Laporan Ta Penentuan Asam Amino Pada Kentang

download Laporan Ta Penentuan Asam Amino Pada Kentang

of 50

Transcript of Laporan Ta Penentuan Asam Amino Pada Kentang

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG Kentang merupakan lima kelompok besar makanan pokok dunia selain

gandum, jagung, beras, dan terigu. Bagian utama kentang yang menjadi bahan makanan adalah umbi, yang merupakan sumber karbohidrat, mengandung vitamin dan mineral cukup tinggi. Tanaman kentang (Solanum tuberosum Linn.) berasal dari daerah subtropika, yaitu dataran tinggi Andes Amerika Utara. Daerah yang cocok untuk budi daya kentang adalah dataran tinggi atau pegunungan dengan ketinggian 1.000-1.300 meter di atas permukaan laut, curah hujan 1.500 mm per tahun, suhu rata-rata harian 18-21oC, serta kelembaban udara 80-90 persen. Dibandingkan dengan produksi kentang di Eropa yang rataratanya mencapai 25,5 ton per hektar, produksi kentang di Indonesia masih sangat rendah. Rata-rata hanya 9,4 ton per hektar.

Gambar 1. Umbi Tanaman Kentang

2

Dibandingkan beras, kandungan karbohidrat, protein, lemak, dan energi kentang lebih rendah. Namun, jika dibandingkan dengan umbi-umbian lain seperti singkong, ubi jalar, dan talas, komposisi gizi kentang masih relatif lebih baik. Menurut Prof. DR. Made Astawan, Dosen di Departemen Teknologi Pangan dan Gizi IPB, kentang merupakan satu-satunya jenis umbi yang kaya vitamin C, kadarnya mencapai 31 miligram per 100 gram bagian kentang yang dapat dimakan. Umbi-umbian lainnya sangat miskin akan vitamin C.

Kebutuhan vitamin C sehari 60 mg, untuk memenuhinya cukup dengan 200 gram kentang. Kadar vitamin lain yang cukup menonjol adalah B3 (niasin) dan B1 (tiamin). (Sumber : http://gizi.net/fullnews.cgi ) Meskipun kentang sering dianggap sebagai makanan yang tidak sehat, tanaman ini sebenarnya menyimpan banyak manfaat. Salah satu manfaatnya sebagai penunjang fungsi kinerja otak yang sangat tergantung pada kadar glukosa, suplai oksigen, beberapa jenis vitamin B kompleks, asam amino dan asam lemak omega 3. Kesemua itu bisa didapatkan dengan mengkonsumsi kentang. Salah satu kandungan gizi pada kentang adalah asam amino. Asam amino ialah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam amino yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus NH2 pada atom karbon dari posisi gugus COOH. Sebagai fungsi biologis dalam tubuh, asam amino berfungsi sebagai penyusun protein, termasuk enzim. Selain itu, asam amino menyusun kerangka dasar sejumlah senyawa penting dalam metabolisme (terutama vitamin, hormon, dan asam nukleat), serta sebagai pengikat ion logam penting yang diperlukan dalam reaksi enzimatik (kofaktor).

3

Diantara banyak fungsi yang harus dipenuhi oleh asam amino dalam tubuh, terdapat fungsi sebagai unit monomer untuk membangun rantai polipeptida protein. Sebagian besar protein mengandung 20 buah asam amino L-amino yang sama dalam proporsi yang beragam. Di samping itu, banyak protein khusus yang juga mengandung asam L--amino yang diturunkan dari sebagian di antara ke-20 asam amino tersebut. Spektrofotometri merupakan salah satu metode analisis instrumental yang menggunakan dasar interaksi energi dan materi. Spektrofotometri dapat dipakai untuk menentukan konsentrasi suatu larutan melalui intensitas serapan pada panjang gelombang tertentu. Panjang gelombang yang dipakai adalah panjang gelombang maksimum yang memberikan absorbansi maksimum . Salah satu prinsip kerja spektrofotometer didasarkan pada fenomena penyerapan sinar oleh spesi kimia tertentu di daerah ultra violet dan sinar tampak (visible).

1.2

PERUMUSAN MASALAH Salah satu kandungan kentang yang penting dibutuhkan oleh tubuh

adalah kandungan asam amino. Untuk mengetahui adanya kandungan asam amino dengan menggunkan metode spektrofotometri, maka dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana proses kerja dari alat Spektrofotometer SP 300 ? 2. Bagaimana hasil dari analisa asam amino pada umbi kentang ? 3. Bagaimana pengaruh reagen ninhidrin terhadap konsentrasi asam aminopada umbi kentang ?

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Kentang Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman dari suku Solanaceae

yang memiliki umbi batang yang dapat dimakan dan disebut "kentang" pula. Umbi kentang sekarang telah menjadi salah satu makanan pokok penting di Eropa walaupun pada awalnya didatangkan dari Amerika Selatan. Penjelajah Spanyol dan Portugis pertama kali membawa ke Eropa dan mengembangbiakkan tanaman ini pada abad XVI. Dengan cepat menu baru ini tersebar di seluruh bagian Eropa. Dalam sejarah migrasi orang Eropa ke Amerika, tanaman ini pernah menjadi pemicu utama perpindahan bangsa Irlandia ke Amerika pada abad ke-19, di kala terjadi wabah penyakit umbi di daratan Irlandia yang diakibatkan oleh jenis jamur yang disebut ergot. Tanaman kentang asalnya dari Amerika Selatan dan telah dibudidayakan oleh penduduk di sana sejak ribuan tahun silam. Tanaman ini merupakan herba (tanaman pendek tidak berkayu) semusim dan menyukai iklim yang sejuk. Di daerah tropis cocok ditanam di dataran tinggi.

Gambar 2. Tanaman Kentang

5

Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Plantae Divisi: Magnoliophyta Kelas: Magnoliopsida Upakelas: Asteridae Ordo: Solanales Famili: Solanaceae Genus: Solanum Spesies: S. tuberosum (Sumber : http://id.wikipedia.org/kentang) Daerah yang cocok untuk budi daya kentang adalah dataran tinggi atau pegunungan dengan ketinggian 1.000-1.300 meter di atas permukaan laut, curah hujan 1.500 mm per tahun, suhu rata-rata harian 18-21oC, serta kelembaban udara 80-90 persen. Dibandingkan dengan produksi kentang di Eropa yang rataratanya mencapai 25,5 ton per hektar, produksi kentang di Indonesia masih sangat rendah. Rata-rata hanya 9,4 ton per hektar. Nilai Kandungan gizi Kentang per 100 g, adalah sebagai berikut : Energi 321 kJ (77 kcal) Karbohidrat 19 g Pati 15 g Diet serat 2.2 g Lemak 0,1 g Protein 2 g Air 75 g Thiamine (B1 Vit.) 0,08 mg (6%) Riboflavin (Vit. B2) 0.03 mg (2%) Niacin (Vit. B3) 1,1 mg (7%) Vitamin B6 0,25 mg (19%) Vitamin C 20 mg (33%) Kalsium 12 mg (1%) Besi 1,8 mg (14%) Magnesium 23 mg (6%) Fosfor 57 mg (8%) Kalium 421 mg (9%) Sodium 6 mg (0%)

(Sumber : http://www.anneahira.com/kandungan-kentang)

6

2.2 2.2.1

Asam Amino Pengertian Asam Amino Asam amino adalah senyawa organik yang memiliki gugus fungsional karboksil (-COOH) dan amina (biasanya NH2). Gugus karboksil ini memberikan sifat asam dan gugus amina memberikan sifat basa. Asam amino pembentuk protein akan saling berikatan dengan ikatan peptida, sehingga dalam satu molekul dipeptida mengandung satu ikatan peptida.

Gambar 3. Struktur Umum Asam Amino Secara umum, pada asam amino sebuah atom C mengikat empat gugus yaitu : gugus karboksil, gugus amina, satu buah atom hydrogen dan satu gugus sisa (rantai samping, gugus R). Rantai samping pada asam amino (gugus R) yang berbeda-beda pada asam amino menentukan struktur, ukuran, muatan elektrik dan sifat kelarutan dalam air.

7

2.2.2

Macam, Sifat, Klasifikasi, dan Fungsi Asam amino a. Macam-macam asam amino 1. Asam amino yang bersifat hidrofobik, antara lain : alanin,

isoleusin, leusin, metionin, fenilalanin, prolin, triptofan, tirosin, dan valin. 2. Asam amino yang bersifat hidrofilik, antara lain : arganin,

aspargin, asam aspartat, sistein, asam glutamat, glutamine, glisin, histidin, lisin, serin, dan treonin. b. Sifat-sifat asam amino 1. Pada umumnya, asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organik non polar seperti eter, aseton dan kloroform. Sifat asam amino ini berbeda dengan asam karboksilat maupun dengan sifat amina. Asam karboksilat alifatik maupun aromatik yang terdiri dari beberapa atom karbon, umumnya kurang larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik. Demikian pula amina, pada umumnya tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik. 2. Asam amino mempunyai titik lebur yang lebih tinggi dibandingkan dengan asam karboksilat atau amina (lebih besar dari 200 C). 3. Bersifat sebagai elektrolit. Dalam larutan kondisi netral (pH isoelektrik), asam amino dapat membentuk ion yang bermuatan positif dan juga bermuatan negative (zwitterion) atau ion amfoter. Keadaan ion ini sangat tergantung pada pH larutan.

8

c. Klasifikasi asam amino Terdapat 2 jenis asam amino berdasarkan kemampuan tubuh dalam sintesisnya, yaitu asam amino esensial dan asam amino non esensial. Asam amino esensial adalah asam amino yang tidak dapat disintesis didalam tubuh, tetapi diperoleh dari luar misalnya melalui makanan( lisin, leusin, isoleusin, treonin, metionin, valin, fenilalanin, histidin, dan arginin). Asam amino non esensial adalah asam amino yang dapat disintesis didalam tubuh melalui perombakan senyawa lain. Klasifikasi asam amino dapat dilakukan berdasarkan rantai samping (gugus R) dan sifat kelarutannya didalam air. Berdasarkan kelarutan didalam air dibagi atas asam amino hidrofobik dan hidrofilik (klasifikasi dapat dilihat pada bagian dapat struktur asam amino). sebagai

Berdasarkan rantai berikut :

sampingnya

diklasifikasikan

- Dengan rantai samping alifatik (asam amino non polar) : Glisin, Alanin, Valin, Leusin, Isoleusin. - Dengan rantai samping yang mengandung gugus hidroksil (OH), (asam amino polar) : Serin, Treonin, Tirosin. - Dengan rantai samping yang mengandung atom sulfur (asam amino polar) : Sistein dan metionin. - Dengan rantai samping yang mengandung gugus asam atau amidanya(gugus R bermuatan negative) : Asam aspartat, Aspargin, Asam glutamate, Glutamin.

9

- Dengan rantai samping yang mengandung gugus basa (gugus R bermuatan positif): Arginin, lisin, Histidin - Yang mengandung cincin aromatic : Histidin, Fenilalanin, Tirosin, Triptofan. - Asam imino : Prolin. d. Fungsi Biologis asam amino 1. Penyusun protein, termasuk enzim. 2. Kerangka dasar sejumlah senyawa penting dalam metabolisme (terutama vitamin, hormon, dan asam nukleat). 3. Pengikat ion logam penting yang diperlukan dalam reaksi enzimatik (kofaktor). 2.2.3 Penyakit Yang Berkaitan Dengan Metabolisme Asam Amino 1. FENILKETONURIA Adalah kelainan metabolism sejak lahir yang ditandai dengan ketidakmampuan mengubah fenilalanin menjadi tirosin, sehingga menyebabkan akumulasi fenilalanin dan hasil metaboliknya didalam tubuh. Menyebabkan retardasi mental, manifestasi neurologic,

pigmentasi ringan, eczema dan bau kesturi. Kesemuanya dapat dicegah dengan restriksi awal diet fenilalanin. 2. MAPLE SYRUP URINE DISEASE Terjadinya akumulasi asam keto dari leusin, valin dan isoleusin, karena adanya cacat pada enzim -keto dekarboksilase. Dapat menyebabkan gangguan susunan saraf pusat.

10

3. AMINOASIDURIA Penyakit yang timbul akibat gangguan pada transportasi asam amino tertentu ke dalam sel. Karena defek pada transportasi ini secara khas mengakibatkan eksresi satu atau lebih asam amino dalam jumlah yang meningkat.

2.3

Spektrofotometri Spektrofotometri merupakan salah satu metode analisis instrumental

yang menggunakan dasar interaksi energi dan materi. Spektrofotometri dapat dipakai untuk menentukan konsentrasi suatu larutan melalui intensitas serapan pada panjang gelombang tertentu. Panjang gelombang yang dipakai adalah panjang gelombang maksimum yang memberikan absorbansi maksimum . Salah satu prinsip kerja spektrofotometer didasarkan pada fenomena penyerapan sinar oleh spesi kimia tertentu di daerah ultra violet dan sinar tampak (visible).

2.3.1 Spektrofotometri Sinar Tampak (visible)Cahaya atau sinar tampak adalah radiasi elektromagnetik yang terdiri dari gelombang. Seperti semua gelombang, kecepatan cahaya, panjang gelombang dan frekuensi dapat didefinisikan sebagai :

Dimana :C = kecepatan cahaya ( 3 x 108 m/s) V = frekuensi dalam gelombang per detik (Hertz) = panjang gelombang dalam meter

11

Gambar 4. Radiasi Elektromagnetik dengan panjang gelombang Cahaya/ sinar tampak terdiri dari suatu bagian sempit kisaran panjang gelombang dari radiasi elektromagnetik dimana mata manusia sensitif. Radiasi dari panjang gelombang yang berbeda ini dirasakan oleh mata kita sebagai warna yang berbeda, sedangkan campuran dari semua panjang gelombang tampak seperti sinar putih. Sinar putih memiliki panjang gelombang mencakup 400-760 nm (nm). Perkiraan panjang gelombang dari berbagai warna adalah sebagai berikut :

Spektrometri molekular (baik kualitatif dan kuantitatif) bisa dilaksanakan di daerah sinar tampak, sama halnya seperti di daerah yang sinar ultraviolet dan daerah sinar inframerah.

12

Gambar 5. Spektrum gelombang elektromagnetik lengkap Persepsi visual tentang warna dibangkitkan dari penyerapan selektip panjang gelombang tertentu pada peristiwa penyinaran obyek berwarna. Sisa panjang gelombang dapat diteruskan (oleh obyek transparan) atau dipantulkan (oleh obyek yang buram) dan dilihat oleh mata sebagai warna dari pancaran atau pantulan cahaya. Oleh karena itu obyek biru tampak berwarna biru sebab telah menyerap sebagian dari panjang gelombang dari cahaya dari daerah oranyemerah. Sedangkan obyek yang merah tampak merah sebab telah menyerap sebagian dari panjang gelombang dari daerah ultraviolet-biru. Bagaimanapun, di dalam spektrometri molekul tidak berkaitan dengan warna dari suatu senyawa, yaitu warna yang dipancarkan atau pantulkan, namun berkaitan dengan warna yang telah dipindahkan dari spektrum, seperti panjang gelombang yang telah diserap oleh suatu unsur di dalam suatu larutan. Energi gelombang seperti bunyi dan air ditentukan oleh amplitudo dari getaran (misal tinggi gelombang air) tetapi dalam radiasi elektromagnetik energi ditentukan oleh frekuensi , dan quantized, terjadi hanya pada tingkatan tertentu :

E=h

13

dimana : h = konstanta Planck, 6,63 x 10-34 J.s Tabel 1. Panjang gelombang berbagai warna cahaya

2.3.2 Absorbsi radiasi oleh MolekulPada daerah sinar ultraviolet dan sinar tampak, energi diperoleh dari transisi elektronik. Energi yang diserap oleh molekul digunakan untuk menaikan energi elektron dari keadaan dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Transisi elektron secara umum terjadi antara orbital ikatan (bonding) atau lonepair dengan orbital anti ikatan (anti-bonding) tak terisi. Penyerapan dari panjang gelombang tersebut kemudian menjadi ukuran dari pemisahan tingkat energi dari orbital-orbital terkait.

14

Gambar 6. Transisi elektron molekul dari keadaan dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Eksitasi dari elektron diikuti oleh perubahan vibrasi dan rotasi nomor kuantum sedemikian hingga yang terjadi adalah suatu penyerapan menjadi suatu puncak yang lebar, yang berisi vibrasi dan rotasi. Dalam kaitan dengan interaksi dari solut dengan molekul bahan pelarut ini adalah pada umumnya dikaburkan, dan diamati sebagai kurva halus. Dalam fase uap, dalam bahan pelarut non-polar, dan dengan puncak tertentu misalnya benzene dengan pita 260 nm ), vibrasi struktur halus terkadang teramati. Pada daerah sinar inframerah (2.500 -1.5000 nm atau 2,5-15m) energi diserap oleh

vibrasi atau rotasi pada bagian tertentu dari molekul.

Gambar 7. Vibrasi dan rotasi molekul

15

2.3.3 Hukum Fotometri (Lambert-Beer)Metode analisa kuantitatif didasarkan pada absorpsi radiasi oleh suatu unsur yang mengabsorpsi dan melibatkan pengukuran intensitas cahaya atau kekuatan radiasi. Kita sekarang mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi kekuatan radiasi dari cahaya yang dipancarkan melalui media absorsi. Anggap ketebalan sel absorpsi b dan konsentrasi c. Suatu berkas cahaya dari radiasi monokromatik (yaitu panjang gelombang yang tunggal) dari kekuatan radiant I0 dalam larutan, dan suatu berkas cahaya yang muncul dari kekuatan radiasi I dipancarkan oleh larutan.

Kenaikan berurutan pada jumlah molekul absorbing yang identik di alur berkas cahaya dari radiasi monokromatic menyerap pecahan energi radiasi yang sama.

Gambar 7. Penurunan intensitas radiasi dengan bertambahnya ketebalan larutan Jika penambahan ketebalan dari alur adalah db dan penurunan kekuatan radiasi yang melewati ketebalan adalah dI maka :

16

Integral dari total ketebalan b

Hukum ini dikenal sebagai Hukum Lambert dan menghubungkan ketebalan dari sel sampel (kuvet) pada perbandingan kekuatan radiasi berkas cahaya yang masuk dan berkas cahaya yang keluar, dan menyatakan Ketika radiasi monokromatik lewat melalui suatu medium yang transparan yang berisi suatu unsur absorbing, tingkat penurunan kekuatan radiasi dengan ketebalan dari medium adalah setara dengan kekuatan radian dari suatu radiasi . Dengan alasan yang sama, untuk perubahan penambahan konsentrasi dari unsur absorbing dc.

Hukum ini disebut Hukum Lambert-Beer, dan berlaku untuk unsur yang menyerap cahaya dengan menghubungkan konsentrasi dari jenis absorbing pada perbandingan kekuatan radiant berkas cahaya yang masuk dan yang keluar, Ketika radiasi monokromatk lewat melalui suatu medium yang transparan yang berisi suatu unsur absorbing, tingkat penurunan kekuatan radian dengan konsentrasi jenis unsur absorbing adalah sebanding dengan

17

kekuatan radian dari suatu radiasi. Hukum Lambert dan Hukum Lambert-Beer biasanya dikombinasikan dalam suatu hubungan tunggal sebagai dasar untuk semua penentuan kuantitatif.

Ini disebut Hukum Lambert-Beer. Hukum ini hanya berlaku untuk radiasi monokromatik. Karena jumlah kekuatan radiant I0 dan I merupakan sebuah

perbandingan, ada beberapa unit yang mungkin digunakan. Jika ketebalan, yang disebut panjang sample dalam bentuk centimeter dan konsentrasi, c dalam gram unsur absorbing per satu liter larutan, kemudian konstanta a disebut absorptivitas (kadang disebut koefisien peluruhan)

Biasanya, c ditetapkan dalam konsentrasi molar, dengan b dalam sentimeter. Dalam hal ini Hukum Lambert-Beer ditulis sebagai :

dimana disebut absorptivitas molar (atau disebut koefisien peluruhan). Absorptivitas molar memiliki satuan L. mol-1.cm-1. Jumlah log (I0/I) didefinisikan sebagai absorbansi dan diberi simbol A, sehingga Hukum Lambert-Beer umumnya ditulis sebagai :

18

Spektrofotometer modern dikalibrasi secara langsung dalam satuan absorbansi. (Dalam beberapa buku lama log I0/I disebut densitas optik dan I digunakan sebagai ganti simbol P). Perbandingan I/I0 disebut transmitans (T) dan beberapa instrumen disajikan dalam % transmitans, ( I/I0 ) x 100. Sehingga hubungan absorbansi dan transmitans dapat ditulis sebagai :

Dengan menggunakan beberapa instrumen, hasil pengukuran tercatatsebagai 56 transmitansi dan absorbansi dihitung dengan menggunakan rumus tersebut. Dari pembahasan di atas dapat dikatakan bahwa konsentrasi dari suatu unsur berwarna harus sebanding dengan intensitas warna larutan. Ini adalah dasar pengukuran yang menggunakan pembanding visual di mana intensitas warna dari suatu larutan dari suatu unsur yang konsentrasinya tidak diketahui dibandingkan dengan intensitas warna dari sejumlah larutan yang diketahui konsentrasinya.

2.3.4 Variasi Absorbsivitas dengan panjang gelombangAbsorpsivitas (a) atau absorbsivitas molar () adalah konstan (tetap) untuk suatu unsur atau senyawa pada panjang gelombang tertentu. Ini merupakan ukuran seberapa kuat suatu unsur menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu. Karena suatu unsur akan menyerap cahaya lebih kuat pada panjang gelombang tertentu daripada yang lainnya, dikatakan absorpsivitas bervariasi sesuai dengan panjang gelombang. Absorpsivitas akan maksimum pada panjang gelombang absorbansi maksimum (transmitans minimum).

19

2.3.5 Spektrum AbsorbsiSpektrometri molekular dapat digunakan dalam penentuan kualitatif untuk memberikan informasi struktural, seperti adanya gugus fungsional dalam suatu unsure tertentu. Informasi ini dapat diperoleh dengan mengukur besarnya radiasi yang diserap oleh suatu unsur pada panjang gelombang tertentu. Hasil pengukuran berupa grafik (diagram) antara absorbansi (atau transmitans) versus panjang gelombang inilah yang disebut spektrum absorpsi.

Gambar 8. Kurva spektrum dari larutan kalium permanganat yang mengandung 20 ppm Mn

20

Untuk analisis kuantitatif, panjang gelombang yang paling sesuai akan menunjukkan absorbansi maksimum ( transmitans minimum) dari suatu larutan.

2.3.6 Teori dasar absorbansi UV dan sinar tampakAbsorpsi radiasi oleh suatu sampel organik di daerah ultraviolet dan sinar tampak, akan bersamaan dengan perubahan keadaan elektronik dalam molekul yaitu energi disediakan untuk mempromosikan energi dari keadaan dasar ke orbital energi yang lebih tinggi ( keadaan tereksitasi) yang dikenal sebagai orbital anti-bonding. Ada 3 jenis orbital keadaan dasar yang mungkin terlibat :

1.

Orbital molekular ikatan

2.

Orbital molekular ikatan

3.

Orbital atomik non-bonding n

Dua jenis orbital anti-bonding yang terlibat dalam transisi adalah : (1) orbital * (sigma star) (2) orbital * (pi star)

21

Catatan : Tidak ada orbital anti bonding n* karena elektron-elektron ini tidak membentuk ikatan.

Transisi yang terjadi dalam absorpsi sinar UV dan sinar tampak adalah :

transisi * dan n * memerlukan energi yang besar dan oleh karena itu terjadi pada UV jauh atau lemah pada daerah 180-240 nm. Sebagai konsekuensi kelompok-kelompok jenuh seperti :

tidak akan terjadi absorbsi yang kuat pada daerah UV sinar tampak. Transisi * dan * terjadi dalam molekul tak jenuh dan memerlukan energi lebih sedikit daripada transisi ke orbital antibonding *.

2.3.7 Struktur senyawa dan spektrum

22

Transisi ke * bila terjadi pada gugus terisolasi akan menghasilkan absorbsi lemah pada frekuensi rendah, meskipun pada kelompok-kelompok ikatan meningkatkan intensitas dan panjang gelombang, sehingga senyawa dengan ikatan ikatan yang intensif akan terlihat sebagai senyawa mempunyai warna cukup kuat.

Dua jenis gugus yang mempengaruhi spektrum absorpsi suatu senyawa : a) Kromofor Kromofor adalah suatu gugus fungsi, tidak terhubung dengan gugus lain, yang menampakkan spektrum absorpsi karakteristik pada daerah sinar UV-sinar tampak. Ada 3 jenis Kromofor sederhana Ikatan ganda antara dua atom yang tidak memiliki pasangan elektron bebas contoh :

Ikatan ganda antara dua atom yang memiliki pasangan elektron bebas contoh :

23

Jika beberapa Kromofor berhubungan maka absorpsi menjadi lebih kuat dan berpindah ke panjang gelombang yang lebih panjang.

b) Auksokrom

Auksokrom tidak menyerap pada panjang gelombang 200-800nm, namun mempengaruhi spektrum chromophore dimana auxochrome tersebut terikat - CH3 - OH -NH2 - NO2

Auksokrom dapat mempengaruhi sebagai berikut :

Menggeser ke panjang gelombang lebih panjang (red shift) disebut efek batokromik

Menggeser ke panjang gelombang lebih pendek (blue shift) disebut efek hipsokromik amax meningkat ( peningkatan intensitas) disebut hiperkromik amax menurun (penurunan intensitas) disebut hipokromik

2.4 2.4.1

Instrumen yang digunakan pada Spektrometri Sinar tampak Persyaratan Umum Persyaratan umum dalam pengukuran absorbsi oleh suatu larutan

ditunjukkan oleh Gambar 9 :

24

Gambar 9. Skema bagian-bagian dalam spektrofotometer Dalam visual colorimetri, umumnya digunakan cahaya putih tiruan atau alami sebagai sumber cahaya, dan penentuan dilakukan dengan menggunakan pengamatan mata dengan instrumen yang sederhana disebut visual comparator, atau dengan menggunakan suatu rangkaian larutan acuan yang diketahui konsentrasinya. Ketika mata digantikan oleh photoelectric ( dengan begitu mengeliminasi kesalahan dalam kaitannya dengan karakteristik pengamat) dan ada alat pembaca hasil maka instrumen ini disebut colorimeter. Suatu colorimeter biasanya bekerja pada range (cakupan) panjang gelombang yang terbatas dari cahaya yang diperoleh melewatkan cahaya putih melalui saringan yang berwarna, yang memancarkan range panjang gelombang yang kecil (sekitar 50nm). Instrumen seperti ini disebut juga filter photometer.

Gambar 10. Skema bagian-bagian dalam spektrofotometer Spektrofotometer cahaya menggunakan cakupan (range) panjang gelombang yang lebih kecil (10 nm atau kurang). Tentu saja akan membutuhkan instrumen yang lebih rumit dan tentunya lebih mahal. Juga tersedia instrumen yang dapat bekerja pada daerah sinar ultraviolet dan dan infra merah.

25

Gambar 11. Bagian-bagian dalam alat Spektrofotometer Keuntungan utama dari metode ini adalah adanya alat sederhana untuk menentukan unsur dengan konsentrasi yang sangat rendah. Secara umum batas atas dari metode ini adalah penentuan dari adanya unsur kurang dari 1 atau 2 persen. Bagaimanapun, batas yang lebih rendah adalah mikrogram per liter untuk banyak unsur. Keuntungan yang lain dari metode ini adalah adalah sangat mudah diotomatiskan sedemikianhingga sampel dalam jumlah besar dapat diproses secara otomatis dalam waktu singkat.

2.4.2 Prosedur Umum Penggunaan Spektrofotometer Sinar Tampak(i) Sampel dilarutkan dalam pelarut

(ii) Sampel dimasukkan dalam kuvet (iii) Dalam keadaan tertutup, atur T = 0% (dalam beberapa instrumen, ini disebut 0%T. Dark current control)

26

(iv) Dalam keadaan terbuka, atur T = 100% (A=0). Gunakan cell penuh dengan pelarut murni (v) Masukkan sampel dan ukur %T (atau A) Pengaruh cell window pada nilai A Pada cell windows yang mengkilap, kira-kira 2% dari radiasi yang masuk akan hilang oleh pantulan dan pembiasan pada setiap permukaan, maka kuvet kosong akan mengurangi P0 dari 100% mendekati 94%. Oleh karena itu untuk mengganti kehilangan tersebut perlu mengatur 100% T ( A= 0) dengan menggunakan cell yang sama dipenuhi pelarut murni. Fitur Instrumen single beam - Biaya rendah - Tujuan dasar untuk mengukur A, %T atau C pada panjang gelombang terpisah - 100% T (0A) harus diatur pada setiap panjang gelombang - Tidak dapat digunakan untuk meneliti spectra Fitur Instrumen double beam - Digunakan untuk meneliti spektra pada panjang gelombang lebih tinggi (190800nm) - Dapat menghasilkan spektra A vs , %T vs , atau spektra derivatif 1st, 2nd , 3rd, dan 4th. - Dapat digunakan untuk pengukuran A atau %T saja pada panjang gelombang tertentu.

27

2.4.3

Sumber Radiasi

(a) Lampu Tungsten stabil, murah, 350-1000nm.

(b) Lampu halogen tungsten (quartz-iodine lamp) sama dengan lampu tungsten tetapi memiliki output lebih baik pada daerah 300-400nm.

(c) Lampu Deuterium Arc mahal, masa kerja singkat, 190-400nm

2.4.4 Sistem Dispersi(a) Filter Hanya digunakan pada colourimeter murah pita 25-50 nm tidak umum digunakan dalm instrumen modern. (b) Prisma Prisma kwarsa memiliki karakteristik dispersi lemah pada daerah sinar tampak (380-780 nm) dispersi bervariasi sesuai panjang gelombang.

28

Gambar 12. Sistem dispersi pada monokromator dengan prisma (c) Difractions Gratings Dispersi kontan dengan panjang gelombnag yang lebih besar daripada yang biasa digunakan.

Gambar 13. Sistem dispersi pada monokromator dengan grating

29

2.4.5

Kuvet

(a) Gelas Umum digunakan (pada 340-1000 nm). Biasanya memiliki panjang 1 cm (atau 0,1, 0,2 , 0,5 , 2 atau 4 cm) (b) Kwarsa Mahal, range (190-1000nm) (c) Cell otomatis (flow through cells) (d) Matched cells

(e) Polystyrene range ( 340-1000nm) throw away type(f) Micro cells

Gambar 14. Tipe kuvet 2.4.6 Detektor

(a) Barrier layer cell (photo cell atau photo voltaic cell)

30

(b) Photo tube lebih sensitif daripada photo cell, memerlukan power suplai yang stabil dan amplifier

(c) Photo multipliers Sangat sensitif, respons cepat digunakan pada instrumen double beam penguatan internal

31

2.4.7

Sistem pembaca

(a) Null balance menggunakan prinsip null balance potentiometer, tidak nyaman, banyak diganti dengan pembacaan langsung dan pembacaan digital (b) Direct readers %T, A atau C dibaca langsung dari skala (c) Pembacaan digital mengubah sinyal analog ke digital dan menampilkan peraga angka Light emitting diode (LED) sebagai A, %T atau C.

Dengan pembacaan meter seperti gambar, akan lebih mudah dibaca skala transmitannya, kemudian menentukan absorbansi dengan A = - log T. Skema dasar instrumen single beam dan double beam :

32

Gambar 15. Diagram optik Bausch & Lomb Spektrofotometer

Gambar 16. Spektrofotometer double beam untuk UV Sinar Tampak

2.5

Ninhidrin

33

Ninhidrin adalah suatu reagen berguna untuk mendeteksi asam amino dan menetapkan konsentrasinya dalam larutan. Senyawa ini merupakan hidrat dari triketon siklik, dan bila bereaksi dengan asam amino menghasilkan zat berwarna ungu

Gambar 17. Struktur ninhidrin: (2,2-Dihydroxyindane-1,3-dione) Tabel 2. Hasil Uji Reaksi Ninhidrin pada Asam Amino No. 1 2 3 4 5 Zat Uji Albumin 2 % Gelatin 2% Kasein 0.5% Pepton 2% Fenilanalina Hasil Uji Ninhidrin Berwarna Ungu Berwarna Ungu Bening Berwarna Merah Muda Berwarna Ungu Asam Amino bebas (+/-) + + +

34

(Sumber : http://www.lintasberita.com/Lifestyle/Pendidikan/sifat-ninhidrin) Asam amino bebas adalah asam amino dimana gugus aminonya tidak terikat. Berikut adalah reaksi yang terjadi antara asam amino dengan ninhidrin.

Gambar 18. Reaksi antara ninhidrin dengan asam amino Pada tabel di atas, albumin, gelatin, dan fenilanalina membentuk warna ungu karena dapat bereaksi dengan Ninhidrin. Hal ini menandakan ketiga zat uji tersebut mempunyai gugus asam amino bebas. Sebaliknya, pada kasein dan pepton tidak diperoleh indikasi terbentuk atau adanya asam amino bebas, karena reaksi dengan ninhidrin tidak berwarna sampai membentuk warna merah muda. Semakin banyak ninhidrin pada zat uji yang dapat bereaksi, semakin pekat warnanya. Hal ini juga mendasari bahwa uji Ninhidrin dapat digunakan untuk menentukan asam amino secara kuantitatif.

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT

35

3.1

TUJUAN Tujuan dari pelaksanaan tugas akhir ini yaitu menentukan kadar asam

amino pada umbi kentang dengan metode spektrofotometri adalah :

1. Mahasiswa dapat memahami cara kerja penentuan kadar asam aminodengan menggunakan metode spektrofotometri.

2. Mahasiswa dapat mengoperasikan alat spektrofotometer SP 300. 3. Mahasiswa dapat mengetahui hasil kandungan asam amino pada umbikentang.

4. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh reagen ninhidrin terhadappenentuan asam amino pada kentang.

3.2

MANFAAT Manfaat diadakan penyusunan tugas akhir ini diharapkan :

1. 2.

Mahasiswa dapat mengetahui prinsip analisa secara spektrofotometri. Mahasiswa dapat melakukan percobaan spektrofotometri sesuai dengan prosedur praktikum.

3.

Mahasiswa dapat mengetahui fungsi asam amino dalam kentang yang sangat berguna bagi tubuh manusia.

BAB IV PERANCANGAN ALAT

36

4.1 Gambar Alat SPEKTROFOTOMETER OPTIMA SP 300

Keterangan : 1. Peletakan Sampel 2. Panjang Gelombang Kontrol

3. Tombol ON/OFF 4. Pembacaan LCD Digital5. Tombol Pemilihan MODE

6. Tombol 100%T/0-Absorbansi 7. Tombol 0%T 8. Tombol Print

36

4.2 Spesifikasi Perancangan Alat Wavelength Range Spectral Bandwidth Data Processing Wavelength Accuracy Wavelength Repeatability Optical System Stray Light Display Photometric Range 0 to 100% T 0 to 1999 C (0 to 1999F) Zero & Blank set Photometric Accuracy Drift Detector Light Source Sample Volume Sample Container Data Output Power Requirements Dimensions Weight 330 - 1000nm 6nm Microprocessor 2nm 1nm Grating, 1200 lines/mm 0.5% T at 340nm & 400nm 3 1/2 LCD 0 to 2.5 Abs Automatic 1% T 0.003A/hour after warming up Silicon Photodiode Tungsten Halogen lamp, 6V 10W 1.0ml (minimum) Round and Square cuvette Analog output, RS-232C interface, Printer (optional) 100-240VAC, 50/60Hz, Selected automatically 330(W) x130 (H) x270 (D) mm 5.0kg

4.3

Cara Kerja Alat Spektrofotometer Optima SP 300 1. Persiapkan seluruh alat dan bahan kemudian dibersihkan 2. Hidupkan alat selama 20 menit sebagai fungsi pemanasan 3. Pilih mode % transmitansi dengan menekan tombol MODE 4. Mengatur panjang gelombang berdasarkan warna dari sampel yang akan dianalisa

5. Sebagai blanko, masukkan air suling ke dalam kuvet (terlebih dahuludicuci dengan air dan bersihkan kuvet dengan menggunakan tisu), kemudian masukkan kuvet ke dalam alat spektrofotometer 6. Menekan tombol T100% / 0-Abs sampai layar terbaca T 100% atau 0,000A

37

7. Ulangi percobaan 3 sampai 6 untuk sampel yang berbeda.

BAB V METODOLOGI

38

5.1 Bahan dan Alat yang Digunakan 5.1.1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 5.1.2 Alat No. Nama Alat Spektrofotometer Kuvet Labu takar Tabung reaksi Pengaduk Kompor listrik Tabung reaksi Pisau Kain saring Blender Beaker glass Kapas Tisu Ukuran SP 300 10 ml 50 ml; 100 ml 10 ml 250 ml; 500 ml Jumlah 1 1 1; 1 7 1 1 8 1 1 1 2; 1 secukupnya secukupnya

Bahan

Asam amino bebas (glisin) Kentang Piridin 10 % Ninhidrin 2 % Aquadest

5.1.3

Prosedur Percobaan 1. Pembuatan larutan standar dan blanko

a. Pembuatan larutan standar dilakukan dengan menggunakan asamamino glisin dengan konsentrasi 10, 14, 18, dan 22 ppm.

39

b. 10 ml larutan standar diambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambah 1 ml piridin 10 % dan 1 ml ninhidrin 2 %. c. Tabung ditutup dengan kapas dan ditempatkan dalam penangas air mendidih selama 20 menit.

d. Setelah dingin diencerkan menjadi 50 ml dalam labu takar.e. Larutan blanko disiapkan dengan mengganti analat menggunakan air suling. f. Pembuatan spektrum serapan zat dilakukan dengan diisikannya kuvet dengan salah satu standar larutan yang digunakan pada penentuan asam amino bebas. g. Larutan blanko disiapkan dengan mengganti analat dengan air suling pada penentuan kadar asam amino bebas.

h. Absorbansi larutan dibaca pada kisaran panjang gelombang 610nm. 2. Analisa asam amino

a.

1 g kentang dalam 40 ml air diblender, hasilnya disaring

dengan menggunakan kain saring kemudian ditampung dalam labu takar 100 ml, tera dengan air suling.

b.

Ekstrak asam amino dari kentang 10 ml dipipet dan

dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Ditambah 1 ml piridin 10 % dan 1 ml ninhidrin 2%. c. Tabung ditutup dengan kapas kemudian ditempatkan

dalam penangas air mendidih selama 20 menit.

40

d.

Setelah dingin diencerkan menjadi 50 ml labu takar,

absorbansi larutan dibaca dengan panjang gelombang sesuai dengan warna larutan. e. Ulangi analisa ini dengan bahan dan variabel yang sama

untuk didapatkan rata-rata absorbansi dari sampel.

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

41

6.1 6.1.1

Hasil Pengamatan dan Pembahasan Larutan Blanko dan Larutan Standar Pengukuran zat menggunakan spektrofotometri untuk tujuan kuantitatif

biasanya melibatkan analat, blanko, dan standar. Analat yang digunakan pada percobaan ini adalah asam amino bebas, blanko yang digunakan adalah larutan yang diberi penambahan 1 ml ninhidrin 2% dan 1 ml pridin 10%, sedangkan standar merupakan larutan yang berisi analat dan diketahui konsentrasinya. Penentuan konsentrasi suatu zat secara spektrofotometri dilakukan dengan membaca panjang gelombang tertentu pada analat maupun standar. Panjang gelombang yang dipilih, yaitu panjang gelombang yang memberikan absorbans terbesar. Hal ini dikarenakan pada panjang gelombang tersebut akan dihasilkan koefisien ekstinksi molar tertinggi sehingga diperoleh pengukuran yang lebih peka. Dari hasil praktikum, larutan standar asam amino dengan konsentrasi 10, 14, 18, dan 22 ppm pada panjang gelombang 610 nm, didapatkan konsentrasi sebagai berikut : Tabel 3. Absorbansi Larutan Blanko dan Larutan Standar pada 610 nm Larutan (ppm) 0 (blanko) 10 14 18 22 Transmitansi (%) 99,2 80,4 69,7 61,7 54,7 Absorbansi 0,004 0,095 0,156 0,209 0,262

Tabel di atas menunjukkan adanya penurunan transmitansi dari larutan standar. Sebaliknya, absorbansi larutan standar berbanding terbalik yaitu semakin naik. Pada praktikum ini, warna larutan asam amino setelah ditambahkan 1 ml piridin 10% dan 1 ml ninhidrin 2% adalah berwarna ungu.

42

Namun, setelah dipanaskan selama 20 menit, warna larutan menjadi merah oranye. Berdasarkan warna yang terbentuk dari larutan tersebut yaitu merah oranye, maka panjang gelombang yang digunakan adalah 610 nm. Hubungan antara konsentrasi larutan asam amino dengan absorbansinya dapat dilihat dari grafik berikut :

Gambar 19. Grafik Hubungan Konsentrasi Asam Amino dengan Absorbansi Berdasarkan grafik di atas, didapatkan persamaan regresi linear, yaitu y = 0,011x 0,006, dengan nilai R2 = 0,988. Regresi linear merupakan ketelitian pembuatan standar yang dipergunakan untuk pengukuran, di mana nillai R2 yang mendekati 1 merupakan nilai yang baik. Nilai sebesar 0,988 menunjukkan bahwa hasil percobaan cukup baik. 6.1.2 Larutan Sampel Pada analisis asam amino dengan bahan kentang, adanya ninhidrin 2% dan piridin 10% berguna untuk membentuk kompleks senyawa asam amino bebas pada kentang. Ninhidrin merupakan suatu oksidator sangat kuat yang

43

dapat menyebakan terjadinya dekarboksilasi aksidatif asam -amino untuk menghasilkan suatu aldehid dengan atom karbon kurang asam amino induknya. Senyawa ini merupakan hidrat dari triketon siklik, dan bila bereaksi dengan asam amino menghasilkan zat berwarna ungu. Piridin adalah sejenis cairan tidak berwarna dengan bau tajam. Zat ini dapat digunakan mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan pembunuh hama. Pada percobaan ini, dilakukan sebanyak 4 kali ulangan dengan variabel yang sama untuk mendapatkan nilai rata-rata optimum. Berikut adalah nilai absorbansi sampel pada 610 nm. Tabel 4. Absorbansi Larutan Sampel (kentang) pada 610 nm Larutan (ppm) Transmitansi (%) Absorbansi Absorbansi terkoreksi Sampel (ppm) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4 Rata-rata 8,8 7,4 7,6 6,7 1,055 1,130 1,117 1,174 1,051 1,126 1,113 1,170 241,1362 258,1817 255,2272 268,1817 255,6817

Berdasarkan data pada tabel di atas dengan menggunakan 4 kali ulangan sampel, didapatkan rata-rata konsentrasi asam amino pada kentang sebesar 255,6817 ppm. Dari praktikum ini, didapatkan kandungan asam amino yang cukup banyak pada umbi kentang. Asam amino ini sangat diperlukan untuk tubuh manusia. Manfaat dari asam amino dalam tubuh manusia, antara lain : 1. 2. Penyusun protein, termasuk enzim. Kerangka dasar sejumlah senyawa penting dalam metabolisme (terutama vitamin, hormon, dan asam nukleat).

44

3.

Pengikat ion logam penting yang diperlukan dalam reaksi enzimatik (kofaktor).

6.2 6.2.1

Hasil Perhitungan Hasil Perhitungan Arsorbansi Terkoreksi pada Larutan Sampel Dari tabel 4 hasil pengamatan, maka absorbansi terkoreksi dapat

ditentukan dengan perhitungan sebagai berikut : Absorbansi terkoreksi = Absorbansi sampel absorbansi blanko Ulangan 1 Absorbansi terkoreksi = (1,055 0,004) ppm = 1,051 ppm Ulangan 2 Absorbansi terkoreksi = (1,130 0,004) ppm = 1,126 ppm Ulangan 3 Absorbansi terkoreksi = (1,117 0,004) ppm = 1,113 ppm Ulangan 4 Absorbansi terkoreksi = (1,174 0,004) ppm = 1,170 ppm

6.2.2

Hasil Perhitungan Konsentrasi Asam Amino pada Larutan Sampel Dari tabel 4 hasil pengamatan, maka konsentrasi asam amino pada

larutan sampel dapat ditentukan dengan perhitungan sebagai berikut : Persamaan regresi linear pada larutan blanko dan standar didapatkan persamaan y = a + bx, dimana y = 0,011x 0,006. Ulangan 1

45

y = 0,011x 0,006 1,055 = 0,011x 0,006 0,011x = 1,061 x = 96,4545 ppm Ulangan 2 y = 0,011x 0,006 1,130 = 0,011x 0,006 0,011x = 1,136 x = 103,2727 ppm Ulangan 3 y = 0,011x 0,006 1,117 = 0,011x 0,006 0,011x = 1,123 x = 102,0909 ppm Ulangan 4 y = 0,011x 0,006 1,174 = 0,011x 0,006 0,011x = 1,180 x = 107,2727 ppm 6.2.3 Hasil Perhitungan Konsentrasi Asam Amino Sebenarnya Dari tabel 4 hasil pengamatan, maka konsentrasi asam amino sebenarnya pada larutan sampel dapat ditentukan dengan perhitungan sebagai berikut : Konsentrasi sampel sebenarnya = konsentrasi sampel x faktor pengenceran Faktor pengenceran =

46

Faktor pengenceran = = 2,5 Ulangan 1 Konsentrasi sampel sebenarnya = konsentrasi sampel x faktor pengenceran = 96,4545 ppm x 2,5 = 241,1362 ppm Ulangan 2 Konsentrasi sampel sebenarnya = konsentrasi sampel x faktor pengenceran = 103,2727 ppm x 2,5 = 258,1817 ppm Ulangan 3 Konsentrasi sampel sebenarnya = konsentrasi sampel x faktor pengenceran = 102,0909 ppm x 2,5 = 255,2272 ppm Ulangan 4 Konsentrasi sampel sebenarnya = konsentrasi sampel x faktor pengenceran = 107,2727 ppm x 2,5 = 268,1817 ppm

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan Spektrofotometri merupakan salah satu metode analisis instrumental yang menggunakan dasar interaksi energi dan materi. Spektrofotometri dapat

47

dipakai untuk menentukan konsentrasi suatu larutan melalui intensitas serapan pada panjang gelombang tertentu. Panjang gelombang yang dipakai adalah panjang gelombang maksimum yang memberikan absorbansi maksimum . Salah satu prinsip kerja spektrofotometer didasarkan pada fenomena penyerapan sinar oleh spesi kimia tertentu di daerah ultra violet dan sinar tampak (visible). Pada praktikum ini, fungsi reagen ninhidrin adalah sebagai suatu oksidator sangat kuat yang dapat menyebakan terjadinya dekarboksilasi aksidatif asam -amino untuk menghasilkan suatu aldehid dengan atom karbon kurang asam amino induknya. Senyawa ini merupakan hidrat dari triketon siklik, dan bila bereaksi dengan asam amino menghasilkan zat berwarna ungu. Piridin adalah sejenis cairan tidak berwarna dengan bau tajam. Zat ini dapat digunakan mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan pembunuh hama. Untuk larutan blanko dan larutan standar, dapat disimpulkan bahwa semakin kecil transmitansi larutan, maka semakin besar absorbansinya, keduanya mempunyai hubungan yang berbanding terbalik. Berdasarkan percobaan pada pengukuran absorbansi didapat regresi linear, yaitu y = 0,011x 0,006 dengan nilai R2 = 0,988. Dari hasil percobaan analisa asam amino pada kentang sebanyak 4 kali ulangan didapatkan konsentrasi rata-rata sebesar 255,6817 ppm. Asam amino ini sangat diperlukan untuk tubuh manusia. Manfaat dari asam amino dalam tubuh manusia, antara lain : 1. 2. Penyusun protein, termasuk enzim. Kerangka dasar sejumlah senyawa penting dalam metabolisme (terutama vitamin, hormon, dan asam nukleat).

48

3.

Pengikat ion logam penting yang diperlukan dalam reaksi enzimatik (kofaktor).

7.2 Saran Saran yang dapat diberikan setelah melakukan praktikum tugas akhir adalah kebersihan kuvet harus diperhatikan, karena dapat menyebabkan kesalahan pembacaan transmitansi dan absorbansi pada alat spektrofotometer. Untuk mengetahui kadar asam amino pada bahan makanan, bisa menganalisa bahan-bahan makanan lainnya yang lebih beragam.

DAFTAR PUSTAKA

Harjadi W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT Gramedia. Hart et. al. 2003. Kimia Organik Edisi 7. Suminar A, Penerjemah. Jakarta: Erlangga.

49

Wiryawan Adam, Retnowati Ririni. 2007. Kimia Analitik. Malang: PT. BSE Asam Amino, http://rgmaisyah.wordpress.com/2008/10/31/asam-amino, akses: 5 Mei 2011 Kandungan Gizi Kentang, http://eemoo-esprit.blogspot.com/2010/10/kentangpotato, akses: 5 Mei 2011 Kandungan Tanaman Umbi Kentang di Balik Kelezatan Rasanya.

http://www.anneahira.com/kandungan-kentang, akses: 5 Mei 2011 Kentang Sumber Vitamin C dan Pencegah Hipertensi, http://gizi.net/fullnews.cgi akses: 5 Mei 2011 Kimia : Uji Ninhidrin, http://www.lintasberita.com/Lifestyle/Pendidikan/sifatninhidrin, akses : 10 Mei 2011 Manfaat Kentang Bagi Kesehatan,

http://.sendokgarpu.com/2008/08/manfaat-kentang-bagi -kesehatan, akses: 5 Mei 2011 Pengertian Kentang, http://id.wikipedia.co/wiki/kentang, akses: 5 Mei 2011 Spektrofotometri, http://suharyo07.student.ipb.ac.id/2010/6/20/spektrofotometri, akses: 5 Mei 2011