laporan uji asam amino

21
I. Nomor Percobaan : 01 II. Tanggal Praktikum : 28 Agustus 2014. III. Judul Praktukum : Reaksi uji terhadap asam amino. IV. Tujuan Praktikum :Untuk mengidentifikasi atau menguji gugus fungsi yang terdapat dalam suatu asam amino melalui reaksi dengan reagen Millon, Hopkins- Cole, dan Ninhidrin. V. Alat dan Bahan Alat Bahan 1. pipet tetes 2. gelas ukur 3. beker gelas 4. neraca analitik 5. bunsen 6. tabung reaksi 7. rak tabung reaksi 8. batang pengaduk pengaduk 9. penjepit tabung 10. penangas air 1. Kuning telur 2. Putih telur 3. Reagen Millon 4. Reagen Ninhidrin 5. Alanin 1 – 10% 6. Tirosin 1 – 10% 7. Histidin 1 -1 0%

Transcript of laporan uji asam amino

I. Nomor Percobaan : 01

II. Tanggal Praktikum : 28 Agustus 2014.

III. Judul Praktukum : Reaksi uji terhadap asam amino.

IV. Tujuan Praktikum :Untuk mengidentifikasi atau menguji gugus

fungsi yang terdapat dalam suatu asam amino

melalui reaksi dengan reagen Millon,

Hopkins-Cole, dan Ninhidrin.

V. Alat dan Bahan

Alat Bahan

1. pipet tetes

2. gelas ukur

3. beker gelas

4. neraca analitik

5. bunsen

6. tabung reaksi

7. rak tabung reaksi

8. batang pengaduk

pengaduk

9. penjepit tabung

10. penangas air

1. Kuning telur

2. Putih telur

3. Reagen Millon

4. Reagen Ninhidrin

5. Alanin 1 – 10%

6. Tirosin 1 – 10%

7. Histidin 1 -1 0%

VI. Dasar Teori

Asam amino yang merupakan monomer (satuan pembentuk) protein

adalah suatu senyawa yang mempunyai dua gugus fungsi yaitu gugus amino dan

gugus karboksil. Pada asam amino, gugus amino terikat pada atom karbon yang

berdekatan dengan gugus karboksil (C-α) atau dapat dikatakan juga bahwa

gugus amina dan gugus karboksil dalam asam amino terikat pada atom karbon

yang sama. Rumus asam amino dapat ditunjukkan pada gambar:

          Pada umumnya asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut

organik non polar seperti eter, aseton, dan kloroform. Sifat  asam amino ini

berbeda dengan asam karboksilat maupun dengan sifat amina. Asam karboksilat

alifatik maupun aromatic yang terdiri atas beberapa atom karbon umumnya kurang

larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik. Demikian pula amina pada

umumnya larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik. Perbedaan sifat

antara asam amino dengan asam karboksilat dan amino terlihat pula pada titik

leburnya. Asam amino mempunyai titik lebur yang lebih tinggi bila dibandingkan

dengan asam karboksilat atau amina. Kedua sifat fisika ini menunjukan bahwa

asam amino cenderung mempunyai struktur yang bermuatan dan mempunyai

polaritas tinggi dan bukan sekedar senyawa yang mempunyai gugus –COOH dan

gugus –NH2. Hal ini tampak pula pada sifat asam amino sebagai elektrolit

            Seperti juga semua senyawa organik, reaksi kimia asam amino

mencirikan gugus fungsional yang terkandung. Karena semua asam amino

mengandung gugus amino dan karboksilat, senyawa ini akan memberikan reaksi

kimia yang mencirikan gugus ini. Sebagai contoh gugus amino dapat memberikan

reaksi asetilasi, dan gugus karboksil esterifikasi. Walaupun kita tidak akan

menganalisa semua reaksi-reaksi organic spesifik asam amino, terdapat dua reaksi

penting yang secara luas dipergunakan untuk melakukan deteksi, pengukuran, dan

identifikasi asam amino (Lehninger, 1982).

            Yang pertama adalah reaksi ninhidrin, yang digunakan untuk mendeteksi

dan menduga asam amino secara kuantitatif dalam jumlah kecil. Pemanasan

dengan ninhidrin berlebih menghasilkan produk berwarna ungu pada semua asam

amino yang mempunyai gugus α-amino bebas, sedangkan produk yang dihasilkan

oleh prolin berwarna kuning, karena pada molekul ini terjadi substitusi gugus α-

amino. Pada kondisi yang sesuai intensitas warna yang dihasilkan dapat

dipergunakan untuk mengukur konsentrasi asam amino secara kalorimetrik.

Metode ini amat sensitive bagi pengukuran konsentrasi asam amino (Lehninger,

1982).

            Reaksi kedua dari asam amino yang penting adalah dengan pereaksi 1-

fluoro-2,4-dinitrobenzen (FDNB). Didalam larutan basa encer, FDNB bereaksi

dengan asam α-amino menghasilkan turunan 2,4-dinitrofenil yang berguna dalam

identifikasi masing-masing asam amino. Kemudian kita akan melihat pentingnya

reaksi ini, dalam menentukan deret asam amino peptide (Lehninger, 1982).

            Dua molekul asam amino dapat diikat secara kovalen melalui suatu

ikatan amida subsitusi, yang disebut ikatan peptida menghasilkan suatu dipeptida.

Ikatan seperti ini dibentuk dengan menarik unsur H2O dari gugus karboksil suatu

asam amino dan gugus α-amino dari molekul lain, dengan reaksi kondensasi yang

kuat . Tiga asam amino dapat disatukan oleh dua ikatan peptida dengan cara yang

sama untuk menembus suatu tripeptida, tetrapeptida, dan pentapeptida. JIka

terda[pat banyak asam amino yang bergabung dengan cara demikian, struktur

yang dihasilkan dinamakan polipeptida. Peptida dengan panjang yang bermacam-

macam dibentuk oleh hidrolisa sebagaian dari rantai polipeptida yang panjang dari

protein, yang mengandung retusan asam amino. (Lehninger, 1982 : 126)

            Cara yang digunakan untuk mengklasifikasi asam amino ada beberapa, misalnya

cara yang mendasarkan pada jumlah gugus karboksil dan gugus asam amino  yang

dikandung oleh senyawa itu. Cara lain ialah mendasarkan pada sifat gugus R. Dibawah

ini dicantumkan klasifikasi asam amino atas dasar gugus R-nya, menjadi 4 golongan :

(Andina,yayuk)

1.    Golongan asam aminso dengan R yang tidak polar, hidrofobik (tidak suka air).

Contoh : Alanin, Valin, leusin, Isoleusin, metionin, prolin, fenilalanin, tritofan

2.    Golongan asam amini denga R tidak bermuatan tapi polar. Contoh : Glisin, serin,

treonin, tirosinm sisteinm Asparagin, Glutamin

3.    Golongan asam amino denga R bernuatan negative. Contoh Asam asparat dan asam

glutamate

4.    Golongan asam amino dengan R bermuatan positif. Contoh Lisin, arginin, histidin

Asam amino golongan-golongan 1 diatas, kelarutannya dalam air kurang

dibandingkan dengan golongan 2. Hal itu disebabkan karena gugus R-nya tidak polar.

Hidrofobik adalah sifat fobik pada airdan bilamana asam amino itu terdapat pada rantai

polimer maka asanm tersebut cenderung melipat dalam gumpalan protein itu. Golongan

3 hanya terdiri dari dua buah asam amino, gugus karboksilnya mengalami disosiasi pada

pH 6-7 sehingga bermuatan negative, jelas bahwa bilamana kedua asam itu letaknya

dalam rantai polimer berdektaann satu samar lain akan mengubah struktur dasar, karena

saling menolak. Golongan 4 pada pH sekitar 7 maka gugus NH2 dan NH (histidin) akan

menyerap proton sehingga bermuatan positif (Jatilaksono,Marsandre.2007)

Protein merupakan urutan linear dari residu asam-asam amino yang terhubung

melalui ikatan peptide. Ikatan peptide adalah ikatan kovalen antara gugus-amino dari

satu asam amino dan gugus-karboksil dari asam amino dan gugus-karboksil dari asam

amino yang lain. Ikatan peptida memiliki karakter ikatan rangkap parsial dan hamper

selalu dalam konfigurasi trans. Ketika dua asam amino digabungkan oleh ikatan

peptide, mereka membentuk sautu dipeptida. Penambahan asam amino seterusnya

mengahsilkan rantai panjang yang disebut oligopeptida dan polipeptida (Yohanis ngili,

2009).

Sangat luar biasa pula bahwa semua protein di dalam semua makhluk, tanpa

memandang fungsi dan aktivitas biologinya, dibangun oleh susunan dasar yang sama,

yaitu 20 asam amino baku, yang molekulnya sendiri tidak mempunyai aktivitas

biologi. Lalu apakah yang memberikan aktifitas enzimnya, protein lain aktivitas

hormon, dan lain lagi aktivitas antibody . Bagaimana kimiawi protein-protein ini

berbeda?, Secara cukup sederhana, protein berbeda satu sama lain karena masing-

masing mempunyai deret unit asam amino sendiri-sendiri. Asam amino merupakan

abjad struktur protein, karena molekul-molekul ini dapat disusun dalam jumlah deret

yang hamper tidak terbatas, untuk membuat berbagai porotein dalam jumlah yang

hamper tidak terbatas pula

Berdasarkan fungsinya, protein dapat digolongkan dalam bentuk enzim

(ribonuklease, tripsin), protein transport (hemoglobin, albumin serum, mioglobin,

lipoprotein), protein nutrient dan penyimpanan (gliadin = gandum, ovalbumin = telur,

kasein = susu, feritin), protein kontraktil (aktin, myosin, tubulin, dynein), protein

structural (keratin, fibroin, kolagen, elastin, proteoglikan), protein pelindung (antibody,

fibrinogen, trombin, toksin botuluni, toksin difteri, bias ular, risin), protein pengatur

(insulin, hormone tumbuh, kortikotropin, repressor). Atas dasar kelarutannya dalam zat

pelarut tertentu, protein dibagi : albumin, globulin, dan glutelin.

Protein dapat juga dibagi menjadi dua golongan utama berdasarkan bentuk  dan

sifat-sifat fisik tertentu :

1.    Protein globular dan protein serabut, pada protein globular rantai atau rantai-rantai

polipeptida berlipat rapat-rapat menjadi bentuk globular atau bulat yang padat, protein

globular biasanya larut didalam system larutan (air) dan segera berdifusi, hamper semua

mempunyai fungsi gerak dan dinamik. Hampir semua enzim merupakan protein

globular, seperti protein transport pada darah, antibody, dan protein penyimpan nutrient

(Lehninger,2013).

2.    Protein Serabut bersifat tidak larut didalam air, merupakan molekul serabut panjang,

dengan rantai polipeptida yang memanjang pada satu sumbu, dan tidak berlipat menjadi

bentuk globular. Hampir semua protein serabut memberikan peranan structural atau

pelindung. Protein serabut ysng khas α-keratin pada rambut dan wol, fibroin dari sutra

dan kolagen dari urat (Lehninger, 1982).

Meskipun protein yang telah mengalami denaturasi struktur kimia globalnya

sama dengan protein yang asli, tetapi sifat biologisnya akan sangat berbeda (tidak lagi

menunjukkan sifat-sifat biologis protein semula). Protein sederhana pada hidrolisa

hanya memberikan asam-asam amino saja, misalnya : lisozim (lysozyme). Protein

majemuk pada hidrolisa selain asam-asam amino, menghasilkan juga zat-zat yang

bukan asam amino (disebut gugus prostetik), misalnya : nukleuprotein (dalam inti sel)

mengandung asam nukleat 

VII. PROSEDUR PERCOBAAN

Uji Millon

Tambahkan 5 tetes reagen Millon ke dalam 3 ml larutan protein,

panaskan campuran baik-baik. Jika reagen yang digunakan terlalu

banyak, maka warna akan hilang pada pemanasan.

Uji Ninhidrin

Tambahkan 0,5 ml larutan ninhidrin 0,1 % ke dalam 3 ml larutan protein.

Panaskan hingga mendidih. Ulangi percobaan dengan menggunakan

glisin.

VIII. Hasil pengamatan

PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN

Uji Millon

a. 3 ml Alanin 1% + 5 tetes reagen

millon lalu dipanaskan

Alanin (bening) + reagen millon

(bening) larutan bening

b. 3 ml Alanin 2% + 5 tetes reagen

millon. lalu dipanaskan

Alanin (bening) + reagen millon

(bening) larutan bening

c. 3 ml Alanin 3% + 5 tetes reagen

millon lalu dipanaskan

Alanin (bening) + reagen millon

(bening) larutan bening

d. 3 ml Alanin 4% + 5 tetes reagen

millon lalu dipanaskan

Alanin (bening) + reagen millon

(bening) larutan bening

e. 3 ml Alanin 5% + 5 tetes reagen

millon

lalu dipanaskan

Alanin (bening) + reagen millon

(bening) larutan bening

f. 3 ml Alanin 6% + 5 tetes reagen

millon lalu dipanaskan

Alanin (bening) + reagen millon

(bening) larutan bening

g. 3 ml Alanin 7% + 5 tetes reagen

millon lalu dipanaskan

Alanin (bening) + reagen millon

(bening) larutan bening

h. 3 ml Alanin 8% + 5 tetes reagen

millon lalu dipanaskan

Alanin (bening) + reagen millon

(bening) larutan bening

i. 3 ml Alanin 9% + 5 tetes reagen

millon lalu dipanaskan

Alanin (bening) + reagen millon

(bening) larutan bening

j. 3 ml Alanin 10% + 5 tetes reagen

millon lalu dipanaskan

Alanin (bening) + reagen millon

(bening) larutan bening

Kuning Telur

a. 3 ml tirosin 3% + 5 tetes reagen

tirosin (bening) + reagen millon

(bening) larutan merah

millon lalu dipanaskan bata

b. 3 ml Histidin 5% + 5 tetes reagen

millon lalu dipanaskan.

histidin (bening) + Reagen millon

(beninng) tetap bening

a. Kuning telur 1% + 5 tetes reagen

millon lalu panaskan.

kuninng telur ( bening) + reagen

millon (bening) endapan

merah bata larutan bening.

b. Kuning telur 2% + 5 tetes reagen

millon lalu panaskan.

kuninng telur ( bening) + reagen

millon (bening) endapan

merah bata larutan bening

c. Kuning telur 3% + 5 tetes reagen

millon lalu panaskan.

kuninng telur ( bening) + reagen

millon (bening) endapan

merah bata larutan bening

d. Kuning telur 4% + 5 tetes reagen

millon lalu panaskan.

kuninng telur ( bening) + reagen

millon (bening) endapan

merah bata larutan bening

e. Kuning telur 5% + 5 tetes reagen

millon lalu panaskan.

kuninng telur ( bening) + reagen

millon (bening) endapan

merah bata larutan bening

f. Kuning telur 6% + 5 tetes reagen

millon lalu panaskan.

kuninng telur ( bening) + reagen

millon (bening) endapan

merah bata larutan bening

g. Kuning telur 7% + 5 tetes reagen

millon lalu panaskan.

kuninng telur ( bening) + reagen

millon (bening) endapan

merah bata larutan bening

h. Kuning telur 8% + 5 tetes reagen

millon lalu panaskan.

kuninng telur ( bening) + reagen

millon (bening) endapan

merah bata larutan bening(endapan

lebih banyak dari kuning telur 7%)

i. Kuning telur 9% + 5 tetes reagen

millon lalu panaskan.

kuninng telur ( bening) + reagen

millon (bening) endapan

merah bata larutan bening (endapan

lebih banyak dari kuning telur 8%)

j. Kuning telur 10% + 5 tetes reagen

millon lalu panaskan.

kuning telur ( bening) + reagen

millon (bening) endapan

merah bata larutan bening (paling

banyak endapannya)

Putih Telur

a. Putih telur 1% + 5 tetes reagen

millon lalu panaskan.

putih telur ( bening) + reagen millon

(bening) endapan merah

bata larutan bening

b. Putih telur 2% + 5 tetes reagen

millon lalu panaskan.

putih telur ( bening) + reagen millon

(bening) endapan merah

bata larutan bening

c. Putih telur 3% + 5 tetes reagen

millon lalu panaskan.

putih telur ( bening) + reagen millon

(bening) endapan merah

bata larutan bening

d. Putih telur 4% + 5 tetes reagen

millon lalu panaskan.

putih telur ( bening) + reagen millon

(bening) endapan merah

bata larutan bening

e. Putih telur 5% + 5 tetes reagen

millon lalu panaskan.

putih telur ( bening) + reagen millon

(bening) endapan merah

bata larutan bening

f. Putih telur 6% + 5 tetes reagen

millon lalu panaskan.

putih telur ( bening) + reagen millon

(bening) endapan merah

bata larutan bening

g. Putih telur 7% + 5 tetes reagen

millon lalu panaskan.

putih telur ( bening) + reagen millon

(bening) endapan merah

bata larutan bening

h. Putih telur 8% + 5 tetes reagen

millon lalu panaskan.

putih telur ( bening) + reagen millon

(bening) endapan merah

bata larutan bening merah ada

endapan merah bata.

i. Putih telur 9% + 5 tetes reagen putih telur ( bening) + reagen millon

millon lalu panaskan. (bening) endapan merah

bata larutan bening

j. Putih telur 10% + 5 tetes reagen

millon lalu panaskan.

putih telur ( bening) + reagen millon

(bening) endapan merah

bata larutan bening

UJI NINHIDRIN

Alanin

a. 3 ml Alanin 1% + 10 tetes reagen

ninhidrin lalu dipanaskan

Alanin (bening) + reagen ninhidrin

(bening) larutan ungu

b. 3 ml Alanin 2% +10 tetes reagen

ninhidrin lalu dipanaskan

Alanin (bening) + reagen ninhidrin

(bening) larutan ungu

(lebih pekat dari 1%)

c. 3 ml Alanin 3% + 10 tetes reagen

ninhidrin lalu dipanaskan

Alanin (bening) + reagen ninhidrin

(bening) larutan ungu

(lebih pekat dari 2%).

d. 3 ml Alanin 4% + 10 tetes reagen

ninhidrin lalu dipanaskan

Alanin (bening) + reagen ninhidrin

(bening) larutan ungu.

(lebih pekat dari 3%).

e. 3 ml Alanin 5% + 10 tetes

reagen ninhidrin lalu dipanaskan

Alanin (bening) + reagen ninhidrin

(bening) larutan ungu.

(lebih pekat dari 4%).

f. 3 ml Alanin 6% + 10 tetes

reagen ninhidrin lalu dipanaskan

Alanin (bening) + reagen ninhidrin

(bening) larutan ungu.

(lebih pekat dari 5%).

g. 3 ml Alanin 7% + 10 tetes reagen

ninhidrin lalu dipanaskan

Alanin (bening) + reagen ninhidrin

(bening) larutan ungu.

(lebih pekat dari 6%).

h. 3 ml Alanin 8% + 10 tetes reagen

ninhidrin lalu dipanaskan

Alanin (bening) + reagen ninhidrin

(bening) larutan ungu..

(lebih pekat dari 7%).

i. 3 ml Alanin 9% +5 tetes reagen

ninhidrin lalu dipanaskan

Alanin (bening) + reagen ninhidrin

(bening) larutan ungu..

(lebih pekat dari 8%).

j. 3 ml Alanin 10% + 10 tetes

reagen ninhidrin lalu dipanaskan

Alanin (bening) + reagen ninhidrin

(bening) larutan ungu..

(paling pekat).

Kuning Telur

a. 3 ml kuning telur 1% + 10 tetes

reagen ninhidrin lalu dipanaskan

kuning telur (bening) + ninhidrin

(bening) larutan ungu.

b. 3 ml kuning telur 2% + 10 tetes

reagen ninhidrin lalu dipanaskan

kuning telur (bening) + ninhidrin

(bening) larutan ungu.

c. 3 ml kuning telur 3% + 10 tetes

reagen ninhidrin lalu dipanaskan

kuning telur (bening) + ninhidrin

(bening) larutan ungu.

d. 3 ml kuning telur 4% + 10 tetes

reagen ninhidrin lalu dipanaskan

kuning telur (bening) + ninhidrin

(bening) larutan ungu.

e. 3 ml kuning telur 5% + 10 tetes

reagen ninhidrin lalu dipanaskan.

kuning telur (bening) + ninhidrin

(bening) larutan ungu.

f. 3 ml larutan putih telur 1% + 10

tetes ninhidrin 0,1% lalu

dipanaskan

kuning telur (bening) + ninhidrin

(bening) larutan ungu.

g. 3 ml larutan putih telur 2% + 10

tetes ninhidrin 0,1% lalu

dipanaskan

kuning telur (bening) + ninhidrin

(bening) larutan ungu.

h. 3 ml larutan putih telur 3% + 10

tetes ninhidrin 0,1% lalu

dipanaskan

kuning telur (bening) + ninhidrin

(bening) larutan ungu.

i. 3 ml larutan putih telur 4% + 10

tetes ninhidrin 0,1% lalu

dipanaskan

kuning telur (bening) + ninhidrin

(bening) larutan ungu.

j. 3 ml larutan putih telur 5% + 10

tetes ninhidrin 0,1% lalu

dipanaskan

kuning telur (bening) + ninhidrin

(bening) larutan ungu.

Tirosin

3 ml Tirosin 3% + 10 tetes ninhidrin

0.1% lalu dipanaskan.

Tirosin (bening) + ninhidrin (bening)

Larutan berwarna ungu.

Histidin

3ml histidin 5% + 10 tetes ninhidrin 0.1%

lalu dipanaskan.

Histidin (bening) + ninhidrin (bening)

larutan berwarna ungu

IX. Persamaan Reaksi

Uji Millon

COOH

H2N C H + Hg(NO3)2 (tidak bereaksi)

CH3

Alanin

Uji Ninhidrin

X. Pembahasan

Pada percobaan mengenai Uji Asam Amino ini,bertujuan untuk mengidentifikasi

atau menguji gugus fungsi yang terdapat dalam suatu asam amino melalui reaksi

dengan reagen Millon, Hopkins-Cole, dan Ninhidrin. Sampel yang diujikan adalah Putih

telur yang telah dibuat dengan variasi konsentrasi yaitu :1% sampai dengan 10%.sampel

yang ke dua adalah kuning telur yang dibuat dengan variasi konsentrasi yang sama

dengan larutan putih telur yaitu 1% -10%,kemudian sampel Alanin dengan konsentrasi

1%-10% ,Tirosin dengan konsentrasi 3% serta sampel Histidin 5%.

Yang pertama dilakukan adalah Uji millon, kami melakukan uji tehadap alanin

yaitu 3mL Alanin yang ditambahkan dengan 5 tetes reagen millon,kemudian campuran

larutan ini dipanaskan dengan penangas air.tujuan dari pemanasan adalah agar

mempercepat reaksi. Suhu pada penangas air diatur sebesar 40oC. hal ini dikarnakan

protein akan rusak pada suhu 50oC. Percobaan dilakukan sebanyak 10 kali sesuai

dengan konsentrasi Alanin yang disediakan. Hasil dari percobaan,warna larutan tidak

terjadi perubahan atau Tetap. Hal ini berarti Alanin memberikan hasil negative terhadap

uji millon.

Percobaan ke dua,sampel yang di gunakan adalah putih telur dan kuning telur

dengan penambahan reagen millon,setelah dipanaskan, larutan terbentuk endapan merah

bata dan larutan bening. Hal ini sesuai dengan teori yang dikatakan positif apabila

terjadinya perubahan pada larutan, perubahan itu ditunjukkan dengan adanya endapan

merah bata (terkoagulasi) pada terhadap asam amino yang diuji. Pereaksi Millon adalah

larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat, bila direaksikan dengan senyawa

yang mengandung gugus fenol akan membentuk endapan merah dengan pemanasan.

Percobaan selanjutnya yaitu pada sampel tirosin, setelah dipanaskan beserta

reagen millonnya, larutan menjadi merah bata. Karena Tirosin ter-nitrasi oleh asam

nitrat sehingga memperoleh penambahan gugus N=O, gugus tersebut secara reversibel

dapat berubah menjadi N-OH. Merkuri dalam pereaksi millon akan bereaksi dengan

gugus hidroksifenil dari tirosin membentuk warna merah. Yang terakhir yaitu

menggunakan sampel histidin.larutan histidin yang ditambah reagen millon memberikan

hasil negetif terhadap uji millon.

pada percobaan yang ke dua yaitu uji ninhidrin,percobaan dilakukan dengan

sampel yang sama dengan uji millon.yaitu Alanin,histidin,tirosin kunig telur dan putih

telur.percobaan ini dilakukan sesuai dengan konsentrasi yang telah disediakan.

Percobaan pertama menggukanan Alanin yang ditambahkan dengan 10 tetes reagen

ninhidrin. Kemudian larutan dipanaskan menggunakan Bunsen hingga mendidih,

larutan yang terbentuk yaitu berwarna ungu.hal yang sama terjadi pada sampel yang

lain.semua sampel menunjukkan warna ungu,dan pada sampel kuning telur juga

terbentuk larutan berwarna ungu dengan endapan berwarna putih (terkoagulasi). Dan

semakin tinggi konsentrasi larutan,maka semakin pekat warna yang dihasilkan.

Semua sampel menunjukkan hasil positif terhadap Uji ninhidrin,karena Uji

ninhidrin berlaku untuk semua asam amino.warna ungu berwarna keunguan disebabkan

oleh molekul ninhidrin + hidrindantin yang yang bereaksi dengan NH3 setelah asam

amino tersebut dioksidasi.

XI. Kesimpulan

1. Test Millon bereaksi spesifik untuk mengidentifikasi gugus hidroksifenil

pada asam amino tirosin yang ditandai dengan adanya gumpalan warna

merah yang terjadi.

2. Pemanasan pada uji Millon dan Ninhidrin bertujuan untuk mempercepat

reaksi yang terjadi.

3. Uji ninhidrin menunjukan hasil positif dengan semua jenis asam amino.

4. Test Ninhidrin bereaksi spesifik untuk mengidentifikasi gugus amino

bebas pada asam amino yang ditandai dengan adanya perubahan warna

yang terjadi warna bening sebelum dipanaskan menjadi ungu setelah

dipanaskan

XII. Daftar Pustaka

Andina,yayuk.2013.Reaksi Uji Terhadap Protein dan Asam

http://yayukandina.blogspot.com/2013/04/reaksi-uji-terhadap-protein-dan-

asam.html.akses pada 2 september 2014.

Jatilaksono,Marsandre.2007. pengetahuan Protein. http://jlcome. blogspot.com

/2007/10/pengetahuan-protein.html.diakses pada 02 september.

Thenawijaya,Lehninger.1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid 1, Erlangga, Jakarta.