduduk

dan akhirnya penduduk melaporkan diri ke Kelurahan setempat untuk mengurus

persyaratan. Kemudian dari pihak Kelurahan diarahkan ke RW terdekat (RW V)

untuk pengurusan kependudukan dan sebagainya. Warga sangat keberatan

dikarenakan terlalu jauh dengan lokasi perumahan meski ada sebagaian yang telah

mengurus di RW V. Dengan keadaan yang serba terbatas akhirnya warga

mengadakan rapat untuk menentukan dan menyusun RW baru dengan persetujuan

dengan persetujuan dan ijin Kelurahan maka terbentuklah RW VI yang terdiri dari RT

01 dan RT 02 dengan pengurus RW/RT asal tunjuk bagi yang bersedia.

Seiring dengan berjalannya waktu penduduk semakin bertambah dan

akhirnya RW VI bertambah 1 RT yaitu RT 03 dan terjadilah pergantian pengurus RW

dengan persetujuan dari warga melalui perwakilan RT. Selanjutnya RW VI

berkembang dan bertambah dari RT 02 pecah menjadi RT 02 dan RT 04, dari RT 03

pecah menjadi RT 03, RT 04 dan RT 06. Dan untuk selanjutnya karena warga RT 02

sangat banyak rencananya juga akan dipecah menjadi RT 02 dan RT 07. Sampai

saat ini RW VI sudah mengalami pergantian RW sebanyak 4 kali dan yang terakhir

(ke-4) Ketua RW dipilih secara langsung oleh warga / penduduk RW VI dengan

Ketua RW yang terpilih adalah Bapak Soeharmanto. Adapun urutan warga yang

pernah menjadi Ketua RW adalah:

1. Bpk. Suyono dari RT 01 (Periode I)

2. Bpk. Imam Mucholis (Periode II dan Periode III)

3. Bpk. R Soeharmanto (Periode IV)

3.2.2. Data Demografi

(1) Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin dari seluruh Kepala Keluarga

di RW V, digambarkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.1Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di RT 01-07 RW V

Kel. Pagentan, Nopember 2007

No Jenis Kelamin f %12

Laki-lakiPerempuan

173204

45,8854,12

Jumlah 377 100.00Sumber data: data sekunder KK tiap RT tahun 2007

Page 21: laporan askep

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, lebih dari separuh penduduk

RT 01-07 adalah perempuan dengan persentase 54,12 %.

(2) Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

Tabel 3.2Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Usia di RT 01-07 RW V

Kel. Pagentan, Nopember 2007

No Usia (tahun) Jenis Kelamin %L P L P

1234567

< 11-56-1213-1819-5556-70>70

465 463 100,00 100,00Jumlah Total 377 100

Sumber data: data sekunder KK tiap RT tahun 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar penduduk RT

01-07 adalah penduduk usia dewasa (25-50 tahun) sebesar 505 jiwa, yang terdiri

dari laki-laki 253 jiwa (54,41 %) dan perempuan 252 jiwa (54,43 %).

(3) Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

Tabel 3.3Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Agama di RT 01-07 RW V

Kel. Pagentan, Nopember 2007

No Agama f %123

IslamKristenKatolik

37430

99,200,80

0

Jumlah 377 100Sumber data: data sekunder KK tiap RT tahun 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar penduduk RT

01-07 beragama Islam dengan persentase 99,20 %.

(4) Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 3.4Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Di RT 01-07 RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007

No Pendidikan f %1 Tidak Sekolah 46 12,20

Page 22: laporan askep

2345

SDSMPSMAPerguruan Tinggi

10765

13227

28,3817,2435,01

7,16

Jumlah 377 100Sumber data: data sekunder KK tiap RT tahun 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar penduduk RT

01-06 berpendidikan SMA yaitu dengan persentase 33,92 %.

(5) Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 3.5Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan Di RT 01-07 RW V Kel.

Pagentan, Nopember 2007

No Pekerjaan f %123456789

PelajarSwastaWiraswastaPetaniBuruhTidak bekerjaPNSTNIPensiunan

10351

2

Jumlah 663 100Sumber data: data sekunder KK tiap RT tahun 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar penduduknya

masih sekolah (pelajar) dengan persentase 37,40 %, dengan penduduk bekerja

sebagian besar sebagai pegawai swasta dengan persentase 31,83 %.

3. Data Status Kesehatan

(6) Keluhan Penyakit Yang Dirasakan Penduduk RW V

Tabel 3.6Distribusi Frekuensi Menurut Keluhan Yang Dirasakan Penduduk RT 01-07 RW

V Kel. Pagentan, Nopember 2007

No Keluhan f %123456789

101112

Nyeri kepalaNyeri DadaNyeri perutNyeri sendiPenglihatan kaburMencret Gatal-gatalSesak nafasNafsu Makan TurunEdema tungkaiGangguan kemih Lain-lain

2936

39772

113428

23,972,484,96

32,235,795,791,659,092,483,311,656,61

Jumlah 121 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Page 23: laporan askep

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, keluhan penyakit terbanyak

penduduk RW V Kelurahan Pagentan adalah nyeri sendi dengan persentase

32,23 %, dengan keluhan terbanyak kedua adalah nyeri kepala dengan

persentase 23,97 %.

(7). Penyakit Yang Diderita Penduduk RW V Dalam 1 Tahun Terakhir

Tabel 3.7Distribusi Frekuensi Menurut Penyakit Yang Diderita 1 Tahun Terakhir Pada

Penduduk Di RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007

No Penyakit 1 tahun terakhir f %123456789

10111213141516

ISPAParuDiarePenyakit kulitPenyakit mataHypertensiDMPenyakit telingaPenyakit jantungStrokePenyakit cacinganDemem BerdarahReumatikJiwaCacat BawaanLain-lain

181853

11413304

13123

22,501,25

10,006,253,75

13,755,001,253,753,75

05,00

16,251,252,503,75

Jumlah 80 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, penduduk RW V untuk 1 tahun

terakhir ini sering menderita penyakit ISPA (22,50 %), Rematik(16,25%), dan

Hipertensi (13,75 %).

(8). Upaya yang Dilakukan Bila Keluarga Sakit

Page 24: laporan askep

Tabel 3.8Distribusi Frekuensi Upaya Yang Dilakukan Jika Keluarga Sakit Pada

Penduduk Di RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007

No Tindakan f %1234

Pelayanan kesehatanObat bebasDibiarkanLain-lain

8910

12

87,259,800,981,96

Jumlah 102 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar keluarga di

wilayah RW V kelurahan Pagentan pergi ke pelayanan kesehatan jika ada

keluarga yang sakit sebesar 87,25 %.

(9). Kepatuhan Berobat

Tabel 3.9Distribusi Frekuensi Menurut Kepatuhan Berobat Penduduk RW V Kel.

Pagentan, Nopember 2007

No Kepatuhan Berobat f %123

Rutin Kalau ada keluhanTidak rutin

7116

6

Jumlah 93 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar keluarga

berobat rutin sampai sembuh jika ada anggota keluarga yang sakit dengan

persentase sebesar 76,34 %.

(10). Alasan Tidak Rutin Berobat

Tabel 3.10Distribusi Frekuensi Menurut Alasan Tidak Rutin Berobat Penduduk RW V Kel.

Pagentan, Nopember 2007

No Alasan tidak rutin f %123

BiayaMerasa sudah sembuh Malas

411

66,6816,6616,66

Jumlah 6 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, jumlah penduduk yang tidak

rutin berobat dengan alasan biaya adalah sebesar 66,68 %.

Page 25: laporan askep

(11). Kejadian Cacat

Tabel 3.11Distribusi Frekuensi Menurut Kejadian Cacat Penduduk RW V Kel. Pagentan,

Nopember 2007

No Cacat f %12

Tidak ada Ada

862

97,722,28

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden

dalam keluarganya tidak terdapat kejadian cacat dengan persentase sebesar

97,72 %.

(12). Penyebab Cacat

Tabel 3.12Distribusi Frekuensi Menurut Penyebab Cacat Penduduk RW V Kel. Pagentan,

Nopember 2007

No Penyebab f %123

TraumaSejak lahirSisa penyakit tahun lalu

200

10000

Jumlah 2 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, dari kejadian cacat yang ada

penyebab kecacatan adalah karena trauma dengan persentase sebesar 100 %.

(13). Kejadian Kematian 1 Tahun Terakhir

Tabel 3.13Distribusi Frekuensi Menurut Kejadian Kematian 1 Tahun Terakhir Pada

Penduduk RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007

No Kejadian kematian 1 tahun terakhir

f %

12

Tidak ada Ada

835

94,315,69

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kejadian kematian dalam 1

tahun terakhir di RW V Kelurahan Pagentan sebesar 5,69%.

Page 26: laporan askep

(14). Penyebab Kematian

Tabel 3.14Distribusi Frekuensi Menurut Penyebab Kematian Pada Penduduk RW V Kel.

Pagentan, Nopember 2007

No Penyebab kematian f %123

Usia lanjutPenyakitLain-lain

311

602020

Jumlah 5 100 Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar penduduk RW

V Kelurahan Pagentan yang meninggal karena usia lanjut adalah sebesar 60 %.

(15). Kebiasaan Merokok

Tabel 3.15Distribusi Frekuensi Menurut Kebiasaan Merokok Dalam 3 Bulan Terakhir Pada

Penduduk RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007

No Kebiasaan merokok f %12

TidakYa

5627

67,4732,53

Jumlah 83 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, dalam 3 bulan terakhir banyak

penduduk RW V Kelurahan Pagentan yang merokok yaitu dengan persentase

sebesar 32,53 %.

4. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

(16). Jenis Makanan yang Dikonsumsi Penduduk

Page 27: laporan askep

Tabel 3.16Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Makanan yang Dikonsumsi Penduduk RW

V Kel. Pagentan, Nopember 2007

No Jenis makanan yang dikonsumsi

f %

123

BerasJagungLain-lain

8613

0

8713

0

Jumlah 99 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar penduduk RW

VI Kelurahan Bumiayu (97,73 %) jenis makanan yang dikonsumsi adalah nasi,

lauk, sayur&/buah.

(17). Pengadaan Makanan

Tabel 3.17Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Lauk Pauk Penduduk RW V

Kel. Pagentan, Nopember 2007

No Pengadaan Makanan f %1234

Ikan lautDagingTahu-tempeLain-Lain

4238

720

282547

0Jumlah 162 100

Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar penduduk

masak sendiri dalam pengadaan makan sehari-hari dengan persentase 76,13

%.

(18). Frekuensi Makan Penduduk

Page 28: laporan askep

Tabel 3.18Distribusi Frekuensi Menurut Sayur-sayuran Penduduk RW V

Kel. Pagentan, Nopember 2007

No Frekuensi f %12

AdaTidak Ada

799

89,7810,22

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden

makan 3x dalam sehari dengan persentase sebesar 89,78 %.

(19). Jenis Buah-buahan

Tabel 3.19Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Buah-buahan Penduduk RW V Kel.

Pagentan, Nopember 2007

No Jenis minuman f %12

AdaTidak ada

5238

57,7842,22

Jumlah 90 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar penduduk RW

VI yaitu sejumlah 35,08 % banyak minum air putih.

(20). Frekuensi Makan

Tabel 3.20Distribusi Frekuensi Menurut Frekuensi Makan Penduduk RW V

Kel. Pagentan, Nopember 2007

No Frekuensi (hari sekali) f %12

1x Sehari2-3 Sehari

187

1,1196,67

Page 29: laporan askep

3 >3x Sehari 2 2,22Jumlah 90 100

Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden

tidak mengalami gangguan dalam eliminasi BAB yaitu dengan BAB teratur 1-2

kali setiap hari sebanyak 79,54 %.

(21). Kebiasaan Mencuci Tangan sebelum Makan

Tabel 3.21Distribusi Frekuensi Menurut Kebiasaan Mencuci Tangan sebelum Makan

Penduduk RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007

No Gangguan BAB f %12

Mencuci tanganTidak mencuci tangan

864

95,564,44

Jumlah 90 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar penduduk

(95,44%) tidak ada yang mengalami gangguan BAB.

(22). Penyajian Makanan

Tabel 3.22Distribusi Frekuensi Menurut Penyajian Makanan Penduduk RW V

Kel. Pagentan, Nopember 2007

No Tempat f %12

TertutupTerbuka

873

96,673,33

Jumlah 90 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, seluruh penduduk RW 06

menggunakan WC untuk aktivitas buang air besar.

(23). Mencuci Makanan Sebelum Diolah

Tabel 3.23Distribusi Frekuensi Menurut Mencuci Makanan Sebelum Diolah Penduduk RW

V Kel. Pagentan, Nopember 2007

No Frekuensi (kali/hari) f %12

yatidak

900

1000

Jumlah 90 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Page 30: laporan askep

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden

yang melakukan aktivitas BAK sebanyak 4-6 kali sehari yaitu sebesar 44,32 %.

(24). Makanan Pantangan

Tabel 3.24Distribusi Frekuensi Menurut Makanan Pantangan Penduduk

RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007

No Gangguan f %12

AdaTidak

3159

34,4465,56

Jumlah 90 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’BFKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden

yang mengeluh sering BAK yaitu sebesar 71,43%.

(25). Pemakaian Garam Beryodium

Tabel 3.25Distribusi Frekuensi Menurut Pemakaian Garam Beryodium Penduduk RW V

Kel. Pagentan, Nopember 2007

No Frekuensi (kali/hari) f %12

yatidak

900

1000

Jumlah 90 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden

mandi 1-2 kali sehari, dengan persentase sebesar 67,64 %.

(26). Penggunaan Sabun

Tabel 3.26Distribusi Frekuensi Menurut Penggunaan Sabun Oleh Penduduk RW V

Kel. Pagentan, Nopember 2007

No Penggunaan sabun f %12

Yatidak

880

1000

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’BFKUB, Nopember 2007

Page 31: laporan askep

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa seluruh penduduk

menggunakan sabun untuk mandi.

(27). Kebiasaan Ganti Baju

Tabel 3.27Distribusi Frekuensi Menurut Kebiasaan Ganti Baju Oleh Penduduk RW V Kel.

Pagentan, Nopember 2007

No Frekuensi (kali/hari) f %12

1-2 x/hari>2 x/hari

6325

71,5928,41

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden

mempunyai kebiasaan ganti baju sebanyak 1-2 kali sehari, dengan persentase

sebesar 71,59 %.

(28). Kebiasaan Gosok Gigi

Tabel 3.28Distribusi Frekuensi Menurut Kebiasaan Gosok Gigi Penduduk RW V

Kel. Pagentan, Nopember 2007

No Frekuensi (kali/hari) f %12

1-2 x/hari> 2 x/hari

6028

68,1831,82

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden

melakukan gosok gigi sebanyak 1-2 x sehari dengan persentase sebesar 68,18

%.

(29). Kebiasaan Keramas

Tabel 3.29

Page 32: laporan askep

Distribusi Frekuensi Menurut Kebiasaan Keramas Tiap Minggu Penduduk RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007

No Frekuensi (kali/minggu) f %123

1x2x>3x

15631

1,1363,6435,23

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden

keramas sebanyak 2x tiap minggu dengan persentase sebesar 63,64 %.

(30). Kebiasaan Penggunaan Handuk

Tabel 3.30Distribusi Frekuensi Menurut Kebiasaan Penggunaan Handuk Penduduk RW V

Kel. Pagentan, Nopember 2007No Penggunaan handuk f %12

SendiriBersama

862

97,722,28

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, 97,72 % responden sendiri-

sendiri dalam menggunakan handuk.

5. Aktivitas Gerak

(31). Kebiasaan Berolahraga

Tabel 3.31Distribusi Frekuensi Menurut Kebiasaan Berolahraga Penduduk RW V

Kel. Pagentan, Nopember 2007

No Olahraga f %12

TidakYa

5533

62,537,5

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, banyak responden yang belum

mempunyai kebiasaan olahraga dengan persentase sebesar 62,5 %

6. Istirahat Tidur

(32). Jumlah Jam Tidur

Tabel 3.32Distribusi Frekuensi Menurut Jumlah Jam Tidur Perhari Penduduk RW V Kel.

Pagentan, Nopember 2007

Page 33: laporan askep

No Jam tidur f %123

4 jam4-6 jam>6 jam

73645

7,9540,9051,15

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden

yang mempunyai jam tidur lebih dari 6 jam dengan persentase sebesar 51,15 %.

(33). Kesulitan Tidur

Tabel 3.33Distribusi Frekuensi Menurut Ada Tidaknya Kesulitan Tidur Pada Penduduk

RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007

No Kesulitan tidur f %12

Tidak Ya

7810

88,6411,36

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden

yang tidak mengalami kesulitan tidur adalah sebesar 88,64 %.

(34). Penggunaan Obat Tidur

Tabel 3.34Distribusi Frekuensi Menurut Ada atau Tidaknya Penggunaan Obat Tidur

Penduduk RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007

No Obat tidur f %12

Tidak Ya

862

97,682,32

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden

yang tidak menggunakan obat tidur adalah sebesar 97,68 %.

7. Pola Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

(35). Kunjungan Ke Pelayanan Kesehatan

Tabel 3.35Distribusi Frekuensi Menurut Kunjungan Ke Pelayanan Kesehatan Penduduk

RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007

No Pernah berkunjung f %

Page 34: laporan askep

12

YaTidak

799

89,7710,23

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden

pernah berkunjung/berobat ke Puskesmas dengan persentase sebesar 89,77

%.

(36). Jenis Pelayanan Kesehatan

Tabel 3.36Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Pelayanan Kesehatan Penduduk RW V Kel.

Pagentan, Nopember 2007

No Jenis pelayanan kesehatan f %123456

BidanPuskesmasPustu PosyanduDokter praktekLain-lain

5952383615

4

28,9225,4918,6217,65

7,361,96

Jumlah 204 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden

yang sering pergi ke bidan adalah sebesar 28,92 %.

(37). Jarak Tempat Tinggal Ke Pelayanan Kesehatan

Tabel 3.37Distribusi Frekuensi Menurut Jarak Tempat Tinggal Ke Pelayanan Kesehatan

Penduduk RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007

No Jarak (km) f %123

< 11-3> 3

183031

22,7637,9839,24

Jumlah 79 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden

yang yang jaraknya > 3 km adalah sebesar 39,24 %.

(38). Kemudahan Jangkauan Ke Pelayanan Kesehatan

Tabel 3.38Distribusi Frekuensi Menurut Kemudahan Jangkauan Pelayanan Kesehatan

Penduduk RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007

No Kemudahan f %12

YaTidak

790

100

Jumlah 79 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Page 35: laporan askep

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, seluruh responden menyatakan

adanya kemudahan dalam menjangkau pelayanan kesehatan.

(39). Jenis Transportasi

Tabel 3.39Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Transportasi Yang Digunakan Ke

Pelayanan Kesehatan Penduduk RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007

No Jenis transportasi f %12345

MotorMobil pribadiAngkotSepeda Lain-lain (Jalan kaki)

571814

62

58,7718,5514,43

6,192,06

Jumlah 97 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden

yang menggunakan sepeda motor dalam menjangkau pelayanan kesehatan

adalah sebesar 58,77 %.

(40). Pemanfaatan Puskesmas

Tabel 3.40Distribusi Frekuensi Menurut Pemanfaatan Puskesmas Penduduk RW V Kel.

Pagentan, Nopember 2007No Memanfaatkan f %12

PernahTidak pernah

6514

81,0118,99

Jumlah 79 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden

yang pernah berobat ke Puskesmas adalah sebesar 81,01 %.

(41). Kualitas Pelayanan Puskesmas

Tabel 3.41Distribusi Frekuensi Menurut Kualitas Pelayanan Puskesmas Penduduk RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007

No Kualitas f %12

MemuaskanKurang memuaskan

5124

64,5530,37

Page 36: laporan askep

3 Tidak memuaskan 4 5,18

Jumlah 79 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden

64,55 % telah menyatakan pendapatnya bahwa pelayanan Puskesmas

memuaskan.

(42). Kemudahan Prosedur Puskesmas

Tabel 3.42Distribusi Frekuensi Menurut Kemudahan Prosedur Puskesmas Penduduk RW

V Kel. Pagentan, Nopember 2007No Kemudahan f %123

MudahSulitTidak tahu

7522

94,942,532,53

Jumlah 79 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden (94,94

%) menyatakan bahwa prosedur pelayanan Puskesmas adalah mudah.

(43). Keramahan Petugas Puskesmas

Tabel 3.43Distribusi Frekuensi Menurut Keramahan Petugas Puskesmas Penduduk RW V

Kel. Pagentan, Nopember 2007No Keramahan f %123

RamahTidak ramahBiasa

608

11

75,9510,1313,92

Jumlah 79 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden (75,95

%) menyatakan bahwa petugas Puskesmas adalah ramah.

(44). Biaya Puskesmas

Tabel 3.44

Distribusi Frekuensi Menurut Biaya Puskesmas Penduduk RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007

No Kemurahan f %123

MurahBiasa Mahal

7153

89,876,343,79

Jumlah 79 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden (89,87

%) menyatakan bahwa prosedur pelayanan Puskesmas adalah murah.

Page 37: laporan askep

8. Kesehatan Ibu Dan Anak

(45). Jumlah PUS

Tabel 3.45Distribusi Frekuensi Menurut Jumlah PUS Dalam Keluarga Penduduk RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007

No Keberadaan PUS f %12

AdaTidak ada

7814

84,7815,22

Jumlah 92 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa persentase jumlah PUS yang ada

adalah 84,78 %.

(46). Jumlah Akseptor KB

Tabel 3.46Distribusi Frekuensi Menurut Jumlah Akseptor KB Penduduk RW V Kel.

Pagentan, Nopember 2007No Akseptor f %123

YaTidakDO

5717

4

73,0721,79

5,24Jumlah 78 100

Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa persentase jumlah akseptor KB

adalah 73,07 %.

(47). Lama Menjadi Akseptor KB

Tabel 3.47Distribusi Frekuensi Menurut Jumlah Akseptor KB Penduduk RW V Kel.

Pagentan, Nopember 2007No Lama (tahun) f %12

< 1> 1

453

5,3594,65

Jumlah 57 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa persentase jumlah akseptor KB

yang lamanya > 1 tahun adalah 94,65 %.

(48). Jenis Kontrasepsi

Tabel 3.48Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Kontrasepsi Yang Digunakan

Penduduk RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007No Jenis kontrasepsi f %1234567

PilIUDSuntikSusukKondomsterilLain-lain

171010

9641

29,8217,5417,5415,7910,53

7,011,77

Page 38: laporan askep

Jumlah 57 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa persentase jumlah akseptor KB

yang memakai Pil adalah 29,82 %.

(49). Keluhan Selama KB

Tabel 3.49Distribusi Frekuensi Menurut Keluhan Yang Dirasakan Selama KB Penduduk

RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007

No Keluhan f %12

Tidak adaAda

4710

82,4517,55

Jumlah 57 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar akseptor KB

yang tidak mengalami adanya keluhan sebesar 82,45 %.

(50). Alasan Tidak Ikut KB

Tabel 3.50Distribusi Frekuensi Menurut Alasan Tidak Ikut KB Pada Penduduk RW V Kel. Pagentan, Nopember 2007

No Alasan f %1234

Masih ingin punya anakDilarang SuamiAgamaKesehatan

10421

58,8223,5311,77

5,88Jumlah 17 100

Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa alasan sebagian besar (58,82 %)

ibu yang tidak ikut KB adalah karena masih ingin punya anak.

9. Kesehatan Ibu Hamil

(51). Jumlah Ibu Hamil

Tabel 3.51Distribusi Frekuensi Menurut Jumlah Ibu Hamil Pada Penduduk RW V Kel.

Pagentan, Nopember 2007No Ibu hamil f %12

Tidak adaAda

799

89,7710,23

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Page 39: laporan askep

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa persentase jumlah ibu hamil di

RW VI Kelurahan Bumiayu adalah 10,23 %.

(52). Keluhan Yang Muncul Saat Hamil

Tabel 3.52Distribusi Frekuensi Menurut Keluhan Yang Muncul Saat Hamil Pada Ibu Hamil

Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Keluhan f %12

Tidak adaAda

72

77,7822,22

Jumlah 9 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa persentase jumlah ibu hamil yang

tidak mengalami keluhan selama hamil adalah 77,78 %.

(53). Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan

Tabel 3.53Distribusi Frekuensi Menurut Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan Saat Hamil

Pada Ibu Hamil Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Kunjungan f %12

YaTidak

90

1000

Jumlah 9 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa semua ibu hamil melakukan

pemeriksaan kehamilan.

(54). Frekuensi Kunjungan Ke Tempat Pemeriksaan Kehamilan

Tabel 3.54Distribusi Frekuensi Menurut Frekuensi Kunjungan Ke Tempat Pemeriksaan

Kehamilan Saat Hamil Pada Ibu Hamil Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Frekuensi kunjungan f %12

RutinKadang-kadang

81

88,8911,11

Jumlah 9 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa persentase jumlah ibu hamil yang

melakukan kunjungan rutin pemeriksaan kehamilan adalah 88,89 %.

Page 40: laporan askep

(55). Tempat Pemeriksaan Kehamilan

Tabel 3.55Distribusi Frekuensi Menurut Tempat Pemeriksaan Kehamilan Saat Hamil Pada

Ibu Hamil Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Tempat pemeriksaan f %123

DokterBidanPuskesmas

531

55,5633,3311,11

Jumlah 9 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu hamil telah

melakukan pemeriksaan ke dokter yaitu dengan persentase 55,56 %.

(56). Pemberian Fe Selama Hamil

Tabel 3.56Distribusi Frekuensi Menurut Pemberian Fe Selama Hamil Pada Ibu Hamil Di

RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Pemberian Fe f %12

YaTidak

72

77,7822,22

Jumlah 9 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa persentase jumlah ibu yang

mendapatkan Fe selama hamil adalah 77,78 %.

(57). Pemberian Makanan Tambahan Pada Ibu Hamil

Tabel 3.57Distribusi Frekuensi Menurut Pemberian Makanan Tambahan Pada ibu Hamil

Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No PMT f %12

YaTidak

63

66,6733,33

Jumlah 9 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa persentase jumlah ibu hamil yang

melakukan anjuran untuk makan makanan tambahan selama hamil adalah 66,67 %.

(58). Makanan Pantangan Selama Hamil

Tabel 3.58Distribusi Frekuensi Menurut Makanan Pantangan Selama Hamil Pada

Ibu Hamil Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Makanan pantangan f %

Page 41: laporan askep

12

TidakYa

63

66,6733,33

Jumlah 9 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa persentase jumlah ibu hamil yang

tidak ada pantangan makanan sebesar 66,67 %.

(59). Imunisasi TT Selama Hamil

Tabel 3.59Distribusi Frekuensi Menurut Jumlah Ibu Hamil Yang Mendapatkan Imunisasi

TT Selama Hamil Pada Ibu Hamil Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Imunisasi TT f %12

YaTidak

90

1000

Jumlah 9 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa persentase jumlah ibu hamil yang

mendapatkan imunisasi TT sebesar 100 %.

(60). Frekuensi Imunisasi Selama Hamil

Tabel 3.60Distribusi Frekuensi Menurut Frekuensi Imunisasi Selama Hamil Pada

Ibu Hamil Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Imunisasi f %123

1 x2 xTidak pernah

270

22,2277,78

0

Jumlah 9 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa 77,78 % ibu hamil telah

mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2x.

(61). Ada Tidaknya Penyakit Selama Hamil

Tabel 3.61Distribusi Frekuensi Menurut Ada Tidaknya Penyakit Selama Hamil Pada

Ibu Hamil Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Ada/tidak penyakit f %12

TidakYa

81

88,8911,11

Jumlah 9 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa ada 1 (11,11 %) ibu hamil yang

menderita penyakit selama hamil.

Page 42: laporan askep

(62). Jenis Penyakit Selama Hamil

Tabel 3.62Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Penyakit Selama Hamil Pada

Ibu Hamil Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Jenis penyakit f %123

HipertensiLain-lainTidak Ada

100

10000

Jumlah 1 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa ibu yang menderita penyakit

selama hamil adalah seluruhnya disebabkan karena hipertensi.

(63). Penggunaan Obat Selama Hamil

Tabel 3.63Distribusi Frekuensi Menurut Penggunaan Obat Selama Hamil Pada

Ibu Hamil Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Penggunaan obat f %12

TidakYa

63

66,6733,33

Jumlah 9 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa persentase jumlah ibu hamil yang

tidak menggunakan obat selama kehamilan adalah 66,67 %.

(64). Anjuran Dokter Untuk Minum Obat

Tabel 3.64Distribusi Frekuensi Menurut Anjuran Dokter Untuk Minum Obat Selama Hamil

Pada Ibu Hamil Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Anjuran dokter f %12

Yatidak

30

1000

Jumlah 3 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dari jumlah ibu hamil yang minum

obat semuanya atas anjuran dokter.

(65). Rencana Tempat Persalinan

Tabel 3.65

Page 43: laporan askep

Distribusi Frekuensi Menurut Rencana Tempat Persalinan Pada Ibu Hamil Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Tempat persalinan f %1234

BidanBKIAPuskesmas/rumah sakitDokter kandungan

4221

44,4422,2222,2211,12

Jumlah 9 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’A FKUB, Nopember 2006

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa 44,44 % ibu hamil berencana

melahirkan di bidan.

10. Kesehatan Balita

(66). Jumlah Balita Dalam Keluarga

Tabel 3.66Distribusi Frekuensi Menurut Ada Tidaknya Balita Dalam Keluarga

Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Ada/tidaknya Balita f %12

Ada Tidak ada

3850

43,1856,82

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah keluarga yang mempunyai

balita adalah sebesar 43,18 %.

(67). Penimbangan Balita

Tabel 3.67Distribusi Frekuensi Menurut Ikut Tidaknya Penimbangan Balita Di RW VI Kel.

Bumiayu, Nopember 2006 (Dalam 1 Bulan Terakhir)

No Ikut tidaknya penimbangan f %12

Tidak Ya

6850

5347

Jumlah 118 100Sumber data: data sekunder dari hasil penimbangan posyandu bulan Agustus

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, dari 118 balita yang ada, yang

mengikuti kegiatan penimbangan ada 50 balita (47 %).

Page 44: laporan askep

(68). Imunisasi Balita

Tabel 3.68Distribusi Frekuensi Menurut Pernah Tidaknya Imunisasi Pada Balita

Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Pernah/tidak imunisasi f %12

YaTidak

380

1000

Jumlah 38 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa semua balita sudah diimunisasi.

(69). Pendapat Ibu Tentang Manfaat Imunisasi

Tabel 3.69Distribusi Frekuensi Menurut Pendapat Ibu Tentang Manfaat Imunisasi Di RW

VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Pendapat tentang manfaat imunisasi

f %

12

YaTidak

380

1000

Jumlah 38 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’A FKUB, Nopember 2006

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa seluruh ibu menyatakan bahwa

imunisasi ada manfaatnya.

(70). Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 3.70Distribusi Frekuensi Menurut Pemberian ASI Eksklusif Pada Balita

Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Pemberian ASI eksklusif f %12

YaTidak

2711

71,0528,95

Jumlah 38 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa banyak ibu yang tidak

memberikan ASI eksklusif pada bayinya dengan persentase sebesar 28,95 %.

(71). Pemberian Makanan Tambahan

Tabel 3.71Distribusi Frekuensi Menurut Pemberian Makanan Tambahan Pada Balita

Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006No PMT f %1 Ya 34 89,47

Page 45: laporan askep

2 Tidak 4 10,53Jumlah 38 100

Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007Dari

tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar balita di RW 6

diberikan makanan tambahan dengan persentase sebesar 89,47 %.

(72). Kepemilikan KMS

Tabel 3.72Distribusi Frekuensi Menurut Kepemilikan KMS Pada Keluarga Yang

Mempunyai Balita Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Kepemilikan KMS f %12

YaTidak

353

92,107,90

Jumlah 38 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar balita di RW 6

telah memiliki KMS yaitu dengan persentase sebesar 92,10 %.

(73). Kunjungan Ke Posyandu

Tabel 3.73Distribusi Frekuensi Menurut Pernah Tidaknya Balita Dibawa Ke Posyandu

Pada Keluarga Yang Mempunyai Balita Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Pernah/tidak dibawa ke Posyandu

f %

12

YaTidak pernah

362

94,745,26

Jumlah 38 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

balita yang berada di RW 6 pernah dibawa ke posyandu yaitu dengan persentase

sebesar 94,74 %.

(74). Alasan Balita Tidak Pernah Dibawa Ke Posyandu

Tabel 3.74Distribusi Frekuensi Menurut Alasan Balita tidak pernah Dibawa Ke Posyandu

Pada Keluarga Yang Mempunyai Balita Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Alas an f %1234

Tidak ada waktu/sibukTidak ada biayaTidak Ada PosyanduJaraknya jauh

2000

100000

Jumlah 2 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Page 46: laporan askep

Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa alasan balita

tidak dibawa ke posyandu adalah tidak ada waktu (sibuk) yaitu dengan persentase

sebesar 100 %.

11. Kesehatan Remaja

(75). Penggunaan Waktu Luang

Tabel 3.75Distribusi Frekuensi Menurut Penggunaan Waktu Luang Oleh Remaja

Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Waktu luang f %12

Di dalam rumahDi luar rumah

1811

62,0737,93

Jumlah 29 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’A FKUB, Nopember 2006

Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

remaja menghabiskan waktunya di dalam rumah dengan persentase sebesar 62,07

%

(76). Keikutsertaan Dalam Organisasi Keremajaan

Tabel 3.76Distribusi Frekuensi Menurut Keikutsertaan Remaja Dalam Organisasi

Keremajaan Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Keikutsertaan f %12

TidakYa

1712

58,6241,38

Jumlah 29 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

remaja di RW 6 tidak ikut serta dalam organisasi keremajaan yaitu dengan

persentase sebesar 58,62 %

(77). Pengetahuan Tentang Narkoba

Tabel 3.77Distribusi Frekuensi Menurut Pengetahuan Tentang Narkoba Pada Remaja Di

RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Tahu/Tidak f %

Page 47: laporan askep

12

Yatidak

1712

58,6241,38

Jumlah 29 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

remaja di RW 6 mengetahui tentang narkoba yaitu dengan persentase sebesar

58,62 %

(78). Riwayat Penggunaan Narkoba

Tabel 3.78Distribusi Frekuensi Menurut Ada Tidaknya Riwayat Penggunaan Narkoba

Pada Remaja Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Riwayat penggunaan NARKOBA

f %

12

TidakYa

263

89,6610,34

Jumlah 29 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat sekitar

10,34 % remaja yang mempunyai riwayat menggunakan narkoba.

(79). Riwayat Rehabilitasi

Tabel 3.79Distribusi Frekuensi Menurut Ada Tidaknya Riwayat Rehabilitasi Pada Remaja

Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Riwayat rehabilitasi f %12

TidakYa

290

1000

Jumlah 29 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada

remaja yang pernah menjalani rehabilitasi (persentase sebesar 100 %).

(80). Riwayat Gangguan Psikologis

Tabel 3.80Distribusi Frekuensi Menurut Ada Tidaknya Riwayat Gangguan Psikologis

Pada Remaja Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Riwayat gangguan psikologis f %12

TidakYa

272

93,116,89

Jumlah 29 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Page 48: laporan askep

Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

remaja tidak mengalami gangguan psikologis yaitu dengan persentase sebesar

93,11 %.

(81). Jenis Masalah Yang Dihadapi

Tabel 3.81Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Masalah Yang Dihadapi Remaja

Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Jenis Masalah f %1234

OrtuLawan jenisTeman sebayaTeman satu kelompok

1100

5050

00

Jumlah 2 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa remaja yang

mengalami masalah adalah masalah dengan orang tua dan lawan jenis yaitu

masing-masing dengan persentase sebesar 50 %.

(82). Upaya Penyelesaian Masalah

Tabel 3.82Distribusi Frekuensi Menurut Upaya Penyelesaian Masalah Yang Dihadapi

Remaja Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Upaya penyelesaian masalah f %123

MusyawarahMelakukan hal negatifLain-lain

200

10000

Jumlah 2 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa upaya yang

ditempuh untuk menyelesaikan masalah remaja adalah musyawarah dengan

persentase sebesar 100 %.

(83). Riwayat Tindak Kekerasan

Tabel 3.83Distribusi Frekuensi Menurut Ada Tidaknya Riwayat Tindak Kekerasan Pada

Remaja Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Tindak kekerasan f %12

TidakYa

290

1000

Jumlah 29 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada tindak

kekerasan pada remaja.

(84). Riwayat Perilaku Kriminal

Page 49: laporan askep

Tabel 3.84Distribusi Frekuensi Menurut Ada Tidaknya Riwayat Perilaku Kriminal

Pada Remaja Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Riwayat perilaku kriminal f %12

TidakYa

290

1000

Jumlah 29 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007Dari

tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada riwayat

perilaku kriminal pada remaja.

12. Kesehatan Lansia

(85). Jumlah Lansia

Tabel 3.85Distribusi Frekuensi Menurut Jumlah Lansia Di RW VI Kel. Bumiayu,

Nopember 2006

No Keberadaan Lansia di Rumah f %12

Tidak adaAda

7414

84,115,9

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah lansia

yang berada di RW VI sedikit yang ditunjukkan dengan persentase sebesar 15,9 %.

(86). Aktivitas Lansia

Tabel 3.86Distribusi Frekuensi Menurut Aktivitas Lansia Di RW VI Kel. Bumiayu,

Nopember 2006

No Aktivitas f %12

Tidak bekerjaBekerja

104

71,4328,57

Jumlah 14 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas lansia

di RW VI kebanyakan tidak bekerja, yang ditunjukkan dengan persentase sebesar

71,43 %.

(87). Tingkat Ketegantungan Lansia

Tabel 3.87Distribusi Frekuensi Menurut Tingkat Ketergantungan Lansia Di RW VI

Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Ketergantungan f %123

MandiriDibantu sebagianDibantu total

1121

78,5714,28

7,16

Page 50: laporan askep

Jumlah 14 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat

ketergantungan lansia di RW VI adalah mandiri, yang ditunjukkan dengan

persentase sebesar 78,57 %.

(88). Frekuensi Makan Lansia

Tabel 3.88Distribusi Frekuensi Menurut Frekuensi Makan Lansia Di RW VI

Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Frekuensi makan f %123

1x/hari2x/hari3x/hari

04

10

028,5771,43

Jumlah 14 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa frekuensi

makan lansia dalam sehari banyak yang 3x/hari, yang ditunjukkan dengan

persentase sebesar 71,43 %.

(89). Porsi Makan Lansia

Tabel 3.89Distribusi Frekuensi Menurut Porsi Makan Lansia Di RW VI

Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Jumlah makanan yang habis f %123

< ½ porsi1 porsi½ porsi

158

7,1435,7157,15

Jumlah 14 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’A FKUB, Nopember 2006

Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa porsi makanan

pada lansia setiap kali makan adalah ½ porsi, yang ditunjukkan dengan persentase

sebesar 57,15 %.

(90). Jenis Makanan Lansia

Tabel 3.90Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Makanan Lansia Di RW VI

Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Jenis makanan f %12345

NormalTinggi purinTinggi lemakTinggi garamTinggi gula

140000

1000000

Jumlah 14 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Page 51: laporan askep

Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa jenis makanan

yang dikonsumsi lansia adalah dalam batas normal, yang ditunjukkan dengan

persentase sebesar 100 %.

(91). Kemampuan Lansia Berjalan

Tabel 3.91Distribusi Frekuensi Menurut Kemampuan Berjalan Lansia Di RW VI

Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Kemampuan berjalan f %1234

Tanpa alat BantuDengan alat BantuTidak mampu bergerakDengan bimbingan

11111

78,587,147,147,14

Jumlah 14 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan

lansia berjalan banyak yang tanpa menggunakan alat bantu, yang ditunjukkan

dengan persentase sebesar 78,58 %.

(92). Kemampuan Lansia Naik Turun Tangga

Tabel 3.92Distribusi Frekuensi Menurut Kemampuan Lansia Naik Turun Tangga

Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Kemampuan naik turun tangga f %12

BisaTidak bisa

122

85,7114,29

Jumlah 14 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa lansia dapat

naik turun tangga, yang ditunjukkan dengan persentase sebesar 85,71%.

(93). Kemampuan Lansia Berpindah

Tabel 3.93Distribusi Frekuensi Menurut Kemampuan Lansia Berpindah Di RW VI

Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Kemampuan berpindah f %1 Mandiri 13 92,85

Page 52: laporan askep

23

Dibantu totalSebagian dibantu

10

7,150

Jumlah 14 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa lansia mampu

berpindah secara mandiri, yang ditunjukkan dengan persentase sebesar 92,85 %.

(94). Kemampuan Lansia Mencapai Sarana Kesehatan

Tabel 3.94Distribusi Frekuensi Menurut Kemampuan Lansia Berpindah Di RW VI

Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Kemampuan mencapai sarana kesehatan

f %

123

MandiriDitemaniTidak bisa/takut

842

57,1428,5714,29

Jumlah 14 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan

lansia mencapai sarana kesehatan dapat dilakukan secara mandiri, yang

ditunjukkan dengan persentase sebesar 57,14 %.

(95). Transportasi Yg Dipakai Lansia Menuju Yankes

Tabel 3.95Distribusi Frekuensi Menurut Transportasi Yang Dipakai Lansia Menuju

Pelayanan Kesehatan Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Transportasi yang dipakai f %1234

AngkotLain-lainJalan kakiMengemudi sendiri

7511

5035,72

7,147,14

Jumlah 14 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa transportasi

yang dipakai lansia untuk menuju pelayanan kesehatan sebagian besar adalah

menggunakan jasa angkot, yang ditunjukkan dengan persentase sebesar 50 %.

(96). Penyakit Yang Diderita Lansia

Tabel 3.96Distribusi Frekuensi Menurut Ada Atau Tidaknya Penyakit Yang Diderita

Lansia Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Penyakit yang diderita f %

Page 53: laporan askep

12

AdaTidak ada

86

57,1442,86

Jumlah 14 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa lansia yang

menderita suatu penyakit ada 57,14 %.

(97). Pengetahuan Lansia Tentang Posyandu Lansia

Tabel 3.97Distribusi Frekuensi Menurut Pengetahuan Lansia Tentang Posyandu Lansia

Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No. Tahu/tidak tentang Posyandu f %12

tidakYa

122

85,7114,29

Jumlah 14 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah lansia

yang tidak mengetahui tentang Posyandu lansia adalah sebesar 85,71 %.

(98). Keaktifan Mengikuti Posyandu Lansia

Tabel 3.98Distribusi Frekuensi Menurut Keaktifan Mengikuti Posyandu Lansia

Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Mengikuti Posyandu Lansia f %12

TidakYa

140

1000

Jumlah 14 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’A FKUB, Nopember 2006

Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa lansia tidak

ada yang aktif untuk mengikuti Posyandu Lansia, yang ditunjukkan dengan

persentase sebesar 100 %.

(99). Alasan Tidak Mengikuti Posyandu Lansia

Tabel 3.99Distribusi Frekuensi Menurut Alasan Tidak Mengikuti Posyandu Lansia

Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Alasan tidak mengikuti Posyandu Lansia

f %

12

Tidak ada posyandu lansiaLainnya

140

1000

Page 54: laporan askep

Jumlah 14 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa alasan lansia

tidak mengikuti posyandu lansia karena di RW VI tidak terdapat posyandu lansia,

yang ditunjukkan dengan persentase sebesar 100 %.

13. Kesehatan Lingkungan

(100). Bentuk Bangunan Rumah

Tabel 3.100Distribusi Frekuensi Menurut Bentuk Bangunan Rumah Penduduk

Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Bentuk bangunan f %12

PermanenTidak

880

1000

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk

bangunan rumah penduduk RW VI adalah berbentuk rumah dan permanent, yang

ditunjukkan dengan persentase sebesar 100 %.

(101). Ventilasi Rumah

Tabel 3.101Distribusi Frekuensi Menurut Keadaan Ventilasi Rumah Penduduk

Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Ventilasi f %12

BaikTidak

799

89,7710,23

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa keadaan

ventilasi rumah penduduk di RW VI adalah baik, yang ditunjukkan dengan

persentase sebesar 89,77 %.

(102). Pencahayaan Rumah

Tabel 3.102Distribusi Frekuensi Menurut Keadaan Pencahayaan Rumah Penduduk

Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Pencahayaan f %1 Baik 88 100

Page 55: laporan askep

2 Tidak 0 0

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa pencahayaan

rumah penduduk RW VI adalah baik, yang ditunjukkan dengan persentase sebesar

100 %.

(103). Jenis Hewan Peliharaan Yang Dimiliki

Tabel 3.103Distribusi Frekuensi Menurut Keadaan Pencahayaan Rumah Penduduk

Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Hewan peliharaan f %

123

UnggasAnjingKucing

261713

46,4330,3623,21

Jumlah 56 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa jenis hewan

peliharaan yang banyak dimiliki penduduk RW VI sebagian besar adalah unggas,

yaitu sebesar 46,43 %.

(104). Letak Kandang Ternak

Tabel 3.104Distribusi Frekuensi Menurut Letak Kandang Ternak Penduduk

Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No. Letak kandang ternak f %12

Terpisah dengan rumahBersatu dengan rumah

215

80,779,23

Jumlah 26 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’A FKUB, Nopember 2006

Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa letak kandang

ternak di RW VI adalah terpisah dengan rumah, yang ditunjukkan dengan

persentase sebesar 80,77 %.

(105). Keadaan Bak Mandi

Tabel 3.105Distribusi Frekuensi Menurut Keadaan Bak Mandi Penduduk

Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Keadaan bak mandi f %1 Tidak ada jentik 82 71,93

Page 56: laporan askep

234

Tidak berlumutBerlumutBerjentik

2741

23,693,500,88

Jumlah 114 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa bak mandi

warga RW VI sebagian besar tidak terdapat jentik nyamuk, yang ditunjukkan dengan

persentase sebesar 71,93 %.

(106). Waktu Pembersihan Bak Mandi

Tabel 3.106Distribusi Frekuensi Menurut Waktu Pembersihan Bak Mandi Penduduk

Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Waktu pembersihan f %1234

1 minggu2 minggu> 2 mingguTidak pernah

5524

90

62,5027,2710,23

0Jumlah 88 100

Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’A FKUB, Nopember 2006

Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa waktu

pembersihan bak mandi sebagian besar dilakukan 1 minggu sekali, yang ditunjukkan

dengan persentase sebesar 62,50 %.

(107). Kondisi Air Pada Bak Mandi

Tabel 3.107Distribusi Frekuensi Menurut Kondisi Air pada Bak Mandi Penduduk

Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Kondisi air f %12

BersihBerwarna, kotor, bau

871

98,861,14

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa kondisi air

pada bak mandi warga RW VI dalam kondisi bersih, yang ditunjukkan dengan

persentase sebesar 98, 86 %.

(108). Kesesuaian Rumah Dengan Jumlah Jiwa

Page 57: laporan askep

Tabel 3.108Distribusi Frekuensi Menurut Kesesuaian Rumah dengan Jumlah Jiwa

Penduduk Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Kesesuaian rumah dengan jumlah jiwa

f %

12

Sesuai Tidak sesuai

7612

86,3113,84

Jumlah 88 100 Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa sebesar 86,31

% rumah penduduk RW VI terdapat kesesuaian rumah dengan jumlah jiwa yang

mendiami rumah.

(109). Kepemilikan Pekarangan

Tabel 3.109Distribusi Frekuensi Menurut Kepemilikan Pekarangan Penduduk

Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Pekarangan f %12

AdaTidak ada

6325

71,5928,41

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa sebesar 71,59

% terdapat pekarangan pada warga RW VI.

(110). Pemanfaatan Pekarangan

Tabel 3.110Distribusi Frekuensi Menurut Pemanfaatan Pekarangan Penduduk

Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Pemanfaatan pekarangan f %12

Ada (sayur/buah)Tidak ada

3627

57,1442,86

Jumlah 63 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa warga RW VI

banyak yang memanfaatkan pekarangannya untuk sayur/buah, yang ditunjukkan

dengan persentase sebesar 57,14 %.

(111). Pengaturan Pekarangan

Tabel 3.111Distribusi Frekuensi Menurut Pengaturan Pekarangan Penduduk

Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

Page 58: laporan askep

No Pengaturan pekarangan f %12

TeraturTidak teratur

5211

82,5417,46

Jumlah 63 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa warga RW VI

sebesar 82,54 % memiliki pekarangan yang teratur.

(112). Tempat Pembuangan Sampah

Tabel 3.112Distribusi Frekuensi Menurut Tempat Pembuangan Sampah Penduduk

Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Tempat pembuangan sampah f %1234

Diangkut dinasDikumpulkan dan dibakarDitanam dilubang

Dibuang di sungai

85210

96,592,271,14

0Jumlah 88 100

Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa warga RW VI

membuang sampah dengan diangkut dinas sebesar 96,59 %.

(113). Alasan Pembuangan Sampah

Tabel 3.113Distribusi Frekuensi Menurut Alasan Pembuangan Sampah Penduduk

Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Alasan pembuangan f %1234

MudahFasilitasKebiasaanLokasi TPS

4140

52

46,5945,45

5,682,28

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa alasan

terbanyak pembuangan sampah adalah karena mudah, yaitu sebesar 46,59 %.

(114). Tempat Pembuangan Air Kotor

Tabel 3.114

Page 59: laporan askep

Distribusi Frekuensi Menurut Tempat Pembuangan Air Kotor Oleh Penduduk RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Tempat pembuangan air kotor f %1234

SPAL tertutupSelokan ke sungaiSPAL terbukaTanah

432914

2

48,8632,9515,90

2,29

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa warga RW IV

banyak yang menggunakan SPAL tertutup sebagai tempat pembuangan air kotor

dengan persentase 48,86 %.

(115). Alasan Pembuangan Air Kotor

Tabel 3.115Distribusi Frekuensi Menurut Alasan Pembuangan Air Kotor Oleh Penduduk

RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Alasan pembuangan f %123

MudahFasilitasKebiasaan

6620

2

7522,72

2,28

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa alasan

pembuangan air kotor warga RW VI yang terbanyak adalah karena mudah dengan

persentase 75 %.

(116). Jarak Sumber Air Ke WC

Tabel 3.116Distribusi Frekuensi Menurut Jarak Sumber Air Ke WC Di Penduduk

RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006No Jarak sumber air ke WC f %12

> 10 meter< 10 meter

880

1000

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa jarak sumber

air ke WC pada semua warga RW VI adalah lebih dari 10 meter karena semua

warga menggunakan PDAM sebagai sumber air.

(117). Kepemilikan Jamban

Tabel 3.117Distribusi Frekuensi Menurut Kepemilikan/Ketersediaan Jamban

Pada Penduduk RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

Page 60: laporan askep

No Ketersediaan jamban f %12

PunyaTidak punya

880

1000

Jumlah 88 100

Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa semua warga

RW VI memiliki jamban.

(118). Jenis Jamban

Tabel 3.118Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Jamban Yang Dimiliki Penduduk

Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Jenis jamban f %1

2

Leher angsa dengan septictankLeher angsa tanpa septictank

88

0

100

0

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa semua warga

RW VI memiliki jenis jamban leher angsa dengan septictank.

(119). Ketersediaan Sarana Penanggulangan Kebakaran

Tabel 3.119Distribusi Frekuensi Menurut Ketersediaan Sarana Penanggulangan

Kebakaran Yang Dimilki Penduduk RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Ketersediaan sarana untuk penanggulangan kebakaran

f %

12

Tidak adaAda

844

95,554,55

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa warga RW VI

terbanyak tidak memiliki sarana untuk penanggulangan kebakaran dengan

persentase sebesar 95,55 %.

Page 61: laporan askep

(120). Ketersediaan Sarana Penanggulangan Bencana Di Rumah

Tabel 3.120Distribusi Frekuensi Menurut Ketersediaan Sarana Penanggulangan Bencana

Yang Dimiliki Penduduk RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Ketersediaan sarana untuk penanggulangan bencana

f %

12

Tidak adaAda

862

97,732,27

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa warga RW VI

terbanyak tidak memiliki sarana untuk penaggulangan bencana dengan persentase

sebesar 97,73 %.

(121). Kondisi Jalan

Tabel 3.121Distribusi Frekuensi Menurut Kondisi Jalan Di Rumah Penduduk

RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006No Kondisi jalan f %123

RataTidak rataTidak licin

8071

90,907,951,15

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi jalan

di lingkungan warga RW VI adalah jalan rata dengan persentase sebesar 90,90 %.

(122). Keamanan Lingkungan

Tabel 3.122Distribusi Frekuensi Menurut Keamanan Lingkungan Penduduk

Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Keamanan lingkungan f %12

SiskamlingPemadam kebakaran

880

1000

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa seluruh warga

RW VI memanfaatkan siskamling untuk menjaga keamanan lingkungan yang

ditunjukkan dengan persentase sebesar 100 %.

(123). Keamanan Pribadi

Page 62: laporan askep

Tabel 3.123Distribusi Frekuensi Menurut Ketersediaan Keamanan Pribadi

Penduduk Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Keamanan pribadi f %123

TongkatLain-lainTidak punya

181258

20,4513,6465,90

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa sebanyak

65,90 % warga, tidak mempunyai alat keamanan pribadi.

(124). Jenis Transportasi Yang Dimiliki Penduduk

Tabel 3.124Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Transportasi Yang Dimilki

Penduduk Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Jenis transportasi f %1234

Sepeda MotorMobilSepeda motor dan mobilLainnya

6712

54

76,1313,64

5,694,54

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa warga RW VI

sebagian besar menggunakan sepeda motor sebagai alat transportasi yang

ditunjukkan dengan persentase sebesar 76,13 %.

(125). Ketersediaan Sarana Komunikasi

Tabel 3.125Distribusi Frekuensi Menurut Ketersediaan Sarana Komunikasi Yang Dimiliki

Penduduk Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Sarana komunikasi f %12

AdaTidak ada

817

92,057,95

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar warga RW VI memiliki sarana komunikasi yang ditunjukkan dengan

persentase sebesar 92,05 %.

Page 63: laporan askep

(126). Jenis Alat Komunikasi

Tabel 3.126Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Alat Komunikasi Yang Dimiliki Penduduk

Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Jenis f %1234

Telpon/HPInternetLainnya

7927

89,782,277,95

Jumlah 88 100 Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar warga RW VI memiliki telpon/ HP sebagai alat komunikasi yang ditunjukkan

dengan persentase sebesar 89,78 %.

(127). Cara Penyebaran Informasi

Tabel 3.127Distribusi Frekuensi Menurut Cara Penyebaran Informasi Yg Dilakukan

Penduduk Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Cara penyebaran informasi f %12

LangsungTidak langsung

826

93,186,82

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar warga RW VI menggunakan cara langsung untuk menyebarkan informasi

yang ditunjukkan dengan persentase sebesar 93,18 %.

(128). Tingkat Pengetahuan Penduduk Tentang Penyakit

Tabel 3.128Distribusi Frekuensi Menurut Tingkat Pengetahuan Penduduk Tentang

Penyakit Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Pengetahuan penyakit f %123456789

1011121314

HipertensiDiareDMTidak tahuStrokeCacinganPenyakit kulitPenyakit mataGondokPenyakit JantungPenyakit jiwaParu kronisCacat bawaanISPA

4237353229292827262322201919

9,017,947,516,876,226,226,005,715,584,934,774,294,084,08

Page 64: laporan askep

1516171819

Penyakit sendiLepra/kustaPenyakit telingaMalnutrisiDHF

18181816

8

3,863,863,863,451,71

Jumlah 466 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa warga RW VI

terbanyak memiliki tingkat pengetahuan tentang penyakit Hipertensi yang

ditunjukkan dengan persentase sebesar 9,01 %.

(129). Tingkat Pengetahuan Penduduk Tentang Imunisasi

Tabel 3.129Distribusi Frekuensi Menurut Tingkat Pengetahuan Penduduk Tentang

Imunisasi Di RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Jenis imunisasi f %123456

PolioCampakTTBCGDPTTidak tahu

484644414031

19,2018,4017,6016,4016,0012,40

Jumlah 250 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa warga RW VI

terbanyak memiliki tingkat pengetahuan mengenai imunisasi Polio dengan

persentase sebesar 19,20 %.

(130). Sumber Informasi Kesehatan

Tabel 3.130Distribusi Frekuensi Menurut Sumber Informasi Kesehatan Yang

Diperoleh Penduduk RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Sumber Informasi f %12345

TVPetugas kesehatanPosyanduPKMRadio

4920161616

41,8817,0813,6813,6813.68

Jumlah 117 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar warga RW VI mendapatkan sumber informasi kesehatan dari televisi yang

ditunjukkan dengan persentase sebesar 41,88 %

Page 65: laporan askep

(131). Jumlah Penghasilan Penduduk

Tabel 3.131Distribusi Frekuensi Menurut Jumlah Penghasilan Penduduk RW VI

Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Penghasilan f %1234

< 500 ribu500 ribu – 1 juta1 juta – 1,5 juta> 1,5 juta

7272529

7,9530,6828,4132,96

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan 32,96 % warga RW

VI memiliki penghasilan > 1,5 juta.

(132). Penghasilan Tambahan

Tabel 3.132Distribusi Frekuensi Menurut Ada/Tidaknya Penghasilan Tambahan Pada

Penduduk RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Penghasilan tambahan f %12

TidakYa

7018

79,5520,45

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa sebanyak

79,55 % warga RW VI tidak memiliki penghasilan tambahan.

14. Status Psikososial

(133). Kestabilan Emosi

Tabel 3.133Distribusi Frekuensi Menurut Kestabilan Emosi Penduduk RW VI

Kel. Bumiayu, Nopember 2006No Stabilitas emosi f %1234

StabilLabilDatarIritabel

80431

90,904,543,421,14

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa 90,90 %

warga RW VI memiliki stabilitas emosi yang stabil.

(134). Masalah Yang Dihadapi Penduduk Dalam 1 Bulan Terakhir

Page 66: laporan askep

Tabel 3.134Distribusi Frekuensi Menurut Masalah Yang Dihadapi Penduduk Dalam 1 Bulan

Terakhir Pada Penduduk RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Masalah f %1234

EkonomiKesehatanPendidikan AnakLain-lainPerkawinan

2213

941

44,9026,5318,37

8,162,04

Jumlah 49 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa 44,90 %

warga RW VI memiliki masalah ekonomi dalam 1 bulan terakhir.

(135). Keadaan Seksualitas

Tabel 3.135Distribusi Frekuensi Menurut Keadaan Seksualitas Penduduk RW VI Kel.

Bumiayu, Nopember 2006

No Seksualitas f %12

HarmonisTidak harmonis

835

94,325,68

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa 94,32 %

warga RW VI memiliki hubungan yang harmonis.

(136). Tingkat Perhatian Keluarga

Tabel 3.136Distribusi Frekuensi Menurut Tingkat Perhatian Keluarga Penduduk

RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Perhatian f %123

Sangat perhatianCukup perhatianTidak perhatian

5631

1

63,6435,23

1,13Jumlah 88 100

Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Page 67: laporan askep

Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa 63,64 %

warga RW VI sangat perhatian terhadap keluarga.

(137). Keadaan Hubungan Dengan Anggota Keluarga

Tabel 3.137Distribusi Frekuensi Menurut Keadaan Hubungan Dengan Anggota Keluarga

Penduduk RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Hubungan f %1234

AkrabBiasa sajaBermusuhanJarang berkomunikasi

7014

31

79,5515,02

3,301,13

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa 79,55 %

warga RW VI memiliki hubungan yang sangat akrab dengan anggota keluarga.

(138). Keadaan Hubungan Dengan Orang Lain

Tabel 3.138Distribusi Frekuensi Menurut Keadaan Hubungan Dengan Orang Lain

Penduduk RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Hubungan f %1234

AkrabKenalBermusuhanTidak kenal

5427

52

61,3630,58

5,653,41

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa 61,36 %

warga RW VI memiliki hubungan yang akrab dengan orang lain di sekitar rumah.

(139). Keadaan Hubungan Dengan 1 RT

Tabel 3.139Distribusi Frekuensi Menurut Keadaan Hubungan Dengan Orang Lain

Penduduk RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Hubungan f %1234

KenalAkrabTidak kenalBermusuhan

5137

00

57,9542,05

00

Jumlah 88 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa 57,95 %

warga RW VI kenal dengan warga dalam 1 RT.

Page 68: laporan askep

(140). Peran Dalam Kelompok

Tabel 3.140Distribusi Frekuensi Menurut Peran Dalam Kelompok Penduduk

RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Peran dalam kelompok f %123

AktifBiasa sajaTidak aktif

5728

3

64,7731,81

3,42Jumlah 88 100

Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa 64,77 %

warga RW VI berperan aktif dalam kelompok.

(141). Pengisian Waktu Luang

Tabel 3.141Distribusi Frekuensi Menurut Pengisian Waktu Luang Penduduk

RW VI Kel. Bumiayu, Nopember 2006

No Pengisian waktu luang dalam kegiatan kelompok

f %

123456

PKKKegiatan keagamaanDi rumah sajaOlah ragaPosyanduLain-lain

6743181715

4

40,8626,2310,9710,36

9,152,43

Jumlah 164 100Sumber data: hasil pendataan Mahasiswa PSIK’B FKUB, Nopember 2007

Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa 40,86 %

warga RW VI menggunakan waktu luangnya untuk kegiatan PKK.

3.3 Perumusan Masalah

Setelah pendataan selesai, data diolah dan dianalisa. Tahap selanjutnya

adalah perumusan masalah yang ditentukan bersama masyarakat melalui

musyawarah masyarakat RW yang dilaksanakan tanggal 22 Nopember 2006.

Page 69: laporan askep

Data-data yang ditampilkan pada saat MMRW meliputi:

1. Data Umum

jenis kelamin

laki-laki52%

perempuan48%

laki-laki perempuan

Diagram 3. 1 Jenis kelamin masyarakat RW 06 kelurahan Bumiayu

Usia (tahun)

>507%

<12%

2 s/d 511%

6 s/d 1217%

13 s/d 2410%

25 s/d 5053%

<1 2 s/d 5 6 s/d 12 13 s/d 24 25 s/d 50 >50

Diagram 3.2 Usia masyarakat RW 06 kelurahan Bumiayu

Page 70: laporan askep

TINGKAT PENDIDIKAN

SD17%

SMP10%

SMA34%

Diploma 16%

Sarjana23%

SD SMP SMA Diploma Sarjana

Diagram 3.3 Tingkat pendidikan masyarakat RW 06 Kel.Bumiayu

2. Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA)

PASANGAN USIA SUBUR

Tidak ada15%

Ada85%

Ada Tidak ada

Diagram 3.4 Pasangan usia subur RW 06 kelurahan Bumiayu

Page 71: laporan askep

IBU HAMIL

Ada12%

Tidak ada88%

Ada Tidak ada

Diagram 3. 5 Distribusi frekuensi ibu hamil di RW 06 kelurahan Bumiayu

MAKANAN PANTANGAN SELAMA HAMIL

Ya33%

Tidak67%

Ya Tidak

Diagram 3.6 Distribusi makanan pantangan selama hamil

Page 72: laporan askep

JUMLAH BALITA RW 06

Ya47%

Tidak53%

Ya Tidak

Diagram 3.7 Jumlah balita RW 06 kelurahan Bumiayu

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

tidak29%

Ya71%

Ya tidak

Diagram 3.8 Pemberian ASI eksklusif

Page 73: laporan askep

IKUT/TDKNYA PENIMBANGAN POSYANDU

ya42%

tidak58%

ya tidak

Diagram 3.9 Ikut tidaknya penimbangan balita

3. Remaja

KEIKUTSERTAAN DALAM ORGANISASI REMAJA

Ya41%

tidak59%

Ya tidak

Diagram 3.10 Distribusi keikutsertaan remaja dalam organisasi remaja

Page 74: laporan askep

PENGETAHUAN TENTANG NARKOBA

tidak41%

Ya59%

Ya tidak

Diagram 3.11 Tingkat pengetahuan narkoba pada remaja

PENGGUNAAN NARKOBA

Ya 10%

Tidak90%

Ya Tidak

Diagram 12. Riwayat penggunaan narkoba pada remaja di RW 6 Kelurahan Bumiayu

4. Kesehatan Lingkungan

Page 75: laporan askep

pembuangan air kotortanah2%

Dibuang di sungai

0%

SPAL tertutup46%

SPAL terbuka15%

Selokan ke sungai37%

SPAL tertutup SPAL terbuka Selokan ke sungai

Dibuang di sungai tanah

Diagram 3.13 Pembuangan air kotor

Tingkat pengetahuan penyakit

DHF2%

Malnutrisi3%

Tidak tahu7%

Gondok6%

Penyakit telinga4%

Stroke6%

Penyakit Jantung5%Penyakit kulit

6%

Penyakit mata6%

Cacingan6%

Penyakit jiwa5%

Lepra/kusta4%

Diare8%

Paru kronis4%

ISPA4%

DM8%

Hypertensi9%

Cacat bawaan4%

Penyakit sendi4%

ISPA Paru kronis Diare Hypertensi

DM Penyakit sendi Penyakit Jantung Stroke

DHF Penyakit telinga Penyakit kulit Penyakit mata

Cacingan Cacat bawaan Penyakit jiwa Lepra/kusta

Gondok Malnutrisi Tidak tahu

Diagram 3.14 Tingkat pengetahuan tentang penyakit pada masyarakat di RW 6 Kel.Bumiayu

Page 76: laporan askep

FREKUENSI PEMBERSIHAN BAK MANDI

2 minggu27% 1 minggu

63%

Tidak pernah0%

> 2 minggu10%

1 minggu 2 minggu > 2 minggu Tidak pernah

Diagram 3.15 Pembersihan bak mandi

5. Lansia

KELUHAN YANG DIRASAKAN SAAT ININyeri kepala

22%

Nyeri dada3%

Nyeri perut14%

Nyeri sendi8%

Sesak nafas7%

Gatal-gatal11%

Penglihatan kabur13%

Edema tungkai 1%

Anoreksia3%

Gangguan kemih

0%

Diare11%

Lain-lain 7%

Nyeri kepala Nyeri dada Nyeri perutNyeri sendi Sesak nafas Gatal-gatalPenglihatan kabur Edema tungkai AnoreksiaGangguan kemih Diare Lain-lain

Diagram 3.16 Keluhan yang dirasakan saat ini

Page 77: laporan askep

PENYAKIT YANG DIDERITA

Penyakit mata10%

Cacat baw aan0%

Penyakit cacingan2%

Penyakit jiw a0%

Penyakit kulit10%

Paru kronik0%

Penyakit telinga4%

Penyakit jantung2%

Stroke2%

ISPA15%

Lain-lain10%

Diare14%

DM6%

Hypertensi10%

Demam berdarah0%

Reumatik15%

ISPA Paru kronik Penyakit jantung Stroke

Penyakit telinga Penyakit kulit Penyakit mata Penyakit cacingan

Cacat baw aan Penyakit jiw a Diare Hypertensi

DM Demam berdarah Reumatik Lain-lain

Diagram 3.17 Distribusi penyakit yang diderita 1 tahun terakhir

Dari hasil musyawarah telah disepakati beberapa masalah. Dari beberapa

masalah yang muncul kemudian ditentukan prioritas masalah, yaitu:

1. Masalah kesehatan lingkungan.

Masalah ini berkaitan dengan kebersihan bak mandi/bak air, saluran

pembuangan limbah/selokan dan pemeliharaan unggas peliharaan mendapat

prioritas utama sebagai masalah yang harus segera diatasi. Hal ini ditunjukkan

dengan data hasil pengkajian dari 88 sampel keluarga yang menunjukkan

bahwa:

Sebanyak 10% warga di RT VI membersihkan bak mandi > 2 minggu dan

sebanyak 27% membersihkan bak mandi selama seminggu sekali.

Persentase warga di RW VI yang menggunakan SPAL terbuka untuk

pembuangan air kotor adalah 15% dan yang menggunakan selokan sebagai

tempat pembuangan air kotor adalah 37%.

Persentase pemilik unggas di RW VI adalah 29,24 % dengan 19,23%nya

mempunyai kandang yang bersatu dengan rumah.

Masalah kesehatan lingkungan merupakan prioritas masalah karena

dirasakan warga sebagai gangguan lingkungan sekitar dan mengancam

kesehatan.

2. Masalah kurangnya kesadaran ibu-ibu yang memiliki balita di lingkungan RW VI

untuk datang ke posyandu secara rutin dan pemberian ASI secara eksklusif.

Page 78: laporan askep

Data hasil pengkajian dari 88 sampel keluarga menunjukkan bahwa 47%

memiliki balita dan 58%nya tidak mengikuti penimbangan balita di Posyandu,

Sedangkan 29%nya tidak memberikan ASI secara eksklusif. Hal ini dirasakan

sebagai masalah yang perlu mendapat perhatian sebab kurangnya partisipasi

ibu-ibu dalam penimbangan dan pemberian ASI eksklusif akan menyebabkan

gangguan kesehatan serta tumbuh kembang balita tidak dapat dipantau dengan

baik.

3. Masalah remaja berkaitan dengan narkoba.

Dari data pengkajian yang telah dilakukan, didapatkan data terdapat 10%

remaja dari total penduduk RW VI dengan 10%nya memiliki riwayat pengguna

narkoba. Hal ini dirasakan warga sebagai ancaman bagi kesehatan remaja

sebagai penerus bangsa yang idealnya sehat secara jasmani dan rohani dan

bebas dari penyalahgunaan narkotika dan obat-obat berbahaya lainnya.

3.4 Perencanaan

Perencanaan penanganan masalah ditentukan bersama masyarakat melalui

musyawarah masyarakat RW. Berdasarkan masalah yang ada, disepakati beberapa

rencana kegiatan, antara lain:

1. Perlu adanya penyuluhan tentang kesehatan lingkungan khususnya mengenai:

Kebersihan bak mandi/bak air untuk mencegah penularan penyakit demam

berdarah.

Selokan

Perawatan hewan peliharaan (unggas), yaitu tentang kebersihan kandang,

pencegahan flu burung, dan pemeliharaan unggas liar agar tidak

mengganggu kenyamanan warga lainnya

2. Perlu adanya penyuluhan tentang pentingnya kunjungan rutin ke Posyandu

kepada ibu-ibu balita agar status kesehatan dan tumbuh kembang balita dapat

dipantau dengan baik.

3. Perlu adanya penyuluhan tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif bagi bayi

agar pertumbuhan bayi menjadi optimal.

4. Perlu adanya penyuluhan tentang narkoba agar remaja di lingkungan RW VI

mengetahui dan memahami serta mengerti tentang narkoba dan akibat buruknya

bagi kesehatan dan pembentukan pribadi remaja sebagai generasi penerus

bangsa.

Page 79: laporan askep

BAB IV

PELAKSANAAN

4.1 Kegiatan di Masyarakat

4.1.1 Pengkajian

4.1.1.1 Rancangan Kegiatan Pengkajian Warga RW V Kelurahan Pagentan

Kec. Singosari Kab. Malang

4.1.1.1.1 Latar Belakang

Praktek klinik keperawatan komunitas bertujuan untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat yang ditujukan pada individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat. pendekatan yang digunakan adalah berdasarkan proses keperawatan.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu dilakukan pendataan/ pengkajian di

lingkungan RT 01-07 RW V Kelurahan Pagentan.

Pengkajian merupakan tahap pertama dari proses keperawatan. Tujuan dari

pengkajian adalah untuk mendapatkan data-data yang ada di RW V terutama

mengenai masalah kesehatan. Dari hasil pendataan tersebut, akan diketahui

masalah kesehatan yang dirasakan masyarakat sehingga bisa dilakukan intervensi

yang tepat.

4.1.1.1.2 Tujuan

Tujuan Umum

Setelah melakukan pendataan/ pengkajian di RW 05 Kelurahan Pagentan

mahasiswa dapat mengetahui masalah kesehatan yang ada di wilayah tersebut.

Tujuan Khusus

Setelah melakukan pendataan/ pengkajian mahasiswa dapat:

a. Membina hubungan baik dengan pengurus RW, RT, kader kesehatan,

pemuka agama, pengurus PKK dan masyarakat di RW V Kelurahan

Pagentan.

b. Mengenalkan program kegiatan praktek profesi kepada masyarakat melalui

acara-acara yang dilakukan masyarakat RW V misalnya pengajian, PKK dan

lain-lain.

c. Menemukan masalah kesehatan yang ada di wilayah RW V kelurahan

Pagentan.

d. Membuat peta masalah kesehatan yang ada di wilayah RW V Kelurahan

Pagentan.

Page 80: laporan askep

e. Menyajikan data hasil pengkajian ke tokoh masyarakat, tokoh agama di

wilayah RW V kelurahan Pagentan.

4.1.1.1.3 Pelaksanaan Kegiatan

Hari/Tanggal : Selasa-Jum’at (6-9 Nopember 2007)

Waktu : Ba’da Ashar (karena warga banyak yang bekerja)

Sasaran : Masyarakat RT 1-7 di RW V Kelurahan Pagentan

Kecamatan Singosari Kabupaten Malang.

Penanggung jawab: RT 1 (Rosi Granada, Ida Zuhroida, Ida Sukesi)

RT 2 dan 3 (Agus Fery, Zain Arif, Inung Sholikha)

RT 4 dan 5 (Ari Yani, Kadek Mahedi, Suko Ayu)

RT 6 dan 7 (Ucik I, Vendi E, Zahrotul W, Dadang RA)

4.1.1.1.4 Susunan Kegiatan

- Perkenalan dengan pengurus RW VI, ketua RT, kader posyandu dan

pengurus PKK sekaligus meminta izin untuk melakukan pendataan di

RT 1-7 RW V Kelurahan Pagentan.

- Membagikan angket ke masing-masing warga RT 1-7 dengan metode

Cluster Random Sampling (sesuai penanggung jawab masing-masing

RT) sekaligus perkenalan ke warga.

- Melakukan tabulasi data.

4.1.1.1.5 Evaluasi

Evaluasi Proses

Penilaian terhadap kelancaran kegiatan dari awal hingga akhir.

Evaluasi Hasil

Penilaian terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

4.1.2 Laporan Kegiatan Pengkajian Warga RW V Kelurahan Pagentan

4.1.1.2 Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan pengkajian dilaksanakan mulai hari selasa 6 Nopember sampai

jum’at 9 Nopember 2007. Sedangkan waktu pelaksanaannya menyesuaikan dengan

waktu luang warga, yaitu sore hari dan malam hari dimana warga sudah pulang dari

tempat kerjanya.

4.1.1.2.1 Susunan Kegiatan

Tanggal 5 Nopember 2007

a. memperkenalkan diri dengan ketua RW V dan meminta ijin dari ketua RW.

Tanggal 6-7 Nopember 2007

Page 81: laporan askep

a. Memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud tujuan kegiatan ke ketua

posyandu RW (Bu Asmat).

b. Memperkenalkan diri dengan kader-kader posyandu di tiap-tiap RT.

c. Memperkenalkan diri dengan ketua masing-masing RT, pengurus RW dan

pengurus PKK.

d. Membagikan angket dan menjelaskan cara pengisian angket ke masing-

masing warga melalui melalui kader dan sebagian langsung ke warga sambil

perkenalan dengan warga yang dipilih secara acak di tiap-tiap RT. Angket

yang dibagikan sejumlah 90.

Tanggal 8-9 Nopember 2007

a. Mengambil angket dari rumah warga.

4.1.1.2.2 Evaluasi

1. Evaluasi Proses

Kendala yang dihadapi antara lain:

a. Warga RW V Kelurahan Pagentan banyak yang bekerja sebagai pekerja

swasta dan sore hari mereka baru pulang, sehingga waktu yang tersedia

sedikit dan sulit menemui warga.

b. Ada beberapa warga yang tidak bersedia mengisi angket karena kesibukan

mereka di tempat kerja.

Masyarakat menerima kedatangan mahasiswa dengan baik dan bersikap ramah.

2. Evaluasi Hasil

Dari seluruh angket yang dibagikan sejumlah 90, kembali semua 90 angket.

4.1.2 Musyawarah Masyarakat Rukun Warga

4.1.2.1 Rencana Kegiatan Musyawarah Masyarakat Rukun Warga (MMRW)

2.%2%4.1.2.1.1 Latar Belakang

Praktek klinik keperawatan komunitas bertujuan untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat yang ditujukan pada individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan melalui penerapan askep

komunitas, mulai dari tahap pengkajian, perencanaan sampai evaluasi.

Setelah melalui tahap pengkajian, yang dilakukan dengan pengambilan data

di wilayah RW 05 Pagentan sejak tanggal 6 Nopember 2007, dilakukan pengolahan

data, selanjutnya dilakukan perencanaan. Perencanaan tersebut dilakukan dengan

memberdayakan masyarakat yang ada di wilayah ini. Untuk selanjutnya dapat

menentukan masalah dan rencana intervensi yang bisa dilakukan. Salah satu wujud

pemberdayaan masyarakat adalah melalui musyawarah bersama antara warga

masyarakat, pihak Puskesmas, pembimbing institusi dan mahasiswa yang praktek.

Page 82: laporan askep

3.%2%4.1.2.1.2 Tujuan

Tujuan Umum:

Setelah melakukan musyawarah masyarakat rukun warga (MMRW), masyarakat

RW V Kelurahan Pagentan dapat mengetahui gambaran data tentang kesehatan di

wilayahnya.

Tujuan Khusus:

Setelah melakukan musyawarah rukun warga (MMRW) masyarakat dapat:

1. Menentukan masalah kesehatan yang ada di wilayahnya

2. Menentukan penyelesaian masalah kesehatan yang ada.

3. Bersedia mematuhi keputusan bersama yang telah disepakati.

4.%2%4.1.2.1.3 Sasaran

Warga masyarakat RW 05 kelurahan Pagentan

5.%2%4.1.2.1.4 Waktu dan Tempat

Hari/ tanggal : Jumat, 22 September 2006

Waktu : Pkl. 19.00 - selesai

Tempat : Rumah Bpk. Soehermanto, ketua RW 06 kelurahan Bumiayu

(PCP blok AP-12).

4.1.2.1.5 Pelaksanaan:

4.1.2.1.5.1 Tahap Persiapan

Persiapan MMRW dilakukan dengan mempersiapkan data yang akan

disampaikan, konsultasi dengan pembimbing, persiapan undangan dan segala

keperluan lain seperti tempat, dokumentasi, konsumsi serta mempersiapkan salah

satu tokoh masyarakat untuk mempresentasikan data.

4.1.2.1.5.2 Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan MMRW dengan susunan acara sebagai berikut:

a. Pembukaan dan sambutan dari mahasiswa (5 menit)

b. Sambutan dari ketua RW atau pihak yang mewakili (5 menit)

c.Presentasi data oleh masyarakat (10 menit)

d. Diskusi:

- Penentuan masalah (25 menit)

- Penentuan penyelesaian masalah (20 menit)

e. Penyelesaian dari pihak Puskesmas Singosari (10 menit)

f. Penjelasan atau penambahan dari pihak institusi (10 menit)

g. Penutup/ doa ( 5 menit).

4.1.2.1.5.3 Tahap Evaluasi

Evaluasi Proses

Kendala proses pelaksanaan kegiatan.

Evaluasi Akhir

Page 83: laporan askep

Hasil Kesepakatan bersama.

4.1.2.2 Laporan Kegiatan MMRW

6.%2%4.1.2.2.1 Waktu Pelaksanaan Kegiatan

Hari/ tanggal : Jumat, 22 September 2006

Waktu : Pkl. 19.00 - selesai

Tempat : Rumah Bpk. Soehermanto ketua RW VI kelurahan Bumiayu

(PCP blok AP-12)

4.1.2.2.2 Pelaksanaan

1. Tahap Persiapan

Sebelum pelaksanaan kegiatan, perlu dilakukan persiapan. persiapan –

persiapan yang dilakukan antara lain:

- Mempersiapkan materi/ bahan/ data yang akan dipresentasikan

- Mempersiapkan media penyampaian data

- Mempersiapkan masyarakat sebagai presenter

- Berkonsultasi dengan pembimbing baik pihak Puskesmas maupun institusi

- Mempersiapkan dan membagikan undangan kepada ketua RT, tokoh

masyarakat, remaja, tokoh agama yang ada di wilayah RW 05 kelurahan

Pagentan

- Mempersiapkan keperluan penunjang lainnya yaitu tempat, dokumentasi dan

konsumsi.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan:

1. Pembukaan dan sambutan dari wakil mahasiswa ( Dafir) selama 4 menit

2. Sambutan dari wakil RW ( sekretaris RW yaitu Bpk. Setiawan ) selama 5

menit

3. Penyajian data oleh salah satu tokoh masyarakat ( Bu Ninik S. ) selama 10

menit)

4. Diskusi:

- Penentuan masalah kesehatan ( 30 menit)

- Penentuan penyelesaian masyarakat (25 menit)

5. Klarifikasi dari pihak Puskesmas (Bpk. Agus W.) selama 10 menit

6. Klarifikasi dari pihak institusi ( Bpk. Ahsan) selama 4 menit

7. Penutup: kesimpulan dan doa selama 3 menit

8. Dokumentasi.

3. Tahap Evaluasi

Evaluasi proses:

- Kendala-kendala yang dihadapi adalah terbatasnya waktu (deadline

pelaksanaan MMRW)

Page 84: laporan askep

- Masyarakat merasa jenuh dengan rapat-rapat karena kesibukan warga

sendiri.

- Undangan yang dibagikan sebanyak 30 undangan tapi yang hadir sekitar

5 orang warga ditambah 2 orang pembimbing. Hal ini dikarenakan waktu

pelaksanaan MMRW bersamaan dengan waktu penyelenggaraan rapat

RT ( RT 5) dan rapat di kelurahan untuk pembentukan karang taruna.

- Acara berjalan lancar, meskipun acara baru dimulai pukul 20.00 WIB

( terlambat 1 jam dari jadwal), masyarakat cukup antusias terhadap

diskusi yang dilakukan.

Evaluasi akhir

Diperoleh kesimpulan dan kesepakatan bersama yaitu mengenai

masalah kesehatan dan penangangannya.

o Prioritas Masalah Kesehatan di RW V Kelurahan Pagentan:

1. Masalah kesehatan lingkungan.

Masalah ini berkaitan dengan kebersihan bak mandi/bak air, saluran

pembuangan limbah/selokan dan pemeliharaan unggas peliharaan

mendapat prioritas utama sebagai masalah yang harus segera

diatasi. Hal ini ditunjukkan dengan data hasil pengkajian dari 88

sampel keluarga menunjukkan bahwa:

10% membersihkan bak mandi > 2 minggu, 27% membersihkan

bak mandi selama seminggu sekali

15% menggunakan SPAL terbuka untuk pembuangan air kotor

dan 37% dibuang diselokan.

29,24 % memiliki unggas dengan 19,23%nya mempunyai

kandang bersatu dengan rumah.

Masalah kesehatan lingkungan merupakan prioritas masalah karena

dirasakan warga sebagai gangguan lingkungan sekitar dan

mengancam kesehatan.

2. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Masalah kurangnya kesadaran ibu-ibu yang memiliki balita di

lingkungan RW VI untuk datang ke posyandu secara rutin dan

pemberian ASI secara eksklusif.

Data hasil pengkajian dari 88 sampel keluarga menunjukkan bahwa

47% memiliki balita dan 58%nya tidak mengikuti penimbangan balita

di Posyandu, sedangkan 29%nya tidak memberikan ASI secara

eksklusif. Hal ini dirasakan sebagai masalah yang perlu mendapat

perhatian sebab kurangnya partisipasi ibu-ibu dalam penimbangan

dan pemberian ASI eksklusif akan menyebabkan gangguan

Page 85: laporan askep

kesehatan serta tumbuh kembang balita tidak dapat dipantau dengan

baik.

3. Masalah remaja berkaitan dengan narkoba.

Dari data pengkajian yang telah dilakukan, didapatkan 10% remaja

dari total penduduk RW VI dengan 10%nya memiliki riwayat

pengguna Narkoba. Hal ini dirasakan warga sebagai ancaman bagi

kesehatan remaja sebagai penerus bangsa yang idealnya sehat

secara jasmani dan rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika

dan obat-obat berbahaya lainnya.

o Penanggulangan Masalah Kesehatan di RW VI Puri Cempaka Putih

Kelurahan Bumiayu

Dari hasil musyawarah bersama masyarakat RW V disepakati perlu

adanya penanggulangan bersama masalah-masalah tersebut dengan

mengadakan kerjasama antara seluruh warga RW V dengan Mahasiswa

Keperawatan Universitas Brawijaya. Di bawah ini diuraikan beberapa solusi

yang dapat dilakukan antara lain:

1. Perlu adanya penyuluhan tentang kesehatan lingkungan khususnya

mengenai:

Kebersihan bak mandi/bak air untuk mencegah penularan penyakit

demam berdarah melalui nyamuk Aedes agepty.

Selokan

Perawatan hewan peliharaan (unggas), yaitu tentang kebersihan

kandang, pencegahan flu burung, dan pemeliharaan unggas liar agar

tidak mengganggu kenyamanan warga lainnya

2. Perlu adanya penyuluhan tentang pentingnya kunjungan rutin ke

Posyandu kepada ibu-ibu balita agar status kesehatan dan tumbuh

kembang balita dapat dipantau dengan baik.

3. Perlu adanya penyuluhan tentang Narkoba agar remaja di lingkungan

RW VI mengetahui dan memahami serta mengerti tentang Narkoba dan

akibat buruknya bagi kesehatan dan pembentukan pribadi remaja

sebagai generasi penerus bangsa.

4.1.3. Laporan Pelaksanaan Kegiatan/ Intervensi

4.1.3.1 Masalah Kesehatan Lingkungan

4.1.3.1.1 Preplanning Kesehatan Lingkungan RW V Kelurahan Pagentan

4.1.3.1.1.1 Latar Belakang

Lingkungan merupakan tempat individu atau masyarakat berada dan

bertempat tinggal. Lingkungan terbagi atas dua yaitu: lingkungan biotik dan abiotik.

Lingkungan biotik yaitu makhluk-makhluk hidup yang ada di sekitar manusia

misalnya hewan ternak/ peliharaan, tanaman, hewan pengerat, serangga, bakteri

Page 86: laporan askep

dan lain-lain. Lingkungan abiotik yaitu makhluk-makhluk tak hidup seperti

perumahan, air, udara, tanah, cuaca, iklim dan lain-lain. Semuanya dapat

mempengaruhi kehidupan manusia. Bila salah satunya terganggu maka kehidupan

manusia pun terganggu.

Dari hasil pendataan didapatkan bahwa lingkungan RW V memiliki beberapa

masalah kesehatan lingkungan yang harus segera diatasi. Masalah ini berkaitan

dengan kebersihan bak mandi/bak air, saluran pembuangan limbah/selokan dan

pemeliharaan unggas peliharaan. Hasil pengkajian dari 88 sampel keluarga

menunjukkan bahwa: 10% membersihkan bak mandi > 2 minggu, 27%

membersihkan bak mandi selama seminggu sekali, 15% menggunakan SPAL

terbuka untuk pembuangan air kotor dan 37% dibuang di selokan sehingga

menyebabkan aliran air yang tidak lancar dan beresiko menimbulkan media yang

baik untuk pertumbuhan jentik-jentik nyamuk khususnya nyamuk Aedes aegepty

sebagai vektor dari penyakit Demam Berdarah. Beberapa keadaan lain yang

mengancam kesehatan seperti 29,24% memiliki unggas dengan 19,23%nya

mempunyai kandang bersatu dengan rumah, dimana hal ini patut diwaspadai

terhadap resiko penularan penyakit flu burung. Dari hasil pendataan kesehatan

lingkungan di atas ditengarai disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan

perilaku yang tidak sesuai dengan kesehatan.

Penyakit Demam Berdarah (DHF) adalah penyakit yang mempunyai resiko

besar diderita warga RW V kelurahan Pagentan. Sedangkan penyakit Flu Burung

perlu diwaspadai sedini mungkin oleh warga agar wabah flu burung tidak sampai

menjangkiti lingkungan RW V kelurahan Pagentan. Hasil dari pengkajian banyak

warga yang belum mengerti tentang penyakit tersebut dan bagaimana

pencegahannya, padahal hal tersebut sangat penting untuk mengurangi angka

kejadian penyakit. Penyuluhan ini akan memberi informasi kepada warga tentang

penyakit tersebut guna mencegah timbulnya penyakit Demam Berdarah dan Flu

Burung dan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

4.1.3.1.1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum

Masyarakat menyadari tentang keadaan lingkungannya yang tidak sehat

demi terpeliharanya lingkungan sehat dan perumahan sehat.

2. Tujuan Khusus

Masyarakat RW V Kelurahan Pagentan diharapkan dapat melakukan

pencegahan terhadap Demam Berdarah.

Masyarakat RW V Kelurahan Pagentan diharapkan dapat melakukan

pencegahan terhadap penyakit Flu Burung.

Masyarakat dapat mengidentifikasi lingkungan sehat dan tidak sehat.

Page 87: laporan askep

Setelah dilakukan pembinaan, masyarakat dapat merubah perilaku yang

kurang sehat menjadi perilaku yang sesuai dengan kesehatan demi

mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat.

4.1.3.1.1.3 Rencana Kegiatan

Penyuluhan tentang Demam Berdarah dan Flu Burung

a. Materi :

Penyuluhan tentang Demam berdarah

Penyuluhan tentang Flu Burung

b. Metode : Ceramah dan tanya jawab

c. Sasaran : Seluruh warga RW V Kelurahan Pagentan

d. Tempat : Rumah warga RT 02, RT 03, RT 04, RT 05, RW VI

Kelurahan Bumiayu

e. Waktu : Tanggal 1-15 Oktober 2006

4.1.3.1.1.4 Kegiatan

1. Penyuluhan tentang Demam Berdarah dan Flu Burung

2. Diskusi dan tanya jawab tentang Demam Berdarah dan Flu Burung

4.1.3.1.1.5 Evaluasi

1. Evaluasi Proses

Penilaian terhadap kelancaran kegiatan dari awal hingga akhir.

2. Evaluasi Hasil

Penilaian terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

4.1.3.1.2 Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

4.1.3.1.2.1 SAP Demam Berdarah

A. Topik : Kesehatan lingkungan

B. Sub topik : Demam berdarah

C. Tujuan Instruksional:

1. Umum :

Setelah diberikan penyuluhan sasaran diharapkan mampu memahami

tentang demam berdarah

2. Khusus

Setelah diberikan penyuluhan sasaran mampu :

a. Menyebutkan pengertian demam berdarah

b. Menyebutkan cara penularan demam berdarah

Page 88: laporan askep

c. Menyebutkan gejala-gejala demam berdarah

d. Menyebutkan pertolongan pertama pada penderita demam berdarah

e. Menyebutkan cara pencegahan demam berdarah

D. Perencanaan Penyuluhan

1. Waktu :

a. Hari : Menyesuaikan dengan kegiatan warga

b. Tanggal : 1-15 Oktober 2006

c. Jam : Menyesuaikan dengan kegiatan warga

2. Tempat : Rumah warga

3. Sasaran : Warga RW V kelurahan Pagentan

4. Metode : Ceramah dan Tanya jawab

5. Media : flipchart (lembar balik) dan leaflet

6. Penyaji : Mahasiswa

E. Kegiatan Penyuluhan

Tahap

Kegiatan

Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Media

Pendahuluan 5 mnt 1. Memperkenalkan diri dan menjelaskan topik penyuluhan dan tujuan penyuluhan

2. Menggali pengetahuan tentang demam berdarah

1. Mendengarkan dan

memperhatikan2. Menjawab

pertanyaan yang diajukan oleh penyaji

Penyajian 15 mnt Menjelaskan materi tentang : pengertian demam

berdarah cara penularan

demam berdarah gejala gejala

demam berdarah pertolongan

pertama pada penderita demam berdarah

cara pencegahan demam berdarah

1. Mendengarkan dan memperhatikan2. Mengajukan

pertanyaan bila kurang mengerti

Lembar Balik,Leaflet

Penutup 10 mnt 1. Melakukan evaluasi dengan memberikan pertanyaan

2. Menyimpulkan

Memperhatikan dan menjawab pertanyaan

Page 89: laporan askep

materi yang telah disampaikan

3. Memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya kembali jika kurang jelas

4.1.3.1.2.2 SAP Flu Burung

A. Topik : Kesehatan Lingkungan

B. Sub Topik : Flu Burung

Sub pokok bahasan : Mencegah Flu Burung

C. Tujuan

I. TUJUAN UMUM

Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan sasaran dapat memahami tentang

penyakit flu burung.

II. TUJUAN KHUSUS

Setelah dilakukan penyuluhan, warga dapat:

Menyebutkan pengertian penyakit flu burung.

Menyebutkan cara penularan penyakit flu burung

Menyebutkan gejala-gejala flu burung

Menyebutkan tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah

penularan flu burung di lingkungan rumah.

Merumuskan sarat-sarat daging unggas yang aman untuk dikonsumsi.

III. MEDIA

Lembar balik (flipchart), Leaflet

D.Perencanaan Penyuluhan

Sasaran : Warga RW VI Puri Cempaka Putih II

Kelurahan Bumiayu Malang

Tempat : Rumah warga

Hari/Tanggal : 1-15 Oktober 2006

Waktu : 30 menit

Metode : Ceramah dan tanya jawab

Page 90: laporan askep

Penyaji : Mahasiswa

E.Kegiatan Penyuluhan

No. Waktu 7.%2%Kegiatan Penyuluh Kegiatan

Peserta

1 3 Menit Pembukaan

Membuka kegiatan dengan

mengucapkan salam

Memperkenalkan diri

Menjelaskan tujuan dari penyuluhan

Menjawab

salam,

memperhatikan

dan

mendengarkan

2 7 Menit

10 Menit

Pelaksanaan

Menjelaskan tentang penyakit flu

burung dan cara penularannya.

Menjelaskan tentang gejala-gejala

flu burung pada manusia dan

unggas.

Menjelaskan tentang tindakan-

tindakan yang dapat dilakukan untuk

mencegah penularan flu burung di

lingkungan rumah.

Menjelaskan pada warga bahwa

memakan daging ayam/ produk

unggas adalah aman apabila

dimasak sampai matang.

Mendengarkan

dan

memperhatikan

Bertanya

3 7 Menit Evaluasi

Menanyakan kepada peserta (warga

RW V) tentang materi yang

diberikan

Memberikan reinforcement kepada

peserta (warga RW V) atas jawaban

yang diberikan

Menjawab

pertanyaan

4 3 Menit Terminasi

Mengucapkan terimakasih atas

perhatian dan peran serta

Mendengar dan

menjawab salam

Page 91: laporan askep

F. EVALUASI

Evaluasi Proses

Bagaimanakah kelancaran kegiatan, antusiasme peserta.

Evaluasi Hasil

1. Peserta dapat menjelaskan penyakit flu burung dan cara penularannya.

2. Peserta dapat menjelaskan gejala-gejala flu burung

3. Peserta dapat menyebutkan tindakan-tindakan yang dapat dilakukan

untuk mencegah penularan flu burung di lingkungan rumah.

4. Peserta dapat menjelaskan cara yang benar memasak daging ayam/

produk unggas agar aman dari virus flu burung.

4.1.3.1.3 Materi Penyuluhan

4.1.3.1.3.1 Materi penyuluhan DHF

A. Definisi DHF

Demam Berdarah Dengue (DBD)/ Dengue Hemorragic Fever (DHF) adalah

penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue.

B. Cara Penularannya

DHF hanya dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti betina, yang

tersebar luas dirumah-rumah dan tempat-tempat umum (sekolah, pasar,

terminal, warung, dsb)

Nyamuk ini mendapatkan virus dengue sewaktu menggigit/menghisap darah

orang yang sakit DHF atau orang yang tidak sakit tetapi dalam darahnya

terdapat Virus Dengue.

Orang yang darahnya mengandung virus dengue tetapi tidak sakit dapat

pergi kemana-mana dan menularkan virus itu kepada orang lain di tempat

yang ada nyamuk Aedes Aegyptinya.

Virus dengue yang terhisap nyamuk Aedes aegypti akan bekembang biak

dalam tubuh nyamuk.

Bila nyamuk tersebut menggigit/menghisap darah orang lain, virus tersebut

akan dipindahkan bersama air liur nyamuk ke orang tersebut.

Orang yang digigit nyamuk Aedes aegypti yang mengandung virus dengue

akan menunjukkan gejala sakit/demam setelah 4-6 hari (masa inkubasi).

Bila orang yang ditulari tidak memiliki daya tahan tubuh yang baik, ia akan

segera menderita DHF.

Nyamuk Aedes aegypti yang sudah mengandung virus dengue, seumur

hidupnya dapat menularkan virus tersebut kepada orang lain.

C. Gejala Demam Berdarah

Page 92: laporan askep

1. Panas badan mendadak tinggi (lebih tinggi dari 38 derajat celcius) selama 2-7

hari.

2. Tampak bintik-bintik merah pada kulit (kalau kulit diregangkan bintik-bintik

merah lebih jelas)

3. Kadang-kadang terjadi perdarahan di hidung (mimisan).

4. Mungkin terjadi muntah dan atau berak darah berwarna hitam & bau amis

5. Perdarahan di lambung juga menyebabkan nyeri di ulu hati dan mual.

6. Tekanan darah penderita turun, denyut nadi cepat dan lemah serta gelisah.

Sedangkan ujung kaki dan tangannya dingin berkeringat.

D. Pertolongan bagi Penderita

1. Penderita diberi minum yang banyak

2. Penderita di kompres dengan air es

3. Penderita diberi obat penurun panas

4. Secepatnya penderita dibawa ke dokter, puskesmas atau Rumah Sakit,

khususnya bila penderita tampak gelisah, ujung kaki dan tangannya dingin

dan berkeringat

E. Cara Pencegahannya

Pertumbuhan nyamuk :

Pertumbuhan nyamuk Aedes aegypti terjadi dalam air jernih : bak mandi,

gentong, vas bunga, botol dan kaleng bekas, tempat minuman burung, ban

bekas, perangkap semut, biasanya beraktifitas di siang hari. Nyamuk yang

menghisap darah adalah nyamuk betina yang mencapai 2-3 bulan.

Pertumbuhannya dari telur, menjadi jentik, kemudian kepompong dan

dewasa, membutuhkan waktu 1-2 minggu.

Pemberantasan Nyamuk Demam Berdarah

Untuk memberantas telur, larva dan pupa nyamuk Aedes aegypti bisa

dilakukan dengan menaburkan bubuk Abate pada tempat penampungan air,

dengan dosis 1 sendok makan peres (10 gr) untuk 100 liter air.

Cara yang paling efektif adalah dengan melakukan Pemberantasan Sarang

Nyamuk (PSN) dengan gerakan 3M:

Menguras dan menyikat tempat penampungan air seperti bak mandi. tandon air,

gentong, vas bunga, dll.

Mengubur/memusnahkan barang bekas (kaleng, botol, ban bekas, dll).

Merombeng tidak mengatasi masalah tapi hanya memindahkan masalah

ketempat lain.

Page 93: laporan askep

Menutup rapat-rapat tempat penampungan air (tandon, gentong, dll).

Untuk memberantas nyamuk dewasa bisa dilakukan dengan :

1. Fogging/pengasapan dengan insektisida.

2. Memakai obat anti nyamuk, dll.

Tetapi cara fogging ini kurang efektif karena hanya berefek sementara dan

dapat mencemari lingkungan.

Perlindungan diri untuk mencegah jangan sampai digigit nyamuk dengan

cara :

1. Tidur mamakai kelambu

2. Selalu beraktivitas

3. Menggunakan krem anti nyamuk, dsb.

4.1.3.1.3.2 Materi Penyuluhan Flu Burung

I. Definisi Flu Burung

Flu burung atau avian influenza adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

virus influenza tipe A jenis H5N1.

II. Cara Penularan Flu Burung pada Manusia

Penularan Flu burung dari unggas ke manusia terjadi bila manusia

bersinggungan langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung.

Virusnya mungkin berasal dari kotorannya, liurnya, wadah makanan dan air

minumnya, kandang dan semua permukaan tanah yang dicemarinya.

Penularan juga dapat terjadi secara airborne (Aiborne infection) baik dari unggas

ke manusia maupun dari manusia sudah terinfeksi ke manusia lain apabila

manusia menghirup udara yang sudah mengandung virus ke dalam

pernapasannya.

III. Masa Inkubasi

Masa inkubasi pada manusia berlangsung 1-3 hari.

IV. Gejala-Gejala Flu Burung

Pada manusia:

Gejala-gejala flu burung pada manusia umumnya seperti orang terkena flu biasa.

Namun perlu diwaspadai apabila ditemukan gejala-gejala; demam atau adanya

peningkatan suhu tubuh diatas 38 derajat Celsius, batuk dengan tenggorokan

terasa kering dan nyeri, nyeri otot, sesak napas, adanya radang saluran

pernapasan atas (ISPA) atau radang paru-paru. Disamping gejala-gejala

tersebut, gejala penyakit Flu Burung yang lain adalah conjunctivitis, pusing, mual

disertai nyeri perut, muntah, diare, keluar lendir dari hidung serta tidak adanya

nafsu makan.

Pada unggas:

Page 94: laporan askep

Pada unggas yang menderita flu burung ditemukan adanya gejala-gejala;

jengger berwarna biru, terdapat borok di kaki dan kematian unggas yang mendadak

V. Tindakan Pencegahan Flu Burung di Lingkungan Rumah

1. Menjaga kebersihan diri (rajin cuci tangan dengan sabun setelah menangani

unggas/burung).

2. Penanganan kulit telur dan telur mentah perlu mendapat perhatian.

3. Gunakan penutup mulut dan hidung, sarung tangan bila akan mengolah

tanaman dengan pupuk kandang.

4. Jangan membuang kotoran (jeroan, bulu ayam, dll.) sembarangan.

Bungkuslah dengan plastik dan buang di tempat sampah.

5. Amati dengan teliti kesehatan anda apabila telah melakukan kontak dengan

unggas/burung. Segeralah ke puskesmas/ tempat pelayanan kesehatan

apabila timbul gejala-gejala demam, infeksi mata, kesulitan bernapas.

Untuk Pemelihara Unggas:

1. Bersihkan kandang setiap hari, kalau perlu semprot dengan desinfektan

2. Menjauhkan kandang unggas (ayam, itik, dan burung) dari rumah/ tempat

tinggal.

3. Jemur kandang setiap hari.

4. Bersihkan makanan ternak/ burung yang tercecer di tanah/ lantai, agar tidak

mengundang burung liar datang.

5. Vaksinasi unggas ke dokter hewan terdekat.

VI. Serba-serbi Flu Burung:

Vaksin Flu Burung

Saat ini belum terdapat vaksin manusia untuk flu burung.

Obat Flu Burung

Selain perawatan medis intensif, Oseltamivir (Tamiflu) merupakan obat anti-

viral utama untuk flu burung. Tamiflu akan efektif apabila diberikan pada

tahap awal perkembangan penyakit flu burung.

Konsumsi daging ayam/produk unggas

Masyarakat aman untuk memakan daging ayam/produk unggas lainnya

apabila telah dimasak secara matang (goreng, rebus, panggang) dengan

suhu di atas 80 derajat dan lebih dari satu menit.

4.1.3.1.4 Laporan Hasil Kegiatan Penyuluhan Demam Berdarah Dan Flu

Burung

Page 95: laporan askep

Penyuluhan tentang kesehatan lingkungan yang meliputi pencegahan dan

pertolongan Demam Berdarah dan pencegahan penyakit Flu Burung dilakukan pada

tanggal 1-15 Oktober 2006 pada waktu yang sudah ditentukan. Penyelenggaraan

penyuluhan dilaksanakan di RT 01-07 RW V, bertempat di rumah salah satu warga

di masing-masing RT. Peserta penyuluhan terdiri dari ibu-ibu peserta pertemuan

Dasawisma dan PKK di RT 01-07 RW V Kelurahan Pagentan. Sebagai pemateri dari

penyuluhan ini adalah mahasiswa PSIK FKUB dengan penanggung jawab kegiatan

adalah Achmad Dafir dan Indah Anggraeni.

4.1.3.1.4.1 Laporan Hasil Kegiatan Penyuluhan Demam Berdarah dan Flu

Burung di RT 02 RW VI Kelurahan Bumiayu

Hari/Tanggal : Minggu / 1 Oktober 2006 dan Minggu/ 8 Oktober 2006

Waktu : 10.00-selesai

Tempat : Rumah Ibu Bambang (Dasawisma I) dan rumah Ibu Aris

(pertemuan PKK) warga RT 02 RW VI Kelurahan Bumiayu

Topik : Demam Berdarah dan Flu Burung

Penyuluh : Mahasiswa PSIK FKUB

Peserta : Pertemuan Dasawisma I dan Pertemuan PKK RT 02 RW VI

Kel. Bumiayu.

Penanggung Jawab : Indah Anggraeni P. dan Ahmad Dafir F.

I. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan penyuluhan dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:

1. Tahap Perkenalan dan Penggalian Pengetahuan Peserta

Setelah memberi salam dan perkenalan, pemateri terlebih dahulu

menyampaikan maksud dan tujuan diberikan penyuluhan sebelum materi

disampaikan. Kemudian pemateri memberi pertanyaan pembuka untuk

mengetahui tingkat pengetahuan peserta (pretest) tentang materi yang akan

diberikan.

Pertanyaan yang diberikan, sebagai berikut:

Apakah ibu-ibu tahu tentang Demam Berdarah?

Apakah penyebab penyakit Demam Berdarah?

Apakah ibu-ibu tahu tentang Flu Burung?

Apakah penyebab penyakit Flu Burung?

Page 96: laporan askep

Peserta menjawab pertanyaan pemateri dengan bahasa mereka, dimana

sebagian besar peserta dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Setelah

itu penyaji langsung masuk pada materi penyuluhan.

2. Tahap Penyajian Materi

Penyajian materi sesuai dengan materi penyuluhan yang terlampir pada

SAP.

3. Evaluasi

Evaluasi Struktur

Mahasiswa datang sebelum waktu yang ditetapkan untuk

mempersiapkan sarana dan prasarana untuk kegiatan penyuluhan. Semua

peserta datang tepat waktu. Penyuluhan dimulai setelah acara arisan

Dasawisma selesai.

Evaluasi Proses

Peserta yang hadir berjumlah 37 orang. Pelaksanaan penyuluhan

berjalan sesuai rencana dimana peserta antusias bertanya kepada pemateri

juga menjawab pertanyaan yang diajukan pemateri.

Evaluasi Hasil

Lebih dari 60% dari peserta yang hadir dengan aktif melontarkan

pertanyaan kepada mahasiswa tentang materi yang disampaikan. Hal ini

membuktikan bahwa rasa kepedulian peserta terhadap kesehatan

lingkungan dan antusiasme untuk mencari tahu tentang informasi kesehatan

terbaru sebagai langkah awal untuk mencegah terjadinya penyakit cukup

besar.

Pertanyaan yang muncul dari peserta antara lain:

1. Apakah yang dimaksud dengan penyakit Demam Berdarah dan

bagaimana cara penularannya?

2. Apakah penyakit flu burung itu dan bagaimana cara penularannya?

3. Apakah kotoran ayam dapat menyebabkan penyakit flu burung?

4.1.3.1.4.2 Laporan Hasil Kegiatan Penyuluhan Demam Berdarah dan Flu

Burung di RT 04 RW VI Kel. Bumiayu

Hari/Tanggal : Minggu / 8 Oktober 2006

Waktu : 11.00 WIB -selesai

Tempat : Rumah Ibu Yusuf warga RT 04 RW VI Kelurahan

Bumiayu

Topik : Demam Berdarah dan Flu Burung

Peserta : Pertemuan PKK RT 04 RW VI Kel. Bumiayu.

Penanggung Jawab : Indah Anggraeni P. dan Ahmad Dafir F.

Page 97: laporan askep

I. Pelaksanaan

Kegiatan penyuluhan dibagi menjadi 2 sesi. Sesi pertama diawali dengan

penyuluhan Demam Berdarah sedangkan sesi kedua dilanjutkan dengan

penyuluhan Flu Burung.

Pelaksanaan penyuluhan dibagi menjadi 3 tahap, yaitu tahap perkenalan dan

penggalian pengetahuan peserta, tahap penyajian materi, dan tahap evaluasi.

Penyuluhan tentang demam Berdarah disampaikan oleh Indah Anggraeni Prasetya

pada pukul 11.10-11.20 dilanjutkan dengan penyuluhan Flu Burung pada pukul

11.21-11.33. Penyuluhan dipimpin oleh moderator Endah Silfiyanti. Setelah materi

selesai disampaikan, dibuka sesi tanya jawab.

II. Evaluasi Kegiatan

Pelaksanaan penyuluhan berjalan sesuai rencana peserta yang hadir 20

orang. Lebih dari 70% warga aktif melontarkan pertanyaan seputar materi yang

disampaikan. Beberapa pertanyaan disampaikan oleh peserta antara lain:

a. Jenis obat nyamuk apa yang paling aman digunakan untuk mencegah gigitan

nyamuk demam berdarah namun tidak memberikan efek samping terhadap

pernapasan?

b. Bagaimana penanganan terhadap air selokan yang tersumbat agar tidak

menyebabkan sarang nyamuk?

c. Apa saja gejala-gejala dari flu burung dan kapan gejala tersebut muncul pada

manusia?

d. Bagaimana cara mengetahui bahwa unggas peliharaan terkena flu burung?

e. Apakah kotoran ayam dapat menularkan penyakit flu burung?

f. Bagaimana membedakan unggas yang sehat dengan unggas yang terkena flu

burung?

g. Jika hanya memelihara satu ekor unggas, bagaimana cara memastikan unggas

tersebut terkena flu burung?

Banyaknya pertanyaan yang dilontarkan peserta menunjukkan antusiasme

warga terhadap topik yang disampaikan pemateri sangat besar. Hal ini membuktikan

bahwa warga cukup peduli terhadap masalah kesehatan lingkungan.

4.1.3.1.4.3 Laporan Hasil Kegiatan Penyuluhan Flu Burung di RT 03 RW VI Kel.

Bumiayu

Page 98: laporan askep

Hari/Tanggal : Minggu / 8 Oktober 2006

Waktu : 16.30-selesai

Tempat : Rumah Ibu Eddy warga RT 03 RW VI Kelurahan Bumiayu

Topik : Demam Berdarah dan Flu Burung

Peserta : Pertemuan Dasawisma RT 03 RW VI Kel. Bumiayu.

Penanggung Jawab : Indah Anggraeni P.

I. Pelaksanaan

Penyuluhan tentang Flu Burung disampaikan Agustin Chusnul pada pukul

16.30-16.40. Penyuluhan dipimpin oleh moderator Ismatul Quddus. Kegiatan

meliputi pemberian materi dan tanya jawab. Adapun materi yang disampaikan

meliputi pengertian flu burung, cara penularan, gejala-gejala flu burung pada

manusia dan unggas, tindakan pencegahan, dan lain-lain sesuai dengan SAP.

Setelah materi selesai disampaikan, dibuka sesi tanya jawab.

II. Evaluasi Kegiatan

Pelaksanaan penyuluhan berjalan sesuai rencana peserta yang hadir 21

orang. Antusiasme warga terhadap informasi kesehatan khususnya flu burung

sangatlah besar. Hal ini ditunjukkan dengan lebih dari 60% warga aktif melontarkan

pertanyaan seputar materi yang disampaikan. Diskusi juga terjalin tidak hanya

antara peserta dengan mahasiswa namun juga antara peserta dengan peserta yang

lain. Beberapa pertanyaan disampaikan oleh peserta antara lain:

a. Kapan penyakit flu burung mulai menimbulkan gejala pada manusia?

b. Apakah gejala flu burung sama dengan flu biasa?

c. Bagaimana cara membedakan flu burung dengan flu biasa?

d. Bagaimana tindakan yang bisa dilakukan untuk mewaspadai gejala flu burung

pada unggas peliharaan jika unggas belum menampakkan gejala-gejala terkena

flu burung dan belum ada kematian mendadak?

4.1.3.2 Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

4.1.3.2.1 Preplanning Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) RW VI Kelurahan Bumiayu

4.1.3.2.1.1 Latar Belakang

Masalah KIA merupakan prioritas ketiga (terakhir) dari hasil Musyawarah

Masyarakat RW VI. Dari hasil pendataan didapatkan bahwa di RW VI banyak ibu

menyusui yang bekerja sehingga ada beberapa warga yang tidak memberikan ASI

Eksklusif bagi bayinya. Padahal ASI Eksklusif (mulai usia 0-6 bulan) sangat

dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi yang optimal. Oleh karena itu perlu diadakan

Page 99: laporan askep

penyuluhan tentang “Kiat Memberikan ASI Eksklusif Bagi Ibu Bekerja Dan

Berpuasa”, karena bertepatan dengan datangnya bulan Ramadhan.

4.1.3.2.1.2 Tujuan

A. Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhan ibu-ibu dapat mengetahui cara

pemberian ASI Eksklusif ketika sibuk bekerja

B. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan ibu-ibu dapat:

a. Menyebutkan pengertian ASI Eksklusif

b. Menjelaskan kapan ASI Eksklusif mulai diberikan.

c. Menyebutkan manfaat ASI Eksklusif bagi balita.

d. Menjelaskan cara memberikan ASI Eksklusif (terutama bagi ibu-ibu yang

bekerja dan berpuasa).

e. Menjelaskan cara memerah ASI dan cara penyimpanan ASI perah.

4.1.3.2.3 Pelaksanaan Kegiatan

Hari/Tanggal : Sabtu, 23 September 2006

Waktu : 09.00 WIB-selesai

Sasaran : Ibu-ibu Posyandu RW VI Kelurahan Bumiayu

Tempat : Rumah Pak Hadi RT 01

Penanggung Jawab : Nur’aini

4.1.3.2.4 Susunan Kegiatan

1. Pembukaan dan perkenalan

2. Penyampaian materi tentang “Kiat Memberikan ASI Eksklusif Bagi Ibu

Bekerja Dan Berpuasa”

3. Diskusi atau tanya jawab

4. Pemberian leaflet

4.1.3.2.4 Evaluasi

1. Evaluasi Proses

Penilaian terhadap kelancaran kegiatan dari awala hingga akhir.

2. Evaluasi Hasil

Penilaian terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

4.1.3.2.2 Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

A. Topik : ASI Eksklusif

Page 100: laporan askep

B. Sub Topik : Memberikan ASI Eksklusif bagi ibu bekerja

Memberikan ASI di bulan Ramadhan

C. Tujuan

I. TUJUAN UMUM

Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan ibu-ibu dapat memahamii tentang

bagaimana cara memberikan ASI Eksklusif bagi ibu yang sedang bekerja.

II. TUJUAN KHUSUS

Setelah dilakukan penyuluhan ibu-ibu dapat:

a. Menyebutkan pengertian ASI Eksklusif

b. Menjelaskan kapan ASI Eksklusif mulai diberikan.

c. Menyebutkan manfaat ASI Eksklusif bagi balita.

d. Menjelaskan cara memberikan ASI Eksklusif (terutama bagi ibu-ibu yang

bekerja dan berpuasa).

e. Menjelaskan cara memerah ASI dan cara penyimpanan ASI perah.

D. Media

Lembar balik (flipchart), Leaflet

E. Rencana Pelaksanaan Penyuluhan

Sasaran : Ibu-ibu Posyandu di RW VI Puri Cempaka Putih Kelurahan Bumiayu

Malang

Tempat : Rumah B.Hadi RT 01 RW.VI

Hari/Tanggal : Sabtu/23 September 2006

Waktu : 30 menit

Metode : Ceramah

F. Kegiatan Penyuluhan

No. Waktu 8.%2%Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta

1 3 Menit PembukaanMembuka kegiatan dengan mengucapkan salamMemperkenalkan diriMenjelaskan tujuan dari penyuluhan

Menjawab salam, memperhatikan dan mendengarkan

2 7 Menit

10 Menit

Pelaksanaan Menjelaskan tentang lamanya pemberian ASI eksklusif dan pentingnya pemberian ASI eksklusifMenjelaskan manfaat/keunggulan ASIMenjelaskan tentang cara pemberian ASI perah bagi ibu yang bekerjaMenjelaskan tentang kiat memberikan ASI di bulan RamadhanMemberikan kesempatan pada peserta (ibu-ibu posyandu) untuk bertanya

Mendengarkan dan memperhatikan

Bertanya

Page 101: laporan askep

3 7 Menit EvaluasiMenanyakan kepada peserta (ibu-ibu Posyandu) tentang materi yang diberikanMemberikan reinforcement kepada peserta (ibu-ibu Posyandu) atas jawaban yang diberikan

4 3 Menit TerminasiMengucapkan terimakasih atas perhatian dan peran serta

Mendengar dan menjawab salam

G. Evaluasi

Evaluasi proses

Mengetahui bagaimanakah proses kegiatan penyuluhan berjalan.

Evaluasi Hasil,

Mengetahui apakah:

1. peserta dapat menyebutkan pengertian ASI Eksklusif

2. peserta dapat menjelaskan kapan ASI Eksklusif mulai diberikan.

3. peserta dapat menyebutkan manfaat ASI Eksklusif bagi balita.

4. peserta dapat menjelaskan cara memberikan ASI Eksklusif (terutama

bagi ibu-ibu yang bekerja dan berpuasa).

5. peserta dapat menjelaskan cara memerah ASI dan cara penyimpanan

ASI perah.

4.1.3.2.2 Materi Penyuluhan ASI Eksklusif

4.1.3.2.2.1 Pengertian ASI Eksklusif

ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan terus menerus tanpa penambahan

makanan atau minuman selain ASI.

4.1.3.2.2.2 Kapan ASI Eksklusif diberikan?

Pemberian ASI Eksklusif diberikan selama 6 bulan.

4.1.3.2.2.3 Mengapa ASI penting bagi bayi?

ASI mengandung zat nutrisi yang kualitas dan komposisi ideal untuk

pertumbuhan kesehatan dan kecerdasan bayi terutama karena ASI mengandung

protein khusus, yaitu taurin, juga mengandung laktosa dan asam lemak ikatan

panjang dalam jumlah lebih banyak dibandingkan susu sapi atau susu kaleng.

Kandungan colostrum pada ASI membentuk antibodi dalam tubuh bayi sehingga

menghindarkan bayi dari infeksi dan alergi.

4.1.3.2.2.4 12 Keunggulan ASI:

ASI mengandung zat gizi paling sempurna untuk pertumbuhan bayi dan

perkembangan kecerdasannya.

Page 102: laporan askep

ASI mengandung kalori 65 Kcal/ 100 ml yang memberikan cukup energi bagi

pertumbuhan bayi.

Sebanyak 90% kandungan lemak ASI dapat diserap bayi.

ASI dapat menyebabkan pertumbuhan sel otak yang optimal

Protein ASI adalah spesifik spesies sehingga jarang menyebabkan alergi

ASI memberikan perlinndungan terhadap infeksi dan alergi

Dapat mempererat ikatan ibu dan bayi

Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi

ASI selalu tersedia, bersih dan segar

Jarang menyebabkan diare dan sembelit

Lebih ekonomis, hemat dan praktis

Membantu program KB

4.1.3.2.2.5 Cara agar Ibu Bekerja Dapat Terus Memberikan ASI Eksklusif

Caranya adalah dengan memberikan bayi ASI perah, yaitu ASI yang diambil

dengan cara diperas langsung dari payudara ibu, kemudian disimpan dan

nantinya diberikan pada bayi.

4.1.3.2.2.6 Cara-Cara Memberikan ASI Perah

a. Cuci tangan dengan sabun sebelum memerah

b. Perah ASI dengan jari. Jangan gunakan pompa manual karena dapat

merusak jaringan payudara.

c. Simpan ASI dalam botol steril

d. Gunakan air panas yang mengalir atau air panas yang dituang dalam

mangkuk untuk menghangatkan ASI sebelum diberikan pada bayi. Jangan

memanaskan ASI langsung di atas api karena akan menyebabkan beberapa

enzim yang terkandung dalam ASI rusak. Lama penghangatan tergantung

suhu ASI, namun pada prinsipnya buatlah suhu ASI seperti suhu tubuh

karena akan menyerupai ASI yang dikeluarkan langsung.

e. Berikan ASI dengan sendok kecil, bukan dengan botol susu atau dot.

ASI yang telah dipanaskan tidak dapat disimpan kembali di dalam termos

atau lemari pendingin (ASI sudah tidak bisa dipakai lagi).

f. Jika ingin memberikan susu formula, berikan setelah bayi berusia 5-6

minggu. Namun disarankan memberi ASI dulu baru susu formula supaya

produksi ASI tidak berkurang.

4.1.3.2.2.7 Cara Menyimpan ASI Perah

Simpan ASI di dalam botol kecil yang telah disterilkan

Page 103: laporan askep

ASI yang telah dipanaskan tidak dapat disimpan kembali di dlaam termos

atau kulkas.

Bila tiodak terpaksa jangan, tidak disarankan untuk menyimpan ASI di

freezer.

4.1.3.2.2.8 Ketahanan ASI

ASI bias tahan selama:

6-8 jam di udara terbuka

24 jam di termos es

2x24 jam di lemari es

2 minggu di freezer yang berpintu sama dengan tempat buah

3 bulan di freezer yang beda pintu dengan tempat buah

4.1.3.2.2.9 Kiat memberikan ASI Eksklusif di bulan Ramadhan

Selama bulan Ramadhan, produksi ASI bisa tetap lancar asalkan ibu

meningkatkan nutrisinya.

Tambah kalori

Konsumsi makanan tinggi karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral terutama

pada saat berbuka dan sahur.

Perbanyak cairan

Ibu dianjurkan minum 10-12 gelas/hari ditambah susu 3 gelas/hari. Jangan

langsung minum susu setelah menyantap buka puasa karena dapat

menyebabkan mual. Sebaiknya minum susu setelah menyantap makanan

kecil menjelang tidur dan saat sahur.

Banyak istirahat

Pada saat berpuasa, jika ibu merasa lemas sehabis menyusui, maka

beristirahatlah. Dapat dengan istirahat tidur atau dengan sekedar relaksasi

untuk menenangkan pikiran.

4.1.3.2.3 Laporan Hasil Kegiatan Penyuluhan Pemberian Asi Eksklusif

Penyuluhan tentang Pemberian Asi Eksklusif dilakukan pada tanggal 23

September 2006. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Posyandu

Kemuning yaitu di rumah bapak Hadi (warga RT 01). Peserta penyuluhan terdiri dari

ibu-ibu yang mengikuti kegiatan posyandu. Sebagai pemateri dari penyuluhan ini

adalah mahasiswa PSIK FKUB dengan penanggung jawab kegiatan adalah Nur’aini

Hari/Tanggal : Sabtu/23 September 2006

Waktu : 08.00-selesai

Tempat : Posyandu Kemuning RW VI kelurahan Bumiayu

Topik : Pemberian ASI Eksklusif

Penyuluh : Indah Anggraeni P.

Page 104: laporan askep

Peserta : ibu-ibu balita posyandu Kemuning RW VI Kel. Bumiayu.

Penanggung Jawab : Nur’aini

4.1.3.2.3.1 Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan penyuluhan dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:

1. Tahap Perkenalan dan Penggalian Pengetahuan Peserta

Setelah memberi salam dan perkenalan, pemateri terlebih dahulu

menyampaikan maksud dan tujuan diberikan penyuluhan sebelum materi

disampaikan. Kemudian pemateri memberi pertanyaan pembuka untuk

mengetahui tingkat pengetahuan peserta (pretest) tentang materi yang akan

diberikan.

Pertanyaan yang diberikan, sebagai berikut:

Apakah ibu-ibu tahu tentang ASI Eksklusif?

Apakah Cara Pemberian ASI Eksklusif?

Peserta menjawab pertanyaan pemateri dengan bahasa mereka, dimana sekitar

50% peserta dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Setelah itu penyaji

langsung masuk pada materi penyuluhan.

2. Tahap Penyajian Materi

Penyajian materi sesuai dengan materi penyuluhan yang terlampir pada

SAP.

3. Evaluasi

Evaluasi Proses

1. penyuluhan dimulai tepat jam 09.00 sesuai dengan waktu yang telah

ditetapkan.

2. penyuluhan terbagi dalam 2 gelombang untuk mengoptimalkan waktu

karena ibu-ibu yang datang ke posyandu datang tidak bersamaan dan

sedikit demi sedikit.

3. peserta yang hadir sejumlah 15 orang hal ini dikarenakan banyak ibu-ibu

yang sibuk sehinggga setelah selesai penimbangan langsung pulang

sehingga tidak bisa mengikuti penyuluhan.

4. penyuluhan berjalan cukup lancar dan ibu-ibu antusias mengikuti

penyuluhan dan menanyakan tentang materi yang diberikan.

Adapun pertanyaan yang muncul dari peserta antara lain adalah;

o Apakah boleh memberikan ASI lebih dari 2 tahun?

o Bagaimana jika ASI tidak mau keluar?

o Mana yang lebih baik, memerah ASI dengan tangan atau dengan

pompa?

Evaluasi Hasil

Page 105: laporan askep

Peserta diberikan beberapa pertanyaan yang isinya sama dengan saat

sebelum penyuluhan. Peserta yang hadir 80% mampu menjawab pertanyaan

dari mahasiswa tentang materi yang telah disampaikan. Sedangkan pada

saat pre-test peserta hanya mampu menjawab 50% dari pertanyaan yang

diajukan. Hal ini membuktikan bahwa peserta memperhatikan materi yang

disampaikan dan terjadi peningkatan pengetahuan setelah diberikan

penyuluhan.

:

4.1.3.3 Pelatihan Kader

4.1.3.3.1 Preplanning Pelatihan Kader Posyandu RW VI Kelurahan Bumiayu

4.1.3.3.1.1 Latar Belakang

Posyandu merupakan sarana pelayanan masyarakat khususnya balita dan

WUS. Salah satu fungsi posyandu adalah melakukan penimbangan, penyuluhan

kesehatan, imunisasi dan konsultasi KB.

Hal ini penting dilakukan karena untuk mengetahui tumbuh kembang anak

dan mendeteksi dini kesehatan balita dan ibu sehingga apabila ditemukan suatu

masalah kesehatan maka dapat segera dilakukan intervensi atau tindakan yang

cepat dan tepat. Untuk mewujudkan fungsi posyandu maka diperlukan adanya

partisipasi masyarakat dan tenaga kesehatan. Wujud partisipasi masyarakat adalah

dengan pembentukan kader posyandu.

Kader posyandu berfungsi dalam mengefektifkan ke-4 meja dalam posyandu

yaitu: meja 1 untuk pendaftaran, meja 2 untuk penimbangan, meja 3 untuk

pencatatan dan meja 4 untuk penyuluhan. Sedangkan untuk meja 5 yang berfungsi

dalam pelaksanaan KB dan imunisasi dilakukan oleh petugas kesehatan. Untuk

mengoptimalkan fungsi dari kader-kader tersebut maka diperlukan adanya pelatihan

kader.

Rencana yang akan dilakukan adalah mengadakan pelatihan kader. Hal ini

dilakukan untuk meningkatkan pemahaman kader tentang posyandu dan

pengoptimalan 5 meja dalam posyandu. Harapan kami, setelah dilakukan pelatihan

kader maka fungsi posyandu akan menjadi lebih baik lagi serta masyarakat akan

merasakan manfaat dari posyandu, tidak sekedar melakukan penimbangan balita

saja.

4.1.3.3.1.2 Tujuan Rencana Kegiatan

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan pelatihan, kader posyandu dapat memahami bagaimana

pelaksanaan posyandu yang efektif dan efisien.

2. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan pelatihan, kader posyandu dapat:

a. Menjelaskan pengertian posyandu

Page 106: laporan askep

b. Menjelaskan tugas-tugas kader dalam penyelenggaraan posyandu

c. Menjelaskan fungsi 5 meja pada posyandu

d. Menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan 5 meja pada posyandu.

4.1.3.3.1.3 Rencana Kegiatan

1. Penyusunan materi dan SAP

- Bahan : Kertas HVS

- Tempat : Posko praktik komunitas RW 06 kelurahan Bumiayu

- Waktu : 28 September 2006

2. Pembuatan Modul

- Bahan : Kertas, printer warna

- Tempat : Posko praktik komunitas RW 06 kelurahan Bumiayu

- Waktu : 28 September 2006

3. Pembuatan lembar balik

- Bahan : Kertas manila, spidol, gambar-gambar yang berhubungan dengan

posyandu.

- Tempat : Posko praktik komunitas RW 06 kelurahan Bumiayu

- Waktu : 8 Oktober 2006

4. Pelaksanaan penyuluhan

- Bahan : Leaflet, flow chart, materi penyuluhan

- Tempat : Rumah B.Totok PCP blok AO-42 RT.04 RW VI (posko praktik

komunitas)

- Waktu : Selasa, 10 Oktober 2006

4.1.3.3.1.4 Kegiatan

a. Penyusunan materi dan SAP

b. Pembuatan leaflet

c. Pembuatan lembar balik

d. Pelaksanaan penyuluhan.

4.1.3.3.1.5 Kepanitiaan

1. Ketua : Agustin Khusnul Chotimah

2. Koordinator:

- Penyusunan materi SAP dan modul pelatihan: Nur Aini, Agustin

- Pembuatan lembar balik: Nur Aini, Nia

- Pelaksanaan penyuluhan: Endah Silfiyanti

4.1.3.3.1.6 Evaluasi Kegiatan

1. Evaluasi Proses

Apakah kegiatan berjalan dengan lancar dan tepat waktu.

Page 107: laporan askep

Apakah undangan seluruhnya hadir

Apakah peserta antusias mengikuti pelatihan

2. Evaluasi Hasil

Terjadi peningkatan pengetahuan kader posyandu yang ditunjukkan dengan

berfungsinya meja 1-4 dalam posyandu.

4.1.3.3.2 Satuan Acara Penyuluhan Pelatihan Kader Posyandu

4.1.3.3.2.1 Pokok Bahasan : Tugas kader posyandu

4.1.3.3.2.2 Sub Pokok Bahasan : Tugas kader sebelum, saat dan sesudah hari H

posyandu

4.1.3.3.2.3 Tujuan

A. Tujuan Umum

Setelah dilakukan pelatihan, kader posyandu dapat memahami bagaimana

pelaksanaan posyandu yang efektif dan efisien.

B. Tujuan Khusus

Setelah diberikan pelatihan kader mampu:

1. Menjelaskan pengertian posyandu

2. Menjelaskan tugas-tugas kader dalam penyelenggaraan posyandu

3. Menjelaskan fungsi 5 meja pada posyandu

4. Menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan 5 meja pada posyandu.

4.1.3.3.2.4 Sasaran : Kader Posyandu di wilayah RW VI Kelurahan

Bumiayu Malang

4.1.3.3.2.5 Media : Lembar balik dan buku panduan

4.1.3.3.2.6 Rencana Pelaksanaan penyuluhan

Hari/Tanggal : Selasa/10 Oktober 2006

Waktu : Pukul 15.00 WIB

Tempat : Posko praktik komunitas (rumah Bu Totok PCP blok AO-42)

4.1.3.3.2.7 Kegiatan Pembelajaran

Tahap Kegiatan

Waktu Kegiatan Penyuluhan

Kegiatan Peserta Media

Pendahuluan 5 mnt 1. Memper-

kenalkan diri.

Menjelaskan

topik

penyuluhan dan

tujuan

penyuluhan

1. Mendengarkan-

memperhatikan

2. Menjawab

pertanyaan

yang diajukan

oleh penyaji

Ceramah

Page 108: laporan askep

2. Menggali

pengetahuan

tentang

posyandu

Penyajian

1.Penyampaian

materi

2. Peragaan/

demonstrasi

20

mnt

20

mnt

1. Menjelaskan

materi

tentang :

ttugas kader

sebelum hari

H posyandu

ttugas kader

saat hari H

posyandu

ttugas kader

setelah hari H

posyandu

2. Memperaga-

kan sistem 5

meja kader

posyandu

1.Mendengarkan-

memperhatikan

2. Mengajukan

pertanyaan bila

kurang mengerti

3. Memperagakan

sistem 5 meja

posyandu

Booklet/

Modul

pelatihan,

Lembar

Balik

Penutup 15

mnt

1. Melakukan

evaluasi

dengan

memberikan

pertanyaan

2. Menyimpulkan

materi yang

telah

disampaikan

3. Memberi

kesempatan

kepada

peserta untuk

bertanya

kembali jika

kurang jelas

Memperhatikan

dan menjawab

pertanyaan

Ceramah

dan Tanya

jawab

4.1.3.3.3 Materi Pelatihan Kader Posyandu

4.1.3.3.3.1 Tugas Kader

A. Pengertian

Page 109: laporan askep

Tugas – tugas kader dalam rangka menyelenggarakan Posyandu, dibagi

dalam 3 kelompok yaitu :

Tugas sebelum hari buka Posyandu atau disebut juga tugas pada HΘ Posyandu,

yaitu berupa tugas-tugas persiapan oleh kader agar kegiatan pada hari buka

Posyandu berjalan dengan baik.

Tugas pada hari buka Posyandu atau disebut juga tugas pada H Posyandu, yaitu

berupa tugas-tugas untuk melaksanakan pelayanan 5 meja.

Tugas sesudah hari buka Posyandu atau disebut juga tugas pada H+ Posyandu,

yaitu berupa tugas-tugas setelah hari Posyandu.

B. Tugas-Tugas Kader

Tugas – tugas kader posyandu pada HΘ atau saat persiapan hari buka

posyandu, meliputi:

Menyiapkan alat dan bahan, yaitu : alat penimbangan bayi, KMS, alat

peraga, alat pengukur LILA, obat-obatan yang dibutuhkan (pil besi, vitamin A,

oralit, dll), bahan/materi penyuluhan, dll.

Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu memberitahu ibu-ibu

untuk datang ke Posyandu, serta melakukan pendekatan tokoh yang bisa

membantu memotivasi masyarakat untuk datang ke Posyandu.

Menghubungi Pokja Posyandu yaitu menyampaikan rencana kegiatan

kepada kantor desa dan meminta mereka untuk memastikan apakah petugas

sektor bisa hadir pada hari buka posyandu.

Melaksanakan pembagian tugas yaitu menentukan pembagian tugas di

antara kader Posyandu baik untuk persiapan maupun pelaksanaan kegiatan.

a. Tugas – tugas kader pada hari buka Posyandu disebut juga dengan

tugas pelayanan 5 meja, meliputi:

1. Meja 1, terdiri dari tugas-tugas sbb:

Mendaftar bayi/balita, yaitu menuliskan nama balita pada KMS dan

secarik kertas yang diselipkan di KMS

Mendaftar ibu hamil, yaitu menuliskan nama ibu hamil pada formulir

register ibu hamil.

2. Meja 2

Menimbang bayi/balita (sesuai dengan sembilan langkah penimbangan)

Mencatat hasil penimbangan pada secarik kertas yang akan

dipindahkan di KMS.

3. Meja 3

Mengisi KMS atau memindahkan catatan hasil penimbangan balita dari

secarik kertas ke KMS anak.

Page 110: laporan askep

4. Meja 4

Menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasarkan data kenaikan

berat badan yang digambarkan dalam grafik KMS pada ibu

Memberikan penyuluhan kepada setiap ibu dengan mengacu pada

KMS atau dari hasil pengamatan mengenai masalah.

Memberikan rujukan ke Puskesmas apabila diperlukan.

Balita : apabila berat badannya di bawah garis merah (BGM) pada

KMS 2 kali berturut-turut berat badannya tidak naik, kelihatan sakit

(lesu, kurus, busung lapar, mencret, rabun mata)

Ibu hamil atau menyusui : apabila keadaanya kurus, pucat, bengkak

kaki, pusing terus-menerus, perdarahan, sesak nafas, gondokan

Orang sakit

Memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar oleh kader Posyandu

5. Meja 5

Merupakan kegiatan pelayanan sektor yang biasanya dilakukan oleh petugas

kesehatan, PLKB, PPL. Pelayanan yang yang diberikan antara lain:

Pelayanan imunisasi

Pelayanan Keluarga Berencana

Pengobatan

Pemberian pil tambah darah (pil besi), vitamin A, oralit, dan obat

lainnya.

b. Tugas – tugas kader setelah hari buka Posyandu, meliputi:

Memindahkan catatan-catatan dalam KMS ke dalam register atau buku

Bantu kader

Menilai hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari Posyandu pada

bulan berikutnya.

Kegiatan diskusi kelompok bersama ibu-ibu yang lokasi rumahnya

berdekatan/dasawisma

Kegiatan kunjungan rumah, sekaligus untuk tindak lanjut dan mengajak

ibu-ibu datang ke Posyandu pada bulan berikutnya.

4.1.3.3.3.2 Pelaksanaan Kegiatan 5 Meja

A. Pengertian

Kegiatan 5 meja adalah kegiatan pelayanan yang dilaksanakan pada hari

buka Posyandu. Meja 1-4 dilaksanakan oleh kader sedang meja 5 oleh petugas

sektor. Kegiatan 5 meja ini bukan berarti harus ada 5 meja, karena ini hanya istilah.

B. Langkah – Langkah Melaksanakan Kegiatan 5 Meja:

a. Langkah meja 1

Page 111: laporan askep

Kader mendaftar bayi/ balita, yaitu nama yang ditulis di secarik kertas yang

diselipkan dii KMS. Apabila balita peserta baru, berarti KMS baru diberikan diisi

dan dituliskan nama di secarik kertas.

Kader juga mendaftar ibu hamil yaitu nama ibu dan ditulis di register ibu hamil

dan langsung menuju meja 4.

b. Langkah meja 2

Kader meja 1 meminta ibu membawa balita/bayinya dan menyerahkan KMS di

meja2.

Kader meja 2 menimbang dan mencatat pada secarik kertas yang diselipkan di

KMS.(sesuai dengan 9 langkah penimbangan: pertama, mendirikan kaki tiga

kemudian memasang dacin. Kedua, memastikan dacin terpasang dengan kuat

dengan menariknya dari bawah. Ketiga, memposisikan bandul geser pada posisi

nol sedangkan ujung batang timbang dimasukkan pada tali pengaman. Langkah

keempat, memasang sarung timbang/celana timbang/kotak timbang pada dacin.

Langkah kelima, menyeimbangkan dacin yang sudah dipasang sarung timbang

dengan memberikan pasir pada ujung batang timbang. Langkah keenam,

menimbang balita dengan menggeser bandul geser sehinggga seimbang.

Langkah ketujuh, membaca hasil penimbangan. Langkah kedelapan, menuliskan

hasil penimbangan pada kertas. Langkah kesembilan, mengenolkan bandul

geser kemudian anak diturunkan).

c. Langkah meja 3

Kader meja 2 meminta ibu menyerahkan KMS dan kertas catatan pada kader

meja3. Kader meja 3 memindahkan ke KMS.

Kader menyerahkan KMS pada ibu menuju meja 4.

d. Langkah meja 4

Kader meja 4 menerima KMS. Kader membaca dan menjelaskan data KMS.

Kader memberikan penyuluhan pada ibu, baik dengan mengacu pada data KMS

maupun hasil pengamatan.

Apabila tidak ada petugas kesehatan di meja 5, kader dapat melakukan rujukan

ke tenaga kesehatan, bidan, PLKB atau Puskesmas.

Kader memberikan penyuluhan gizi atau pertolongan dasar.

e. Langkah meja 5

Imunisasi

KB

Pemberian tablet besi, vitamin A, obat-obatan.

C. Kesulitan Yang Sering Terjadi Dalam Posyandu

Beberapa kesulitan yang kemungkinan bisa ditemukan di lapangan:

Meja 1 : balita biasanya tidak sabar menunggu giliran bila yang datang banyak.

Meja 2 : bayi/balita biasanya menangis apabila ditimbang.

Page 112: laporan askep

Meja 3 : kader kesulitan mencatat hasil penimbangan ke dalam KMS apabila

pesertanya banyak

Meja 4: proses yang paling sulit karena harus melayani penyuluhan perorangan

sedangkan ibu dan anaknya biasanya tidak sabar menunggu giliran.

D. Saran Agar Kegiatan 5 Meja Dapat Berjalan Baik :

Selama menunggu, berikan makanan PMT dan mainan KB

Kader sebaiknya mengusahakan agar penimbangan ini seperti kegiatan bermain

yang menggembirakan, mintalah para ibu terlibat dalam menimbang balita.

Kader sebaiknya saling membantu

Dalam melakukan penyuluhan, kader mengutamakan peserta yang balitanya

memang perlu diberi penyuluhan. Selain itu kader juga bisa melaksanakan

penyuluhan kelompok sebelum pendaftaran

Laksanakan kegiatan buka Posyandu dengan disiplin waktu,tidak perlu

menunggu ibu-ibu yang terlambat.

4.1.3.3.3.3 KMS

A. Pengertian

KMS adalah kartu yang memuat data pertumbuhan serta beberapa informasi

lain mengenai perkembangan anak, yang dicatat setiap bulan dari lahir sampai umur

5 tahun selain itu juga sebagai ”raport” kesehatan gizi atau riwayat kesehatan dan

gizi balita.

B. Jenis Catatan Pada KMS

a. Pengisian KMS dilakukan pada hari buka Posyandu, yaitu di meja:

Meja 3 : memindahkan catatan hasil penimbangan ke grafik KMS

Meja 4 : membaca data KMS, menjelaskan kepada ibu dan menanyakan

berbagai informasi yang penting untuk tumbuh kembang anak.

b. Jenis catatan dalam KMS:

Berat badan anak /pertumbuhan anak

Pemberian ASI eksklusif untuk bayi umur 0 sampai 6 bulan

Imunisasi yang telah diberikan pada anak

Pemberian vitamin A

Penyakit yang pernah diderita anak dan tindakan yang diberikan.

Selain itu, kader juga menggunakan KMS untuk menanyakan perkembangan anak

yaitu kemampuan yang harus dimiliki sesuai usia.

C. Manfaat Catatan/Informasi Pada KMS

Catatan pada KMS merupakan alat pemantau keadaan balita yang dijadikan

acuan untuk memberikan penyuluhan pada ibu.

Sebagai acuan untuk memberi rujukan, baik ke meja 5 maupun ke puskesmas.

Page 113: laporan askep

Rujukan diberikan pada KMS terdapat catatan sbb:

Berat badan balita di bawah garis merah pada KMS

Berat badan balita 2 kali (2 bulan) berturut-turut tidak naik

Berat badan balita berada di atas normal pada KMS

Balita sakit

Balita belum diimunisasi dan mendapat vitamin A.

D. Langkah-Langkah Mencatat KMS

Mencatat nama Posyandu, identitas anak dan orang tua pada tabel di sebelah

kiri atas

Mencatat pemberian imunisasi pada tabel di sebelah kiri tengah

Mencatat pemberian vitamin A pada tabel sebelah kiri bawah

Mencatat hasil penimbangan balita pada grafik KMS, caranya:

Pada kolom yang harus diisi bulan, cantumkan pada kolom yang pertama,

bulan kelahiran anak, kolom selanjutnya diisikan bulan berikutnya.

Masukkan data berat badan dalam grafik dengan cara membuat titik yang

mempertemukan garis tegak (bulan penimbangan) dan garis datar (kilogram

BB).

Apabila bulan lalu anak ditimbang, sambungkan titik bulan ini dengan titik

bulan lalu. Apabila tidak, titik tidak disambungkan.

Mencatat pemberian ASI eksklusif pada umur 0 sampai 6 bulan pada kotak di

bawah 6 bulan, caranya:

Membuat tanda silang (dicoret) pada kotak, apabila bayi diberi makanan/

minuman lain selain ASI.

Mencantumkan kode E0 sampai E6 pada kotak apabila bayi hanya diberi ASI

saja.

Mencatat lain-lain, yaitu catatan tentang sakit yang pernah dialami anak dan

penanganannya, ditulis di dalam garis-garis tegak pada grafik KMS.

4.1.3.3.3.4 Penyuluhan

A. Pengertian

Penyuluhan merupakan penyampaian informasi kepada satu atau

sekelompok orang mengenali berbagai hal yang berkaitan dengan suatu program.

Penyuluhan yang diberikan Posyandu lebih banyak mengenai kesehatan ibu dan

anak.

B. Kekurangan Penyuluhan:

Page 114: laporan askep

Merupakan proses komunikasi 1 arah, karena itu pendengar tidak bisa

menceritakan pendapat/pengalamannya. Karena tidak dilibatkan, seringkali peserta

menjadi bosan dan kurang memperhatikan pembicaraan.

C. Kelebihan Penyuluhan:

Bisa menjangkau lebih banyak orang dan kader bisa lebih mudah

mempersiapkan informasii apa saja yang akan disampaikan. Untuk mengatasi

kelemahan di atas, kader bisa memberi kesempatan untuk bertanya dan

mengemukakan pendapat.

D. Topik Penyuluhan Yang Wajib di Meja 4:

Penyuluhan di meja 4 dibagi dalam 2 kategori, yaitu:

Penyuluhan tentang bayi/balita yang mengacu pada KMS

Penyuluhan tentang cara membina pertumbuhan anak yang baik

Penyuluhan pemberian ASI eksklusif

Penyuluhan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) untuk bayi

berusia 6 bulan sampai 2 tahun.

Penguluhan tentang gigi dan mulut.

Penyuluhan tentang gizi dan vitamin A.

Penyuluhan tentang manfaat imunisasi bagi balita.

Penyuluhan tentang perkembangan dan latihan yang perlu diberikan sesuai

usia anak.

Penyuluhan tentang ibu hamil, menyusui, nifas, meliputi:

Penyuluhan tentang cara merawat ibu hamil/ menyusui (pemeriksaan teratur,

, perawatan gigi, imunisasi TT)

Penyuluhan tentang gizi dan pemberian tablet tambah darah.

Penyuluhan tentang persalinan yang aman.

Penyuluhan tentang Keluarga Berencana setelah melahirkan.

Penyuluhan di meja 4 dilakukan melalui pendekatan perorangan. Meskipun

begitu, kader atau petugas kesehatan kadang melaksanakan penyuluhan pada hari

posyandu atau di luar hari posyandu.

E. Isi Penyuluhan:

a. Dalam menyusun informasi penyuluhan, sebaiknya memuat hal-hal sbb:

Pesan – pesan pokok: informasi yang diharapkan sasaran mau melaksanakan.

Manfaat: penjelasan mengenai manfaat apabila sasaran melaksanakan pesan-

pesan.

Akibat: penjelasan mengenai apa akibatnya bila hal itu tidak dilaksanakan.

Page 115: laporan askep

Apabila masalah sudah terjadi: penjelasan mengenai cara mengatasi masalah

masalah yang sudah terjadi, baik oleh keluarga atau sendiri, atau bisa dibantu

Posyandu atau dirujuk.

Agar kader menjadi penyuluh yang baik, kader harus menguasai materi dan

pesan setiap pokok penyuluhan yang wajib di meja 4.

b. Bagaimana caranya agar penyuluhan bisa menarik?

Informasi dan saran-saran yang diberikan berdasar keadaan/permasalahan

peserta yang datang ke posyandu.

Saran yang disampaikan, jelas dan cukup praktis sehingga bisa dilaksanakan

langsung oleh ibu-ibu.

Penjelasan dan saran diberikan dengan bahasa yang sederhana dan dimengerti

masyarakat.

Kader bersikap ramah dalam memberikan informasi dan saran, tidak disertai

kecaman atau omelan terhadap ibu atau seseorang yang bermasalah.

Peserta diberi kesempatan untuk bertanya bukan hanya mendengarkan saja.

4.1.3.3.3.5 System Informasi Posyandu (SIP)

A. Pengertian

SIP adalah seperangkat alat penyusunan data/ informasi yang berkaitan

dengan kegiatan, kondisi dan perkembengan yang terjadi di setiap Posyandu.

B. Manfaat SIP antara Lain:

Menjadi bahan acuan bagi kader Posyandu untuk memahami permasalahan

sehingga bisa mengembangkan kegiatan yang tepat dan disesuaikan dengan

kebutuhan sasaran.

Menyediakan informasi yang tepat guna dan tepat waktu mengenai pengelolaan

Posyandu, agar berbagai pihak yang berperan dalam pengelolaan Posyandu

bisa menggunakannya untuk membina Posyandu demi kepentingan masyarakat

C. Tujuan Format SIP

Tujuan format SIP adalah untuk menata dan menyederhanakan tugas

pencatatan kader yang sangat banyak; untuk melaksanakan hal ini, kader perlu

mendapatkan pelatihan pengisian format SIP terlebih dahulu.

D. Macam – Macam Format SIP:

1. Catatan ibu hamil, kelahiran, kematian bayi, dan kematian ibu hamil, melahirkan,

nifas, berisi catatan dasar mengenai sasaran posyandu

2. Register bayi di wilayah kerja posyandu, berisi catatan pemberian pil besi,

vitamin A, oralit, tanggal imunisasi dan tanggal bayi meninggal di wilayah

layanan Posyandu tersebut.

Page 116: laporan askep

3. Register anak balita di bawah wilayah kerja posyandu berisi catatan mengenai

pemberian pil besi, vitamin A, pemberian oralit pada anak balita di wilayah kerja

Posyandu

4. Register ibu hamil di wilayah kerja posyandu, berisi daftar hamil, catatan umur

kehamilan, pemberian pil tambah darah, imunisasi, dan pemberian kapsul

yodium, pemeriksaan kehamilan, resiko kehamilan, tanggal dan penolong

kehamilan.

5. Register WUS – PUS di wilayah kerja Posyandu, berisi daftar wanita dan suami

istri usia produktif yang memiliki kemungkinan mempunyai anak (hamil).

6. Data penunjang posyandu, kelahiran dan kematian bayi dan ibu hamil,

melahirkan/nifas, berisi catatan jumlah pengunjung (bayi, balita, WUS, PUS, ibu

hamil, menyusui, bayi lahir dan meninggal), jumlah petugas yang hadir (kader

posyandu, kader PKK, PKB/PLKB, paramedis).

7. Data hasil kegiatan posyandu, berisi catatan jumlah ibu hamil

(yang diperiksa dan mendapat zat besi), jumlah ibu menyusui, peserta KB yang

dilayani, penimbangan balita, semua balita yang punya KMS, balita yang

timbanganya baik dan dibawah garis standar, balita yang mendapat vitamin A,

KMS yang yang dikeluarkan (dibagikan), balita yang mendapat sirup besi dan

diimunisasi serta balita yang menderita diare.

E. Cara Mengisi Format SIP

1. Catatan ibu hamil, kelahiran, kematian bayi, dan kematian ibu hamil, melahirkan,

nifas, dilaksanakan setiap bulan oleh kader dasa wisma dan diserahkan kepada:

Ketua kelompok PKK, RW/Dusun/ Lingkungan melalui ketua kelompok RT.

Ditembuskan kepada kader Posyandu di wilayah yang bersangkutan.

2. Register bayi di wilayah kerja posyandu, dilaksanakan oleh kader Posyandu

setiap bulan. Satu lembar format ini berlaku untuk 1 tahun.

3. Register anak balita di bawah wilayah kerja posyandu, dilaksanakan oleh kader

posyandu setiap bulan. 1 lembar format ini berlaku untuk 1 tahun.

4. Register ibu hamil di wilayah kerja posyandu, dilaksanakan oleh kader posyandu

setiap bulan. 1 lembar format ini berlaku untuk 1 tahun.

5. Register WUS – PUS di wilayah kerja Posyandu, dilaksanakan oleh kader

posyandu setiap bulan. 1 lembar format ini berlaku untuk 1 tahun.

6. Data penunjang posyandu, kelahiran dan kematian bayi dan ibu hamil,

melahirkan/nifas, dilaksanakan oleh kader posyandu setiap bulan setelah hari

buka posyandu (atau setiap ada kegiatan).

7. Data hasil kegiatan posyandu, dilaksanakan oleh kader posyandu setiap bulan

setelah hari buka posyandu (atau setiap kegiatan).

4.1.3.3.3.6 Masalah atau Kebutuhan

Page 117: laporan askep

A. Pengertian

Masalah atau kebutuhan adalah keadaan-keadaan yang dianggap

mengganggu, menghambat atau mengurangi kesejahteraan hidup masyarakat.

Masalah atau kebutuhan yang menjadi perhatian kader posyandu adalah masalah

atau kebutuhan dari orang-orang yang menjadi sasaran kegiatan posyandu:

Masalah dari kelompok sasaran umum; antara lain ibu hamil, ibu menyusui/ibu

nifas, bayi, balita dan PUS.

Masalah dari kelompok sasaran yang perlu perhatian segera antara lain:

Ibu hamil/menyusui/nifas: ibu hamil resiko tinggi, ibu hamil kurang gizi dan

anemia, ibu hamil berisiko.

Bayi/balita: BB lahir rendah, balita kurang gizi, balita yang belum diimunisasi,

rabun ayam, di daerah gondok, dengan nafas sesak, mencret.

Pada saat ini, kader sebaiknya mengutamakan untuk memperhatikan

masalah gizi masyarakat, khususnya gizi ibu hamil, ibu menyusui, bayi atau balita

yang diakibatkan oleh krisis ekonomi.

B. Penilaian masalah

Penilaian masalah adalah pembahasan masalah-masalah yang berhasil

ditemukan kader di Posyandu untuk melihat apa penyebab dan akibat suatu

masalah.

Manfaat penilaian masalah antara lain:

Kader bisa menentukan masalah yang paling mendesak untuk segera

ditangani.

Kader bisa menentukan kegiatan yang tepat untuk menangani suatu

masalah.

Perlu diingat, kader posyandu bukanlah orang yang mampu memecahkan

masalah masyarakat, masyarakat sendirilah yang harus didorong agar berusaha

memecahkan masalah-masalah sendiri, dan sebaiknya mencegahnya agar tidak

terjadi

C. Kapan kader melakukan penilaian masalah?

Kader bisa melakukan penilaian masalah pada saat:

Kegiatan buka posyandu atau kegiatan pelayanan 5 meja karena pada saat itu

biasanya ditemukan sejumlah masalah peserta posyandu.

Kegiatan evaluasi bulanan bersama petugas sektor atau puskesmas untuk

merencanakan kegiatan posyandu bulan berikutnya.

Bahan-bahan yang bisa dipergunakan untuk melihat masalah:

Data KMS dan catatan kegiatan posyandu lainnya.

Page 118: laporan askep

Buku Bantu kader.

D. Tiga jenis kegiatan:

1. Kegiatan oleh masyarakat

Melakukan kebiasaan hidup sehat dalam keluarga

Menggunakan pelayanan kesehatan yang terjamin untuk ibu hamil, bayi

serta balita yang sakit.

Melaksanakan anjuran-anjuran dari kader posyandu maupun petugas

lainnya.

2. Kegiatan oleh posyandu

Kegiatan-kegiatan posyandu yang paling dasar disebut sebagai kegiatan

paket pelayanan minimal posyandu yang terdiri dari kegiatan perbaikan

gizi, kesehatan ibu dan anak, KB, imunisasi, pemantauan kasus lumpuh

layu, penanggulangan diare dan radang paru-paru

Kegiatan di luar paket minimal disebut paket pelayanan minimal posyandu.

3. Pemberian rujukan oleh kader

Apabila kader tidak bisa membantu masyarakat untuk menangani sesuatu

masalah, kader memberikan rujukan ke puskesmas agar orang tersebut

segera ditangani oleh petugas kesehatan

Biasanya kader hanya merujuk ke puskesmas, kecuali untuk hal-hal yang

kelas gawat, kader sebaiknya menganjurkan segera dibawa ke RS.

E. Pengertian Pemberian Rujukan

Pemberian rujukan adalah pemberian surat pengantar kepada orang yang

dianggap memiliki tanda-tanda masalah, biasanya ditujukan pada puskesmas.

Meskipun pemberian rujukan merupakan tugas utama dari petugas kesehatan

yang bertugas di meja 5 pada hari posyandu, tetapi kader perlu juga

memberikan rujukan apabila diperlukan.

Biasanya kader memberikan rujukan pada meja 4 , tetapi bisa juga memberi

rujukan di luar hari posyandu, ketika menemukan masalah:

Keadaan anak lemah, lesu dan tidak bergairah

Suhu badannya tinggi

Rewel dan tidak mau makan

Tidak mau menetek

Memiliki bercak putih pada matanya

Badannya bercak merah

Ibu hamil yang mengalami tanda-tanda sebagai berikut :

Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm atau kurus

Kepala sering pusing

Penglihatan berkunang-kunang

Page 119: laporan askep

Nafsu makan kurang

Kaki bengkak

Sesak napas

Orang sakit yang minta pertolongan kader

4.1.3.3.3.7 Diskusi Kelompok

A. Pengertian

Kegiatan diskusi kelompok di posyandu yaitu kegiatan di luar hari buka

POSYANDU untuk membahas suatu topik atau permasalahan, khususnya mengenai

topik kesehatan keluarga, ibu dan anak.

B. Perbedaan penyuluhan dengan diskusi kelompok

Penyuluhan

Penyuluhan adalah cara belajar yang kurang partisipatif atau tidak banyak

melibatkan peserta.

Penyuluh bersifat seperti guru dan lebih banyak memberitahu peserta

tentang cara pemecahan masalah.

Kegiatan diskusi kelompok

Cara belajar yang bersifat partisipatif atau melibatkan peserta secara aktif.

Pemimpin diskusi berperan sebagai pemandu.

Pemandu berperan untuk mendorong peserta agar aktif mengemukakan

pengalaman dan gagasan tentang cara pemecahan masalah. Pemandu

hanya memberi saran jika diperlukan.

C. Manfaat diskusi kelompok

Kegiatan belajar menjadi mudah dihayati

Menciptakan suasana belajar yang akrab dan santai sehingga masyarakat tidak

merasa seperti belajar di dalam kelas.

D. Tahap-Tahap Diskusi Kelompok:

a. Tahap persiapan

Mengundang peserta

Kader mengundang ibu-ibu saat hadir dalam hari buka posyandu.

Dalam 1 kelompok dibatasi 12-15 orang.

Menetapkan waktu pertemuan

Sebaiknya kegiatan diskusi dilakukan beberapa hari setelah posyandu.

Bisa juga dilakukan pada hari arisan atau pengajian, sesudah kegiatan

selesai.

Menetapkan tempat

Page 120: laporan askep

Kader sebaiknya membuat pertemuan kelompok untuk ibu-ibu yang

rumahnya berdekatan (dasawisma).

Bisa dilaksanakan di rumah ibu-ibu atau kader atau di kantor posyandu,

sebaiknya ada tempat untuk duduk melingkar.

Pembagian tugas tim pemandu

Apabila dipandu 2 kader, tentukan siapa yang menjadi pemandu utama dan

pemandu pendamping.

Kader perlu membagi tugas siapa dan kapan akan mengundang kembali ibu.

Persiapan materi belajar

Kader harus menguasai materi diskusi. Bacalah bahan mengenai materi dari

berbagai bacaan dan bahan pegangan kader.

b. Tahap pelaksanaan

Pengaturan tempat belajar

Semua peserta diatur bisa duduk melingkar, tanpa ada yang duduk di

belakang.

Kader membaur dengan peserta.

Pelaksanaan kegiatan belajar

Kader memandu kegiatan belajar sesuai topik yang dipersiapkan.

Kader menggunakan media untuk proses diskusi.

Diskusi sebaiknya tidak lebih 1 jam.

Kegiatan diskusi ditutup dengan rangkuman dan kesimpulan diskusi.

c. Tahap sesudah pelaksanaan

Mencatat hasil kegiatan pada buku Bantu kader.

E. Sikap pemandu yang baik

Bersikap sabar

Mendengarkan dan tidak mendominasi

Menghargai dan rendah hati

Mau belajar

Bersikap sederajat dan akrab

Tidak menggurui

Tidak memihak, menilai atau mengkritik

Bersikap terbuka

Bersikap positif

4.1.3.3.3.8 Menggerakkan Masyarakat

Kader perlu terus-menerus menggerakkan dan memotivasi ibu-ibu dan

masyarakat agar mau memanfaatkan pelayanan di posyandu. Karena tidak

gampang membuat masyarakat bersedia menanggapi suatu ajakan, apalagi

melaksanakan ajakan kita.

Bagaimana cara menggerakkan masyarakat?

Page 121: laporan askep

Menggerakkan atau memotivasi ibu-ibu agar datang ke posyandu merupakan

seni dalam bekerja untuk masyarakat. Untuk menghadapi berbagai alasan ibu-ibu

yang sulit digerakkan atau dimotivasi antara lain dengan cara sbb:

Memberikan contoh langsung melalui penerapan hidup sehat pada keluarga

kader sendiri agar mereka tergerak untuk meniru.

Melakukan pendekatan individu melalui kunjungan rumah.

Melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat yang bisa membantu

menggerakkan atau memotivasi masyarakat.

Mengembangkan kegiatan – kegiatan posyandu secara menarik dan

berdasarkan kebutuhan masyarakat, sehingga mereka merasakan

masyarakat.

4.1.3.3.3.9 Kunjungan Rumah

A. Pengertian dan Tujuan Kunjungan Rumah:

Kunjungan rumah adalah salah satu kegiatan kader posyandu yang

bertujuan untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat tentang kegiatan di

posyandu dan manfaatnya. Selain itu, kunjungan rumah juga dilakukan untuk

menggerakkan mereka agar mau ke posyandu.

B. Sasaran Kunjungan Rumah

Dalam menentukan sasaran yang perlu dikunjungi, kader bisa

mempertimbangkan beberapa hal berikut ini:

Sasaran yang pernah datang ke posyandu tetapi kemudian tidak datang lagi.

Sasaran yang tidak pernah datang ke posyandu dan tidak menggunakan

sarana kesehatan lainnya.

Sasaran yang perlu dikunjungi adalah sbb:

Ibu yang anak balitanya selama 2 bulan berturut-turut tidak hadir ke

posyandu.

Ibu yang anak balitanya belum mendapat vitamin A.

Ibu yang anak balitanya bulan lalu dikirim ke puskesmas karena: 2 bulan

berturut-turut BB tidak naik, BB di bawah garis merah, sakit.

Ibu hamil selama 2 bulan berturut-turut tidak mengadiri kegiatan posyandu.

Ibu yang kehamilannya baru saja diketahui.

Ibu yang mengalami kesulitan menyusui anaknya.

Ibu hamil dan menyusui yang belum mendapat kapsul yodium.

Ibu yang mempunyai balita terlalu gemuk.

C. Langkah Kunjungan Rumah:

a. Tahap persiapan

Memilih sasaran yang akan dikunjungi

Page 122: laporan askep

Pembagian tugas kader

Persiapan materi belajar.

b. Tahap pelaksanaan kunjungan

Kader mengucapkan salam dan beramah tamah terlebih dahulu sebelum

sampai pada tujuan pokok.

Kader menyampaikan tujuan kedatangan.

Kader kemudian berbincang dengan keluarga tentang keadaan ibu hamil/

menyusui,i bayi / balita.

Kader memberikan pil besi, vitamin A, yodium untuk balita apabila

diperlukan.

Sebelum berpamitan pulang, kader mengajak untuk menghadiri posyandu.

c. Tahap sesudah kunjungan

Membuat catatan kegiatan pada buku bantu kader.

D. Saran – Saran Untuk Kader:

Banyak kader yang mengeluh bahwa kedatangan mereka seringkali dianggap

“gangguan” apalagi sasaran termasuk orang yang sulit didekati dan diajak

melaksanakan posyandu.

Beberapa saran agar kunjungan rumah berjalan baik:

Kader sebaiknya ramah, sabar, tidak menggurui, jangan sampai memarahi

atau mengomel.

Berikan penjelasan dengan cara sederhana, terutama manfaat

melaksanakan saran.

Laksanakan kunjungan rumah dengan santai, jangan berlama-lama.

Penggunaan media Bantu (kartu konseling) hanya untuk sasaran yang telah

menerima kedatangan kader.

4.1.3.3.3.10 Peningkatan Gizi Keluarga

A. Pengertian

Zat gizi adalah unsur yang diperlukan oleh tubuh agar seseorang hidup

sehat. Zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh bermacam-macam unsur sehingga kita

perlu makan berbagai jenis makanan.

Upaya memelihara gizi dalam keluarga perlu dilaksanakn terutam usia 0-5 tahun,

karena usia tersebut merupakan usia terpenting bagi pertumbuhan jasmani dan

perkembangan otak anak.

B. Tiga Kelompok Utama Zat Gizi

Makanan pokok dan lemak/minyak yaitu makanan yang dibutuhkan tubuh agar

kita punya tenaga, antara lain:

Page 123: laporan askep

Makanan pokok, yaitu yang mengandung zat tepung seperti: beras, jagung,

gandum.

Makanan yang mengandung minyak atau lemak, seperti minyak, mentega,

santan.

Lauk pauk (protein), yaitu makanan yang dibutuhkan sebagai zat pembangun

tubuh dan otak kita antara lain :

Lauk pauk dari tumbuhan, seperti kacang, tahu, tempe.

Lauk pauk dari hewan, seperti telur, ayam, daging.

Sayur-sayuran dan buah-buahan yaitu makanan yang dibutuhkan agar tubuh

kuat, segar, tidak mudah sakit.

C. Masalah Gizi

Masalah gizi adalah masalah yang disebabkan oleh kekurangan gizi.

Meskipun anak tidak sakit dan makan banyak, apabila makanan itu tidak memenuhi

syarat gizi yang baik, maka tetap saja anak akan kekurangan gizi. Akibat

kekurangan gizi pada anak bisa sekarang dan bisa terjadi pada waktu dewasa.

D. Cara menyusun menu bergizi

Menu yang sehat dan bergizi sebaiknya memenuhi ke 3 zat gizi utama.

Tidak perlu makanan yang mahal, gunakan bahan lokal, baik yang berasal dari

kebun/pekarangan.

Sayuran yang mudah diperoleh adalah daun singkong, labu, pucuk daun labu,

kangkung, kacang panjang.

Sebagai sumber protein, biasanya disesuaikan dengan bahan yang murah di

wilayah kita

Sebaiknya sebagian makanan digoreng agar mengandung minyak/ lemak yang

dibutuhkan oleh tubuh kita.

E. Alasan yang menjadi penghambat perilaku makan yang sehat dari

masyarakat:

Rendahnya pengetahuan masyarkat tentang gizi.

Rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi bagi masa depan

anak.

Kebiasaan yang sulit diubah, misalnya : hanya makan ikan dan daging tanpa

sayuran sehingga pola makannya kurang seimbang.

Kepercayaan yang sulit diubah, misalnya:

Menganggap perlunya makanan tambahan setelah usianya beberapa hari

dan menganggap pemberian ASI eksklusif akan membuat bayi terasa lapar.

Tidak memberi makan pada anak karena takut cacingan.

Anak gadis tidak boleh makan nanas atau pisang ambon.

F. Cara kader menghadapi tantangan ini:

Page 124: laporan askep

Kader sebaiknya menguasai materi tentang gizi sehingga bisa memberi

penjelasan dengan tepat, praktis, sesuai keadaan.

Menggiatkan pelayanan posyandu untuk memperkenalkan cara meningkatkan

gizi keluarga, antara lain:

Kegiatan penyuluhan gizi.

Pemberian obat-obatan.

Pemberian makanan tambahan.

Demo mengolah makanan sehat.

Pemberian rujukan apabila menemukan kasus kurang gizi.

Menyelenggarakan “lomba balita sehat”.

Kader posyandu yang berhasil adalah kader yang bisa mendorong

masyarakat melaksanakan sendiri usaha-usaha meningkatkan kebiasaan makanan

bergizi.

4.1.3.4 Laporan Hasil Kegiatan Pelatihan Kader Posyandu “Kemuning” RW VI

Kelurahan Bumiayu

Pelatihan kader Posyandu bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kader

dalam menjalankan Posyandu. Kegiatan dalam pelatihan ini meliputu penjelasan

tentang fungsi kader dan pembagian meja-meja dalam Posyandu. Selain itu juga

dilakukan simulasi terhadap tugas kader pada masing-masing meja dan dilakukan

buka bersama setelah kegiatan pelatihan berakhir. Kegiatan tersebut dilakukan

pada:

Hari/Tanggal : Selasa/10 Oktober 2006

Waktu : 16.00 – selesai

Tempat :Posko mahasiswa, Rumah Bpk. Totok, Perumahan

Puri Cempaka Putih II blok AO-42 Kel. Bumiayu

Topik :Pelatihan Kader Posyandu “Kemuning” tentang

tugas Kader dan fungsi meja dalam Posyandu.

Penyampaian materi : Endah Silfiyanti

Pemberi Simulasi :

Meja I: Indah Anggraeni

Meja II: Agustin Khusnul Chotimah

Meja III: Nia Agustiningsih

Meja IV: Nur Aini

Meja V:Ismatul Quddus

Peserta : Kader Posyandu “Kemuning” RW VI kelurahan

Bumiayu.

Penanggung Jawab : Agustin Khusnul C, Endah Silfiyanti, Nur Aini.

4.1.3.4.1 Pelaksanaan

Page 125: laporan askep

Pelaksanaan kegiatan penyuluhan dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:

1. Pembukaan dan sambutan

Acara dimulai dengan pembacaan doa sesuai dengan agama dan kepercayaan

masing-masing yang dipimpin oleh MC kemudian dilanjutkan dengan pemberitahuan

maksud dan tujuan dilakukan pelatihan.

2. Penyajian Materi

Sebelum dimulai penyajian materi, pemateri memberikan pertanyaan-pertanyaan

tentang:

Apa pengertian dari Posyandu?

Apa tugas dari Kader Posyandu?

Setelah dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan pembuka itu maka dilanjutkan

dengan penyajian materi seperti yang terlampir dalam SAP.

3. Evaluasi

Evaluasi Proses

Acara dimulai pukul16.00 WIB, kader Posyandu yang hadir 7 orang dari 12

kader yang diundang sedangkan ketua PKK tidak dapat hadir. Pemberian

materi berjalan sesuai rencana dimana peserta antusias bertanya kepada

pemateri juga menjawab pertanyaan yang diajukan pemateri. Setelah

dilakukan pemberian materi kemudian dilakukan simulasi, dimana peserta

membagi diri mereka sendiri sesuai dengan kebiasaan tugas mereka di

masing-masing meja. Setelah semua membagi diri kemudian mahasiswa

juga menempatkan diri sesuai dengan pembagian meja yang telah

ditentukan. Pada masing-masing meja mahasiswa membantu mengarahkan

cara-cara kerja sesuai dengan meja masing-masing.

Meja I : mahasiswa membantu dengan mengarahkan tentang cara-

cara mendaftar dalam buku pendaftaran.

Meja II : mahasiswa membantu dengan mengarahkan dan

memberikan simulasi tentang cara penimbangan yang benar (sesuai

dengan 9 langkah penimbangan).

Meja III : mahasiswa membantu dengan mengarahkan dan

memberikan simulasi tentang cara mencatat yang benar.

Meja IV : mahasiswa membantu dengan mengarahkan cara

melakukan penyuluhan.

Setelah dilaksanakan simulasi, kemudian diberikanlah pengarahan dari Bapak

Agus. Peserta sangat antusias dan sangat memperhatukan pengarahan yang

diberikan dan banyak pertanyaan yang diajukan.

Setelah rangkaian acara dilaksanakan kemudian acara ditutup dengan

pembacaan doa dan dilanjutkan dengan acara buka bersama. Setelah buka

bersama selesai maka peserta dapat pulang ke rumah masing-masing. Acara

pelatihan benar-benar selesai pada pukul 18.15 WIB.

Page 126: laporan askep

Pertanyaan yang muncul dari peserta antara lain:

1. Bagaimana cara memotivasi masyarakat yang berlatar belakang orang

tuanya kerja untuk mengikuti Posyandu?

2. Bagaimana cara memberikan penyuluhan jika yang mengantarkan Posyandu

adalah pembantunya?

3. Bagaimana cara melakukan pendokumentasian yang benar?

4. Bagaimana cara mengisi balok SKDN

Evaluasi Hasil

Peserta mampu menjawab 80% pertanyaan yang diberikan pemateri.

4.1.3.3 Masalah Pada Remaja

4.1.3.3.1 Narkoba

4.1.3.3.1.1 Pre-planning Kegiatan Penyuluhan Narkoba di RW VI Kelurahan

Bumiayu-Malang

A. Latar Belakang

Remaja merupakan komponen masyarakat yang memiliki peranan yang

sangat penting. Baik tidaknya suatu masyarakat di masa depan sangat tergantung

dari kondisi remajanya saat ini. Meskipun memiliki potensi yang sangat besar,

namun usia remaja juga merupakan tahapan usia yang rentan terutama oleh

pengaruh buruk dari luar. Salah satu bentuk pengaruh sangat buruk yang ditakuti

saat ini adalah narkoba.

Jumlah remaja di RW VI Kelurahan Bumiayu cukup banyak. Persentase

remajanya sekitar 10,29%. Dari jumlah ini, berdasarkan jumlah angket yang

disebarkan (88 angket), sekitar 10,34% remaja diwilayah ini memiliki riwayat

penggunaan narkoba. Hal ini cukup memprihatinkan mengingat begitu besarnya

bahaya yang diakibatkan oleh narkoba. Selain dapat menimbulkan gangguan

psikologis, narkoba juga dapat menimbulkan gangguan yang bersifat fisik. Narkoba

dapat merusak sistem saraf, kardiovaskuler, paru dan berbagai organ penting

lainnya. Narkoba juga dapat menimbulkan gangguan sosial. Para pengguna narkoba

merupakan orang-orang yang biasanya bersikap antisosial dan introvert. Mereka

cenderung menutup diri dari pergaulan masyarakat. Semua dampak negatif

penggerak masyarakat akan berbalik menjadi beban masyarakat.

Biasanya penggunaan narkoba dikalangan remaja awalnya hanya bersifat

ikut-ikutan dan coba-coba. Mereka merasa gengsi jika tidak memakai narkoba. Hal

ini terjadi karena kurang pengetahuan mereka akan narkoba terutama bahaya yang

ditimbulkan akibat memakai narkoba. Karena itulah diperlukan upaya bersama dari

semua komponen masyarakat untuk memangkas peredaran narkoba dan mencegah

generasi bangsa dari kehancuran akibat penggunaan narkoba. Salah satu upaya

Page 127: laporan askep

yang ditempuh adalah dengan meningkatkan pengetahuan remaja tentang bahaya

narkoba melalui penyuluhan-penyuluhan “Narkoba” sehingga mereka dapat

melakukan proteksi diri agar tidak terjerumus untuk memakai narkoba.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhan tentang Narkoba, remaja di RW VI Kelurahan

Bumiayu dapat memahami tentang narkoba.

2. Tujuan Khusus

Peserta penyuluhan (remaja) mampu menjelaskan pengertian narkoba

Peserta penyuluhan (remaja) dapat menyebutkan jenis dan bentuk narkoba

Peserta penyuluhan (remaja) dapat menyebutkan gejala-gejala pemakaian

narkoba

Peserta penyuluhan (remaja) dapat menyebutkan penyakit/gangguan akibat

penggunaan narkoba

Peserta penyuluhan dapat menjelaskan cara pencegahan diri agar tidak

terjerumus dalam pemakaian narkoba

C. PELAKSANAAN KEGIATAN

Hari/Tanggal : Sabtu, 7 Oktober 2006

Waktu : 19.30 WIB

Sasaran : Seluruh remaja RW VI Kel. Bumiayu

Tempat : Di rumah Ketua RW (Pak Soehermanto)

Penanggung Jawab : Ismatul Quddus dan Nia Agustiningsih

D. SUSUNAN KEGIATAN

1. Pembukaan acara dari Ketua RW, Sekretaris RW dan wakil dari pihak

pemuda

2. Pemilihan pengurus perkumpulan muda-mudi

3. Penyuluhan tentang narkoba

E. EVALUASI

1. Evaluasi Proses

Penilaian terhadap kelancaran kegiatan dari awal hingga akhir.

2. Evaluasi Hasil

Penilaian terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan

4.1.3.3.1.2 Satuan Acara Penyuluhan Narkoba

A. Tujuan

Page 128: laporan askep

Memberikan informasi tentang narkoba meliputi: definisi, jenis-jenis, bentuk,

gejala pemakaian, gangguan/penyakit akibat penggunaan narkoba, dan pencegahan

diri terhadap narkoba

B. Tempat dan Waktu

Sasaran : Remaja di RW VI Puri Cempaka Putih Kelurahan Bumiayu

Tempat : Rumah Pak Hermanto (Ketua RW) PCP blok AP-12

Waktu : 19.30 - selesai

C. Alat

Leaflet

Flip chart

D. Metode

Diskusi

Tanya jawab

E. Langkah-Langkah Kegiatan

1. Persiapan

Membuat kontrak dengan remaja di RW VI

Menyiapkan alat-alat yang diperlukan

2. Orientasi

a.Salam terapeutik

Salam.

Perkenalan nama mahasiswa

b.Evaluasi/validasi

Menanyakan kabar peserta saat ini.

Menanyakan persepsi peserta tentang narkoba selama ini.

3. Tahap Kerja

a.Tanyakan pendapat peserta tentang narkoba.

b.Jelaskan hal-hal yang berkaitan dengan narkoba.

c.Dorong peserta untuk memberikan pendapat sehubungan dengan

penjelasan yang telah diberikan

d.Berikan pujian atas kemampuan peserta untuk memberikan pendapat.

e.Berikan leaflet yang telah kita sediakan kepada para peserta.

4. Tahap terminasi

a.Evaluasi

Memberikan beberapa pertanyaan kepada peserta untuk mengevaluasi

tingkat pengetahuannya setelah diberi informasi tentang narkoba.

Memberikan reinforcement atas kemampuan peserta dalam menjawab

pertanyaan.

b.Tindak lanjut

Menganjurkan peserta untuk menghindari penggunaan narkoba dan

lebih waspada terhadap ancaman narkoba.

Page 129: laporan askep

4.1.3.3.1.3 Materi Narkoba

A. Definisi

Narkoba adalah kepanjangan dari narkotik dan obat berbahaya. Yang

termasuk narkotika adalah ganja, heroin atau putau dan kokain. Sedang obat

berbahaya adalah zat adiktif yang yang bisa menimbulkan ketagihan atau

kecanduan, seperti sabu, ecstasy dan pil koplo. Sebetulnya ada satu jenis lagi

barang berbahaya, yaitu minuman keras yang mengandung kadar alkohol tinggi.

B. Jenis-jenis Narkoba

1. Opium : jus dari bunga opium, Papaver somniverum.

2. Candu : Getah tanaman Papaver Somniferum.

3. Morfin: hasil olahan dari opium/candu mentah. Rasanya pahit, berbentuk

tepung halus putih atau cairan berwarna.

4. Heroin ( putaw): obat bius yang sangat kuat efeknya.

5. Codein: turunan dari candu/ opium.

6. Methadone: narkotika sintetis.

7. Kokain : zat adiktif yang sangat berbahaya berasal dari tanaman

Erythroxylon coca.

8. Ganja : terbuat dari daun Canabis Sativa.

9. Ecstasy: mendorong pemakai untuk aktivitas yang berlebihan dan dapat

mengalami dehidrasi ( kekurangan cairan ).

10. Shabu-shabu: nama aslinya methamphetamine, berbentuk seperti gula atau

penyedap masakan, tidak berwarna dan tidak berbau.

C. Bentuk-Bentuk Narkoba

1. Adonan : candu.

2. Tepung halus : morfin, heroin, shabu-shabu.

3. Cairan berwarna atau jernih: heroin, codein.

4. Tablet / pil / kapsul: heroin, codein, methadone, kokain, ekstasi.

5. Daun: ganja

D. Gejala-Gejala Pemakaian Narkoba Yang Berlebihan

1. Opiat

Pada orang-orang memakai narkoba jenis opiat ditemukan gejala-gejala;

perasaan senang dan bahagia, acuh tak acuh,malas bergerak, sering mengantuk,

mual, bicara cadel, pupil mata mengecil dan adanya gangguan perhatian/daya ingat

2. Ganja

Page 130: laporan askep

Pada pemakai ganja terdapat gejala-gejala; perasaan senang dan bahagia,

santai dan lemah, sikap acuh tak acuh, mata merah, nafsu makan meningkat dan

mulut kering. Disamping gejala-gejala tersebut, pada pemakai ganja ditemukan pula

adanya pengendalian diri yang kurang, sering menguap/mengantuk, konsentrasi

yang kurang dan depresi.

3. Amfetamin (shabu, ekstasi)

Pada pemakai narkoba dengan jenis amfetamin ditemukan adanya gejala-

gejala; kewaspadaan yang meningkat, bergairah, rasa senang dan bahagia, pupil

mata melebar, denyut nadi dan tekanan darah meningkat, insomnia dan nafsu

makan yang berkurang

4. Kokain

Pemakai narkoba jenis kokain sering menunjukkan gejala-gejala; denyut

jantung yang cepat (takikardi), gelisah, euphoria (rasa gembira berlebihan) harga diri

yang meningkat, banyak bicara, kewaspadaan meningkat, kejang, pupil melebar dan

tekanan darah meningkat. Disamping itu, pada pengguna narkoba jenis ini terdapat

gejala-gejala berkeringat/rasa dingin,mual/muntah, mudah berkelahi, psikosis,

perdarahan otak, penyumbatan pembuluh darah, nystagmus horisontal/mata

bergerak tak terkendali serta distonia (kekakuan otot leher) 

5. Alkohol

Pada orang-orang yang mengkonsumsi alkohol, sering ditemukan gejala-

gejala; bicara cadel, jalan sempoyongan, wajah kemerahan, banyak bicara, mudah

marah, gangguan pemusatan perhatian serta nafas bau alkohol 

6. Benzodiazepin (pil nipam, BK, mogadon)

Narkoba jenis Benzodiazepin menimbulkan gejala-gejala; Bicara cadel, Jalan

sempoyongan, wajah kemerahan, banyak bicara, mudah marah dan gangguan

pemusatan perhatian

E. Tanda-Tanda Kemungkinan Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Adiktif

a. Fisik

Tanda-tanda fisik yang menunjukkan adanya kemungkinan penyalahgunaan

Narkoba adalah: berat badan turun drastis, mata terlihat cekung dan merah, muka

pucat, dan bibir kehitam-hitaman. Pada tangan penuh dengan bintik-bintik merah,

seperti bekas gigitan nyamuk dan ada tanda bekas luka sayatan, goresan dan

Page 131: laporan askep

perubahan warna kulit di tempat bekas suntikan. Buang air besar dan kecil kurang

lancar serta sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas juga dapat menjadi

tanda-tanda fisik kemungkinan penyalahgunaan narkoba.

b. Emosi

Perubahan emosi yang menunjukkan kemungkinan penyalahgunaan narkoba

adalah; sangat sensitif dan cepat bosan, bila ditegur atau dimarahi, dia malah

menunjukkan sikap membangkang. Emosinya naik turun dan tidak ragu untuk

memukul orang atau berbicara kasar terhadap anggota keluarga atau orang di

sekitarnya.

c. Perilaku

Perubahan perilaku yang dapat menjadi tanda-tanda seseorang

kemungkinan menggunakan narkoba adalah, malas dan sering melupakan tanggung

jawab dan tugas-tugas rutinnya, menunjukkan sikap tidak peduli dan jauh dari

keluarga, Mereka juga sering bertemu dengan orang yang tidak dikenal keluarga,

pergi tanpa pamit dan pulang lewat tengah malam . Untuk memenuhi kebutuhannya

akan narkoba, mereka dapat melakukan berbagai cara diantaranya suka mencuri

uang di rumah, sekolah ataupun tempat pekerjaan dan menggadaikan barang-

barang berharga di rumah. Begitupun dengan barang-barang berharga miliknya,

banyak yang hilang serta selalu kehabisan uang.

Perilaku yang lain yang sering ditunjukkan oleh pemakai narkoba adalah

waktunya di rumah kerapkali dihabiskan di kamar tidur, kloset, gudang, ruang

yang gelap, kamar mandi, atau tempat-tempat sepi lainnya serta takut akan air. Jika

terkena akan terasa sakit – karena itu mereka jadi malas mandi. Sering batuk-batuk

dan pilek berkepanjangan, biasanya terjadi pada saat gejala “putus zat”. Sikapnya

cenderung jadi manipulatif dan tiba-tiba tampak manis bila ada maunya, seperti saat

membutuhkan uang untuk beli obat

Tanda-tanda perubahan perilaku lainnya adalah sering berbohong dan ingkar

janji dengan berbagai macam alasan, mengalami jantung berdebar-debar, Sering

menguap, mengeluarkan air mata berlebihan, mengeluarkan keringat

berlebihan.Pemakai narkoba juga sering mengalami mimpi buruk, nyeri kepala, serta

nyeri/ngilu sendi-sendi

F. Ancaman Medis Akibat Penggunaan Narkoba

Penggunaan narkoba dapat menimbulkan berbagai ancaman medis

diantaranya adalah HIV, Hepatitis dan beberapa penyakit menular lainnya, penyakit

jantung dan pembuluh darah, penyakit gangguan pernapasan, penyakit nyeri

Page 132: laporan askep

lambung, penyakit kelumpuhan otot, penyakit gagal ginjal, penyakit neurologist,

penyakit kelainan mental, penyakit kelainan hormon, penyakit kanker serta penyakit

gangguan kehamilan

G. Pengobatan Narkoba

Pengobatan narkoba dapat dilakukan dengan metoda pengobatan adiksi

(detoks), pengobatan infeksi, rehabilitasi dan pelatihan mandiri

H. Pencegahan Narkoba

Penyebaran narkoba dapat dicegah dengan cara memperkuat keimanan,

memilih lingkungan pergaulan yang sehat, komunkasi yang sehat serta menghindari

pintu masuk narkoba yaitu rokok

I. Pertolongan Pertama

Pertolongan pertama penderita dimandikan dengan air hangat, minum

banyak, makan makanan bergizi dalam jumlah sedikit dan sering dan dialihkan

perhatiannya dari narkoba. Bila tidak berhasil perlu pertolongan dokter. Pengguna

harus diyakinkan bahwa gejala-gejala sakaw mencapai puncak dalam 3-5 hari dan

setelah 10 hari akan hilang.

Empat Cara Alternatif Menurunkan Risiko atau "Harm Reduction":

1. Menggunakan jarum suntik sekali pakai

2. Mensuci hamakan (sterilisasi) jarum suntik

3. Mengganti kebiasaan menyuntik dengan menghirup atau oral dengan tablet

4. Menghentikan sama sekali penggunaan narkoba

J. Detoksifikasi

Detoksifikasi adalah proses menghilangkan racun (zat narkotika atau adiktif

lain) dari tubuh dengan cara menghentikan total pemakaian semua zat adiktif yang

dipakai atau dengan penurunan dosis obat pengganti.

Detoksifikasi bisa dilakukan dengan berobat jalan atau dirawat di rumah

sakit. Biasanya proses detoksifikasi dilakukan terus menerus selama satu sampai

tiga minggu, hingga hasil tes urin menjadi negatif dari zat adiktif.

Page 133: laporan askep

9.%2%K. Rehabilitasi

Setelah menjalani detoksifikasi hingga tuntas (tes urin sudah negatif), tubuh

secara fisik memang tidak “ketagihan” lagi, namun secara psikis ada rasa rindu dan

kangen terhadap zat tersebut masih terus membuntuti alam pikiran dan perasaan

sang pecandu. Sehingga sangat rentan dan sangat besar kemungkinan kembali

mencandu dan terjerumus lagi.

Untuk itu setelah detoksifikasi perlu juga dilakukan proteksi lingkungan dan

pergaulan yang bebas dari lingkungan pecandu, misalnya dengan memasukkan

mantan pecandu ke pusat rehabilitasi.

L. Undang-Undang Narkotika (No. 22/1997)

1. Menanam atau memelihara tanaman penghasil narkoba : hukuman 10 tahun

+ denda max Rp. 500 juta/

2. Memproduksi narkotika : hukuman 7 tahun s.d pidana mati / seumur hidup +

denda Rp. 200 juta s.d 1 milyar.

3. Membawa atau mengirimkan narkotika : hukuman 7 tahun s.d 15 tahun +

denda Rp. 250 juta s.d 750 juta.

4. Mengedarkan narkotika : hukuman 5 tahun s.d 15 tahun + denda Rp. 250

juta s.d Rp 750 juta.

5. Menggunakan narkotika : hukuman 1 tahun s.d 4 tahun

M. Sumber Pertahanan Diri Pengguna Narkoba

1. Komunikasi yang efektif.

2. Sistem pendukung sosial yang kuat.

3. Alternatif kegiatan yang menyenangkan.

4. Teknik reduksi stres.

5. Ketrampilan kerja.

6. Motivasi untuk mengubah perilaku

4.1.3.3.2 Kesehatan Reproduksi Remaja

4.1.3.3.2.1 Rancangan Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja

di RW VI Kelurahan Bumiayu Malang

A. Latar Belakang

Remaja merupakan komponen masyarakat yang memiliki peranan yang

sangat penting. Baik tidaknya suatu masyarakat di masa depan sangat tergantung

dari kondisi remajanya saat ini. Meskipun memiliki potensi yang sangat besar,

namun usia remaja juga merupakan tahapan usia yang rentan terutama oleh

Page 134: laporan askep

pengaruh buruk dari luar. Salah satu bentuk pengaruh sangat buruk yang ditakuti

selain narkoba adalah free sex akibat pergaulan bebas.

Free sex pada remaja diakibatkan karena kurangnya pengetahuan remaja

tentang kesehatan reproduksi, alat-alat reproduksi dan perubahan-perubahan yang

terjadi pada tumbuh kembang remaja. Remaja perlu mengetahui komponen tersebut

agar mereka mampu mengendalikan perilakunya. Remaja harus mengerti bahwa

begitu dia mendapatkan menstruasi atau mimpi basah maka secara fisik dia telah

siap dihamili atau menghamili. Bisa hamil atau tidaknya remaja putri bila melakukan

hubungan seksual tidak tergantung pada berapa kali dia melakukan hubungan

seksual tetapi tergantung pada kapan dia melakukan hubungan seksual (dikaitkan

dengan siklus kesuburan) dan apakah sistem reproduksinya berfungsi dengan baik

(tidak mandul). Banyak remaja yang tidak mengetahui akan hal ini, sehingga mereka

menyangka bahwa untuk hamil orang harus terlebih dahulu melakukan hubungan

seksual berkali-kali. Jadi, remaja sangat perlu mengetahui tentang kesehatan

reproduksi remaja agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi

serta berbagai faktor yang ada di sekitarnya. Dengan informasi yang benar,

diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab

mengenai proses reproduksi. Dari uraian diatas penyuluhan tentang “Kesehatan

Reproduksi Remaja” perlu diadakan untuk meningkatkan pengetahuan remaja.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan para peserta dapat mengerti

tentang kesehatan reproduksi remaja.

2. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan, para remaja dapat:

menjelaskan tentang pengertian reproduksi, kesehatan reproduksi, dan

kesehatan reproduksi remaja.

menjelaskan tentang perubahan yang dialami pada masa remaja

menyebutkan bagian–bagian alat reproduksi pada laki- laki dan perempuan

C. Pelaksanaan Kegiatan

Hari/Tanggal : Sabtu, 7 Oktober 2006

Waktu : 19.30 WIB

Sasaran : Seluruh remaja RW VI Kel. Bumiayu

Tempat : Rumah Ketua RW (Pak Soehermanto)

Penanggung Jawab : Ismatul Quddus dan Nia Agustiningsih

D. Susunan Kegiatan

1. Pembukaan acara dari Ketua RW, Sekretaris RW dan wakil dari pihak

pemuda

2. Pemilihan pengurus perkumpulan muda-mudi

3. Penyuluhan tentang narkoba

Page 135: laporan askep

4. Penyuluhan tentang kesehatan reproduksi remaja

4.1.3.3.2.2 Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

Tema : Kesehatan Reproduksi Remaja

Sasaran : Seluruh remaja RW VI Puri Cempaka Putih II Kel. Bumiayu

Tempat : Rumah Pak Soehermanto (Ketua RW VI) Puri Cempaka Putih II

Kel. Bumiayu

Hari/Tanggal : Sabtu/7 Oktober 2006

Waktu : 30 menit

Metode : Ceramah

Materi : Terlampir

I. Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan para peserta dapat mengerti

tentang kesehatan reproduksi remaja.

II. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan, para remaja dapat:

menjelaskan tentang pengertian reproduksi, kesehatan reproduksi, dan

kesehatan reproduksi remaja.

menjelaskan tentang perubahan yang dialami pada masa remaja

menyebutkan bagian–bagian alat reproduksi pada laki- laki dan perempuan

III. Media

Lembar balik (flipchart), Leaflet

IV. Kegiatan Penyuluhan

No. Waktu 10.%2% Kegiatan Penyuluh Kegiatan

Peserta

1 3 Menit Pembukaan

Membuka kegiatan dengan

mengucapkan salam

Memperkenalkan diri

Menjelaskan tujuan dari penyuluhan

Memberikan pertanyaan tentang

kesehatan reproduksi (pre test)

Menjawab

salam,

memperhatikan,

mendengarkan,

menjawab

pertanyaan pre

test

2 17 Menit Pelaksanaan

Menjelaskan tentang pengertian

reproduksi dan kesehatan reproduksi

Menjelaskan tentang bagian – bagian

dari alat reproduksi laki – laki dan

perempuan

Menjelaskan pengertian kesehatan

reproduksi remaja dan perubahan –

Mendengarkan

dan

memperhatikan

Page 136: laporan askep

perubahan yang terjadi pada masa

remaja

Memberikan kesempatan pada peserta

(para remaja) untuk bertanya

Bertanya

3 7 Menit Evaluasi

Menanyakan kepada peserta (remaja)

tentang materi yang diberikan

Memberikan reinforcement kepada

peserta (para remaja) atas jawaban yang

diberikan

Menjawab

pertanyaan (post

test)

4 3 Menit Terminasi

Mengucapkan terima kasih atas

perhatian dan peran serta

Mendengar dan

menjawab salam

V. Evaluasi

Evaluasi Proses

Mengetahui jalannya pelaksanaan acara, kelancaran acara maupun antusiasme

peserta penyuluhan.

Evaluasi Hasil

Mengetahui keberhasilan pencapaian target sesuai dengan yang ditetapkan:

1. Peserta dapat menjelaskan pengertian reproduksi, kesehatan reproduksi dan

kesehatan reproduksi remaja

2. Peserta dapat menyebutkan bagian – bagian alat reproduksi pada laki – laki

dan perempuan

3. Peserta dapat menjelaskan pengertian kesehatan reproduksi remaja

4. Peserta dapat menyebutkan perubahan – perubahan yang terjadi pada masa

remaja

4.1.3.3.2.3 Materi Penyuluhan Kesehatan Reproduksi

1. Definisi

Reproduksi Secara sederhana reproduksi berasal dari kata re = kembali dan

produksi = membuat atau menghasilkan, jadi reproduksi mempunyai arti

suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi

kelestarian hidup.

Kesehatan Reproduksi (Kespro) adalah Keadaan sejahtera fisik, mental dan

sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran &

sistem reproduksi.

Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut

sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian

Page 137: laporan askep

sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari

kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural.

2. Mengapa remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi?

Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang

benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya.

Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah

laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.

3. Perubahan yang terjadi saat Remaja

a) Perubahan fisik

Tubuh mengalami perubahan dari waktu ke waktu sejak lahir. Perubahan

yang cukup menyolok terjadi ketika remaja baik perempuan dan laki-laki

memasuki usia antara 9 sampai 15 tahun, pada saat itu mereka tidak hanya

tubuh menjadi lebih tinggi dan lebih besar saja, tetapi terjadi juga perubahan-

perubahan di dalam tubuh yang memungkinkan untuk bereproduksi atau

berketurunan.

Perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa atau sering dikenal

dengan istilah masa pubertas ditandai dengan datangnya menstruasi (pada

perempuan) atau mimpi basah (pada laki-laki). Datangnya menstruasi dan

mimpi basah pertama tidak sama pada setiap orang. Banyak faktor yang

menyebabkan perbedaan tersebut. Salah satunya adalah karena gizi. Saat

ini ada seorang anak perempuan yang mendapatkan menstrusi pertama

(menarche) di usia 8-9 tahun. Namun pada umumnya sekitar 12 tahun.

b) Perubahan emosinal

Remaja juga mengalami perubahan emosional yang kemudian tercermin

dalam sikap dan tingkah laku. Perkembangan kepribadian pada masa ini

dipengaruhi tidak saja oleh orangtua dan lingkungan keluarga, tetapi juga

lingkungan sekolah, ataupun teman-teman pergaulan di luar sekolah.

4. Mengapa remaja perlu mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi saat

remaja?

Remaja perlu mengetahui perubahan di atas agar mereka mampu

mengendalikan perilakunya. Remaja harus mengerti bahwa begitu dia

mendapatkan menstruasi atau mimpi basah maka secara fisik dia telah siap

dihamili atau menghamili. Bisa hamil atau tidaknya remaja putri bila melakukan

hubungan seksual tidak tergantung pada berapa kali dia melakukan hubungan

seksual tetapi tergantung pada kapan dia melakukan hubungan seksual

(dikaitkan dengan siklus kesuburan) dan apakah sistem reproduksinya berfungsi

dengan baik (tidak mandul). Banyak remaja yang tidak mengetahui akan hal ini,

Page 138: laporan askep

sehingga mereka menyangka bahwa untuk hamil orang harus terlebih dahulu

melakukan hubungan seksual berkali-kali.

5. Apa yang perlu kita ketahui tentang alat reproduksi kita?

Alat Reproduksi Perempuan

Bagian luar:

a) Bibir luar/labia majora

b) Bibir dalam/labia minora

c) Kelentit (clitoris) yang sangat peka karena banyak saraf, ini merupakan

bagian yang paling sensitif dalam meneriman rangsangan seksual.

d) Lubang kemaluan (lubang vagina) terletak antara lubang kencing dan

anus (dubur)

e) Rambut kemaluan yang tumbuhnya saat perempuan memasuki usia

pubertas

Bagian dalam:

a) Vagina (liang kemaluan/liang senggama), bersifat elastis dan dapat

membesar serta memanjang sesuai kebutuhan fungsinya sebagai

organ baik saat berhubungan seks, jalan keluarnya bayi saat

melahirkan atau saluran keluarnya darah saat haid.

b) Mulut rahim (cervix), saat berhubungan seks, sperma yang dikeluarkan

penis laki-laki di dalam vagina akan masuk ke dalam mulut rahim

hingga bertemu sel telur perempuan.

c) Mulut rahim (cervix), adalah tempat rumbuhnya janin hingga dilahirkan.

Rahim dapat membesar dan mengecil sesuai kebutuhan (hamil dan

setelah melahirkan).

d) Dua buah saluran telur (tuba fallopi) yang terletak disebelah kanan dan

kiri rahim. Sel telur yang sudah matang atau yang sudah dibuahi akan

disalurkan ke dalam rahim melalu saluran ini.

e) Dua buah indung telur (ovarium) kanan dan kiri. Ketika seorang

perempuan lahir, ia sudah memiliki ovarium yang mempunyai sekitar

setengah juta ova (cikal bakal telur). Tiap ova punya kemungkinan

untuk bekembang menjadi telur matang. Dari sekian banyak ova, hanya

sekitar 400 saja yang berhasil berkembang menjadi telur semasa usia

produktif perempuan.

Alat Reproduksi Laki-Laki

1. Zakar atau penis.

Berbentuk buat memanjang dan memiliki ujung berbentuk seperti helm

Page 139: laporan askep

disebut Glans. Ujung penis ini dipenuhi serabut saraf yang peka. Penis tidak

memiliki tulang, hanya daging yang dipenuhi dengan pembuluh darah. Penis

dapat menegang yang disebut ereksi. Ereksi terjadi karena rangsangan yang

membuat darah dalam jumlah besar mengalir dan memenuhi pembuluh

darah yang ada di dalam penis, dan membuat penis menjadi besar, tegang

dan keras.

2. Buah zakar atau testis.

Jumlahnya dua berbentuk bulat lonjong dan menggantung pada pangkal

penis. Testis inilah yang menghasilkan sel kelamin pria (sperma).

3. Saluran zakar atau uretra.

Berfungsi untuk mengeluarkan air mani dan air seni.

4. Kantong pelir atau skrotum

Merupakan lapisan kulit yang agak berkerut membentuk kantong yang

menggelantung di belakang penis. Skrotum gunanya untuk mengontrol suhu

dari testis, yaitu 6 derajat celcius lebih rendah dari suhu bagian tubuh lainnya

agar testis dapat berfungsi menghasilkan sperma.

5. Epididimis

Merupakan tempat pematangan sperma sesudah dibentuk dalam testis

6. Saluran sperma atau vas deferens.

7. Seminal Vesicle

Berguna untuk memproduksi semacam gula. Ini berguna sebagai sumber

kekuatan untuk sperma agar dapat bertahan hidup dan berenang mencari

telur di dalam alat reproduksi perempuan. Pada saat ejakulasi seminal

vesicle mengalirkan gula tersebut ke vas deferens.

8. Kelenjar prostat

Merupakan kelenjar yang menghasilkan cairan yang berisi zat makanan

untuk menghidupi sperma.

9. Bladder (kandung kencing)

Merupakan tempat terkumpulnya air seni yang nantinya disalurkan ke uretra

ketika buang air kecil.

4.1.3.3.2.4 Laporan Hasil Kegiatan Penyuluhan Narkoba Dan Kesehatan

Reproduksi

Penyuluhan tentang Narkoba dan Kesehatan Reproduksi Remaja dilakukan

pada tanggal 7 Oktober 2006 pada waktu yang sudah ditentukan. Penyelenggaraan

Page 140: laporan askep

penyuluhan dilaksanakan di rumah ketua RW VI (Bapak Soehermanto). Peserta

penyuluhan terdiri remaja di kelurahan Bumiayu yang mengikuti kegiatan

pembentukan karang taruna. Sebagai pemateri dari penyuluhan ini adalah

mahasiswa PSIK FKUB dengan penanggung jawab kegiatan adalah Ismatul Quddus

dan Nia Agustiningsih

Hari/Tanggal : Sabtu / 7 Oktober 2006

Waktu : 20.00 – selesai

Tempat : Rumah Ketua RW VI (Pak Soehermanto) Puri Cempaka

Putih II Kel. Bumiayu

Topik : Narkoba dan Kesehatan Reproduksi Remaja

Penyuluh : Ismatul Quddus, Nia Agustiningsih

Peserta : Remaja yang mengikuti kegiatan pembentukan karang

taruna

Penanggung Jawab : Ismatul Quddus, Nia Agustiningsih

I. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan penyuluhan dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:

1. Tahap Perkenalan dan Penggalian Pengetahuan Peserta

Setelah memberi salam dan perkenalan, pemateri terlebih dahulu

menyampaikan maksud dan tujuan diberikan penyuluhan sebelum materi

disampaikan. Kemudian pemateri memberi pertanyaan pembuka untuk

mengetahui tingkat pengetahuan peserta (pretest) tentang materi yang akan

diberikan.

Pertanyaan yang diberikan, sebagai berikut:

1. Apa yang anda ketahui tentang pengertian narkoba?

2. Sebutkan jenis-jenis narkoba?

3. Sebutkan gejala-gejala pada orang yang memakai narkoba.

4. Apa yang anda ketahui tentang kesehatan reproduksi?

5. Apa saja perubahan-perubahan yang terjadi pada saat remaja?

2. Tahap Penyajian Materi

Penyajian materi sesuai dengan materi penyuluhan yang terlampir pada

SAP.

3. Evaluasi

Evaluasi Proses

Peserta yang hadir berjumlah 30 orang. Pelaksanaan penyuluhan

berjalan sesuai rencana dimana peserta antusias bertanya kepada pemateri

juga menjawab pertanyaan yang diajukan pemateri. Sebagian peserta juga

bertanya tentang seputar Narkoba dan Kesehatan Reproduksi di sela-sela

diskusi dan tanya jawab. Pertanyaan yang muncul antara lain:

1. Apakah gejala-gejala yang muncul pada pemakai narkoba?

Page 141: laporan askep

2. Apakah pendidikan kesehatan reproduksi itu perlu diberikan pada

remaja?

3. Siapa saja yang perlu memberikan pendidikan kesehatan reproduksi?

4. Apa saja materi yang perlu disampaikan saat memberikan pendidikan

tentang kesehatan reproduksi pada remaja?

5. Apakah zat adiktif itu termasuk narkoba dan apa saja contohnya?

6. Apakah pada pemakai narkoba terjadi penurunan ukuran organ vital?

Evaluasi Hasil

Peserta diberikan beberapa pertanyaan yang isinya sama dengan saat

sebelum penyuluhan. Peserta yang hadir 80% mampu menjawab pertanyaan

dari mahasiswa tentang materi yang telah disampaikan. Sedangkan pada

saat pre-test peserta hanya mampu menjawab 45% dari pertanyaan yang

diajukan Hal ini membuktikan bahwa peserta memperhatikan materi yang

disampaikan dan terjadi peningkatan pengetahuan setelah diberikan

penyuluhan.

4.1.4 Kegiatan di Puskesmas

4.1.4.1 Persiapan Kegiatan

Sebelum memulai kegiatan di puskesmas, kegiatan yang dilakukan adalah:

1. Menemui pembimbing lahan dan kepala Puskesmas Arjowinangun untuk

mendapatkan pengarahan dan menentukan lokasi praktik di masyarakat.

2. Mengatur pembagian shift jaga di Puskesmas Arjowinangun

4.1.4.2 Pelaksanaan Kegiatan

1. Mahasiswa yang bertugas di Puskesmas datang pada pukul 07.30 WIB dan

mengikuti kegiatan yang ada di puskesmas. Kegiatan tersebut antara lain:

Mengikuti kegiatan pendaftaran di loket

Mengikuti kegiatan di Poli Umum

Mengikuti kegiatan di BKIA

Mengikuti kegiatan di Apotek

Mengikuti kegiatan posyandu sesuai dengan jadwal yang telah

ditetapkan.

Membantu kegiatan yang bersifat administratif

2. Setelah kegiatan di Puskesmas selesai, mahasiswa meninggalkan

Puskesmas pada pukul 12.30 WIB

BAB V

PEMBAHASAN

Page 142: laporan askep

Salah satu kegiatan pokok dari keperawatan komunitas adalah

melaksanakan asuhan kesehatan komunitas, melalui pengenalan masalah

kesehatan masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan dan penilaian

kesehatan menggunakan proses keperawatan sebagai suatu pendekatan ilmiah

keperawatan. Pengenalan masalah merupakan salah satu tahap yang penting dalam

keperawatan komunitas. Dengan ditemukannya masalah kesehatan yang ada

melalui pengkajian yang komprehensif, diharapkan upaya-upaya yang dilakukan

untuk memecahkan masalah kesehatan tersebut dapat dilakukan dengan

pendekatan pemecahan masalah (problem solving approach), yang dituangkan

dalam proses keperawatan dengan memanfaatkan pendekatan epidemiologi yang

dikaitkan dengan upaya kesehatan dasar (PHC).

Setelah dilakukan pengenalan masalah kesehatan melalui pengkajian,

bersama-sama dengan warga masyarakat RW V di temukan masalah-masalah

kesehatan di wilayah RW V adalah:

5.1 Masalah kesehatan lingkungan.

Masalah ini berkaitan dengan kebersihan bak mandi/bak air, saluran

pembuangan limbah/selokan dan pemeliharaan unggas peliharaan mendapat

prioritas utama sebagai masalah yang harus segera diatasi. Hal ini ditunjukkan

dengan data hasil pengkajian dari 88 sampel keluarga menunjukkan bahwa:

Sebanyak 10 % warga membersihkan bak mandi > 2 minggu, 27 %

membersihkan bak mandi selama seminggu sekali

Sebanyak 15% warga menggunakan SPAL terbuka untuk

pembuangan air kotor dan 37 % dibuang diselokan.

Sebanyak 29,24% warga memiliki unggas dengan 19,23 %nya

mempunyai kandang bersatu dengan rumah.

Masalah kesehatan lingkungan merupakan prioritas masalah karena

dirasakan warga sebagai gangguan lingkungan sekitar dan mengancam kesehatan.

Untuk menanggulangi masalah ini, maka bersama warga masyarakat

diputuskan untuk dilakukan penyuluhan atau pendidikan kesehatan masyarakat

dalam rangka mengubah perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

pendidikan kesehatan merupakan kegiatan utama perawatan kesehatan guna

merubah perilaku dan kebiasaan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke

arah yang menguntungkan kesehatan. Adapun penyuluhan yang akan diberikan

adalah tentang DHF dan Flu Burung. Rencananya, penyuluhan dilakukan pada saat

rapat RT. Akan tetapi selama bulan Ramadhan rapat RT ditiadakan, maka

penyuluhan diberikan pada pertemuan ibu-ibu PKK atau Dasawisma di tiap-tiap RT.

Penyuluhan pemeliharaan kesehatan lingkungan merupakan salah satu

bentuk upaya promotif dalam ruang lingkup perawatan komunitas. Upaya ini harus

Page 143: laporan askep

dilakukan bersama-sama dengan masyarakat agar dicapai suatu hasil yang optimal.

Namun dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa hambatan antara lain: Masalah

kesehatan lingkungan tidak dirasakan sebagai masalah bersama oleh seluruh warga

di RW VI. Hal ini ditunjukkan dengan adanya salah satu RT yang menolak ketika

akan diberi penyuluhan tentang DHF dan Flu Burung.

Intervensi untuk masalah kesehatan kesehatan lingkungan yaitu dengan

melakukan penyuluhan. Penyuluhan yang dilakukan adalah masalah DHF dan Flu

Burung. Penyuluhan tersebut dilakukan di RT 02, 03, 04, 05, sedangkan untuk RT

01 dan 06 tidak dilakukan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan.

Pada saat pelaksanaan kegiatan penyuluhan, tidak sedikit kendala yang

dihadapi mahasiswa. Kendala-kendala yang dihadapi antara lain:

Untuk RT 01, dengan keadaan lingkungan yang bersih dan sedikit yang

mempunyai unggas maka tidak dilakukan penyuluhan tentang DHF dan

Flu burung karena tidak sesuai dengan sasaran yang diharapkan. Tetapi

meskipun tidak dilakukan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan

tetap dilakukan penyuluhan dengan tema yang berbeda yaitu tentang

Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari). Pertimbangan dilakukan

penyuluhan dengan tema itu karena warga RT 01 banyak ibu-ibu muda

sehingga pengetahuan itu sangat diperlukan. Setelah penyuluhan selesai

kemudian dilakukan pembagian leaflet tentang Sadari.

Sedangkan untuk RT 06 juga tidak dilakukan penyuluhan karena tidak

adanya kesempatan yang diberikan kepada mahasiswa untuk masuk

dalam acara mereka karena banyaknya agenda yang harus dibahas

dalam pertemuan mereka tersebut. Oleh karena itu alternatif dari

mahasiswa adalah dengan hanya memberikan leaflet tentang kesehatan

lingkungan (DHF dan Flu burung).

Setelah diberi penyuluhan, dilakukan evaluasi untuk mengetahui adakah

peningkatan pengetahuan dari peserta mengenai masalah DHF dan Flu Burung.

Dari hasil evaluasi didapatkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan yang

ditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai pada posttest dibandingkan dengan

nilai pretest. Disamping itu, Lebih dari 60 % dari peserta yang hadir dengan aktif

melontarkan pertanyaan kepada mahasiswa tentang materi yang disampaikan. Hal

ini membuktikan bahwa rasa kepedulian peserta terhadap kesehatan lingkungan dan

antusiasme untuk mencari tahu tentang informasi kesehatan terbaru sebagai

langkah awal untuk mencegah terjadinya penyakit.

5.2 Masalah KIA

Salah satu sasaran dari perawatan komunitas adalah kelompok khusus.

Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis

kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan

Page 144: laporan askep

terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya adalah ibu hamil, bayi baru

lahir, balita. Ciri masyarakat sehat salah satunya adalah mampu mengatasi masalah

kesehatan sederhana melalui upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan

penyakit dan pemulihan kesehatan terutama untuk ibu dan anak

Masalah pada kelompok khusus ini adalah kurangnya kesadaran ibu-ibu

yang memiliki balita di lingkungan RW VI untuk datang ke posyandu secara rutin dan

pemberian ASI secara eksklusif.

Data hasil pengkajian dari 88 sampel keluarga menunjukkan bahwa 47 %

memiliki balita dan 58 %nya tidak mengikuti penimbangan balita di Posyandu,

sedangkan 29 %nya tidak memberikan ASI secara eksklusif. Hal ini dirasakan

sebagai masalah yang perlu mendapat perhatian sebab kurangnya partisipasi ibu-

ibu dalam penimbangan dan pemberian ASI eksklusif akan menyebabkan gangguan

kesehatan serta tumbuh kembang balita tidak dapat dipantau dengan baik.

Intervensi untuk masalah KIA sudah terlaksana semua sesuai dengan

rencana yang telah ditentukan. Penyuluhan tentang ASI eksklusif dan pelatihan

kader sudah dilakukan, dan kegiatan itu berjalan lancar. Kendala yang dihadapi saat

melakukan intervensi adalah:

Kendala dalam melakukan penyuluh ASI eksklusif adalah penyuluhan

dilakukan beberapa kali dalam sehari karena mahasiswa tidak dapat

mengontrol kedatangan peserta. Meskipun begitu mahasiswa dan

peserta tetap semangat dalam penyuluhan. Setelah penyuluhan selesai

kemudian dibagikan leaflet tentang materi yang disuluhkan biar dapat

dipelajari di rumah.

Pelatihan Kader Posyandu dilakukan dengan lancar hanya saja jumlah

peserta yang datang hanya sebagian, tidak sesuai dengan undangan

yang disebarkan. Dari 12 undangan yang disebar, hanya 7 orang saja

yang datang. Meskipun demikian, antusias peserta tetap tinggi dengan

acara yang dibuat mahasiswa ini. Selain itu waktu untuk pelaksanaan

juga terlambat dari jadwal. Rencana acara dimulai pukul 15.00 WIB, tapi

pelaksanaan baru dapat dimulai pukul 16.00 WIB. Saat pelatihan

dibagikan juga buku panduan kader yang dibuat oleh mahasiswa,

sehingga kader dapat mempelajarinya di rumah.

5.3 Masalah Remaja terkait dengan Narkoba.

Remaja merupakan salah satu sasaran dari perawatan komunitas karena

remaja termasuk dalam kelompok khusus yaitu kelompok yang rentan dan memiliki

resiko terjangkit penyakit reproduksi dan penyalahgunaan obat/narkoba.

Dari data pengkajian yang telah dilakukan, didapatkan 10% remaja dari total

penduduk RW VI dengan 10 %nya memiliki riwayat pengguna Narkoba. Hal ini

dirasakan warga sebagai ancaman bagi kesehatan remaja sebagai penerus bangsa

Page 145: laporan askep

yang idealnya sehat secara jasmani dan rohani dan bebas dari penyalahgunaan

narkotika dan obat-obat berbahaya lainnya.

Intervensi untuk masalah pada remaja sudah berjalan dengan lancar.

Peserta banyak yang datang dan acara dimulai pukul 21.30 WIB. Karena acara

penyuluhan ini ikut dalam acara rapat pembentukan karang taruna di RW VI maka

penyuluhan baru dapat dimulai setelah rapat pembentukan karang taruna selesai.

Remaja di RW VI sangat antusias dengan penyuluhan ini karena peserta laki-laki

dan perempuan digabung maka banyak peserta perempuan yang malu untuk

bertanya tentang masalah kesehatan reproduksi. Alternatif yang digunakan

mahasiswa adalah dengan mendekati peserta perempuan untuk mengetahui

pertanyaan yang ingin dilontarkan. Leaflet tentang narkoba dan kesehatan

reproduksi juga dibagikan kepada peserta untuk dibaca di rumah.

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, didapatkan bahwa terjadi peningkatan

pengetahuan remaja tentang narkoba dan kesehatan reproduksi. Hal ini ditunjukkan

dengan adanya peningkatan pengetahuan pada postes dibandingkan dengan

pretest. Dengan adanya peningkatan pengetahuan ini, diharapkan remaja di RW VI

akan mampu menghindarkan diri dari penyalahgunaan narkoba dan menjadi remaja

yang bertanggung jawab dengan masalah kesehatan reproduksinya.

5. 4 Keterbatasan – Keterbatasan Dalam Pelaksanaan Kegiatan

Dalam praktik profesi keperawatana ini, terdapat beberapa

hambatan/katerbatasan dalam pelaksanaan kegiatan sehingga kegiatan yang

dilaksanakan kurang maksimal. Beberapa hambatan/keterbatasan dalam

pelaksanaan kegiatan adalah:

1. Pengkajian atau pendataan dengan metode Cluster Random Sampling

Pengkajian tidak bisa dilaksanakan pada semua warga (dengan teknik Total

Sampling) karena dari 240 KK yang ada, yang aktif hanya 75 %. Selain itu

banyak warga yang bekerja sebagai pekerja swasta sehingga sulit untuk

menemui warga dan pengkajian hanya bisa dilakukan pada sore atau malam

hari setelah warga pulang dari kerja.

2. Pelaksanaan kegiatan/implementasi

Karena pelaksaanaan kegiatan bertepatan dengan bulan Ramadhan maka sulit

sekali untuk mengundang warga. Agar kegiatan dapat berjalan lancar maka

kelompok kami memberikan penyuluhan lewat kegiatan yang dilakukan warga

seperti acara PKK, Dasawisma, dan pengajian.

Page 146: laporan askep