Laporan Asam Amino

download Laporan Asam Amino

of 29

description

a

Transcript of Laporan Asam Amino

I. Judul LaporanPenentuan kadar asam amino dalam sampelII. Hari / Tanggal PercobaanSelasa, 4 November 2014III. Selesai PercobaanSelasa, 4 November 2014IV. Tujuan PercobaanMenentukan asam amino yang terdapat dalam sampel dengan kromatografi kertasV. Kajian TeoriAsam AminoAsam amino adalah sembarang senyawa organik yang memiliki gugus fungsional karboksil (-COOH) dan amina (biasanya -NH2). Dalam biokimia seringkali pengertiannya dipersempit: keduanya terikat pada satu atom karbon (C) yang sama (disebut atom C "alfa" atau ). Gugus karboksil memberikan sifat asam dan gugus amina memberikan sifat basa. Dalam bentuk larutan, asam amino bersifat amfoterik: cenderung menjadi asam pada larutan basa dan menjadi basa pada larutan asam. Perilaku ini terjadi karena asam amino mampu menjadi zwitter-ion. Asam amino termasuk golongan senyawa yang paling banyak dipelajari karena salah satu fungsinya sangat penting dalam organisme, yaitu sebagai penyusun protein.Struktur asam amino

Struktur asam -amino, dengan gugus amina di sebelah kiri dan gugus karboksil di sebelah kanan. Struktur asam amino secara umum adalah satu atom C yang mengikat empat gugus: gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH), atom hidrogen (H), dan satu gugus sisa (R, dari residue) atau disebut juga gugus atau rantai samping yang membedakan satu asam amino dengan asam amino lainnya.Atom C pusat tersebut dinamai atom C ("C-alfa") sesuai dengan penamaan senyawa bergugus karboksil, yaitu atom C yang berikatan langsung dengan gugus karboksil. Oleh karena gugus amina juga terikat pada atom C ini, senyawa tersebut merupakan asam -amino.Asam amino biasanya diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia rantai samping tersebut menjadi empat kelompok. Rantai samping dapat membuat asam amino bersifat asam lemah, basa lemah, hidrofilik jika polar, dan hidrofobik jika nonpolar.

Asam amino dasar (standar)Protein tersusun dari berbagai asam amino yang masing-masing dihubungkan dengan ikatan peptida. Meskipun demikian, pada awal pembentukannya protein hanya tersusun dari 20 asam amino yang dikenal sebagai asam amino dasar atau asam amino baku atau asam amino penyusun protein (proteinogenik). Asam-asam amino inilah yang disandi oleh DNA/RNA sebagai kode genetik.Berikut adalah ke-20 asam amino penyusun protein (singkatan dalam kurung menunjukkan singkatan tiga huruf dan satu huruf yang sering digunakan dalam kajian protein), dikelompokkan menurut sifat atau struktur kimiawinya:Asam amino alifatik sederhana Glisina (Gly, G) Alanina (Ala, A) Valina (Val, V) Leusina (Leu, L) Isoleusina (Ile, I)Asam amino hidroksi-alifatik Serina (Ser, S) Treonina (Thr, T)Asam amino dikarboksilat (asam) Asam aspartat (Asp, D) Asam glutamat (Glu, E)Amida Asparagina (Asn, N) Glutamina (Gln, Q)Asam amino basa Lisina (Lys, K) Arginina (Arg, R) Histidina (His, H) (memiliki gugus siklik)Asam amino dengan sulfur Sisteina (Cys, C) Metionina (Met, M)Prolin Prolina (Pro, P) (memiliki gugus siklik)Asam amino alifatik sederhana Glisina (Gly, G) Alanina (Ala, A) Valina (Val, V) Leusina (Leu, L) Isoleusina (Ile, I)Asam amino hidroksi-alifatik Serina (Ser, S) Treonina (Thr, T)Asam amino dikarboksilat (asam) Asam aspartat (Asp, D) Asam glutamat (Glu, E)Amida Asparagina (Asn, N) Glutamina (Gln, Q)

Asam amino basa Lisina (Lys, K) Arginina (Arg, R) Histidina (His, H) (memiliki gugus siklik)Asam amino dengan sulfur Sisteina (Cys, C) Metionina (Met, M)Prolin Prolina (Pro, P) (memiliki gugus siklik)Asam amino aromatik Fenilalanina (Phe, F) Tirosina (Tyr, Y) Triptofan (Trp, W)

Kromatografi KertasKromatografi digunakan untuk memisahkan campuran dari substansinya menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi bekerja berdasarkan prinsip yang sama. Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau cairan yang didukung pada padatan) dan fase gerak (cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen dari campuran bersama-sama. Komponen-komponen yang berbeda akan bergerak pada laju yang berbeda pula. Dalam kromatografi kertas, fase diam adalah kertas serap yang sangat seragam. Fase gerak adalah pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.Untuk mengetahui jenis-jenis dari asam amino yang terkandung dari suatu bahan/sampel, biasanya digunakan metode kromatografi kertas.Kromatogrfi kertas diterapkan untuk analisis campuran asam amino karena asam amino memiliki sifat yang larut dalam air dan tidak mudah menguap sehingga dapat dipisahkan melaui perpindahan fasa gerak (eluen) pada fasa diam (adsorben).Asam amino akan terbawa oleh fasa gerak dan akan mengendap atau menempel pada fasa diam (adsorben) setelah menempuh jarak tertentu.Adsorben dalam kromatografi kertas adalah kertas saring, yakni selulosa. Sampel yang akan dianalisis ditotolkan ke ujung kertas yang kemudian digantung dalam wadah. Kemudian dasar kertas saring dicelupkan ke dalam pelarut yang mengisi dasar wadah.Setiap asam amino bergerak dari titik awal sepanjang jarak tertentu.Setiap jenis asam amino akan selalu menempuh jarak yang khas dari masing-masing asam amino asalkan jenis kertas, eluen, dan pelarutnya samaBeberapa senyawa dalam campuran bergerak sejauh dengan jarak yang ditempuh pelarut; beberapa lainnya tetap lebih dekat pada garis dasar. Jarak tempuh relative pada pelarut adalah konstan untuk senyawa tertentu sepanjang anda menjaga segala sesuatunya tetap sama, misalnya jenis kertas dan komposisi pelarut yang tepat.Jarak relative pada pelarut disebut sebagai nilai Rf. Untuk setiap senyawa berlaku rumus sebagai berikut:

Posisi pelarut depan ditandai dengan pensil dan kromatogram lalu dikeringkan dan disemprotkan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin bereaksi dengan asam amino menghasilkan senyawa berwarna, utamanya coklat atau ungu.

Kromatografi Kertas pada Asam AminoAsam-asam amino yang bereaksi dengan ninhidrin membentuk suatu produk yang disebut ungu Ruhmann. Reaksi ini biasanya digunakan sebagai uji bercak untuk mendeteksi adanya asam amino pada kertas kromatografi. Adapun reaksi umum secara keseluruhannya, adalah sebagai berikut :

+

anion unguninhidrin

+ RCHO + CO2 + 3H2O + H+

AlaninSemua asam amino, kecuali glisin dapat dianggap sebagai derivat alanin. Alanin diperoleh untuk pertama kalinya oleh Weyl dari hasil hidrolisis fibroin, yaitu protein yang terdapat pada sutera. Struktur alanin :

TreoninTreonin adalah homolog yang lebih besar dari erin dan termasuk dalam golongan asam amino esensial. Mula-mula treonin diisolasi dari hasil hidrolisis fibrin darah. Berikut struktur treonin :

GlisinGlisin adalah asam amino yang paling sederhana dan terdapat pada skleroprotein. Pada tahun 1820 Braconnot menemukan glisin dari hasil hidrolisis gelatin. Adapun struktur glisin adalah :

VI. Alat dan BahanAlatJumlahBahanJumlah

Plat KLT9Asam asetat glasial6 mL

Labu Pemisah1Aquades25 mL

Kaca kapiler1n-Butanol25 mL

Gelas kimia1Larutan stadar A

Botol semprot1Larutan standar B

Oven1Larutan standar C

Gelas ukur1Larutan sampel

Ninhidrin

VII. Alur Percobaan

Pembuatan larutan pengemulsi (Fase Gerak)

25 ml n-Butanol + 6 mL Asetat glasial + 25 mL Akuades

Menentukan komponen Asam aminoDibuat batas bawah sebesar 1 cm, batas atas 0,5 cmDioven 5 menit+ 1 tetes 3 macam larutan standart (A, B, C) melalui pipet kapiler dimana jarak tiap sampel sebesar 1 cmDiteteskan satu sampel pada KLT (S)Dioven selama 5 menitKertas Kromatografi (4x10) cmPlat KLT yang sudah ditetesi sampelFase Gerak(Eluen)Dicampur sambil dikocokDitempatkan dalam lemari kromatografiDijenuhkan dengan uapnya

Proses Kromatografi

Noda yang tidak berwarna pada KLTPlat KLT yang sudah ditetesi sampel

Harga RfTiap asam aminoDimasukkan dalam lemari kromatografi yang sudah berisi eluenDiamati proses kromatografi Dikeluarkan dari lemari kromatografi setelah eluen mencapai batas atasDioven 5 menit pada suhu 1050 110 0CDisemprot dengan ninhidrinDiletakkan dibawah sinar UVDitentukan batas atas eluenDilingkari jarak tempuh sampel Dihitung harga Rf tiap titip (A,B,C, dan S)Noda asam amino yang berwarna akan terlihatVIII. Hasil PengamatanNo.Alur PercobaanHasil PengamatanDugaan / ReaksiKesimpulan

SebelumSetelah

1.25 ml n-Butanol + 6 mL Asetat glasial + 25 mL Akuades

Dicampur sambil dikocokDitempatkan dalam lemari kromatografiDijenuhkan dengan uapnya

Fase Gerak(Eluen)

n-Butanol berupa larutan tidak berwarnaasam asetat glasila berupa larutan tidak berwrarnaakuades berupa cairan tidak berwarna

Setelah dicampurkan diperoleh larutan tidk berwarnaCH3CH2CH2CH2OH (aq) + CH3COOH (aq) CH3COOCH2CH2CH2CH3 (aq) + H2O (l)

Eluen yang digunakan bersifat polar ditandai dengan naikknya eluen melewati plat KLT selama proses kromatografi

2.Plat KLT (4x10) cm

Dibuat batas bawah sebesar 1 cm, batas atas 0,5 cmDioven 5 menit+ 1 tetes 3 macam larutan standart (A, B, C) melalui pipet kapiler dimana jarak tiap sampel sebesar 1 cmDiteteskan satu sampel pada KLT (S)Dioven selama 5 menit

Plat KLT yang sudah ditetesi sampel

Plat KLT berupa silica berwarna putihLarutan standarA berupa larutan tidak berwarnaLarutan standar B berupa larutan tidak berwarna Larutan standar C berupa larutan tidak berwarnaLarutan sampel 2 berupa larutan tidak berwarnaSetelah ditotolkan pada plat KLT, terbentuk bercak noda yang tidak berwarnaSetelah dioven noda tidak terlihat dengan jelas

Silika pada plat KLT bersifat non polar

A B C S2

3.Plat KLT yang sudah ditetesi sampelHarga RfTiap asam amino

Dimasukkan dalam lemari kromatografi yang sudah berisi eluenDiamati proses kromatografi Dikeluarkan dari lemari kromatografi setelah eluen mencapai batas atasDioven 5 menit pada suhu 1050 110 0CDisemprot dengan ninhidrin

Noda yang tidak berwarna pada KLT

Noda asam amino yang berwarna akan terlihat

Diletakkan dibawah sinar UVDitentukan batas atas eluenDilingkari jarak tempuh sampel Dihitung harga Rf tiap titip (A,B,C, dan S)

Harga RfTiap asam amino

Plat KLTL yang sudah ditetesi sampel berupa lempeng berwarna putih, bercak noda tidak terlihat karena langsung terserapSetelah dimasukkan lemari kromatografi, eluen naik sampai mencapai batas atasEluen membutuhkan waktu lama untuk naik mealui plat KLTSetelah dipanaskan noda belum terlihatSetelah disemprot dengan ninhidrin diperoleh bercak noda A=noda berwarna kuningB=noda berwarna jingga (++++)C=noda berwarna merah S2=noda berwarna jingga (+)

Setelah dilihat dibawah sinar UV terlihat jelas bercak noda yang dihasilkan dan batas atas dari eluen yang naikSetelah dilakukan perhitungan diperoleh besar Rf sebagai berikutA = 0,18B = 0,25C = 0,18S2 = 0,23Elun dapat naik melalui palt KLT karena perbedaan sifat antara silica yang bersifat non polar dan eluen yang bersifat non polarReaksi dengan ninhidrin

Berdasarkan teori Rf asam aminoArginin = 0,2Asam aspartat = 0,24Glisin = 0,26

Sesuai dengan teori, eluen dapat naik melalui plat KLT

Bersadarkan percobaan Rf sampel mendekati nilai Rf pada standar B sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel meerupakan Glisin

IX. Analisis dan PembahasanPada percobaan ini digunakan metode pemisahan asam amino dengan cara kromatografi kertas. Kromatografi kertas merupakan pemisahan berdasarkan sistem partisi, dimana fase diamnya berupa kertas saring dan fase geraknya berupa cairan pelarut (eluen). Pelarut (eluen) yang digunakan merupakan campuran beberapa larutan. Dalam percobaan ini, Eluen yang digunakan terdiri atas 1-butanol, asam asetat dan air. Ketika larutan dicampurkan, terbentuk dua lapisan. Hal ini terjadi karena 1-butanol bersifat non polar sedangkan asam asetat dan air bersifat polar, jadi asam asetat dan air akan saling bercampur, sedangkan 1-butanol dan dua pelarut lain tidak akan saling campur. Eluen kemudian dimasukkan ke dalam chamber dan ditutup selama beberapa waktu, tujuannya yaitu untuk menjenuhkan chamber dengan uap pelarut sehingga mempercepat pemisahan. Penjenuhan udara dalam chamber dengan uap menghentikan penguapan pelarut sama halnya dengan pergerakan pelarut pada kertas.Dalam percobaan ini alasan untuk menutup rapat botol reagent/chamber adalah untuk meyakinkan bawah kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan kertas saring yang mengelilingisisi chamber yang terbasahi oleh pelarut.Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut. Karena pelarut bergerak lambat pada kertas, komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai noda-noda asam amino yang berwarna.Masing-masing sampel larutan asam amino ditotolkan pada kertas kromatografi (kertas Whatman) dengan menggunakan pipa kapiler, penggunaan pipa kapiler pada saat penotolan adalah agar tetesan asam amino yang diteteskan tidaklah terlalu banyak sehingga dalam satu kertas saring mampu menampung tiga jenis sampel asam amino.Kemudian dimasukkan ke dalam chamber/botol reagent yang telah dijenuhi oleh uap eluen. Kemudian chamber ditutup rapat agar terjadi pemisahan yang sempurna. Pemisahan asam amino dengan cara kromatografi kertas disebabkan adanya perbedaan koefisien partisi antara air dan pelarut organik. Perbedaan koefisien partisi menunjukkan perbedaan laju rambatan pada permukaan kertas dari air dan pelarut organik yang merambat secara perlahan. Fase air akan tertahan dengan kuat di pori-pori kertas karena adanya interaksi yang kuat antara air dengan gugus hidroksil dari selulosa kertas saring.

Ketika kertas kromatografi yang telah ditotolkan sampel asam amino, maka akan terjadi pemisahan, dimana pelarut organik merambat ke atas melalui kapiler kertas mengangkut campuran asam amino yang ada ditotolkan pada kertas kromatografi. Asam amino yang paling larut di dalam pelarut organik, akan diangkut paling cepat dan asam amino yang paling kurang larut akan tertinggal paling bawah. Pelarut yang digunakan adalah 1-butanol : asam asetat : air dan fenol : air bersifat nonpolar, maka dari sampel asam amino yang digunakan dapat dilihat sifat kepolarannya. Molekul-molekul nonpolar dalam campuran akan memiliki sedikit interaksi dengan molekul-molekul air dan molekul-molekul yang melekat pada selulosa, dan karena akan menghabisakan banyak waktunya untuk larut dalam pelarut yang bergerak. Maka sampel yang paling atas merupakan sampel yang paling larut dalam pelarut yang artinya bersifat paling non polar dibandingkan sampel asam amino lainnya. Molekul-molekul seperti ini akan bergerak sepanjang kertas diangkut oleh pelarut. Mereka akan memiliki nilai Rf yang relatif tinggi.Dengan kata lain, molekul-molekul polar akan memiliki atraksi yang tinggi untuk molekul-molekul air dan kurang untuk pelarut yang non polar. Dan karenanya, cenderung untuk larut dalam lapisan tipis air sekitar serat lebih besar daripada pelarut yang bergerak. Karena molekul-molekul ini menghabiskan waktu untuk larut dalam fase diam dan kurang dalam fase gerak, molekul-molekul tidak akan bergerak sangat cepat pada kertas.Berdasarkan literatur, dalam beberapa kasus, dimungkinkan untuk membuat bercak-bercak menjadi tampak dengan jalan mereaksikannya dengan zat kimia sehingga menghasilkan produk yang berwarna. Sebuah contoh yang baik adalah kromatogram yang dihasilkan dari campuran asam amino. Kromatogram dapat dikeringkan dan ditambahkan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin bereaksi dengan asam amino menghasilkan senyawa-senyawa berwarna khas ungu-biru sampai kecoklatan atau kuning.Asam amino merupakan jenis zat tidak berwarna, sehingga untuk mengetahui letak noda diperlukan pereaksi lokasi, maka pada kertas kromatografi disemprotkan larutan ninhidrin. Dalam percobaan ini digunakan larutan ninhidrin yang disemprotkan pada kertas kromatografi setelah dikeringkan, sehingga noda-noda pada kertas kromatografi dapat terlihat yakni noda yang berwarna ungu. Terbentuknya noda berwarna ungu ini disebabkan karena terjadinya reaksi antara hidrat dari triketon siklik (ninhidrin) dengan asam amino. Glisin

+ninhidrin

anion ungu

+ HCHO + CO2 + 3H2O + H+

Reaksi glisin dengan ninhidrin secara terperinci ialah :

Noda-noda ini kemudian diukur dengan membandingkan jarak komponen yang dipisahkan (analit) dengan jarak pergerakan pelarut, disimbolkan dengan Rf. Rumusnya : Sering kali pengukuran diperoleh dari kertas untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang muncul. Pengukuran ini berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan jarak yang tempuh oleh bercak warna masing-masing.Berdasarkan perhitungan diperoleh bahwa masing-masing asam amino memiliki harga Rf yang berbeda. Setelah dilakukan perhitungan diperoleh data asam amino sebagai beriku:Strandar A: 0,18Strandar B: 0,25Strandar C: 0,18Sampel S2: 0,23Berdasarkan standar asam amino diketahui bahwa sampel mendekati standar B. Berdasarkan teori standar B mempunyai Rf yang mendekati Glisin, sehinngga standar B dan sampel S2 merupkan asam amino Glisin. Jika dibandingkan dengan harga Rf asam-asam amino standar secara teori yakni Glisin(Rf=0,26), berbeda dengan harga Rf hasil percobaan. Hal ini karena harga Rf dipengaruhi oleh eluen, sedangkan pada harga Rf standar tidak diketahui eluen yang digunakan, bisa saja eluen yang digunakan berbeda sehingga hasil daripada harga Rf juga berbeda.

X. Kesimpulan 1) Kromatografi kertas dapat digunakan untuk mengidentifikasi/memisahkan asam amino dalam suatu campuran2) Asam-asam amino yang terkandung dalam sampel (sampel 2) adalah Glisin, hal ini dikarenakan pada sampel memiliki nilai Rf (Rf=0,23) yang hampir sama dengan larutan standar yang mengandung Glisin ( Rf = 0,25 ). Penentuan asam amino ini berdasarkan besarnya Rf yang mendekati dengan teori, Glisin mempunyai Rf sebesar 0,26 secara teori.

XI. Jawaban Pertanyaan1. Keuntungan dan kerugian dari metode pemisahan dengan Kromatografi Kertas : Keuntungan : Pada kromatografi Kertas peralatan yang dipakai tidak perlu alat-alat yang teliti. Hasil-hasil yang baik dapat diperoleh dengan peralatan dan materi-materi yang sangat sederhana. Senyawa-senyawa yang terpisahkan dapat dideteksi pada kertas dan dapat segera diidentifikasikan Harganya lebih murah jika dibandingkan dengan KLT kromatografi kertas preparatif diperlukan kertas yang lebih besar dari pada untuk analisis, Keuntungannya yaitu beban langan bilangan Rf menjadi besar sehingga pengukuran Rf merupakan parameter yang berharga dalam memaparkan senyawa baru.Kerugian : Tidak bisa melakukan analisis kuantitatifpada komponen-komponen sampel, hanya terbatas pada analisis kualitatif saja. Waktunya lebih lama dari pada adsorben lain, tapi lebih singkat dari pada KLT Tidak bisa menggunakan pereaksi H2SO4 karena selulosa akan terdekomposisi

2. Metode kromatografi kertas dapat digunakan baik untuk melakukan analisis yangbersifat kuantitatif maupun kualitatif.Analisis Kuantitatif dilakukan berdasarkan perbandingan Rf dari zat sampel dengan harga Rf zat standar. Agar analisis kuantitatif dapat berhasil baik perlu diperhatikan hal hal berikut : Kondisi percobaan harus sama, karena harga Rf tergantung pada kondisi tersebut Adanya noda pada kromatogram belum berarti adanya zat tunggal dalam sampel Harus dicoba dengan berbagai pelarutAnalisis Kualitatif dilakukan dengan mengidentifikasi komponen asam amino dari sampel terhadap suatu larutan asam amino yang telah diketahui sebelumnya berdasarkan nilai Rf, Pada percobaan ini ditandai dengan adanya warna ungu serta dari harga Rf sampel yang diselidiki lalu dibandingkan dengan harga Rf standarnya.

3. Faktor-faktor yang menentukan harga Rf yaitu: Pelarut disebabkan oleh pentingnya koefisien partisi, maka perubahan-perubahan yang sangat kecil dalam komposisi pelarut dapat menyebabkan perubahan-perubahan harga Rf. Kehadiran ion lain, misalnya adanya klorida dalam pemisahan yang dilakukan dengan larutan-larutan nitrat Sifat dari campuran berbagai senyawa mengalami partisi diantara volume-volume yang sama dari fasa tetap dan bergerak. Sifat campuran hampir selalu mempengaruhi karakteristik dari kelarutan satu terhadap lainnya hingga berpengaruh juga terhadap harga Rf Kertas pengaruh utama kertas pada harga Rf timbul dari perubahan ion dan serapan, yang berbeda untuk macam-macam kertas. Kertas mempengaruhi kecepatan aliran dan mempengaruhi kesetimbangan partisi. Suhu perubahan dalam suhu merubah koefisien partisi dan juga kecepatan aliran. Ukuran dari bejana volume dari bejana mempengaruhi homogenitas dari atmosfer sehingga mempengaruhi kecepatan penguapan dari komponen-komponenpelarut dari kertas. Jika bejana besar digunakan, ada tendensi perambatan lebih lama, seperti perubahan komposisi pelarut sepanjang kertas, maka koefisien partisi akan berubah juga. Dua faktor yaitu penguapan dan kompisisi mempengaruhi harga Rf. Kualitas adsorben Ketebalan lapisan , semakin tebal lapisan Rf nya semakin kecil Kejenuhan ruang kromatografi Suhu, perubahan dalam suhu merubah koefisien partisi dan juga kecepatan aliran. Ukuran dari bejana, volume dari bejana mempengaruhi homogenitas dari atmosfer jadi mempengaruhi kecepatan penguapan dari komponen-komponen pelarut dari kertas. Jika bejana besar digunakan, ada tendensi perambatan lebih lama, seperti perubahan komposisi pelarut sepanjang kertas, maka koefisien partisi akan berubah juga. Dua faktor yaitu penguapan dan kompisisi mempengaruhi harga Rf. Sifat dari campuran, berbagai senyawa mengalami partisi diantara volume-volume yang sama dari fasa tetap dan bergerak. Mereka hampir selalu mempengaruhi karakteristik dari kelarutan satu terhadap lainnya hingga terhadap harga Rf mereka.

XII. Daftar PustakaGultom, Tugo. 2001. Biokimia Struktur dan Fungsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.Harper, et al. 1980. Biokimia (Review of Physiological Chemistry). Edisi 17. Jakarta: EGCLehninger. 1982. Dasar-dasar Biokima. Jakarta: ErlanggaSeran, Eren. 2011. Spektrofotometri UV-VIS. Tersedia di http://wanibesak.wordpress.com/tag/spektronic-20/. Diakses pada Senin, 3 November 2014.Tim. 2012. Petunjuk Praktikum Biokimia. Surabaya: Unesa.Clark, Jim. 2007. Kromatografi Kertas (online). http://www.chem-is-try.org/author/Jim_Clark/. Diakses pada tanggal 10 November 2014.Fessenden dan Fessenden. 1994. Kimia Organik Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.Matsjeh, Sabirin, Hardjono Sastrihamidjojo dan Respati Sastrosajdono. 1996. Kimia Organik II. Jakarta: Depdikbud.Poedjiadi, Anna dan F. M. Titin Supriyanti. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press.

Surabaya, 11 November 2014Mengetahui,Dosen/Asaisten PembimbingPraktikan,

(.)(.)

LAMPIRANA. Perhitungan Harga Rf Menghitung nilai

Menghitung nilai

Menghitung nilai

Menghitung nilai

LAMPIRANNO.GAMBARKETERANGAN

1.

Pelat KLT diberi garis-garis

2.

Setelah diberi garis-garis, pelat di oven selama 10 menit

3.

Chamber yang berisi 25 ml n-butanol + 6 ml asam asetat glasial + 25 ml aquades

4.

Larutan sampel 1, 2, dan 3

5.

Larutan standar A, B, C, dan D

7.

Pelat setelah ditotol dengan standar A, B, C dan sampel 2

8.

Setelah dikeringkan, pelat dimasukkan ke dalam chamber sampai larutan naik ke atas sebelum melewati tanda batas

9.

Pelat setelah dikeluarkan dari chamber

10.

Setelah dikeluarkan dari chamber, pelat di oven selama 5 menit

11.

Setelah di oven selama 5 menit, pelat disemprot dengan ninhidrin

12.

Pelat di tes UV