LAPKAS stroke iskemik an.docx
Transcript of LAPKAS stroke iskemik an.docx
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke sudah dikenal sejak dulu kala, bahkan sebelum zaman hippocrates.
Soranus dari Ephesus di Eropa telah mengamati beberapa faktor yang
mempengaruhi stroke. Hippocrates adalah bapak kedokteran asal Yunani. Ia
mengetahui stroke sejak 2400 tahun silam. Kala itu, belum ada istilah stroke.
Hippocrates menyebutnya dalam bahasa Yunani : apopleksi. Sampai saai ini
stroke masih merupakan salah satu penyakit saraf yang paling banyak menyita
perhatian.
Stroke dapat mengenai semua usia, termasuk anak-anak. Namun sebagian
besar kasus dijumpai pada orang-orang yang berusia diatas 40 tahun. Makin tua
umur, resiko terjangkit stroke semakin besar. Penyakit ini juga tidak mengenal
jenis kelamin.
Stroke adalah penyebab cacat nomor satu dan penyebab kematian didunia.
Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin
penting, dengan dua pertiga stroke sekarang terjadi dinegara-negara yang sedang
berkembang.
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan penelitian laporan ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan
klinik senior Departemen Ilmu Penyakit Saraf RSUP Haji Adam Malik Medan dan
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mahasiswa tentang stroke iskemik.
1
1.3. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan laporan ini adalah sebagai sarana untuk mengetahui
dan mempelajari lebih dalam mengenai stroke iskemik berdasarkan teori dan kasus
yang ada.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1. STATUS NEUROLOGI
IDENTITAS PRIBADI
NAMA : Iriani
JENIS KELAMIN : Perempuan
USIA : 69 Tahun
SUKU BANGSA : Minang/ Indonesia
AGAMA : Islam
ALAMAT : Jl. Hasanuddin LK I
STATUS : Menikah
PEKERJAAN : Wiraswasta
TGL MASUK : 15/02/2015
TGL KELUAR : /0 /2015
ANAMNESA
KELUHAN UTAMA : lemah pada tangan kanan dan kaki kanan
TELAAH :Os datang ke Rumah Sakit Haji Medan dengan
keluhan lemah pada tangan kanan dan kaki kanan. Hal ini mulai dirasakan os sejak 3
hari terakhir ini. Os mengaku lemah pada tangan kanan dan kaki kanannya lemah
tiba-tiba saat os beristirahat. Os tidak ada mual, muntah (-), kejang (-), nyeri kepala
(-).riwayat penyakit DM, jantung, dan stroke sebelumnya di sangkal.
- RPT : Hipertensi dan tidak teratur minum obat
- RPO : -
ANAMNESA TRAKTUS
Traktus Sirkulatorius : Tidak dijumpai kelainan
Traktus Respiratorius : Tidak dijumpai kelainan
3
Traktus Digestivus : Tidak dijumpai kelainan
Traktus Urogenitaslis : Tidak dijumpai kelainan
Penyakit Terdahulu dan Kecelakaan : Hipertensi
Intoksikasi dan obat-obatan : -
ANAMNESA KELUARGA
Faktor Herediter : Tidak dijumpai
Faktor Familier : Tidak dijumpai
Lain-lain : Tidak dijumpai
ANAMNESA SOSIAL
Kelahiran dan Pertumbuhan : Normal dan baik
Imunisasi : Tidak jelas
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Perkawinan dan Anak : Menikah, 2 orang anak
PEMERIKSAAN JASMANI
Pemeriksaan Umun
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 80x/menit
Frekuensi Nafas : 20x/menit
Temperatur : 37o c
Kulit dan Selaput Lendir : Dalam batas normal
Kelenjar dan Getah Bening : Dalam batas normal
Persendian : Dalam batas normal
4
Kepala dan Leher
Bentuk dan Posisi : Bulat dan Medial
Pergerakan : Dalam batas normal
Kelainan Panca Indera : (-)
Rongga Mulut dan Gigi : Dalam batas normal
Kelenjar Parotis : Dalam batas normal
Bruit : (-)
Dan lain-lain : (-)
Rongga Dada dan Abdomen
Rongga Dada Rongga Abdomen
Inspeksi : Simetris Fusiformis Simetris
Perkusi : Stemfremitus ka=ki soepel
Palpasi : Sonor timpani
Auskultasi : Vesikuler (+) Peristaltik (+) normal
Genitalia
Toucher : Tidak dilakukan pemeriksaan
STATUS NEUROLOGI
Sensorium : compos mentis, GCS 15 (E = 4, V=5, M=6)
Kranium
Bentuk : Bulat
Fontanella : Tertutup
Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : tidak dilakukan pemeriksaan
Transluminasi : tidak dilakukan pemeriksaan
5
Perangsangan Meningeal
Kaku Kuduk : (-)
Tanda Kernig : (-)
Tanda Brudzinski I : (-)
Tanda Brudzinski II : (-)
Peningkatan Tekanan Intrakranial
Muntah : (-)
Sakit Kepala :(-)
Kejang :(-)
SARAF OTAK/ NERVUS KRANIALIS
Nervus I Meatus Nasi Dextra Meatus Nasi Sinistra
Normosmia : (+) (+)
Anosmia : (-) (-)
Parosmia : (-) (-)
Hiposmia : (-) (-)
Nervus II Oculi Dextra Oculi Sinistra
Visus : (+) (+)
Lapangan Pandang
Normal : (-) (-)
Menyempit : (-) (-)
Hemianopsia : (-) (-)
Scotoma : (+) (+)
Refleks Ancaman : (+) (+)
6
Fundus Okuli
Warna : Tidak dilakukan pemeriksaan
Batas : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekskavasio : Tidak dilakukan pemeriksaan
Arteri : Tidak dilakukan pemeriksaan
Vena : Tidak dilakukan pemeriksaan
Nervus III, IV, VI Oculi Dextra Oculi Sinistra
Gerakan Bola Mata : (+) (+)
Nistagmus : (-) (-)
Pupil
Lebar : 3 mm 3 mm
Bentuk : Bulat Bulat
Refleks Cahaya Langsung : (+) (+)
Refleks Cahaya Tidak Langsung : (+) (+)
Rima Palpebra : dalam batas normal dalam batas normal
Deviasi Conjugate : (-) (-)
Fenomena Doll’s eyes: Tidak dilakukan pemeriksaan
Strabismus : (-) (-)
Nervus V Kanan Kiri
Motorik
Membuka dan menutup mulut : Dalam batas normal
Palpasi otot masseter dan temporalis : Dalam batas normal
Kekuatan Gigitan : Dalam batas normal
Sensorik
Kulit : Dalam batas normal
Selaput Lendir : Dalam batas normal
7
Refleks Kornea
Langsung : (+) (+)
Tidak Lansung : (+) (+)
Refleks Masseter : (+) (+)
Refleks Bersin : (+) (+)
Nervus VII Kanan Kiri
Motorik
Mimik : sudut mulut tertarik ke kiri
Kerut kening : (-)
Menutup mata : Dalam batas normal
Meniup sekuatnya : (-)
Memperlihatkan gigi : (-)
Tertawa : (-)
Sensorik
Pengecapan 2/3 depan lidah : Dalam batas normal
Produksi kelenjar ludah : Dalam batas normal
Hiperakusis : (-)
Refleks Stapedial : (-)
Nervus VIII Kanan Kiri
Auditorius
Pendengaran : (+) (+)
Test Rinne : Tidak dilakukan pemeriksaan
Test Weber : Tidak dilakukan pemeriksaan
Test Schwabach : Tidak dilakukan pemeriksaan
Vestibularis
8
Nistagmus : (-) (-)
Reaksi Kalori : Tidak dilakukan pemeriksaan
Vertigo : (-) (-)
Tinnitus : (-) (-)
Nervus IX, X
Pallatum Mole : Simetris
Uvula : Medial
Disfagia : (-)
Disartria : (-)
Disfonia : (-)
Refleks Muntah : (-)
Pengecapan 1/3 belakang lidah : (-)
Nervus XI Kanan Kiri
Mengangkat bahu : (-) (-)
Fungsi otot sternocleidomastoideus : Dalam batas normal
Nervus XII
Lidah
Tremor : (-)
Atrofi : (-)
Fasikulasi : (-)
Ujung lidah sewaktu istirahat : tertarik kesebelah kanan
Ujung lidah sewaktu dijulurkan : tertarik kesebelah kanan
SISTEM MOTORIK
Trofi : normotrofi
Tonus otot : normotonus
9
Kekuatan otot :
Ekstremitas Superior Kanan Kiri
Flexi : 1/1/1/1/1 5/5/5/5/5
Ekstensi : 1/1/1/1/1 5/5/5/5/5
Ekstremitas Inferior
Flexi : 1/1/1/1/1 5/5/5/5/5
Ekstensi : 1/1/1/1/1 5/5/5/5/5
Sikap (duduk-berdiri-berbaring) : Duduk
Gerakan spontan abnormal
Tremor : (-)
Khorea : (-)
Ballismus : (-)
Mioklonus : (-)
Atetosis : (-)
Distonia : (-)
Spasme : (-)
Tic : (-)
Dan lain-lain : (-)
TEST SENSIBILITAS
Eksteroseptif : nyeri (+), raba (+), suhu (+)
Propriosepttif : Gerak (+), Posisi (+), Nyeri dalam (+)
Fungsi kortikal untuk sensibilitas
Stereognosis : Dalam batas normal
Pengenalan 2 titik : Dalam batas normal
Grafestesia : Dalam batas normal
REFLEKS
10
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
Biceps : (+) (+)
Triceps : (+) (+)
Radioperiost : (+) (+)
APR : (+) (+)
KPR : (+) (+)
Strumple : (+) (+)
Refleks Patologis Kanan Kiri
Babinski : (-) (-)
Oppenheim : (-) (-)
Chaddock : (-) (-)
Gordon : (-) (-)
Schaefer : (-) (-)
Hofman-Tromner : (-) (-)
Klonus Lutut : (-) (-)
Klonus Kaki : (-) (-)
Refleks Primitif : (-) (-)
KOORDINASI
Lenggang : Tidak dilakukan pemeriksaan
Bicara : Sulit dinilai
Menulis : Tidak dilakukan pemeriksaan
Percobaan Apraksia : Dalam batas normal
Test telunjuk-telunjuk : (+)
Test telunjuk-hidung : (+)
Diadokokinesia : (+)
Test tumit-lutut : (+)
Test Romberg : Tidak dilakukan pemeriksaan
11
VEGETATIF
Vasomotorik : Dalam batas normal
Sudomotorik : Dalam batas normal
Pilo-erektor : Dalam batas normal
Miksi : kateter
Defekasi : Dalam bats normal
Potens dan Libido : Tidak dilakukan pemeriksaan
VERTEBRA
Bentuk
Normal : (+)
Scoliosis : (-)
Hiperlordosis : (-)
Pergerakan
Leher : Dalam batas normal
Pinggang : Dalam batas normal
TANDA PERANGSANGAN RADIKULER
Laseque : (-)
Cross Laseque : (-)
Test Lhermitte : (-)
Test Nafziger : (-)
GEJALA-GEJALA SEREBELAR
Ataksia : (-)
Disartria : (-)
Tremor : (-)
Nistagmus : (-)
12
Fenomena Rebound : (-)
Vertigo : (-)
Dan lain-lain : (-)
GEJALA-GEJALA EKSTRAPIRAMIDAL
Tremor : (-)
Rigiditas : (-)
Bradikinesia : (-)
Dan lain-lain : (-)
FUNGSI LUHUR
Kesadaran kualitatif : COMPOS MENTIS
Ingatan baru : Dalam batas normal
Ingatan lama : Dalam batas normal
Orientasi
Diri : Baik
Tempat : Baik
Waktu : Baik
Situasi : Baik
Intelegensia : Dalam batas normal
Daya pertimbangan : Tidak dilakukan Pemeriksaan
Reaksi emosi : Dalam batas normal
Afasia
Ekspresif : (-)
Represif : (-)
Apraksia : (-)
Agnosia
13
Agnosia visual : (-)
Agnosia jari-jari : (-)
Akalkulia : (-)
Disorientasi ka-ki : (-)
2.2 KESIMPULAN PEMERIKSAAN
KELUHAN UTAMA : lemah pada tangan kanan dan kaki kanan
TELAAH :Os datang ke Rumah Sakit Haji Medan dengan
keluhan lemah pada tangan kanan dan kaki kanan. Hal ini mulai dirasakan os sejak 3
hari terakhir ini. Os mengaku lemah pada tangan kanan dan kaki kanannya lemah
tiba-tiba saat os beristirahat. Os tidak ada mual, muntah (-), kejang (-), nyeri kepala
(-).riwayat penyakit DM, jantung, dan stroke sebelumnya di sangkal.
- RPT : Hipertensi dan tidak teratur minum obat
- RPO : -
Status Presens
Sensorium : Compos Mentis
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 80x/menit
Frekuensi Nafas : 20x/menit
Temperatur : 37oC
Status Neurologis
Tanda Peningkatan TIK
- Nyeri kepala (-)
- Muntah (-)
- Kejang (-)
Tanda Perangsangan Meningeal
- Kaku kuduk (-)
14
- Tanda Kernig (-)
- Tanda Brudzinski I/II (-)
Nervus Kranialis
- N. I : Normosomia
- N. II : RC +/+, pupil bulat isokor, 3mm
- N. III,IV,VI : Gerakan bola mata (+)
- N. V : Buka tutup mulut (-)
- N. VII : Sudut mulut tertarik kekiri
- N. VIII : Pendengaran baik
- N. IX,X : Uvula Medial
- N. XI : Angkat bahu (-)
- N. XII : Lidah sewaktu dijulur tertarik kekanan
Sistem Motorik
- Tonus : Normotonus
- Trofi : Normotrofi
Kekuatan otot : ESD : 1 / 1 / 1 / 1 / 1
1/1/1/1/1 ESS : 5/5/5/5/5
5/5/5/5/5
EID : 1 / 1 / 1 / 1 / 1
1/1/1/1/1 EIS : 5/5/5/5/5
5/5/5/5/5
Refleks Patologis Kanan Kiri
15
Babinski : (-) (-)
Oppenheim : (-) (-)
Chaddock : (-) (-)
Gordon : (-) (-)
Schaefer : (-) (-)
Hofman-Tromner : (-) (-)
Klonus Lutut : (-) (-)
Klonus Kaki : (-) (-)
Refleks Primitif : (-) (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Head CT- SCAN tanggal 10- 2- 2015
Head CT-SCAN tanpa kontras potongan axial :
o Jaringan lunak ekstracalvaria dan os masih memberikan bentuk dan
densitas yang normal
o Sukli kortikalis, fissure Sylvii, dan fissure interhemisfer tampak normal
o Ruang subaracnoid tampak normal
o Sistema ventrikel tampak normal
o Tampak lesi hipondens multiple kecil-kecil di parenkhim cerebri
daerah ganglia basalis bilateral.
o Tidak tampak lesi patologis di parenkim cerebellum dan batang otak
o Sinus paranasal yang terskening tidak tampak kelainan
o Orbita dan rongga retro orbita tidak tampak kelainan
o Mastoid aircell kanan daerah kiri cerah
Kesan :
16
Multiple infark lacuner diganglia basalis bilateral.
CT scan kepala saat ini tidak tampak pendarahan, SOL/neoplasma,
maupun malformasi vaskuler.
Laboratorium tanggal 10 – 2 - 2015
o Darah lengkap :
Hb : 8,9 gr/dl
Eritrosit : 3,1 x 106 mm3
Leukosit : 12.100/ µL
Trombosit : 3245.000 /µL
Hematokrit : 25,4%
o Elektrolit :
Natrium : 137 mEq/L
Kalium : 4,2 mEq/L
Chlorida : 97 mEq/L
o Fungsi Ginjal :
Ureum : 49 mg/dL
Kreatinin : 0,87 mg/dL
o Uric acid : 5,1 mg/dL
o KGD ad random : 378 mg/dl
DIAGNOSA
Diagnosa Fungsional : Afasia motorik + hemiparesis dextra + PN VII UMN
dextra
Diagnosa Anatomis : Ekstremitas superior, inferior dextra
Diagnosa Etiologi : Stroke iskemik
Diagnosa kerja : Suspect Afasia motorik + hemiparesis dextra + PN
VII UMN dextra e.c stroke iskemik
17
PENATALAKSANAAN
Bed rest
IVFD NaCL 20gtt/i
Inj. Ceftiaxon 1 gr/12jam
Inj. Ranitidine 1 amp/12jam
Aspilet 1x80 mg
Neurodex 1x1
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
18
3.1 Stroke Iskemik
3.1.1 Definisi
Stroke adalah tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi
otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau
lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskuler (Sjahrir, 2003).
Stroke iskemik merupakan tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak
yang disebabkan berkurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan
darah dan oksigen di jaringan otak (Sjahrir,2003).
3.1.2 Epidemiologi
Stroke merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Amerika
Serikat dan meskipun rata-rata kejadian stroke menurun, tetapi jumlah penderita
stroke tetap meningkat yang diakibatkan oleh meningkatnya jumlah populasi
tua/meningkatnya harapan hidup. Terdapat beberapa variasi terhadap insidensi dan
outcome stroke di berbagai negara (Ali dkk, 2009; Morris dkk, 2000)
Sampai dengan tahun 2005 dijumpai prevalensi stroke pada laki-laki 2,7% dan
2,5% pada perempuan dengan usia ≥18 tahun. Diantara orang kulit hitam, prevalensi
stroke adalah 3,7% dan 2,2% pada orang kulit putih serta 2,6 % pada orang Asia. (Ali
dkk, 2009; carnethon dkk, 2009)
Diantara Warga Amerika Indian yang berusia 65-74 tahun, insiden
rata-rata/1000 populasi dengan kejadian stroke yang baru dan berulang pertahunnya
adalah 6,1% pada laki-laki dan 6,6% pada perempuan. Rata-rata mortalitas stroke
mengalami perubahan dari tahun 1980 hingga 2005. Penurunan mortalitas stroke pada
19
laki-laki lebih besar daripada perempuan dengan rasio laki-laki dibandingkan dengan
perempuan menurun dari 1,11 menjadi 1,03. Juga dijumpai penurunan mortalitas
stroke pada usia ≥ 65 tahun pada laki-laki dibandingkan perempuan (National Center
for Health Statistics, 2008)
Dari Survey ASNA di 28 RS seluruh Indoneisia, diperoleh gambaran bahwa
penderita laki-laki lebih banyak dari pada perempuan dan profil usia 45 tahun yaitu
11,8%, usia 45-64 tahun berjumlah 54,2% dan diatas usia 65 tahun 33,5%. Data-data
lain dari ASNA Stroke Collaborative Study diperoleh angka kematian sebesar 24,5%
(Misbach dkk, 2007).
3.1.3 Klasifikasi
Dikenal bermacam-macam klasifikasi stroke berdasarkan atas patologi
anatomi (lesi), stadium dan lokasi (sistem pumbuluh darah) (Misbach, 1999).
I. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya:
1. Stroke iskemik
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
b. Trombosis Serebri
c. Emboli Serebri
2. Stroke hemoragik
a. Perdarahan Intraserebral
20
b. Perdarahan Subarakhnoid
II. Berdasarkan stadium
1. TIA
2. Stroke in evolution
3. Completed Stroke
III. Berdasarkan lokasi (sistem pembuluh darah)
1. Tipe Karotis
2. Tipe Vetebrobasiler
3.1.4 Faktor Rasiko
Faktor resiko untuk terjadinya stroke yang pertama dapat diklasifikasikan
berdasarkan pada kemungkinannya untuk dimodifikasi (nonmodifiable, modifiable,
or potentially modifiable) dan bukti yang kuat (well documented or less well
documented) (Goldstein, 2006)
1. Non modifiable risk factors:
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Berat badan lahir rendah
d. Ras/etnik
e. Genetik
2. Modifiable risk factors:
a. Well-documented and modifiable risk factor
21
Hipertensi
Terpapar asap rokok
Diabetes
Atrial fibrillation and certain other cardiac condition
Dislipidemia
Stenosis arteri karotis
Terapi hormon postmenopouse
Poor diet
Physical inactivity
Obesitas dan distribusi lemak tubuh
b. Less well-documented and modifiable risk factor
Sindroma metaboliK
Alcohol abuse
Penggunaan kontrasepsi oral
Sleep disordered-breathing
Nyeri kepala migren
Hiperhomosisteinemia
Peningkatan lipoprotein (a)
Elevated lipoprotein-associated phospholipase
Hypercoagulability
Inflamasi
Infeksi
3.1.5 Patogenesis
Stroke iskemik terjadi akibat obstruksi atau bekuan disatu atau lebih arteri besar pada
sirkulasi serebrum. Obstruksi dapat disebabkan oleh bekuan (trombus) yang terbentuk
22
didalam suatu pembuluh otak atau pembuluh organ distal kemudian bekuan dapat
terlepas pada trombus vaskular distal, atau mungkin terbentuk didalam suatu organ
seperti jantung, dan kemudian dibawa melalui sistem arteri ke otak sebagai suatu
embolus. Pangkal arteria karotis interna (tempat arteria karotis komunis bercabang
menjadi arteria karotis interna dan eksterna) merupakan tempat tersering
terbentuknya arteriosklerosis. Sumbatan aliran di arteria karotis interna sering
merupakan penyebab stroke pada orang berusia lanjut, yang sering mengalami
pembentukan plak arteriosklerosis di pembuluh darah sehingga terjadi penyempitan
atau stenosis.
3.1.6 Diagnosi
a. Anamnesis
Proses anamnesis akan ditemukan kelumpuhan anggota gerak sebelah badan, mulut
mencong atau bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi dengan baik. Keadaan ini
timbul sangat mendadak, dapat sewaktu bangun tidur, sedang bekerja, ataupun
sewaktu istirahat.
b. Pemeriksaan Fisik
Penentuan keadaan kardiovaskular penderita serta fungsi vital seperti tekanan darah
kiri dan kanan, nadi, pernafasan, tentukan juga tingkat kesadaran penderita. Jika
kesadaran menurun, tentukan skor dengan skala koma glasglow agar pemantauan
selanjutnya lebih mudah, tetapi seandainya penderita sadar tentukan berat kerusakan
neurologis yang terjadi, disertai pemeriksaan saraf – saraf otak dan motorik apakah
fungsi komunikasi masih baik atau adakah disfasia. Jika kesadaran menurun dan nilai
skala koma glasglow telah ditentukan, setelah itu lakukan pemeriksaan refleks-refleks
batang otak yaitu :
1. Reaksi pupil terhadap cahaya.
23
2. Refleks kornea.
3. Refleks okulosefalik.
4. Keadaan (refleks) respirasi
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan cek laboratorium, pemeriksaan
neurokardiologi, pemeriksaan radiologi, penjelasanya adalah sebagai berikut :
1. Laboratorium.
a. Pemeriksaan darah rutin.
b. Pemeriksaan kimia darah lengkap.
1. Gula darah sewaktu.
Stroke akut terjadi hiperglikemia reaktif. Gula darah dapat mencapai 250
mg dalam serum dan kemudian berangsur – angsur kembali turun.
2. Kolesterol, ureum, kreatinin, asam urat, fungsi hati, enzim SGOT/SGPT/CPK,
dan profil lipid (trigliserid, LDH-HDL kolesterol serta total lipid).
c. Pemeriksaan hemostasis (darah lengkap).
1. Waktu protrombin.
24
2. Kadar fibrinogen.
3. Viskositas plasma.
d. Pemeriksaan tambahan yang dilakukan atas indikasi Homosistein.
2. Pemeriksaan neurokardiologi
Sebagian kecil penderita stroke terdapat perubahan elektrokardiografi.
Perubahan ini dapat berarti kemungkinan mendapat serangan infark jantung, atau
pada stroke dapat terjadi perubahan – perubahan elektrokardiografi sebagai akibat
perdarahan otak yang menyerupai suatu infark miokard. Pemeriksaan khusus atas
indikasi misalnya CK-MB follow up nya akan memastikan diagnosis. Pada
pemeriksaan EKG dan pemeriksaan fisik mengarah kepada kemungkinan adanya
potensial source of cardiac emboli (PSCE) maka pemeriksaan echocardiografi
terutama transesofagial echocardiografi (TEE) dapat diminta untuk visualisasi
emboli cardial.
3. Pemeriksaan radiologi
a. CT-scan otak
Perdarahan intraserebral dapat terlihat segera dan pemeriksaan ini sangat
penting karena perbedaan manajemen perdarahan otak dan infark otak. Pada
infark otak, pemeriksaan CT-scan otak mungkin tidak memperlihatkan
gambaran jelas jika dikerjakan pada hari-hari pertama, biasanya tampak
setelah 72 jam serangan. Jika ukuran infark cukup besar dan hemisferik.
Perdarahan/infark di batang otak sangat sulit diidentifikasi, oleh karena itu
perlu dilakukan pemeriksaan MRI untuk memastikan proses patologik di
batang otak.
b. Pemeriksaan foto thoraks.
25
1. Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran
ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada
penderita stroke dan adakah kelainan lain pada jantung.
2. Dapat mengidentifikasi kelainan paru yang potensial mempengaruhi
proses manajemen dan memperburuk prognosis.
3.1.7 Penatalaksanaan
Target managemen stroke iskemik untuk menstabilkan pasien dan
menyelesaikan evaluasi dan pemeriksaan termasuk diantaranya pencitraan dan
pemeriksaan laboratorium dalam jangka waktu 60 menit setelah pasien tiba.
Keputusan penting pada managemen akut ini mencakup perlu tidaknya intubasi,
pengontrolan tekanan darah, dan menentukan resiko atau keuntungan dari pemberian
terapi trombolitik.
Penatalaksanaan umum
1. Pertahankan saluran nafas yang baik.
2. Pertahankan tekanan darah yang cukup, untuk itu evaluasi fungsi jantung dan
organ vital lainnya.
3. Pertahankan milieu intern, yaitu kualitas darah cairan dan elektrolit, protein
darah, dan keseimbangan asam basa yang baik.
4. Kosongkan bledder dan rectum.
5. Hindarkan berlangsungnya febris, dan pemakaian glukosa dalam nutrisi
parenteral.
Pengobatan stroke iskemik
Apabila sasaran dari terapi stroke akut adalah daerah inti dari iskemi yaitu
daerah dimana neuron mengalami kekurangan oksigen dan dapat mati, maka
26
hanya terapi yang cepat dan efektif yang dapat mengembalikan sumbatan aliran
darah dan meningkatkan aliran sebelum sel mengalami rusak yang irreversibel.
1. Memberi aliran darah kembali pada bagian otak tersebut :
a. Membuka sumbatan
Trombolisis dengan streptokinase atau urikinase, keduanya merubah
sirkulasi plasminogen menjadi plasmin. Jadi timbul systemic lytic state,
serta dapat menimbulkan bahaya infark hemoragik Fibrinolisis local
dengan tissue plasminogen activator, disini hanya terjadi fibrinolisis yang
amat singkat.
b. Menghilangkan vasokonstriksi
Calcium channel blocker, agar diberikan dalam 3 jam pertama dan belum
ada edema otak (GCS>12)
c. Mengurangi viskositas darah
Hemodilusi, mengubah hemoreologi darah : pentoxyfilin
d. Menambah pengiriman oksegen
Perflorocarbon, oksigen hiperbarik.
e. Mengurangi edema : Manitol
2. Mencegah kerusakan sel yang iskemik
a. Mengurangi kebutuhan oksegen
b. Menghambat pelepasan glutamat, dengan merangsang reseptor adenosine
dari neuron. Mengurangi produksi glutamite dengan methionin.
c. Mengurangi akibat glutamite NMDA blocker pada iskemia regional
AMPA locker pada iskemia global yang sering disertai asidosis.
3. Memulihkan sel yang masih baik
Metabolik activator seperti citicholin, piracetam, piritinol bekerja dalam
bidang ini.
4. Menghilangkan sedapat mungkin semua faktor resiko yang ada.
27
5. Pengobatan penyebab stroke
Kalau terbentuk trombus pada aliran darah cepat, dan trombus ini melewati
permukaan kasar seperti plaque arteria maka akan terbentuk white clot
(gumpalan platelet dengan fibrin). Obat yang bermanfaat adalah trombolitik
dan antiplatelet atau anti agregasi platelet untuk mengurangi daya perlekatan
dari fibrin. Bila kemudian hal ini diikuti oleh stenosis dan perlambatan aliran
darah yang progresif, maka terapi adalah antikoagulan (wafarin, heparin)
sampai penyebab dapat dihilangkan atau sampai buntu total dan aliran darah
hanya dari kolateral saja baru antigulan dihentikan dan diganti dengan
antiplatelet atau antiagregasi trombosit. Terapi neuroprotektif diharapkan
dapat meningkatkan ketahanan neuron yang iskemikdan sel-sel glia disekitar
inti iskemik dengan memperbaiki fungsi sel yang terganggu akibat oklusi dan
referpusi.
BAB IV
PEMBAHASAN
28
Pada kasus ini, Os hanya mengeluhkan kebas dan perasaan panas sebelah
tubuhnya, dan os tidak mengeluhkan kelemahan otot, dan pada pemeriksaan juga
didapatkan dengan hasil dalam batas normal.
Stroke lakunar adalah stroke iskemik yang diakibatkan oleh adanya oklusi
salah satu cabang arteri penetrasi yang mensuplai darah ke struktur bagian dalam
otak.
Fisher mengajukan 5 sindrom klasik lacunar yaitu : pure motor
stroke/hemiparesis, ataxic hemiparesis, dysarthria clumsy hand syndrome, pure
sensory stroke, dan mixed sensorimotor stroke. Deteksi syndrome stroke lacunar
penting karena berkaitan dengan prognosis klinisnya.
Pure Motor Strok/Hemiparesis Murni
Pure motor stroke/hemiparesis merupakan sindrom lacunar yang paling sering
ditemukan (33-50%). Kelainan yang terjadi dapat disebabkan oleh oklusi arteri
karotis interna atau arteri serebri media, subdural hematoma atau masa intraserebral.
Infark lacunar biasanya terjadi pada posterior limb capsula interna atau basis pontis.
Sindrom ini terdiri dari hemiparesis atau hemiplegia pada wajah, lengan dan tungkai
sesisi yang bersifat kontralateral. Dapat ditemukan disartri, disfagia dan gejala
sensorik transien yaitu pasien merasakan kram-kram, perasaan berat, geli atau dingin
pada tungkai, sedangkan pada pemeriksaan tidak ditemukan deficit sensorik. Tidk
terdapat gangguan dungsi sensorik, visual dan bahasa.
Ataxic Hemiparesis
29
Ataxic hemiparesis adalah sindrom lacunar tersering yang kedua. Lokasi lacunar
terserinng yaitu pada kornu posterior kapsula intera, basis pontis, dan corona radiate.
Sindrom ini adalah kombinasi dari gejala serebellar dan motoric, meliputi kelemahan
dan kram-kram pada sisi tubuh ipsilateral terutama mengenai kaki. Tungkai lebih
dulu terkena dari pada lengan. Dikenal juga sebagai “homolateral ataxia and cural
paresis”. Onset terjadi selama beberapa jam atau hari. Kombinasi gejala
pyramidal(seperti hemiparesis, hiperrefleks, dan tanda Babinski) dan ataksia serebelar
pada sisi tubuh yang sama.
Dysarthria/Clumsy Hand Syndrome
Dysarthria/clumsy hand syndrome dianggap sebagai variasi dari ataxic hemiparesis.
Lokasi infark lacunar yaitu pada basis pontis atau kapsula interna. Gejala utama
adalah disartria dan kelemahan lengan yang terjadi pada saat pasien menulis. Gejala
lain berupa kelemahan wajah unilateral, disfagia, disartri, lidah deviasi ke sisi
kelemahan wajah, hemiparesis ipsilateral, ataksia lengan/gangguan koordinasi lengan
pada sisi yang sama dengan kelemahan wajah, hiperrefleks ipsilateral dan tanda
Babinski.
Pure Sensorik Stroke
Infark lacunar pada sindrom lacunar jenis ini biasanya terjadi di ventral thalamus.
Gejala terdiri dari hemihipestesi atau mati rasa atau parestesi yang persisten atau
transien pada salah satu sisi tubuh (wajah, lengan, tungkai, dan trunkus) akibat dari
infark lacunar pada thalamus kontrlateral. Pasien mengeluh rasa sakit atau terbakar,
atau sensasi tidak menyenangkan lainnya. Terjadi kehilangan sensorik unilateral dan
tidak ditemukan kelemahan pada pemeriksaan.
Mixed Sensorimotor Stroke
30
Infark lacunar pada mixed sensorimotor stroke biasanya di thalamus dan kornu
posterior kapsula interna. Tipe ini adalah kombinasi antara deficit sensorik dan deficit
motoric. Gejala berupa hemiparesis atau hemiplegia dengan deficit sensorik
unilateral, deficit sensorik lebih dahulu muncul dibandingkan deficit motoric.
Berdasarkan teori diatas, os mengalami stroke lakunar termasuk dalam sindrom Pure
Sensorik Stroke di dukung dengan pemeriksaan CT-SCAN yang menunjukkan bahwa
terdapat lesi hipondens multiple kecil-kecil di parenkim cerebri daerag ganglia basalis
bilateral.
BAB V
KESIMPULAN
31
Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologi
yang utama di Indonesia. Pada stroke, terjadi hipoksis serebrum yang menyebabkan
cederan dan kematian sel-sel neuron. Vaskularisasi otak secara anatomis terbagi atas
vaskularisasi ekstrakranial dan intrakranial. Arteri ekstrakranial yaitu arteri karotis
interna, arteri vertebralis, dan arteri basilaris. Sedangkan arteri intrakranial yaitu arteri
serebri interior, arteri serebri media dan arteri serebri posterior. Masing-masing arteri
memvaskularisasi kawasan-kawasan tertentu diotak. Sehingga apabila terjadi oklusi
atau stenosis pada arteri-arteri tersebut maka menimbulkan manifestasi klinis yang
sesuai dengan kawasan otak yang divaskularisasi.
Diagnosisi stroke didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Pengobatan stroke dibagi atas pengobatan umum dan
pengobatan spesifik. Pengobatan spesifik adalah pengobatan terhadap stroke iskemik.
Pada kasus ini, os mengalami stroke iskemik yang infrak lakunar, dimana
dijumpai gambaran klinis berdasarkan sindrom lakunar, dan berdasarkan pemeriksaan
CT-SCAN di jumpai multiple infrak lacuner di ganglia basalis bilateral.
32