Lapkas Panjang

44
BAB I PENDAHULUAN Lamanya masa gestasi atau umur kehamilan dan berat lahir merupakan indikator penting bagi kesehatan bayi baru lahir. Menurut masa gestasi, bayi baru lahir dapat diklasifikasikan sebagai Bayi Kurang Bulan (BKB) masa gestasi < 37 minggu, Bayi Cukup Bulan (BCB) masa gestasi 37 sampai 42 minggu, dan Bayi Lebih Bulan (BLB) masa gestasi > 42 minggu. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam waktu 1 jam. Hubungan antara umur kehamilan dengan berat lahir mencerminkan kecukupan pertumbuhan intrauterin. Penentuan hubungan ini akan mempermudah antisipasi morbiditas dan mortalitas selanjutnya. Menurut hubungan tersebut berat bayi baru lahir dapat dikelompokkan menjadi Sesuai Masa Kehamilan (SMK), Kecil Masa Kehamilan (KMK), dan Besar Masa Kehamilan (BMK). Bayi sesuai masa kehamilan (SMK) adalah bayi yang lahir dengan berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan, yaitu berat badan 1

Transcript of Lapkas Panjang

Page 1: Lapkas Panjang

BAB I

PENDAHULUAN

Lamanya masa gestasi atau umur kehamilan dan berat lahir merupakan indikator

penting bagi kesehatan bayi baru lahir. Menurut masa gestasi, bayi baru lahir

dapat diklasifikasikan sebagai Bayi Kurang Bulan (BKB) masa gestasi < 37

minggu, Bayi Cukup Bulan (BCB) masa gestasi 37 sampai 42 minggu, dan Bayi

Lebih Bulan (BLB) masa gestasi > 42 minggu. Berat lahir adalah berat bayi yang

ditimbang dalam waktu 1 jam. Hubungan antara umur kehamilan dengan berat

lahir mencerminkan kecukupan pertumbuhan intrauterin. Penentuan hubungan ini

akan mempermudah antisipasi morbiditas dan mortalitas selanjutnya. Menurut

hubungan tersebut berat bayi baru lahir dapat dikelompokkan menjadi Sesuai

Masa Kehamilan (SMK), Kecil Masa Kehamilan (KMK), dan Besar Masa

Kehamilan (BMK). Bayi sesuai masa kehamilan (SMK) adalah bayi yang lahir

dengan berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan, yaitu berat

badan terletak antara persentil 10 dan ke 90 dalam grafik lubchenco.1,2

Pneumonia neonatal adalah infeksi pernapasan serius yang disebabkan

oleh beragam mikroorganisme, terutama bakteri, dengan tingkat mortalitas dan

morbiditas yamg sangat tinggi. Pneumonia neonatal terjadi intrauterin yang

disebabkan karena aspirasi cairan amnion. Pneumonia neonatal dapat

menyebabkan keadaan gawat napas. Suatu gawat napas adalah istilah yang

digunakan untuk disfungsi pernapasan pada neonatus. Gawat napas pada neonatus

ditandai dengan gejala seperti takipnue (laju pernapasan > 60 x/menit), retraksi

1

Page 2: Lapkas Panjang

interkostal, epigastrium dan suprasternal, merintih pada saat inspirasi, napas

cuping hidung, sianosis dan apnu.3-7

Berdasarkan data yang dilaporkan WHO tahun 2006, pneumonia

merupakan penyebab kematian bayi tertinggi pada anak usia dibawah 5 tahun.11

Setiap tahun terjadi kematian pada anak di seluruh dunia sekitar 10,8 juta

kematian. 3,9 juta diantaranya terjadi pada neonatus dan 96 % terjadi di negara

berkembang. Penyebab terbanyak kematian pada neonatus dengan gawat napas

adalah pneumonia, yaitu sekitar 750.000 – 1.200.000 atau 10% dari seluruh

kejadian mortalitas anak di dunia.6,8

Sepsis neonatorum adalah infeksi aliran darah yang bersifat invasif dan

ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah, cairan

susmsum tulang atau air kemih. Sekitar 1,6 juta kematian bayi baru lahir

disebabkan oleh infeksi neonatal dimana 99% berasal dari Negara berkembang.

20-50% infeksi neonatal disebabkan oleh bakteri gram negatif dan

enterococcus.9,10,11

Berikut akan dilaporkan sebuah kasus Pneumonia Neonatal pada bayi

Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan di Bagian Neonatal Intensive Care Unit

(NICU) BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tahun 2013.

2

Page 3: Lapkas Panjang

BAB II

LAPORAN KASUS

II.1 IDENTITAS BAYI

Nama Bayi : By. BM

Jenis kelamin : Laki-laki

Tanggal lahir / Umur : 29 November 2013 / 0 hari

Tempat lahir : BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

Berat / Panjang lahir : 3100 gram / 50 cm

Kebangsaan : Indonesia

Suku bangsa : Sanger

Proses kelahiran : Sectio Cesarea a.i Gawat janin + Oligohidramnion

Agama : Kristen Protestan

Dibantu oleh : Dokter

IDENTITAS ORANG TUA

Nama ibu : Ny. YM

Umur : 38 tahun

Pekerjaan ibu : Swasta

Pendidikan ibu : SMA

Alamat : Watutumou II

Nama ayah : Tn. AB

Umur : 39 tahun

Pekerjaan ayah : Swasta

Pendidikan ayah : SMA

Alamat : Watutumou II

3

Page 4: Lapkas Panjang

II.3 PEMERIKSAAN NEONATI I

Keadaan Umum : aktif (+) menurun, refleks (+) menurun

APGAR score : 3-5-7

Berat Badan : 3100 gram

Panjang Badan : 50 cm

Tanda vital : HR: 156 x/menit, RR: 82 x/menit, SB: 36,6°C

Kepala : Conjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada

Hidung : Bentuk normal, sekret tidak ada

Pernapasan cuping hidung ada

Telinga : Tidak ada kelainan

Mulut : Sianosis tidak ada

Dada : Simetris kanan sama dengan kiri, ada retraksi subcostae

Jantung : Bising tidak ada

Paru-paru : Suara pernapasan bronkovesikuler kasar, ronkhi tidak ada,

whezeng tidak ada

Abdomen : Datar, lemas, bising usus (+) normal

Hepar dan lien tidak teraba membesar

Tali pusat kehijauan

Ekstremitas : Akral hangat, CRT ≤ 3”

Genitalia : Laki-laki, normal, skrotum ada, rugae ada

Panjang penis 2 cm, testis +/+

Anus : Lubang ada

4

Page 5: Lapkas Panjang

II.4 PEMERIKSAAN NEONATI II

Bentuk kepala : Normosefal

Turgor : Kembali cepat

Tonus : Eutoni

Dispnoe : Ada

Takipnue : Tidak ada

Ikterus : Tidak ada

Sianosis : Tidak ada

Kepala : Caput tidak ada

Rambut : Tidak ada kelainan

Mata : Tidak ada kelainan

Telinga : Tidak ada kelainan

Hidung : Pernapasan cuping hidung tidak ada

Mulut : Tidak ada kelainan

Tenggorokan : Tidak ada kelainan

Tonsil : Tidak ada kelainan

Lidah : Tidak ada kelainan

Gigi : Tidak ada

Leher : Pembesaran KGB tidak ada

Kulit : Tidak ada kelainan

Genitalia : Laki-laki, normal, skrotum ada, rugae ada

Panjang penis 2 cm, testis +/+

Kesadaran : Sadar dan tidak aktif

Gizi : Cukup

5

Page 6: Lapkas Panjang

Bentuk thoraks : Simetris, ada retraksi subcostae

Pergerakan paru-paru : Simetris

Inspeksi : Retraksi ada subcostae

Perkusi : Sonor / sonor

Auskultasi : Suara pernapasan bronkovesikular +/+

Ronkhi : Tidak ada

Wheezing : Tidak ada

Jantung : Bising tidak ada

Abdomen : Datar, lemas, bising usus (+) normal

Limpa : Tidak teraba

Hepar : Tidak teraba

Umbilikus : Tali pusat kehijauan

Kelenjar-kelenjar :

Leher : Tidak ada pembesaran

Submandibula : Tidak ada pembesaran

Aksila : Tidak ada pembesaran

Selangkangan : Tidak ada pembesaran

Ekstremitas : Tidak ada kelainan

Anus : Lubang ada

Lingkar kepala : 34 cm

Lingkar dada : 34 cm

Lingkar perut : 30 cm

Panjang lengan : 14 cm

Panjang kaki : 23 cm

6

Page 7: Lapkas Panjang

Lingkar lengan atas : 10 cm

Jarak kepala SIAS : 24 cm

Jarak SIAS kaki : 26 cm

Refleks : Refleks Moro (+)

Refleks Grasping (+)

Refleks Rooting (+)

11.5 RESUME MASUK

Telah lahir bayi ♂ pada tanggal 29 November 2013 jam 19.00 WITA secara

sectio caesarea atas indikasi atas indikasi gawat napas + oligohidramnion dengan

berat badan lahir 3100 gram, panjang badan 50 cm, APGAR Score 3-5-7.

Lahir dari ibu G3P2A0, 36 tahun, hamil 40-41 minggu.

Faktor risiko sepsis: - ketuban hijau, kental, dan berbau

- keputihan yang tidak diobati

- APGAR score rendah

KU : aktif (+) ↓, refleks (+) ↓

HR 160 x/m R 82 x/m Sb 36,6°C

Kepala : Conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, PCH (+)

Bibir : sianosis (-)

Thoraks : Simetris, retraksi (+) SC

Cor : bising (-)

Pulmo : Sp. Bronkovesikular, rh -/-, wh -/-

7

Page 8: Lapkas Panjang

Abdomen : Datar, lemas, BU (+) N, tali pusat kehijauan

H/L ttb

Ekstremitas : akral hangat, CRT ≤ 3”

Kulit : Sawo matang

Genitalia : ♂, normal, skrotum (+), rugae (+)

Panjang penis 2 cm, testis +/+

Anus : lubang (+)

Skor Downess Pasien:

RR : 2

Retraksi : 1

Sianosis : 0

Air Entry : 0

Merintih : 1

Total Skor : 4

Diagnosis : BCB SMK + gawat napas sedang e.c suspek pneumonia neonatal +

suspek sepsis

Terapi :

- Berikan kehangatan

- Posisikan kepala

- Bersihkan jalan napas

- Rangsang taktil

- Keringkan tubuh

8

Page 9: Lapkas Panjang

- Rawat tali pusat

- Injeksi vitamin K 1 mg (IM)

- Chloramphenicol ED 1 gtt ODS

- O2 (HB) 5 – 7 l/menit

- IVFD D10% (60cc/kg/hari) 7 – 8 gtt/m

- Injeksi amoxycillin 2 x 150 mg IV

- Injeksi gentamisin 15 mg / 36 jam IV

- Oral stop sementara

- GDS / 24 jam

Anjuran pemeriksaan :

- DL, CRP, Kultur darah, GDS

- Foto thoraks

Hasil Pemeriksaan Darah Tanggal 29 November 2013 :

- Leukosit : 18.100/mm3

- Eritrosit : 5,32 x 106/mm3

- Hemoglobin : 17,3 g/dL

- Hematokrit : 51,6 %

- Trombosit : 227.000 mm3

- CRP negatif (-)

9

Page 10: Lapkas Panjang

11.6 FOLLOW UP

30 NOVEMBER 2013

S : demam(-), sesak (+), napas cepat (+)

O : KU aktif (+) ↓, refleks (+) ↓

HR 158 x/m RR 68 x/m Sb 36.5°C

SSP : pupil bulat isokor, Ø 3mm-3mm, refleks cahaya +/+

CV : akral hangat, CRT ≤ 3”, sianosis (-)

bising (-)

RT : simetris, retraksi (+) sc

Suara pernapasan bronkovesikuler, rh -/-, wh -/-

GIT : datar, lemas, BU (+) normal

hepar tidak teraba, lien tidak teraba, tali pusat terawat

Hemato : conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

A : BCB SMK + suspek pneumonia neonatal + suspek sepsis

P : O2 (Head box) 6-8 L/mnt

IVFD D10% 231 cc 10-11 gtt/menit Ca Glukonas 16 cc

injeksi Ceftazidime 2 x 150 mg IV (1)

injeksi Amikacin 2 x 25 mg IV (1)

oral stop sementara

Pro : GDS/24 jam

kultur darah

foto thorax

10

Page 11: Lapkas Panjang

1 DESEMBER 2013

S : demam(-), napas cepat (+), sesak (+)

O : KU aktif (+) ↓, refleks (+) ↓

HR 164 x/m RR 74 x/m Sb 36.5°C

SSP : pupil bulat isokor, Ø 3mm-3mm, refleks cahaya +/+

CV : akral hangat, CRT ≤ 3”, sianosis (-)

bising (-)

RT : simetris, retraksi (+) sc

suara pernapasan bronkovesikuler, rh -/-, wh -/-

GIT : datar, lemas, BU (+) normal

hepar tidak teraba, lien tidak teraba, tali pusat terawat

Hemato : conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

A : BCB SMK + suspek pneumonia neonatal + suspek sepsis

P : O2 (Head box) 6-8 l/mnt

IVFD D 5% 177 cc

D 10% 67 cc

NaCl 3% 16 cc 13-14 gtt/menit

KCl 6 cc

AS 6% 53 cc

Ca-glukonas 12 cc

injeksi Ceftazidime 2 x 150 mg IV (2)

injeksi Amikacin 2 x 25 mg IV (2)

oral stop sementara

11

Page 12: Lapkas Panjang

Pro : GDS/24 jam

kultur darah

foto thorax

2 DESEMBER 2013

S : demam(-), napas cepat (+), sesak (+)

O : KU aktif (+) ↓, refleks (+) ↓

HR 152 x /m R 60 x /m Sb 36.6°C

SSP : pupil bulat isokor, Ø 3mm-3mm, refleks cahaya +/+

CV : akral hangat, CRT ≤ 3”, sianosis (-)

bising (-)

RT : simetris, retraksi (+) sc

suara pernapasan broncovesikuler, rh -/-, wh -/-

GIT : datar, lemas, BU (+) Normal

hepar tidak teraba, lien tidak teraba, tali pusat terawat

Hemato : conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

A : BCB SMK + suspek pneumonia neonatal + suspek sepsis

P : O2 (Head box) 6-8 l/mnt

IVFD D 5% 177 cc

D 10% 67 cc

NaCl 3% 16 cc 13-14 gtt/menit

KCl 6 cc

AS 6% 53 cc

Ca-glukonas 12 cc

12

Page 13: Lapkas Panjang

injeksi Ceftazidime 2 x 150 mg IV (3)

injeksi Amikacin 2 x 25 mg IV (3)

tropik feeding 12 x 1 cc

Pro : GDS/24 jam

kultur darah

foto thorax

3 DESEMBER 2013

S : demam(-), napas cepat (+), sesak (+)

O : KU aktif (+) ↓, refleks (+) ↓

HR 154 x /m R 64 x /m Sb 36.6°C

SSP : pupil bulat isokor, Ø 3mm-3mm, refleks cahaya +/+

CV : akral hangat, CRT ≤ 3”, sianosis (-)

bising (-)

RT : simetris, retraksi (+) sc minimal

suara pernapasan broncovesikuler, rh -/-, wh -/-

GIT : datar, lemas, BU (+) Normal

hepar tidak teraba, lien tidak teraba, tali pusat terawat

Hemato : conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

A : BCB SMK + suspek pneumonia neonatal + suspek sepsis

P : O2 (Head box) 6-8 l/mnt

injeksi Ceftazidime 2 x 150 mg IV (4)

injeksi Amikacin 2 x 25 mg IV (4)

susu 12 x 20 cc (kebutuhan 80cc/kgBB/hari)

13

Page 14: Lapkas Panjang

IVFD D 5% 217 cc

D 10% 54 cc

NaCl 3% 12 cc 13-14 gtt/menit

KCl 12 cc

AS 6% 50 cc

Ca-glukonas 15 cc

Pro : GDS/24 jam

kultur darah

foto thorax

4 DESEMBER 2013

S : demam(-), napas cepat (+), sesak (+)

O : KU aktif (+) ↓, refleks (+) ↓

HR 148 x /m R 62x /m Sb 37°C

SSP : pupil bulat isokor, Ø 3mm-3mm, refleks cahaya +/+

CV : akral hangat, CRT ≤ 3”, sianosis (-)

bising (-)

RT : simetris, retraksi (-)

suara pernapasan broncovesikuler, rh -/-, wh -/-

GIT : datar, lemas, BU (+) Normal

hepar tidak teraba, lien tidak teraba, tali pusat terawat

Hemato : conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

A : BCB SMK + suspek pneumonia neonatal + suspek sepsis

P : O2 (Head box) 5-7 l/mnt

14

Page 15: Lapkas Panjang

injeksi Ceftazidime 2 x 150 mg IV (5)

injeksi Amikacin 2 x 25 mg IV (5)

IVFD D 5%s 217 cc

D 10% 54 cc

NaCl 3% 12 cc 6-7 gtt/menit

KCl 12 cc

AS 6% 50 cc

Ca-glukonas 15 cc

susu 12 x 20 cc (kebutuhan 80cc/kgBB/hari)

jika RR > 80 x/menit,

oral aff sementara

Pro : foto thorax

kultur darah

5 DESEMBER 2013

S : demam(-), napas cepat (+), sesak (+), intake baik

O : KU aktif (+), refleks (+)

HR 144 x /m R 60 x /m Sb 36.6°C

SSP : pupil bulat isokor, Ø 3mm-3mm, refleks cahaya +/+

CV : akral hangat, CRT ≤ 3”, sianosis (-)

bising (-)

RT : simetris, retraksi (-)

suara pernapasan broncovesikuler, rh -/-, wh -/-

GIT : datar, lemas, BU (+) Normal

15

Page 16: Lapkas Panjang

hepar tidak teraba, lien tidak teraba, tali pusat terawat

Hemato : conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

A : BCB SMK + pneumonia neonatal + suspek sepsis

P : injeksi Ceftazidime 2 x 150 mg IV (6)

injeksi Amikacin 2 x 25 mg IV (6)

susu 8 x 38-39 cc (kebutuhan 100cc/kgBB/hari)

IVFD D 5%s 217 cc

D 10% 54 cc

NaCl 3% 12 cc 6-7 gtt/menit

KCl 12 cc

AS 6% 50 cc

Ca-glukonas 15 cc

Pro : kultur darah

Hasil foto thoraks tanggal 5 Desember 2013 : Gambaran patchy infiltrate sampai

konsolidasi dengan air bronchogram.

6 DESEMBER 2013

S : demam(-), napas cepat (-), sesak (-)

O : KU aktif (+) ↓, refleks (+) ↓

HR 148 x /m R 58 x /m Sb 36.6°C

SSP : pupil bulat isokor, Ø 3mm-3mm, refleks cahaya +/+

CV : akral hangat, CRT ≤ 3”, sianosis (-)

bising (-)

RT : simetris, retraksi (-)

16

Page 17: Lapkas Panjang

Suara pernapasan broncovesikuler, rh -/-, wh -/-

GIT : datar, lemas, BU (+) Normal

hepar tidak teraba, lien tidak teraba, tali pusat terawat

Hemato : conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

A : BCB SMK + pneumonia neonatal

P : O2 (Head box) 5-7 L/mnt

IVFD D 5%s 217 cc

D 10% 54 cc

NaCl 3% 12 cc 6-7 gtt/menit

KCl 12 cc

AS 6% 50 cc

Ca-glukonas 15 cc

injeksi Ceftazidime 2 x 150 mg IV (7)

injeksi Amikacin 2 x 25 mg IV (7)

susu 8 x 38-39 cc (kebutuhan 100cc/kgBB/hari)

oral aff sementara

cek retensi

Hasil kultur darah negatif (-)

7 DESEMBER 2013

S : demam(-), napas cepat (-), sesak (-)

O : KU aktif (+) ↓, refleks (+) ↓

HR 144 x /m R 54 x /m Sb 37,1°C

SSP : pupil bulat isokor, Ø 3mm-3mm, refleks cahaya +/+

17

Page 18: Lapkas Panjang

CV : akral hangat, CRT ≤ 3”, sianosis (-)

bising (-)

RT : simetris, retraksi (-)

Suara pernapasan broncovesikuler, rh -/-, wh -/-

GIT : datar, lemas, BU (+) Normal

hepar tidak teraba, lien tidak teraba, tali pusat terawat

Hemato : conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

A : BCB SMK + pneumonia neonatal

P : O2 (Head box) 5-7 L/mnt

IVFD D 5%s 217 cc

D 10% 54 cc

NaCl 3% 12 cc 4-5 gtt/menit

KCl 12 cc

AS 6% 50 cc

Ca-glukonas 15 cc

injeksi Ceftazidime 2 x 150 mg IV (8)

injeksi Amikacin 2 x 25 mg IV (8)

susu 8 x 38-39 cc (kebutuhan 120cc/kgBB/hari)

cek retensi

jika RR > 80 x/menit oral aff

8 DESEMBER 2013

S : demam(-), napas cepat (-), sesak (-)

O : KU aktif (+) ↓, refleks (+) ↓

18

Page 19: Lapkas Panjang

HR 140 x /m R 54 x /m Sb 37,3C

SSP : pupil bulat isokor, Ø 3mm-3mm, refleks cahaya +/+

CV : akral hangat, CRT ≤ 3”, sianosis (-)

bising (-)

RT : simetris, retraksi (-)

Suara pernapasan broncovesikuler, rh -/-, wh -/-

GIT : datar, lemas, BU (+) Normal

hepar tidak teraba, lien tidak teraba, tali pusat terawat

Hemato : conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

A : BCB SMK + pneumonia neonatal

P : O2 (Head box) 5-7 L/mnt

injeksi Ceftazidime 2 x 150 mg IV (9)

injeksi Amikacin 2 x 25 mg IV (9)

susu 8 x 38-39 cc (kebutuhan 140cc/kgBB/hari)

IVFD aff ganti INT

9 DESEMBER 2013

S : demam(-), napas cepat (-), sesak (-)

O : KU aktif (+) ↓, refleks (+) ↓

HR 138 x /m R 50 x /m Sb 36,7°C

SSP : pupil bulat isokor, Ø 3mm-3mm, refleks cahaya +/+

CV : akral hangat, CRT ≤ 3”, sianosis (-)

bising (-)

RT : simetris, retraksi (-)

19

Page 20: Lapkas Panjang

Suara pernapasan broncovesikuler, rh -/-, wh -/-

GIT : datar, lemas, BU (+) Normal

hepar tidak teraba, lien tidak teraba, tali pusat terawat

Hemato : conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

A : BCB SMK + pneumonia neonatal

P : O2 (k/p)

injeksi Ceftazidime 2 x 150 mg IV (10)

injeksi Amikacin 2 x 25 mg IV (10)

susu 8 x 38-39 cc (kebutuhan 140cc/kgBB/hari)

10 DESEMBER 2013

S : demam(-), napas cepat (-), sesak (-)

O : KU aktif (+) ↓, refleks (+) ↓

HR 136 x /m R 46 x /m Sb 36,8°C

SSP : pupil bulat isokor, Ø 3mm-3mm, refleks cahaya +/+

CV : akral hangat, CRT ≤ 3”, sianosis (-)

bising (-)

RT : simetris, retraksi (-)

Suara pernapasan broncovesikuler, rh -/-, wh -/-

GIT : datar, lemas, BU (+) Normal

hepar tidak teraba, lien tidak teraba, tali pusat terawat

Hemato : conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

A : BCB SMK + pneumonia neonatal

P : O2 ( k/p)

20

Page 21: Lapkas Panjang

injeksi Ceftazidime 2 x 150 mg IV (11)

injeksi Amikacin 2 x 25 mg IV (11)

ASI/PASI on demand

Pro : Rencana rawat jalan

21

Page 22: Lapkas Panjang

BAB III

DISKUSI

Pasien merupakan bayi laki-laki cukup bulan, lahir pada tanggal 29 November

2013 jam 19.00 WITA secara sectio caesarea atas indikasi gawat napas +

oligohidramnion dari ibu G3P2A0, 36 tahun, hamil 40-41 minggu. Pada

pemeriksaan fisik, didapatkan berat badan lahir 3100 gram, panjang badan lahir

50 cm dan apgar skor 3-5-7. Adapun faktor risiko sepsis dari pasien ini, yaitu

ketuban hijau, kental, dan berbau, keputihan yang tidak diobati serta apgar skor

rendah.

Menurut masa gestasi atau umur kehamilan pasien termasuk dalam

kelompok bayi cukup bulan (masa gestasi 37-42 minggu). Berdasarkan kurva

Lubchenco, berat badan pasien berada diantara persentil ke-10 dan ke-90,

sehingga bayi digolongkan sebagai berat badan bayi sesuai masa kehamilan

(SMK) atau appropiate-for-gestasional-age (SGA).1

Pneumonia neonatal dihubungkan dengan pecahnya ketuban yang

berlangsung lama, air ketuban yang keruh dan berbau, serta asfiksia janin.

Prematuritas serta berat badan lahir rendah juga menjadi faktor terjadinya

pneumonia pada neonatus. Pneumonia neonatal terjadi karena adanya kolonisasai

kuman selama masa intrauterin (transplasental, ascending dari jalan lahir),

intrapartum (aspirasi) atau postnatal (hematogen, lingkungan) yang menyebabkan

inflamasi pada parenkim paru. Berdasarkan waktu terjadinya, pneumonia neonatal

diklasifikasikan sebagai onset awal (48 jam pertama kehidupan atau ≤7 hari

22

Page 23: Lapkas Panjang

kehidupan) dan onset akhir (>7 hari kehidupan). Kongenital atau intrauterin

pneumonia termasuk dalam subkelompok onset awal neonatal pneumonia.12

Patogen penyebab pneumonia neonatal paling banyak adalah bakteri,

virus, dan fungi. Bakteri yang umum didapatkan pada pneumonia neonatal adalah

Streptokokus Grup B dan bakteri gram negatif.12

Tabel 1. Bakteri yang biasanya didapatkan pada pneumonia neonatal12

Onset awal (≤ 7 hari) Onset akhir (> 7 hari)

Group B Streptococcus (g +) Escherichea coli (g-)

Escherichia coli (g-) Staphylococcus epidermidis (g+)

Staphylococcus aureus (g+) Klebsiella-Enterobacter-species (g-)

Listeria monocytogenes (g+) Pseudomonas aeruginosa (g-)

Enterococcus (g +)

Enterococcus (g +)

g +/- = gram positif/negatif

* berdasarkan analisis DNA

23

Page 24: Lapkas Panjang

Manifestsi klinis pada pneumonia neonatal berupa respiratory distress,

yaitu merintih, napas cuping hidung, retraksi dan sianosis. Bayi dapat mengalami

gawat napas dalam beberapa jam pertama setelah lahir. Suatu gawat napas pada

neonati dapat dievaluasi menggunakan Skor Downess. Tanda dan gejala awalnya

tidak spesifik, seperti intake menurun, letargi, iritabilitas, ketidakstabilan

temperatur, distensi abdomen, dan keseluruhan kesan tampak tidak baik. Pada

auskultasi didapatkan ronki.12

Banyak hasil radiografi thorax yang ditemukan pada pneumonia neonatal

yaitu kekeruhan yang luas pada parenkim paru, hiperinflasi terkait konsolidasi

merata yang menunjukkan obstruksi jalan napas parsial akibat sumbatan lendir

dan debris inflamasi. Gambaran yang sering ditemukan adalah perubahan densitas

alveolar dengan air bronchogram yang banyak, menunjukkan konsolidasi yang

luas.13,14

Tabel 2. Gawat napas berdasarkan skor downess15

0 1 2

Frekuensi napas < 60 / menit 60 – 80 / menit > 80 / menit

Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat

Sianosis Tidak sianosisSianosis hilang

dengan O2

Sianosis menetap

walaupun diberi O2

Air entry Udara masukPenurunan ringan

udara masuk

Tidak ada udara

masuk

Merintih Tidak merintihDapat didengar

dengan stetoskop

Dapat didengar

tanpa alat bantu

24

Page 25: Lapkas Panjang

Interpretasinya : 1 – 3 : Gawat napas ringan

4 – 5 : Gawat napas sedang

≥ 6 : Gawat napas berat

Pada pasien ini, didapatkan skor downess 4, sehingga pasien masuk dalam

kategori gawat napas sedang yang merupakan akibat dari infeksi pneumonia

neonatal, yang terdiri atas:

- Frekuensi napas : 2

- Retraksi : 1

- Sianosis : 0

- Air entry : 0

- Merintih : 1

Diagnosa pneumonia neonatal ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis didapatkan

ketuban hijau, kental, dan berbau. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda

gawat napas, yaitu frekuensi pernapasan > 80 x/menit, ada pernapasan cuping

hidung, ada retraksi pada dinding dada subcostal. Pada pemeriksaan radiologi foto

thoraks didapatkan gambaran patchy infiltrate sampai konsolidasi dengan air

bronchogram.

Sepsis dapat mencakup beberapa infeksi sistemik neonatus seperti

meningitis, pneumonia, osteomielitis artritis dan ISK. Bayi dengan distres

pernapasan serta demam merupakan gejala pada sebagian besar sepsis

neonatorum. Dari awitan gejala, sepsis neonatorum dibedakan menjadi dua jenis

25

Page 26: Lapkas Panjang

yaitu sepsis awitan dini (SAD) timbul dalam 72 jam pertama kehidupan dan sepsis

awitan lanjut (SAL) timbul setelah umur 72 jam. Faktor risiko sepsis meliputi

faktor risiko mayor yaitu ibu lahir secara vakum, ketuban pecah dini (KPD) >18

jam, ibu demam intrapartum >38 °C, korioamnionitis, ketuban berbau, denyut

jantung janin (DJJ) >160x/menit. Faktor risiko minor terdiri dari KPD >12jam,

demam intrapartum >37,5 °C skor APGAR rendah (menit 1 skor <5 dan menit 5

skor <7), BBLSR (<1500 gram), kembar, usia kehamilan <37 minggu, keputihan

yang tidak diobati, ibu yang dicurigai infeksi saluran kemih (ISK). Seorang bayi

memiliki risiko sepsis bila memenuhi dua kriteria mayor atau satu kriteria mayor

ditambah dua kriteria minor.5,16-8

Pasien ini didiagnosis awal dengan suspek sepsis karena ditemukan

adanya faktor resiko sepsis, yaitu ketuban hijau, kental, dan berbau, keputihan

tidak diobati, serta APGAR skor yang rendah (3-5-7). Diagnosis ini dihilangkan

pada tanggal 6 Desember, karena hasil kultur darah negatif.

Pemberian pengobatan sepsis biasanya dengan pemberian antibiotik

kombinasi yang bertujuan untuk memperluas cakupan mikroorganisme patogen

yang mungkin diderita pasien. Penanganan pada pasien ini diberikan kombinasi

antibiotik golongan injeksi Ceftazidime 2 x 150 mg IV dan injeksi Amikacin 2 x

25 mg IV. Penanganan pneumonia pada neonatus serupa dengan penanganan

infeksi neonatus pada umumnya. Antibiotik yang diberikan harus dapat mencakup

kuman kokus gram positif terutama Streptococcus grup B dan batang gram

negatif. Diberikan antibiotik ceftazidime dan amikasin yang merupakan lini ke-2

dari penatalaksanaan terhadap pneumonia neonatal pada pasien ini karena

keaadaan klinis yang tampak jelek serta leukosit yang tinggi (suspek sepsis).

26

Page 27: Lapkas Panjang

Ceftazidime merupakan pilihan utama untuk gram positif sedangkan untuk kuman

gram negatif terutama Escherichia coli dan Proteus mirabilis digunakan amikasin.

Amikasin merupakan turunan kanamisin. Obat ini tahan terhadap 8 dari 9 enzim

yang merusak aminoglikosida, sedangkan gentamisin dapat dirusak oleh 5 dari

enzim tersebut. Terutama diindikasikan untuk infeksi berat gram negatif yang

resisten terhadap gentamisin. Kloramfenikol bersifat bakteriostatik terhadap

hampir semua kuman gram-positif dan sejumlah kuman gram-negatif, juga

terhadap Chlamydia trachomatis dan Mycoplasma. Pada penelitian di India pola

resisten antibiotic bakteri gram negatif dari sekret respiratori bawah, resisten

tertinggi terjadi pada ampisilin (96,6%) dan terendah terhadap amikasin (28%).

Pada penelitian Retno Widyaningsih dkk di RSAB Harapan kita, amikacin dan

ceftazidim masih menunjukkan sensitivitas tinggi terhadap kuman penyebab

pneumonia neonatal. Lama pemberian antibiotik adalah 10 – 14 hari.19

Prognosis pada pasien ini adalah dubois ad bonam, karena dengan

pengobatan yang diberikan memberikan respon yang baik dan tanpa mengalami

komplikasi yang dapat memperberat keadaan penderita.

27

Page 28: Lapkas Panjang

DAFTAR PUSTAKA

1. Damanik, SM. Klasifikasi bayi menurut berat lahir dan masa gestasi. Dalam:

Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, editor. Buku ajar

neonatologi. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit IDAI; 2010. H. 11-29.

2. Surasmi A, Handayani S, Kusuma HN. Penatalaksanaan umum bayi risiko

tinggi. Dalam: Perawatan bayi risiko tinggi. Jakarta: ECG; 2005. H. 3-14.

3. Reiterer F. Neonatal Pneumonia. Austria: Intech. 2013;19.

4. Hull D, Johnston D. Masalah pernapasan pada bayi baru lahir. Dalam: Dasar –

dasar pediatri. Jakarta: ECG; 2008. H. 56-60.

5. Lee KG, Cloherty JP. Identifying the high risk newborn and eveluating

gestational age, prematurity, large for gestational age, and small gestational

age. Manual neonatal care. Edisi 5. Philadelphia: Lippincott Williams and

Wilkins; 2009. H. 45-49.

6. Rusmawati A. Skor downess sebagai prediktor klinis untuk menilai

hipoksemia pada neonatus dengan tanda distres respirasi [Thesis].

Yogyakarta: Universitas Gajah Mada 2007;1-2.

7. Kosim MS. Gangguan napas pada bayi baru lahir. Dalam: Kosim MS,

Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, editor. Buku ajar neonatologi. Edisi

1. Jakarta: Balai Penerbit IDAI; 2010. H. 126-45.

8. United Nations Children’s Fund (UNICEF) and World Health Organization

(WHO). Pneumonia: The forgotten killer children. New York:

UNICEF/WHO. 2006.

28

Page 29: Lapkas Panjang

9. Sundaram V, Kumar P, Dutta S, Mukhopadhyay K, Ray P, Gautam V, et al.

Blood culture confirmed bacterial sepsis in neonates in North Indian tertiary

care center: changes over the last decade. Jpn J Infect Dis 2009;46-50.

10. Jain NK, Jain VM, Maheshwari S. Clinical profile of neonatal sepsis.

Kathmandu Univ Med J. 2006;1:117-20.

11. Black RE, Cousens S, Johnson HL, Lawn JE, Rudan I, Bassani DG, et al.

Global, regional, and national causes of child mortality in 2008: a systemic

analysis. Lancet. 2013;1969-87.

12. Nissen MD. Congenital and neonatal pneumonia. Pediatrics Resp. Reviews.

2007; 8:195-203.

13. Ostapchuk M, Roberts MD, Haddy R. Community-acquired pneumonia in

infants and children. AmFamPhysician. 2006;1:899-908.

14. Costa S, Rocha G, Leito A, Guimaraes H. Transient tachypnea of the newborn

and congenital pneumonia: a comparative study. Journal of Maternal-Fetal and

Neonatal Medicine. 2012;7:992-4.

15. Kosim MS. Deteksi dini dan manajemen gangguan napas pada neonatus. Sub

Bagian Perinatologi RSUP Dr. Kariadi. 2010.

16. McGuire W, Clerihew L, Fowlie PW. Infection in the preterm infant. BMJ

2006;329;1277-8.

17. Ferrieri P, Wallen LD. Neonatal bacterial sepsis. Dalam: Gleason C, Devaskar

S, penyunting. Avery’s diseases of the newborn. Edisi 9. Philadelphia:

Elsevier Saunders. 2012. H. 538-50.

29

Page 30: Lapkas Panjang

18. Navneeth, BV dan MR Sandhaya Balwadi. Antibiotic resistance among gram

negative bacteria of lower respiratory tract secretion in hospital patiens. India

J Chest Dis Allied Sci. 2008;44:173-6.

30