LAPKAS MINGGU 5 (CKD).doc
-
Upload
martin-susanto -
Category
Documents
-
view
79 -
download
14
Transcript of LAPKAS MINGGU 5 (CKD).doc
1
BAB 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting dalam mempertahankan
kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit
dan asam basa dengan cara menyaring darah yang melalui ginjal, reabsorbsi selektif air,
elektrolit dan non-elektrolit, serta mengekskresi kelebihannya sebagai kemih.
Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi cairan ekstra sel dalam
batas-batas normal. Komposisi dan volume cairan ekstrasel ini dikontrol oleh filtrasi glomerulus,
reabsorbsi, dan sekresi tubulus.
Ginjal dilalui oleh sekitar 1.200 ml darah per menit, suatu volume yang sama dengan 20 sampai
25 persen curah jantung (5.000 ml per menit). Lebih 90% darah yang masuk ke ginjal berada
pada korteks, sedangkan sisanya dialirkan ke medulla.
Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic non-communicable diseases)
terutama penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit ginjal kronik, sudah
menggantikan penyakit menular (communicable diseases) sebagai masalah kesehatan masyarakat
utama.
Gangguan fungsi ginjal dapat menggambarkan kondisi sistem vaskuler sehingga dapat
membantu upaya pencegahan penyakit lebih dini sebelum pasien mengalami komplikasi yang
lebih parah seperti stroke, penyakit jantung koroner, gagal ginjal, dan penyakit pembuluh darah
perifer.
Pada penyakit ginjal kronik terjadi penurunan fungsi ginjal yang memerlukan terapi
pengganti yang membutuhkan biaya yang mahal. Penyakit ginjal kronik biasanya desertai
berbagai komplikasi seperti penyakit kardiovaskuler, penyakit saluran napas, penyakit saluran
cerna, kelainan di tulang dan otot serta anemia.
2
Selama ini, pengelolaan penyakit ginjal kronik lebih mengutamakan diagnosis dan
pengobatan terhadap penyakit ginjal spesifik yang merupakan penyebab penyakit ginjal kronik
serta dialisis atau transplantasi ginjal jika sudah terjadi gagal ginjal. Bukti ilmiah menunjukkan
bahwa komplikasi penyakit ginjal kronik, tidak bergantung pada etiologi, dapat dicegah atau
dihambat jika dilakukan penanganan secara dini. Oleh karena itu, upaya yang harus dilaksanakan
adalah diagnosis dini dan pencegahan yang efektif terhadap penyakit ginjal kronik, dan hal ini
dimungkinkan karena berbagai faktor risiko untuk penyakit ginjal kronik dapat dikendalikan.
RUMUSAN MASALAH
Adapun permasalahan dari laporan kasus ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui definisi, epidemiologi, klasifikasi dan etiologi penyakit Gagal Ginjal Kronik.
2. Mengetahui faktor risiko, patogenesis, gejala klinis, diagnosis, pemeriksaan penunjang
dan pengobatan Gagal Ginjal Kronik.
3. Mengetahui bagaimana perkembangan pasien Gagal Ginjal Kronik setiap harinya.
TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk mempelajari dan mengetahui definisi,
epidemiologi, klasifikasi, etiologi, faktor risiko, patogenesis, gejala klinis, diagnosis,
pemeriksaan penunjang dan pengobatan Gagal Ginjal Kronik. Selain itu penulisan laporan kasus
ini juga bertujuan untuk memantau secara berkelanjutan progresivitas penyakit pasien yang
mengalami Gagal Ginjal Kronik di Departemen Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum HAM
Medan.
MANFAAT PENULISAN
Manfaat dari penulisan laporan kasus ini adalah sebagai berikut:
1. Menguatkan landasan teoritis ilmu penyakit dalam, khususnya penyakit Gagal Ginjal
Kronik.
2. Sebagai media informasi bagi semua pihak yang ingin mengetahui tentang penyakit
Gagal Ginjal Kronik.
3
BAB 2
GAGAL GINJAL KRONIK
DEFINISI
Penyakit ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan,
berdasarkan kelainan patalogis atau petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria. Jika tidak ada
tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi
glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73m2, seperti yang terlihat pada tabel 1.
Tabel 1. Batasan penyakit ginjal kronik
1. kerusakan ginjal > 3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal, dengan atau tanpa
penurunan laju filtrasi glomerulus berdasarkan:
- kelainan patalogik
- petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria atau kelainan pada pemeriksaan pencitraan
2. laju filtrasi glomerulus < 60 ml/menit/1,73m2 selama > 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan
ginjal
EPIDEMIOLOGI
Gagal ginjal kronik merupakan masalah medik, sosial dan ekonomik yang sangat besar
bagi pasien dan keluarganya, khususnya di negara-negara yang sedang berkembang yang
memiliki sumber-sumber terbatas untuk membiayai pasien dengan gagal ginjal terminal.
Sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang ini jarang memiliki registrasi nasional
untuk penyakit ginjal.
Dengan demikian insidensi dan prevalensi penyakit ginjal kronik (PGK) serta bebannya
terhadap sistem pelayanan kesehatan dan luaran pada pasien dengan gagal ginjal terminal tidak
diketahui. Insidensi tahunan gagal ginjal terminal dilaporkan bervariasi mulai dari 4 per sejuta di
Bolivia sampai 254 per sejuta penduduk di Puerto Rico. Indonesia sendiri belum memiliki sistem
registri yang lengkap di bidang penyakit ginjal, namun di Indonesia diperkirakan 100 per sejuta
penduduk atau sekitar 20.000 kasus baru dalam setahun. Penyakit ginjal kronis (CKD)
merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Di Amerika Serikat (AS), ditemukan
4
peningkatnya insiden dan prevalensi gagal ginjal kronik. Prevalensi dari penyakit ginjal kronik
secara umum didefinisikan sebagai penyakit yang bertahan lama, kerusakan fungsi ginjal yang
irreversible, dan memiliki angka kejadian lebih tinggi dibandingkan penyakit 2
ginjal stadium akhir atau terminal. Sekarang ditemukan > 300.000 pasien menderita penyakit
ginjal kronik di negara Amerika Serikat. Di negara negara berkembang lainnya, insiden ini
diperkirakan sekitar 40 - 60 kasus perjuta penduduk per tahunnya. Selain itu mahalnya tindakan
hemodialisis masih merupakan masalah besar dan diluar jangkauan sistem kesehatan. Survei
Perhimpunan Nefrologi Indonesia menunjukkan, 12,5 persen dari populasi mengalami
penurunan fungsi ginjal. Secara kasar itu berarti lebih dari 25 juta penduduk. Di seluruh dunia
tahun 2005 ada 1,1 juta orang menjalani dialisis kronik. Tahun 2010, diproyeksikan lebih dari 2
juta orang.
ETIOLOGI
Penyebab dari gagal ginjal kronis adalah:
1. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg,
atau bila pasien memakai obat antihipertensi. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi
menjadi dua golongan yaitu hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya atau idiopatik, dan hipertensi sekunder atau disebut juga hipertensi renal.
2. Glomerulonefritis
Istilah glomerulonefritis digunakan untuk berbagai penyakit ginjal yang etiologinya tidak jelas,
akan tetapi secara umum memberikan gambaran histopatologi tertentu pada glomerulus.
Berdasarkan sumber terjadinya kelainan, glomerulonefritis dibedakan primer dan sekunder.
Glomerulonefritis primer apabila penyakit dasarnya berasal dari ginjal sendiri sedangkan
glomerulonefritis sekunder apabila kelainan ginjal terjadi akibat penyakit sistemik lain seperti
diabetes melitus, lupus eritematosus sistemik (LES), mieloma multipel, atau amiloidosis.
Gambaran klinik glomerulonefritis mungkin tanpa keluhan dan ditemukan secara kebetulan dari
pemeriksaan urin rutin atau keluhan ringan atau keadaan darurat medik yang harus memerlukan
terapi pengganti ginjal seperti dialisis.
5
3. Kelainan ginjal, misalnya penyakit ginjal polikista
Kista adalah suatu rongga yang berdinding epitel dan berisi cairan atau material yang semisolid.
Polikistik berarti banyak kista. Pada keadaan ini dapat ditemukan kista-kista yang tersebar di
kedua ginjal, baik di korteks maupun di medula. Selain oleh karena kelainan genetik, kista dapat
disebabkan oleh berbagai keadaan atau penyakit. Jadi ginjal polikistik merupakan kelainan
genetik yang paling sering didapatkan. Nama lain yang lebih dahulu dipakai adalah penyakit
ginjal polikistik dewasa (adult polycystic kidney disease), oleh karena sebagian besar baru
bermanifestasi pada usia di atas 30 tahun. Ternyata kelainan ini dapat ditemukan pada fetus, bayi
dan anak kecil, sehingga istilah dominan autosomal lebih tepat dipakai daripada istilah penyakit
ginjal polikistik dewasa.
4. Diabetes melitus (kencing manis)
Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya.
Diabetes melitus sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini dapat mengenai
semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Gejalanya sangat bervariasi.
Diabetes melitus dapat timbul secara perlahan-lahan sehingga pasien tidak menyadari akan
adanya perubahan seperti minum yang menjadi lebih banyak, buang air kecil lebih sering
ataupun berat badan yang menurun. Gejala tersebut dapat berlangsung lama tanpa diperhatikan,
sampai kemudian orang tersebut pergi ke dokter dan diperiksa kadar glukosa darahnya
5. Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik.
6. Penyumbatan Saluran Kemih
6
KLASIFIKASI
Pada pasien dengan penyakit ginjal kronik, klasifikasi stadium ditentukan oleh nilai laju
filtrasi glomerulus, yaitu stadium yang lebih tinggi menunjukkan nilai laju filtrasi glomerulus
yang lebih rendah, seperti terlihat pada tabel 2. klasifikasi tersebut membagi penyakit ginjal
kronik dalam lima stadium. Stadium 1 adalah kerusakan ginjal dengan fungsi ginjal yang masih
normal, stadium 2 adalah kerusakan ginjal dengan penurunan fungsi ginjal yang ringan, stadium
3 adalah kerusakan ginjal dengan penurunan sedang fungsi ginjal, stadium 4 adalah kerusakan
ginjal dengan penurunan berat fungsi ginjal, stadium 5 adalah gagal ginjal.
Tabel 2. Laju filtrasi glomerulus dan stadium penyakit ginjal kronik
Stadium Fungsi ginjal Laju filtrasi glomerulus
(ml/menit/1,73m2 )
Risiko meningkat Normal >90 (ada faktor risiko)
Stadium 1 Normal/meningkat >90 (ada kerusakan ginjal,
proteinuria)
Stadium 2 Penurunan ringan 60-89
Stadium 3 Penurunan sedang 30-59
Stadium 4 Penurunan berat 15-29
Stadium 5 Gagal ginjal < 15
7
GAMBARAN KLINIK
Pada gagal ginjal kronis, gejala-gejalanya berkembang secara perlahan. Pada awalnya tidak
ada gejala sama sekali, kelainan fungsi ginjal hanya dapat diketahui dari pemeriksaan
laboratorium. Pada gagal ginjal kronis ringan sampai sedang, gejalanya ringan meskipun
terdapat peningkatan urea dalam darah. Pada stadium ini terdapat nokturia dan hipertensi.
Sejalan dengan perkembangan penyakit, maka lama kelamaan akan terjadi peningkatan kadar
ureum darah. Pada stadium ini, penderita menunjukkan gejala-gejala:
- letih, mudah lelah, dan sulit konsentrasi
- nafsu makan turun, mual dan muntah, cegukan
- tungkai lemah, parastesi, keram otot-otot, insomnia.
- libido menurun, nokturia, atau oligouria
- sesak nafas, sembab, batuk, nyeri perikardial
- malnutrisi, penurunan berat badan.
Menurut Suhardjono (2001), manifestasi klinik yang muncul pada pasien dengan gagal ginjal
kronik yaitu:
a. Gangguan pada sistem gastrointestinal : anoreksia, nausea, vomitus, cegukan (hiccup)
b. Kulit : kulit berwarna pucat, gatal dengan ekskoriasi, urea frost
c. Sistem Hematologi : anemia, trombositopeni
d. Sistem Kardiovaskuler : hipertensi, edema, nyeri dada
e. Kelainan neuropsikiatri : emosi labil, dilusi, insomnia, dan depresi
f. Sistem Endokrin : gangguan libido, gangguan metabolisme glukosa, lemak, dan vitamin
D
g. Ganguan sistem lain : osteodistrofi renal, asidosis metabolik
8
GEJALA KLINIS
Diagnosis gagal ginjal kronik dapat ditegakkan baerdasarkan gejala klinis, meliputi:
a) sesuai penyakit yang mendasari seperti diabetes melitus, infeksi traktus urinarius, hipertensi,
batu traktus urinarius, hiperurikemia, SLE dan lain sebagainya.
b) Sindrom uremia, yang terdiri dari lemah, letargi, anoreksia, mual, muntah, nokturia, kelebihan
volume cairan, pruritus, uremic frost, perikarditis.
c) Gejala komplikasi lainnya antara lain, hipertensi, anemia, osteodistrofi renal, asidosis
metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit (sodium, kalium, klorida).
Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya konjungtiva anemis, kulit pucat akibat anemia,
ascites, shifting dullnes, edema ekstremitas, ekskoriasi kulit akibat gatal karena toksin
uremik.
GAMBARAN LABORATORIUM
Dari gambaran laboratorium meliputi:
a) penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum, dan penurunan
LFG yang dihitung menggunakan rumus Kockcroft-Gault.
b) kelainan biokomiawi darah meliputi penurunan kadar hemoglobin, peningkatan kadar asam
urat, hiperkalemia, hipokalsemia, asidosis metabolik.
c) kelainan urinalisis meliputi proteinuria, hematuri, leukosuria.
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Pemeriksaan radiologis gagal ginjal kronik meliputi:
a) Foto polos abdomen, bisa tampak batu radio-opak.
b) Pielografi antegrad atau retrograd.
c) Ultrasonografi ginjal bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil, korteks yang
menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa, kalsifikasi
d) Renografi bila ada indikasi.
9
SARANA PENUNJANG DIAGNOSTIK
Beberapa sranaa penunjang diagnostik yang dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi gagal
ginjal kronik yaitu pemeriksaan radiologis, ultrasonografi, CT scan, MRI dan biopsi dan
pemeriksaan histopatologi ginjal apabila ada indikasi.
Pemeriksaan radiologis :
(a) Foto Polos Abdomen - Bisa tampak batu radio-opak.
(b) Pielografi Intravena - Jarang dikerjakan karena kontras sering tidak bisa melewati filter
glomerulus, disamping kekhawatiran terjadinya pengaruh toksik oleh kontras terhadap
ginjal yang sudah mengalami kerusakan.
Ultrasonografi :
Ultrasonografi ginjal bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil, korteks yang
menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa, kalsifikasi.
CT Scan :
Untuk diagnosa fibrosis retroperitoneal dan cortical scarring.
MRI :
Magnetic Resonance Angiography pada penyakit renovaskular.
Biopsi Ginjal dan Pemeriksaan Histopatologi Ginjal :
Biopsi dan pemeriksaan histopatologi ginjal dilakukan pada pasien dengan ukuran ginjal
yang normal, dimana diagnosis secara noninvasif tidak bisa ditegakkan. Pemeriksaan
histopatologi ini bertujuan untuk mengetahui etiologi, menetapkan terapi, prognosis, dan
mengevaluasi hasil terapi yang telah diberikan. Biopsi ginjal indikasi-kontra dilakukan
pada keadaan dimana ukuran ginjal yang sudah mengecil (contracted kidney), ginjal
polikistik, hipertensi yang tidak terkendali, infeksi perinefrik, gangguan pembekuan
darah, gagal napas, dan obesitas.
10
KOMPLIKASI
(1) Anemia
Anemia terjadi pada 80-90% pasien penyakit ginjal kronik yang disebabkan oleh defisiensi
eritropoitin. Hal-hal lain yang ikut berperan dapat terjadinya anemia adalah defisiensi
besi, kehilangan darah (misal perdarahan saluran cerna, hematuri), masa hidup eritrosit
yang pendek akibat terjadi hemolisis, defisiensi asam folat, penekanan sumsum tulang
oleh substansi uremik, proses inflamasi akut maupun kronik. Evaluasi terhadap anemia
dimulai saat kadar hemoglobin ≤ 10 g% atau hematokrit ≤ 30%, meliputi evaluasi
terhadap status besi (kadar besi serum/serum iron, kapasitas ikat besi total, feritin
serum), mencari sumber perdarahan, morfologi eritrosit , kemungkinan adanya hemolisis
dan lain sebagainya.
(2) Osteodistrofi Ginjal
Osteodistrofi ginjal dapat terjadi dari akibat hiperfosfatemia, penurunan hormone kalsitriol
1,25 (OH) 2D3, kurang aktivasi reseptor vitamin D pada paratiroid yang mengakibatkan
hiperparatiroid
(3) Hipertensi
(4) Penyakit kardiovaskular
(5) Asidosis metabolik
(6) Diabetes dan dislipidemia
(7) Malnutrisi
11
TERAPI
Penatalaksanaan gagal ginjal kronik meliputi :
1) Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya.
2) Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid.
3) Memperlambat pemburukan fungsi ginjal.
4) Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular.
5) Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi.
6) Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal.
Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya :
Waktu yang paling tepat untuk terapi penyakit dasarnya adalah sebelum terjadinya penurunan
GFR, sehingga pemburukan fungsi ginjal tidak terjadi. Jika GFR sudah menurun sampai
20-30% dari normal, terapi terhadap penyakit dasar sudah tidak banyak bermanfaat.
Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid :
Faktor-faktor komorbid adalah gangguan keseimbangan cairan, hipertensi yang tidak
terkontrol, infeksi traktus urinarius, obstruksi traktus urinarius, obat-obat nefrotoksik,
bahan radiokontras, atau peningkatan aktivitas penyakit dasarnya.
Memperlambat pemburukan fungsi ginjal :
Faktor utama penyebab pemburukan fungsi ginjal adalah terjadinya hiperfiltrasi glomerulus.
Dua cara penting untuk mengurangi hiperfiltrasi glomerulus adalah pembatasan asupan
protein dan fosfat. Protein diberikan 0,6-0,8/kgBB/hari, yang 0,35-0,50 gr diantaranya
merupakan protein nilai biologi tinggi. Jumlah kalori yang diberikan sebesar 30-35
kkal/kgBB/hari.
Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular :
12
Hal-hal yang termasuk dalam pencegahan dan terapi penyakit kardiovaskular adalah
pengendalian diabetes, hipertensi, dislipidemia, anemia, hiperfosfatemia dan terapi
terhadap kelebihan cairan dan gangguan keseimbangan elektrolit.
Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi :
Mencegah dan member terapi dari komplikasi seperti anemia, osteodistrofi ginjal,
hiperfosfatemia, hipokalcemia, hiperparatiroid, malnutrisi, asidosis metabolik, dan
hiperhomosistinemia.
Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal :
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada gagal ginjal kronik stadium %, yaitu pada GFR
kurang dari 15ml/menit. Terapi pengganti tersebut dapat berupa hemodialisis, peritoneal
dialisis atau transplantasi ginjal. Hemodialisis dilakukan sebanyak 3-4 kali seminggu dan
mengambil masa kira-kira 2-4 jam. Cara kerja hemodialisis adalah mesin akan menfiltrasi
darah dan mengembalikannya kembali ke tubuh. Terdapat 2 tipe access yaitu secara AV
fistula (gabungan arteri dan vena) dan AV graft (tube dimasukkan untuk menghubungkan
arteri dan vena). Peritoneal dialisis pula menggunakan abdominal lining untuk
mengfiltrasi darah. Terdapat 3 tipe pada peritoneal dialisis yaitu continuous ambulatory,
continuous cyclical, dan intermittent.
PROGNOSIS
13
Tiada pengobatan sembuh total untuk gagal ginjal kronik. Perjalanan penyakit ini akhirnya
memerlukan dialisis atau transplantasi jika pasien berada pada tingkat berat.
Pasien dengan gagal ginjal kronik mempunyai resiko yang tinggi untu terjadinya stroke
dan penyakit jantung.
Pasien yang menjalani dialisis mempunyai kira-kira 32% survival rate. Pada pasien lansia
dan diabetes mellitus mempunyai persentase survival rate yang lebih rendah berbanding
pasien yang bukan lansia dan tidak mempunyai diabetes mellitus.
Pada pasien yang menerima transplantasi ginjal dari donor yang masih hidup mempunyai
2 tahun survival rate sebanyak ≥ 90% berbanding dengan penerima transplantasi ginjal
dari donor yang sudah meninggal dunia mempunyai 2 tahun survival rate sebanyak 88%.
BAB 3
14
Kolegium Penyakit Dalam
No.Reg.Rs:00
Nama lengkap : Tabas
Tanggal lahir/usia : 20 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Desa banung kec. Kutalimbaru
Pekerjaan : Petani
Status : Belum Menikah
Pendidikan : SMA
Suku : Batak
Agama : Islam
Dokter muda : -
Dokter : dr.Halim
Tanggal masuk : 12 maret 2012
Rawatan hari ke-1
Keluhan utama: bengkak pada wajah
Telaah : Bengkak di alami os selama ± 1 minggu ini terjadi secara perlahan, bengkak
berawal pada wajah tidak di ikuti ke seluruh tubuh , riwayat buang air kecil
sedikit di alami oleh os sejak 3 bulan, BAK berdarah tidak di jumpai tesendat
tidak di jumpai, BAK keluar batu atau berpasir disangkal oleh pasien, nyeri
ketika buang air kecil (-) mual (+) lemas (+) mudah lelah ketika berjalan di
keluhkan oleh os. Pandangan mata kabur pada kedua-dua belah mata kurang
lebih dalaam seminggu ini.
Riwayat penyakit terdahulu : (-)
15
Riwayat alergi obat/bahan kimia : (-)
Riwayat imunisasi : (-)
Merokok : disangkal os
Alkohol : disangkal
Hubungan seks : (-)
Anamnesis umum
Umum : lemah
Kulit : wajah membengkak
Kepala dan leher : tidak ada keluhan
THT : tidak ada keluhan
Pernafasan : sedikit sesak
Jantung : tidak ada keluhan
Abdomen : tidak ada keluhan
Ginekologi : tidak ada keluhan
Alat kelamin : tidak ada keluhan
Ginjal dan sal.kencing : buang air kecil sedikit
Sistim saraf : tidak ada keluhan
Emosi : terkontrol
Vaskuler : tidak ada keluhan
Deskripsi umum
Keadaan sakit : Sedang
Gizi : BB = 46kg TB = 158 cm
IMT = 18,4 kg/m², kesan : Normoweight.
Tanda-tanda vital :
16
Tanggal Tekanan
Darah
(mmHg)
Denyut
Jantung
(x/min)
Jumlah
Napas
(x/min)
Suhu (°C)
12/3/2012 140/90 72 20 36,8
13/3/2012 140/90 90 24 36,4
14/3/2012 140/90 90 20 36,4
15/3/2012 140/90 84 108 36,3
16/3/2012 140/70 82 24 37,2
17/3/2012 190/80 84 20 36,2
18/3/2012 130/80 84 22 37,0
19/3/2012 120/60 80 19 36,0
20/3/2012 120/70 82 24 36,8
PEMERIKSAAN FISIK :
KEPALA :
- Rambut : Pirang
- Mata : Konjunktiva palpebra pucat (+), pupil isokor ki=ka 3mm, edema (+)
- Telinga : Dalam batas normal
- Hidung : Dalam batas normal
- Rongga mulut dan Tenggorokan : Dalam batas normal
- Bicara : Komunikasi baik dan lancar
LEHER :
- Simetris
- TVJ R-2 H20, trakea medial, pembesaran KGB(-), struma (-)
THORAX :
17
Depan Belakang
Inspeksi Simetris fusiformis Simetris fusiformis
Palpasi SF:ki=ka SF:ki=ka
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi SP : vesikuler
ST: -
SP: vesikuler
ST: -
JANTUNG
Batas atas jantung : ICR III sinistra
Batas kanan jantung : LSD
Batas kiri jantung : 1 cm medial LMCS
Jantung : 72x/min regular, M1>M2, A2>A1, P2>P1, A2>P2
Desah : (-)
ABDOMEN
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Soepel
Perkusi : Pekak hati (+)
Auskultasi : Normoperistaltik
PINGGANG
Tapping pain : (-)
Ballotemere : (-)
ALAT KELAMIN: Laki-laki, dalam batas normal
REKTUM
Perineum : TDP
Spinchter Ani : TDP
Mukosa : TDP
Angulo recti : TDP
Sarung tangan : TDP
EKSTRIMITAS
18
Superior : Dalam batas normal
Inferior : Udem kiri dan kanan
Kulit : Dalam batas normal
URINALISA
Protein : (+4)
Reduksi : (-)
Bilirubin : (-)
Urobilinogen : (-)
Pemeriksaan Lab Tanggal 12/3/2012
Jenis pemeriksaan Hasil Rujukan
Hematologi
Hb
Eritrosit
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
PCT
PDW
4,60
1,89
8,31
13,10
161
82,4
28,90
35,10
11,90
10,00
0,16
11,8
13,2-17.3
4,20-4,87
43-49
43-49
150-450
85-95
28-32
33-35
11-6-14,8
7,0-10,2
Hitung Jenis
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Eosinofil
Basofil
82,80
12,00
3,90
1,20
0,100
37-80
20-40
2-8
1-6
0-1
19
Neutrofil Absolut
Limfosit Absolut
Monosit Absolut
Eosinofil Absolut
Basofil Absolut
6,88
1,00
0,32
0,10
0,01
2,7-6,5
1,5-3,7
0,2-0,4
0-0,10
0-0,1
Morfologi
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Normokrom normositer
Normal
Normal
Kimia Klinik
Hati
AST/SGOT
ALT/SGPT
Metabolisma Karbohidrat
Glukosa Darah (sewaktu)
Glukosa Darah (2 jam pp)
Ginjal
Ureum
Kreatinin
Elektrolit
Na
K
Cl
26
12
111,30
Bahan belum ada
602,50
30,05
134
5,6
96
<38
<41
<200
<50
0,70-1,20
135-155
3,6-5,5
96-106
Pemeriksaan Lab Tanggal 14/3/2012
20
Jenis pemeriksaan Hasil Rujukan
Hematologi
Hb
Eritrosit
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
7,60
2,60
7,60
21,40
107
82,30
29,20
35,50
12,20
9,60
13,2-17.3
4,20-4,87
43-49
43-49
150-450
85-95
28-32
33-35
11-6-14,8
7,0-10,2
Hitung Jenis
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Eosinofil
Basofil
Neutrofil Absolut
Limfosit Absolut
Monosit Absolut
Eosinofil Absolut
Basofil Absolut
70,90
18,60
8,20
2,20
0,100
5,39
1,41
0,42
0,17
0,01
37-80
20-40
2-8
1-6
0-1
2,7-6,5
1,5-3,7
0,2-0,4
0-0,10
0-0,1
Morfologi
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Normokrom normositer
Normal
Normal
Kimia Klinik
Analisa Gas Darah
pH 7,39 7,35-7,45
21
pCO2
pO2
Bikarbonat
Total CO2
Kelebihan Basa
Saturasi O2
Ginjal
Ureum
Asam urat
Kreatinin
Elektrolit
Na
K
Cl
25,5
83,5
15,6
16,3
-9,3
96,5
458,60
23,26
11,3
135
4,0
93
38-42
85-100
22-26
19-25
(-2) - (+2)
95-100
<50
<7,0
0,70-1,20
135-155
3,6-5,5
96-106
Pemeriksaan Lab Tanggal 15/3/2012
Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan
Kimia Klinik
Hati
Protein total
Albumin
Globulin
Lemak
Kolesterol Total
Trigliserida
Kolesterol HDL
Kolesterol LDL
6,3
4,7
1,6
135
192
20
96
6,4-8,3
3,5-5,0
2,6-3,6
<200
40-200
>65
<150
22
Pemeriksaan Lab Tanggal 16/3/2012
Jenis pemeriksaan Hasil Rujukan
Hematologi
Hb
Eritrosit
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
PCT
PDW
7,00
2,35
10,96
19,30
84
82,10
29,30
36,30
12,40
11,30
0,10
14,3
13,2-17.3
4,20-4,87
43-49
43-49
150-450
85-95
28-32
33-35
11-6-14,8
7,0-10,2
Hitung Jenis
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Eosinofil
Basofil
Neutrofil Absolut
Limfosit Absolut
Monosit Absolut
Eosinofil Absolut
Basofil Absolut
83,40
8,40
4,00
4,20
0,000
9,13
0,92
0,44
0,46
0,00
37-80
20-40
2-8
1-6
0-1
2,7-6,5
1,5-3,7
0,2-0,4
0-0,10
0-0,1
Faal Hemostasis
PT + INR
Waktu protrombin
Kontrol
Pasien
13,00
12,9
23
INR
aPTT
Kontrol
Pasien
Waktu thrombin
Kontrol
Pasien
Fibrinogen
D-Dimer
Imunoserologi
Virus
Anti DHF IgM
Anti DHF IgG
1,01
30,0
42,4
11,8
17,8
135,0
1222
+
+
150-400
<500
-
-
Pemeriksaan USG
Ginjal kiri
Bentuk dan outline : Regular
Ukuran : 8,9 cm
Echostruktur cortex dan medulla : Tidak jelas, homogen.
Echodensitas cortex/medulla : Meningkat
Batu : (-)
Tanda-tanda bendungan : (-)
Lain-lain : (-)
Ginjal kanan
24
Bentuk dan outline : Regular
Ukuran : 8,3 cm
Echostruktur cortex dan medulla : Tidak jelas, homogen.
Echodensitas cortex/medulla : Meningkat
Batu : (-)
Tanda-tanda bendungan : (-)
Lain-lain : (-)
Kandung Kemih
Bentuk dan outline : Regular
Dinding : Tidak membal
Batu : (-)
Prostat
Bentuk daan outline : Regular
Ukuran : 2,6x3,4x3,6 cm
Taksiran berat : Normal
Posisi : Tidak protrunding
Echo parenkim : Homogen
Calcificasi : (-)
Kesimpulan :
Keadaan Ginjal : GNC
Diagnosa Sementara :
25
Tanggal Diagnosa Sementara
12/3/2012 CKD stage V ec GNC
CKD stage V ec PNC
CKD stage V ec HN
13/3/2012 - 15/3/2012 Acute on CKD stage V ec GNC
16/3/2012 - 20/3/2012 CKD stage V ec GNC + DHF grade I
Diagnosa Banding :
1) Glomerulonefritis kronis
2) Acute Kidney Injury
3) Anemia ec penyakit kronik
Penatalaksanaan :
Tanggal Terapi
12/3/2012 1- Bed Rest
2- IVFD NaCl 0,9%
3- Diet ginjal 1600kkal 3.6 gr protein
4- Inj Metoclopramide
5- Asam Folat 3x10 gr
6- Transfusi PRC 3 bag
13/3/2012 1- Bed Rest
2- IVFD NaCl 0,9%
3- Diet ginjal 1600kkal 3.6 gr protein
4- Inj Metoclopramide
5- Asam Folat 3x10 gr
6- Hemodialisa
14/3/2012 1- Bed Rest
2- IVFD NaCl 0,9%
3- Diet ginjal 1600kkal 3.6 gr protein
4- Inj Metoclopramide
26
5- Asam Folat 3x10 gr
15/3/2012 1- Bed Rest
2- IVFD NaCl 0,9%
3- Diet ginjal 1600kkal 3.6 gr protein
4- Inj Metoclopramide
5- Asam Folat 3x10 gr
6- Captopril 2x6
7- Hemodialisa
16/3/2012 1- Bed Rest
2- IVFD NaCl 0,9%
3- Diet ginjal 1600kkal 3.6 gr protein
4- Inj Metoclopramide
5- Asam Folat 3x10 gr
6- Captopril 2x6
7- PCT 3x1
17/3/2012 1- Bed Rest
2- IVFD NaCl 0,9%
3- Diet ginjal 1600kkal 3.6 gr protein
4- Inj Metoclopramide
5- Asam Folat 3x10 gr
6- Captopril 2x6
7- PCT 3x1
18/3/2012 1- Bed Rest
2- IVFD NaCl 0,9%
3- Diet ginjal 1600kkal 3.6 gr protein
4- Inj Metoclopramide
5- Asam Folat 3x10 gr
6- Captopril 2x6
7- PCT 3x1
19/3/2012 1- Bed Rest
2- IVFD NaCl 0,9%
27
3- Diet ginjal 1600kkal 3.6 gr protein
4- Inj Metoclopramide
5- Asam Folat 3x10 gr
6- Captopril 2x6
7- PCT 3x1
20/3/2012 1- Bed Rest
2- IVFD NaCl 0,9%
3- Diet ginjal 1600kkal 3.6 gr protein
4- Inj Metoclopramide
5- Asam Folat 3x10 gr
6- Captopril 2x6
7- PCT 3x1
8- Hemodialisa
Balanced Cairan
Tgl Pukul B
A
K
B
A
B
Muntah IWL To-
tal
Balance Total Makanan Minuman IVFD
18/3/
2012
10.00 6
0
0
1
5
0
- 500 1250 0
19/3/
2012
1250 300 950 -
BAB 4
28
KESIMPULAN
Chronic Kidney Disease (CKD) ialah penyakit dimana terjadi gangguan fungsi dan
struktural dari ginjal. Pengobatan CKD stage V adalah hemodialisa. Prognosisnya baik
karena tidak disertai penyakit Diabetes Melitus dan masih usia muda.