Lapkas - NIDDM Dengan Hypoglikemia
-
Upload
ayu-nadya-riesky-r -
Category
Documents
-
view
83 -
download
1
Transcript of Lapkas - NIDDM Dengan Hypoglikemia
LAPORAN KASUS
NIDDM DENGAN HYPOGLIKEMIA
OLEH
SRI MUSTIKASARI, S. Ked.
2007730118
PEMBIMBING : dr. H. IWAN B. IRSAN, Sp.PD
STASE INTERNA
KEPANITERAAN KLINIK RSIJ SUKAPURA
PERIODE 04 APRIL – 12 JUNI 2011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2011
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Ny. R
• TTL : Subang, 20 Februari 1956
• Umur : 61 tahun
• Pekerjaan : IRT
• Alamat : Kp. Kandang Klender RT 08/04 No. 25 Semper Barat, Jakarta Utara
• Tanggal MRS : 11 Mei 2011
• Dx. Masuk : NIDDM dengan Hypoglikemia
• No. RM : 14.33.58
ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS)
Keluhan Utama : lemas sejak 1 hari SMRS
Keluhan Tambahan : mual, pusing, nafsu makan ↓
Riw. Peny. Sekarang : Os MRS dengan keluhan lemas sejak 1 hari SMRS. Pusing
seperti berputar sejak 1 hari SMRS. Badan os seperti melayang.
Mual (+). Nafsu makan os ↓. Menurut os 1 hari SMRS os salah
minum obat DM. Salah satu obat yang seharusnya diminum ½
tablet tapi oleh os diminum 1 tablet. Setelah minum obat tersebut
os merasa lemas.
Riw. Peny. Dahulu : DM (+) dan Hipertensi sejak 3 bulan yang lalu. Riw.
hipoglikemia (+) sejak 3 bulan yang lalu
Riw. Peny. Keluarga : dikeluarga tidak ada yang mengalami keluhan yang sama seperti
os. Hipertensi dan DM disangkal
Riw. Alergi : alergi makanan, obat-obatan, debu disangkal
Riw. Pengobatan : mengonsumsi obat DM. Os lupa nama obatnya, frekuensi
minumnya 2 x/hari sebanyak 2 macam, dosisnya ada yang
diminum 1 tablet dan ½ tablet.
Riw. Psikososial : pola makan os tidak teratur, 2-3 x/hari, os sering makan makanan
yang bergaram, seperti ikan asin, kecap.
PEMERIKSAAN FISIK
KU : tampak sakit sedang
Kesadaran : CM
Tanda Vital
• TD : 150/80 mmHg
• Suhu : 37 oC
• Nadi : 96 x/menit
• RR : 20 x/menit
Antropometri
• BB : 61 kg
• TB : 145 cm
• Status Gizi : IMT = 29,01 à obes I
STATUS GENERALIS
Kepala : normocephal, rambut putih, panjang, distribusi merata, tidak mudah
rontok
Mata : sklera ikterik -/-, konjunctiva anemis -/-, refleks cahaya +/+, pupil isokhor
+/+
Hidung : septum deviasi (-), sekret -/-, epistaksis -/-, pembengkakan konka inferior
-/-
Mulut : bibir sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), faring hiperemis (-),
tonsil T1-T1
Leher : pembesaran KGB (-), JVP (R-2) H2O
Thoraks : normochest
Paru
Inspeksi : simetris, bagian dada yang tertinggal (-), retraksi subcostal (-)
Palpasi : vocal premitus simetris, bagian dada yang tertinggal (-)
Perkusi : sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : vesikular +/+, rh -/-, wh -/-
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba
Perkusi : batas kanan jantung : linea parasternalis sinistra
batas kiri jantung : linea midclavicularis sinistra
batas atas jantung : setinggi ICS 3 sinistra
Auskultasi : BJ1 & BJ2 tunggal, murni, regular, murmur (-), gallop (-)
∴Kesan : Jantungdalam batas normal
Abdomen
Inspeksi : membuncit (+), massa (-), bekas luka operasi (-)
Palpasi : distensi (-), asites(-), nyeri tekan epigastrium (-), splenomegali (-),
hepatomegali (-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus normal
Punggung : skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
Ekstremitas Atas : akral hangat +/+, sianosis -/-, ikterik -/-, RCT <2 detik
Ekstremitas Bawah : akral hangat +/+, sianosis -/-, ikterik -/-, RCT <2 detik, oedem -/-
HASIL LAB TGL 11-05-2011 di UGD
• GDS : 52 mg/dL
RESUME
Ny. R, 61 tahun, MRS dengan keluhan lemas sejak 1 hari SMRS. Pusing seperti
berputar sejak 1 hari SMRS. Badan os seperti melayang. Mual (+). Nafsu makan os ↓.
Menurut os 1 hari SMRS os salah minum obat DM. Salah satu obat yang seharusnya
diminum ½ tablet tapi oleh os diminum 1 tablet. Setelah minum obat tersebut os merasa
lemas. Riwayat DM (+), Hipertensi (+). Pada PF didapatkan :
TD : 150/80 mmHg à Hipertensi Stage 1
Status Gizi : IMT = 29,01 à Obes I
GDS : 52 mg/dL à hypoglikemia
DAFTAR MASALAH
• Hypoglikemia
• Hipertensi
• Obes I
ASSESMENT 1
Hypoglikemia
• a.d. os mengeluh lemas, pusing seperti berputar, badan os seperti melayang. Mual (+).
Nafsu makan os ↓. Menurut os 1 hari SMRS os salah minum obat DM. Salah satu obat
yang seharusnya diminum ½ tablet tapi oleh os diminum 1 tablet. Setelah minum obat
tersebut os merasa lemas. Riwayat DM (+). GDS : 52 mg/dL.
• WD : Hypoglikemia et causa overdose OHO
• D/ : Hypoglikemia et causa low intake
• R/ Dx : GDS, Ur, Cr, SGOT, SGPT
• R/ Th/ : canul nasal O2 2-4 L/menit, IVFD Dextrose 40 %, Dextrose 40 %
intrabolus, stop sementara pemberian obat penurun glukosa darah
ASSESMENT 2
Hipertensi
• a/d TD : 150/80 mmHg
• WD : Hipertensi Stage 1
• DD/: -
• R/ Dx : EKG, Ur, Cr, profil lipid
• R/ Th : diet rendah garam, diuretik
ASSESMENT 3
Obes I
• a/d IMT = 29,01 kg/m2
• WD : Obes I
• DD/: -
• R/ Dx : Pantau BB
• R/ Th : diet rendah kalori
TINJAUAN PUSTAKA
1. HYPOGLIKEMIA
DEFINISI
Hipoglikemia secara harfiah berarti kadar glukosa darah di bawah harga normal.
Walaupun kadar glukosa plasma puasa pada orang normal jarang melampaui 99 mg% (5,5
mmol/L), tetapi kadar <108 mg% (6 mmol/L) masih dianggap normal. Kadar glukosa plasma
kira-kira 10 % lebih tinggi dibandingkan dengan kadar glukosa darah keseluruhan (whole
blood) karena eritrosit mengandung kadar glukosa yang relatif lebih rendah. Kadar glukosa
arteri lebih tinggi dibandingkan dengan vena, sedang kadar glukosa darah kapiler di antara
kadar arteri dan vena.
Pada individu normal, sesudah puasa semalam kadar glukosa darah jarang lebih
rendah dari 4 mmol/L, tetapi kadar kurang dari 50 mg% (2,8 mmol/L) pernah dilaporkan
dijumpai sesudah puasa yang berlangsung lebih lama.
Hipoglikemia spontan yang patologis mungkin terjadi pada tumor yang mensekresi
insulin atau insulin-like growth factor (IGF). Dalam hal ini diagnosis hipoglikemia
ditegakkan bila kadar glukosa <50 mg% (2,8 mmol/L) atau bahkan <40 mg% (2,2 mmol/L).
Walaupun demikian berbagai studi fisiologis menunjukkan bahwa gangguan fungsi otak
sudah dapat terjadi pada kadar glukosa darah 55 mg% (3 mmol/L). Lebih lanjut diketahui
bahwa kadar glukosa darah 55 mg% (3 mmol/L) yang terjadi berulangkali merusak
mekanisme proteksi endogen terhadap hipoglikemia yang lebih berat.
Respon regulasi non-pankreas terhadap hipoglikemia dimulai pada kadar glukosa
darah 63-65 mg% (3,5 – 3,6 mmol/L). Oleh karena itu dalam terapi konteks terapi diabetes,
diagnosis hipoglikemia ditegakkan bila kadar glukosa plasma ≤ 63 mg% (3,5 mmol/L).
EPIDEMIOLOGI
Dalam the Diabetes Control Complication and Trials (DCCT) yang dilaksanakan
pada diabetes tipe 1, kejadian hipoglikemia berat tercatat pada 60 pasien/tahun pada
kelompok yang mendapat terapi insulin intensif dibandingkan dengan 20 pasien/tahun pada
pasien yang mendapat terapi konvensional. Sebaliknya, dengan kriteria yang berbeda
kelompok the Dusseldorf mendapat kejadian hipoglikemia berat didapatkan pada 28 dengan
terapi insulin intensif dan 17 dengan terapi konvensional.
Walaupun tidak menyenangkan, hipoglikemia yang ringan seringkali hanya
dianggap sebagai konsekuensi terapi menurunkan glukosa yang tidak dapat dihindari.
Walaupun demikian, hipoglikemia ringn tidak boleh diabaikan, karena potensial dapat diikuti
kajadian hipoglikemia yang lebih berat.
PENYEBAB
• Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas .
• Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita
diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya.
• Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal.
• Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.
PATOMEKANISME
Penyebab Patomekanisme
Obat hipoglikemia
pada penderita
diabetes
karena sel-sel pulau pankreasnya tidak membentuk glukagon
secara normal dan kelenjar adrenalnya tidak menghasilkan
epinefrin secara normal. Padahal kedua hal tersebut merupakan
mekanisme utama tubuh untuk mengatasi kadar gula darah yang
rendah.
Puasa yang lama &
konsumsi alkohol
dalam jumlah besar
Puasa yang lama bisa menyebabkan hipoglikemia hanya jika
terdapat penyakit lain (terutama penyakit kelenjar hipofisa atau
kelenjar adrenal) atau mengkonsumsi sejumlah besar alkohol.
Cadangan karbohidrat di hati bisa menurun secara perlahan
sehingga tubuh tidak dapat mempertahankan kadar gula darah
yang adekuat.
Hipoglikemia Seseorang yang telah menjalani pembedahan lambung bisa
alimenter dengan post
op gaster
mengalami hipoglikemia diantara jam-jam makannya
(hipoglikemia alimenter, salah satu jenis hipoglikemia reaktif).
Hipoglikemia terjadi karena gula sangat cepat diserap sehingga
merangsang pembentukan insulin yang berlebihan. Kadar insulin
yang tinggi menyebabkan penurunan kadar gula darah yang cepat.
Hipoglikemia
alimenter tanpa
operasi
Hipoglikemia alimentari kadang terjadi pada seseorang yang tidak
menjalani pembedahan. Keadaan ini disebut hipoglikemia
alimentari idiopatik. Jenis hipoglikemia reaktif lainnya terjadi
pada bayi dan anak-anak karena memakan makanan yang
mengandung gula fruktosa dan galaktosa atau asam amino leusin.
Fruktosa dan galaktosa menghalangi pelepasan glukosa dari hati;
leusin merangsang pembentukan insulin yang berlebihan oleh
pankreas. Akibatnya terjadi kadar gula darah yang rendah
beberapa saat setelah memakan makanan yang mengandung zat-
zat tersebut.
Tumor sel Pembentukan insulin yang berlebihan juga bisa menyebakan
hipoglikemia. Hal ini bisa terjadi pada tumor sel penghasil insulin
di pankreas (insulinoma). Kadang tumor di luar pankreas yang
menghasilkan hormon yang menyerupai insulin bisa menyebabkan
hipoglikemia.
Penyakit autoimun dimana tubuh membentuk antibodi yang menyerang insulin. Kadar
insulin dalam darah naik-turun secara abnormal karena pankreas
menghasilkan sejumlah insulin untuk melawan antibodi tersebut.
Hal ini bisa terjadi pada penderita atau bukan penderita diabetes.
GEJALA KLINIK
Keluhan dan gejala hipoglikemia akut yang sering dijumpai pada pasien diabetes :
Otonomik Neuroglikopenik Malaise
Berkeringat
Jantung berdebar
Lapar
Tremor
Bingung (confusion)
Mengantuk
Sulit berbicara
Inkoordinasi
Mual
Sakit kepala
Perilaku yang berbeda
Gangguan visual
Parestesi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Kadar glukosa darah (GD), tes fungsi ginjal, tes fungsi hati, C- peptide
PENATALAKSANAAN
Stadium permulaan (sadar)
• Berikan gula murni 30 gram (2 sendok makan) atau sirop/permen atau gula murni (bukan
pemanis pengganti gula atau gula diit/gula diabetes) dan makanan yang mengandung
karbohidrat
• Hentikan obat hipoglikemik sementara
• Pantau glukosa darah sewaktu tiap 1-2 jam
• Pertahankan GD sekitar 200 mg/dL (bila sebelumnya tidak sadar)
• Cari penyebab
Stadium lanjut (koma hipoglikemia atau tidak sadar dan curiga hipoglikemia);
1) Diberikan larutan dekstrosa 40% sebanyak 2 flakon (=50 mL)bolus intra vena,
2) Diberikan cairan dekstrosa 10% per infuse, 6 jam perkolf
3) Periksa GD sewaktu (GDS), kalau memungkinkan dengan glukometer;
• Bila GDS <50 mg /dL à bolus dekstrosa 40% 50 ml IV
• Bila GDS <100 mg /dL à bolus dekstrosa 40% 25 mL IV
4) Periksa GDS setiap satu jam setelah pemberian dekstrosa 40%
• Bila GDS <50 mg/dL à bolus dekstrosa 40% 50 mL IV
• Bila GDS <100 mg/dL à bolus dekstrosa 40% 25 mL IV
• Bila GDS 100 – 200 mg/dL à tanpa bolus dekstrosa 40%
• Bila GDS >200 mg/dL à pertimbangan menurunkan kecepatan drip dekstrosa 10%
5) Bila GDS >100 mg/dL sebanyak 3 berturut-turut, pemantauan GDS setiap 2 jam, dengan
protokol sesuai diatas, bila GDS >200 mg/dL à pertimbangkan mengganti infuse dengan
dekstrosa 5% atau NaCI 0,9%
6) Bila GDS >100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut-turut, pemantauan GDS setiap 4 jam,
dengan protokol sesuai diatas. Bila GDS >200 mg/dL à pertimbangkan mengganti infuse
dengan dekstrosa 5% atau NaCI 0,9%
7) Bila GDS >100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut-turut, slinding scale setiap 6 jam :
Glukosa Darah (mg/dL) RI (unit, SC)
<200
200-250
250-300
300-350
>350
0
5
10
15
20
8) Bila hipoglikemia belum teratasi, dipertimbangkan pemberian antagonis insulin seperti ;
adrenalin, kortison dosis tinggi, atau glukagon 0,5-1 mg IV / IM (bila penyebabnya
insulin)
9) Bila pasien belum sadar, GDS sekitar 200 mg/dL à Hidrokortison 100 mg/4 jam selama
12 jam atau deksametason 10 mg IV bolus dilanjutkan 2 mg tiap 6 jam dan manitol 1,5 - 2
g/kgBB IV setiap 6-8 jam, cari penyebab lain penurunan kesadaran.
KOMPLIKASI
Kerusakan otak, koma, kematian.
PROGNOSIS
Dubia
2. HIPERTENSI
a. Definisi
Penyakit darah tinggi atau Hipertensi (Hypertension) adalah suatu keadaan di
mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan
oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi
darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa
(sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya.
b. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII
Kategori TD Sistolik TD Diastolik
Normal < 120 mmHg dan < 80 mmhg
Prehipertensi 120-139 mmHg atau 80-89 mmHg
Hipertensi Stadium 1 140-159 mmHg atau 90-99 mmHg
Hipertensi Stadium 2 ≥ 160 mmHg atau ≥ 100 mmHg
c. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak/belum diketahui
penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/sebagai akibat dari adanya
penyakit lain.
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa
perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama
menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Jika penyebabnya diketahui, maka disebut
hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah
penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor
pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau
norepinefrin (noradrenalin). Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas
berolah raga), stres, alkohol atau garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya
hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Stres cenderung
menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stres telah berlalu,
maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:
1. Penyakit Ginjal
o Stenosis arteri renalis
o Pielonefritis
o Glomerulonefritis
o Tumor-tumor ginjal
o Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
o Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
o Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2. Kelainan Hormonal
o Hiperaldosteronisme
o Sindroma Cushing
o Feokromositoma
3. Obat-obatan
o Pil KB
o Kortikosteroid
o Siklosporin
o Eritropoietin
o Kokain
o Penyalahgunaan alkohol
o kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
4. Penyebab Lainnya
o Koartasio aorta
o Preeklamsi pada kehamilan
o Porfiria intermiten akut
o Keracunan timbal akut.
d. Epidemiologi
Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya populasi
usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan
bertambah, dimana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik dan
diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia >65 tahun. Selain
itu, pengendalian tekanan darah yang dahulu terus meningkat, dalam dekade terakhir
tidak menunjukkan kemajuan lagi dan pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai
34% dari seluruh pasien hipertensi.
e. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula
spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Korteks
adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon
vasokontriktor pembuluh darah. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
f. Gejala Klinik
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun
secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan
dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud
adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung pusing, wajah kemerahan dan kelelahan;
yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati,
bisa timbul gejala berikut:
sakit kepala
kelelahan
mual
muntah
sesak nafas
gelisah
pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,
jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan
koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif,
yang memerlukan penanganan segera.
g. Penatalaksanaan
1. Diet Penyakit Darah Tinggi (Hipertensi)
Kandungan garam (Sodium/Natrium)Seseorang yang mengidap penyakit darah
tinggi sebaiknya mengontrol diri dalam mengkonsumsi asin-asinan garam, ada
beberapa tips yang bisa dilakukan untuk pengontrolan diet sodium/natrium ini :
- Jangan meletakkan garam diatas meja makan
- Pilih jumlah kandungan sodium rendah saat membeli makan
- Batasi konsumsi daging, keju dan hindari cemilan yang asin-asin
- Kurangi pemakaian saos yang umumnya memiliki kandungan sodium
Kandungan Potasium/KaliumSuplements potasium 2-4 gram perhari dapat
membantu penurunan tekanan darah, Potasium umumnya bayak didapati pada
beberapa buah-buahan dan sayuran. Buah dan sayuran yang mengandung
potasium dan baik untuk di konsumsi penderita tekanan darah tinggi antara lain
semangka, alpukat, melon, buah pare, labu siam, bligo, labu parang/labu,
mentimun, lidah buaya, seledri, bawang dan bawang putih. Selain itu, makanan
yang mengandung unsur omega-3 sagat dikenal efektif dalam membantu
penurunan tekanan darah (hipertensi).
2. Farmakologi
Pengobatan hipertensi biasanya dikombinasikan dengan beberapa obat;
- Diuretic {Tablet Hydrochlorothiazide (HCT), Lasix (Furosemide)}. Merupakan
golongan obat hipertensi dengan proses pengeluaran cairan tubuh via urine.
Tetapi karena potasium berkemungkinan terbuang dalam cairan urine, maka
pengontrolan konsumsi potasium harus dilakukan.
- Beta-blockers {Atenolol (Tenorim), Capoten (Captopril)}. Merupakan obat yang
dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah melalui proses memperlambat
kerja jantung dan memperlebar (vasodilatasi) pembuluh darah.
- Calcium channel blockers {Norvasc (amlopidine), Angiotensinconverting
enzyme (ACE). Merupakan salah satu obat yang biasa dipakai dalam
pengontrolan darah tinggi atau Hipertensi melalui proses rileksasi pembuluh
darah yang juga memperlebar pembuluh darah.
h. Komplikasi
Payah jantung, perdarahan otak
Hipertensi maligna: hipertensi berat yang disertai kelainan retina, ginjal dan serebral
Hipertensi ensefalopati: komplikasi hipertensi maligna dengan gangguan otak
i. Prognosis
Pada umumnya hipertensi merupakan penyakit seumur hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Fauci, Anthony S. et. al. Harrison’s Manual of Medicine, 17th Edition. USA : The McGraw-Hill. 2009.
Mubin, Halim. Buku Panduan Praktis : Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis dan Terapi Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007.
Sudoyo, W. Aru. et. al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2007.