CKD + KASUS

47
Ade Magdalena (1301001) Ardani (1301006) Della Aprila (1301018) Dwi Kartika Sari (131025) Eka Saputri (1301029) Elsa Miaqsa (1301030) Kurnia Ulfa Hardiyanti (1301040) M. Ridho Abru Jiwantoro (1301046) Dosen : Septi Muharni, M.Farm,Apt METODE PENELITIAN KELOMPOK 3 (S1-VIA)

description

metopel

Transcript of CKD + KASUS

Page 1: CKD + KASUS

Ade Magdalena (1301001)

Ardani (1301006)

Della Aprila (1301018)

Dwi Kartika Sari (131025)

Eka Saputri (1301029)

Elsa Miaqsa (1301030)

Kurnia Ulfa Hardiyanti (1301040)

M. Ridho Abru Jiwantoro (1301046)

Dosen : Septi Muharni, M.Farm,Apt

METODE PENELITIANKELOMPOK 3 (S1-VIA)

Page 2: CKD + KASUS

METODE PENGUMPULAN DATA

PENGAMATAN

WAWANCARA

ANGKET

Page 3: CKD + KASUS

PENGAMATAN DAN INGATAN

• Pengamatan adalah suatu prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi melihat dan mencatat jumlah dan afaktivitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.

• Ingatan adalah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan memproduksi kesan. Dalam pengumpulan data melalui pengamatan ini diperlukan ingatan yang cepat setia, teguh, dan luas.

Page 4: CKD + KASUS

SASARAN PENGAMATAN

• Seorang peneliti terjun ke tengah-tengah masyarakat akan dijumpai banyak sekali kenyataan/gejala-gejala sosial yang dijadikan sasaran pengamatan.

• Untuk membantu pembatasan sarana penelitian ini peneliti dapat mempelajari teori-teori ataupun pengetahuan sehingga diperoleh gambaran mengenai kenyataan-kenyataan yang perlu diperhatikan dalam mempelajari masalah sosial tertentu.

• Untuk menentukan batas sasaran pengamatan diperlukan rangka penulisan yang merupakan teori atau konsep-konsep dan hipotesis, yang telah disusun di dalam suatu rancangan penelitian.

Page 5: CKD + KASUS

JENIS PENGAMATAN

A.  Pengamatan Terlibat (Observasi Partisipatif)

• Pada jenis pengamatan ini, pengamat (observer) benar-benar mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh sasaran pengamatan (observee). Atau pengamat ikut aktif berpatisipasi pada aktivitas dalam kontak sosial yang tengah diselidiki.

• Jenis teknik ini biasanya digunakan di dalam penelitian yang bersifat eksploratif.

• Dalam hal intensitasnya ada 2, yaitu: Partisipasi partiil (sebagian), yang hanya mengambil bagian pada kegiatan-kegiatan tertentu saja. Partisipasi penuh, dengan ikut serta pada semua kegiatan sosial yang ada.

Page 6: CKD + KASUS

JENIS PENGAMATAN

Agar observasi partisipasif ini berhasil, perlu diperhatikan: • Dirumuskan gejala apa yang harus

diobservasi.• Diperhatikan cara pencatatan yang

baik. sehingga tidak mmenimbulkan kecurigaan.

• Memelihara hubungan baik dengan observee.

• Mengetahui batas intensitas partisipasi.

• Menjaga agar situasi dan iklim psikologis tetap wajar.

• Sebaiknya pendekatan pengamatan dilakukan melalui tokoh-tokoh masyarakat setempat (key person). 

Page 7: CKD + KASUS

JENIS PENGAMATAN

B.  Pengamatan Sistematis• Ciri utama jenis pengamatan ini

adalah mempunyai kerangka struktur yang jelas, di mana di dalamnya berisikan fakror yang diperlukan dan sudah dikelompokkan ke dalam kategori-kategori.

• Materi observasi mempunyai skope yang lebih sempit dan terbatas, sehingga pengamatan lebih terarah.

• Pada umumnya isi sistematika ini didahului suatu observasi pendahuluan, yakni observasi partisipasif guna mencari penemuan dan perumusan yang akan dijadikan sasaran observasi.

Page 8: CKD + KASUS

JENIS PENGAMATAN

C. Observasi Eksperimental• Dalam Observasi ini observee dicoba

atau dimasukkan ke dalam suatu kondisi atau situasi tertentu. Kondisi dan situasi itu diciptakan sedemikian rupa sehingga yang akan dicari/diamati akan timbul.

• Dalam jenis observasi ini semua kondisi dan faktor-faktornya dapat diatur dan dikendalikan.

• Pengamatan semacam ini banyak dilakukan dalam laboratorium ilmiah, klinik khusus, ruang-ruang penelitian dan sebagainya yang mengadakan penyelidikan terhadap gejala kealaman dan fenomena sosial yang sederhana (tidak kompleks).

Page 9: CKD + KASUS

KELEBIHAN PENGAMATAN

• Merupakan cara pengumpulan data yang murah, mudah dan langsung guna mengadakan penelitian terhadap macam-macam gejala.

• Tidak mengganggu, sekurang-kurangnya tidak terlalu mengganggu pada sasaran pengamatan (observee).

• Banyak gejala-gejala psychis yang penting tidak atau sukar diperoleh denga teknik angket ataupun interview, tetapi dengan metode ini mudah diperoleh.

• Dikemungkinan mengadakan pencatatan secara serempak kepada sasaran pengamatan yang lebih banyak.

Page 10: CKD + KASUS

KEKURANGAN PENGAMATAN

• Banyak peristiwa peikhis tertentu yang tidak dapat diamati, misalnya harapan, keinginan, dan masalah-masalah yang sifatnya sangat pribad, dan lain-lain.

• Sering memerlukan waktu yang lama. sehingga membosankan, karena tingkah-laku/gejala yang dikehendaki tidak muncul-muncul.

• Apabila sasaran pengamatan mengetahui bahwa mereka sedang diamati, mereka akan dengan sengaja menimbulkan kesan-kesan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan. Jadi sifatnya dibuat-buat.

• Sering subjektifitas dari observer tidak dapat dihindari.

Page 11: CKD + KASUS

ALAT OBSERVASI

1. Check List• Adalah suatu daftar pengecek,

berisi nama subjek dan beberapa gejala/identitas lainnya dari sasaran pengamatan.

• Pengamat tinggal memberikan tanda check (x) pada daftar tersebut yang menunjukkan adanya gejala/ciri dari sasaran pengamatan.

• Kelemahan check list ini adalah hanya dapat menyajikan data yang kasar saja hanya mencatat ada atau tidaknya suatu gejala.

Page 12: CKD + KASUS

ALAT OBSERVASI

1.Check ListSkala Penilaian (Rating Scale)• Skala ini berupa daftar yang berisikan

ciri-ciri tingkah laku, yang dicatat secara bertingkat.

• Rating scale ini dapat merupakan satu alat pengumpulan data untuk menerangkan, menggolongkan, dan menilai seseorang atau suatu gejala.

• Skala penelitian terdiri dari : 1. Bentuk kuantitas yang menggunakan score atau rangking. 2. Rating scale dalam bentuk diskripsi 3. Rating scale dalam bentuk grafis

Page 13: CKD + KASUS

ALAT OBSERVASI

1.Check ListA. Skala Penilaian bentuk kuantitas

yang menggunakan score atau rangking

Contoh: Penilaian terhadap gejala tertentu sebagai berikut:

Gejala Skor

1 2 3 4 5

Kerja sama

Kerajinan

Partisipasi

Ketekunan

Dsb

X

X

X

X

Page 14: CKD + KASUS

ALAT OBSERVASI

1.Check ListB. Skala Penilaian dalam bentuk

diskripsiContoh : Kerja sama————–– Dapat/ mau bekerja sama dengan orang lain.————–– Kadang-kadang mau bekerja sama, tetapi tidak efektif.————–– Mau bekerja sama, tetapi dengan orang-orang tertentu saja.————— Bekerja sama secara baik dengan orang lain.————— Bekerja sama baik sekali dengan setiap orang.Pengamat memberikan tanda check di awal pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun.

Page 15: CKD + KASUS

ALAT OBSERVASI

1.Check ListC. Skala Penilaian dalam bentuk

grafis

• Pengamat memberikan tanda check (v) pada skala gejala yang telah tersusun.

• Kelemahan : sangat subjektif dan sangat kaku (rigid), sehingga kurang memberikan kesempatan luas kepada observer.

( ) ( ) ( V ) ( ) ( )

Selalu mem-butuhkan petunjuk

Biasanya memerlukan

petujuk

Dalam hal-hal tertentu membutuh-kan petun-

juk

Sewaktu-waktu me-merlukan

pengawas-an

Bekerja baik bila

dibiarkan sendiri

Page 16: CKD + KASUS

ALAT OBSERVASI

2. Daftar Riwayat Kelakuan (Anecdotal Record)• Adalah catatan-catatan mengenai

tingkah laku seseorang (observee) yang luar biasa sifatnya atau yang khas.

• Catatan semacam ini kecuali dibuat oleh pengamat, sering pula dibuat oleh guru pemimpin organisasi, pendeta, direktur perusahaan dan sebagainya.

• Pada prinsipnya anecdotal record ini harus dibuat secepat mungkin di kala penstiwa itu terjadi atau sesudah terjadi dengan catatan ucapan atau tingkah laku tertentu dari anggora suatu masyarakat.

Page 17: CKD + KASUS

ALAT OBSERVASI

3. Alat-alat Mekanik (Electronics)• Alat-alat ini antara lain: alat

perekam, alat fotografis. Film, tape recorder, kamera televisi, dan sebagainya.

• Alat-alat tersebut setiap saat dapat diputar kembali untuk memungkinkan mengadakan analisis secara teliti.

Page 18: CKD + KASUS

WAWANCARAJENIS WAWANCARA

TEKNIK WAWANCARA

KELEBIHAN WAWANCARA

KEKURANGAN WAWANCARA

Page 19: CKD + KASUS

WAWANCARA

• Wawancara : suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, di mana peneliti mendapatkan keterangan secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face) sehingga data tersebut diperoleh langsung dari responden melalui pertemuan atau percakapan.

• Di dalam wawancara hendaknya antara pewawancara (interviewer) dengan sasaran (interviewee) :1. Saling melihat, saling mendengar dan saling mengerti.2. Terjadi percakapan biasa, tidak terlalu kaku (formal)3. Mengadakan persetujuan/ perencanaan pertemuan denga tujuan tertentu.4. Menyadari ada banyak kepentingan yang berbeda antara pencari informasi dan pemberi informasi.

Page 20: CKD + KASUS

JENIS WAWANCARA

A. Wawancara Tidak Terpimpin (Non Directive or Unguided Interview)• Wawancara tidak terpimpin di sini

diartikan tidak ada pokok persoalan yang menjadi fokus dalam wawancara tersebut.

• Dalam wawancara ini pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan ini tidak sistematis, melompat-lompat dari satu peristiwa/topik ke perisriwa/topik yang lain tanpa berkaitan. Oleh karena itu wawancara ini tidak mempergunakan pedoman yang tegas.

• Interview ini hanya cocok sebagai suatu teknik pengumpulan data guna memperoleh data-data khusus yang mendalam, yang tidak dapat diperoleh dengan wawancara terpimpin.

Page 21: CKD + KASUS

JENIS WAWANCARA

A. Wawancara Tidak Terpimpin (Non Directive or Unguided Interview)Dengan sendirinya wawancara tak terpimpin ini banyak kelemahan antara lain :a. kurang efisien;b. tidak ada pengecekan secara sistematis. sehingga realibilitasnya kurang;c. memboroskan tenaga, pikiran, biaya. dan waktu. Dsbd. sulit untuk diolah/ dianalisis.

Page 22: CKD + KASUS

JENIS WAWANCARA

B. Wawancara Terpimpin (Structured or Interview)• Interview yang berdasarkan pedoman-

pedoman berupa kuesioner yang telah disiapkan secara matang sebelumnya.

• Keuntungan : Pengumpulan data dan pengolahannya dapat berjalan dengan cermat/teliti, hasilnya dapat disajikan secara kualitatif maupun kuantitatif, Interviewer dapat dilakukan oleh beberapa orang, karena adanya pertanyaan-pertanyaan yang uniform.

• Kelemahan : Pelaksanaan wawancara kaku, interview menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sudah tersusun. Di samping interviewer menjadi terlalu formal, sehingga hubungannya dengan responden kurang fleksibel.

Page 23: CKD + KASUS

JENIS WAWANCARA

C. Wawancara Bebas Terpimpin• Wawancara jenis ini merupakan

kombinasi dari wawancara tidak terpimpin dan wawancara terpimpin. Meskipun terdapat unsur kebebasan, tetapi ada pengaruh pembicaraan secara tegas dan mengarah sehingga wawancara jenis ini mempunyai ciri fleksibilitas (keluwesan) dan arah yang jelas.

• Oleh karena itu sering dipergunakan untuk menggali gejala-gejala kehidupan psychis antropalogis, misalnya latar belakang suatu keyakinan, motivasi dari suatu perbuatan, harapan-harapan. dan unsur-unsur terpendam lainnya yang bersifat sangat pribadi.

Page 24: CKD + KASUS

JENIS WAWANCARA

D. FreeTalk dan Diskusi• Suatu wawancara yang sangat terbuka

antara interviewer dan interviewee, kedua belah pihak masing-masing menduduki dwifungsi, yakni masing-masing sebagai ”information hanter” dan “information supplier: Kedua belah pihak dengan hati terbuka bertukar pikiran dan perasaan dan sesubjek mungkin mereka saling meberikan keterangan-keterangan.

• Disini interviwer sebenarnya bukan hanya bertindak sebagai pencari data, tetapi juga sebagai sugester, motivator, dan edukator sekaligus.

• Free talk ini sering juga dipakai dalam interaksi klinis antar seorang dokter dengan pasiennya untuk maksud-maksud diagnotis danterapeutis guna mempercepat kesembuhan pasien.

Page 25: CKD + KASUS

TEKNIK WAWANCARA

A. Hubungan baik antara pewawancara dengan sasaran (interviwee)• Lebih dahulu mengadakan

pembicaraan pendahuluan untuk perkenalan dan sekaligus untuk menjelaskan tujuan wawancara.

• Menggunakan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti.

• Masalah dengan permasalahan yang sesuai dengan minat atau keahlian responden, sehingga mereka tertarik lebih dahulu.

• Menciptakan suasana yang bebas dan santai, sehingga responden tak merasa tertekan/ terpaksa.

• Hindarkan kesan-kesan yang terburu-buru, tidak sabar, dan sikap yang kurang menghargai (sinis).

Page 26: CKD + KASUS

TEKNIK WAWANCARA

A. Hubungan baik antara pewawancara dengan sasaran (interviwee)• Memberikan sugesti

kepada interviewee bahwa keterangan atau jawaban mereka sangai berharga, tetapi dijaga pula jangan sampai mereka “over acting

• “Probing” (menstimulasi percakapan). Apabila jawaban itu masih kurang lengkap, atau mungkin macet (tidak memperoleh jawaban dari interviewee, rangsanglah sehingga jawaban muncul). Hal semacam ini disebut “probing“. Probing Juga diperlukan untuk mengarahkan atau menyaring jawaban-jawaban yang relevan.

• Hendaknya bersikap hati-hati.jangan sampai menyentuh titik-titik kritis (critical points) dari interviewee, misainya hal-hal yang sangat sensitif dan rahasia.

• Harus memegang teguh “kode etik” Interviewer yang antara lain tidak membicarakan dengan pihak siapa pun tentang rahasia daninterviewee

Page 27: CKD + KASUS

TEKNIK WAWANCARA

B.  Keterampilan Sosial Interviewer• Bersikap ramah, sopan, dan berpakaian rapi.• Menggunakan bahasa yang sopan, ringkas, dan mudah di ditangkap• Bersikap luwes, supel, dan bijaksana.• Menggunakan lagu dan nada suara yang menarik, tidak terlalu keras, tetapi jangan terlalu lembut.• Bersikap responsif, pada saat-saat tertentu dapat ikut merasakan sesuatu yang terjadi pada diri interviewee, Misalnya, bilainterviewee sedang menceritakan penderitaan atau kegembiraannya interviewer dapat ikut menghayati.

Page 28: CKD + KASUS

TEKNIK WAWANCARA

B.  Keterampilan Sosial Interviewer• Memberikan sugesti yang halus, tetapi

tidak sampai mempengaruhi jawaban responden.

• Menunjukkan sikap keterbukaan dan setia, sukarela, tidak menunjukkan sikap tertutup dan terpaksa.

• Apabila interviewer menggunakan alat-alat pencatat (kuesioner misalnya), gunakanlah secara informal. Bila mungkin tidak sampai terlihat oleh interviewee.

• Waktu bicara tataplah wajah interviewee, demikian pula waktu mendengarkan jawaban-jawaban dari mereka.

• Waktu wawancara, lebih baik menyebut nama responden (interviewee) daripada hanya dengan sebutan bapak, ibu, anda, atau saudara.

Page 29: CKD + KASUS

TEKNIK WAWANCARA

C. Pedoman dan Cara Pencatatan Wawancara1) Pencatatan Langsung• Maksudnya pewawancara dengan

langsung mencatat jawaban-jawaban dari interviewee, sehingga alat-alat dan pedoman penelitian erviewer harus selalu siap di tangan.

• Keuntungannya, bahwa interviewer belum lupa tentang jawaban-jawaban atau data yang diperoleh. Tetapi kerugiannya, hubungan antara pewawancara dengan responden menjadi kaku dan tidak bebas/sehingga rapport dapat terganggu.

Page 30: CKD + KASUS

TEKNIK WAWANCARA

C. Pedoman dan Cara Pencatatan Wawancara2) Pencatatan dari IngatanPencatatan ini dilakukan setelah wawancara selesai seluruhnya. Jadi dalam wawancara ini tidak memegang apa-apa, sehingga hubungan antara kedua belah pihak tidak terganggu. Tetapi cara ini mempunyai beberapa kelemahan: • Banyak data/jawaban yang hilang

karena terlupakan.• Banyak data yang terdesak oleh

keterangan-keterangan lain yang oleh informan diceritakan secara menonjol dan dramatis.

• Data yang dicatat dari ingatan, terutama dalam waktu yang agak lama akan mengandung banyak kesalahan.

•  Sering juga data yang dicatat dari ingatan kehilangan sarinya.

Page 31: CKD + KASUS

TEKNIK WAWANCARA

C. Pedoman dan Cara Pencatatan Wawancara3)Pencatatan dengan Alat Recording• Pencatan dengan alat recording ini

sangat memudahkan pewawancara, karena dapat mencatat jawaban secara tepat dan detail.

• Tetapi kelemahan pencatatan dengan alat ini ialah, memerlukan kerja dua kali karena interviewer harus menyalin atau menulis dari alat recording tersebut.

Page 32: CKD + KASUS

TEKNIK WAWANCARA

C. Pedoman dan Cara Pencatatan Wawancara4) Pencatatan dengan Field Rating (dengan Angka)

Sebelum mengadakan pencatatan dengan sendirinya interview mempersiapkan lebih dulu formulir isian atau kuesioner mengenai data yang akan dikumpulkan, dan sekaligus memperhitungkan jawaban yang digolongkan ke dalam beberapa kategori.

Page 33: CKD + KASUS

KELEBIHAN WAWANCARA

1. Tidak akan menemui kesulitan meskipun respondennya buta huruf sekalipun, atau pada lapisan masyarakat yang mana pun, karena alat utamanya adalah bahasa verbal.

2. Karena keluwesan dan fleksibilitasnya ini, maka metode wawancara dapat dipakai sebagai verifikasi data terhadap data yang diperoleh dengan cara observasi ataupun angket.

3. Kecuali untuk menggali informasi, sekaligus dipakai untuk menga dakan observasi terhadap perilaku pribadi.

4. Merupakan suatu teknik yang efektif untuk menggali gejala-gejala psychis, terutama yang berada di bawah sadar.

5. Dari pengalaman para peneliti, metode mi sangat cocok untuk dipergunakan di dalam pengumpulan data-data sosial.

Page 34: CKD + KASUS

KELEMAHAN WAWANCARA

1. Kurang efisien, karena mremboroskan waktu, cenaga, pikiran, dan biaya.

2. Diperlukan adanya keahlian/penguasaan bahasa dari interviewer.

3. Memberi kemungkinan interviewer dengan sengaja memutarbalikan jawaban. Bahkan memberikan kemungkinan interviewer untuk memalsu jawaban yang dicatat di dalam cacatan wawancara (tidak jujur)

4. Apabila interviewer dan interviewee memnunyai perbedaan yang sangat mencolok. Sulit untuk mengadakan rapport sehinga yang diperoleh kurang akurat.

5. Jalannya interview sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi sekitar, sehingga akan menghambat dan mempengaruhi jawaban dan data yang diperoleh.

Page 35: CKD + KASUS

ANGKET TIPE ANGKET

PSIKOLOGI MENJAWAB ANGKET

PERSIAPAN ANGKET

PENYUSUNAN ANGKET

Page 36: CKD + KASUS

ANGKET • Angket adalah suatu cara pengumpulan

data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak).

• Angket ini dilakukan dengan mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir-formulir, diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban, dan sebagainya.

• Teknik ini lebih cocok dipakai untuk memperoleh data yang cukup luas, dari kelompok/ masyarakat yang berpopulasi besar, dan betebaran tempatnya.

Page 37: CKD + KASUS

TIPE ANGKET

 A. Menurut sifatnya1)  Angket umum, yang berusaha sejauh

mungkin untuk memperoleh selengkep-lengkapnya tentang kehidupan seseorang.

2)  Angket khusus, hanya berusaha untuk mendapatkan data-data mengenai sifat-sifat khusus dari pribadi seseorang.

B. Menurut cara penyampaiannya1)  Angket langsung, apabila disampaikan

langsung kepada orang yang dimintai informasinya tentang dirinya sendiri.

2)  Angket tak langsung, apabila pribadi yang disuruh mengisi angket adalah bukan responden langsung. la akan menjawab dan memberikan informasi tentang diri orang lain.

Page 38: CKD + KASUS

TIPE ANGKET

 C. Menurut bentuk strukturnya1) Angket berstruktur : disusun sedemikian

rupa tegas, dedinitif, terbata, dan konkret, sehingga responden dapat dengan mudah mengisi atau menjawabnya.

2) Angket tak berstruktur.: dipakai bila peneliti menghendaki suatu uraian dari informan atau responden tentang suatu masalah dengan suatu penulisan atau penjelasan yang panjang lebar. Jadi pertantnyaannya bersifat terbuka dan bebas.

D. Berdasarkan bentuk pertanyaannya atau menurut jenis penyusunan item a.  Angket berbentuk isian, di mana

responden diberi kebebasan untuk mengisi dengan jawaban yang sesuai menurut responden (open ededitem).

b.  Angket berbentuk pilihan, di mana jawabannya telah disediakan (Closedended item).

Page 39: CKD + KASUS

PSIKOLOGI MENJAWAB ANGKET

• Sifat kerjasama adalah syarat penting dalam penelitian yang menggunakan angket.

• Para peneliti yang menggunakan metode ini tidak hanya memikirkan kepentingan sendiri. Tetapi harus mempertimbangkan faktor-faktor yang ada pada diri responds.

• Peneliti harus memahami lebih dahulu psikologi menjawab angketnya. Bagaimana minatnya, motivasinya, kesediaannya, dan kejujurannya dalam memberikan jawaban.

Page 40: CKD + KASUS

PSIKOLOGI MENJAWAB ANGKET

Hal yang harus dijawab lebih dahulu sebelum peneliti melakukan angket adalah pertanyaan-pertanyaan antara lain sebagai berikut :• Mengapa mereka (responden) harus

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

• Adakah cukup alasan bagi penjawab untuk bersusah payah menjawab angket.

• Apakah ada kepastian tentang perhatian, simpati, kesediaan dan sebagainya dari responden dan sebagainya.

Page 41: CKD + KASUS

PERSIAPAN DAN PENYUSUNAN ANGKET

Kriteria yang diperhatikan dalam persiapan dan persiapan penyusunan angket:• Pertanyaan harus singkat dan jelas,

terutama jelas bagi bagi calon penjawab.

• Jumlah pertanyaan hendaknya dibuat sedikit mungkin, supaya penjawab tidak terlalu membuang waktu.

• Pertanyaan hendaknya cukup merangsang minat penjawab.

• Pertanyaan dapat “memaksa” penjawab untuk memberikan jawaban yang mendalam, tetapi “to the point”.

Page 42: CKD + KASUS

PERSIAPAN DAN PENYUSUNAN ANGKET

• Pertanyaan jangan sampai menimbulkan jawaban yang meragukan.

• Pertanyaan jangan bersifat interogatif, dan jangan sampai menimbulkan kemarahan penjawab.

• Pertanyaan jangan sampai menimbulkan kecurigaan pada penjawab.

• Di samping hal-hal tersebut, pada lembaran pertama dari angket harus dijelaskan tentang tujuan penelitian, serta petunjuk-petunjuk/ penjelasan tentang bagaimana cara menjawab atau mengisi formulir (angket) tersebut.

Page 43: CKD + KASUS

KELEBIHAN ANGKET

• Dalam waktu singkat (serentak) dapat dapat diperoleh data yang banyak

• Menghemat tenaga dan mungkin biaya

• Responden dapat memilih waktu senggang untuk mengisinya, sehingga tidak terlalu terganggu bila dibandingkan dengan wawancara

• Secara psikhologis responden tidak merasa terpaksa dan dapat menjawab lebih terbuka dan sebagainya

Page 44: CKD + KASUS

KEKURANGAN ANGKET

1. Jawaban akan lebih banyak dibumbui dengan sikap dan harapan-harapan pribadi, sehingga lebih bersifat sujektif.

2. Dengan adanya bentuk (susunan) pertanyaan yang sama untuk responden yang sangat heterogen, maka penafsiran pertanyaan akan berbeda-beda sesuai dengan latar belakang sosial, pendidikan dsb.

3. Tidak dapat dilakukan untuk golongan masyarakat yang buta huruf.

4. Apabila responden tidak dapat memahami pertanyaan/ tak dapat menjawab, akan terjadi kemacetan, dan mungkin responden tidak akan menajwab seluruh angket.

5. Sangat sulit untuk memutuskan pertanyaan-pertanyaan secara tepat degan menggunakan bahasa yang jelas atau bahasa yang sederhana.

Page 45: CKD + KASUS

CONTOH ANGKET

Bentuk Skala Liert

Page 46: CKD + KASUS

CONTOH ANGKET

Bentuk lain dari kuosioner

Page 47: CKD + KASUS