Laporan asam amino
-
Upload
yunitaparerombe4961 -
Category
Documents
-
view
152 -
download
0
description
Transcript of Laporan asam amino
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Protein adalah makromolekul yang paling melimpah di dalam sel hidup
dan protein juga mempunyai berbagai peranan biologis karena protein merupakan
instrumen molukuler yang menyampaikan informasi genetik. Protein adalah
sumber asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak
dimiliki lemak atau karbohidrat. Sesuai dengan peranan itu, protein berasal dari
kata Yunani proteios, yang artinya pertama. Apabila organisme sedang
kekurangan energi, maka protein ini dapat digunakan sebagi sumber energi.
Kandungan energi protein rata-rata 4 kkal/g atau setara dengan kandungan energi
karbohidrat.
Asam amino adalah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino,
mempunyai rumus dasar R-CHNH2COOH dimana R adalah gugus rantai
samping. Asam amino merupakan monomer pembentuk protein, mempunyai
peranan penting dalam metabolisme sel hidup. Adanya gugus rantai samping
tersebut menyebabkan sifat berbeda antara asam-asam amino dan juga berbedanya
sifat protein. Gugus amino asam amino dan gugus karboksil memperlihatkan
semua reaksi yang dapat diharapkan dari fungsi ini, misalnya pembentukan
garam, pengesteran, dan asilasi. Gugus rantai samping juga menghasilkan reaksi
spesifik dengan pereaksi tertentu. Oleh karena itu, pada percobaan ini akan diuji
reaksi spesifik asam amino dengan pereaksi ninhidrin, Hopkins-Cole, dan garam
nitroprussida. Begitupun dengan protein akan diidentifikasi dengan reaksi biuret
dan millon.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari dan memahami
reaksi-reaksi spesifik dari asam amino dan protein.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Mengidentifikasi adanya gugus α-amino bebas pada asam amino dan protein
melalui tes ninhidrin.
2. Mengidentifikasi adanya gugus sulfuhidril spesifik pada asam amino sistein
dengan nitroprussida dalam amoniak.
3. Mengidentifikasi protein melalui tes biuret.
4. Mengidentifikasi adanya gugus indol spesifik pada asam amino triptofan
melalui tes Hopkis-Cole.
5. Mengidentifikasi adanya gugus hidroksifenil spesifik pada asam amino tirosin
melalui tes Millon
1.3 Prinsip Percobaan
Mengidentifikasi asam amino dan protein dengan menggunakan beberapa
pereaksi tertentu yang digunakan melalui beberapa tes yaitu tes ninhidrin, reaksi
gugus rantai samping, tes Biuret, tes Hopkins-Cole dan tes Millon yang hasilnya
ditandai dengan adanya perubahan warna dan endapan yang menunjukkan bahwa
adanya reaksi uji positif pada asam amino dan protein.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Asam amino adalah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino.
Asam amino yang terdapat sebagai komponen protein yang mempunyai gugus
NH2 pada atom karbon α dari posisi gugus COOH ( Poedjiadi, 1994).
Pada umumnya asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut
organik non polar seperti eter, aseton, dan kloroform. Sifat asam amino ini
berbeda dengan asam karboksilat maupun dengan sifat amina. Asam karboksilat
afilatik maupun aromatik yang terdiri dari beberapa atom karbon umumnya
kurang larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik, demikian pula amina
pada umumnya tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik. Asam
amino mempunyai titk lebur yang lebih tinggi ( Poedjadi, 1994).
Asam karboksilat dan gugus fungsi amina secara bersamaan berda dalam
asam amino. Asam amino dengan satu gugus amino dan satu gugus karboksil.
Gugus amino diprotonasi dan hadir sebagai ion amonium, sedangkan gugus
karboksil kehilangan protonnya dan hadir sebagai anion karboksilat. Struktur
dipolar ini konsisten dengan sifat asam amino yang seperti garam, yang memiliki
titik leleh agak tinggi dan kelarutannya dalam pelarut organik relatif rendah.
Asam amino bersifat amfoterik, artinya berperilaku sebagai asam dan
mendonasikan proton pada basa kuat, atau dapat juga berperilaku sebagai basa
dan menerima proton dari asam kuat. Ini dapat dinyatakan dalam kesetitimbangan
untuk asam amino (Hart, dkk., 2003).
Atom α-karbon dari asam amino, terkecuali glisin, masing-masing
dihubungkan pada empat gugus kimia yang berlainan yang merupakan
karakteristik suatu atom karbon asimetris dan pusat khiral. Serta hubungannya
didalam ruang dengan atom karbon asimetrik yang valensi-valensinya tersusun
secara tetrahedral, isomer-isomer molekul tersebut dapat digambarkan dengan
model tiga dimensi. Jika gugus R identik dalam tiap model dan di dalamnya tidak
mengandung pusat-pusat asimetrik lainnya, maka kedua model tersebut saling
merupakan baayangan cermin satu terhadap yang lain, dan masing-masing isomer
optis aktif. Kedua isomer tersebut memutar bidang cahaya terpolarisasi dengan
arah yang berbedah. Pasangan isomer semacam ini di sebut enantiomorf. Suatu
senyawa yang memutar bidang cahaya, terpolarisasi searah jarum jam dikatakan
memutar ke kanan, sebagai lawan senyawa yang memutar ke kiri, sayangnya sifat
ini tidak mempunyai hubungan yang sederhana dengan pengaturan meruang
gugus-gugus disekeliling pusat khiral (Ismadi, 1993).
Ninhidrin adalah reagen berguna untuk mendeteksi asam amino dan
menetapkan konsentasinya dalam larutan. Senyawa ini merupakan hidrat dari
triketon siklik, dan bila bereaksi dengan asam amino, menghasilkan zat warna
ungu. Hanya atom nitrogen dari zat warna ungu yang berasal dari asam amino,
asam amino selebihnya terkonversi menjadi aldehida dan karbon dioksida.
Jadizat warna ungu yang sama dihasilkan dari semua asam amino α dengan gugus
amino primer dan intensitas warnanya berbanding lurus dengan konsentrasi asam
amino yang ada. Hanya prolina yang mempunyai gugus amino sekunder, bereaksi
berbeda dan menghasilkan zat warna kuning tetapi itu pun dapat digunakan untuk
analisis (Hart, dkk., 2003).
Asam aspartat dan asam glutamat memiliki dua gugus karboksil dan satu
gugus amino. Dalam asam kuat ketiga gugus tersebut berada dalam bentuk asam.
Jika pH dinaikkan dan larutan menjadi lebih basa, setiap gugus secara berturut-
turut melepaskan protonnya. Titik isoelektrik untuk asam aspartat yaitu pH saat
asam amino ini terutama berada dalam bentuk dipolar netral adalah 2,87. Keadaan
ini berbeda untuk asam amino dengan dua gugus basa dan hanya satu gugus
karboksil (Hart, dkk., 2003).
Analisis campuran asam amino yaitu mempunyai keistimewaan bersama
semua asam amino adalah gugus amino dan gugus karboksil. Sedikit perbedaan
sifat-sifat ionik gugus ini memungkinkan pemisahan asam-asam amino.
Mesin-mesin yang serba otomatis, yang disebut penganalisis asam amino,
menggunakan kromatografi pertukaran ion untuk melakukan pemisahan ini. Asam
amino yang telah dipisahkan direaksikan dengan ninhidrin (Ismadi, 1993).
Menurut klasifikasi asli yang modifikasi, protein dapat dibagi menjadi tiga
golongan yaitu protein serat, protein bujur telur, protein gabungan. Protein serat
adalah bentuk protein yang tidak larut yang ditemukan dalam kulit, rambut,
jaringan pengikat dan tulang. Protein ini dapat dibagi lagi menjadi collagen yaitu
protein pokok dari jaringan pengikat, tulang, gigi, dan tendon, dan keratin, protein
pokok dari kulit, kuku, sayap dan rambut. Protein bujur telur bentuknya bujur
telur dan umumnya larut dalam air. Protein ini dengan menggunakan klasifikasi
yang lebih modern dan lebih mudah diklasifikasi menurut fungsinya. Cara
klasifikasi lama protein bujur telur ini dapat dibagi menjadi beberapa sub bagian
empat diantaranya adalah albumin dapat diidentifikasi karena larut didalam air
dan larutan garam. Albumin yang khas terdapat dalam darah dan putih telur.
Protein gabungan adalah protein yang bergabung dalam senyawa bukan protein.
Misalnya protein dalam hemoglobin bergabung dengan besi yang mengandung
heme bukan protein ( Fessenden, 1997).
Protein dalam bentuk asalnya mempunyai tiga, kadang-kadang empat
tingkat struktur. Tingkat pertama disebut struktur primer yaitu urutan atau order
dari asam amino dalam rantai protein. Struktur dengan tingkat yang lebih tinggi
yang berhubungan dengan bentuk konformasi dari protein. Struktur sekunder
adalah bentuk dari rantai protein yang panjang yang dijadikan satu oleh ikatan
hidrogen antara proton dari amida dan gugus karbonil amida (Fessenden, 1997).
Asam aspartat merupakan satu dari 20 asam amino penyusun protein.
Asparagin merupakan asam amino analognya karena terbentuk melalui aminasi
aspartat pada satu gugus hidroksilnya. Asam aspartat bersifat asam, dan dapat
digolongkan sebagan asam karboksilat (Hidayat, 2011).
Alanin (Ala) atau asam 2-aminopropanoat merupakan salah satu asam
amino bukan esensial. Bentuk yang umum di alam adalah L-alanin (S-alanin)
meskipun terdapat pula bentuk D-alanin (R-alanin) pada dinding sel bakteri dan
sejumlah antibiotika. L-alanin merupakan asam amino proteinogenik yang paling
banyak dipakai dalam protein setelah leusin. Gugus metil pada alanina sangat
tidak reaktif sehingga jarang terlibat langsung dalam fungsi protein (enzim).
Alanina dapat berperan dalam pengenalan substrat atau spesifisitas, khususnya
dalam interaksi dengan atom nonreaktif seperti karbon. Dalam proses
pembentukan glukosa dari protein (Hidayat, 2011).
Sistein merupakan asam amino bukan esensial bagi manusia yang
memiliki atom S, bersama-sama dengan metionin. Atom S ini terdapat pada gugus
tiol (dikenal juga sebagai sulfhidril atau merkaptan). Karena memiliki atom S,
sistein menjadi sumber utama dalam sintesis senyawa-senyawa biologis lain yang
mengandung belerang. Sisteina dan metionin pada protein juga berperan dalam
menentukan konformasi protein karena adanya ikatan hidrogen pada gugus tiol
(Hidayat, 2011).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan
Larutan glisin, larutan alanin, larutan asam aspartat, larutan ninhydrin
0,1%, larutan albumin, larutan glioksilik, larutan natrium nitoprussida 1%, kristal
cysteina hydroklorida, NH4OH, akuades, NaOH 2,5 M, CuSO4 0,01 M, asam
sulfat pekat, pereaksi millon, tissue roll, kertas label, spiritus dan karet.
3.2 Alat
Tabung reaksi, pipet tetes, pipet skala 2 mL, rak tabung, lampu spiritus,
sikat tabung, gegep, labu semprot dan sendok tanduk.
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Tes Ninhidrin
Disiapkan 4 tabung reaksi yang kering dan bersih kemudian dimasukkan 3
mL albumin, glisin, alanin dan asam aspartat pada masing-masing tabung.
Ditambahkan 0,5 mL larutan Ninhidrin 0,1% pada masing-masing tabung lalu
dipanaskan hingga mendidih. Diamati perubahan warnanya.
3.3.2 Reaksi gugus rantai samping (gugus R)
Beberapa kristal Cysteina hidroklorida dimasukkan ke dalam tabung
reaksi, kemudian dilarutkan dengan 5 mL akuades. Lalu ditambahkan 0,5 mL
Natrium nitroprussida 1% dan 0,5 mL NH4OH. Diamati perubahan yang terjadi.
3.3.3 Reaksi Biuret
Disiapkan 4 tabung reaksi yang kering dan bersih kemudian dimasukkan 3
mL albumin, glisin, alanin dan asam aspartat ke dalam masing-masing tabung.
Ditambahkan 1 mL NaOH 2,5 M ke dalam masing-masing tabung lalu dikocok
dengan baik. Kemudian ditambahkan setetes CuSO4 0,01 M dan dikocok. Jika ada
perubahan warna, ditambahkan lagi setetes atau lebih CuSO4.
3.3.4 Reaksi Hopkins-Cole
Disiapkan 4 tabung reaksi yang kering dan bersih kemudian dimasukkan 2
mL larutan gliosilik pada masing-masing tabung. Ditambahkan 3 mL larutan
albumin, glisin, alanin dan asam aspartat lalu dikocok. Kemudian ditambahkan
lagi setetes demi setetes asam sulfat pekat. Diamati perubahan yang terjadi.
3.3.5 Reaksi Millon
Disiapkan 4 tabung reaksi yang kering dan bersih kemudian dimasukkan 3
mL albumin, glisin, alanin dan asam aspartat pada masing-masing tabung.
Ditambahkan 4 tetes pereaksi Millon pada masing-masing tabung lalu dipanaskan.
Diamati perubahan yang terjadi. Kemudian ditambahkan pereaksi Millon yang
berlebih lalu dipanaskan kembali dan diamati lagi perubahan yang terjadi.
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Pengamatan Tes Ninhidrin
No.Larutan Protein dan
Larutan Asam AminoWarna
Dengan ninhidrin Setelah pemanasan
1. Albumin Bening Biru pekat
2. Alanin Bening Biru muda
3. Glisin Bening Ungu
4. Asam Aspartat Bening Bening
4.1.2 Tabel Pengamatan Tes gugus R dari asam amino sistein
No. Larutan contohWarna
Dengan natrium nitroprusida
Dengan ammonium hidroksida
1. Kristal cystein hidroklorida
Keruh Keruh agak kecoklatan
2. Alanin Keruh Kuning
3. Glisin Keruh Kuning
4.1.3 Tabel Pengamatan Tes Biuret
No. Larutan contohWarna
NaOH 2,5 M CuSo4 0,01 M CuSO4 0,01 M berlebih
1. Asam Aspartat Bening Bening Bening
2. Albumin Keruh Keruh Bening kekuningan
3. Glisin Bening Bening Bening
4. Alanin Bening Bening Bening kebiruan
4.1.4 Tabel pengamatan Tes Hopkins-Cole
No. Larutan contohWarna
Dengan natrium nitroprusida
Dengan ammonium hidroksida
1. Glisin Bening 2 fase
2. Asam aspartat Bening 2 fase
3. Alanin Bening 2 fase
4. Albumin Keruh 3 fase
4.3 Pembahasan
4.3.1 Tes Ninhidrin
Pada tes ninhidrin, penambahan ninhidrin pada ketiga larutan asam amino
tidak memberikan perubahan secara visual, sedangkan larutan protein dalam hal
ini albumin menjadi bening keruh. Setelah pemanasan, larutan asam amino
mengalami perubahan warna menjadi tidak berwarna kecuali glisin berubah warna
menjadi kekuningan. Berdasarkan teori, tes ninhidrin akan memberikan warna
yang sama pada semua asam amino α, kecuali prolin yang merupakan asam amino
sekunder. Pada albumin sendiri yang merupakan polimer asam amino terbentuk
larutan berwarna kuning. Sedangkan pada albumin yang merupakan polimer asam
amino dengan tes ninhidrin memberikan warna putih keruh, setelah pemanasan
warnanya berubah menjadi kecoklat-coklatan, warna yang terbentuk merupakan
warna spesifik tes ninhidrin untuk protein albumin. Adapun hasil yang telah
didapat menunjukkan bahwa pada larutan asam amino pada tes ninhidrin larutan
akan berubah dari bening menjadi keruh. Kompleks yang terbentuk adalah
mengandung dua molekul ninhydrin yang bereaksi dengan amonia asam amino
setelah asam amino dioksidasi. Hal ini menunjukkan bahwa asam amino glisin,
alanin dan asam aspartat mengandung gugus α-amino bebas, dan ini tidak terjadi
pada albumin karena pada molekul ini terjadi substitusi gugus α-amino
4.3.2 Tes gugus R dari Asam Amino Sistein
Pada uji reaksi gugus samping digunakan beberapa kristal sistein
hidroklorida yang dilarutkan dalam akuades, hal ini bertujuan untuk melarutkan
kristal sisteina hidroklorida sehingga mudah bereaksi dengan natrium
nitroprussida dan NH4OH. Natrium nitroprussida berfungsi sebagai pemberi
kompleks warna sedangkan NH4OH berfungsi sebagai larutan basa untuk
mempercepat terjadinya reaksi. Karena asam amino sistein mempunyai gugus
–HS yang dapat bereaksi dengan nitroprussida dalam suasana basa yang akan
menghasilkan warna merah. Hasil ini menunjukkan bahwa dalam asam amino
sistein terdapat gugus sulfuhidril.
4.3.3 Tes Biuret
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat dengan jelas perubahan yang terjadi
pada larutan protein dan larutan asam amino. Dimana pada larutan protein
(albumin) terbentuk kompleks biru. Hal ini dikarenakan oleh terbentuknya
kompleks Cu2+ dengan gugus CO dan NH dari rantai peptida dalam suasana basa.
NaOH disini berfungsi memberikan suasana basa pada larutan asam amino dan
protein. Selanjutnya larutan tersebut dicampurkan dengan larutan CuSO4 dimana
glisin, asam aspartat dan alanin tidak mengalami perubahan warna karena asam
amino tidak memiliki ikatan polipeptida seperti yang dimiliki oleh protein
sedangkan pada albumin jika direaksikan dengan CuSO4 maka akan menghasilkan
larutan yang berwarna ungu. Hal ini terjadi karena protein memiliki ikatan
polipeptida yang apabila bertemu dengan pereaksi biuret akan membentuk
kompleks Cu dengan gugus CO dan gugus NH dari rantai polipeptida dalam
suasana basa. Dari percobaan ini didapatkan bahwa albumin memberikan reaksi
positif terhadap penambahan CuSO4. Penambahan CuSO4 berlebih
memperlihatkan perubahan intensitas warna semakin tua.
4.3.4 Tes Hopkins-Cole
Dari tabel terlihat bahwa protein dalam hal ini albumin mengandung asam amino
triptofan yang mempunyai gugus indol spesifik, karena dapat direaksikan dengan
pereaksi Hopkins-Cole yang mengandung asam glioksilat. Pereaksi ini dibuat
dari asam oksalat dengan serbuk magnesium dalam air. Setelah dicampur dengan
pereaksi Hopkins-Cole, asam sulfat ditambahkan sehingga membentuk lapisan di
bawah larutan protein kemudian akan terjadi cincin ungu pada batas antara kedua
lapisan tersebut. Namun lama kelamaan akan berubah warna menjadi kuning.
4.3.5 Tes Millon
Berdasarkan tabel di atas, terlihat jelas bahwa setelah penambahan
pereaksi Millon terbentuk endapan putih yang segera berubah warnanya menjadi
merah saat dipanaskan. Bila ditambahkan reagen Millon berlebih dan dipanaskan
lagi maka endapan merahnya akan tertarik ke permukaan (terjadi proses
koagulasi) dan cairan di bawahnya menjadi bening. Adanya warna merah bata
yang dihasilkan pada saat penambahan albumin dengan Millon menunjukkan
reaksinya positif sebab pereaksi Millon dapat bereaksi dengan gugus fenol dari
asam amino yang terdapat pada albumin. Albumin yang mengandung tirosin akan
memberikan uji positif yang mengandung gugus fenol.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan yaitu:
Pada tes ninhidrin, asam aspartat, alanin dan glisin memberikan hasil memberikan
hasil positif yaitu dengan terbentuknya kompleks ungu dan pada albumin
terbentuk warna coklat. Hal ini sesuai dengan teori bahawa semua asam amino
dan protein memberikan hasil positif dengan reaksi ninhidrin.
Pada reaksi gugus rantai samping (gugus R), asam amino sistein yang
berbentuk kristal cysteina hidroklorida memberi hasil positif dengan
menghasilkan warna merah anggur yang menunjukkan bahwa asam amino
tersebut mengandung gugus sulfhidril.
Pada reaksi Biuret, albumin memberikan hasil positif dengan membentuk
kompleks ungu yang menunjukkan adanya ikatan peptida. Sedangkan pada glisin,
asam aspartat dan alanin memberikan hasil negatif karena tidak terdapat ikatan
peptida.
Pada reaksi Hopkins-Cole, albumin memberikan hasil positif karena
terbentuk cincin flokulasi berwarna ungu. Ini disebabkan karena adanya asam
amino dengan gugus indol spesifik yaitu triptofan yang terkandung dalam albumin
sedangkan pada alanin, glisin, dan asam aspartat memang tidak memberikan hasil
positif karena tidak mengandung asam amino triptofan.
Pada reaksi Millon, albumin memberikan hasil positif dengan membentuk
endapan putih yang berubah menjadi merah bata karena mengandung asam
amino tirosin sedangkan pada alanin, glisin, dan asam aspartat.
1.2 Saran
5.2.1 Untuk Percobaan
Sebaiknya digunakan asam-asam amino yang lain agar dapat diketahui
dengan baik reaksi-reaksi spesifik yang terjadi pada asam–asam amino dan
protein tersebut sehingga hasilnya dapat dibandingkan dan wawasan praktikan
bertambah.
1.2.2 Untuk Laboratorium
Alat dan bahan masih ada yang kurang dan ruangan sudah bagus, dan
aman digunakan dalam pratikum.
DAFTAR PUSTAKA
Fressenden, J.R., dan Fressenden, S.J., 1997, Dasar-Dasar Kimia Organik, Binarupa Aksara, Jakarta.
Hart, H., dkk., 2003, Kimia Organik, Erlangga, Jakarta.
Hidayat, H.E., 2011, Asam Amino Penyusun Protein, (http://hernandi-asam amino.com), Diakses Pada Hari Jumat Tanggal 28 Februari 2014 Pukul 19.00 WITA.
Ismadi, M., 1993, Biokimia, Gadja Mada Universiti Press, Jakarta.
Poedjiadi, A., 1994, Dasar-dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta
3 mL albumin
Dimasukkan ke dalam tabung reaksiDitambahkan 0,5 mL larutan Ninhidrin 0,1 %Dipanaskan hingga mendidihDiamati
Hasil
Kristal Cysteina HCl
Dimasukkan ke dalam tabung reaksiDilarutkan dengan 5 mL akuadesDitambahkan 0,5 mL Natrium Nitroprussida 1 %Ditambahkan 0,5 mL NH4OHDiamati
Hasil
BAGAN KERJA
A. Tes Ninhidrin
Diulangi percobaan di atas dengan menggunakan asam amino alanin, glisin dan
asam aspartat
B. Tes Gugus R dari Asam Amino Sistein
3 mL albumin
Dimasukkan ke dalam tabung reaksiDitambahkan 1 mL NaOH 2,5 M, dihomogenkanDitambahkan setetes CuSO4 0,01 M, diamatiDitambahkan lagi CuSO4 berlebih, diamati
Hasil
2 mL albumin
Dimasukkan ke dalam tabung reaksiDitambahkan 2 mL pereaksi Hopkins, dihomogenkanDitambahkan 4 mL H2SO4 pekatDiamati
Hasil
C. Tes Biuret
Diulangi percobaan di atas dengan menggunakan asam amino alanin, glisin dan
asam aspartat
D. Tes Hopkins-Cole
Diulangi percobaan di atas dengan menggunakan asam amino alanin, glisin dan
asam aspartat
5 mL albumin
Dimasukkan ke dalam tabung reaksiDitambahkan 4 tetes pereaksi Millon, diamatiDipanaskan, ditambahkan pereaksi Millon berlebihDiamati
Hasil
E. Tes Millon